Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sampah merupakan suatu masalah yang kompleks di kota dan desa, karena
produksi sampah setiap waktu meningkat baik secara kuantitas maupun
kualitas. Secara umum sampah dikelompokan menjadi dua jenis yaitu pertama
adalah sampah organik yang berupa sampah domestik ( dari rumah tangga,
sekolahan, pasar dsb.) dan sampah non domestik (dari industri, pabrik dsb).
Sampah organik bersifat dapat hancur di dalam tanah. Sedangkan jenis yang
kedua adalah sampah non organik berasal dari domestik dan non domestik yaitu
sampah yang tidak dapat hancur di dalam tanah, seperti sampah jenis plastik.
Sampah kantong-kantong plastik sangat banyak di rumah tangga, pasar dan
tempat lain maupun di Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Sampah dapat
mencemari tanah apabila sampah-sampah tersebut dibuang sembarangan tanpa
ada proses daur ulang.
Plastik adalah senyawa polimer yang berbentuk padat dan kuat. Polimer
adalah suatu bahan yang terdiri dari kumpulan monomer yang jika kumpulan
monomer sejenis disebut dengan homo polimer, sedangkan monomer yang
berbeda membentuk senyawat disebut dengan kopolimer. Adapun Polimer yang
terdapat sering kita kenal adalah selulosa, protein, karet alam dan lainnya
(Mujiarto, 2005).
Menurut Surono (2013) ada tujuh jenis plastik yang umum di Indonesia,
diantaranya :
1. PET (Polyethylene Terephthalate)
2. HDPE (High Density Polyethylene)
3. PVC (Polyvinyl Chloride)
4. LDPE (Low Density Polyethylene)
5. PP (Polypropylene)
6. PS (Polystyrene)
7. O (Other)
Untuk jenis plastik PP (Polypropylene), mempunyai temperatur leleh 190-
200 C) (Mujiarto, 2005).
Indonesia merupakan penyumbang sampah terbesar ke-2 di Dunia.
Indonesia menyumbang 60 % sampah organik dan 14 % sampah plastik.
Berjuta-juta kantong plastik dibuang oleh masyarakat setiap harinya, sekitar
50% dari kantong plastik tersebut langsung dibuang tanpa diolah terlebih
dahulu (Wahyuni, 2016).
Berbagai upaya sudah dilakukan untuk mengurangi dampak dari
penggunaan plastik. Mulai dari menimbun plastik dan juga membakar plastik.

1
Namun cara tersebut berdampak buruk bagi lingkungan. Pemanfaatan sampah
plastik merupakan upaya mengurangi dampak negatif penggunaan plastik
seminimal mungkin. Pemanfaatan limbah plastik dikenal dengan konsep 3R
yaitu, reuse atau pemakaian kembali, reduce atau mengurangi sesuatu yang
akan mengakibatkan sampah dan recycle atau melakuakan daur ulang terhadap
sampah.
Konstruksi merupakan suatu kegiatan membangun sarana maupun
prasarana. Konstruksi meliputi keseluruhan bangunan yang terdiri atas gedung,
jalan raya, jembatan, bendungan, dan lain-lain. Jalan merupakan prasarana bagi
seseorang untuk berpergian dari tempat asal ke tempat tujuan. Jalan juga
merupakan sarana yang sangat penting untuk meningkatkan kualitas hidup
masyarakat (Sukirman, 1999).
Dengan adanya jalan, kita dapat mencapai suatu tempat dengan sangat
mudah. Namun, banyak sekali ditemukan jalan yang rusak di Indonesia. Banyak
faktor yang menyebabkan jalan- jalan tersebut rusak, diantaranya adalah
perubahan cuaca yang kian tak menentu dan pembuatan jalan yang tidak sesuai
dengan spesifikasi teknis.
Pemanfaatan sampah kantong-kantong plastik yang berasal dari bungkus
makanan, bungkus sabun cuci, tas plastik (tas kresek), kantong mainan dan lain
sebagainya, didaur ulang menjadi klinker dengan ukuran diameter 1 cm sampai
dengan 2 cm digunakan sebagai pengganti bahan agrgegat kasar (batu) pada
bahan campuran beton. Hasil penelitian berupa beton non struktur bangunan
dengan kuat tekan ≤ 125 kg/cm2 (Kusomo Drajad 2010).

1.2 Perumusan Masalah


1. Bagaimana cara daur ulang sampah plastik untuk konstruksi?
2. Bagaimana cara menerapkan inovasi dari daur ulang sampah plastik dalam
dunia konstruksi?

1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang ada, maka dapat dirumuskan bahwa tujuan
penulisan sebagai berikut :
1. Untuk mengurangi jumlah sampah plastik.
2. Untuk memanfaatkan sampah plastik didunia konstruksi.
3. Untuk mengusulkan suatu inovasi hasil daur ulang plastik untuk bahan
konstruksi.

1.4 Manfaat
Menambah pengetahuan dan wawasan mengenai daur ulang sampah plastik
dapat bermanfaat sebagai bahan konstruksi.

