Anda di halaman 1dari 12

Bab 1

Pendahuluan
1.1 latar belakang
Air adalah suatu zat pelarut yang bersifat sangat berdaya guna, yang mampu melarutkan zat-
zat lain dalam jumlah yang lebih besar dari zat cairnya. Sifat ini dapat dilihat dari banyaknya
unsur-unsur pokok yang terdapat di dalam air laut. Selain itu air laut juga mengandung
sejumlah besar gas-gas udara yang terlarut. Semua gas-gas yang ada di atmosfir dapat
dijumpai di dalam air laut walaupun jumlah terdapat dalam jumlah yang lebih sedikit jika
dibandingkan dengan yang ada di atmosfer konsentrasi nitrogen di atmosfer mencapai 780,90
cm3/liter udara sedangkan konsentrasi nitrogen di dalam air laut hanya mencapai 13
cm3/liter air laut. Namun demikian konsentrasi nitrogen masih lebih tinggi dibandingkan
dengan gas-gas lainnya seperti oksigen, argon neon, helium, dan gas xrypton. Tingginya
konsentrasi gas nitrogen dibandingkan dengan gas-gas lain hal ini disebabkan selain faktor
siklus alamiah yang berlangsung, nitrogen juga memegang peranan kritis dalam daur organik
untuk menghasilkan asam-asam amino yang membentuk protein.

Sebagai salah satu unsur pembatas pertumbuhan, nitrogen memainkan peran penting dalam
mengkontrol produktivitas biologis. Beberapa bahagian dari siklus biogeokimiawi nitrogen di
laut turut berperan dalam rangkaian 'feedback' yang mengatur iklim, pembentukan sedimen
biogenik, dan kadar beberapa bahan kimia dalam air laut. Karena keberadaan nitrogen secara
alamiah dalam tingkat oksidasi yang beragam, nitrogen cenderung mengalami reaksi redoks
yang mengakibatkan nitrogen memiliki siklus biogeokimiawi yang kompleks. siklus yang
kompleks tersebut ditambah dengan variabilitas spasial dan temporal nitrogen yang besar
menyebabkan siklus nitrogen di laut sulit dipelajari. Keadaan ini mengakibatkan pengetahuan
kita tentang aliran global dan ukuran cadangan dimana nitrogen tersimpan memiliki tingkat
ketidak pastian yang cukup tinggi. Data yang tersedia mengindikasikan bahwa siklus
biogeokimiawi nitrogen di laut tidak dalam kondisi 'steady state', dan perkiraan tentang
beberapa sumber nitrogen yang terikat terlampau rendah.

Kegiatan manusia telah meningkatkan aliran nitrogen global. Laju aliran nitrogen terikat
kedalam laut meningkat secara signifikan karena kegiatan buangan limbah dan pertanian.
Pertanian menyebabkan erosi tanah dan limpasan pupuk. Di beberapa lokasi, aliran
antropogenik nitrogen ini melampaui masukan alami dari sungai dan telah mengakibatkan
eutrofikasi pada perairan estuari. Nitrogen juga menghilang dari biosfer daratan karena
biomasa yang terbakar, khususnya di hutan hujan tropis. Proses-proses ini bersama-sama
dengan pembakaran bahan bakar fosil telah meningkatkan kandungan nitrogen oksida dalam
atmosfer. Pencemaran udara ini membantu pembentukan ozon pada troposfer, tetapi
menyebabkan perusakan lapisan ozon pada stratosfer.

1.2 Tujuan
1. Dapat mengerti memahami apa itu siklus nitrogen.
2. Memahami proses apa saja yang terjadi dalam siklus nitrogen.
3. Memahami permasalahan yang muncul dalam siklus nitrogen.

