Anda di halaman 1dari 22

Makalah

AKUSTIK PADA BANGUNAN

Alifyah Putri Febriyanti | D051181010 | Teknik Arsitektur

UNIVERSITAS HASANUDDIN
FAKULTAS TEKNIK
DEPARTEMEN ARSITEKTUR
2019-2020
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah dan puji syukur saya panjatkan atas rahmat dan karunia-Nya yang
telah memberikan kesehatan sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini yang
berjudul “Akustik pada Bangunan”. Tujuan utama penulisan makalah ini untuk
memenuhi tugas pada mata kuliah Fisika Bangunan.
Dan tak lupa saya ucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. Ir. M. Ramli Rahim,
M. Eng., selaku Dosen Fisikan Bangunan yang telah memberikan kami tugas dengan
tujuan untuk menambah wawasan lebih luas mengenai Fisika Bangunan.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan kelemahan dalam penulisan
makalah ini. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan adanya masukan, baik
berupa kritik maupun saran agar dapat menyempurnakan makalah ini di masa yang
akan datang.

Gowa, 4 Oktober 2019

Penulis

PAGE 1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................... 1

DAFTAR ISI ................................................................................................... 2

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 3

I.A. LATAR BELAKANG .................................................................................... 3

I.B. RUMUSAN MASALAH ................................................................................ 3

I.C. TUJUAN ................................................................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................... 4

A. Pengertian Akustik................................................................................ 4
B. Karakteristik dalam Suara ..................................................................... 5
C. Akustik dalam Bangunan ....................................................................... 6
D. Pengetahuan dasar Akustik ................................................................... 11
E. Aspek Perancangan dalam Akustik Alami ............................................... 12
F. Akustik Ruang ...................................................................................... 14
G. Formasi Elemen Akustik dalam Ruang.................................................... 14
H. Elemen-elemen yang mempengaruhi Akustik ......................................... 16

BAB III PENUTUP ........................................................................................... 20

KESIMPULAN ................................................................................................. 20

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 21

PAGE 2
BAB I

PENDAHULUAN

I.A. Latar Belakang

Indera pendengaran merupakan alat komunikasi manusia terpenting kedua


setelah penglihatan. Indera penglihatan atau mata dapat dipejamkan
untuk menghindari pandangan yang tidak menyenangkan sedangkan telinga selalu
terbuka bagi semua bunyi yang ada, sehingga perlu dipikirkan untuk mengurangi
atau mencegah semaksimal mungkin bunyi yang kurang menyenangkan. Prinsip
utama desain akustik ruang dalam adalah memperkuat atau mengarahkan bunyi
yang berguna serta menghilangkan atau memperlemah bunyi yang tidak berguna
untuk pendengaran manusia. Dengan demikian, dalam mendesain interior tempat-
tempat berkumpul yang berfungsi untuk menampung orang banyak seperti gedung
pertunjukan, gedung bioskop, gedung parlemen, gedung sidang, perlu
memperhatikan karakter masing-masing akustiknya. Akustik yang baik dalam
gedung auditorium dipengaruhi oleh faktor-faktor objektif dan subjektif. Desain
yang mempengaruhi kualitas karakter akustik adalah dimensi dan bentuk yang
diciptakan oleh lantai, dinding dan plafon, serta sifat bidang penutup interior yang
absorbtif atau reflektif.

Bentuk dan dimensi ruang dalam ternyata merupakan unsur-unsur yang


paling penting untuk dapat memperkaya karakter akustik suatu ruang, yaitu dalam
menghasilkan pantulan bunyi yang berguna bagi karakter akustik suatu auditorium.

I.B. Rumusan Masalah


1. Apa yang di maksud dengan Akustik?
2. Apa saja karakteristik dari Akustik?
3. Bagaimana sistem Akustik dalam Bangunan?
4. Apa saja elemen-elemen yang mempengaruhi Akustik?

I.C. Tujuan
Untuk mengetahui ilmu tentang Akustik serta menambah wawasan
mengenai Akustik pada bangunan.

