Dalam berbagai sistem struktur baik menggunakan bahan beton bertulang, baja
maupun komposit, selalu ada komponen (sub sistem) yang dapat dikelompokkan
dalam sistem yang digunakan untuk menahan gaya gravitasi dan sistem untuk
menahan gaya lateral.
+
Dinding Geser - Dinding Geser -
Kantilever Kopel
Sistem Struktur Penahan
Gaya Gravitasi
Beban gravitasi merupakan beban yang berasal dari beban mati struktur dan
beban hidup yang besarnya disesuaikan dengan fungsi bangunan.
Struktur lantai yang merupakan bagian terbesar dari struktur bangunan,
sehingga pemilihannya perlu dipertimbangkan secara seksama, diantaranya:
Sistem struktur lantai biasanya merupakan kombinasi dari pelat dengan balok
induk (girders) atau anak balok (beams) atau rusuk (ribs atau joists), yang
ketebalannya tergantung pada bentang, beban dan kondisi tumpuannya
Pelat Satu Arah Pelat Rusuk Satu Arah Pelat Dua Arah
('One Way Slab') ('One Way Rib Slab') ('Two Way Slab on Beam')
Pelat Tanpa Balok - Pelat Tanpa Balok - Pelat Rusuk Dua Arah
Tanpa Kepala Kolom Dengan Kepala Kolom ('Waffle Slab')
('Flat Plate') ('Flat Slab')
Pelat satu arah (one way slab) ditumpu oleh balok anak yang ditempatkan
sejajar satu dengan lainnya, dan perhitungan pelat dapat dianggap sebagai
balok tipis yang ditumpu oleh banyak tumpuan.
Pelat rusuk satu arah (one way rib/joist slab) ditumpu oleh rusuk, anak balok
yang jarak satu dengan lainnya sangat berdekatan, sehingga secara visual
hampir sama dengan pelat satu arah.
lx
Pelat yang keempat sisinya ditumpu oleh balok dengan perbandingan 2,
ly
disebut pelat dua arah, sehingga perhitungan pelat perlu dilakukan dengan
menggunakan pendekatan dua arah; biasanya dengan menggunakan tabel
tertentu.
Dua jenis berikutnya adalah pelat dua arah yang tidak ditumpu oleh balok, tetapi
langsung oleh kolom. Jenis pertama, pelat lantai ditumpu langsung oleh kolom
tanpa penebalan di sekeliling kolom (drop panel) dan/atau kepala kolom
(column capital), sehingga beban vertikal langsung dipikul oleh kolom dari
segala arah (flat plate). Sedang jenis kedua, pada puncak kolom terdapat
penebalan pelat lantai dan/atau kepala kolom (flat slab), sehingga dapat
memikul gaya geser atau momen lentur yang lebih besar.
Pelat wafel (waffle slab) adalah pelat dua arah yang ditumpu oleh rusuk dua
arah. Pelat ini memberikan kekakuan yang cukup besar, sehingga dapat memikul
beban vertikal atau dapat digunakan untuk bentang lantai yang besar.
Hal yang penting pada struktur bangunan tinggi adalah stabilitas dan
kemampuannya untuk menahan gaya lateral, baik yang disebabkan oleh angin
atau gempa bumi. Beban angin lebih terkait pada dimensi ketinggian bangunan,
sedang beban gempa lebih terkait pada massa bangunan.
Kolom pada bangunan tinggi perlu diperkokoh dengan sistem pangaku untuk
dapat menahan gaya lateral, agar deformasi yang terjadi akibat gaya horizontal
tidak melampaui ketentuan yang disyaratkan (P- Effect).
Pengaku gaya lateral yang lazim digunakan adalah portal penahan momen,
dinding geser atau rangka pengaku.
Rangka pengaku (braced frame) terdiri dari balok dan kolom yang ditambahkan
pengaku diagonal. Adanya pengaku diagonal ini akan berpengaruh pada
fleksibilitas perpanjangan/perpendekan lantai di mana pengaku tersebut
ditempatkan. Rangka pengaku banyak digunakan pada bangunan tinggi yang
menggunakan struktur baja. Jenis rangka pengaku yang sering digunakan,
diantaranya adalah pengaku diagonal tunggal/ganda, pengaku K
(horizontal/vertikal), atau rangka pengaku eksentris.
Ditahan
Oleh
Portal
Ditahan
Oleh
Dinding
Geser
Vdinding geser
Gaya Portal Penahan Dinding Geser Gabungan Portal dan
Lateral Vtotal
Momen (Individual) Dinding Geser
(Individual)
Penempatan dinding geser dapat dilakukan pada sisi luar bangunan atau pada
pusat bangunan. Dinding geser yang ditempatkan pada bagian dalam bangunan
biasa disebut dengan inti struktural (structural cored).
