Anda di halaman 1dari 27

TUGAS

MATA KULIAH
STRUKTUR BANGUNAN II

Disusun oleh :
Oni Cahyono (61181011)
Teknik Sipil Kelas A

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 BANYUWANGI
2019
KARAKTERISTIK
STRUKTUR BANGUNAN DI INDONESIA

4.1. STRUKTUR BANGUNAN

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh UNIDO diketahui bahwa untuk negara-
negara yang sedang berkembang, 60 - 70% biaya konstruksi diserap untuk bahan bangunan. Dengan
kondisi negara Indonesia yang berbentuk negara kepulauan maka pengembangan bahan bangunan
lokal sangatlah penting dalam rangka mengurangi biaya untuk pengangkutan. Meskipun berbagai
jenis bahan bangunan telah dikembangkan dipasaran, kayu masih memegang peranan penting dalam
pembangunan perumahan dan pemukiman. Bagian-bagian tertentu dari struktur bangunan sebagian
besar masih menggunakan material kayu. Hal tersebut disebabkan karena kayu relatif ringan, mudah
dikerjakan, memiliki strength to weight ratio yang lebih tinggi dibanding beberapa jenis bahan
bangunan lain, dan sudah dikenal dengan baik sebagai bahan bangunan dalam pembangunan
perumahan termasuk untuk rumah-rumah tradisional. Di Indonesia, terdapat lebih kurang 4000 jenis
kayu namun hanya beberapa jenis kayu saja yang umum digunakan sebagai bahan konstruksi
bangunan terutama jenis-jenis kayu yang memiliki kekuatan dan keawetan tinggi. Namun, setelah
beberapa dekade kayu menjadi andalan devisa nasional di luar migas maka ketersediaan kayu-kayu
dari hutan alam yang memiliki kekuatan dan keawetan tinggi semakin berkurang bahkan di beberapa
daerah telah habis.
Sebagai Contoh Struktur bangunan kayu adalah Rumah Kayu Pada Rumah Tepian Sungai
Kapuas. Penggunaan kontruksi kayu pada rumah kayu di tepian sungai Kapuas dalam tulisan ini di
deskripsikan berdasarkan komponen bagian-bagian bangunan yaitu pondasi, atap, rangka, dan
dinding bangunan. Sampel bangunan yang dipilih untuk diteliti adalah bangunan yang seluruhnya
menggunakan material kayu mulai dari pondasi, lantai, dinding sampai rangka atap.
Pondasi Bangunan Pada bangunan rumah kayu yang di teliti, pondasi yang digunakan berupa
tiang-tiang kayu yang ditancapkan menerus sampai tanah atau dikenal dengan istilah pondasi tiang
tongkat.Pondasi ini terdiri dari dua batang kayu alas yang diletakkan di bagian paling dasar yang
berhubungan dengan tanah.Di atas kayu alas diletakkan lagi 2 batang kayu dengan posisi menyilang
dengan kayu alas yang disering disebut dengan kayu laci.Kayu laci dipasang di samping kiri dan kanan
kayu tongkat sebagai penguat pondasi dan ditumpukan langsung di kayu alas.
Tiang-tiang pondasi dipasang dengan jarak 1-1.5 meter antar tiang pondasi (Gambar 3) Antar
titik-titik pondasi dihubungkan dengan balok kayu horizontal yang berfungsi sebagai pengikat antar
pondasi sekaligus berfungsi sebagai tumpuan balok lantai. Balok ini sering disebut dengan balok keep
yang dipasang pada ketinggian yang disesuaikan dengan ketinggian muka air sungai tertinggi. Selain
itu, digunakan pula balok-balok diagonal yang menghubungkan 2 sampai 3 tiang pondasi, dengan
susunan yang bervariasi.Kelompok tiang pondasi pertama dipasang dari kiri bawah menuju kanan
atas. Pada kelompok tiang kedua dipasang dari kiri atas menuju kanan bawah dan seterusnya dengan
susunan yang berulang.Di temui pula balok diagonal yang dipasang saling bersilangan di kiri dan
kanan tiang-tiang pondasi atau yang diletakkan disetengah ketinggian pondasi.Fungsi balok diagonal
ini adalah sebagai penguat tiang-tiang pondasi yang selalu menerima beban gelombang air.