PAGE 3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Akustik
Kata “akustik” berasal dari kata Yunani ακουστικός (akoustikos), yang
berarti “dari atau untuk pendengaran, siap untuk mendengar” dan bahwa dari
ἀκουστός (akoustos), “dengar, terdengar”, yang merupakan kata kerja ἀκούω
(akouo),“saya mendengar”.
Sinonim Latin adalah “sonic”, setelah itu Sonics istilah yang digunakan
untuk menjadi sinonim untuk akustik dan kemudian cabang akustik Frekuensi
atas dan di bawah kisaran terdengar. Disebut “ultrasonik” dan “infrasonik”,
Arsitek Romawi dari abad ke 1 Marcus Pollio sudah mulaimelakukan
pengamatan cermat tentang gema dan interferensi (getaran-getaran suaraasli
dan getaran pantulan yang saling menghilangkan) dari suatu ruangan. Namun
baru pada tahun 1856 akustik ini mulai dibangun sebagai suatu ilmu oleh
JosephHenry dan akhirnya dikembangkan penuh oleh Wallace Sabine di tahun
1900. Keduanya adalah fisikawan Amerika. Akustik adalah ilmu yg mempelajari
tentang suara, bagaimana suara diproduksi/dihasilkan, perambatannya, dan
dampaknya, serta mempelajari bagaimana suatu ruang / medium meresponi
suara dan karakteristik dari suara itu sendiri yang sensasinya dirasakan oleh
telinga. Ilmu akustik bukan bagaimana merancang interior, pemahaman yang
salah tentang peranan ilmu akustik akan berakibat salah juga dalam
penerapannya. Akustik adalah cabang dari ilmu Fisika.
Ilmu akustik sangat berhubungan dengan kehidupan manusia sehari –
hari, selama masih ada sumber suara, medium rambatan dan pendengar maka
ilmu akustik akan sangat berguna bagi umat manusia dan mampu
meningkatkan kualitas hidup. Contoh kegiatan sehari – hari yang berhubungan
dengan dunia akustik :
1. Suara manusia

2. Suara pesawat terbang

3. Suara sirine ambulans

4. Suara alat musik

PAGE 4
B. Karakteristik dalam suara

Karakteristik dalam sebuah suara terdapat :

 Frekuensi.

Definisi dari frekuensi adalah banyaknya getaran dalam tiap detik.


Untuk menghormati Heinrich Rudolf Hertz maka nama belakang
dijadikan sebagai Satuan International (SI) untuk frekuensi. Apa itu 1Hz
? Banyaknya getaran sebanyak 1 kali dalam 1 detik.
Suara akustik dianggap sebagai getaran umumnya yang disebarkan
di udara dengan kecepatan 343 m / s (sekitar 1 km setiap 3 detik), atau
1235 km / jam pada kondisi standar temperatur dan tekanan (1 atm dan
20 ° C).

 Tekanan Bunyi.
Apabila ada gelombang bunyi yang melewati suatu medium,
maka tekanan di dalam medium tersebut akan berubah. Perbedaan
atau selisih perubahan ini disebut sebagai tekanan bunyi. Di dalam
medium udara, tekanan bunyi terendah yang dapat diindera oleh
telinga manusia (dewasa muda pada frekuensi bunyi 1000 Hz) adalah
20 µPa dan tekanan bunyi yang dapat menyebabkan telinga terasa
sakit adalah 208 µPa. Tekanan bunyi dengan tekanan lebih kecil dari 20
µPa tidak dapat dirasakan atau diindera oleh telinga manusia,
sedangkan tekanan bunyi diatas 208 µPa dapat merusakkan syaraf
indera pendengaran atau dapat menyebabkan tuli permanen.
Dengan demikian tekanan bunyi yang dapat ditoleransi oleh indera
telinga manusia adalah 20 µPa sampai dengan 208 µPa atau 2.10-5 Pa
sampai dengan 2.102 Pa. (Pa atau N/m2).

 Daya Bunyi.
Daya bunyi merupakan karakteristik (sifat yang dipunyai individu)
dari suatu sumber bunyi sehingga tidak dipengaruhi faktor luar, seperti
kondisi medium atau jarak dari sumber bunyi. Daya bunyi tidak

PAGE 5
tergantung pada dekat atau jauhnya letak titik dari sumber. Daya bunyi
atau disebut juga daya akustik mempunyai definisi seperti definisi daya
pada umumnya, yaitu energi bunyi yang dikeluarkan atau dipancarkan
oleh suatu sumber bunyi setiap satuan waktu, dan mempunyai satuan
Joule per detik atau Watt.

 Intensitas Bunyi.
Intensitas bunyi didefinisikan sebagai Daya bunyi persatuan luas
yang ditembus oleh gelombang bunyi (satuan watt/m2). Berbeda dengan
daya bunyi, intensitas bunyi sangat tergantung pada jarak dari sumber
bunyi dan luasan dimana intensitas bunyi tersebut dihitung. Semakin
jauh dari sumber atau semakin besar luasan yang ditembus, maka
intensitas bunyi semakin kecil. Semakin jauh dari sumber, besarnya daya
bunyi selalu tetap, walaupun intensitas bunyi berubah menjadi semakin
kecil.

