Anda di halaman 1dari 9

Lomba untuk Politeknik Inovasi Umum Poin: Pengelolaan Limbah Non-B3 Cair/Padat

Pengelolaan Limbah Plastik Jenis Hidrokarbon Kompleks Dengan Reaktor Pirolisis Untuk
Menghasilkan Produk Minyak Bahan Bakar, Gas dan Padatan Karbon

Abstrak

Data Badan Pusat Statistik (BPS) 2021 menyebutkan limbah plastik Indonesia mencapai 66
juta ton per tahun. Jika permasalahan limbah atau sampah plastik tidak ditangani dengan baik maka
akan menimbulkan masalah kesehatan dan masalah kebersihan. Diperlukan implementasi suatu
inovasi yang dapat mengolah limbah plastik namun juga bisa mereduksi masalah baru lainnya.
Salah satu inovasi pengelolaan limbah plastik yaitu dengan metode pirolisis. Inovasi ini bertujuan
untuk menentukan pengaruh jenis plastik PP, PET, HDPE, LDPE, PVC dan komposisinya terhadap
produk hasil pirolisis berupa minyak bahan bakar cair, gas, dan padatan karbon. Inovasi rancang
bangun reaktor pirolisis memiliki kapasitas 1 kg yang berbahan stainless steel. Komponen utama
terdiri dari ruang reaktor dan kondensor. Kondensor dihubungkan dengan ruang reaktor oleh pipa
besi exchanger yang dicelupkan ke dalam air dingin agar proses kondensasi berjalan lancar.
Termokopel digital tipe K, terhubung langsung ke ruang reaktor untuk memantau suhu gas limbah
plastik dari proses pirolisis. Parameter yang dapat diukur yaitu karakteristik char atau residu padat
hasil pembakaran, gas serta rendemen minyak dari limbah plastik tersebut. Selanjutnya dilakukan
analisis untuk masing-masing hasil produk yang dihasilkan.

Kata Kunci: Limbah plastik, pirolisis, minyak, gas, padatan

1. Latar Belakang

Limbah non-B3 merupakan sisa suatu usaha dan/atau kegiatan yang tidak menunjukkan
karakteristik Limbah B3. Berbagai macam limbah Non B3 yang sering dihasilkan oleh
aktivitas manusia diantaranya adalah limbah plastik. Endang (2016)
Pada era modern ini plastik sangat dibutuhkan dalam menunja.ng kehidupan manusia.
Peralatan dalam kehidupan manusia yang menggunakan bahan baku plastik diantaranya
adalah peralatan otomotif ( kemasan oli, kemasan grace, kemasan cooling radiator ), peralatan
mandi ( ember, gayung, tempat sabun), peralatan makan dan minum ( piring plastik, gelas
plastik, kotak bekal, botol minum), alat tulis ( penggaris, kotak pensil) dan masih banyak lagi.
Endang ( 2016 ) . Sehingga dapat mengakibatkan banyak nya sampah dari bahan plastick jika
tidak di lakukan pengolahan sampah dengan tepat .
Beberapa plastik yang biasa digunakan sebagai bahan baku pembuatan bahan bakar
alternatif adalah PolyEthylene Terephthalate (PET), High Density PolyEthylene (HDPE),
Polyvinyl Chloride (PVC), Low Density PolyEthylene(LDPE),PolyPropylene(PP). Jenis
plastik yang sering ditemukan adalah PET yang digunakan sebagai bahan baku botol air
mineral, LDPE yang digunakan sebagai bahan baku kantong kresek dan PP yang digunakan
sebagai gelas air mineral. Endang ( 2016 )