Rangka bangunan Sistem struktur utama pada bagian badan bangunan merupakan struktur
rangka yang terdiri dari batang-batang vertikal berupa tiang-tiang kayu dan batang-batang horizontal
berupa balok- balok kayu.Tiang-tiang diletakkan dibagian sudut dari setiap ruang dan
bangunan.Tiang-tiang tambahan antara tiang tiang sudut di letakkan sesuai dengan ukuran ruang.
Diletakkan 1-4 tiang antara tiang-tiang sudut, dengan jarak 1-1.5 meter. Ada tiang struktur utama
yang berada langsung di atas tiang pondasi namun ada yang tidak berada langsung diatas tiang
pondasi, namun bertumpu diatas balok yang menghubungkan tiang-tiang pondasi (balok keep).
Peletakan tiang-tiang vertikal dan balok-balokhorizontal pada rangka bangunan sangat
tergantung dari bentuk denah dan susunan ruang-ruang yang ada.Peletakan tiang-tiang dapat dilihat
susunannya pada denah bangunan rumah.Tiang-tiang tersebut didirikan dengan jarak 1- 1.5 meter
disekeliling bangunan dan pada bagian ruang yang didirikan dinding. Untuk ruang yang lebih luas
atau ruang tanpa dinding digunakan tiang-tiang dengan jarak 2-3 meter. (Gambar 5) Peletakan balok-
balok horizontal tergantung pada ketinggian bangunan, peletakan pintu dan jendela serta
konstruksi rangka atap.Balok horizontal paling atas atau disebut balok penutup menghubungkan
tiang-tiang di bagian atas.Balok ini sekaligus menjadi bagian rangka atap yang berfungsi sebagai
tumpuan kuda-kuda dari rangka atap. Diantara balok keep dan balok penutup bagian atas,
ditambahkan dengan balok horizontal atau balok sengkang. Penambahan ini bervariasi jumlahnya
dari satu sampai tiga balok.Adapula rumah yang tidak menggunakan penambahan balok diantara
balok atas dan bawah. Pada bagian pintu, jendela dan ventilasi dilakukanpenambahan balok
horizontal karena balok tersebut sekaligus digunakan untuk memasang daun pintu maupun daun
jendela.

Lantai Lantai pada bangunan yang menjadi sampel penelitian merupakan lantai
papan.Susunan dari lantai papan ini beragam, namun secara garis besar dipasang menjadi
memanjang sesuai dengan panjang papan yang digunakan. Tumpuan papan adalah balok horizontal
bagian bawah, yang sering dan dikenal dengan nama balok lantai. Balok lantai bertumpu pada balok
dibawahnya yang sekaligus berfungsi sebagai pengikat antar titik-titik pondasi (balok keep).

Dinding Bangunan Ada 2 jenis tipe penyusunan dinding papan pada bangunan rumah yang
diteliti.Tipe pertama dinding disusun secara vertikal yang ditemukan pada bangunan sampel 2. Tipe
kedua dinding disusun secara horizontalyang ditemukan pada sampel 1,3,4 dan 5. Dinding papan
yang disusun secara vertikal menghasilkan bentuk fasad bangunan yang memilliki unsur garis garis
vertikal.Dinding papan dengan tipe vertikal langsung dipasang pada tiang-tiang kayu dan balok
sengkang.Pemasangan hanya menggunakan paku yang digunakan disetiap pertemuan dinding papan
dan balok sengkang.Dinding dipasang dengan rapat untuk menghindari celah terbuka pada
dinding.Papan yang digunakan panjangnya menyesuaikan dengan ketersediaan bahan.Papan
disambung di bagian pertemuan dengan sengkang jika panjang tidak sesuai dengan
kebutuhan.Bentuk konstruksi dinding papan yang dipasang vertikal dapat dilihat pada Gambar
8berikut.

Konstruksi dinding dengan penyusunan berbentuk horizontal menghasilkan bentuk fasad


dengan garis-garis horizontal (Gambar 9).Pada rumah dengan dinding tersusun horizontal, balok-
balok sengkang lebih sedikit digunakan, umumnya hanya digunakan untuk memasang pintu, jendela
dan ventilasi. Hal ini bisa dipahami bahwa dinding kemungkinan memberikan tambahan kekakuan
pada rangka utama (kekakuan tiang-tiang bangunan)