C. Akustik dalam bangunan


Suatu ruang memiliki elemen penyusun utama berupa dinding, kolom,
langit-langit dan lantai yang dilengkapi dengan pintu dan jendela sebagai
penghubung (Krier, 2001). Elemen-elemen pembentuk ruang tersebut akan
mempengaruhi paramater akustik, maka pertimbangan desain arsitektural yang
dapat mengendalikan parameter akustik perlu dilakukan (Gade, 2007).
Beberapa aspek desain terhadap elemen ruang yang perlu dipertimbangkan
adalah:
1. Bentuk Ruang dan Posisi Tempat Duduk Audiens
Dalam sebuah auditorium, penggunaan lantai yang efisien dan
kedekatan audiens terhadap penampil merupakan aspek yang penting. Dalam
gambar di bawah kita bisa melihat berbagai jenis bentuk ruang. Tingkat
kedekatan dengan penampil dan kejelasan visual menjadi alasan pemilihan
ruang berbentuk kipas (III dan IV). Namun ruang berbentuk kipas memiliki
kekurangan ketika dihadapkan dengan masalah pantulan lateral yang
dibutuhkan di ruang dengan fungsi musik. Pantulan lateral dalam ruang

PAGE 6
berbentuk kipas tidak terjadi dikarenakan pemantulan bunyi dari dinding
samping yang mengarah secara frontal kepada pendengar (Gade, 2007).

Perbandingan Luas Efektif Ruang (Fn/Fb) Dengan Tingkat Kedekatan (d/d1)


sumber: Gade, 2007

Pemantulan Bunyi di Dalam Bentuk Ruang Tertentu


sumber: Gade, 2007

PAGE 7
2. Desain Balkon
Salah satu permasalahan yang dihadapi ketika sebuah ruang memiliki
balkon adalah keberadaan audiens di bawahnya. Sangat penting memastikan
adanya bukaan yang cukup di bawah balkon yang berkaitan dengan
perbandingan kedalaman dan ketinggian ruang di bawah balkon. Jika hal ini
diabaikan maka energi bunyi pantulan akan berkurang dan mengurangi
kekuatan suara yang diterima pendengar di bawah balkon. Perbandingan antara
ketinggian (H) dan kedalaman (D) untuk teater (speech) adalah H ≥ 2D
sedangkan untuk ruang konser (musik) adalah H ≥ D (Gade, 2007).

Perbandingan Antara Ketinggian Dengan Kedalaman Ruang di Bawah Balkon


sumber: Gade, 2007

3. Volume dan Ketinggian Langit-langit


Sebagian besar audiens berada di lantai sehingga ketinggian dalam
sebuah ruang auditorium menjadi penting karena tidak terhalang apapun. Jika
kita memperhatikan grafik dalam gambar di bawah, maka absis grafik tersebut
dapat diinterpretasikan sebagai ketinggian ruang. Ruang dengan tinggi sekitar
15 m diperlukan jika menginginkan waktu dengung mencapai 2 detik,
sedangkan ketinggian 5-6 m diperlukan untuk mendapatkan waktu dengung
sekitar 1 detik (Gade, 2007).

PAGE 8
Perbandingan Relatif Antara Ketinggian Dengan Waktu Dengung
sumber: Gade, 2007

4. Material Akustik
Semua material bangunan dan perlakuan terhadap permukaan suatu
bahan memiliki tingkat penyerapan tertentu (Doelle, 1980). Penyerapan bunyi
tersebut mempengaruhi waktu dengung sehingga menentukan kualitas akustik
sebuah ruang. Material tersebut dapat berupa:
 Material Penyerap
Material Penyerap digunakan apabila ada keinginan untuk mengurangi
energi bunyi di dalam ruangan. Pengaruh penggunaan elemen ini adalah
berkurangnya waktu dengung ruang (reverberation time). Ciri utama elemen ini
adalah secara fisik permukaannya lunak/berpori atau keras tetapi memiliki
bukaan (lubang) yang menghubungkan udara dalam ruang dengan material
lunak/berpori dibalik bukaannya, dan mengambil banyak energi gelombang
bunyi yang datang ke permukaannya (Sarwono, 2013). Penyerapan berpori
dapat berupa kain atau bahan seperti rockwool dan glasswool cenderung
menyerap bunyi di frekuensi tinggi (Barron, 2010).

