Anda di halaman 1dari 12

TUGAS PENCEMARAN LAUT

JUDUL :

PENCEMARAN SAMPAH PLASTIK


DI TAMBAK WEDI SURABAYA

Diusulkan oleh :
Alifia Rizky Novitasari; 2016.02.4.0002
Daru Agung Pambudi; 2016.02.4.0007
Ilham Trinoviantara Haidar 2016.02.4.0018
Muhammad Lutfi Bahari 2016.02.4.0026

PROGRAM STUDI OSEANOGRAFI


FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS HANG TUAH
SURABAYA
2019
BAB 1.
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Permasalahan sampah di Indonesia merupakan masalah yang belum
terselesaikan hingga saat ini. Sementara itu dengan bertambahnya jumlah
penduduk maka akan mengikuti pula bertambahnya volume timbulan sampah
yang dihasilkan dari aktivitas manusia. Komposisi sampah yang dihasilkan dari
aktivitas manusia adalah sampah organik sebanyak 60-70% dan sisanya adalah
sampah non organik 30-40%, sementara itu dari sampah non organik tersebut
komposisi sampah terbanyak kedua yaitu sebesar 14% adalah sampah plastik.
Sampah plastik yang terbanyak adalah jenis kantong plastik atau kantong kresek
selain plastik kemasan. Jambeck, 2015 dalam Purwaningrum, 2016 menyatakan
bahwa Indonesia masuk dalam peringkat kedua dunia setelah China menghasilkan
sampah plastic di perairan mencapai 187.2 juta ton. Hal itu berkaitan dengan data
Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan yang menyebutkan bahwa plastik
hasil dari 100 toko atau anggota Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (APRINDO)
dalam waktu setahun saja mencapai 10.95 juta lembar sampah kantong plastik.
Jumlah itu ternyata setara dengan luasan 65.7 hektar kantong plastik.
Permasalahan sampah plastik tersebut apabila semakin banyak jumlahnya di
lingkungan maka akan berpotensi mencemari lingkungan. Mengingat bahwa sifat
plastik akan terurai di tanah dalam waktu lebih dari 20 tahun bahkan dapat
mencapai 100 tahun sehingga dapat menurunkan kesuburan tanah dan di perairan
plastik akan sulit terurai. Distribusi plastik yang terdapat di masyarakat banyak
berasal dari bahan Polyethylene. Polyethylene sendiri dibagi menjadi tiga, yaitu
High Density Poly Ethylene (HDPE), Low Density PolyEthylene (LDPE) dan
Linier Low Density PolyEthylene (LLDPE). Dalam pemakaiannya HDPE banyak
digunakan sebagai botol minuman, sedangkan LDPE digunakan sebagai kantong
plastik. LLDPE memiliki kekuatan tensil yang lebih tinggi dari LDPE dan
memiliki ketahanan yang lebih tinggi terhadap tekanan. Di pasaran terdapat juga
plastik jenis Crosliking Polyethylene (XPE).
Plastik dari bahan petrokimia mempunyai kecepatan biodegradasi yang
sangat lambat, dan membutuhkan waktu yang lama untuk terdegradasi sempurna.
Limbah plastik yang ada pada saat ini pada umumnya hanya dibuang (disposal),
landfill, dibakar atau didaur ulang (recycle). Limbah plastik jika diolah dengan
cara yang tepat, karena plastik dapat menghasilkan hidrokarbon yang merupakan
bahan dasar energi dan bahan kimia. Polyethylene sebagai bahan dasar pembuatan
kantong plastik merupakan polimer termoplastik sehingga dapat terdegradasi
dengan perlakuan termal. Metode perlakuan termal yang biasa digunakan salah
satunya adalah pirolisis. Pirolisis merupakan proses peruraian bahan organic
secara termal tanpa adanya oksigen dengan produk berupa cairan, gas dan
padatan. Pirolisis tidak melepaskan polutan berupa partikel dan CO2 ke atmosfer
sehingga praktis tidak mengganggu lingkungan (Naimah, et al. 2012).