1
Sampah plastik di Indonesia dapat mencapai 7,8 ton pertahun nya . Dan berdasarkan data
Dr Irawanto ( 2022 ) sebanyak 4,9 juta ton sampah tidak dikelola dengan tepat dan dibuang
ketempat terbuka, sungai yang berakhir kelautan lepas, sehingga mengakibatkan pencemaran
lingkungan. Dari dataindonesia.id (2023 ) Menyebutkan bahwa Indonesia berada di peringkat
kelima di dunia dengan 56,333 Metrik ton sampah setiap tahunya setelah Cina yang mencapai
70,707 Metrik ton sampah pertahun nya.
Dari laporan yang disampaikan Kepala Dinas Lingkungan hidup Kalsel, pada Hari Peduli
sampah Nasional (HPSN) 2022, disebutkan bahwa berdasarkan data sistem informasi
pengelolaan sampah nasional pada 2021, timbunan sampah harian dari seluruh kabupaten/kota
di Kalsel sebesar 989,83 ton setiap hari atau sebanyak 359.097 ton per tahun. Dikatakan bahwa
untuk memenuhi target Kebijakan Strategi Daerah (Jakstrada) tentu tidak mudah dengan
peningkatan jumlah penduduk, perubahan pola konsumsi, perubahan gaya hidup masyarakat
adalah tantangan besar dalam pengelolaan sampah. Capaian pengelolaan sampah di Kalsel
pada 2021 terealisasi 14,57 persen dari target 24 persen untuk pengurangan sampah,
sementara penanganan sampah tercapai 63,74 persen. Kalimantan Post ( 2023 ). Permasalahan
yang terjadi tidak hanya di daratan tetapi juga sungai dan laut. Kalimantan Selatan memiliki
ratusan sungai dan bermuara kelautan dan dihadapkan dengan permasalahan sampah.

Teknologi yang berkaitan dengan alat pengolah limbah plastik akan di lakukan mahasiwa
Politeknik Hasnur .Proses pirolisis adalah Teknik pembakaran sampah atau limbah plastik
tanpa oksigen yang dilakukan pada suhu 150°C - 500°C. Pirolisis dapat dikatakan sebagai
pengolah limbah ramah lingkungan karena hasil akhirnya CO 2 dan H2O. Polyethylene
membentuk senyawa hidrokarbon cair dan senyawa rantai panjang (parafin, oliefinf). Struktur
kimia yang dimiliki senyawa hidrokarbin cair kemungkinan diolah untuk bahan bakar BBM
karena senyawa hidrokarbon cair hasil pemanasanya hampir sama denagn hidrokarbon dalam
miyak mentah (Miller,2005).

Perlu adanya alat pengolah limbah plastik yang tepat dan tidak membahayakan
lingkungan. Alat Pyrolysis Reactor Plastic Portable merupakan salah satu solusi untuk
pengolah limbah pasltik. Alat ini terdiri dari beberapa komponen yang saling berkaitan
berkaitan.
Seth van Doorn, perwakilan Uni Eropa untuk Indonesia, dalam sesi Dialog Nasional
Pengurangan Sampah oleh Produsen di Jakarta. Menurut pernyataan tersebut, sekitar 60
hingga 90 persen dari sampah yang tercecer di laut adalah sampah plastik, dengan sedotan
plastik, minuman gelas, dan kantong plastik menjadi jenis sampah plastik yang dominan.

Pernyataan ini menggarisbawahi masalah serius yang dihadapi oleh lingkungan laut kita saat
ini, yaitu polusi plastik. Sampah plastik yang terbuang sembarangan dapat mencemari
perairan, merusak ekosistem laut, dan membahayakan kehidupan laut, termasuk hewan-hewan
laut yang tersesat atau memakan plastik yang tidak terurai.

2
Pemerintah, organisasi non-pemerintah (swasta), dan masyarakat secara global telah
menyadari pentingnya mengatasi masalah polusi plastik ini. Upaya pengurangan sampah
plastik meliputi kampanye kesadaran publik, pengelolaan sampah yang lebih baik,
pengembangan alternatif ramah lingkungan untuk penggunaan plastik sekali pakai, serta
peraturan dan kebijakan yang lebih ketat terkait penggunaan plastik.