PAGE 9
Contoh Material Penyerap Bunyi
Sumber: acousticsoundproofingfoam.co.uk

 Material Pemantul
Elemen ini pada umumnya digunakan apabila ruang memerlukan
pemantulan gelombang bunyi pada arah tertentu. Ciri utama elemen ini
adalah secara fisik permukaannya keras dan arah pemantulannya spekular.
Bahan pemantul memantulkan bunyi dengan sudut pantul sama besar
dengan sudut datang bunyi pada garis tegak lurus bidang (Sarwono, 2013).
Refleksi dari permukaan terbatas tergantung pada hubungan antara ukuran
pemantul dan panjang gelombang bunyi. Refleksi sempurna terjadi pada
frekuensi tinggi, sedangkan bila frekuensi diturunkan, energi yang
dipantulkan akan berkurang. Jarak dari pemantul ke sumber dan penerima
juga berpengaruh signifikan terhadap bunyi yang diterima (Barron, 2010).

Pengaruh Bentuk Elemen Ruang Terhadap Pemantulan Bunyi


sumber: Barron, 2010

PAGE 10
D. Pengetahuan dasar akustik
Dalam perancangan bangunan, arsitek harus memikirkan persyaratan
akustik dengan perhatian yang sama seriusnya dengan perhatian yang
dicurahkan dalam memikirkan persyaratan lainnya seperti struktur, mekanikal-
elektrikal, dan lain-lain. Akustik adalah ilmu interdisipliner yang berhubungan
dengan studi dari semua gelombang mekanik dalam gas, cairan, dan padatan
termasuk getaran , suara, ultrasound dan infra . Akustika dalah ilmu suara dan
berkaitan dengan asal suara baik dalam ruang kosong, atau di pipa dans aluran,
atau tertutup/terisolasi. Tugas utama akustik adalah untuk merumuskan
hukum-hukum fisika yang mengatur suara ketika menyebar dalam ruang bebas.
Dalam ilmu akustik sering dipelajari tentang apa itu suara, sumber suara
kebisingan suara, serapan suara dll. Perkembangan bisnis sistem tata suara dan
juga peranan ilmu akustik untuk menunjang perkembangan rancangan
arsitektur dan interior bagi ruangan yang dimanfaat untuk menunjang
performansi sistem tata suara, pada saat ini menunjukkan peningkatan yang
cukup menggembirakan. Hal ini ditunjukkan dengan bertambah banyaknya
kebutuhan akan ruangan ‘home theatre’ baik itu di ibukota maupun di kota-kota
besar lainnya.
Perkembangan perangkat sistem tata suara yang menunjang ‘home
theatre’ inipun, menjadi pemicu bagi peningkatan minat dan kebutuhan para
pengemar audio khususnya dan masyarakat pada umumnya. Perkembangan
budaya ‘karaoke’ pun menambah gairah perkembangan kebutuhan akan
ruangan yang memiliki kondisi akustik yang memadai untuk kebutuhan
tersebut. Apapun bentuk dan jenis ruangan atau ‘venue’ yang membutuhkan
perancangan akustik yang tepat, semestinya memiliki objektif untuk
menghasilkan medan suara yang sesuai dengan tujuan dan maksud
pemanfaatan ruangan atau ‘venue’ tersebut. Sebelum membicarakan objektif
tersebut, perlu kita pahami bersama mekanisme dari terjadinya suara dan juga
medan suara di dalam ruangan.
Akustik Ruang terdefinisi sebagai bentuk dan bahan dalam suatu
ruangan yang terkait dengan perubahan bunyi atau suara yang terjadi. Akustik
sendiri berarti gejala perubahan suara karena sifat pantul benda atau objek

PAGE 11
pasif dari alam. Akustik ruang sangat berpengaruh dalam reproduksi suara,
misalnya dalam gedung rapat akan sangat memengaruhi artikulasi dan
kejelasan pembicara. Akustik ruang banyak dikaitkan dengan dua hal mendasar,
yaitu : Perubahan suara karena pemantulan dan Gangguan suara ketembusan
suara dari ruang lain. Dibutuhkan seorang ahli yang berlandaskan teori
perhitungan dan pengalaman lapangan untuk mewujudkan sebuah ruang yang
ideal, seperti home theatre, ruangan karaoke, raung rekaman , ruang
pertemuan dan sejenisnya termasuk ruang tempat ibadah.
Pengukuran jangkah frekuensi dan besarnya, dapat dilakukan dengan
bantuan sebuah RTA (Real Time Analyzer) untuk mengetahui dan menentukan
frekuensi pantulan atau ketembusan, sehingga dapat ditentukan jenis material
penyerap suara yang digunakan. Sebuah elemen penting dalam sebuah
bangunan yang berfungsi adalah akustik bangunan benar. Mencapai tingkat
rendah kebisingan latar belakang di kelas, misalnya, akan memastikan bahwa
suara guru yang terdengar, suara dari sebuah orkestra akan optimal di sebuah
gedung konser dengan akustik yang tepat. Studi sistematis akustik ruangan
dimulai pada akhir abad kesembilan belas, dan akibatnya pemahaman ilmiah
bangunan desain akustik hampir seluruhnya merupakan fenomena abad kedua
puluh. Sarana untuk mencapai tingkat kebisingan yang rendah dalam bangunan
dikembangkan selama abad kedua puluh.
Salah satu perbedaan terbesar antara auditorium lama dan baru adalah
tingkat kebisingan yang rendah dicapai dalam yang dibangun sejak abad
pertengahan kedua puluh. Kebisingan dari sumber eksternal dapat memasuki
ruangan melalui jalur getaran (structureborne transmisi) atau bisa langsung
masuk ke gedung melalui dinding yang berdekatan (penularan melalui udara).
Permasalahan kebisingan menjadi halyang biasa di indonesia, tingkat
kebisingan di Negara ini merupakan kebisingan yang semakin parah setiap
tahunnya.

