Anda di halaman 1dari 53

LAPORAN

STRUKTUR DAN KONSTRUKSI BANGUNAN IV


BANGUNAN BENTANG LEBAR

NAMA DOSEN : ALVA YUVENTUS LUKAS, ST.,MT.,MT


NAMA KELOMPOK 3 :
1. SEPTIANA ANISTA PUNGA /1906090003
2. KATHARINA NATASHA NUE /1906090051
3. KRISLI SANDI IGRAWATY BETTY /1906090009

UNIVERSITAS NUSA CENDANA


FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK
JURUSAN ARSITEKTUR
2021/2022
KATA PENGANTAR
Pertama-tama kami mengucapkan puji dan syukur kepada Tuhan yang Maha
Esa yang telah memberkati kami, sehingga laporan ini dapat diselesaikan. Kami juga
ingin mengucapkan terima kasih bagi seluruh pihak yang telah membantu kami dalam
pembuatan laporan ini dan berbagai sumber yang telah saya pakai sebagai data dan
fakta pada laporan ini.
Kami mengakui bahwa kami adalah manusia yang mempunyai keterbatasan
dalam berbagai hal. Oleh karena itu tidak ada hal yang dapat diselesaikan dengan
sangat sempurna. Begitu pula dengan laporan ini yang telah kami selesaikan. Tidak
semua hal dapat kami deskripsikan dengan sempurna dalam laporan ini. Kami
melakukannya semaksimal mungkin dengan kemampuan yang kami miliki.
Maka dari itu, kami bersedia menerima kritik dan saran dari pembaca yang
budiman. Kami akan menerima semua kritik dan saran tersebut sebagai batu loncatan
yang dapat memperbaiki laporan kami di masa datang.

Kupang, 28 Agustus 2021

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam arsitektur struktur bangunan merupakan suatu hal yang sangat
penting dan berfungsi sebagai alat vital dalam pembetuk sebuah bangunan.
Struktur juga merupakan suatu sarana untuk menyalurkan dan menopang setiap
beban akibat gempa, angin dan berat dari bangunan, sehingga dapat
memperkuat bangunan tersebut. Struktur juga dapat didefinisikan sebagai suatu
identitas fisik yang memiliki sifat secara keseluruan yang dapat mendominasikan
interelasi dari bagian – bagian dalam suatu bangunan.
Sedangkan konstruksi merupakan suatu perbuatan atau suatu
perancangan bangunan serta penyusunanya. Konstruksi menjelaskan mengenai
suatu kegiatan dalam mengelolah sumber daya proyek menjadi suatu hasil dari
kegiatan yang berupa bangunan konstruksi dengan menyusun setiap elemen
dari struktur bangunan tersebut sehingga ada keterkaitan antar kedua unsur
tersebut dalam melengkapi sebuah bangunan. Dalam struktur dan konstruksi
bangunan terdapat beberapa jenis sistem struktur bangunan salah satunya yaitu
sistem bangunan bentang lebar.
Sistem bangunan bentang lebar merupakan suatu struktur bangunan yang
lebih memungkinkan penggunaan ruang yang bebas. Ruang bebas yang
dimaksud yaitu sebagai suatu ruangan yang memiliki kolom dengan lebar dan
panjang seluas mungkin. System ini biasanya digunakan pada bangunan –
bangunan besar yang difungsikan sebagai gedung olaraga, pameran,
auditorium, dan gedung – gedung besar yang serupa. terdapat beberapa jenis
sistem struktur bentang lebar yaitu;
1. Struktur Rangka batang san rangka ruang.
2. Struktur Furnicular, yaitu kabel dan pelengkung.
3. Struktur Plan dan Grid.
4. Struktur Membran meliputi pneumatik dan struktur tent (tenda) dan net
(jaring).
5. Struktur Cangkang.
1.2 Rumusan Masalah
1. Pengertian sistem bangunan bentang lebar ?
2. Apa syarat dan kriteria luasan untuk bangunan bentang lebar ?
3. Apa saja jenis dari struktur bangunan bentang lebar ?
4. Apa saja contoh strudi kasus dari struktur bangunan lebar ?

1.3 Tujuan
1. Mejelaskan pengertian dan definisi dari sistem bangunan bentang lebar.
2. Menjelaskan syarat dan kriteria luasan untuk bangunan bentang lebar.
3. Menjelaskan jenis – jenis dari struktur bangunan bentang lebar.
4. Menjelaskan hasil studi kasus dari jenis struktur bangunan bentang lebar.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Bangunan Bentang Lebar


Sistem bangunan bentang lebar merupakan bangunan yang
memungkinkan pemakaian ruang secara bebas dan kolom yang selebar dan
sepanjang mungkin. Menurut tingkat kerumitan strukturnya, terdapat dua macam
bangunan bentang lebar yaitu bangunan sederhana dan bangunan kompleks.
Bangunan bentang lebar sederhana dibuat berdasarkan teori dasar tanpa
pengembangan apapun sistem ini sangat memungkinkan dipakai pada
bangunan gedung olaraga. Dimana tidak terlalu memerlukan nilai estetika
bangunan tersebut. Akan tetapi bangunan tersebut lebih mementingkan fungsi.
Sementara itu, pendirian bangunan bentang lebar kompleks dilakukan
melalui modifikasi dari teori dan penggabungan beberapa sistem struktur
bentang lebar. Berbeda dari sistem bentang lebar sederhana, untuk bentang
lebar kompleks harus menggunakan paduan dari berbagai macam jenis struktur
bentang lebar. Biasanya tampilam yang menggunakan sistem bangunan
kompleks ini sangat menarik. Fungsi utama dari struktur bangunan bentang
lebar ialah menciptaan ruangan yang bebas kolom yang cukup luas. Dengan
tidak adnya tiang – tiang kolom, suatu ruangan akan terasa lebih lapang dan
bebas. Biasanya aplikasi strukur bangunan ini banyak diterapkan digedung
stasion, gedung teater, gedung auditorium, gedung exhibition, dan gedung
pameran.

2.2 Jenis – jenis bangunan bentang lebar


Sistem bangunan bentang lebar merupakan struktur bangunan yang
memungkinkan penggunaan ruang bebas. Ruang bebas di sini diartikan sebagai
ruangan yang memiliki kolom dengan lebar dan panjang seluas mungkin. Sistem
ini biasanya digunakan pada bangunan-bangunan besar yang difungsikan
sebagai gedung olahraga, pameran, auditorium, dan gedung-gedung serupa.

1. Jenis system bangunan bentang lebar

1) Bangunan bentang lebar sederhana


Sistem ini sangat umum digunakan pada gedung-gedung
olahraga yang tidak terlalu mementingkan estetika bangunanya, tapi
mengedepankan fungsinya. Misalnya seperti gymnasium, gedung
futsal, gedung basket, dan sejenisnya. Berdasarkan konsepnya,
sistem bentang lebar pada bangunan jenis ini diterapkan langsung
pada bangunan menggunakan teori dasar tanpa adanya modifikasi.
2) Bangunan bentang lebar kompleks

Berbeda dengan sistem bentang lebar sederhana, bentang


lebar kompleks menggunakan perpbaduan berbagai jenis struktur
bentang lebar. Pun sistem ini melakukan modifikasi terhadap teori
dasar yang digunakan. Umumnya, tampilan gedung dengan sistem
kompleks ini sangat menarik layaknya sebuah karya seni. Seperti
halnya Sydney Opera House, gedung tersebut menggunakan
sistem bentang lebar kompleks.

2. Struktur bangunan bentang lebar

Secara umum, struktur pada sistem bangunan ini terbagi dalam 4


sistem besar struktur yang masing-masingnya memiliki struktur-struktur
lagi. Struktur tersebut adalah form active structure system, bulk active
structure system, vector active structure system, dan surface active
structure system.

Menurut Schodek pada tahun 1958 pembagian dari system


bentang lebar dapat dikelompokan mejadi 5 bagian diantaranya adalah:
 Struktur rangka batang dan rangka ruang.
 Struktur furnicular berupa kabel dan pelengkung.
 Struktur plan dan struktur grid.
 Struktur membrane yang berupa ten, pneumatic, dan net.
 Struktur cangkang.
Namun yang akan dijelaskan hanya tiga dari lima sistem struktur
diatas yaitu struktur rangka ruang dan rangka batang, struktur plan dan
grid serta sistem struktur yang akan dijelaskan sebagai berikut.

a. Struktur Rangka Batang dan Rangka Ruang.


