KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat sehingga kami
dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat
sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun
pedoman bagi pembaca dalam pendidikan dan dalam profesinya.
Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga
kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami miliki sangat
kurang. Oleh kerena itu, kami harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-
masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
BAB 1
PENDAHULUAN
1. 1 LATAR BELAKANG
Bangunan adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu dengan tempat
kedudukan baik yang ada di atas, di bawah tanah dan/atau di air. Bangunan biasanya
dikonotasikan dengan rumah, gedung ataupun segala sarana, prasarana atau infrastruktur
dalam kebudayaan atau kehidupan manusia dalam membangun peradabannya seperti halnya
jembatan dan konstruksinya serta rancangannya, jalan, sarana telekomunikasi, dan lain-lain.
Suatu benda dapat dikatakan sebagai bangunan bila benda tersebut merupakan hasil
karya orang dengan tujuan untuk kepentingan tertentu dari seseorang atau lebih dan benda
tersebut tidak dapat dipindahkan kecuali dengan cara membongkar.
Sistem-sistem struktur pada bangunan merupakan inti kekokohannya bangunan di atas
permukaan tanah. Sistem struktur ini berfungsi menahan dan menyalurkan beban gaya
horizontal dan vertikal secara merata pada sistem-sistem struktur inti dan struktur pendukung,
sehingga bangunan dapat memikul beban horizontal dan vertikal maupun gaya lateral.
1. 2 RUANG LINGKUP
Teknik bangunan adalah suatu disiplin ilmu teknik yang berkaitan dengan perencanaan,
disain, konstruksi, operasional, renovasi dan pemeliharaan bangunan, termasuk juga kaitannya
dengan dampaknya terhadap lingkungan sekitar.
Konstruksi merupakan suatu kegiatan membangun sarana maupun prasarana. Dalam
bidang arsitektur atau teknik sipil, sebuah konstruksi juga dikenal sebagai bangunan atau
satuan infrastruktur pada suatu atau pada beberapa area. Suatu pekerjaan konstruksi
merupakan gabungan atau rangkaian dari banyak pekerjaan.
Konstruksi Bangunan merupakan bahan bangunan yang disusun sedemikian rupa sehingga
dapat menahan beban dan menentukan pola bangunan.
Untuk membuat sebuah bangunan dibutuhkan struktur bangunan yaitu bagaimana
membuat konsep dasar dari sebuah bangunan yang satu sama lain saling terkait dan
memberikan kontribusi terhadap apa yang dibebankan.
Konstruksi bangunan diterapkan sebaik mungkin karena hal ini menjamin kekuatan,
estetika dan umur sebuah bangunan. Dengan konstruksi bangunan yang kokoh maka menjamin
umur bangunan tersebut lama dan yang terpenting adalah aman untuk digunakan.
1. 3 TUJUAN DAN MANFAAT
Tujuan
Konstruksi dapat diartikan sebagai gabungan dari elemen struktur dan elemen
nonstruktur. Dengan kata lain, konstruksi bangunan adalah objek bangunan secara
keseluruhan yang terbentuk atas kesatuan struktur-struktur.
Contoh konstruksi antara lain rumah, gedung, jembatan, dan jalan raya.
Konstruksi bisa didefinisikan pula sebagai kegiatan membangun sarana dan
prasarana sehingga dapat digunakan untuk tujuan tertentu. Aktifitas konstruksi bukan
hanya sebatas membangun, tetapi juga kegiatan-kegiatan lain yang terkait dengan proses
pendirian bangunan seperti perencanaan rancang bangun, penelitian AMDAL, penyusunan
RAB, penyediaan material, dan pengawasan proyek pembangunan.
Manfaat
Manfaat atau fungsi merupakan titik awal yang mendasar dari semua espresi
arsitektur. Tidak ada halnya berbicara panjang lebar mengenai fakta, arsitek juga
bertanggung jawab untuk memenuhi semua persyaratan fungsional semua secara cerdik
serta mengatur semua ruangan serasional mungkin.
Agar mengetahui konstruksi yang baik dan tepat yang akan digunakan pada
bangunan bertingkat. Kostruksi yang digunakan disesuaikan dengan kondisi bangunan
yang akan dibangun.
BAB 2
ISI
Kolom dapat memberi tahanan rotasi, sehingga terjadi rotsi titik hubung.
(g) Rangka dengan kolom sangat kaku & balok fleksibel.