1.2. Tujuan
1. Menunjukan bahwa sampah plastic sangat menggangu lingkungan
2. Menunjukan bahwa pengurai sampah plastik sangat lama
3. Cara menanggulangi (recycle) sampah plastik
BAB 2.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Plastik
Plastik merupakan bahan organik yang mempunyai kemampuan untuk
dibentuk ke berbagai bentuk, apabila terpapar panas dan tekanan. Plastik dapat
berbentuk batangan, lembaran, atau blok, bila dalam bentuk produk dapat berupa
botol, pembungkus makanan, pipa, peralatan makan, dan lain-lain. Komposisi dan
material plastik adalah polymer dan zat additive lainnya. Polymer tersusun dari
monomer-monomer yang terikat oleh rantai ikatan kimia (Waste management
information, 2004). Perkembangan plastik bermula dari ditemukannya plastik
pertama yang berasal dari polymer alami, yakni selluloid pada tahun 1869 oleh
investor Amerika John W, Hyatt dan dibentuk pada tahun 1872. Plastik pertama
tersusun oleh nitrat selulosa, kamfer, dan alkohol. Plastik menjadi industri modern
setelah adanya produksi Bakelite oleh American Chemist L. H Baakeland pada
tahun 1909. Bakelite tersusun dari polymer fenol dan formaldehid. Dalam
perkembangannya, plastik digunakan dalam berbagai bentuk dan kegunaan,
seperti peralatan makan, pembungkus makanan, lensa optik, struktur bangunan,
furniture, fiberglass, dan lain-lain (Waste management information, 2004).
Menurut Nasiri (2004) dalam Purwaningrum (2016) Secara umum plastik
mempunyai sifat yaitu densitas yang rendah; isolasi terhadap listrik; mempunyai
kekuatan mekanik yang bervariasi; ketahanan terhadap suhu terbatas; ketahanan
terhadap bahan kimia bervariasi. Plastik mudah terbakar, sehingga mengakibatkan
ancaman terjadinya kebakaran pun semakin meningkat. Asap hasil pembakaran
bahan plastik sangat berbahaya karena mengandung gasgas beracun seperti
hidrogen sianida (HCN) dan karbon monoksida (CO). Hidrogen sianida berasal
dari polimer berbahan dasar akrilonitril, sedangkan karbon monoksida sebagai
hasil pembakaran tidak sempurna. Hal inilah yang menyebabkan sampah plastik
sebagai salah satu penyebab pencemaran udara dan mengakibatkan efek jangka
panjang berupa pemanasan secara global pada atmosfer bumi.
Sampah plastik yang berada dalam tanah yang tidak dapat diuraikan oleh
mikroorganisme menyebabkan mineral-mineral dalam tanah baik organik maupun
anorganik semakin berkurang, hal ini menyebabkan jarangnya fauna tanah, seperti
cacing dan mikorganisme tanah, yang hidup pada area tanah tersebut, dikarenakan
sulitnya untuk memperoleh makanan dan berlindung. Selain itu kadar O2 dalam
tanah semakin sedikit, sehingga fauna tanah sulit untuk bernafas dan akhirnya
mati. Ini berdampak langsung pada tumbuhan yang hidup pada area tersebut.
Tumbuhan membutuhkan mikroorganisme tanah sebagai perantara dalam
kelangsungan hidupnya (Ahmann D dan Dorgan J R, 2007). Keunggulan plastik
dibandingkan dengan material lain diantaranya kuat, ringan, fleksibel, tahan karat,
tidak mudah pecah, mudah diberi warna, mudah dibentuk, serta isolator panas dan
listrik yang baik.
Plastik dapat dikelompokkan menjadi dua macam yaitu thermoplastik dan
termosetting. Thermoplastik adalah bahan plastik yang jika dipanaskan sampai
suhu tertentu, akan mencair dan dapat dibentuk kembali menjadi bentuk yang
diinginkan. Sedangkan thermosetting adalah plastik yang jika telah dibuat dalam
bentuk padat, tidak dapat dicairkan kembali dengan cara dipanaskan. Berdasarkan
sifat kedua kelompok plastik tersebut maka thermoplastik adalah jenis yang
memungkinkan untuk didaur ulang. Jenis plastik yang dapat didaur ulang diberi
kode berupa nomor untuk memudahkan dalam mengidentifikasi dan
penggunaannya.