E. Aspek Perancangan dalam Akustik Alami

Kebisingan merupakan masalah yang juga harus diperhatikan dalam


bangunan perkantoran. Hal ini berkaitan dengan kenyamanan penghuni di

PAGE 12
dalam ruangan/bangunan itu sendiri. Untuk mengatasi kebisingan dari suara
kendaraan atau suara mesin pabrik di sekitar bangunan, dapat dilakukan
dengan pemberian vegetasi di depan ruang, penteksturan dinding dengan
celah-celah yang agak besar agar suara tersebut bisa di netralisir pada celah-
celah tersebut.
Bangunan paling atas atau paling jauh dari sumber bunyi, tingkat
kebisingannya semakin berkurang dibanding bangunan pada lantai bawah atau
yang lebih dekat dengan sumber bunyi. Bunyi yang disebabkan oleh angin
sangat berbeda, misalnya pada pagi hari angin turun, sedangkan pada malam
hari angin naik. Hal lain yang perlu diperhatikan untuk mengatasi kebisingan
dalam perencanaan bangunan adalah bahwa hal tersebut dapat berpengaruh
pada bentuk masa atau tatanan massa yang berbeda.
Arsitektur adalah lingkungan yang diciptakan manusia untuk dirinya dari
alam, untuk menciptakan kondisi yang memungkinkan sikapnya pada
kehidupan, untuk menghasilkan suasana yang diinginkan dan memenuhi
kebutuhan status. Sedangkan dalam arti luas, lingkungan adalah sebuah ruang
tak terbatas tempat berkoloninya berbagai sumber lingkungan itu sendiri.
Lingkungan adalah tempat di mana kita tinggal. Segala hal yang kita rasakan
dan kita lihat atau kita dengar di sekeliling kita, adalah cakupan luas dari definisi
sebuah lingkungan kecil di sisi kita. Dirinya mempunyai hubungan psikis dengan
manusia dan huniannya.
Kenyamanan dalam suatu lingkungan buatan dapat dikelompokkan
dalam tiga kelompok utama yakni kenyamanan audio, kenyamanan visual dan
kenyamanan termal. Kenyamanan audio dapat dicapai dengan perancangan
akustik dan perancangan tata suara dan dimana dalam perancangannya
dibutuhkan pertimbangan teknis dan teknologi. Sedangkan kenyamanan visual
meliputi interior dan tata cahaya dan multi media. Perancangan akustik ruang
ditujukan untuk menghasilkan kondisi akustik optimal di dalam ruangan sesaui
dengan fungsi ruangan seperti ruangan auditorium, concert hall, Aula, ruang
serba guna (multipurpose room), ruang studio (broadcasting and recording
studios), ruang pertemuan (meeting rooms), video conference room, tempat
ibadah (church, mosque) dan lain lain.

PAGE 13
Dalam perancangan akustik ruang, terdapat parameter-parameter
akustik yang diperlukan. Parameter yang sering digunakan antara lain adalah
waktu dengung, distribusi tingkat tekanan suara, initial time delay (ITD), clarity
(C80), RASTI, dan sebagainya. Parameter-parameter akustik auditorium harus
dapat diatur dan disesuaikan dengan aktifitas dan tujuan pemakaian ruangan.
Untuk mencapai kondisi akustik ruang dan tata suara yang optimal dengan
seluruh parameter yang telah disebutkan di atas, dibutuhkan perhitungan dan
simulasi dengan menggunakan perangkat lunak (software) khusus seperti CATT
Acoustic atau EASE sebagai peralatan bantu dalam menentukan material
tambahan, bentuk ruang, dan sistem tata suara.