(h) Kolom dpt memberi tahanan rotasi cukup besar, sehinggs bersifat jepit
terhadap ujung balok.
Gambar 4.26. Efek variasi kekakuan relatif balok dan kolom terhadap momen dan gaya
internal pada struktur rangka kaku
Sumber: Schodek, 1999
e) Goyangan (Sideways)
Pada rangka yang memikul beban vertikal, ada fenomena yang disebut
goyangan (sidesway). Bila suatu rangka tidak berbentuk simetris, atau tidak
dibebani simetris, struktur akan mengalami goyangan (translasi horisontal) ke
salah satu sisi.
f) Penurunan Tumpuan (Support Settlement)
Seperti halnya pada balok menerus, rangka kaku sangat peka terhadap
turunnya tumpuan (Gambar 4.27). Berbagai jenis tumpuan (vertikal, horisontal,
rotasional) dapat menimbulkan momen. Semakin besar differential settlement,
akan semakin besar pula momen yang ditimbulkan. Bila gerakan tumpuan ini
tidak diantisipasi sebelumnya, momen tersebut dapat menyebabkan keruntuhan
pada rangka. Oleh karena itu perlu diperhatikan desain pondasi struktur rangka
kaku untuk memperkecil kemungkinan terjadinya gerakan tumpuan.
Gambar 4.27. Efek turunnya tumpuan (support settlement) pada struktur Rangka Kaku
Sumber: Schodek, 1999
g) Efek Kondisi Pembebanan Sebagian
Seperti yang terjadi pada balok menerus, momen maksimum yang terjadi pada
struktur rangka bukan terjadi pada saat rangka itu dibebani penuh. Melainkan pada
saat dibebani sebagian. Hal ini sangat menyulitkan proses analisisnya. Masalah
utamanya adalah masalah prediksi kondisi beban yang bagaimanakah yang
menghasilkan momen kritis.
h) Rangka Bertingkat Banyak
Beberapa metode yang dapat digunakan untuk melakukan analisis rangka
bertingkat banyak yang mengalami beban lateral. Salah satunya adalah Metode
Kantilever (Gambar 4.28), yang mulai digunakan pada tahun 1908.
Metode ini menggunakan banyak asumsi, yaitu antara lain :
ada titik belok di tengah bentang setiap balok
ada titik belok di tengah tinggi setiap kolom
besar gaya aksial yang terjadi di setiap kolom pada suatu tingkat
sebanding dengan jarak horisontal kolom tersebut ke pusat berat semua kolom di
tingkat tersebut. Metode analisis lain yang lebih eksak adalah menggunakan
perhitungan berbantuan komputer. Walaupun dianggap kurang eksak, metode
kantilever sampai saat ini masih digunakan, terutama untuk memperlajari perilaku
struktur bertingkat banyak.
b) Momen Desain
Untuk menentukan momen desain, diperlukan momen gabungan akibat
beban vertikal dan beban horisontal. Dalam bebrapa hal, momenmomen akibat
beban vertikal dan lateral (horisontal) ini saling memperbesar. Sementara dalam
kondisi lain dapat saling mengurangi. Momen kritis terjadi apabila momen-
momen tersebut saling memperbesar. Perlu diingat bahwa beban lateral umumnya
dapat mempunyai arah yang berlawanan dengan yang tergambar. Karena itu,
umumnya yang terjadi adalah momen yang saling memperbesar, jarang yang
saling memperkecil.
Apabila momen maksimum kritis, gaya aksial dan geser internal telah
diperoleh, maka penentuan ukuran penampang elemen struktural dapat dilakukan
dengan dua cara, yaitu :
1. Mengidentifikasi momen dan gaya internal, maksimum yang ada di bagian
elemen struktur tersebut, selanjutnya menentukan ukuran penampang di
seluruh elemen tersebut berdasarkan gaya dan momen internal tadi, sampai
ukuran penampang konstan pada seluruh panjang elemen struktur tersebut.
Cara ini seringkali menghasilkan elemen struktur yang berukuran lebih
(over-size) di seluruh bagian elemen, kecuali titik kritis. Oleh karena itu,
cara ini dianggap kurang efisien dibanding cara kedua berikut ini.