2.2. Jenis-Jenis Plastik


Dalam usaha mengurangi sampah plastik dengan melakukan daur ulang
sampah plastik maka perlu mengenal jenis-jenis platik yang berada di pasaran.
Berdasarkan American Society of Plastik Industry, telah dibentuk sistem
pengkodean resin untuk plastik yang dapat di daur ulang (recycle). Kode / simbol
tersebut berbentuk segitiga arah panah yang merupakan simbol daur ulang dan di
dalamnya terdapat nomor yang merupakan kode dan resin yang dapat di daur
ulang seperti terlihat pada Gambar 1.
Beberapa jenis plastic yaitu: PET atau PETE, atau polyethylene
therephthalate. Ringan, murah, dan mudah membuatnya. Penggunaannya
terutama pada botol minuman soft drink, tempat makanan yang tahan microwave
dan lain-lain. HDPE (high density polyethylene) lebih kuat dan rentan terhadap
korosi, sedikit sekali resiko penyebaran kimia bila digunakan sebaga wadah
makanan, bisa digunakan untuk wadah shampoo, deterjen, kantong sampah.
Mudah didaur ulang.

PVC (polyvinyl chloride) Plastik jenis ini memiliki karakteristik fisik yang
stabil dan memiliki ketahanan terhadap bahan kimia, cuaca, sifat elektrik dan
aliran. Bahan ini paling sulit didaur ulang dan paling sering kita jumpai
penggunaannya pada pipa dan konstruksi bangunan. · LDPE (low density
polyethylene) Bisa digunakan untuk wadah makanan dan botol-botol yang lebih
lembek. · PP (polypropylene) Plastik jenis ini mempunyai sifat tahan terhadap
kimia kecuali klorin, bahan bakar dan xylene, mempunyai sifat insulasi listrik
yang baik. Bahan ini juga tahan terhadap air mendidih dan sterilisasi dengan uap
panas. Aplikasinya pada komponen otomotif, tempat makanan, karpet, dll. · PS
(polystyrene) Jenis ini mempunyai kekakuan dan kestabilan dimensi yang baik.
Biasanya digunakan untuk wadah makanan sekali pakai, kemasan, mainan,
peralatan medis, dll.

2.3. Dampak Plastik di Lingkungan


Dampak plastik terhadap lingkungan. antara lain adalah tercemamya tanah,
air tanah, dan makhluk bawah tanah; racun+acun dari partikel plastik yang masuk
kedalam tanah akan membunuh hewan-hewanpengurai di dalam tanah seperti
cacing; PCB yang tidak dapat terurai rneskipun termakan oleh binatang maupun
tanaman akan menjadi racun berantai sesuai urutan nantai makanan; kantong
plastik akan mengganggu jalur air yang meresap ke dalam tanah; menurunkan
kesuburan tanah karena plastik juga menghalangi sirkulasi udara didalam tanah
dan ruang gerak makhluk bawah tanah yang mampu meyuburkan tanah; kantong
plastik yang sukar diurai, mempunyai umur panjang, dan ringan akan mudah
diterbangkan angin hingga ke laut sekalipun; hewan-hewan dapat terjerat dalam
tumpukan plastik; hewan-hewan laut seperti lumba-lumba, penyu laut, dan anjing
laut menganggap kantong-kantong plastik tensebut makanan dan akhimya mati
karena tidak dapat mencernanya; ketika hewan mati, kantong plastik yang berada
didalam tubuhnya tetap tidak akan hancur menjadi bangkai dan dapat meracuni
hewan lainnya; pembuangan sampah plastik sembarangan di sungai-sungai akan
mengakibatkan pndangkalan sungai dan penyumbatan aliran sungai sehingga
menyebabkan banjir.
Konsumsi berlebih terhadap plastik, mengakibatkan jumlah sampah plastik
yang besar. Plastik bukan berasal dari senyawa biologis, sehingga memiliki sifat
sulit terdegmdasi (nonbiodegradable). Plastik diperkirakan membutuhkan waktu
100 hingga 500 tahun dapat terdekomposisi (terurai) dengan sempurna.