F. Akustik Ruang
Akustik Ruang terdefinisi sebagai bentuk dan bahan dalam suatu
ruangan yang terkait dengan perubahan bunyi atau suara yang terjadi. Akustik
sendiri berarti gejala perubahan suara karena sifat pantul benda atau objek
pasif dari alam.

G. Formasi Elemen Akustik dalam Ruang

Formasi elemen akustik dalam sebuah ruangan akan menentukan kinerja


akustik ruang tersebut sesuai dengan fungsi nya. Beberapa catatan berikut
dapat digunakan sebagai acuan perancangan formasi penempatan elemen
akustik pada ruang dengan fungsi tertentu.

o Ruang Kelas: Elemen Pemantul atau Penyebar pada dinding depan,


samping serta langit-langit depan. Elemen penyerap atau penyebar pada
dinding belakang serta langit-langit belakang. Lantai bisa keramik atau
parket atau karpet.
o Masjid: Dinding depan elemen pemantul atau penyebar, dinding
samping kombinasi pemantulan dan penyerap, dinding belakang
penyerap atau penyebar, langit-langit penyerap bila menggunakan
sound system atau kombinasi pemantul-penyebar bila tanpa sound
system, lantai boleh karpet atau keras (keramik atau parket)

PAGE 14
o Ruang Auditorium: Dinding depan pemantul atau penyebar, Dinding
samping kombinasi pemantul – penyerap atau penyebar – penyerap,
Dinding Belakang penyerap atau penyebar, langit-langit penyebar atau
penyerap, dengan elemen pemantul di area atas panggung, lantai bebas.
Bila menggunakan sound system, harus diperhatikan type dan posisi
pemasangan.
o Ruang Konser Akustik/Philharmonik: hindari pemakaian elemen
penyerap, maksimalkan penggunaan pemantul dan penyebar pada
seluruh bagian permukaan.
o Ruang Studio: Banyak penyerap di ruang kontrol (bisa dikombinasikan
dengan penyebar) dan kombinasi penyerap=penyebar di ruang live.
o Kamar Tidur, Living Room, Ruang rawat inap: kombinasi 3 elemen
sesuai kondisi bising dan kenyamanan individu.
o Ruang rapat: Dinding kombinasi penyerap-penyebar, langit-langit dan
lantai berlawanan karakteristik (bila lantai penyerap, langit-langit
pemantul atau penyebar, dan sebaliknya)
o Ruang Bioskop: mayoritas permukaan dilapisi elemen penyerap.
o Gelanggang Olah Raga: lantai keras, langit-langit kombinasi
penyerap-penyebar, dinding kombinasi pemantul-penyerap-penyebar
(tergantung bentuk geometri nya)
o Ruang Kantor tapak terbuka: dinding bebas, langit-langit penyerap,
lantai bebas.

Mengendalikan medan suara dalam ruang. Secara garis besar,


permasalahan akustik dalam ruangan dapat dibagi menjadi 2 bagian, yaitu
pengendalian medan suara dalam ruangan (sound field control) dan
pengendalian intrusi suara dari/ke ruangan (noise control). Pengendalian
medan suara dalam ruang akan sangat tergantung pada fungsi utama ruangan
tersebut. Ruang yang digunakan untuk fungsi percakapan saja, akan berbeda
dengan ruang yang digunakan untuk mengakomodasi aktifitas terkait musik,
serta akan berbeda pula dengan ruang yang digunakan untuk kegiatan yang
melibatkan percakapan dan musik.

PAGE 15
Pengendalian medan suara dalam ruang (tertutup), pada dasarnya
dilakukan untuk mengatur karakteristik pemantulan gelombang suara yang
dihasilkan oleh permukaan dalam ruang, baik itu dari dinding, langit-langit,
maupun lantai.

H. Elemen-elemen yang mempengaruhi Akustik


1. Elemen Pemantul (Reflector)
Elemen ini pada umumnya digunakan apabila ruang memerlukan
pemantulan gelombang suara pada arah tertentu. Ciri utama elemen ini
adalah secara fisik permukaannya keras dan arah pemantulannya spekular
(mengikuti kaidah hukum Snellius: sudut pantul sama dengan sudut
datang).

2. Elemen Penyerap (Absorber)


Elemen ini digunakan apabila ada keinginan untuk mengurangi energi
suara di dalam ruangan, atau dengan kata lain apabila tidak diinginkan
adanya energi suara yang dikembalikan ke ruang secara berlebihan. Efek
penggunaan elemen ini adalah berkurangnya Waktu Dengung ruang
(reverberation time). Ciri utama elemen ini adalah secara fisik
permukaannya lunak/berpori atau keras tetapi memiliki bukaan (lubang)
yang menghubungkan udara dalam ruang dengan material lunak/berpori
dibalik bukaannya, dan mengambil banyak energi gelombang suara yang
datang ke permukaannya. Khusus untuk frekuensi rendah, elemen ini dapat
berupa pelat tipis dengan ruang udara atau bahan lunak dibelakangnya.