2. Menentukan bentuk penampang sebagai respon terhadap variasi gaya
momen kritis. Biasanya cara ini digunakan dalam desain balok menerus.
c) Penentuan Bentuk Rangka
1) Struktur Satu Bentang Pendekatan dengan menggunakan respon terhadap
beban vertikal sebagai rencana awal tidak mungkin dilakukan berdasarkan
momen negatif dan positif maksimum yang mungkin terjadi di setiap
penampang akibat kedua jenis pembebanan tersebut. Konfigurasi yang
diperoleh tidak optimum untuk kondisi beban lateral maupun beban vertikal,
namun dapat memenuhi kondisi simultan kedua jenis pembebanan tersebut.
(Gambar 4.31)
2) Rangka Bertingkat Banyak Pada struktur rangka bertingkat banyak juga terjadi
hal-hal yang sama dengan yang terjadi pada struktur rangka berbentang
tunggal.
Gambar 4.31. Penentuan ukuran dan bentuk penampang pada rangka bertingkat banyak,
berdasarkan momen internal
Berbagai jenis sistem struktur di atas dapat diklasifikasikan atas dua kelompok utama, yaitu :
medium-height building, meliputi : shear-type deformation predominant
high-rise cantilever structures, meliputi : framed tubes, diagonal tubes, and braced trusses
Klasifikasi ini didasarkan atas keefektifan struktur tersebut dalam menahan beban
lateral. Dari diagram di atas, sistem struktur yang terletak pada ujung kiri adalah sistem
struktur rangka dengan tahanan momen yang efisien untuk bangunan dengan tinggi 20-30
lantai. Dan pada ujung kanan adalah sistem struktur tubular dengan efisiensi kantilever tinggi.
Sistemstruktur lainnya merupakan sistem struktur yang bentuknya merupakan aplikasi dari
berbagai batasan ekonomis dan batasan ketinggian bangunan.
Menurut Council on Tall Buildings and Urban Habitat 1995, dalam menyusun suatu
metode klasifikasi bangunan tinggi berdasarkan sistem strukturnya, klasifikasi ini harus
meliputi bahasan atas empat tinjauan, yaitu rangka lantai, dan konfigurasi serta distribusi
beban. Pengelompokan ini ditekankan pada tahanan terhadap beban lateral. Sedangkan
bahasan terhadap fungsi pikul-beban dari sub-sistem bangunan tinggi bisa lebih bebas
ditentukan. Suatu sistem pencakar langit yang efisien harus mempunyai elemen penahan
beban vertikal yang sesuai dalam sub-sistem beban lateral dengan tujuan untuk
meminimalkan beban lateral terhadap keseluruhan struktur.
Suatu sistem rangka sederhana mengacu pada sistem struktur dimana balok dan
kolom dihubungkan dengan sambungan baut (pinnedjoints), dan sistem ini tidak
mempunyai ketahanan terhadap beban lateral. Stabilitas struktur ini dicapai dengan
menambahkan sistem pengaku (bracing) sepeti pada gambar 4.43. Dengan demikian,
beban lateral ditahan oleh bracing. Sedangkan beban vertikal dan lateral ditahan oleh
sistem rangka dan sistem bracing tersebut.
(d) Rangka dengan Pengekang (Braced Frame) dan Rangka Tanpa Pengekang
(Unbraced Frame)
Sistem rangka bangunan dapat dipisahkan dalam dua macam sistem, yaitu sistem
tahanan beban vertikal dan sistem tahanan beban horisontal. Fungsi utama dari sistem
bracing ini adalah untuk menahan gaya lateral. Pada beberapa kasus, tahanan beban
vertikal juga mempunyai kemampuan untuk menahan gaya horisontal. Untuk
membandingkan kedua sistem bracing ini perlu diperhatikan perilaku sistem terutama
responnya terhadap gaya-gaya horisontal.
Gambar Evolusi dari gedung-gedung pencakar langit pada periode sebelum 1950.
Keterangan :
DL = Beban mati (Dead Load)
LL = Beban Hidup (Live Load)
EX = Beban gempa searah sumbu x (Earthquake- X)
EY = Beban gempa searah sumbu y (Earthquake- Y)
B. Bahan Struktur
1. Beton
Untuk struktur kolom, sloof, balok lantai dan plat lantai digunakan beton dengan
kuat tekan beton yang disyaratkan, fc = 25 MPa (setara dengan beton K-300).
Modulus elastis beton, Ec = 4700(fc') = 2,35.104 MPa = 2,35.107 kN/m2 dengan
angka poison = 0,20.
2. Baja Tulangan
Untuk baja tulangan dengan D 12 mm digunakan baja tulangan ulir BJTD 40
dengan tegangan leleh baja, fy = 400 MPa. Untuk baja tulangan dengan D < 12 mm
digunakan baja tulangan polos BJTP 24 dengan tegangan leleh baja, fy = 240 MPa.