Botol plastik sekali pakai, seperti yang digunakan dalam air kemasan, merupakan salah satu
sumber utama sampah plastik yang sulit diurai dan memiliki dampak yang merugikan
terhadap lingkungan. Botol plastik sekali pakai seringkali berakhir sebagai sampah yang tidak
terkelola dengan baik, termasuk mencemari perairan dan lingkungan

Upaya kolaboratif dari pemerintah, perusahaan, organisasi non-pemerintah, dan masyarakat


secara luas diperlukan untuk mengatasi masalah polusi sampah plastik, termasuk polusi yang
disebabkan oleh air minum kemasan gelas dan botol. Tujuan utamanya adalah mengurangi
penggunaan plastik sekali pakai, meningkatkan daur ulang, dan mendorong kesadaran akan
pentingnya menjaga kebersihan dan kelestarian lingkungan laut kita.

Peta jalan ini bertujuan untuk mendorong produsen agar mengambil langkah-langkah konkret
dalam mengurangi jumlah sampah yang dihasilkan melalui strategi pengelolaan sampah yang
lebih efisien dan berkelanjutan. Produsen diharapkan untuk mengidentifikasi dan menerapkan
inisiatif pengurangan sampah, termasuk di antaranya penggunaan bahan baku yang lebih
ramah lingkungan, pengurangan kemasan yang berlebihan, daur ulang, dan pengelolaan
limbah yang lebih baik. Dengan kesadaran dan tindakan bersama, diharapkan kita dapat
mengurangi jumlah sampah plastik yang mencemari laut dan menjaga kelestarian ekosistem
laut bagi generasi yang akan datang.

Salah satu cara pengelolaan limbah plastik yaitu dengan proses pirolisis. Proses pirolisis
adalah suatu metode termokimia yang melibatkan pemanasan bahan organik dalam kondisi
tanpa oksigen atau kondisi yang sangat terbatas oksigen. Dalam konteks limbah plastik,
pirolisis dapat digunakan untuk mengubah sampah plastik menjadi berbagai produk seperti
minyak bahan bakar cair, gas, dan padatan karbon.

Secara umum, plastik yang mengandung hidrokarbon kompleks seperti polietilena (PE),
polipropilena (PP), dan polistirena (PS) memiliki potensi untuk menghasilkan lebih banyak
minyak dalam proses pirolisis. Plastik jenis ini sering ditemukan dalam berbagai produk
plastik, seperti botol, kantong belanja, wadah makanan, dan banyak lagi.

PET (Polyethylene Terephthalate) adalah salah satu jenis plastik yang umum digunakan untuk
kemasan makanan dan minuman. Kelebihan PET dalam menjaga makanan tetap kedap udara
dan mempertahankan gas karbon dioksida dalam minuman berkarbonasi membuatnya populer
dalam industri makanan dan minuman.

Namun, ada kekhawatiran terkait kandungan antimony trioxide dalam plastik PET. Antimony
trioxide adalah bahan tambahan yang digunakan dalam produksi PET, dan beberapa penelitian
telah mengaitkannya dengan potensi karsinogen (dapat memicu kanker). Ketika cairan berada

3
dalam kontak langsung dengan kemasan PET, terutama dalam jangka waktu yang lama dan
pada suhu tinggi, terlepasnya antimony trioxide menjadi potensi masalah.

Suhu tinggi, seperti yang dapat terjadi di dalam mobil yang terparkir di bawah sinar matahari
atau dalam lemari penyimpanan tertutup, dapat meningkatkan kemungkinan migrasi zat
berbahaya dari kemasan PET ke dalam makanan atau minuman yang dikemas. Oleh karena
itu, perlu menjaga agar produk makanan dan minuman tidak terlalu lama terpapar suhu tinggi
atau dibiarkan dalam kondisi yang dapat meningkatkan risiko migrasi zat berbahaya.

Meskipun PET dapat didaur ulang, proses daur ulang plastik PET tidak selalu dilakukan secara
efektif atau luas. Ini berarti bahwa banyak kemasan PET masih berakhir sebagai sampah dan
dapat berkontribusi terhadap masalah polusi plastik.