Atap bangunan Bangunan-bangunan yang menjadi sampel dalam penelitian umumnya hanya
memiliki 2 jenis bentuk atap yaitu limas dan pelana. 3 sampel merupakan bangunan dengan atap
pelana, 1 sampel dengan atap limas dan 1 sampel dengan atap limas yang dikombinasi dengan atap
pelana. Bentuk rangka kuda-kuda tersebut juga dipengruhi oleh ukuran rumah khususnya panjang
dan lebar bangunan. Rangka kuda-kuda atap memiliki struktur yang terhubung dengan struktur
rangka di bawahnya.Bagian teratas daristruktur rangka badan bangunan menggunakan balok
horizontal (balok penutup) yang berfungsi memperkaku strukturrangka di bagian atas.Balok penutup
tersebut sekaligus digunakan untuk rangka atap.Kayu yang dipasang miring untuk membentuk
kemiringan atap langsung bertumpu pada balok penutup tersebut

Jumlah elemen-elemen rangka atap yang digunakan dalam suatu stuktur rangka atap sangat
tergantung pada bentangan dan bentuk.Pada bentuk bangunan sederhana dengan bentang
bangunan tidak terlalu besar struktur rangka atap hanya ditambahkan dua elemen struktur yang
dipasang vertikal dan miring untuk menopang kemiringan atap.Namun, untuk bangunan yang lebih
panjang dan bentuk lebih komplek elemen struktur yang digunakan lebih banyak
BAB I
STRUKTUR BANGUNAN (ATAP)

1.1. PENGERTIAN ATAP


.

Atap merupakan bagian dari struktur bangunan yang berfungsi sebagai penutup/pelindung
bangunan dari panas terik matahari dan hujan sehingga memberikan kenyamanan bagi penggunan
bangunan. Struktur atap pada umumnya terdiri dari tiga bagian utama yaitu: struktur penutup atap,
gording dan rangka kuda-kuda. Penutup atap akan didukung oleh struktur rangka atap, yang terdiri
dari kuda-kuda, gording, usuk, dan reng. Beban-beban atap akan diteruskan ke dalam fondasi melalui
kolom dan/atau balok. Konstruksi atap memungkinkan terjadinya sirkulasi udara dengan baik.akat.
Dan dengan rohaninya manusia dituntut untuk senantiasa beribadah sesuai dengan agama dan
kepercayaan yang dianutnya.

1.2. KOMPONEN PENYUSUN ATAP

A. Struktur Atap
Struktur atap adalah bagian bangunan yang menahan /mengalirkan beban-beban dari
atap. Struktur atap terbagi menjadi rangka atap dan penopang rangka atap. Rangka atap berfungsi
menahan beban dari bahan penutup atap sehingga umumnya berupa susunan balok –balok (dari
kayu/bambu/baja) secara vertikal dan horizontal –kecuali pada struktur atap dak beton.
Berdasarkan posisi inilah maka muncul istilah gording,kasau dan reng. Susunan rangka atap dapat
menghasilkan lekukan pada atap (jurai dalam/luar) dan menciptakan bentuk atap tertentu.
Secara umum dikenal 4 jenis struktur atap yaitu:
1. Struktur dinding (Gewel) rangka kayu
Sistem rangka atap yang menggunakan dinding menggunakan pasangan bata sebagai
pengganti kuda-kuda kayu.
Susunan bata ini diteruskan dari dinding di bawahnya (setelah diberi ring balk) hingga
menuju ke bagian rangka atap, yang disebut gording, usuk, reng dan penutup atapnya yang
biasanya menggunakan genteng.

2. Kuda-kuda rangka kayu


Kuda – kuda kayu merupakan penopang rangka atap berbentuk balok kayu yang
disusun membentuk segitiga. Berada pada bagian bawah rangka, element ini berfungsi
menyangga rangka atap diatasnya. Bagian paling atas dari kuda – kuda (pucuk) disangkutkan
pada balok, sementara kedua kakinya dihubungkan dengan menempel dengan kolom struktur
untuk mengalirkan beban ke tanah.
3. Struktur baja konvensional
Konstruksi rangka atap baja konvensional adalah konstruksi atap yang strukturnya
tidak jauh berbeda dengan konstruksi rangka atap kayu, hanya saja pembuatannya dari bahan
baja berat atau biasa disebut baja konvensional.
Rangka atap (kuda-kuda) baja konvensional adalah rangka yang terbuat dari baja
dengan kandungan karbon yang tinggi sehingga lebih keras dan memiliki kekuatan tarik yang
besar. Kelebihan yang menonjol dari struktur rangka atap baja konvensional ini adalah cocok
digunakan pada bangunan dengan bentang lebar hingga 75 meter seperti pada hanggar
pesawat, stadion olahraga, pabrik, dan lain-lain.

