Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

Ancaman Sampah Plastik untuk


Ekosistem Laut Harus Segera Dihentikan

Disusun Oleh :
1. Lidia Puspita Sari
2. Satria Cahya Saputra
3. Enggar Dwi Raharja

YAYASAN PENDIDIKAN ISLAM


MADRASAH TSANAWIYAH AL-HIKMAH
Jl. Lintas Trans Palembaja Km. 14 Desa Suka Makmur Kec. Gumay Talang Kab. Lahat
17 Januari 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, yang mana berkat rahmat dan
karunia-Nya lah kami dapat menyelesaikan Makalah tentang Kedisiplinan. Tak lupa
shalawat dan salam semoga tetap tercurah pada Nabi akhir zaman Muhammad SAW,
kepada keluarga para sahabat dan seluruh umatnya.
Kedua kalinya kami mengharap makalah tentang kedisiplinan siswa di sekolah
ini dapat memberikan sedikit pengetahuan bagi teman-teman dan bagi pembaca pada
umumnya. Dan ucapan terima kasih kepada pembimbing kami karena telah
mengarahkan kami pada hal-hal yang positif.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan banyak terima kasih kepada seluruh
pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini. Semoga makalah ini
mampu memberikan manfaat dan mampu memberikan nilai tambah kepada teman
maupun pembaca.
Kami sebagai penyusun makalah ini menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini
masih jauh dari sempurna. oleh karena itu, kritik dan saran yang ada relevansinya dengan
penyempurnaan makalah ini sangat kami harapkan dari pembaca. Kritik dan saran sekecil
apapun akan kami perhatikan dan pertimbangkan guna perbaikan di masa datang.
BAB I
PENDAHULUAN

1.1.       LATAR BELAKANG MASALAH


Sampah plastik menjadi masalah lingkungan berskala global. Plastik banyak dipakai
dalam kehidupan sehari-hari, karena mempunyai keunggulan-keunggulan seperti kuat,
ringan dan stabil. Namun plastik yang beredar di pasaran saat ini merupakan polimer
sintetik yang terbuat dari minyak bumi yang sulit untuk terurai. Dari data survei salah
satu akun “greenliving” yang dipostkan di media massa online, jika dalam satu hari saja
jumlah sampah yang dihasilkan per individu sebanyak 9 plastik, 3 styrofoam dan 1
kemasan botol sekali pakai, dengan asumsi sekitar 228 juta penduduk di Indonesia. Maka
dalam sehari indonesia menghasilkan 2.052.000.000 kantong plastik, 684 juta styrofoam
dan 228 kemasan botol sekali pakai. (Sumber : member detikforum.com / greenliving).
Pada umumnya sampah plastik sekali pakai akan dibakar mengingat sampah plastik sekali
pakai sangat sulit terurai. Kantong plastik membutuhkan waktu sekitar 10-12 tahun
untuk dapat terurai dan 500 tahun bagi styrofoam untuk dapat terurai dengan baik.
Penanganan sampah plastik sekali pakai ini belum menemui titik yang sempurna yang
dapat menjaga kelestarian dan kelangsungan bumi.

Saat sampah dibakar, gas karbondioksida akan memacu timbulnya efek rumah kaca
dan juga merusak lapisan bumi atau ozon serta dapat memicu sel kanker bagi kesehatan.
Jumlah satu ton sampah plastik sekali pakai yang dibakar akan menghasilkan jumlah
karbondioksida yang sama yakni satu ton, jika satu ton sampah plastik sekali pakai itu
dibiarkan tertimbun akan menghasilkan 63 m3 gas metan, dimana lebih berbahaya dari 1
ton karbondioksida yang dihasilkan dari proses pembakaran sampah plastik sekali pakai.
Penggunakan plastik juga akan semakin meningkatkan pula pencemaran lingkungan
seperti pencemaran tanah.
Plastik juga merupakan bahan anorganik buatan yang tersusun dari bahanbahan kimia
yang cukup berbahaya bagi lingkungan. Limbah daripada plastik ini sangatlah sulit untuk
diuraikan secara alami. Oleh karena itu penggunaan bahan plastik dapat dikatakan tidak
bersahabat ataupun konservatif bagi lingkungan apabila digunakan tanpa menggunakan
batasan tertentu. Sedangkan di dalam kehidupan sehari-hari, khususnya kita yang berada
di Indonesia, penggunaan bahan plastik bisa kita temukan di hampir seluruh aktivitas
hidup kita. Padahal apabila kita sadar, kita mampu berbuat lebih untuk hal ini yaitu
dengan menggunakan kembali (reuse) kantung plastik yang disimpan di rumah. Dengan
demikian secara tidak langsung kita telah mengurangi limbah plastik yang dapat terbuang
percuma setelah digunakan (reduce). Atau bahkan lebih bagus lagi jika kita dapat
mendaur ulang plastik menjadi sesuatu yang lebih berguna (recycle).
Perlu adanya alternatif proses daur ulang yang lebih menjanjikan dan berprospek ke
depan. Salah satunya mengonversi sampah plastik menjadi minyak menggunakan sistem
pirolisis. Hal ini bisa dilakukan karena pada dasarnya plastic berasal dari minyak bumi,
sehingga tinggal dikembalikan ke bentuk semula.
Selain itu plastik juga mempunyai nilai kalor cukup tinggi, setara dengan bahan bakar
fosil seperti bensin dan solar.