Struktur rangka batang (truss) secara sederhana sama dengan
jenis balok–tiang (post – and – beam), tetapi dengan aksial struktur
yang berbeda karena adanya titik hubung kaku antar elemen vertical
dan elemen horizontalnya. Kekakuan titik hubung ini memberi
kestabilan terhadap gaya literal. Pada sistem rangka ini, balok maupun
kolom akan melentur sebagai akibat adanya aksi beban pada struktur.
Pada struktur rangka panjang pada setiap elemen terbatas sehingga
biasnya akan dibuat dengan pola berulang (Dian Astradi,2008).
Sistem struktur rangka batang merupakan struktur yang
dibentuk dari batang–batang linear yang dirangkai membentuk pola–
pola segitiga hingga menjadi stabil. Beberapa contoh struktur rangka
batang dapat ditunjukan pada gambar berikut.

Rangka batang 2 dimensi umumnya terdiri dari bagian atas (top


cord), bagian bawah (bottom chord) dan bagian tengah yang disebut
web. Struktur ini didesain agar stabil, aman, dan nyaman.
Untuk sambungan pada struktur rang batang, titik buhul sebagai
sambungan tetap/stabil dianggap sebgai sendi. Untuk menyambung titik
buhul digunakan plat buhul. Pada struktur baja sambungan-sambungan
pada digunakan baut, paku keeling atau las, sedangkan pada konstruksi
kayu menggunakan sambungan baut, pasak, atau paku.

Rangka batang ada dua macam, yaitu plane truss dan space truss.
 Plane Truss (rangka bidang) adalah truss yang elemen dan joint
berada dalam suatu bidang 2 dimensi. Berikut terdapat bentuk
dasar dari plane truss, yaitu :
 Pitched truss atau common truss, dpat dibedakan dari bentuk
segitiganya. Tipe ini sering digunakan untuk konstruksi atap. Tipe
truss ini ditentukan berdasarkan bentang, beban dan spasi.
 Parallel truss atau flat truss, biasanya digunakan untuk konstruksi
lantai.
 Kombinasi dari kedua bentuk tersebut adalah Truncated truss
digunakan pada kosntruksi hip roof.

 Space Truss (rangka ruang) atau yang lebih popular disebut


dengan Space frame, merupakan struktur rangka 3 dimensi.
Berbeda dari plane truss dimana diperlukan elemen-elemen
segitiga yang terdiri dari 3 rangka batang untuk menyusun satu
kesatuan struktur agar stabil, maka pada space truss terdapat 6
rangka batang.
Sistem-sistem penghubung (joint) pada struktur rangka ruang (space
frame) :
 System Manesman

 Menggunakan pipa pipa besar yang sama panjangnya


disesuaikan dengan kebutuhan.
 Kekurangan dari system ini antara lain terbatasnya daya
dukung dari pipa-pipa di bagian sambungan.
 System Mero

 Terdapat sedikit variasi dalam panjangnya batang yang


dihubungkan dengan skrup pada setiap simpul yang khusus
dan dihubungkanya garis-garis as bertemu bertemu pada
suatu titik.
 Simpul hanya memungkinkan kedelapan belas buah batang-
batang yang saling menumpuk tegak lurus dan batang-
batang diantaranya yang bersudut 45o .
 Struktur yang terjadi membentuk geometris disiplin.
 Batas kemampuan mendukung dintentukan oleh gaya
dukung maksimum dari momen-momen batang.
 System Unistrud

 Dipakai untuk maksud-maksud yang tidak stabil, tediri dari


batang yang berbentuk besi profil. Berbentuk sebagai
gelagar yang batang-batangnya mengarah ke banyak
jurusan dan mempunyai tinggi konstruksi 1 meter. Simpul
dibuat dari lempeng plat yang dibentuk menurut arah batang
yang diskrupkan padanya.
 Kemungkinan mendukung dari system dihitung secara
empiris. Dapat dicapai daya muat kira-kira 300 kg/m2 pada
ukuran jarak kolom 12,5 M x 12,5 M.

 System Takenaka

 Baja pelat dengan potongan bujur sangkar dan persegi


dihubungkan dengan baut-baut bermutu tinggi. Batang-
batang pada bidang atas akan menerima gaya tekan,
sedangkan batang-batang diagonal bersifat memikul gaya
tekan. Sedangkan batang-batang pada bagian bawah
menerima gaya Tarik.
 Dalam struktur rangka ruang-ruang teknis finishing yang
makin kompleks mengharuskan adanya bidang atas dan
plafond. Karena ruang konstruksi sangat tidak
menguntungkan sebagai penampung debu tetapi sebagai
struktur yang tertutup sehingga memberikan kesan
menonjol.
 Kelebihan dan Kekurangan Struktur
Kelebihan :
 Salah satu keuntungan yang paling besar dari sebuah struktur
ini adalah strukturnya yang. Hal ini dikarenakan setiap materi
didistribusikan secara spasial dengan sedemikian rupa
sehingga mekanisme transfer beban bekerja menjadi beban-
beban aksial. Akibatnya, semua bahan di setiap elemen yang
dipasang dapat digunakan secara maksimum. Selain itu juga,
struktur ini dibangun dengan bahan baja atau aluminium,
dengan berat sendiri bahan yang relatif ringan. Hal ini menjadi
dasar yang sangat penting dalam perencanaan atap bentang
besar.
 Batang-batang frame biasanya diproduksi secara massal di
pabrik sehingga dapat memberikan keuntungan sistem
industri konstruksi.Framedapat diproduksi secara sederhana
melalui prefabrikasi unit, sesuai dengan ukuran dan bentuk
standar yang sering digunakan. Unit-unit tersebut dapat lebih
mudah diangkut dan lebih cepat dirakit oleh tenaga kerja
semi-terampil. sehingga struktur space frame dapat dibangun
dengan biaya yang lebih rendah.
 Sebuah struktur frame memiliki kekakuan yang cukup
meskipun memiliki struktur yang ringan. Hal ini disebabkan
oleh adanya elemen tiga dimensi unsur-unsur penyusunnya
yang bekerja secara penuh dalam menahan beban beban
terpusat simetris. Struktur frame juga memungkinkan
fleksibilitas yang lebih besar dalam tata letak dan posisi
kolom.
 Struktur frame memiliki bentuk yang fleksibel. Para Arsitek
pun mengakui keindahan visual dan kesederhanaan yang
mengesankan dari struktur frame
Kekurangan
 Mahal. Elemen-elemenya dipesan dari pabrik, sehingga mahal.
 Tenaga ahlinya masih sedikit. Struktur Frame jarang digunakan,
hanya pada bangunan-bangunan tertentu saja. Sehingga dalam
bidang ini masih sedikit.
 Tidak tahan api. Struktur yang digunakan berbahan dasar logam.
Kita tahu bahwa logam tidak tahan panas, dapat leleh akibat
panas.

b. Struktur Plan dan Grid.


Menurut Wang (1986) dan furguson (1986), Grid Struktur
merupakan jarak perletakan komponen – komponen struktur
perkuatan bangunan (misalnya kolom dan balok). Pada sebuah
bangunan Grid kolom berarti jarak antar kolom satu dengan kolom
lainnya. Jarak yang digunakan tidak harus sama antar satu kolom
dengan kolom lainnya, namun juga bias dengan jarak yang
berirama tertentu.
1. Jenis – jenis struktur Plan dan Grid
 Plan dan grid sederhana
Struktur bentang lebar plan dan grid yang tidak melakukan
modifikasi dari bentuk struktur dasar. (langsung dipergunakan
berdasarkan teori dasar). Plat adalah struktur planar yang kaku
secara khas terbuat dari material monolit. Beban yang umum
bekerja pada plat mempunyai banyak arah dan tersebar. Plan
dapat ditumpuh diseluruh tepinya atau hanya pada titik – titik
tertentu, (misalnya oleh kolom – kolom).
Grid struktur merupakan jarak perletakan komponen –
komponen perkuatan bangunan (misalnya kolom dan balok) pada
sebuah bangunan. Plan dan grid bias digunakan untuk struktur
plat lantai dan atap, arah yang membutuhkan kolom/ruang yang
luas seperti bandara, garasi, jembatan dan bangunan industrial
maupun komersial yang membutuhkan stabilitas yang lebih.