1.3 Rumusan masalah


1. Apa yang dimaksud dengan siklus nitrogen?
2. Bagaimana siklus nitrogen dapat berlangsung ?
3. Permasalahan apa yang muncul dalam siklus nitrogen yang ada sekarang ini ?
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Nitrogen
Sumber utama nitrogen adalah nitrogen bebas (N2) yang terdapat di atmosfir, yang
takarannya mencapai 78% volume, dan sumber lainnya yang ada di kulit bumi dan perairan.
Nitrogen juga terdapat dalam bentuk yang komplek, tetapi hal ini tidak begitu besar sebab
sifatnya yang mudah larut dalam air.

Bentuk atau komponen N di atmosfir dapat berbentuk ammonia (NH3), molekul nitrogen
(N2), dinitrit oksida (N2O), nitrogen oksida (NO), nitrogen dioksida (NO2), asam nitrit
(HNO2), asam nitrat (HNO3), basa amino (R3-N) dan lain-lain dalam bentuk proksisilnitri
(Soderlund dan Rosswall, 1980). Dalam telaah kesuburan tanah proses pengubahan nitrogen
dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu mineralisasi senyawa nitrogen komplek,
amonifikasi, nitrifikasi, denitrifikasi, dan volatilisasi ammonium (Mas’ud, 1992).

Salah satu komponen air laut yaitu Nitrogen. Pengetahuan senyawa dan kandungan Nitrogen
di laut sangat penting untuk diketahui oleh kita, karena hal ini mempunyai hubungan erat
dengan kehidupan biota laut, dan berkaitan dengan nutrien untuk biota laut. Secara alamiah
perkembangan konsentrasi dari nutrien sangat tergantung dari hubungan antara kedalaman
laut dan stok fitoplankton serta aktivitasnya. Ada sebuah studi yang dilakukan di Guinea,
Atlantik bagian timur menemukan adanya korelasi antara naik turunnya konsentrasi NO3
dengan kedalaman laut dan produksi fitoplankton. Pada laut dalam, Zn menjadi masalah
dalam hubungan antara kandungan oksigen dan klorofil, oleh karena itu akan sangat
menentukan “batas kandungan nitrat” (nitracline), mengingat kandungan Nitrogen dalam air
senentiasaa berbentuk ion nitrat dan ion ammonium.

2.2 JENIS-JENIS NITROGEN


Proses kimiawi nitrogen di laut terutama dikontrol oleh reaksi redoks melalui perantaraan
fitoplankton dan bakteri. Akibatnya, nitrogen dalam air laut dan sedimen berada pada tingkat
oksidasi yang beragam. Jenis-jenis nitrogen yang secara alami paling dominan dengan
tingkat okasidasinya disajikan dalam Tabel 1. Jenis-jenis nitrogen inorganik NO3-, NO2-, dan
NH4- seringkali dinamakan sebagai Dissolved Inorganic Nitrogen (DIN).
Tabel 1. Jenis-jenis Nitrogen di laut
Jenis Rumus molekul Bilangan Oksidasi Nitrogen
Ion Nitrat NO3- +V
Ion Nitrit NO2- +III
Gas Nitrous Oksida N2O +I
Gas Nitric Oksida NO +II
Gas Nitrogen N2 0
Gas Amonia NH3 -III
Ion Amonium NH4- -III
Amina organic RNH2 -III
Bilangan oksidasi nitrogen dari semua senyawa organik adalah-III. Senyawa organik
nitrogen yang paling dominan adalah senyawa humat (humic), kemudian diikuti oleh
nitrogen organik yang terdapat dalam jumlah yang lebih sedikit meliputi asam amino, asam
nukleat, gula amino, dan urea beserta polimernya (misalnya DNA, RNA dan khitin).

Fungsi utama senyawa-senyawa nitrogen organik diduga dalam proses osmoregulasi, jadi
hampir seluruhnya berada dalam bentuk larutan sebagai bagian dari matriks intraselular.
Senyawa-senyawa amina ini sangat penting dan terdapat dalam jumlah besar pada organisme
laut dan pesisir yang mengalami fluktuasi salinitas. Senyawa tersebut dikeluarkan ke dalam
air laut sebagai Dissolved Organic Matter (DOM) dan kemudian terurai menjadi jenis-jenis
dengan berat molekular rendah, seperti metil, dimetil dan trimetil amina.