2.4. Pengolahan/Daur Ulang Limbah Plastik


Teknologi pengolahan sampah plastik yang saat ini banyak digunakan
adalah teknologi perajangan plastik, pelelehan plastic dan pencetakkan plastik.
Kebanyakan pelaku daur ulang hanya sampai dalam pemilahan dan pencucian
sampah plastik. Hasil dari perajangan tersebut berbentuk plastic serpih dan flakes.
Sangat jarang pelaku daur ulang yang melelehkan plastik untuk memproduksi
bijih plastik sebagai bahan baku pabrik plastik. Secara garis besar proses daur
ulang tersebut disajikan dalam Gambar 2.
a. Penggilingan / Perajangan
Penggilingan merupakan pelaku daur ulang yang khususnya plastik bekas
yang mempunyai fungsi mengolah plastik bekas menjadi bahan baku
sekunder untuk pabrik plastik. Penggiling mempunyai kemampuan dalam
memilah-milahkan barang plastic bekas yang beranekaragam tersebut
menjadi hanya beberapa jenis plastik yang diperlukan pabrik yaitu plastik
jenis Low density polyethylene (LDPE), High density polyethylene (HDPE),
polyethylene.

Gambar 2. Kegiatan Daur Ulang Sampah Plastik


Terephthalate (PET), Polyvinyl chloride (PVC), Polypropylene (PP),
Polystryrene (PS), dll. Para penggiling biasanya mempunyai beberapa
pekerja yang professional dibidangnya. Untuk memilahkan segala jenis
barang bekas dari plastik, belum ada alat yang dapat memilahkan para
pengumpul atau lapak. Pembelian biasanya dilakukan secara tunai. Tahap
selanjutnya adalah dilakukan pemilahan barang bekas dari plastik tersebut
menjadi beberapa kategori sesuai dari jenis plastik yang digunakan.
Biasanya pekerjaan ini dilakukan oleh 2-5 orang pemilah sesuai dengan
besarnya pabrik tersebut. Setelah terpisah sesuai kategorinya, kemudian
dilakukan perajangan di mesin perajang yang biasanya mempunyai
kapasitas 350 kg sampai 500 kg per jam.

Mesin perajang ini digerakkan oleh motor listrik kekuatan besar atau
langsung dengan mesin diesel. Keluar dari mesin perajang, barang bekas
plastik tersebut hancur menjadi serpihan dengan ukuran sekitar 1 cm2 dan
langsung masuk ke bak pencuci, plastic diangin-anginkan diudara terbuka
yang langsung terkena sinar matahari. Setelah kering, serpihan plastik ini
atau disebut juga sebagai “flakes” siap untuk dikirim ke pabrik biji plastik.
Mutu dari serpihan plastik ini ditentukan oleh keahlian memisahkan barang
bekas plastik sehingga tidak tercampur satu jenis plastik dengan lainnya.
Ketajaman pisau perajang juga mempengaruhi mutu dari serpihan, pisau
yang kurang tajam akan membuat pinggiran serpihan tidak rata.
2.5. Permasalahan Daur Ulang Plastik
Ada beberapa karakteristik sampah plastik yang menimbulkan kesulitan
dalam proses daur ulang plasik antara lain :
 Sampah plastic tidak mudah dipilah-pilahkan seperti halnya dengan kertas,
logam, gelas, dll.
 Ketidak murnian dalam sampah plastik menjadikan ia tidak mudah
dilebur/dilelehkan pada temperatur tinggi.
 Sampah plastik mempunyai berat jenis yang rendah sehingga memerlukan
ruang yang cukup besar untuk menyimpannya.
 Dalam proses daur ulang, kondisi ideal yang diperlukan adalah suplai yang
tetap dan kontinyu dari sampah plastik yang bersih dan kering serta terdiri
dari jenis yang sama dengan formulasi yang diketauhi dan tetap. Dalam
prakteknya suplai bahan biasanya tidak menentu.
BAB 3.
LOKASI PENGAMBILAN VIDEO
3.1. Lokasi
Lokasi pengambilan video dilakukan di Desa Tambak Wedi Kelurahan
Kenjeran Surabaya yang berada dekat di Jembatan Suramadu.