 Plan dan Grid Kompleks


Struktur bentang lebar plan dan grid yang melakukan
modifikasi dari bentuk struktur dasar, bahkan kadang dilakukan
penggabungan dengan system struktur bentang lebar lain.
Grid Shell (Grid + Cangkang) merupakan salah satu jenis
struktur grid kompleks yang ahkir – ahkir ini lebih sering digunakan
untuk bangunan dengan bentangan yang lebar. Struktur ini
merupakan gabungan atau kombinasi sistem struktur balok dengan
cangkang. Istilah grid shell didefinisikan baru – baru ini sebagai
struktur dengan bentuk dan kekuatan dari cangkang kelengkungan
ganda, tetapi terbuat dari kisi bukan permukaan padat. Struktur ini
dapat melintasi bentang lebar dengan bahan yang sangat sedikit.
Mereka dapat dibuat dari segalah jenis bahan – tabung, baja,
aluminium dan bahan lainnya.

2. Kekurangan dan Kelebihan plan dan grid.


Beberapa keuntungan yang dimiliki struktur plan dan grid adalah:
 Mempunyai kekakuan dan kekuatan yang besar, terutama pada
bentangan yang lebar pada arah horizontal pada portal
bangunannya.
 Mampu mendistribusi beban dan momen secara merata pada
kedua arah bentangan.
 Mempunyai bentuk yang seragam, dengan berbagai macam
variasi sesuai yang diinginkan, sifat fleksibilitas ruang.
 Pada struktur grid jumlah kolom dapat dikurangi sehingga dapat
memberikan ruang yang lebih luas.
Sedangkan beberapa kekurangan dari plan dan grid yaitu,
proses distribusi air hujan akan sedikit lebih sulit karena bila salah
perancangan kemungkinan akan terjadi talang kantong.

3. Prinsip – prinsip dan struktur Plan dan Grid.


1) Prinsip Umum.
 Plat (Daniel L. Schodek), adalah struktur planar kaku yang
secara khas tersebut dari material ,onolit yang tingginya
kecil dibandungkan dengan dimensi – dimensi lainnya. Plat
dapat ditumpuh diselluruh tepinya, atau hanya pada titik –
titik tertentu (misalnya oleh kolom – kolom), atau campuran
antara tumpuan yang menerus dan titik.
 Plat (Szilard,1974) adalah elemen horizontal struktur yang
mendukung beban mati maupun beban hodup dan
menyalurkannya kerangka vertikal dan sistem struktur.
Plat adalah struktur planar kaku yang secara khas
terbuat dari material monolit beban yang umum bekerja pada
plat mempunyai sifat banyak arah dan tersebar. Plat dapat
ditumpuh diseluruh tepinya atau hanya pada titik – titik tertentu,
(misalnya oleh kolom – kolom). Plat juga merupakan struktur
bidang (permukaan) yang lurus, (datar,atau melengkung) yang
tebalanya jauh lebih kecil dibanding dengan dimensi yang lain.
Grid terdiri atas elemen – elemen linear kaku panjang
seperti balok atau rangka batang, dimana batang – batang tepi,
atas, dan bawahnya sejajar. Titik hubungnya bersifat kaku. Grid
struktur merupakan jarak perletakan komponen – komponen
perkuatan bangunan (misalnya oleh kolom dan balok) pada
sebuah bangunan. Grid kolom berarti jarak yang digunakan
tidak harus sama antar kolom satu dengan kolom lainnya,
namun juga bias dengan jarak yang berirama tertentu.

2) Prinsip plan dan grid.


Aksi yang bekerja pada system grid bekeja secara kontinu
pada seluruh bentang sedangkan plat, tidak hanya pada titik – titik
tertentu. Pada saat beban dipikul oleh salah satu balok, maka ada
kecenderungan untuk berdefleksi kebawah. Akan tetapi, jalur
balok sebelahnya cenderung menahan kecendrungan hal
tersebut,yang berarti balok tersebut juga memikul bagian dari
beban itu.
Setiap balok akan memikul setengah dari beban total dan
meneruskan ketumpuhan. Apabila balok mempunyai panjang
yang tidk sama, maka balok yang lebih pendek akan menerima
bagian beban yang lebih besar dibandingkan dengan beban yang
diterima oleh balok yang lebih panjang. Hal ini karena balok yang
lebih pendek akan lebih kaku. Besar beban yang dipikul pada
strukutur grid saling tegak lurus, dan bergantung pada sifat fisik
yang dimensi elemen – elemen grid tersebut.

4. Sistem Struktur Plan dan Grid.


1) Grid Struktur
Grid struktur merupakan jarak perletakan komponen –
komponen perkuatan bangunan. Grid kolom berarti jarak antar
kolom yang lainnya. Jarak yang digunakan tidak harus sama
antara satu kolom dengan kolom lainnya, namun bias juga
dengan jarak yang berirama tertentu.
Pentingnya merencanakan grid struktur juga mempengaruhi
efisiensi dalam penggunaan system struktur maupun material
yang nantinya digunakan dalam bangunan, untuk mendapatkan
rancangan struktur yang efisensi kita perlu mengetahui dimensi
– dimensi material struktur yang dipasaran. Sehingga dalam
penggunaanya tidak banyak material atau bahan sisa.

2) Grid konstruksi
Grid konstruksi merupakan jarak antar elemen pendukung
bangunan yang berupa konstruksi bidang bukaan dan
konstruksi bidang partisi atau pembatas. Perencanaan grid
konstruksi dapat dilakukan sesuai dengan kebutuhan,bias
berirama maupun tidak.

3) Grid servis
Grid servis merupakan jarak perletakan titik – titik servis
yang didistribusikan pada bagian bangunan, seperti pada titik
lampu, ac system, fire protection, maupun utilitas bangunan
lainnya yang membutuhkan jalur distibusi tertentu. Penataan
komponen ini terkait dengan aspek yaitu:
 Aspek fungsional
 Aspek kenyamanan
 Aspek estetika
4) Planning grid
Planning grid merupakan penataan layout area kerja baik
individual maupun group. Grid ini memiliki detail yang lebih
tinggi hingga berupa layout penataan area kerja.

5. Jenis Tumpuan pada Struktur Plan dan Grid


 Tumpuhan jepit
Tumpuan jepit adalah tumpuan yang dapat menahan gaya
dalam segala arah dan dapat menahan momen. Dijepit berarti
tidak ada gerakan sama sekali.
Tumpuan jepit, misalnya balok yang ditanam dalam tembok,
sebagai tumpuan pada balok menerus. Tumpuan jepit dapat
memberikan reaksi atau bahan terhadap gaya horizontal,
vertical dan mampu memberikan reaksi terhadap putaran
momen.
c. Struktur Cangkang
Menurut Joedicke (1963) struktur shell adalah plat yang
melengkung ke satu arah atau lebih yang tebalnya jauh lebih kecil dari
pada bentangannya.Sedangkan menurut Schodeick (1998),shell atau
cangkang adalah bentuk structural tiga deminsional yang kaku dan tipis
yang mempunyai permukaan lengkung.
1. Fungsi Struktur Shell
Struktur shell biasanya digunakan hanya dalam keadaan
dimana persyaratan struktur khusus diperlukan untuk mencapai
tingkat efisiensi struktur yang tinggi, baik karena diperlukan bentang
yang sangat panjang atau karena diperlukan berat struktur yang
sangat ringan.
2. Persyaratan Struktur Shell
Suatu struktur shell harus mempunyai tiga syarat, yaitu
sebagai berikut
 Harus memiliki bentuk lengkung, tunggal, maupun ganda (single
or double curved),
 Harus tipis terhadap permukaan atau bentangannya,
 Harus dibuat dari bahan yang keras, kuat, ulet dan tahan
terhadap tarikan dan tekanan.

3. Klasifikasi Shell
Bentuk-bentuk dasar dari cangkang, terdapat banyak Variasi
bentuk cangkang yang tak terhingga banyaknya dapat digolongkan
menurut berbagai cara (metoda) penggolongan. Prinsip dari tiap
metode tersebut adalah merupakan penyederhanaan dalam bidang
kerjanya, sesuai dengan penggunaanya. Konstruktor membuat
penggolongan atas struktur sesuai bentuk yang sama. Dalam analisa
geometric pembagian bentuk didasarkan atas hukum aljabar dan
trancedental surface. Arsitektur dapat lebih bertolak pada bentuk-
bentuk luar dan menggolongkannya ke dalam bentuk-bentuk dasar
tanpa mengabaikan hal-hal diluarnya. Atas dasar ini bentuk-bentuk
cangkang di sini dibagi menurut tipe kelengkungan permukaannya
sebagai berikut :
o Cangkang melengkung ke satu arah
o Cangkang melengkung ke dua arah
o Cangkang dengan bentuk bebas (free form).
5. Sifat-sifat Lokal permukaan kulit kerang
Sifat-sifat permukaan kulit kerang dibagi atas dua
kategori,yaitu ;
 Sifat lokal,yang menentukan geometri dari permukaan segera
sekitar suatu titik.
 Sifat umum,yang menerangkan bentuk dari permukaan
sebagai suatu keseluruhan.