Modulus elastis baja, Es = 2,1.105 MPa.
3. Baja Profil
Mutu baja profil yang digunakan untuk struktur baja harus memenuhi persyaratan
setara dengan BJ-37.
C. Pra-eliminari Desain:
1. Perencanaan plat
Penentuan dimensi terdiri dari dimensi plat dan dimensi plat atap. Masing- masing
menggunakan SNI 03-2847-2002 dengan pasal :
Perencanaan plat 1 arah : SNI 03-2847-2002 pasal 11.5.2 Tabel 8
Perencanaan plat 2 arah : SNI 03-2847-2002 pasal 11.5.3
Menganalisa gaya- gaya yang terjadi pada plat, digunakan Peraturan Beton Bertulang
Indonesia (PBBI 1971 pasal.13.3 tabel 13.3.1 dan tabel 13.3.2), sedangkan perletakkan yang
diasumsikan jepit penuh digunakan C.K Wang dan C.G Salmon jilid 2,
Penulangan plat,
Penulangan lentur, susut, dan suhu : SNI 03-2847-2002 pasal 9.12.2.
5. Penulangan
Penulangan dihitung berdasarkan data-data yang diperoleh dari out put SAP atau ETABS.
Dari out put SAP atau ETABS diperoleh nilai gaya geser (D), momen lentur (M), momen
torsi (T), dan nilai gaya aksial (P). Kemudian dihitung kebutuhan tulangan pada balok, kolom
dan pondasi.
Perhitungan penulangan geser, lentur, dan puntir pada semua komponen struktur utama.
Kontrol masing-masing perhitungan penulangan.
Penabelan penulangan yang terpakai pada elemen struktur yang dihitung (struktur atas dan
struktur
bawah).
Penggambaran detail penulangan.
D. Cek Persyaratan
1. Plat
Kontrol jarak spasi tulangan : SNI 03-2847-2002 pasal.15.3.2
Kontrol jarak spasi tulangan suhu dan susut.
Kontrol perlu tulangan suhu dan susut : SNI 03-2847-2002 pasal 9.12.2.1 dan pasal 10.4.3
Kontrol lendutan : SNI 03-2847-2002 pasal 11.5.3.4
2. Balok
Kontrol Mnpasang Mn untuk tulangan lentur
3. Kolom
Kontrol kemampuan kolom.
Kontrol momen yang terjadi Mnpasang Mn
4. Poer
Kontrol dimensi poer : SNI 03-2847-2002 pasal13.12.3. 1.(a), pasal.13.12.3. 1.(b),
pasal.13.12.3.1.(c)
Kontrol geser pons.
Geser 1 arah : SNI 03-2847-2002 pasal.13.12.1.1
Geser 2 arah : SNI 03-2847-2002 pasal.13.12.1.2
E. Gambar Perencanaan
1. Gambar arsitek terdiri dari :
Gambar denah.
Gambar tampak.
3. Gambar detail :
Gambar detail panjang penyaluran.
Gambar detail penjangkaran tulangan.
Gambar detail pondasi dan poer.
F. Jenis Beban
1. Beban mati (Dead load)
Beban mati yang merupakan berat sendiri konstruksi (specific gravity) menurut
Tata Cara Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung (SNI 03-1727-1989-
F), adalah seperti Tabel berikut :
No Konstruksi Berat Satuan
1 Baja 7850 kg/m3
1 Beton bertulang 2400 kg/m3
2 Beton 2200 kg/m3
3 Dinding pas bata bt 250 kg/m2
4 Dinding pas bata 1 bt 450 kg/m2
5 Curtain wall+rangka 60 kg/m2
6 Cladding + rangka 20 kg/m2
7 Pasangan batu kali 2200 kg/m3
8 Finishing lantai (tegel) 2200 kg/m3
9 Plafon+penggantung 20 kg/m2
10 Mortar 2200 kg/m3
11 Tanah, Pasir 1700 kg/m3
12 Air 1000 kg/m3
13 Kayu 900 kg/m3
14 Baja 7850 kg/m3
15 Aspal 1400 kg/m3
16 Instalasi plumbing 50 kg/m2
Analisis terhadap beban gempa digunakan cara statik ekivalen maupun dinamik
(response spectrum analysis). Dari hasil analisis kedua cara tersebut diambil kondisi
yang memberikan nilai gaya atau momen terbesar sebagai dasar perencanaan. Struktur
bangunan dirancang mampu menahan gempa rencana sesuai peraturan yang berlaku
yaitu SNI 03-1726-2002 tentang Tatacara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk
Bangunan Gedung. Dalam peraturan ini gempa rencana ditetapkan mempunyai
periode ulang 500 tahun, sehingga probabilitas terjadinya terbatas pada 10 % selama
umur gedung 50 tahun.