3. Elemen Penyebar (Diffusor)


Elemen ini diperlukan apabila tidak diinginkan adanya pemantulan
spekular atau bila diinginkan energi yang datang ke permukaan disebarkan
secara merata atau acak atau dengan pola tertentu, dalam level di masing-
masing arah yang lebih kecil dari pantulan spekularnya. Ciri utama elemen
ini adalah permukaannya yang secara akustik tidak rata. Ketidakrataan ini
secara fisik dapat berupa permukaan yang tidak rata (beda kedalaman,
kekasaran acak, dsb) maupun permukaan yang secara fisik rata tetapi
PAGE 16
tersusun dari karakter permukaan yang berbeda beda (dalam formasi
teratur ataupun acak). Energi gelombang suara yang datang ke permukaan
ini akan dipantulkan secara no spekular dan menyebar (level energi terbagi
ke berbagai arah). Elemen ini juga memiliki karakteristik penyerapan.

Pada ruang (akustik) riil, 3 elemen tersebut pada umumnya dijumpai.


Komposisi luasan per elemen pada permukaan dalam ruang akan menentukan
kondisi medan suara ruang tersebut. Bila Elemen pemantulan menutup 100 %
permukaan, ruang tersebut disebut ruang dengung (karena seluruh energi
suara dipantulkan kembali ke dalam ruangan). Medan suara yang terjadi adalah
medan suara dengung. Sebaliknya, apabila seluruh permukaan dalam tertutup
oleh elemen penyerap, ruang tersebut menjadi ruang tanpa pantulan
(anechoic), karena sebagian besar energi suara yang datang ke permukaan
diserap oleh elemen ini. Medan suara yang terjadi disebut medan suara
langsung. Medan suara ruang selain kedua ruang itu dapat diciptakan dengan
mengatur luasan setiap elemen, sesuai dengan fungsi ruang.

Untuk pemakaian pengendalian medan suara dalam ruang yang lebih


detail, sebuah elemen bisa dirancang sekaligus memiliki fungsi gabungan 2 atau
3 elemen tersebut. Misalnya gabungan Penyerap dan Penyebar dikenal dengan
elemen Abfussor atau Diffsorbor, gabungan antara pemantul dan penyebar,
dsb. Pola pemantulan 3 elemen tersebut merupakan fungsi dari frekuensi
gelombang suara yang datang kepadanya.

FSTC vs STC

Salah satu parameter akustik yang banyak dikenal di kalangan desainer


ruangan adalah Sound Transmission Class or STC. Parameter ini merupakan
angka tunggal yang digunakan untuk menunjukkan kinerja insulasi akustik dari
material penyusun ruangan. Secara khusus digunakan untuk menyatakan
kinerja suatu partisi atau dinding ruangan. Harga STC ditentukan secara grafis
dengan cara membandingkan kurva rugi transmisi suara atau sound
transmission loss (STL) dengan kurva standard STC. STL partisi atau dinding
terpasang dapat diukur dengan mengacu pada standard ASTM E 336,

PAGE 17
sedangkan harga STC nya dapat dihitung berdasarkan standard ASTM E 416.
Harga STC secara umum menunjukkan kondisi kinerja optimal dari sebuah
partisi atau dinding, karena didapatkan melalui pengukuran STL di
laboratorium. Dalam kondisi riil, setelah partisi atau dinding tersebut dipasang
di dalam ruangan, harga STC tersebut sulit sekali dicapai. Hal ini disebabkan
oleh dua faktor utama yaitu kebocoran (leakage) energi suara dan Adanya
flanking path di ruangan. Kebocoran energi suara ini bisa disebabkan oleh
komponen-komponen dalam sistem partisi atau dinding itu sendiri (kualitas
pemasangan, sambungan antar bagian, dsb) maupun oleh sistem-sistem yang
lain (pintu, jendela atau partisi/dinding yang lain). Sedangkan flanking adalah
perambatan energi suara lewat jalur selain menembus dinding, misalnya
melewati langit-langit ruangan atau bukaan di bagian dinding yang lain. Sebagai
akibatnya, kinerja insulasi ruangan (atau terkadang disebut juga kinerja isolasi
antar ruang) seringkali dinyatakan dengan besaran Field Sound Transmission
Class (FSTC) yang menunjukkan kinerja rugi transmisi partisi atau dinding
dalam kondisi terpasang dalam ruangan.