4. Klasifikasi shell dibagi menjadi 2 :


1) Sesuai bentuk umum terjadinya
 bidang putaran (rotational surface)
 pergesaran bentuk dasar (translational surface)
 pergeseran bentuk dasar pada 2 bentuk dasar
bersilangan (ruled surface)
2) Sesuai lengkungan permukaan
 lengkung tunggal (single curved)
 lengkung ganda (double curved)

3) Bentuk shell dibagi menjadi 2 :


Cangkang terbentuk dengan cara memutar garis lurus
 Kerucut
 Kubah setengah bola
 Kubah ellips
 Kubah Parabola
 Torus
Cangkang terbentuk dengan cara menggeser garis-garis
lengkung
 Tabung lingkaran
 Tabung Parabola
 Tabung Ellips

Pada hakikatnya pembagian ini juga erat pengertiannya dari


sudut konstruksi, yang ketiga dasar tersebut mempunyai
perbedaan dasar yang structural pula.
Menurut Ishar (1995), struktur shell dibagi kedalam
beberapa kategori, yaitu :
 Shell silindrical
 Shell rotasi
 Shell kubah
 Shell Torus
 Shell conoida
 Shell hyperbolis parabola (Hypar)
 Shell dengan bentuk bebas (Free form shell)

Sedangkan menurut Joedicke (1963), bentuk struktur shell


dibagi menurut tipe kelengkungan permukaannya sebagai berikut :
 Singly curved shell, terbentuk dari perpindahan garis lurus yang
melebihi bentuk lengkung.
 Doubly curved shell with principle curves in the same direction
(domical shell) dibentuk dengan memutar bidang lengkung
terhadap sumbu pada bidang tersebut dan membentuk lengkungan
kearah sumbunya.
 Dubly curved shell with principle curves in opposite direction
(hiperbolik paraboloid).

 Doubly curved shell with principle curve in the same and opposite
direction yang memberikan contoh prinsip-prinsip alternative arah
lengkungan.

4) Penggolongan Shell berdasarkan Proses Pembentukannya :


 Permukaan Garis (ruled surface)
 Bidang yang terbentuk dengan menggerakkan garis
lurus awal pada satu/dua garis pengarah
 Permukaan Geseran (Translational surface)
 Yaitu bidang yang diperoleh jika suatu garis lengkung
digeser sejajar terhadap garis lengkung cembung
lainnya dan pergeserannya terjadi secara pararel.

 Penggolongan Shell berdasarkan Kedudukan Kurva :


 Kurva-kurva membuka kearah yang sama (synclastic)

 Kurva-kurva kearah yang saling berlawanan


(antisynclastic)
 Hypar
merupakan suatu bidang geseran (translational surface)
yang terbentuk jika suatu parabola yang membuka kebawah
digeser secara sejajar diri sendiri terhadap suatu parabola yang
membuka ke atas dan digeser diri sendiri terhadap suatu
parabola yang membuka ke bawah.
Hypar terbagi atas 2 macam, yaitu :
 Hypar with curved edges (tepi-tepi lengkung)
 Hypar with straight edges (tepi-tepi lurus)

5) Material
Menurut Salvadori dan Levy (1986 ), kulit kerang tipis atau
cangkang terbuat dari bahan-bahan seperti logam, kayu, dan
plastik yang mampu menahan tegangan tekan dan ada kalanya
tegangan tarik. Akan tetapi beton bertulang merupakan suatu
bahan ideal untuk struktur kulit kerang tipis karena mudahnya
beton dituang atau dibentuk menjadi bentukbentuk lengkung.
2.1 Studi Kasus dari Struktur Bangunan Bentang Lebar
1. Pyramide du Louvre (Struktur Rangka Batang)

Arsitek : IM Pei
Lokasi : Paris Perancis
Waktu Pembuatan : 1983-1989
Type banguan : Pintu masuk museum seni
Sistem konstruksi : Struktur kaca, baja dan kabel
Style : Modern
Konteks : Urban
Ukuran : Lebar : 35.42 m
Tinggi : 21.64 m

Luas permukaan : > 100.000 m2

Pyramide du Louvre terletak di Paris, Ille de France, Prancis dirancang oleh


arsitek terkenal dari Cina bernama Ieoh Ming Pei (I.M. Pei). Pembangunannya
dilakukan secara dua tahap; tahap pertama dilakukan pada tahun 1985 – 1989
sedangkan tahap kedua diselesaikan pada tahun 1993.

Pyrámide du Louvre merupakan pintu masuk baru sebagai salah satu akses
menuju galeri museum yang terdapat di bawahnya. La Pyrámide Inversee
merupakan pirámide dengan ketinggian lebih kecil (sekitar 5 meter) dibanding
pyramid utama (ketinggian mencapai 21.64 meter dengan lebar sisi 35.42 meter)
yang berfungsi sebagai skylight mall bawah tanah.

Pada pembangunan Pyrámide tahap kedua, banyak dilakukan pemugaran pada


bagian luar bangunan dan exterior sculpture, perubahan halaman interior yang
semula sebagai tempat parkir para staff menjadi tempat skylight sculpture. Selain
itu, interior bangunan seluruhnya direnovasi kecuali ruang-ruang yang bernilai
historis untuk disesuaikan dengan eksterior istana. Interior bangunan dibuat
menjadi tiga lantai; lantai dasar sebagai galeri patung atau sculpture; lantai
kedua sebagai galeri seni dekoratif; sedangkan lantai ketiga dijadikan sebagai
galeri lukisan dengan desain skylight yang inovatif. Escalator yang megah
merupakan salah satu akses untuk menghubungkan antarlantai dan merupakan
salah satu ciri bahwa Pyrámide du Louvre merupakan bangunan museum
modern.
Sistem Material Pyrámide du Louvre

Material yang digunakan pada Pyrámide du Louvre yaitu baja sebagai material
utama, stainless steel, dan kaca. Material kaca digunakan sebagai penutup
bagian luar bangunan atau façade dengan ketebalan 3 cm yang dihubungkan
dengan stainless steel dengan panjang 381mm. Penggunaan material baja
berupa baja profil digunakan sebagai kerangka bangunan dengan menggunakan
baut dan las sebagai alat sambungnya.
Sistem Struktur dan Konstruksi Pyrámide du Louvre

Struktur dan konstruksi pada Pyrámide du Louvre terlihat dominan menggunakan


sistem statika bangunan tinggi yaitu sistem rangka dengan bahan berbentuk
segitiga sebagai rangka utamanya. Hal ini disebabkan bentuk segitiga bersifat
stabil dan kaku (rigid) dibanding dengan bentuk geometri lainnya. Semua gaya
dan beban didistribusikan melalui sistem koneksi komponen penyusunnya
sedemikian hingga tetap stabil. Secara independen, sistem struktur dan
konstruksi Pyrámide du Louvre mampu menahan semua jenis gaya dan
pembebanan, kecuali gaya geser dan lendutan.

Berikut ini merupakan diagram distribusi gaya pada Pyrámide du Louvre:

Beban angin

Sambungan
Engsel/sendi
sebagai
sambungan di
masing-masing
titik joint

entrance

Pada diagram distribusi gaya di atas terdapat tanda anak panah berwarna
merah sebagai penyalur beban utama dari puncak atap untuk disalurkan ke
konstruksi selanjutnya yang lebih kecil massa jenisnya (tanda anak panah
berwarna kuning).
Identifikasi Pembebanan

Sistem struktur bangunan ini nampak jelas bahwa distribusi penyaluran beban
utama terbagi dalam 6 pixel (kerangka utama berwarna hitam) yang saling
disilangkan satu sama lainnya, dari masing-masing pixel struktur dan
konstruksinya masih terbagi lagi menjadi ukuran yang lebih kecil (kerangka
berwarna abu-abu) dengan bentukan dan prinsip yang sama. Penerapan cross-
sectional ini ditujukan untuk mengantisipasi tegangan dalam. Dengan
menggunakan sistem struktur dan konstruksi ini maka diagram penyaluran gaya
dan beban dapat merata sehingga bangunan pun menjadi kokoh.