KESIMPULAN
Struktur Bangunan adalah bagian-bagian yang membentuk bangunan seperti
pondasi, sloof, dinding, kolom, ring, kuda-kuda, dan atap. Pada prinsipnya, elemen
struktur berfungsi untuk mendukung keberadaan elemen nonstruktur yang meliputi
elemen tampak, interior, dan detail arsitektur sehingga membentuk satu kesatuan.
Setiap bagian struktur bangunan tersebut juga mempunyai fungsi dan peranannya
masing-masing.
Terdapat tiga bagian dari struktur bangunan antara lain :
1. Struktur bawah (substruktur) adalah bagian-bagian bangunan yang terletak di bawah
permukaan tanah. Struktur bawah ini meliputi pondasi dan sloof.
2. Struktur tengah merupakan bagian-bagian bangunan yang terletak di atas permukaan
tanah dan di bawah atap, serta layak ditinggali oleh manusia. Yang dimaksud struktur
tengah di antaranya dinding, kolom, dan ring.
3. Struktur atas (superstruktur) yaitu bagian-bagian bangunan yang terbentuk
memanjang ke atas untuk menopang atap. Struktur atas bangunan antara lain rangka
dan kuda-kuda.
Konstruksi dalam pengertian bangunan dapat dikelompokkan menjadi empat
macam, yakni :
1. Konstruksi gedung yaitu konstruksi yang digunakan untuk mendukung kebutuhan
hidup manusia. Konstruksi ini meliputi rumah, hotel, apartemen, kantor, rumah sakit,
dan lain-lain.
2. Konstruksi transportasi ialah konstruksi yang dibuat untuk memenuhi sarana dan
prasarana transportasi. Contoh konstruksi ini yaitu jalan raya, jembatan, rel, terminal,
pelabuhan, stasiun, bandara, dan sebagainya.
3. Kontruksi air merupakan konstruksi yang dibangun dengan tujuan mengelola air di
atas tanah. Yang termasuk konstruksi air misalnya bendungan, waduk, irigasi,
drainase, parit, got, gorong-gorong, dan lain sebagainya.
4. Konstruksi khusus adalah konstruksi bangunan yang didirikan untuk tujuan khusus.
Sebagai contoh konstruksi menara pemancar gelombang radio, menara jaringan
listrik, menara pemancar televisi, anjungan minyak lepas pantai, dan lain-lain.
1. Sistem Rangka Pemikul Momen Biasa (SRPMB) atau Ordinary Moment Resisting
Frame (OMRF)
Metode ini digunakan untuk perhitungan struktur gedung yang masuk di zona gempa 1
dan 2 yaitu wilayah dengan tingkat gempa rendah. Acuan perhitungan yang digunakan
adalah SNI 03-2847-2002 pasal 3 sampai pasal 20.
3. Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK) atau Special Moment Resisting
Frame (SMRF)
Metode ini digunakan untuk perhitungan struktur gedung yang masuk pada zona 5 dan
6 yaitu wilayah dengan tingkat gempaan tinggi atau diaplikasikan dalam perencanaan
High Rise Building.
DAFTAR PUSTAKA
https://berandaarsitek.blogspot.co.id/2015/10/sistem-struktur-inti-core-structure.html#
http://ruang-art.blogspot.co.id/2012/09/pengertian-dan-ruang-lingkup.html
http://arafuru.com/sipil/apa-itu-struktur-dan-konstruksi-bangunan.html
http://ronny.blog.upi.edu/sistem-struktur-pada-bangunan-gedung-bertingkat/
https://materiarsitektur.blogspot.co.id/2015/01/struktur-bangunan-tinggi.html
http://arsitekturkekinian.blogspot.co.id/2015/11/sistem-bangunan-tinggi.html
http://www.perencanaanstruktur.com/2011/08/tahap-perencanaan-bangunan-
bertingkat.html
http://arafuru.com/sipil/apa-itu-struktur-dan-konstruksi-bangunan.html