2
BAB II
GAGASAN

2.1 Data-Data Permasalahan Sampah


Sejak ditemukan pertama kali pada tahun 1907, penggunaan plastik dan
barangbarang berbahan dasar plastik semakin meningkat. Peningkatan
penggunaan plastik ini merupakan konsekuensi dari berkembangnya teknologi,
industri dan juga jumlah populasi penduduk. Di Indonesia, kebutuhan plastik
terus meningkat hingga mengalami kenaikan rata-rata 200 ton per tahun. Tahun
2002, tercatat 1,9 juta ton, di tahun 2003 naik menjadi 2,1 juta ton, selanjutnya
tahun 2004 naik lagi menjadi 2,3 juta ton per tahun. Di tahun 2010, 2,4 juta ton,
dan pada tahun 2011, sudah meningkat menjadi 2,6 juta ton. Akibat dari
peningkatan penggunaan plastik ini adalah bertambah pula sampah plastik.
Berdasarkan asumsi Kementerian Lingkungan Hidup (KLH), setiap hari
penduduk Indonesia menghasilkan 0,8 kg sampah per orang atau secara total
sebanyak 189 ribu ton sampah/hari. Dari jumlah tersebut 15% berupa sampah
plastik atau sejumlah 28,4 ribu ton sampah plastik/hari (Fahlevi, 2012).

2.2 Metoda Daur Ulang Sampah


Dari data yang telah didapatkan dari gagasan sebelumnya, dapat di ambil
kesimpulan Indonesia menjadi salah satu negara penghasil sampah plastik
terbesar di dunia, sehingga diperlukan daur ulang sampah plastik. Daur ulang
merupakan proses pengolahan kembali barang-barang yang dianggap sudah
tidak mempunyai nilai ekonomis lagi melalui proses fisik maupun kimiawi atau
kedua-duanya sehingga diperoleh produk yang dapat dimanfaatkan atau
diperjualbelikan lagi. Daur ulang (recycle) sampah plastik dapat dibedakan
menjadi empat cara yaitu daur ulang primer, daur ulang sekunder, daur ulang
tersier dan daur ulang quarter (Kumar dkk., 2011).
a. Daur ulang primer adalah daur ulang limbah plastik menjadi produk yang
memiliki kualitas yang hampir setara dengan produk aslinya. Daur ulang
cara ini dapat dilakukan pada sampah plastik yang bersih, tidak
terkontaminasi dengan material lain dan terdiri dari satu jenis plastik saja.
b. Daur ulang sekunder adalah daur ulang yang menghasilkan produk yang
sejenis dengan produk aslinya tetapi dengan kualitas di bawahnya.
c. Daur ulang tersier adalah daur ulang sampah plastik menjadi bahan kimia
atau menjadi bahan bakar.
d. Daur ulang quarter adalah proses untuk mendapatkan energi yang
terkandung di dalam sampah plastik (Kumar dkk., 2011).
Perlunya daur ulang untuk mengatasi permasalahan yang ada, sehingga daur
ulang yang dilakukan dapat menghasilakan produk agregat plastik, paving
block plastik, campuran aspal plastik. Produk beton dengan agregat plastik lebih

3
ringan. Dalam metodologi pengerjaan dalam membuat konstruksi lebih mudah
dan ekonomis dan sangat bermanfaat bagi lingkungan.

Mulai

Sampah Plastik PP (Polypropylene)

Dipotong Menjadi Ukuran Lebih


Kecil

Dipanaskan dengan Suhu ±1000 C

Pencampuran dengan Abu Sekam


Padi di Cetakan

Diamkan Agregat Plastik

Pecahkan Sesuai dengan Ukuran


Agregat

Selesai

Gambar 3.1 Metodologi Pengerjaan Agregat Plastik

2.3 Hasil Perencanaan Daur Ulang


Hasil perencanaan dari pengerjaan daur ulang sampah plastik yaitu agregat
plastik, paving block, dan campuran aspal.

4
Gambar 3.2 Agregat Plastik

Gambar 3.3 Paving Block Campuran Daur Ulang Sampah Plastik

Gambar 3.4 Campuran Aspal dengan agregat plastik

2.4 Teknik Pemasaran Produk


Teknik pemasaran produk yang dapat dilakukan :