2.3 siklus Nitrogen


Nitrogen memegang peranan kritis dalam siklus organic dalam menghasilkan asam-asam
amino yang membuat protein. Dalam siklus nitrogen, tumbuh-tumbuhan menyerap N-
anorganik dalam salah satu gabungan atau sebagai nitrogen molekuler. Tumbuh-tumbuhan
ini membuat protein yang kemudian dimakan hewan dan diubah menjadi protein hewan.
Jaringan organic yang mati diurai oleh berbagai jenis bakteri, termasuk didalamnya bakteri
pengikat nitrogen yang mengikat nitrogen molekuler menjadi bentuk-bentuk gabungan (NO2,
NO3, NH4) dan bakteri denitrifikasi yang melakukan hal sebaliknya. Nitrogen lepas ke udara
dan diserap dari udara selama siklus berlangsung. Jumlah nitrogen yang tergabung dalam
mineral dan mengendap di dasar laut tidak seberapa besar (Romimohtarto dan Juwana,
2001).

Siklus nitrogen sendiri adalah suatu proses konversi senyawa yang mengandung unsur
nitrogen menjadi berbagai macam bentuk kimiawi yang lain. Transformasi ini dapat terjadi
secara biologis maupun non-biologis. Siklus nitrogen secara khusus sangat dibutuhkan dalam
ekologi karena ketersediaan nitrogen dapat mempengaruhi tingkat proses ekosistem kunci,
termasuk produksi primer dan dekomposisi. aktivitas manusia seperti pembakaran bahan
bakar fosil, penggunaan pupuk nitrogen buatan, dan pelepasan nitrogen dalam air limbah
telah secara dramatis mengubah siklus nitrogen global.

Secara umum daur nitrogen atau siklus nitrogen terdiri dari tiga tahapan proses, yaitu:

1. Tahap pertama adalah proses perubahan gas nitrogen menjadi amonia oleh bakteri fiksasi
nitrogen. Fiksasi nitrogen secara biologis dapat dilakukan oleh bakteri Rhizobium yang
bersimbiosis dengan tanaman leguminosa. Bakteri yang berperan dalam fiksasi nitrogen
antara lain adalah bakteri Azotobacter dan Clostridium. Selain itu ganggang hijau biru
dalam air juga memiliki kemampuan memfiksasi nitrogen.
2. Tahap kedua adalah proses perubahan amonia menjadi nitrit dan nitrat melalui proses
nitrifikasi. Amonia diubah menjadi nitrit oleh bakteri nitrit yang disebut bakteri
nitrosomonas. Kemudia nitrit yang terbentuk diubah menjadi nitrat oleh bakteri nitrat
yang disebut bakteri nitrobakter.
3. Tahap ketiga adalah proses perubahan nitrit dan nitrat menjadi nitrogen kembali melalui
proses denitrifikasi.

2.3.1 proses proses dalam Siklus Biogeokimiawi Nitrogen

Gambar 3. Skema Siklus Biogeokimiawi Nitrogen: 1) remineralisasi, 2) amonifikasi, 3)