Berdasar penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa sistem yang digunakan


pada Pyrámide du Louvre yaitu TRUSS FRAME. Hal ini dapat dibuktikan bahwa
sistem rangka berbentuk bidang dua dimensi dengan rangkaian bahan berbentuk
segitiga yang mendistribusikan gaya dan beban melalui sistem koneksi
komponen penyusunnya sedemikian hingga bangunan tetap stabil.

Kelebihan truss system yaitu sistem konstruksi yang berbentuk segitiga dimana
bentuk segitiga merupakan bentuk konstruksi yang lebih stabil dari bentuk dasar
lainnya, karena bentuk tersebut mampu menahan gaya lateral (gaya horisontal),
cocok untuk bangunan bentang lebar, dan relatif mudah untuk menyesuaikan
dengan bentuk secara menyeluruh, perhitungan beban external, bentang
bangunan,dan penyesuaian cross-sectional dari tiap-tiap bagian untuk
mengantisipasi tegangan dalam. Sistem rangka ini memiliki kelemahan yaitu
tidak mampu menahan gaya tekan, tidak stabil menahan gaya lateral tegak lurus
bidang memanjang, dan jika bentang bangunan makin lebar maka tiang penahan
yang dibutuhkan makin tinggi atau besar.

Sepanjang beban hanya diterapkan pada sambungan truss (joint), dan joint
bertindak sebagai engsel atau sendi. Setiap bagian dari truss adalah di dalam
tekanan murni atau tegangan murni, momen tekuk, gaya yang lebih kompleks
lainnya pada kenyataanya nol. Hal ini membuat truss lebih mudah untuk
dianalisis dan hal ini juga membuat truss secara fisik lebih kuat dari cara lainnya
dalam mengatur material, karena hampir setiap material dapat menahan lebih
banyak beban yang lebih besar pada tegangan dan tekanan daripada tekuk,
torsi, atau macam-macam gaya yang lainnya. Analisis struktural pada berbagai
macam truss dapat dihitung dengan menggunakan metode matriks seperti
metode kekakuan matriks (Matrix stiffness method) atau metode fleksibilitas
(Flexibility method).

Berikut ini merupakan prinsip penerapan sistem truss frame pada suatu
bangunan,yaitu:
Dari prinsip di atas, ternyata sistem dan konstruksi yang digunakan pada
Pyrámide du Louvre ini memiliki kesamaan prinsip dengan sistem warren dimana
terdapat bentuk kerangka yang saling disilangkan pada suatu struktur dengan
menggunakan bentuk segitiga sebagai bentuk geometri utama yang disusun
sedemikian hingga struktur bangunan tersebut stabil.

DENAH

POTONGAN
Model 3D Referensi
dengan Sketch Up

ISOMETRI DAN
TAMPAK DEPAN
2. GUMAYA TOWER HOTEL

GAMBAR 1, GUMAYA TOWER HOTEL,

SEMARANG TENGAH, JAWA TENGAH, INDONESIA

Bangunan bagian depan memiliki 15 lantai dan lantai semi basement dan 1 lantai
basemant dengan system portal dan rangka pemikul beban lateral (shear wall
dan core wall). Bangunan bagian belakang memiliki 2 lantai dengan dua system
pelat flab slab, 1 lantai semi basemant dan 1 lantai basemant. Modul strukturnya
memiliki ukuranya yang berfariasi yaitu: 5 x 8, 5 x 9, 8 x 10.
 Karakterisktik Bangunan

Menggunakan struktur plan dan grid (jenis flab slab).

Terdiri dari dua masa bangunan yang dimodelkan dalam 1 struktur

Tidak menggunakan dilatasi karena mengingat fungsi bangunan


sebagai hotel yang sangat memperhatikan aspek estetika.Model
strukturnya memiliki ukuran yang berfariasi yaitu : 5x8, 5x9, 8x10.
.

 Sistem Struktur Gumaya Tower Hotel

Struktur bangunan Hotel Gumaya Tower terdiri dari dua bagian


bangunan yang menjadi satu. Kedua bagian bangunan dimodelkan
dalam satu struktur tanpa dilakukan dilatasi karena mengingat fungsi
bangunan sebagai hotel yang sangat memperhatikan aspek estetika.
Bangunan bagian depan memiliki 15 lantai dan 1 lantai semi basement
dan 1 lantai basement dengan sistem portal dan rangka pemikul beban
lateral (shear wall dan core wall) . Bangunan bagian belakang memiliki 2
lantai dengan sistem pelat flat slab, 1 lantai semi basement dan 1 lantai
basement Pemodelan struktur 3D ditampilkan pada Gambar 3.1

Pemilihan jenis struktur atas (upper structure) mempunyai hubungan


yang erat dengan sistem fungsional gedung. Dalam proses desain struktur
perlu dicari kedekatan antara jenis struktur dengan masalah-masalah seperti
arsitektural, efisiensi, service ability, kemudahan pelaksanaan dan juga biaya
yang diperlukan. Adapun faktor yang menentukan dalam pemilihan jenis
struktur sebagai berikut:

1) Aspek arsitektural

2) Aspek fungsional

3) Kekuatan dan kestabilan struktur

4) Faktor ekonomi dan kemudahan pelaksanaan

5) Faktor kemampuan struktur mengakomodasi sistem layan gedung 6)


Aspek lingkungan

Sedangkan pemilihan jenis pondasi (sub structure) yang digunakan


menurut Suyono (1984) didasarkan kepada beberapa pertimbangan, yaitu: 1)
Keadaan tanah pondasi, Jenis tanah, daya dukung tanah, kedalaman tanah
keras, dan beberapa hal yang menyangkut keadaan tanah erat kaitannya
 Batasan-batasan akibat konstruksi diatasnya

Keadaan struktur atas sangat mempengaruhi pemilihan jenis pondasi.


hal ini meliputi kondisi beban (besar beban, arah beban dan penyebaran
beban) dan sifat dinamis bangunan diatasnya (statis tertentu atau tak tertentu,
kekakuan dan sebagainya).

 Batasan-batasan dilingkungan sekelilingnya

Hal ini menyangkut lokasi proyek, pekerjaan pondasi tidak boleh


mengganggu atau membahayakan bangunan dan lingkungan yang telah ada
disekitarnya.

 Waktu dan biaya pelaksanaan pekerjaan

Suatu proyek pembangunan akan sangat memperhatikan aspek waktu


dan biaya pelaksanaan pekerjaan, karena hal ini sangat erat hubungannya
dengan tujuan pencapaian kondisi ekonomis dalam pembangunan dengan
jenis pondasi yang dipilih.

 Analisa Perencanaan Komponen Struktur Atas (Up Structure)

Analisa perencanaan ini merupakan analisa desain elemen dari masing -


masing komponen dalam konfigurasi struktur yang dipakai, meliputi
perencanaan pelat lantai, portal (kolom dan balok), flat slab concrete dan
shear /wall. Pendimensian elemen struktur didasarkan pada standar
perencanaan yang ada, baik dari SNI 03 – 2847 2002, Tata cara perhitungan
struktur beton untuk bangunan gedung dan SNI 03- 1726 - 1989 Standart
perencanaan ketahanan gempa untuk struktur bangunan gedung maupun
referensi yang relevan untuk kasus yang ada.

1) Perencanaan Pelat
Untuk merencanakan pelat beton bertulang yang perlu
dipertimbangkan tidak hanya pembebanan, tetapi juga ukuran dan syarat
- syarat dan penuh untuk mencegah pelat berotasi dan relatif sangat kaku
terhadap momen puntir dan juga di dalam pelaksanaan pelat akan dicor
bersamaan dengan balok. Pelat merupakan panel - beton bertulang yang
mungkin bertulangan dua atau satu arah saja tergantung sistem
strukturnya. Dimensi bidang pelat Lx dan Ly ditampikan pada Gambar
3.3:
 Konsep dasar perencanaan

Pada perencanaan struktur, perlu dilakukan studi literatur untuk


mengetahui hubungan antara fungsional gedung dengan sistem struktural yang
akan digunakan, disamping juga untuk mengetahui dasar-dasar teorinya.
Konsep perencanaan struktur merupakan dasar teori perencanaan struktur
yang meliputi Konsep dasar pemilihan struktur dan konsep dasar desain
perencanaan struktur yang meliputi konsep desain terhadap beban lateral dan
konsep desain terhadap beban gravitasi.
 Konsep dasar pemilihan jenis struktur