1.2. Rumusan Masalah


Dari penjelasan diatas, maka didapatkan rumusan masalah dalam perancangan ini
sebagai berikut :
1. Bagaimana mengatasi dimensi tabung pirolisis untuk mengonversi limbah plastik
menjadi bahan bakar?
2. Bagaimana efektifitas kekuatan bahan material pembuatan tabung pirolisis?

1.3. Tujuan
Tujuan dalam perancangan ini sebagai berikut :
1. Mengetahui dimensi tabung pirolisis untuk mengonversi limbah plastic menjadi bahan
bakar.
2. Mengetahui efektifitas kekuatan bahan material pembuatan tabung pirolisis.

1.4. Manfaat
Manfaat dalam perancangan ini sebagi berikut :
1. Terciptanya bahan bakar terbarukan sebagai energi alternatif.
2. Mengurangi limbah sampah plastik yang susah terurai.
3. Memberikan alternatif penanganan masalah lingkungan yang disebebkan oleh limbah
plastik.
4. Meningkatkan nilai ekonomis dari limbah plastic

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Sampah


Sampah adalah istilah umum yang sering digunakan untuk menyatakan limbah padat.
Limbah sendiri atau bahkan buangan dapat terdiri dari tiga bentuk keadaan, yakni limbah
padat, limbah cair, limbah gas.Undang-Undang Pengelolaan Sampah Nomor 18 tahun
2008 menyatakan sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau dari proses
alam yang berbentuk padat. Para ahli kesehatan masyarakat Amerika membuat batasan,
sampah (waste) adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi, atau
sesuatu yang dibuang, yang berasal dari kegiatan manusia, dan tidak terjadi dengan
sendirinya. Dari batasan ini jelas bahwa sampah adalah hasil kegiatan manusia yang
dibuang karena sudah tidak berguna. Dengan demikian sampah mengandung prinsip
sebagai berikut :

1. Adanya sesuatu benda atau bahan padat


2. Adanya hubungan langsung/tidak langsung dengan kegiatan manusia
3. Benda atau bahan tersebut tidak dipakai lagi (Notoatmojo, 2003)

Definisi lain dikemukakan (Radyastuti, 1996) sampah adalah sumber yang tidak siap
dipakai. UU No.18 Tahun 2008 sampah adalah kegiatan sehari-hari manusia atau proses
alam yang berbentuk padat. Pengelolan sampah sangat membutuhkan peranan seluruh
masyarakat. Kebiasaan buruk masyarakat membuang sampah sembaranagan entah itu
dijalan, sungai parit akan menyebabkan masalah-masalah antara lain :
1. Pencemaran udara yang akan menimbulkian aroma yang tidak sedap
2. Timbul nya berbagai penyakit seperti penyakit kulit, kolera, demam berdarah dll
3. Dapat menjadi penyebab banjir karena membuang sampah sembarangan di Sungai
Pengertian sampah organik lebih bersifat untuk mempermudah pengertian umum, untuk
menggambarkan komponen sampah yang cepat terdegradasi (cepat membusuk),
terutama yang berasal dari sisa makanan. Sampah yang membusuk ( garbage ) adalah
sampah yang dengan mudah terdekomposisi karena aktivitas mikroorganisme. Dengan
demikian pengelolaannya menghendaki kecepatan, baik dalam pengumpulan,
pemerosesan, maupun pengangkutannya. Pembusukan sampah ini dapat menghasilkan
yang berbau tidak enak, seperti ammoniak dan asam-as m volatil lainnya. Selain itu,
dihasilkan pula gas-gas hasil dekomposisi, seperti gas metan dan sejenisnya, yang dapat
membahaykan keselamatan bila tidak ditangani secara baik. Penumpukan sampah yang
cepat membusuk perlu dihindari. Sampah kelompok ini kadang dikenal sebagai sampah
basah, atau juga dikenal sebagai sampah organik. Kelompok inilah yang berpotensi untuk
diproses dengan bantuan mikroorganisme, misalnya dalam pengomposan atau gasifikasi,
atau caracara lain seperti sebagai pakan ternak.