4. Struktur baja ringan


Rangka atap baja ringan adalah sebuah perkembangan teknologi terbaru struktur atap
menggunakan konstruksi baja yang kuat tetapi ringan. Baja identik dengan berat dan ukuran
yang besar, namun seiring perjalanan waktu maka munculah teknologi baja ringan sehingga
banyak menarik masyarakat untuk menggunakannya. Baja yang digunakan adalah jenis cold
rolled coil (CRC) dengan bentuk profil seperti huruf C atau O.
B. Penutup Atap
Penutup merupakan bagian yang menutupi atap secara keseluruhan sehingga
terciptalah ambang atas yang membatasi kita dari alam luar. Ada berbagai pilihan penutup atap
dengan pilihan bentuk dan sifat yang berbeda. Dua faktor utama yang harus dipertimbangkan
dalam pemilihannya adalah faktor keringanan material agar tidak terlalu membebani struktur
bangunan dan faktor keawetan terhadap cuaca (angin,panas,hujan). Faktor lain adalah
kecocokan/keindahan terhadap desain rumah. Ukuran dan desain dari penutup atap juga
memberi pengaruh pada struktur,misalnya konstruksi kuda-kuda,ukuran reng,dan sudut
kemiringan.

C. Komponen Pelengkap
1. Talang
Saluran air pada atap yang berfungsi mengarahkan air agar jatuh ketanah disebut
talang. Talang dipasang mendatar mengikuti tiris atap kemudian dialirkan ke bawah melalui
pipa vertikal.
2. Lisplang
Dari segi konstruksi, lisplang menciptakan bentukan rigid (kokoh, tidak berubah) dari
susunan kasau. Pada pemasangan rangka penahan atap, batang-batang kasau hanya ditahan
oleh paku dan ada kemungkinan posisinya bergeser. Disinilah lisplang berfungsi untuk
mengunci susunan kasau tersebut agar tetap berada pada tempatnya. Dari segi estetika,
lisplang berfungsi menutupi kasau yang berjajar dibawah susunan genteng/bahan penutup
atap lain. Maka tampilan atap pada bagian tepi akan terlihat rapi oleh kehadiran lisplang.

1.3. MACAM-MACAM TIPE ATAP

Bentuk atau model konstruksi atap bermacam – macam sesuai dengan peradaban dan
perkembangan teknologi serta sesuai dengan segi arsitekturnya. Bentuk atap yang banyak terdapat
adalah :

1. Atap Datar
Model atap yang paling sederhana adalah atap berbentuk datar atau rata. Atap datar
biasanya digunakan untuk bangunan/ rumah bertingkat, balkon yang bahannya bisa dibuat dari
beton bertulang, untuk teras bahannya dari asbes maupun seng yang tebal. Agar air hujan yang
tertampung bisa mengalir, maka atap dibuat miring ke salah satu sisi dengan kemiringan yang
cukup.

2. Atap Sandar

Model atap sengkuap biasa digunakan untuk bangunan – bangunan tambahan misalnya;
selasar atau emperan, namun sekarang atap model ini juga dipakai untuk rumah - rumah modern.
Beberapa arsitek mengadopsi model atap ini kemudian menggabungkannya dengan atap model
pelana.

3. Atap Pelana

Bentuk atap ini cukup sederhana, karena itu banyak dipakai untuk bangun – bangunan
atau rumah di masyarakat kita. Bidang atap teridiri dari dua sisi yang bertemu pada satu garis
pertemuan yang disebut bubungan.
Atap ini merupakan bentuk atap rumah yang dianggap paling aman karena
pemeliharaannya mudah dalam hal mendeteksi apabila terjadi kebocoran. Atap pelana terdiri atas
dua bidang miring yang ujung atasnya bertemu pada satu garis lurus yang biasa kita sebut
bubungan. Sudut kemiringan antara 30 sampai dengan 45 derajat.

4. Atap Perisai

Atap berbentuk limas terdiri dari empat bidang atap, dua bidang bertemu pada satu
garis bubungan jurai dan dua bidang bertemu pada garis bubungan atas atau pada nook. Jika
dilhat terdapat dua bidang berbentuk trapesium dan dua dua bidang berbentuk segitiga

5. Atap Mansard

Bentuk atap model ini seolah – olah terdiri dari dua atap yang terlihat bersusun atau
bertingkat. Atap mansard jarang digunakan untuk bangunan rumah di daerah kita, karena
sebetulnya atap ini dibangun oleh pemerintah belanda saat menjajah di negara kita.