1. Produk sesuai dengan kebutuhan pasar

5
Produk yang dikembangkan sesuai dengan kebutuhan pasar karena
produk yang dihasilkan untuk bahan konstruksi yang digunakan sebagai
material penyusun suatu konstruksi.
2. Kemungkinan ketersedian bahan baku
Bahan baku dari sampah plastik yang dapat digunakan dan sangat
membantu menjaga kebersihan lingkungan dari sampah.
3. Menggunakan sosial media
Dengan menggunakan sosial media dalam pemasaran akan sangat
membantu, karena dengan media sosial customer (pembeli) lebih mudah
menghubungi owner (pemilik).
4. Mengikuti tender yang dilakukan instansi pemerintah atau swasta
Tender merupakan gerbang untuk mendapatkan proyek sekaligus
menyebarkan nama perusahaan kita ke media umum.
5. Membuat merk atau brand yang mewakili barang yang kita jual.
Legalkan secara hukum dalam bentuk hak paten merk sehingga konsumen
bisa mengingat sebuah kata untuk menyebut produk kita.
6. Memberikan pelayanan/barang yang ditawarkan dengan baik atau
menawarkan barang terbaik
Dengan teknik pemasaran produk yang baik, maka produk yang dijual
akan menghasilkan harga yang lebih tinggi, karena paving block dengan
campuran plastik lebih kuat dibandingkan dari bahan tanah, sehingga
harga bisa lebih tinggi. Produk tersebut dapat membuat sebuah usaha kecil
dan menengah (UKM).
Usaha kecil dan menengah (UKM) adalah salah satu bidang yang
memberikan kontribusi yang segnifikan dalam memacu pertumbuhan
ekonomi Indonesia. Hal ini dikarenakan daya serap UKM terhadap tenaga
kerja yang sangat besar dan dekat dengan rakyat kecil (Kuncoro, 2008,
Sripo, 2010). Masalah utama yang dihadapi oleh UKM adalah pemasaran
(Hafsah, 2004; Kuncoro, 2008; Kurniawan, 2009; Supardi, 2009).
Pemasaran dengan metode konvensional memerlukan biaya tinggi,
misalnya membuka cabang baru, ikut pameran, pembuatan dan
penyebaran brosur dan sebagainya. Berkembangnya internet menjadi
sarana yang efisien untuk membuka jalur pemasaran model baru bagi
produk UKM. Di samping biayanya relatif murah, dengan memanfaatkan
internet penyebaran informasi akan lebih cepat dan jangkauannya lebih
luas (Supardi, 2009).
Untuk meningkatkan daya saing UKM serta untuk mendapatkan
peluang ekspor dan peluang bisnis lainnya dapat dilakukan dengan
memanfaatkan perkembangan Information and Communication
Technology (ICT), utamanya e-commerce Tidak hanya memanfaatkan
internet sebagai alat untuk melakukan promosi atau mencari peluang

6
bisnis, tetapi juga harus diimbangi dengan pengelolaan administrasi yang
baik melalui penggunaan software yang tepat. Perlu dilakukan
pengembangan website dan e-commerce sebagai sarana untuk promosi
dan pemasaran produk-produk usaha, sehingga akan meningkatkan
volume penjualan dan meningkatkan pendapatan. Peningkatan
pendapatan ini pada akhirnya akan mengembangkan usaha kecil dan
menengah tersebut.

7
BAB III
KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan
1. Agregat dari limbah plastik yang disebut klingker plastik dapat digunakan
sebagai campuran agregat beton paving block, persentasi berat isi paving
block lebih ringan dari produksi pabrik pres manual sebesar 1,6% sampai
dengan 6,9%, dan terhadap pres mesin sebesar 10.6% sampai dengan
19,54%.
2. Kuat tekan Paving Block dengan plastik sebesar pada umur 28 hari
mencapai 113,71 kg/cm2 sampai dengan 145,03 kg/cm2 , dan kuat tekan
karakteristik sebesar 111,22 kg/cm2 sampai dengan 136,03 kg/cm2 dengan
standar deviasinya sebesar 1,52 kg/cm2 sampai dengan 5,49 kg/cm2.
3. Dari data penelitian didapatkan nilai kekakuan (stiffness) aspal dengan
campuran sampah plastik meningkat seiring dengan pertambahan suhu.
4. Paving block dan beton plastik merupakan :
a. Program peduli lingkungan
b. Salah satu cara solusi mengatasi sampah plastik
c. Mudah diproduksi sendiri dan dapat sebagai home industry
d. Dapat meningkatkan ekonomi kerakyatan
e. Material bangunan yang murah

8
DAFTAR PUSTAKA
Dradjad Kusumo. 2008. Pembuatan Prototype Beton Plastik dengan bahan dasar
agregat plastik hasil daur ulang sampah kantong plastik. Laporan
Penelitian. PNJ. Depok.

Fahlevi, M.R., 2012. Sampah Plastik. http:///I:/Artikel%20plastic%20to%20o


il/twit-sampah-plastik.html. Diakses tanggal 23 Oktober 2018.

Kumar S., Panda, A.K., dan Singh, R.K., 2011. A Review on Tertiary Recyclingof
High-Density Polyethylene to Fuel, Resources, Conservation and
Recycling Vol. 55 893– 910.

Mujiarto, I. 2005. Sifat dan Karakteristik Material Plastik dan Bahan Aditif.
Volume 3 Nomor 2. Jurnal Traksi. AMNI. Semarang.
Sukirman, Silvia. 1999. Perkerasan Lentur Jalan Raya. NOVA. Bandung.

Surono, U.B. 2013. Berbagai Metode Konversi Sampah Plastik Menjadi Bahan
Bakar Minyak.. Jurnal Teknik Vol. 3 No. 1. Yogyakarta: Teknik
Mesin Universitas Janabadra.

Anda mungkin juga menyukai