Anda di halaman 1dari 4

ELEMEN STRUKTUR PELENGKUNG

Pelengkung adalah sebuah struktur yang dibentuk dari elemen garis yang
melengkung dan membentang antara dua titik, membentuk busur. Struktur ini membentang
suatu ruang sekaligus menopang beban. Struktur ini umumnya terdiri atas potongan-
potongan kecil yang mempertahankan posisinya akibat adanya pembebanan.
Sebuah permukaan dapat didefinisikan oleh banyak kurva berbeda, oleh karena itu
beberapa lengkungan (curvature) khusus harus diidentifikasi: lengkung utama, lengkung
Gaussian, dan lengkung tengah. Lengkungan ini memberi karakteristik permukaan sebagai
sistem lengkung tunggal atau ganda, di mana permukaan lengkung ganda secara lebih jauh
dibagi menjadi permukaan sinklastik dan antiklastik.
Pelengkung muncul pertama kali pada milenium ke-2 SM di Mesopotamia dalam
bentuk struktur bata. Penggunaan yang semakin luas dan sistematik dimulai oleh
Kekaisaran Romawi dalam seperti akuaduk, koloseum dan bangunan lainnya.
Sebuah pelengkung memerlukan semua bagian-bagiannya agar dapat berdiri kokoh,
hal ini menimbulkan pertanyaan mengenai bagaimanakah cara membangun pelengkung
satu per satu menyusun dari bagian-bagiannya. Jawabannya adalah membangun kerangka
(biasanya terbuat dari kayu) yang mengikuti bentuk luar pelengkung di bagian bawahnya.
Setelah struktur batu tersusun dan menopang bebannya sendiri, barulah kerangka kayu
dilepas.

Gambar 24. Macam-macam pelengkung


Sumber :https://portalrekayasa.wordpress.com/2016/11/18/macam-macam-sistem-struktur/
Sebagai pembangun berbakat, para teknisi Roma menggunakan struktur lengkung
secara luas, seperti yang sering ditemui dalam deret-deret bentuk bertingkat pada stadion
(coliseum), terowongan air, dan jembatan. Bentuk lengkung dari busur memungkinkan
bentang bersih yang lebih panjang dari yang bisa diterapkan pada bangunan dengan
konstruksi pasangan batu post-and-lintel.
Stabilitas bangunan lengkung mensyaratkan:

1
1) seluruh penampang bekerja menahan gaya tekan akibat kombinasi beban-beban
keseluruhan,
2) abutmen atau dinding akhir mempunyai kemampuan yang cukup untuk
menyerap gaya diagonal yang besar pada dasar lengkungan. Orang-orang
Roma mengembangkan metode pembentukan pelingkup ruang interior dengan
kubah batu, seperti terlihat pada Pantheon yang ada di Roma.
Selama periode Gothic banyak bangunan-bangunan katedral megah seperti Chartres
dan Notre Dame, bentuk lengkung diperhalus dengan hiasan-hiasan yang banyak dan
berlebihan, bentuk-bentuk yang ada menjadi semakin lebar. Ruangruang atap dengan
lengkungan tiga dimensional juga ditunjukan pada konstruksi atap-atap katedral.
Elemenelemen batu yang melengkung atau disebut flying buttresses, yang digunakan
bersama dengan tiang-tiang penyangga dari kolom batu yang tebal atau dinding yang
menyalurkangaya dari kubah atap ke tanah. Bidang teknik pada periode ini menghasilkan
pengalaman yang tinggi berdasar pada apa yang dipelajari ahli bangunan dan mengajarkan
pada murid-muridnya, selanjutnya ketrampilan ini diturunkan pada generasigenerasi
selanjutnya.
Meskipun katedral dan istana-istana megah didirikan selama bebarapa abad di
Eropa tetapi tidak ada perubahan yang signifikan pada teknologi konstruksi, hingga
diproduksinya besi tuang sebagai bahan komersial pada pertengahan abad ke-18. Bahan ini
memungkinkan ahli teknik untuk mendesain bangunan dengan sederhana tetapi dengan
balokbalok yang kuat, kolom-kolom dengan penampang yang lebih solid. Hal ini
memungkinkan desain struktur yang ringan dengan bentang yang lebih panjang dan
bukaan-bukaan yang lebih lebar. Dinding penahan yang masif digunakan untuk konstruksi
batu yang tidak memerlukan bentang panjang. Pada akhirnya, baja dengan kemampuan
menahan gaya tarik yang tinggi dan tekan yang besar memungkinkan konstruksi dari
struktur-struktur yang tinggi hingga saat ini untuk gedung pencakar langit (skyscraper).

Pelengkung biasanya digunakan pada kontruksi jembatan, dengan kondisi sungai


dengan lebar yang cukup berarti dan dasar sungai yang dalam, sehingga sulit untuk
membuat pilar ditengah jembatan.

2
Gambar 25. Jembatan
Sumber :http://martinsimatupang.lecture.ub.ac.id

Gambar 26. Jembatan


Sumber :http://martinsimatupang.lecture.ub.ac.id

Pada Gambar 26, kontruksi utama dibuat pelengkung sehingga tidak memerlukan
pilar. Gelagar memanjang, tempat dimana kendaraan lewat bias tertumpu pada tiang-tiang
penyangga yang terletak pada pelengkung itu.
Pada Gambar 27, tumpuan sendi dan rol pada pelengkung menjadikan konstruksi
statis tentu dan dapat diselesaikan dengan cara kesetimbangan.

se
A=sendi B=rol

3
Gambar 27. Pelengkung pada perletakan sendi dan rol
Pada Gambar 27, terlihat bahwa tumpuan A sendi dan B roll pada elemen/batang
melengkung. Reaksi tumpuan: 2 pada tumpuan sendi dan 1 pada tumpuan rol, sehingga
dapat dicari dengan 3 persamaan yang tersedia (SFH = 0, SFV = 0, SM = 0).
Deformasi struktur akibat beban berat sendiri dan beban luar pada struktur portal
dan pelengkung sederhana (sendi roll) pada umumnya cukup besar. Untuk mencegah hal
ini maka diantara tumpuan sendi dan rol dipasang batang tarik (tie rod), seperti banyak
digunakan pada portal struktur atap gedung, sehingga struktur menjadi sistim statis tak
tentu (Gambar 28).

Gambar 28. Pelengkung sederhana dengan batang tarik

Gambar 29. Pelengkung tiga sendi


Pada Gambar 29, menjadi struktur statis tentu karena ditambahkan sambungan S
pada puncak batang lengkung, sehingga menjadi dua batang lengkung yang terhubung
pada sendi S.

Anda mungkin juga menyukai