nitrifikasi, 4) denitrifikasi (reduksi nitrat disimilatori), 5) fiksasi nitrogen, 6) reduksi nitrogen
asimilatori, 7) asimilasi DON (LIBES, 1992).
1. Reaksi biogeokimiawi nitrogen
a. Remineralisasi dan Amonifikasi
Istilah remineralisasi digunakan untuk mengacu kepada tahap awal dekomposisi PON
(Particulate Organic Nitrogen )dimana nitrogen padat diubah menjadi DON
(Dissolved Organic Nitrogen). DON kemudian diuraikan oleh bakteri heterotrofik.
Penguraian ini berlangsung cepat, karena sifat reaktif ikatan nitrogen-karbon.
Pemecahan dari ikatan tersebut melepaskan amonia (NH3) yang cenderung bereaksi
dengan H+ atau H2O dan membentuk amonium (NH4). Proses ini dinamakan
'amonifikasi' untuk biomolekul yang mengandung nitrogen paling dominan adalah
protein.
b. Nitrifikasi
Nitrifikasi merupakan suatu proses oksidasi ensimatik yang dilakukan oleh
sekelompok jasad renik/bakteri dan berlangsung dalam dua tahap yang
terkoordinasikan. Konversi amonium menjadi nitrat dilakukan terutama oleh bakteri
yang hidup di dalam tanah danbakteri nitrifikasi lainnya. Tahap utama nitrifikasi,
bakteri nitrifikasi seperti spesiesNitrosomonas mengoksidasi amonium (NH4 +) dan
mengubah amonia menjadi nitrit (NO2-). Spesies bakteri lain, seperti Nitrobacter,
bertanggung jawab untuk oksidasi nitrit menjadi dari nitrat (NO3-). Masing-masing
dilakukan oleh bakteri/jasad renik yang berbeda pada tahap-tahapan proses nitrifikasi
(Mas’ud, 1993), sebagai berikut:

Tahap pertama (nitrisasi)

Tahap kedua (nitrisasi)

Menurut Rompas (1998), bakteri autotrofi (bakteri nitrifikasi) dapat menggunakan N-


anorganik untuk melakukan nitrifikasi, seperti genera bakteri Nitosomonos,
Nitrosococcus, Nitrosospira, Nitrosovibrio, dan Nitrosolobus. Pada proses tahap
pertama reaksi berlangsung dari ammonium ke nitrit yang melibatkan bakteri
Nitrosomonos dan Nitrosococcus dengan persamaan reaksi sebagai berikut:

Sedangkan reaksi kedua diperankan oleh bakteri Nitrobacter dan Nitrococcus spp
yang melakukan oksidasi dari nitrat ke nitric dengan persamaan reaksi sebagai berikut
:

Reaksi nitrifikasi seperti di atas dapat berlangsung jika adanya oksigen. Proses
oksidasi dari NO2 ke nitrit umumnya lebih cepat dari pada proses oksidasi dari NH4
ke nitrit, dan nitri ini terakumulasi di lingkungan. Tahapantahapan oksidasi
ammonium oleh bakteri Nitrosomonas dan kemungkinan produksi nitrit oleh
beberapa bakteri disajikan dalam persamaan sebagai berikut:
Dalam air dengan kandungan oksigen yang cukup, ammonium mudah teroksidasi
menjadi nitrit dan kemudian menjadi nitrat berturut-turut oleh bakteri Nitrosomonas
dan Nitrobacter. Proses ini disebut 'nitrifikasi' yang terjadi secara bertahap, Pada
awalnya, PON diurai menjadi amonium yang merangsang pertumbuhan
Nitrosomonas. Bakteri ini mengoksidasi amonium menjadi nitrit, sehingga kadar
amonium menurun dan kadar nitrit meningkat. Peningkatan kadar nitrit tersebut akan
merangsang pertumbuhan Nitrobacter, yang mengoksidasi nitrit menjadi nitrat.
Akhirnya, seluruh DIN dioksidasi menjadi nitrat. PON yang tersisa adalah senyawa
yang tidak bisa diurai oleh bakteri laut anaerobic.

c. Denitrifikasi
Denitrifikasi adalah proses reduksi nitrat untuk kembali menjadi gas nitrogen (N2),
untuk menyelesaikan siklus nitrogen. Proses ini dilakukan oleh spesies bakteri seperti
Pseudomonasdan Clostridium dalam kondisi anaerobik. Mereka menggunakan nitrat
sebagai penerima elektron di tempat oksigen selama respirasi. Fakultatif anaerob
bakteri ini juga dapat hidup dalam kondisi aerobic