FSTC merupakan sebuah ukuran kinerja isolasi antar ruang yang


dipengaruhi oleh bising latar belakang, volume ruangan, koefisien absorpsi
bahan penyusun interior ruangan, luas permukaan dalam ruangan dan
karakteristik spektral sumber suara yang dibunyikan dalam ruangan. Harga
FSTC suatu partisi atau dinding pada umumnya 5 – 7 skala lebih rendah dari
harga STC nya. Dua buah partisi atau dinding yang memiliki harga FSTC yang
setara mungkin saja memiliki karakteristik akustik yang berbeda, misalnya
sebuah partisi/dinding beton setebal 20 sm dengan FSTC 50 akan bekerja lebih
baik dibandingkan dengan partisi/dinding dari dry wall (double gypsum atau
double hardwood sistem) ber-FSTC 50 juga, apabila digunakan dalam ruangan
yang difungsikan untuk kegiatan yang melibatkan suara dengan frekuensi
rendah (bass), misalnya untuk kegiatan musik.

Secara umum, nilai STC maupun FSTC berkaitan dengan persepsi


manusia terhadap suara yang didengarkan dalam konteks antar ruang. Semakin
besar nilai STC maupun FSTC, menunjukkan kinerja partisi/dinding yang

PAGE 18
semakin baik dalam mengisolasi ruangannya dari aktifitas akustik di ruangan
yang berbatasan. Sebuah partisi atau dinding yang permukaannya terdiri dari
berbagai jenis material, nilai STC atau FSTC nya cenderung ditentukan oleh STC
yang paling rendah dari material penyusun. (itu sebabnya, celah pada partisi
akan membuat harga STC atau FSTCturun drastis). Beberapa contoh berikut
(sumber International Building Code IBC) dapat digambarkan untuk
memberikan gambaran efektifitas kinerja partisi/dinding secara subyektif terkait
dengan nilai STC (FSTC).

STC 26-30 (FSTC 20-22) : Most sentences clearly understood

30-35 (25-27) : Many phrases and some sentences understood without straining
to hear

35-40 (30-32) : Individual words and occasional phrases clearly heard and
understood

42-45 (35-37): Medium loud speech clearly audible, occasional words


understood

47-50 (40-42) : Loud speech audible, music easily heard

52-55 (45-47) : Loud speech audible by straining to hear; music normally can
be heard and may be disturbing

57-60 (50-52) : Loud speech essentially inaudible; music can be heard faintly
but bass notes disturbing

62-65 (55-60) : Music heard faintly, bass notes “thump”; power woodworking
equipment clearly audible

70-60 : Music still heard very faintly if played loud.

75+ 65+ : Effectively blocks most air-borne noise sources

PAGE 19
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Akustik adalah ilmu yg mempelajari tentang suara, bagaimana suara


diproduksi/dihasilkan, perambatannya, dan dampaknya, serta mempelajari
bagaimana suatu ruang / medium meresponi suara dan karakteristik dari suara
itu sendiri yang sensasinya dirasakan oleh telinga.
Arsitek Romawi dari abad ke 1 Marcus Pollio sudah mulaimelakukan
pengamatan cermat tentang gema dan interferensi (getaran-getaran suaraasli
dan getaran pantulan yang saling menghilangkan) dari suatu ruangan.
Namun baru pada tahun 1856 akustik ini mulai dibangun sebagai suatu
ilmu oleh Joseph Henry dan akhirnya dikembangkan penuh oleh Wallace Sabine
di tahun 1900. Keduanya adalah fisikawan Amerika.
Ilmu akustik sangat berhubungan dengan kehidupan manusia sehari –
hari, selama masih ada sumber suara, medium rambatan dan pendengar maka
ilmu akustik akan sangat berguna bagi umat manusia dan mampu
meningkatkan kualitas hidup.

PAGE 20
DAFTAR PUSTAKA

http://blog.its.ac.id/tutug/2009/02/01/7/akustik

http://www.acousticrt60.com/pengenalan%20akustik.html

http://id.shvoong.com/exact-sciences/architecture/2284872-pengertian-dan-definisi-

akustik/#ixzz2S6kfL21M

Bahana Adiputra Siregar, S.T., M.Sc. (https://www.mystudio.co.id/detail-blog-

elemenelemen-dalam-akustik-ruang-63.html)

http://rizalarchie.blogspot.com/2013/04/akustik-arsitektur.html

http://blog.isi-dps.ac.id/hendra/?p=620

https://www.academia.edu/1478472/MAKALAH_akustik

PAGE 21

Anda mungkin juga menyukai