2.1.1 Permasalahan sampah di Indonesia


Sebagian besar penduduk Indonesia semakin bertambah, pemerintah menyadari akan
timbul nya permasalahan sampah yang kian meningkat. Hampir semua kota mengalami
peningkatan dalam menghadapi masalah sampah, meningkat nya pembangunan kota,
pertambahan penduduk, meningkatnya aktifitas dan tingkat sosial ekonomi masyarakat
membuat dampak terhadap meningkatnya volume timbulan sampah yang dihasilkan
masyrakat dari hari kehari.kondisi ini di perparah dengan kurang nya sarana dan
prasarana pengolahan sampah yang terbatas sehingga permasalahan sampah semakin
hari semakin kompleks dan diperlukan nya dana yang tidak sedikit dalam pengolahan
sampah tersebut.

2.2 Jenis dan Sumber Sampah


Sampah dapat berasal dari bermacam-macam aktivitas baik dari aktivitas manusia
maupun aktivitas alam sendiri. Ditinjau dari tempat dihasilkannya (sumbernya), sampah
dibedakan menjadi :
1. Sampah Domestik Merupakan sampah daerah permukiman yang sampahnya berupa
sampah-sampah hasil kegiatan rumah tangga seperti samaph dapur, kertas, tekstil,
kulit, logam, kaca, kayu dan sebagainya.
2. Sampah Daerah Komersil Daerah komersil meliputi pertokoan, pasar, supermarket,
perkantoran, perhotelan, rumah makan, dan lain sebagainya. Jenis sampah yang
dihasilkan kertas, kardus, plastik, kayu, sisa makanan, kaca, logam, limbah berbahaya
dan beracun, dan sebagainya.
3. Sampah Institusi Yaitu sekolah, rumah sakit, penjara, pusatpemerintahan, dan lan-lain.
Jenis sampah yang ditimbulkan sama dengan jenis sampah pada daerah komersial.
4. Sampah Konstruksi atau Pembongkaran Bangunan meliputi pembuatan konstruksi baru,
perbaikan jalan, dan lain-lain. Jenis sampah yang ditimbulkan antara lain kayu, baja,
beton, debu, dan lain-lain.
5. Sampah Daerah Fasilitas Umum seperti penyapuan jalan, taman, pantai, tempat
rekreasi, dan lain-lain. Jenis sampah yang ditimbulkan antara lain : rubbish, sampah
taman, ranting, daun, dan sebagainya
6. Sampah Pengolah Limbah Domestik Pengolah limbah domestik seperti Instalasi
pengolahan air minum, Instalasi pengolahan air buangan, dan insinerator. Jenis
sampah yang ditimbulkan antara lain lumpur hasil pengolahan, debu, dan sebagainya.
7. Sampah Kawasan Industri jenis sampah yang dihasilkan oleh daerah kawasan industri
antara lain sisa proses produksi, buangan non industri, dan sebagainya.
8. Sampah Pertanian Jenis sampah yang dihasilkan antara lain sisa makanan busuk, sisa
pertanian. Berdasarkan cara penanganan dan pengolahannya, jenis sampah secara
umum dapat dibagi menjadi 3 (tiga) jenis yaitu :
a. Sampah basah (garbage), adalah sampah yang susunannya terdiri atas bahan
organik yang mempiliki sifat cepat membusuk jika dibiarkan dalam keadaan basah.
Contohnya adalah sisa makanan, sayuran, buah-buahan, dedaunan dsb.
b. Sampah kering (rubbish), adalah sampah yang terdiri dari bahan anorganik
yang sebagian besar atau seluruh bagiannya sulit membusuk. Sampah ini dapat
dibagi menjadi 2 (dua) jenis, yaitu :
1. Sampah kering logam, contohnya : kaleng, pipa besi tua, seng dan segala jenis
logam yang sudah usang.
2. Sampah kering non logam, contohnya :
i. Sampah kering yang mudah terbakar (combustible rubbish), Misalnya : kertas,
karton, plastik, kayu, kain bekas, dsb.
ii. Sampah kering sulit terbakar (non combustible rubbish), contohnya : pecahan
gelas, botol, kaca, dll.
c. Sampah lembut, adalah sampah yang terdiri atas partikel-partikel kecil,
ringan dan mempunyai sifat mudah beterbangan serta membahayakan atau
menggangu pernapasan dan mata. Sampah tersebut terdiri atas :
1. Debu, yaitu partikel-partikel kecil yang berasal dari proses mekanis, Misalnya
serbuk dari penggergajian kayu, debu dari aktifitas pabrik, dll.
2. Abu yaitu partikel-partikel yang berasal dari proses pembakaran, Misalnya abu
kayu, abu gunung berapi , abu dari hasil pembakaran sampah (incinerator), dll.