Dalam kondisi air laut yang tak jenuh dengan oksigen (sub-oksik dan anoksik),
Sebagian nitrat direduksi berturut-turut menjadi nitrit dan kemudian N2, dengan
demikian tidak menjadi bagian dari biomasa bakteri. Karena nitrogen terikat hilang
dalam proses ini, maka proses tersebut dinamakan 'denitirifikasi'. Disamping kondisi
sub-oksik dan anoksik sebagai prasyarat terjadinya proses denitrifikasi, sejumlah
besar bahan organik diperlukan untuk proses denitrifikasi. Kondisi ini lazim ditemui
di zona upwelling di kawasan pesisir seperti di perairan Peru dan daerah dengan
kondisi perairan yang relatif tenang (stagnant) antara lain perairan bagian timur
Pasifik Utara tropik. Denitrifikasi juga terjadi pada sedimen pesisir dan perairan
estuari yang tercemar sebagai akibat keberadaan bahan organik dalam jumlah besar.

Denitrifikasi umumnya berlangsung melalui beberapa kombinasi dari bentuk


peralihan sebagai berikut:

NO3− → NO2− → NO + N2O → N2 (g)

Proses denitrifikasi lengkap dapat dinyatakan sebagai reaksi redoks:

2 NO3− + 10 e− + 12 H+ → N2 + 6 H2O

d. Fiksasi Nitrogen
Nitrogen masuk ke dalam laut melalui aliran sungai, curah hujan, difusi dari sedimen
dan fiksasi N2. Dalam fiksasi N2, ikatan rangkap tiga dalam N2 harus dipecahkan.
Atom yang dibebaskan menjadi bagian dari senyawa tereduksi yang biasanya berupa
senyawa organik. Karena pemecahan ikatan N2 merupakan reaksi yang memerlukan
banyak energi, hanya ada beberapa organisme yang mampu 'mem-fiksasi' nitrogen.
Fiksasi nitrogen adalah proses alam, biologis atau abiotik yang mengubah nitrogen di
udara menjadi ammonia (NH3). Mikroorganisme yang mem-fiksasi nitrogen disebut
diazotrof. Mikroorganisme ini memiliki enzim nitrogenaze yang dapat
menggabungkan hidrogen dannitrogen. Reaksi untuk fiksasi nitrogen biologis ini
dapat ditulis sebagai berikut :

N2 + 8 H+ + 8 e− → 2 NH3 + H2

Mikro organisme yang melakukan fiksasi nitrogen antara lain : Cyanobacteria,


Azotobacteraceae, Rhizobia, Clostridium, dan Frankia. Selain itu ganggang hijau biru
juga dapat memfiksasi nitrogen. Beberapa tanaman yang lebih tinggi, dan beberapa
hewan (rayap), telah membentuk asosiasi (simbiosis) dengan diazotrof. Satu-satunya
jenis pengikat nitrogen yang berbentuk sel bebas adalah Oscillatoria spp., jenis
cyanobakteria fotosintetik yang dianggap sebagai salah satu tipe 'blue-green algae'.
Organisme ini berkembang dengan cepat pada perairan pesisir tropik, sehingga
seringkali menghasilkan 'blooming'.

Fiksasi nitrogen sangat dibutuhkan di perairan tropik karena keterbatasan kandungan


nitrogen yang ekstrim, Di perairan tropik, Oscillatoria spp. tersebar secara luas dan
memiliki tingkat populasi yang tinggi, sehingga jenis-jenis ini dianggap sebagai
organisme pengikat nitrogen laut yang paling penting. Selain dilakukan oleh
mikroorganisme, fiksasi nitrogen juga terjadi pada proses non-biologis, contohnya
sambaran petir. Lebih jauh, ada empat cara yang dapat mengkonversi unsur nitrogen
di atmosfer menjadi bentuk yang lebih reaktif :