Pemilihan jenis struktur atas (upper structure) mempunyai hubungan


yang erat dengan sistem fungsional gedung. Dalam proses desain struktur
perlu dicari kedekatan antara jenis struktur dengan masalah-masalah seperti
arsitektural, efisiensi, service ability, kemudahan pelaksanaan dan juga biaya
yang diperlukan. Adapun faktor yang menentukan dalam pemilihan jenis
struktur sebagai berikut:
1) Aspek arsitektural
2) Aspek fungsional
3) Kekuatan dan kestabilan struktur
4) Faktor ekonomi dan kemudahan pelaksanaan
5) Faktor kemampuan struktur mengakomodasi sistem layan gedung
6) Aspek lingkungan
Sedangkan pemilihan jenis pondasi (sub structure) yang digunakan menurut
Suyono (1984) didasarkan kepada beberapa pertimbangan, yaitu:
1) Keadaan tanah pondasi
2) Batasan-batasan akibat konstruksi diatasnya Keadaan struktur atas
sangat mempengaruhi pemilihan jenis pondasi. hal ini meliputi kondisi
beban (besar beban, arah beban dan penyebaran beban) dan sifat
dinamis bangunan diatasnya (statis tertentu atau tak tertentu,
kekakuan dan sebagainya).
3) Batasan-batasan dilingkungan sekelilingnya, Hal ini menyangkut lokasi
proyek, pekerjaan pondasi tidak boleh mengganggu atau
membahayakan bangunan dan lingkungan yang telah ada
disekitarnya.
4) Waktu dan biaya pelaksanaan pekerjaan, Suatu proyek pembangunan
akan sangat memperhatikan aspek waktu dan biaya pelaksanaan
pekerjaan, karena hal ini sangat erat hubungannya dengan tujuan
pencapaian kondisi ekonomis dalam pembangunan.

 Konsep dasar desain perencanaan struktur

Dalam perencanaan struktur konstruksi suatu bangunan, perlu


diperhatikan konsep desain untuk pemilihan elemen baik secara structural
maupun fungsional. Dalam perencanaan kali ini di tinjau perencanaan konsep
desain berdasarkan beban lateral, beban gravitasi dan juga terhadap beban
gempa.

 Konsep desain terhadap beban lateral

Hal penting pada struktur bangunan tinggi adalah stabilitas dan


kemampuannya untuk menahan gaya lateral, baik yang disebabkan oleh angin
atau gempa bumi (Juwana,2005). Beban angin lebih terkait pada dimensi
ketinggian bangunan, sedangkan beban gempa lebih terkait pada masa
bangunan. Kolom pada bangunan tinggi perlu diperkokoh dengan sistem
pangaku untuk dapat menahan gaya lateral, agar deformasi yang terjadi akibat
gaya horizontal tidak melampaui ketentuan yang disyaratkan. Pengaku gaya
lateral yang lazim digunakan adalah portal penahan momen, dinding geser
atau rangka pengaku. Perencanaan struktur ini menggunakan pengaku gaya
lateral berupa dinding geser
1. Dinding Geser(Shear Wall)
Dinding geser (shear wall) didefinisikan sebagai komponen
struktur vertikal yang relatif sangat kaku. Dinding geser pada
umumnya hanya boleh mempunyai bukaan sekitar 5% agar tidak
mengurangi kekakuannya. Fungsi dinding geser berubah menjadi
dinding penahan beban (bearing wall), jika dinding geser menerima
beban tegak lurus dinding geser. Bangunan beton bertulang yang
tinggi sering didesain dengan dinding geser untuk menahan gempa.
Selama terjadinya gempa, dinding geser yang didesain dengan baik
dapat dipastikan akan meminimalkan kerusakan bagian non struktural
bangunan seperti jendela, pintu, langit-langit dan seterusnya
(McCormac, 2003). Dinding geser bisa digunakan untuk menahan
gaya lateral saja maupun sebagai dinding pendukung. Penempatan
dinding geser dapat dilakukan pada sisi luar bangunan atau pada
pusat bangunan. Dinding geser yang ditempatkan pada bagian dalam
bangunan biasanya disebut dengan inti struktural (structural
core/corewall) yang biasa digunakan untuk ruang lift dan tangga,
seperti yang diperlihatkan pada Gambar 2.1.

Penempatan dinding geser lainya pada arah melintang yang


diperlihatkan pada Gambar 2.2.

Gambar 2.3 memperlihatkan dinding geser yang menerima


gaya lateralGeser lebih terpengaruh pada dinding yang mempunyai
perbandingan tinggi dan panjang yang kecil. Momen lebih
berpengaruh pada dinding yang lebih tinggi, terutama pada dinding
dengan tulangan yang terdistribusi secara merata. Tulangan
ditempatkan mengelilingi semua bukaan, baik diperlukan atau tidak
oleh analisa struktur. Praktek seperti ini penting untuk mencegah retak
tarik diagonal yang cenderung berkembang menyebar dari pojok
bukaan.

 Konsep desain terhadap beban gravitasi

Beban gravitasi merupakan beban yang berasal dari beban mati struktur
dan beban hidup yang besarnya disesuaikan dengan fungsi bangunan
(Juwana,2005). Struktur lantai merupakan bagian terbesar dari struktur
bangunan, sehingga pemilihannya perlu dipertimbangkan secara seksama,
diantaranya:
1) Pertimbangan terhadap berat sendiri lantai, makin ringan beban lantai
makin berkurang dimensi kolom dan pondasinya serta makin
dimungkinkan menggunakan bentang yang lebih besar.
2) Kapasitas lantai untuk memikul beban pada saat pekerjaan konstruksi.
3) Dapat menyediakan tempat/ruang bagi seluruh utilitas yang diperlukan.
4) Memenuhi persyaratan bagi ketahanan terhadap api.
5) Memungkinkan bagi kesinambungan pekerja konstruksi, jika pelaksanan
pembangunannya membutuhkan waktu yang panjang. 6) Dapat
mengurangi penggunaan alat bantu pekerjaan dalam pembuatan pelat
lantai ( perancah – steiger ).
Elemen-elemen penahan gaya gravitasi terdiri atas elemen struktur
horizontal dan vertikal. Pada bangunan tinggi, elemen struktur horizontal tidak
dipengaruhi oleh banyaknya lantai atau ketinggian bangunan. Dimensi elemen
struktur ini hanya dipengaruhi oleh panjang bentang dan beban yang bekerja
padanya. Struktur yang menggunakan bahan beton bertulang harus mengacu
pada SNI 03- 1728 – 2002 tentang tata cara perencanaan struktur beton untuk
bangunan gedung. Elemen struktur besar. Oleh sebab itu, dimensinya pun
semakin kebawah semakin besar. Selain portal yang merupakan elemen
struktur vertikal yang menahan beban aksial, dalam struktur ini juga
digunakan flat slab concrete.
1. Flab Slab concrete

Flate Plate (pelat datar) adalah pelat beton pejal dengan tebal
merata yang mentransfer beban secara langsung ke kolom pendukung
tanpa bantuan balok (McCormac, 2003). Pelat ini memerlukan tinggi
lantai terkecil untuk memberikan persyaratan tinggi ruangan dan
memberikan fleksibilitas terbaik untuk susunan kolom dan partisi. Pelat
ini juga memberikan sedikit penghalang untuk pencahayaan dan
ketahanan api yang tinggi karena hanya ada sedikit sudut tajam
dimana pengelupasan beton dapat terjadi. Pelat datar mungkin
merupakan sistem pelat yang paling umum dipakai saat ini untuk
konstruksi hotel beton bertulang bertingkat banyak.