Gambar 1. Contoh kemasan minuman dari PET

HDPE (High-Density Polyethylene) adalah jenis plastik yang umum digunakan dalam
berbagai produk, termasuk kantong belanja, karton susu, botol jus, botol shampoo, dan botol
kemasan obat. HDPE memiliki beberapa keunggulan, seperti kemampuan daur ulang yang
baik dan stabilitas relatif tinggi dibandingkan dengan PET. HDPE dianggap sebagai jenis
plastik yang relatif lebih aman untuk digunakan bersama makanan dan minuman. Dalam
banyak negara, termasuk Uni Eropa dan Amerika Serikat, HDPE diizinkan untuk digunakan
dalam kemasan makanan yang bersentuhan langsung dengan bahan makanan.

Namun, seperti yang Anda sebutkan, beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa jika
HDPE terpapar sinar ultraviolet (UV) dalam jangka waktu yang lama, dapat terjadi lepasnya
zat kimia dari HDPE yang memiliki aktivitas serupa dengan estrogen, salah satu hormon pada
manusia. Zat-zat kimia ini dikenal sebagai zat kimia pengganggu endokrin.

Paparan jangka panjang terhadap zat kimia pengganggu endokrin dapat memiliki efek negatif
pada sistem hormon manusia. Namun, penting untuk dicatat bahwa paparan pada tingkat yang
signifikan biasanya terjadi dalam kondisi yang tidak umum, seperti paparan terhadap suhu
tinggi atau kondisi yang tidak biasa dalam penyimpanan atau penggunaan HDPE.

4
Gambar 2. Contoh produk dari bahan HDPE

PP (Polypropylene) merupakan salah satu jenis plastik yang umumnya dianggap cukup aman
untuk digunakan bersama dengan makanan dan minuman. Hal ini dikarenakan PP memiliki
sifat tahan terhadap panas, kekuatan yang baik, dan resistensi terhadap pelarut kimia. PP
sering digunakan dalam berbagai produk, termasuk wadah makanan, botol, tutup kemasan,
peralatan dapur, dan peralatan medis. Sifatnya yang tahan terhadap panas membuat PP cocok
untuk digunakan dalam produk yang berhubungan dengan makanan panas atau dalam proses
pemanasan.

Namun, seperti halnya dengan banyak jenis plastik lainnya, PP juga memiliki potensi untuk
menyebabkan dampak negatif pada kesehatan manusia. Beberapa studi menunjukkan bahwa
paparan jangka panjang terhadap PP dapat berkontribusi terhadap masalah kesehatan seperti
gangguan hormon dan asma.

Selain itu, PP juga memiliki tantangan dalam daur ulang. Meskipun PP dapat didaur ulang,
proses daur ulangnya tidak seefisien dengan beberapa jenis plastik lainnya. Kendala utama
dalam daur ulang PP adalah rendahnya permintaan pasar terhadap produk daur ulang PP dan
kurangnya infrastruktur daur ulang yang memadai untuk mengolah PP.

5
Gambar 3. Contoh produk dari bahan Polypropylene

LDPE (Low-Density Polyethylene) umumnya digunakan dalam berbagai produk seperti tas
belanja, tas laundry, pembungkus plastik, pelapis karton susu, gelas minuman, botol mustard
yang bisa diremas, tempat penyimpanan makanan, tutup kemasan, pelapis kabel, dan kawat.
LDPE memiliki sifat yang membuatnya cocok digunakan dalam produk-produk tersebut.
Sifat-sifat tersebut meliputi fleksibilitas, ketahanan terhadap bahan kimia, dan sifat kedap air.
Karena sifatnya yang fleksibel, LDPE sering digunakan dalam pembuatan tas dan
pembungkus plastik yang harus dapat melentur dan menyesuaikan dengan bentuk barang.