6. Atap Jonglo
Model atap joglo hampir sama dengan atap limas tersusun sehingga atpnya seperti
bertingkat. Atap ini banyak dibangun di daerah Jawa.
7. Atap Minangkabau

Atap minangkabau seolah – olah berbentuk tanduk pada tepi kanan dan kiri. Bentuk
atap ini banyak kita jumpai di Sumatra.
BAB II
STRUKTUR BANGUNAN (TANGGA)

2.1. PENGERTIAN TANGGA

Tangga adalah sebuah konstruksi yang dirancang untuk menghubungi dua tingkat vertikal
yang memiliki jarak satu sama lain. Jenis tangga berdasarkan sifat permanensinya.Tangga dapat
bersifat permanen maupun non permanen. Tangga permanen biasanya digunakan untuk
menghubungkan:
 Dua bidang horisontal pada bangunan
 Lantai bangunan yang berbeda
Tangga jenis ini terdiri dari anak-anak tangga yang memiliki tinggi yang sama. Tangga dapat
berbentuk lurus, huruf "L", huruf "U" , memutar atau merupakan dari kombinasinya. Komponen-
komponen dari tangga antara lain adalah tinggi injakan(riser), lebar injakan/kedalaman (tread),
bordes (landing), nosing, pegangan tangan (handrail) dan bidang pengaman (balustrade). Contoh dari
penggunaan tangga ini misalnya seperti yang kita temui pada bangunan rumah tinggal atau
perkantoran, "tangga monyet", dsb.
Tangga non permanen biasanya digunakan untuk mencapai bidang horisontal yang lebih
tinggi, dan digunakan hanya pada waktu-waktu tertentu sehingga bisa dipindahkan / disimpan.
Contoh dari tangga jenis ini misalnya tangga lipat.

2.2. KONSTRUKSI TANGGA BERDASARKAN MATERIAL

A. Konstruksi Tangga Kayu


Untuk bangunan sederhana dan semi permanen. Pertimbangan : material kayu ringan,
mudah didapat serta menambahkan segi estetika yang tinggi bila diisi dengan variasi profil dan
difinishing dengan rapi. Kelemahan : tidak dapat dilalui oleh beban-beban yang berat, lebarnya
terbatas, memiliki sifat lentur yang tinggi serta konstruksi tangga kayu tidak cocok ditempatkan di
ruang terbuka karena kayu mudah lapuk jika terkena panas dan cahaya.
Kayu sebaiknya dipilih yang berkualitas bagus. Ukuran tebal adalah dari 3 - 4 cm, ukuran
lebar dari 26 - 30 cm, sedangkan ukuran panjang papan menyesuaikan ukuran lebar tangga Anda.
Umumnya konstruksi tangga baja memakai anak tangga dari papan kayu utuh tanpa sambungan.

B. Konstruksi Tangga Baja


Biasanya digunakan pada bangunan yang sebagian besar komponen-komponen
strukturnya terdiri dari material baja. Tangga ini digunakan pada bangunan semi permanen
seperti bangunan peruntukan bengkel, bangunan gudang, dan lain-lain. Tangga ini kurang cocok
untuk bangunan dekat pantai karena pengaruh garam akan mempercepat proses karat begitupun
bila ditempatkan terbuka akan menambah biaya perawatan.

C. Konstruksi tangga beton


Sampai sekarang banyak digunakan pada bangunan bertingkat 2 (dua) atau lebih dan
bersifat permanent seperti peruntukan kantor, rumah tinggal, pertokoan.
Tangga dengan konstruksi cor beton mengekspose papan anak tangga hanya dari satu
sisi saja. Fungsinya hanya membungkus beton supaya secara estetika lebih indah, baik dibungkus
semua atau hanya bagian atas (bagian pijakan / steps) saja. Adapun ukuran tebal papan kayu
adalah dari 1.5 - 2.5 cm, ukuran lebar dari 26 - 30 cm, sedangkan ukuran panjang menyesuaikan
ukuran lebar tangga Anda. Tangga dengan konstruksi cor beton ini dapat memakai papan kayu
baik dari papan kayu utuh maupun papan kayu sambungan.

2.3. MODEL DAN TIPE TANGGA

A. Tangga Tusuk Lurus


Tangga ini digunakan pada ruangan yang panjang. Ini terdiri dari ibu tangga yang
sejajar, sedangkan anak tangga tegak lurus pada ibu tangga.