Pelat datar kemungkinan memunculkan masalah dalam transfer


geser disekeliling kolom. Di daerah ini dapat terjadi
keruntuhan pons karena besarnya tegangan geser yang terjadi.
Seluruh gaya reaksi pada kolom, misalnya harus didistribusikan dalam
bentuk gaya geser ke daerah pelat di sekitar pertemuan pelat dan
kolom. Daerah pada pelat yang menahan gaya geser eksternal dapat
diperoleh dengan meninjau garis keruntuhan geser potensial. Suatu
pelat beton bertulang misalnya cenderung untuk gagal dengan cara
seperti terlihat pada Gambar 2.4. Pola retak yang terjadi disebabkan
oleh tarik diagonal yang diasosiasikan dengan tegangan geser yang
terjadi. Dengan demikian, daerah pada pelat yang dapat memberikan
tahanan terhadap keruntuhan pons adalah permukaan retak.
Permukaan ini sangat tergantung pada tebal pelat dan keliling kolom.
Keruntuhan geser pons merupakan hal yang sangat penting untuk
diperhatikan, terutama pada pelat tipis, juga pelat yang ditumpu diatas
kolom kecil. Besar pendekatan tegangan geser pons dapat ditulis
sebagai fv = V / Ap dimana Ap adalah luas pelat yang mengalami
geser Schodek

Gambar 2.4. Ragam Kegagalan Geser (Schodek,1999)


Memperbesar luar geser pelat dapat dengan mudah dilakukan dengan cara
mempertebal pelat. Hal ini mungkin saja menyebabkan pelat tidak ekonomis,
apabila penebalan tidak dibutuhkan dari tinjauan momen. Cara lain adalah
dengan menggunakan drop panel yaitu memberi penebalan pelat di sekeliling
kolom. Alternatif lain, luas geser pelat diperbesar dengan memperbesar ukuran
pelat. Hal ini juga dapat dilakukan secara lokal dengan menggunakan kepala
kolom (column capitals). Semakin besar kepala kolom, akan semakin besar
pula luas geser pelat. Kepala kolom dapat mempunyai bentuk. Akan tetapi,
karena keruntuhan geser diagonal dapat menyebabkan material dibawah garis
45° tidak aktif, maka kepala kolom sering kali dibuat berbentuk miring.
 Konsep desain terhadap beban gempa

Perencanaan gempa pada struktur bangunan gedung yang perlu


diperhatikan adalah penentuan dari gempa rencana dan perhitungan gempa
nominal, faktor keutamaan, daktilitas struktur, dan jenis tanah dasar serta
pembatasan waktu getar. Perencanaan gempa mengacu pada SNI 03 – 1726
– 2002, Standar perencanaan ketahanan gempa untuk struktur bangunan
gedung.
1) Gempa Rencana dan Gempa Nominal

Gempa rencana adalah gempa yang peluang atau risiko terjadinya


dalam periode umur rencana bangunan 50 tahun adalah 10% (RN =
10%), atau gempa yang periode ulangnya adalah 500 tahun (TR = 500
tahun). Besarnya beban gempa nominal yang digunakan untuk
perencanaan struktur ditentukan oleh tiga hal, yaitu oleh besarnya gempa
rencana, oleh tingkat daktilitas yang dimiliki struktur, dan oleh nilai faktor
tahanan lebih yang terkandung di dalam struktur. Besarnya beban gempa
horizontal (V) yang bekerja pada struktur bangunan, ditentukan menurut
persamaan: Dengan I adalah faktor keutamaan struktur, C adalah nilai
faktor respon gempa yang didapat dari respon spektrum gempa rencana
untuk waktu getar alami fundamental T dan Wt ditetapkan sebagai jumlah
dari beban mati dan hidup yang direduksi. Harga dari faktor respon gempa
C dapat ditentukan dari diagram spektrum respon gempa rencana dalam
SNI 03 – 1726 – 2002, pasal 4.7, Perencanahan ketahanan gempa untuk
struktur bangunan gedung (2002).
2) Faktor keutamaan

Faktor Keutamaan adalah suatu koefisien yang diadakan untuk


memperpanjang waktu ulang dari kerusakan struktur gedung yang relatif
lebih utama, untuk menanamkan modal yang relatif besar pada gedung
itu. Gedung tersebut diharapkan dapat berdiri jauh lebih lama dari
gedung-gedung pada umumnya. Waktu ulang dari kerusakan struktur
gedung akibat gempa akan diperpanjang dengan pemakaian suatu faktor
keutamaan. Nilai faktor keutamaan (I) ditentukan dalam SNI 03 – 1726 –
2002, pasal 4.7, Perencanahan ketahanan gempa untuk struktur
bangunan gedung (2002).
3) Daktilitas struktur
Daktilitas terbatas atau daktilitas penuh. Nilai faktor daktilitas
struktur gedung µ di dalam perencanaan struktur gedung dapat dipilih
menurut kebutuhan, tetapi tidak boleh diambil lebih besar dari nilai faktor
daktilitas maksimum µm yang dapat dikerahkan oleh masing-masing
sistem atau sub sistem struktur gedung. Dalam SNI 03 – 1726 – 2002,
pasal 4.3, Perencanahan ketahanan gempa untuk struktur bangunan
gedung (2002). ditetapkan nilai µm yang dapat dikerahkan oleh beberapa
jenis sistem dan sub sistem struktur gedung, berikut faktor reduksi
maksimum Rm yang bersangkutan.
4) Jenis Tanah Dasar

Untuk menentukan harga C harus diketahui terlebih dahulu jenis


tanah lokasi struktur bangunan itu berdiri. Jenis tanah ditetapkan sebagai
tanah keras, tanah sedang dan tanah lunak apabila untuk lapisan setebal
maksimum 30 meter paling atas dipenuhi syarat-syarat yang tercantum
dalam SNI 03 – 1726 – 2002, pasal 4.6, Perencanahan ketahanan gempa
untuk struktur bangunan gedung (2002). Jenis tanah ditentukan
berdasarkan nilai kuat geser nilai rata-rata. Perhitungan kuat geser nilai
rata-rata dirumuskan: 
5) Pembatasan Waktu Getar

T adalah waktu getar dari struktur bangunan pada arah-X (Tx) dan
arah-Y (Ty). Untuk perencanaan awal, waktu atau periode getar dari
bangunan gedung dihitung dengan menggunakan rumus empiris: Tx = Ty
= 0,06 x H0,75 (dalam detik) Beban geser dasar nominal V harus
dibagikan sepanjang tinggi struktur bangunan gedung menjadi beban-
beban gempa nominal statik ekivalen Fi. Apabila rasio antara tinggi
struktur bangunan gedung dan ukuran denahnya dalam arah
pembebanan gempa sama dengan atau melebihi 3, maka 0,1 V harus
dianggap beban horizontal terpusat yang bekerja pada pusat massa lantai
tingkat paling atas, sedangkan 0,9 V sisanya harus dibagikan sepanjang
tingkat struktur bangunan gedung menjadi beban-beban gempa nominal
statik ekivalen. Waktu getar alami fundamental struktur bangunan gedung
beraturan dalam arah masing-masing sumbu utama dapat ditentukan
dengan rumus Rayleigh sebagai berikut:

6) Sistem Rangka Pemikul Momen Menengah (SRPMM)

Ketentuan-ketentuan untuk Sistem Rangka Pemikul Momen


Menengah (SRPMM) dari SNI 03-1726-2002, pasal 23.10 yaitu:
a) Ketentuan pada pasal ini berlaku untuk sistem rangka pemikul
momen menengah.
b) dari sistem rangka pemikul bebanlateral, maka detail
penulangannya harus memenuhi 23.10.
c) Kuat geser rencana balok, kolom, dan konstruksi pelat dua arah
yang memikul beban gempa tidak boleh kurang daripada:
7) Jumlah gaya lintang yang timbul akibat termobilisasinya kuat lentur
nominal komponen struktur pada setiap ujung bentang bersihnya dan
gaya lintang akibat beban gravitasi terfaktor.
8) Gaya lintang maksimum yang diperoleh dari kombinasi beban rencana
termasuk pengaruh beban gempa, E, dimana nilai E diambil sebesar
dua kali nilai yang ditentukan dalam peraturan perencanaan tahap
gempa.
9) Balok
 Kuat lentur positif komponen struktur lentur pada muka kolom
tidak boleh lebih kecil dari sepertiga kuat lentur negatifnya pada
muka tersebut. Baik kuat lentur negatif maupun kuat lentur
positif pada setiap irisan penampang di sepanjang bentang
tidak boleh kurang dari seperlima kuat lentur yang terbesar
yang disediakan pada kedua muka-muka kolom di kedua ujung
komponen struktur tersebut.
 Pada kedua ujung komponen struktur lentur tersebut harus
dipasang sengkangsepanjang jarak dua kali tinggi komponen
struktur diukur dari muka perletakan ke arahtengah bentang.
Sengkang pertama harus dipasang pada jarak tidak lebih
daripada 50 mm dari muka perletakan. Spasi maksimum
sengkang tidak boleh melebihi:
 d/4,
 Delapan kali diameter tulangan longitudinal terkecil, c. 24
kali diameter sengkang, dan
 300 mm.
10) Kolom diantaranya:
 Spasi maksimum sengkang ikat yang dipasang pada rentang l 0
dari muka hubungan balok-kolom adalah s0. Spasi s0 tersebut
tidak boleh melebihi:
 Delapan kali diameter tulangan longitudinal terkecil, b. 24
kali diameter sengkang ikat,
 Setengah dimensi penampang terkecil komponen
struktur, dan d. 300 mm. Panjang l 0 tidak boleh kurang
daripada nilai terbesar berikut ini: Seperenam tinggi
bersih kolom, Dimensi terbesar penampang kolom, dan
c. 500 mm. Sengkang ikat pertama harus dipasang pada
jarak tidak lebih daripada 0,5 s0 dari muka hubungan
balok-kolom.
 Tulangan hubungan balok-kolom harus memenuhi
13.11(2). 4. Spasi sengkang ikat pada sebarang
penampang kolom tidak boleh melebihi 2 s0. f) Pelat dua
arah tanpa balok