Salah satu tantangan utama dengan LDPE adalah bahwa tipe plastik ini sulit didaur ulang. Hal
ini disebabkan oleh struktur kimianya dan sifat fleksibel yang membuat proses daur ulang
LDPE lebih kompleks dibandingkan dengan beberapa jenis plastik lainnya. Meskipun
demikian, masih ada upaya dan teknologi yang terus dikembangkan untuk meningkatkan
efisiensi daur ulang LDPE.

Gambar 4. Contoh tas belanja dari LDPE

PVC (Polyvinyl Chloride) atau sering disebut vinyl, telah dikenal memiliki potensi bahaya
bagi kesehatan manusia dan lingkungan. Beberapa masalah terkait dengan penggunaan PVC
termasuk paparan terhadap zat berbahaya seperti bisphenol A (BPA), ftalat, timbal, dioksin,
merkuri, dan kadmium. Paparan zat-zat berbahaya ini dapat memiliki dampak negatif pada
kesehatan manusia. Beberapa risiko yang terkait dengan penggunaan PVC termasuk
peningkatan risiko kanker, gangguan hormonal, serta efek toksik pada sistem reproduksi dan
perkembangan anak. Selain itu, penggunaan PVC juga dikaitkan dengan peningkatan reaksi
alergi pada beberapa individu

Dalam rangka mengurangi risiko dan dampak negatif PVC, banyak pihak telah berupaya
untuk mengurangi penggunaan PVC dan menggantinya dengan alternatif yang lebih aman dan
ramah lingkungan. Beberapa langkah yang dapat diambil termasuk menggantikan produk-
produk PVC dengan bahan yang lebih ramah lingkungan, memilih produk yang bebas dari
zat-zat berbahaya seperti BPA dan ftalat, serta mendukung pengembangan teknologi daur
ulang yang lebih efektif untuk PVC

6
Gambar 5. Contoh produk pipa dari bahan PVC

Sebagai kesimpulan latar belakang ini, bahwa jenis sampah plastik yang mengandung minyak
terbanyak dalam hasil pirolisis dapat bervariasi tergantung pada faktor-faktor seperti
komposisi plastik dan parameter proses pirolisis. Namun, plastik yang mengandung
hidrokarbon kompleks seperti PE, PP, dan PS umumnya memiliki potensi untuk menghasilkan
lebih banyak minyak dalam proses pirolisis.

Selain itu, perlu juga diperhatikan bahwa di banyak negara, penggunaan pirolisis untuk
mengolah sampah plastik masih dalam tahap pengembangan dan mungkin belum secara luas
diimplementasikan dalam skala industri. Sehingga sangat penting untuk terus dilakukan
penelitian, inovasi dan implementasi teknologi yang terus dikembangkan demi meningkatkan
efisiensi dan keberlanjutan proses pirolisis plastik ini dimasa yang akan datang.

2. Tujuan dan Target Inovasi

Tujuan inovasi untuk menentukan pengaruh jenis dan komposisi limbah plastik PP, PET,
HDPE, LDPE, PVC terhadap hasil minyak bahan bakar cair, gas, dan padatan karbon.

Namun, perlu diingat bahwa hasil pirolisis dari jenis limbah atau sampah plastik tertentu dapat
bervariasi tergantung pada berbagai faktor, termasuk komposisi plastik, suhu pirolisis, waktu
reaksi, dan jenis proses pirolisis yang digunakan. Setiap jenis plastik memiliki karakteristik
yang berbeda dan dapat menghasilkan jumlah minyak yang berbeda dalam proses pirolisis.

Sehingga target inovasi memiliki parameter yang akan diukur yaitu karakteristik char atau
residu padat hasil pembakaran, gas serta rendemen minyak dari limbah plastik tersebut

3. Gambaran Umum Inovasi

Sebelum dimulainya proses pirolisis, bahan baku dipastikan dicuci bersih, dipotong-potong,
dan dikeringkan di bawah sinar matahari. Potongan sampah plastik (PP, PET, HDPE, LDPE,
PVC) kemudian ditimbang hingga 1 kg. Gambar 5 menunjukkan diagram skematik proses
pirolisis limbah plastik.