B. Tangga Bordes Lurus


Jika anak tangga terlalu banyak ( minimal 20 anak tangga), akan melelah bagi yang
melaluinya.Oleh karena itu di pasang bordes. Bordes juga dapat dipergunakan sebagai tempat
istirahat, atau tempat pemberhentian sementara
C. Tangga Dengan Belokan
Agar tudak terlalu banyak ruangan yang di pakai dalam pembuatan tangga, maka
dalam tangga dapat dibentuk belokanpada anak tangga.Jika dimulai pada awal naik tangga
disebut dengan tangga dengan belokan awal.

D. Tangga Meliut
Untuk meminimalkan ruangan untuk tangga bisajuga dibuat tangga dengan bentuk
meliut.

E. Tangga Dengan Bordes Berbelok / Berlengan


Tangga yang tidak lurus dan membelok disebut tangga dengan lengan. Menurut
banyaknya lengan yang ada, maka disebut tangga dengan dua lengan dan tangga dengan tiga.
Bahkan pada bangunan yang dihubungkan dengan banyak ruangterjadi
semacam pertemuan, sehingga dapat dibentuk tangga yang memiliki lengan lebih dari tangga
dengan dua atau tiga lengan. Dari pertemuan tersebut dibuat tempat yang datar disebut bordes.
F. Tangga Poros
Tangga poros menggunakan sedikit ruangandan hemat, karena tangga ini dari awal
sampai akhir membentuk setengah lingkaran, dua kali setengah lingkaran bahkan dapat
membentuk empat kali seperempat lingkaran. Karena anak tangga bertemu pada satu
tempat yaitu merupakan tiang, maka dinamakan tangga poros.

G. Tangga Melingkar
Tangga ligkaranpada ibu tangganya dibuat melingkar. Dan mempunyai ibu tangga
sebelah dalam. Tangga ini biasanya terbuatdari baja dan beton.
BAB III
STRUKTUR BANGUNAN (PONDASI)

1.1. PENGERTIAN PONDASI


Pondasi bangunan adalah kontruksi yang paling terpenting pada suatu bangunan. Karena
pondasi berfungsi sebagai "penahan seluruh beban (hidup dan mati ) yang berada di atasnya dan
gaya – gaya dari luar". Pondasi merupakan bagian dari struktur yang berfungsi meneruskan beban
menuju lapisan tanah pendukung dibawahnya. Dalam struktur apapun, beban yang terjadi baik yang
disebabkan oleh berat sendiri ataupun akibat beban rencana harus disalurkan ke dalam suatu lapisan
pendukung dalam hal ini adalah tanah yang ada di bawah struktur tersebut.

1.2. PEMILIHAN PONDASI BERDASAR DAYA DUKUNG TANAH


a. Bila tanah keras terletak pada permukaan tanah atau 2-3 meter di bawah permukaan tanah
maka jenis pondasinya adalah pondasi dangkal. (misal: pondasi jalur, pondasi telapak atau
pondasi strauss).
b. Bila tanah keras terletak pada kedalaman sekitar 10 meter atau lebih di bawah permukaan
tanah maka jenis pondasinya adalah pondasi tiang minipile, pondasi sumuran atau pondasi
bored pile.
c. Bila tanah keras terletak pada kedalaman 20 meter atau lebih di bawah permukaan tanah maka
jenis pondasinya adalah pondasi tiang pancang atau pondasi bored pile.
Standar daya dukung tanah menurut Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung tahun
1983 adalah :
 Tanah keras (lebih dari 5 kg/cm2).
 Tanah sedang (2 - 5 kg/cm2)
 Tanah lunak (0,5 - 2 kg/cm2)
 Tanah amat lunak (0 - 0,5 kg/cm2)
Kriteria daya dukung tanah tersebut dapat ditentukan melalui pengujian secara sederhana.
Misal pada tanah berukuran 1 cm x 1 cm yang diberi beban 5 kg tidak akan mengalami penurunan
atau amblas maka tanah tersebut digolongkan tanah keras.
1.3. JENIS – JENIS PONDASI
Bentuk pondasi ditentukan oleh berat bangunan dan keadaan tanah disekitar bangunan,
sedangkan kedalaman pondasi ditentukan oleh letak tanah padat yang mendukung pondasi. Jika
terletak pada tanah miring lebih dari 10%, maka pondasi bangunan tersebut harus dibuat rata atau
dibentuk tangga dengan bagian bawah dan atas rata. Jenis pondasi dibagi menjadi 2, yaitu pondasi
dangkal dan pondasi dalam.