1) Momen pelat terfaktor pada tumpuan akibat beban gempa harus


ditentukan untuk kombinasi beban yang didefinisikan pada persamaan 6
dan 7. Semua tulangan yang disediakan untuk memikul Ms, yaitu bagian
dari momen pelat yang diimbangi oleh momen tumpuan, harus dipasang
2) di dalam lajur kolom yang didefinisikan dalam 15.2.
3) Bagian dari momen Ms yang ditentukan oleh persamaan 89 harus dipikul
oleh tulangan yang dipasang pada daerah lebar efektif yang ditentukan
dalam 15.5.
4) Setidak-taknya setengah jumlah tulangan lajur kolom di tumpuan
diletakkan di dalam daerah lebar efektif pelat sesuai 15.5.
5) Paling sedikit seperempat dari seluruh jumlah tulangan atas lajur (14)
6) Jumlah tulangan bawah yang menerus pada lajur kolom tidak boleh
kurang daripada sepertiga jumlah tulangan atas lajur kolom di daerah
tumpuan.
7) Setidak-tidaknya setengah dari seluruh tulangan bawah di tengah bentang
harus diteruskan dan diangkur hingga mampu mengembangkan kuat
lelehnya pada muka tumpuan sesuai 15.6.
8) Pada tepi pelat yang tidak menerus, semua tulangan atas dan bawah
pada daerah tumpuan harus dipasang sedemikian hingga mampu
mengembangkan kuat lelehnya pada muka tumpuan sesuain.
3. SYDNEY OPERA HOUSE

Dibangun di kawasan Benellong Point diatas teluk Sydney yang dulunya


difungsikan sebagai gudang penyimpanan kereta trem. oleh Jorn Utzon diubah
menjadi suatu mahakarya yang indah dan dikenang sepanjang masa pada tahun
1957 untuk memenuhi ambisi pemerintah setempat.

Sydney Opera House berdiri di atas tanah seluas 2,2 Ha dan luas bangunan 1,8
Ha dengan bentang bangunan 185 m x 120 m dan ketinggian atap mencapai 67
meter di atas permukaan laut. Atap terbuat dari 2194 bagian beton precast yang
masing-masing seberat 15,5 ton.
Kesemuanya disatukan dengan kabel baja sepanjang 350 km. Berat atap
keseluruhan mencapai 27.230 ton yang dilapisi 1. 656. 056 keramik Swedia.
Berat bangunan 161.000 ton ditopang oleh 580 kostruksi baja yang ditanam
pada kedalaman 25 m di bawah permukaan laut. Penyangga atap terdiri dari 32
kolom beton yang masing-masing 2,5 meter persegi dengan struktur dinding

Tinjauan Struktur Shell Pada Sydney Opera House

Atap pada SYDNEY OPERA HOUSE merupakan bentuk metafora


dengan menerapkan system shell free form. Dimana bentuk shell yang ada tidak
mengikuti pola geometri tetapi terikat secara structural yang dalam hal ini bentuk
geometri tetap ada tetapi bukan merupakan factor utama.. Shell pada Sydney
opera house terbentuk dari proses rotasional kearah vertical dengan lengkung
dua arah (vertical dan horizontal)/ double curved shell dengan permukaan
lengkung sinklastik.
Gaya- gaya yang bekerja pada pada tap shell Sydney opera house
antara lain adalah:

1. Gaya meredional,
Gaya meredional pada atap Sydney opera house berasal dari
berat itu sendiri yang kemudian gaya itu disalurkan melalui tulangan
baja kekolom penyangga atap. Gaya meredional yang bekerja pada
atap diatasi dengan mempertebal permukaan dan membentuk
permukaannya menyerupai sirip- sirip dengan tujuan agar
permukaan lebih kaku

2. Gaya rotasional

Gaya rotasional bekerja kearah vertical mengikuti lengkung


atap kemudian beban disalurkan ketanah melaui tiga kolom yang ada.
Beban tekan dan tarik disalurkan melalui tulangan atap. 3. Beban
lentur Pertemuan atap dan dinding dibuat lebih tebal agar dapat
menyokong gaya yang bekerja pada arah vertical dan horizontal dari
gaya meredional, yang juga agar dapat menahan gaya dorong keluar
yang terjadi.
3. Kondisi tumpuan
Kondisi tumpuan pada atap Sydney opera house sudah
memenuhi syarat tumpuan layak yang diizinkan untuk shell struktur,
yaitu : ƒ tumpuan yang disalurkan kekolom mampu mengerahkan
reaksi dari membrane baik itu reaksi tekan maupun tarik. Perpindahan
gaya tekan tarik yang bekerja pada permukaan cangkang. ƒ
Perpindahan- perpindahan membrane pada perbatasan kulit kerang
yang timbul akibat tegangan dan regangan membrane diatasai
dengan memperkaku sudut- sudut pertemuan permukaan shell

Struktur bangunan
Terbuat dari beton bertulang dan fasad dari kaca terpolarisasi dengan rangka
baja.Cangkangnya dilapisi ubin putih dan krem yang dibuat di Swedia, meskipun
dari kejauhan semuanya terlihat putih dipandang mata.Di bagian interior,
material yang dominan adalah granit merah muda yang dibawa dari Tarana dan
kayu lapis dari New South Wales.
Detail Teknis Panjang bangunan 183 meter dan lebar 120 meter.Atapnya terdiri
dari 2194 potongan beton prefabrikasi.Beberapa dari potongan-potongan itu
memiliki berat hingga 15 nada.Menjaga potongan-potongan itu bersama-sama
adalah 350 kilometer kawat baja.
Lebih dari satu juta ubin dibutuhkan untuk menutupi cangkang atap.Semua
dinding kaca bersama-sama memiliki luas 6225 m2.Di dalam gedung digunakan
kabel listrik sepanjang 645 kilometer.

Memilih kaca yang tepat untuk dinding adalah langkah yang sangat penting.
Keselamatan adalah suatu keharusan tetapi kaca juga perlu dipotong di tempat,
jadi kaca tempered dibuang dan diganti dengan kaca laminasi. Karena hanya
ada sedikit informasi tentang kaca laminasi pada masa itu, serangkaian
pengujian harus dilakukan untuk memastikan bahwa kaca memenuhi semua
persyaratan dan harapan.
Pada akhirnya, kaca yang dipilih dibuat dengan lapisan kaca transparan 12mm
dan lapisan kaca terpolarisasi 6mm dalam warna perunggu yang direkatkan oleh
lapisan polivinil butiral bening 0,76mm. Warna dipilih untuk menghindari warna
kehijauan yang akan dibuat oleh dua lapisan kaca transparan dan memiliki
bonus tambahan untuk memberikan perlindungan matahari yang sangat
dibutuhkan, terutama pada fasad utara yang sangat terbuka. Lembaran kaca
terbesar yang dibutuhkan untuk proyek ini adalah 4x2,1 meter.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Secara umum, Sistem bangunan bentang lebar merupakan struktur


bangunan yang memungkinkan penggunaan ruang bebas. Ruang bebas di sini
diartikan sebagai ruangan yang memiliki kolom dengan lebar dan panjang
seluas mungkin. Sistem ini biasanya digunakan pada bangunan-bangunan besar
yang difungsikan sebagai gedung olahraga, pameran, auditorium, dan gedung-
gedung serupa. Didalam system strukur bangunan bentang lebar terdapat
beberapa jenis struktur yang terdiri dari : struktur rangka batang dan rangka
ruang, struktur furnicular berupa kabel dan pelengkung, struktur plan dan grid,
struktur membrane yang terdiri dari tenda (tent), net (jaring), dan struktur
cangkang, semua sruktur memiliki ciri – ciri dan sistemnya masing sehingga
dapat dengan mudah untuk dibedahkan.

Sistem bangunan bentang lebar merupakan suatu struktur bangunan yang


lebih memungkinkan penggunaan ruang yang bebas. Ruang bebas yang
dimaksud yaitu sebagai suatu ruangan yang memiliki kolom dengan lebar dan
panjang seluas mungkin.

Anda mungkin juga menyukai