3.2. Permasalahan
Masalah-masalah pencemaran plastik yang ada di Desa Tambak Wedi
disebabkan oleh warga sekitar yang membuang sampah sembarangan disekitar
daerah mangrove, dan banyak kiriman sampah dari selat Madura maupun sungai
yang berada dekat di Desa Tambak Wedi. Sampah-sampah yang berada di
Tambak Wedi yaitu; sampah organik dan anorganik, tetapi kebanyakan sampah
yang berada di Tambak Wedi adalah sampah anorganik, seperti popok bayi,
kantong plasti, botol plastik, dan lain sebagainya
Disekitar daerah Tambak Wedi dahulunya ada bank sampah yang
menampung sampah dari warga untuk dijadikan barang-barang, seperti tas
belanja. Tetapi, pada saat ini bank sampah sudah tidak ada dan tidak ada pihak
dari perangkat desa yang mensosialisasikan untuk pembersihan sampah.
BAB 4.
KESIMPULAN

1. Sampah plastik sangat mencemari lingkungan dikarnakan sampah plastic ini


banyak dan menutupi sebagian akar mangrove, mengganggu daerah sekitar
akibat bau yang sangat menyengat, berbahaya bagi manusia, hewan dan
tumbuhan.
2. banyaknya ditemukan sampah plastic yang sudah hampir 5 tahun yang
sampai sekarang belum terurai.
3. penanggulanan sampah plastik yang saat ini banyak digunakan adalah
teknologi perajangan plastik, pelelehan plastic dan pencetakkan plastik.
DAFTAR PUSTAKA

Purwaningrum P. 2016. Upaya mengurangi timbulan sampah plastik di


lingkungan, Jakarta. JTL. 8 (2): 141-147.
Sahwan F. L., dan Djoko H. 2005. Sistem pengelolaan limbah plastik di
Indonesia. J. Tek. Ling. 6 (1): 311-318.
Naimah S., Chicha N., dan Irma R. 2012. Dekomposisi limbah plastik
polypropylene dengan metode pirolisis. Jakarta. Jurnal sains materi
Indonesia. 13 (3): 226-229.
Hasibuan R. 2016. Analisa dampak limbah/sampah rumah tangga terhadap
pencemaran lingkungan hidup. Jurnal ilmiah “advokasi”. 04 (01):42-52.
Suwarno A., dan Sudarmono. 2015. Kajian penggunaan limbah plastik sebagai
campuran agregat beton. Semarang. Jurnal Wahana Teknik Sipil. 20 (1): 1-
10.
Setyowati R., dan Surahma A. M., 2013. Pengetahuan dan perilaku ibu rumah
tangga dalam pengelolaan sampah plastik. Yogyakarta. Jurnal Kesmas. 7
(12): 562-566.
Puteri I., Rizkina A., dan Satria A. M., 2018. Penerapan plastik deosit refund
sistem sebagai instrumen penanggulangan pencemaran limbah plastik di
wilayah perairan indonesia. Jurnal Hukum Lingkungan. 4 (2): 129-150.

Anda mungkin juga menyukai