Beban mati adalah berat dari semua bagian dari suatu bangunan yang bersifat
tetap, termasuk segala unsur tambahan, mesin-mesin serta peralatan tetap
(fixed equipment) yang merupakan bagian yang tak terpisahkan dari bangunan
itu (perlengkapan/peralatan bangunan).
Menurut Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung 1983, berat sendiri
bahan bangunan dan komponen gedung dapat dilihat pada Tabel berikut ini:
Selanjutnya, perkiraan berat tulangan baja pada konstruksi beton bertulang dan
volume beton untuk fondasi dapat dilihat pada :
Beban hidup adalah semua beban yang terjadi akibat penghunian atau
penggunaan suatu bangunan, dan di dalamnya termasuk beban-beban pada
lantai yang berasal dari barang-barang yang dapat berpindah (moveable
equipment), mesin-mesin serta peralatan yang tidak merupakan bagian yang tak
terpisahkan dari bangunan dan dapat diganti selama masa hidup dari bangunan
itu, sehingga mengakibatkan perubahan dalam pembebanan lantai dan atap
bangunan tersebut. Khusus pada atap ke dalam beban hidup dapat termasuk
beban yang berasal dari air hujan, baik akibat genangan maupun akibat tekanan
jatuh (energi kinetik) butiran air. Beban hidup tidak termasuk Beban Angin dan
Beban Gempa.
Beban angin adalah semua beban yang bekerja pada bangunan atau bagian
bangunan yang disebabkan oleh selisih dalam tekanan udara.
Tekanan tiup harus diambil minimum 25 kg/m 2, dan di tepi laut sampai sejauh 5
km dari pantai harus diambil minimum 40 kg/m 2.
Jika ada kemungkinan kecepatan angin mengakibatkan tekanan tiup yang lebih
besar, maka tekanan tiup harus dihitung menurut rumus:
v2
p (kg/m2)
16
Beban Gempa
Beban gempa adalah semua beban statik ekivalen yang bekerja pada bangunan
atau bagian bangunan yang menirukan pengaruh dari gerakan tanah akibat
gempa itu. Dalam hal pengaruh gempa pada struktur bangunan ditentukan
berdasarkan suatu analisa dinamik, maka yang diartikan dengan beban gempa
di sini adalah gaya-gaya di dalam struktur tersebut yang terjadi oleh gerakan
tanah akibat gempa itu.
C.I .Wt
V
R
di mana : C adalah faktor dari respon spektra (Gambar 3.4.)
I adalah Faktor Keutamaan fungsi bangunan
R adalah Faktor Reduksi Gempa
Wt adalah kombinasi dari beban mati dan beban hidup
Wt 1,05 BM 0,3BH
Koefisien dasar gempa harus ditentukan dari Gambar Respon Spektra dan
Gambar wilayah gempa. Dengan memakai waktu getar alami (T) struktur seperti
ditentukan:
3
T 0,085H 4 untuk Portal Baja
3
T 0,06 H 4 untuk Portal Beton
0,09 H
T untuk struktur lainnya
B
di mana : H adalah tinggi bangunan
B adalah panjang bangunan pada arah yang ditinjau
b. Faktor Keutamaan
Waktu ulang dari kerusakan struktur gedung akibat gempa akan diperpanjang
dengan pemakaian suatu Faktor Keutamaan yang nilainya lebih besar dari 1,0.
Suatu faktor yang lebih besar harus dipakai pada bangunan pusat pelayanan
utama yang penting bagi usaha penyelamatan setelah gempa terjadi (rumah
sakit), gedung-gedung monumental dan bangunan-bangunan yang dapat
mendatangkan bahaya luar biasa kepada khalayak umum (reaktor nuklir).
Faktor Keutamaan untuk berbagai jenis bangunan dapat dilihat pada Tabel ini:
Faktor Keutamaan I
-------------------------------------------------------------------------------------------
Jenis Gedung I1 I2 I
-------------------------------------------------------------------------------------------
Gedung Umum (hunian, niaga dan kantor) 1,0 1,0 1,0
Faktor daktilitas maksimum (m), faktor reduksi gempa maksimum (R m), dan
faktor tahanan lebih struktur (f) dan tahanan lebih total beberapa jenis sistem dan
subsistem struktur gedung dapat dilihat pada berikut:
------------------------------------------------------------------------------------------------------
Sistem dan subsistem Uraian Sistem Pemikul m Rm f
Struktur Gedung Beban Gempa
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
Rangka pemikul momen menengah
beton (SRPMM) 3,3 5,5 2,8
Struktur Kolom Kantilever Sistem struktur kolom kantilever 1,4 2,2 2,0
Wi .hi
Fi .V
Wi .hi
di mana : hi adalah ketinggian lantai sampai taraf i diukur dari dasar
bangunan.
Wi adalah massa lantai pada taraf i