a. Fiksasi biologis: beberapa bakteri simbiotik (paling sering dikaitkan dengan


tanaman polongan) dan beberapa bakteri yang hidup bebas dapat memperbaiki
nitrogen sebagai nitrogen organik. Sebuah contoh dari bakteri pengikat nitrogen
adalah bakteri Rhizobium mutualistik, yang hidup dalam nodul akar kacang-
kacangan. Spesies ini diazotrophs. Sebuah contoh dari hidup bebas bakteri
Azotobacter.
b. Industri fiksasi nitrogen : Di bawah tekanan besar, pada suhu 600 C, dan dengan
penggunaan katalis besi, nitrogen atmosfer dan hidrogen (biasanya berasal dari
gas alam atau minyak bumi) dapat dikombinasikan untuk membentuk amonia
(NH3). Dalam proses Haber-Bosch, N2 adalah diubah bersamaan dengan gas
hidrogen (H2) menjadi amonia (NH3), yang digunakan untuk membuat pupuk dan
bahan peledak.
c. Pembakaran bahan bakar fosil : mesin mobil dan pembangkit listrik termal, yang
melepaskan berbagai nitrogen oksida (NOx).
d. Proses lain: Selain itu, pembentukan NO dari N2 dan O2 karena foton dan
terutama petir, dapat memfiksasi nitrogen.