7
Gambar 5. Diagram skematis konversi sampah plastik menjadi minyak melalui pirolisis

Komponen utama terdiri dari ruang reaktor dan kondensor. Kondensor dihubungkan dengan
ruang reaktor oleh pipa besi exchanger yang dicelupkan ke dalam air dingin agar proses
kondensasi berjalan lancar. Termokopel Digital Tipe K, Panjang 30cm dan diameter 5 mm
terhubung langsung ke ruang reaktor untuk memantau suhu gas limbah plastik dari proses
pirolisis. Proses pirolisis menggunakan Gas (LPG) sebagai bahan bakar pemanas reaktor.

Proses pirolisis diawali dengan menyalakan reaktor yang telah diatur suhunya 300-500 °C
dalam kondisi vakum. Suhu reaktor dipertahankan pada suhu 300-500 °C selama 2 jam 30
menit. Saat fase gas atau asap cair produk mengalir ke kondensor, beberapa senyawa
terkondensasi. Bagian yang tidak mengembun tetap berada dalam fase gas. Minyak pirolisis
dikumpulkan dan ditimbang untuk dianalisis agar diketahui berapa persen hasil rendemen
minyak dari sampah plastik melalui proses pirolisis pada suhu 300-500 °C tersebut.
Rendemen, yaitu konversi plastik menjadi minyak, ditentukan dengan menggunakan
persamaan berikut:

𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑚𝑖𝑛𝑦𝑎𝑘
𝐻𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑚𝑖𝑛𝑦𝑎𝑘 (%) = 𝑥 100 %
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑝𝑙𝑎𝑠𝑡𝑖𝑘

8
4. Dampak & Inovasi

Hasil pirolisis limbah plastik diantaranya memiliki dampak adanya hasil padatan karbon.
Inovasi yang bisa dilakukan kedepannya yaitu padatan karbon yang dihasilkan dari pirolisis
limbah plastik perlu dimanfaatkan dalam beberapa cara, antara lain:

1. Bahan bakar padat: Padatan karbon hasil pirolisis dapat digunakan sebagai bahan bakar
padat alternatif. Karbon tersebut dapat dibakar untuk menghasilkan panas dan energi,
baik dalam proses industri maupun sebagai sumber energi domestik.
2. Bahan tambahan dalam produksi logam: Padatan karbon juga dapat dimanfaatkan
sebagai bahan tambahan dalam produksi logam. Karbon tersebut dapat digunakan
sebagai bahan penyangga atau campuran dalam proses pembuatan logam seperti besi
tuang atau baja.
3. Bahan baku untuk produksi elektronik: Beberapa jenis padatan karbon hasil pirolisis
dapat digunakan sebagai bahan baku dalam produksi komponen elektronik seperti
baterai, kapasitor, dan bahan tahan api.
4. Bahan adsorben: Padatan karbon yang memiliki sifat porositas tinggi dapat digunakan
sebagai bahan adsorben. Karbon ini dapat digunakan untuk menghilangkan polutan, bau,
atau zat berbahaya dari air, udara, atau bahan kimia.
5. Bahan tambahan dalam produksi aspal: Padatan karbon hasil pirolisis juga dapat
digunakan sebagai bahan tambahan dalam produksi aspal. Karbon ini dapat
meningkatkan kekuatan dan stabilitas aspal serta membantu dalam pengurangan retakan
dan deformasi.

5. Keunikan dari Inovasi


Keunikan dari inovasi yaitu adanya pemanfaatan padatan karbon hasil dari pirolisis
sampah plastik terus menjadi bidang penelitian dan pengembangan secara berkelanjutan
dimasa masa yang akan datang. Dalam upaya menuju ekonomi sirkular dan
pengurangan limbah plastik, penggunaan yang efektif dan berkelanjutan dari padatan
karbon ini menjadi penting untuk mengurangi dampak negatif limbah plastik terhadap
lingkungan.

Anda mungkin juga menyukai