2.3 Dampak pencemaran akibat sampah


Menurut Direktorat Jenderal Cipta Karya, Direktorat Pengembangan Penyehatan
Lingkungan Permukiman (2011) banyak permasalahan yang dapat ditemui dalam
pengelolaan kebersihan seperti tidak tersedianya sarana dan prasarana, sumber daya
manusia, peraturan dan anggaran dana yang memadai, sehingga membuat tidak dapat
menyediakan pelayanan yang baik sesuai dengan ketentuan teknis akibatnya
pencemaran lingkungan menjadi meningkat. Berbagai potensi yang dapat ditimbulkan
oleh pencemaran akibat sampah meliputi :
1. Perkembangan vektor penyakit
Tempat sampah yang didalamnya masih terdapat sisa makanan merupakan
sumber tempat yang sangat ideal bagi pertumbuhan vektor penyakit seperti lalat
dan tikus. Perkembangan vektor penyakit pada TPA disebabkan oleh frekwensi
penutupan sampah yang tidak dilakukan sesuai ketentuan. Gangguan akibat lalat
umumya dapat ditemukan hingga radius 1-2 km dari lokasi TPA.
2. Pencemaran udara Sampah yang menumpuk serta tidak tertutup dan tidak segera
terangkut merupakan sumber bau yang tidak sedap. Selain itu proses
dekomposisi sampah di TPA secara kontinu akan menghasilkan gas seperti CO,
CO2, CH4, H2S dan lain-lain yang secara langsung akan mencemari udara serta
mendorong terjadinya emisi gas rumah kaca yang memiliki kontribusi terhadap
pemanasan global.

3. Pencemaran air Prasarana dan sarana pengumpulan yang terbuka sangat


potensial menghasilkan leachate terutama pada saat turun hujan. Aliran leachate
yang mengalir kesaluran atau tanah sekitarnya akan menyebabkan terjadinya
pencemaran air dan air tanah.

4. Pencemaran tanah, Pembuangan sampah yang tidak dilakukan dengan baik akan
membuat lahan setempat mengalami pencemaran akibat tertumpuknya sampah
organik dan mungkin juga mengandung bahan buangan berbahaya (B3) yang
membutuhkan waktu yang cukup lama sampai terdegradasi.

5. Gangguan estetika
Lahan yang terisi sampah secara terbuka akan menimbulkan kesan pandangan
yang sangat buruk dan tidak enak sehingga mempengaruhi
estetika lingkungan sekitarnya. Sarana pengumpulan dan pengangkutan yang tidak
terawat dengan baik merupakan sumber pandangan yang tidak baik.

6. Kemacetan lalu lintas


Lokasi penempatan sarana prasarana pengumpulan sampah yang berdekatan
dengan sumber potensial seperti pasar, pertokoan dan lain-lain berpotensi
menimbulkan gangguan terhadap arus lalu lintas akibat kegiatan bongkar muat
sampah yang dilakukan.

7. Gangguan kebisingan
Gangguan kebisingan ini lebih disebabkan karena adanya kegiatan operasi
kendaraan alat berat dalam TPA (baik angkutan pengangkut sampah maupun
kendaraan yang digunakan meratakan dan atau memadatkan sampah).

8. Dampak sosial
Hampir tidak ada orang yang akan merasa senang dengan adanya pembangunan
tempat pembuangan sampah di dekat permukimannya. Keresahan warga setempat
diakibatkan oleh gangguan-gangguan yang telah disebutkan diatas

2.4 Pengolahan sampah


Pengolahan Sampah merupakan bagian dari penanganan sampah dan menurut UU No.
18 Tahun 2008 didefinisikan sebagai proses perubahan bentuk sampah dengan
mengubah karakteristik, dan jumlah sampah. Pengolahan sampah merupakan kegiatan
yang dimnaksud untuk mengurangi jumlah sampah, disamping memanfaatkan nilai yang
masih terkandung dalam sampah itu sendiri (bahan daur ulang, produk lain dan energi).
Pengolahan sampah dapat dilakukan berupa pengomposan, recycling/daur ulang,
pembakaran (insinersi), dan lain-lain.