e. ASIMILASI
Di laut produksi primer dibatasi oleh ketersediaan nitrogen. Beberapa organisme
fotototrof dapat mengikat nitrogen, tetapi organisme ini terbatas pada lingkungan
bentik anaerobik, sehingga hanya ditemui di estuari. Fitoplankton oseanik adalah
bukan organisme pengikat N2 sehingga fitoplankton harus memenuhi kebutuhan
nitrogennya melalui penyerapan atau asimilasi jenis-jenis nitrogen terlarut yaitu
nitrat, nitrit, amonium dan urea. Sesudah mengalami proses transpor di dinding sel,
nitrogen diubah menjadi metabolit, misalnya protein, melalui serangkaian reaksi
anabolik berikut. Jika nitrit yang diasimilasi, rangkaian reaksi anabolik berawal dari
reaksi (2); dan jika ammonium yang diasimilasi reaksi anabolik dimulai dengan
reaksi (5).
1. NO3- + 2H+ + 2e- -> NO2- + H2O (1)
2. 2NO2- + 4H+ + 4e- -> N2O22- + 2 H2O (2)
3. N2O22- + 6H+ + 4e- -> 2 NH2OH (3)
4. NH2OH + 2H+ + 2e- -> NH3+H2O (4)
5. HOOCCO(CH2)2COOH +NH3+2 NADPH ->HOOCCH(NH2)CH2CH2COOH + 2
NADP + 2 H2O (5)
(α -asam ketoglutarate) (Asam glutamate)
6. CH3COCOOH + HOOCCH(NH2)CH2CH2COOH -> CH3CH(NH2)COOH +
HOOCCO(CH2)2COOH
(Asam piruvat) (Asam glutamat ) (Alanin)(α -asam ketoglutarat) (6)
Jika nitrat atau nitrit yang diasimilasi, nitrogen harus direduksi ketingkat oksidasi III.
Dalam bentuk yang tereduksi (NH3), nitrogen bereaksi dengan salah satu asam
karboksilat, yaitu α-Asam ketoglutarat seperti reaksi (5). Hasilnya adalah sebuah
asam amino yang dalam contoh di atas adalah asam glutamat.
Sebagaimana ditunjukkan dalam reaksi (6), asam amino yang lain dapat dibentuk
melalui transfer gugus amina dari asam amino ke karbon dari asam karboksilat lain.
Reaksi tersebut disebut 'transaminasi'. Keseluruhan proses dimana nitrat atau nitrit
direduksi membentuk bahan organik, disebut 'reduksi nitrogen asimilatori'
Karena nitrit memiliki tingkat oksidasi yang lebih rendah daripada nitrat, maka proses
perubahan menjadi bentuk organik membutuhkan energi yang lebih sedikit. Bahkan
untuk urea dan ammonium, energi yang diperlukan lebih sedikit lagi dibanding nitrit.
Karena itu urea dan amonium terlarut dimanfaatkan terlebih dahulu dibanding nitrit
dan nitrat dalam mekanisme pemanfaatan DIN oleh fitoplankton.
2.4 Senyawa dan Kandungan Nitrogen di Laut
Salah satu komponen air laut yaitu Nitrogen. Pengetahuan senyawa dan kandungan Nitrogen di
laut sangat penting untuk diketahui oleh kita, karena hal ini mempunyai hubungan erat dengan
kehidupan biota laut, dan berkaitan dengan nutrien untuk biota laut. Secara alamiah
perkembangan konsentrasi dari nutrien sangat tergantung dari hubungan antara kedalaman laut
dan stok fitoplankton serta aktivitasnya. Ada sebuah studi yang dilakukan di Guinea, Atlantik
bagian timur menemukan adanya korelasi antara naik turunnya konsentrasi NO3 dengan
kedalaman laut dan produksi fitoplankton. Pada laut dalam, Zn menjadi masalah dalam
hubungan antara kandungan oksigen dan klorofil, oleh karena itu akan sangat menentukan “batas
kandungan nitrat” (nitracline), mengingat kandungan Nitrogen dalam air senentiasaa berbentuk
ion nitrat dan ion ammonium.
Dalam hubungan inilah yang penting untuk menentukan konsentrasi nutrien terutama senyawa
N-nitrat dan N-amonium pada permukaan laut di wilayah tropik dan subtropik. Hal ini
disebabkan pada kedalaman air 0 – 200 m, sinar matahari masih menembus air laut dan akan
terjadi aktivitas biologi yang sangat banyak. Di daerah laut ekuator kandungan NO3 pada
kedalaman 100 m mengandung konsentrasi 10 – 25 μgram atom 1-1 dan pada subtropik berkisar
antara 10 – 25 μgram atom 1-1. Namun pada saat dalam keadaan stok klorofil yang tinggi
konsentrasi NO3 akan menurun. Beberapa fitoplankton akan mengangkut nitrogen secara
vertikal ke garis batas nutrien. Beberapa dapat membentuk nitrat tetap. Hujan mungkin sangat
sedikit sebagai sumber N03- dan NH4+.
Dari hasil penelitian dan fenomena alam di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa jenis-jenis N-
anorganik yang utama dalam air adalah ion nitrat (N03-) dan ion amonimum (NH4+). Namun
dalam kondisi tertentu masih terdapat ion nitrit dan sebagian besar dari nitrogen terikat dalam
nitrogen organik (47,9%), yaitu bahan-bahan yang berprotein, juga terdapat dalam bahan
pencemar seperti asam sianida (HCN), asam etilen diamin tetra asetat (EDTA) atau dalam bentuk