A. PONDASI DANGKAL
Pondasi dangkal biasanya dibuat dekat dengan permukaan tanah, umumnya
kedalaman pondasi didirikan kurang 1/3 dari lebar pondasi sampai dengan kedalaman kurang
dari 3 m. Kedalaman pondasi dangkal ini bukan aturan yang baku, tetapi merupakan sebagai
pedoman. Pada dasarnya, permukaan pembebanan atau kondisi permukaan lainnya akan
mempengaruhi kapasitas daya dukung pondasi dangkal. Pondasi dangkal biasanya digunakan
ketika tanah permukaan yang cukup kuat dan kaku untuk mendukung beban yang dikenakan
dimana jenis struktur yang didukungnya tidak terlalu berat dan juga tidak terlalu tinggi, pondasi
dangkal umumnya tidak cocok dalam tanah kompresif yang lemah atau sangat buruk, seperti
tanah urug dengan kepadatan yang buruk , pondasi dangkal juga tidak cocok untuk jenis tanah
gambut, lapisan tanah muda dan jenis tanah deposito aluvial, dll. Yang termasuk dalam pondasi
dangkal adalah sebahai berikut :
1. Pondasi Tapak (Pad Foundations)
Pondasi tapak (pad foundation) digunakan untuk mendukung beban titik individual
seperti kolom struktural. Pondasi pad ini dapat dibuat dalam bentuk bukatan (melingkar),
persegi atau rectangular. Jenis pondasi ini biasanya terdiri dari lapisan beton bertulang
dengan ketebalan yang seragam, tetapi pondasi pad dapat juga dibuat dalam bentuk
bertingkat atau haunched jika pondasi ini dibutuhkan untuk menyebarkan beban dari kolom
berat. Pondasi tapak disamping diterapkan dalam pondasi dangkal dapat juga digunakan
untuk pondasi dalam.
2. Pondasi Tapak (Pad Foundations)
Pondasi jalur/ pondasi memanjang (kadang disebut juga pondasi menerus) adalah
jenis pondasi yang digunakan untuk mendukung beban memanjang atau beban garis, baik
untuk mendukung beban dinding atau beban kolom dimana penempatan kolom dalam jarak
yang dekat dan fungsional kolom tidak terlalu mendukung beban berat sehingga pondasi
tapak tidak terlalu dibutuhkan. Pondasi jalur/ pondasi memanjang biasanya dapat dibuat
dalam bentuk memanjang dengan potongan persegi ataupun trapesium. Bisanya digunakan
untuk pondasi dinding maupun kolom praktis. Bahan untuk pondasi ini dapat menggunakan
pasangan patu pecah, batu kali, cor beton tanpa tulangan dan dapat juga menggunakan
pasangan batu bata dengan catatan tidak mendukung beban struktural.

3. Pondasi Tikar (Raft foundations)


Pondasi tikar/ pondasi raft digunakan untuk menyebarkan beban dari struktur atas
area yang luas, biasanya dibuat untuk seluruh area struktur. Pondasi raft digunakan ketika
beban kolom atau beban struktural lainnya berdekatan dan pondasi pada saling berinteraksi.
Pondasi raft biasanya terdiri dari pelat beton bertulang yang membentang pada luasan yang
ditentukan. Pondasi raft memiliki keunggulan mengurangi penurunan setempat dimana plat
beton akan mengimbangi gerakan diferensial antara posisi beban. Pondasi raft sering
dipergunakan pada tanah lunak atau longgar dengan kapasitas daya tahan rendah karena
pondasi radft dapat menyebarkan beban di area yang lebih besar.
4. Pondasi Rakit/ Raft Foundation
Pondasi rakit adalah plat beton besar yang digunakan untuk mengantar permukaan
dari satu atau lebih kolom di dalam beberapa garis/ beberapa jalur dengan tanah. Digunakan
di tanah lunak atau susunan jarak kolomnya sangat dekat di semua arahnya, bila memakai
telapak, sisinya berhimpit satu sama lain.