2.8 Pengelolaan Sampah Terpadu


Menurut UU No.18 Tahun 2008 pengelolan sampah didefinisikan sebagai kegiatan yang
sistematis, menyeluruh dan berkeseimbangan yang meliputi pengurangan dan
penanganan sampah. Secara menyeluruh hal yang dilakukan meliputi kegiatan :

 Pembatasan timbulan sampah


 Daur ulang sampah
 Pemanfaatan sampah
 Dalam penanganan : pemilahan, pengumpulan, penganmkutan, pengolahan,
pemrosesan akhir sampah.

Adapun konsep yang menangani masalah sampah secara terpadu yang dikenal dengan
3R yaitu diantaranya adalah :

1. Reduce (Mengurangi); sebisa mungkin lakukan minimalisasi barang atau material yang
kita pergunakan. Semakin banyak kita menggunakan material, semakin banyak
sampah yang dihasilkan.

2. Reuse (Memakai kembali); sebisa mungkin pilihlah barang-barang yang bisa dipakai
kembali. Hindari pemakaian barang-barang yang disposable (sekali pakai, buang). Hal
ini dapat memperpanjang waktu pemakaian barang sebelum ia menjadi sampah. Daur
ulang sampah melalui pemisahan dan pengelompokan sampah, persiapan sampah
untuk diguna ulang, diproses ulang, dan difabrikasi ulang; penggunaan, pemrosesan
dan fabrikasi sampah.

3. Recycle (Mendaur ulang); sebisa mungkin, barang-barang yg sudah tidak berguna lagi,
bisa didaur ulang. Tidak semua barang bisa didaur ulang, namun saat ini sudah
banyak industri non-formal dan industry rumah tangga yang memanfaatkan sampah
menjadi barang lain.

4. Replace ( Mengganti); teliti barang yang kita pakai sehari-hari. Gantilah barang barang
yang hanya bisa dipakai sekali dengan barang yang lebihtahan lama. Juga telitilah agar
kita hanya memakai barang-barang yang lebih ramah lingkungan, Misalnya, ganti
kantong keresek kita dengan keranjang bila berbelanja, dan jangan pergunakan
styrofoam karena kedua bahan ini tidak bisa didegradasi secara alami.

BAB III
PENUTUP

3.1.       KESIMPULAN
Penegakan disiplin di sekolah tidak hanya berkaitan dengan masalah seputar kehadiran
atau tidak, terlambat atau tidak. Hal itu lebih mengacu pada pembentukan sebuah
lingkungan yang di dalamnya ada aturan bersama yang dihormati, dan siapapun yang
melanggar mesti berani mempertanggungjawabkan perbuatannya. Setiap pelanggaran atas
kepentingan umum di dalam sekolah mesti diganjar dengan hukuman yang mendidik
sehingga siswa mampu memahami bahwa nilaidisiplin itu bukanlah bernilai demi disiplinnya
itu sendiri, melainkan demi tujuan lain yang lebih luas, yaitu demi stabilitas dan kedamaian
hidup bersama.
Disiplin sekolah merupakan keseluruhan ukuran bagitindakan-tindakan yang menjamin
kondisi-kondisi moral yang diperlukan, sehingga proses pendidikan berjalan lancar dan tidak
terganggu. Adanya kedisiplinan dapat menjadi semacam tindakan preventif dan
menyingkirkan hal-hal yang membahayakan hidup kalangan pelajar. Sekolah tanpa
kedisiplinan adalah seperti kincir tanpa air.

3.2.       SARAN
Dalam rangka meningkatkan kedisiplinan siswa, ada beberapa upaya yangmungkin bisa
dilakukan diantaranya:
A.    Untuk menumbuhkan konsep diri siswa sehingga siswa dapat berperilaku disiplin, guru
disarankan untuk bersikap empatik, menerima, hangat danterbuka.
B.    Guru terampil berkomunikasi yang efektif sehingga mampu menerima perasaan dan
mendorong kepatuhan siswa.
C.   Guru disarankan dapat menunjukkan secara tepat perilaku yang salah,sehingga membantu
siswa dalam mengatasinya; dan memanfaatkan akibat-akibat logis dan alami dari perilaku
yang salah.

Anda mungkin juga menyukai