asam nitrilotriasetat (NTA).
2.5 Penyebaran Nitrogen di Laut
Penyebaran dari nitrit, nitrat dan amonia terjadi pada lapisan permukaan laut sebagai hasil dari
aktivitas biologi. Perubahan konsentrasi Nitrogen secara musiman sebagian besar terjadi di
perairan dangkal daerah lintang sedang atau lintang tinggi. Saat musim semi, terjadi peningkatan
intesitas cahaya dan lama penyinaran yang menyebabkan peningkatan populasi fitoplankton. Hal
ini menimbulkan perpindahan Nitrogen anorganik terlarut dari daerah eufotik. Populasi
fitoplankton kemudian dimangsa oleh zooplankton dan ikan. Nitrogen kemudian kembali ke
perairan dalam bentuk kotoran, urine (amoniak dan urea) atau partikel feses yang akan
didekomposisi oleh bakteri sebelum dikembalikan ke perairan.
Pada musim semi, proses percampuran vertikal memiliki konstribusi mengangkat nutrien dari
perairan bawah ke zona eufotik. Akibatnya populasi fitoplankton bertambah dengan cepat dan
mulai menurun saat terbentuk zona termoklin yang menghalangi suplai Nitrogen ke lapisan
permukaan. Nutrien yang dominan pada waktu ini adalah amoniak yang diekskresi oleh
zooplankton dan selanjutnya dimanfaatkan oleh algae dalam proses fotosintesis.
Di beberapa lokasi, terjadi penurunan konsentrasi Nitrogen terlarut hingga mencapai taraf yang
dapat mematikan organisme. Ekskresi Nitrogen oleh zooplankton mencapai tingkat maksimum
saat populasi fitoplankton jarang. Hal ini terjadi karena pemanfaatan protein sebagai sumber
energi menurun saat makanan (fitoplankton) berlimpah. Saat organisme mati atau dikonsumsi
dan dikeluarkan dalam bentuk feses oleh zooplankton, maka bakteri akan melakukan regenerasi
Nitrogen. Regenerasi nitrat seringkali menyebabkan blooming algae pada akhir musim panas.
Konsentrasi nitrat akan meningkat hingga mencapai titik maksimum pada musim gugur dan
kemudian menurun.
Nitrifikasi akan selesai saat bulan Januari saat permukaan mulai dingin dan badai membongkar
lapisan termoklin, menyebabkan nitrat dapat terdistribusi kembali ke kolom air dan dasar
perairan. Kondisi yang berbeda terjadi pada daerah perairan yang memiliki upwelling yang
membawa nutrien dari perairan bawah ke lapisan permukaan. Kondisi perairan di daerah
upwelling sangat subur dan mendukung kehidupan fitoplankton yang melimpah. Dengan
demikian nutrien bukan merupakan faktor pembatas di daerah ini. Perubahan konsentrasi nutrien
di lautan terbuka yang jauh dari daratan juga dipengaruhi oleh produktivitas fitoplankton dan
hanya terbatas di lapisan permukaan. Namun, proses regenerasi terjadi di seluruh kolom
perairan.
Organisme mati dan detritus organik akan diuraikan oleh bakteri saat tenggelam dari permukaan
air. Partikel organik akan tenggelam dengan lambat karena ukuran partikel mengalami
penyusutan dan densitas air laut yang lebih tinggi pada perairan yang lebih dalam. Oksidasi
partikel menyebabkan berpindahnya oksigen dari dalam air, demikian pula dengan
karbondioksida dan ion nitrat yang menjadi produk akhir dari oksidasi senyawa organik akan
terakumulasi di daerah perairan yang lebih dalam. Konsentrasi nitrogen di seluruh samudera di
dunia memiliki konsentrasi yang konstan mulai dari kedalaman di daerah pertengahan hingga
dasar perairan.
2.6 Manfaat Dari Nitrogen
Nitrogen dalam air laut umumnya terlarut dalam bentuk nitrat (NO3), nitrit (NO2) dan Amoniak
(NH4). Bentuk-bentuk senyawa dari nitrogen tersebut diabsorbsi oleh organisme laut untuk
memenuhi kebutuhan akan nitrogen sebagai salah satu komponen utama pembentukan asam
amino yang menjadi awal terbentuknya protein.
2.7 Dampak Nitrogen Berlebih
Daratan dan lautan merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Kelebihan nitrogen pada
wilayah pesisirpun dapat mempengaruhi kadar nitrogen dalam laut. Salah satu contoh adalah
perlakuan pemupukan (fertilization treatment) yang berlebihan dapat mempengaruhi air tanah
(soil water), sehingga dapat mempengaruhi kondisi air minum bagi manusia. Khusus di laut,
kelebihan unsur N dan P akan mengakibatkan kejadian blooming dapat menimbulkan tumbuhnya
beberapa alga yang beracun bagi kehidupan fauna, Salah satu daerah yang terkena blooming
plankton akibat Nitrogen berlebih

LIBES, S. M. 1992. An introduction to marine biogeochemistry. John Wiley & Sons


Inc. New York: 734 pp.

Anda mungkin juga menyukai