5. Pondasi Sumuran
Pondasi sumuran atau cyclop beton menggunakan beton berdiameter 60 – 80 cm
dengan kedalaman 1 – 2 meter. Di dalamnya dicor beton yang kemudian dicampur dengan
batu kali dan sedikit pembesian dibagian atasnya. Pondasi ini kurang populer sebab banyak
kekurangannya, diantaranya boros adukan beton dan untuk ukuran sloof haruslah besar. Hal
tersebut membuat pondasi ini kurang diminati. Pondasi sumuran dipakai untuk tanah yang
labil, dengan sigma lebih kecil dari 1,50 kg/cm2. Seperti bekas tanah timbunan sampah,
lokasi tanah yang berlumpur. Pada bagian atas pondasi yang mendekati sloof, diberi
pembesian untuk mengikat sloof.
6. Pondasi Umpak
Pondasi ini diletakan diatas tanah yang telah padat atau keras. Sistem dan jenis
pondasi ini sampai sekarang terkadang masih digunakan, tetapi ditopang oleh pondasi batu
kali yang berada di dalam tanah dan sloof sebagai pengikat struktur, serta angkur yang masuk
kedalam as umpak kayu atau umpak batu dari bagian bawah umpaknya atau tiangnya.
Pondasi ini membentuk rigitifitas struktur yang dilunakkan, sehingga sistim membuat
bangunan dapat menyelaraskan goyangan goyangan yang terjadi pada permukaan tanah,
sehingga bangunan tidak akan patah pada tiang-tiangnya jika terjadi gempa.

7. Pondasi Plat Beton Lajur


Pondasi plat beton lajur adalah pondasi yang digunakan untuk mendukung sederetan
kolom Pondasi plat beton lajur sangat kuat, sebab seluruhnya terdiri dari beton bertulang
dan harganya lebih murah dibandingkan dengan pondasi batu kali. Ukuran lebar pondasi lajur
ini sama dengan lebar bawah dari pondasi batu kali, yaitu 70 Cm. Sebab fungsi pondasi plat
beton lajur adalah pengganti pondasi batu kali. berjarak dekat dengan telapak, sisinya
berhimpit satu sama lain.
B. PONDASI DALAM
Pondasi dalam adalah pondasi yang didirikan permukaan tanah dengan kedalam
tertentu dimana daya dukung dasar pondasi dipengaruhi oleh beban struktural dan kondisi
permukaan tanah, pondasi dalam biasanya dipasang pada kedalaman lebih dari 3 m di bawah
elevasi permukaan tanah. Pondasi dalam dapat dijumpai dalam bentuk pondasi tiang pancang,
dinding pancang dan caissons atau pondasi kompensasi.
Pondasi dalam dapat digunakan untuk mentransfer beban ke lapisan yang lebih dalam
untuk mencapai kedalam yang tertentu sampai didapat jenis tanah yang mendukung daya beban
strutur bangunan sehingga jenis tanah yang tidak cocok di dekat permukaan tanah dapat
dihindari. Apabila lapisan atas berupa tanah lunak dan terdapat lapisan tanah yang keras yang
dalam maka dibuat pondasi tiang pancang yang dimasukkan ke dalam sehingga mencapai tanah
keras (Df/B >10 m), tiang-tiang tersebut disatukan oleh poer/pile cap. Pondasi ini juga dipakai
pada bangunan dengan bentangan yang cukup lebar (jarak antar kolom 6m) dan bangunan
bertingkat. Yang termasuk didalam pondasi ini antara lain :
1. Pondasi Tiang Pancang
Pada dasarnya sama dengan bore pile, hanya saja yang membedakan bahan
dasarnya. Tiang pancang menggunakan beton jadi yang langsung ditancapkan langsung
ketanah dengan menggunakan mesin pemancang. Karena ujung tiang pancang lancip
menyerupai paku, oleh karena itu tiang pancang tidak memerlukan proses pengeboran.
Pondasi tiang pancang dipergunakan pada tanah-tanah lembek, tanah berawa, dengan
kondisi daya dukung tanah (sigma tanah) kecil, kondisi air tanah tinggi dan tanah keras pada
posisi sangat dalam. Bahan untuk pondasi tiang pancang adalah : bamboo, kayu besi/ kayu
ulin, baja, dan beton bertulang.

2. Pondasi Piers (Dinding Diafragma)


Pondasi piers adalah pondasi untuk meneruskan beban berat struktural yang dibuat
dengan cara melakukan penggalian dalam, kemudian struktur pondasi pier dipasangkan
kedalam galian tersebut. Satu keuntungan pondasi pier adalah bahwa pondasi jenis ini lebih
murah dibandingkan dengan membangun pondasi dengan jenis pondasi menerus, hanya
kerugian yang dialami adalah jika lempengan pondasi yang sudah dibuat mengalami
kekurangan ukuran maka kekuatan jenis pondasi tidak menjadi normal. Pondasi pier standar
dapat dibuat dari beton bertulang pre cast. Karena itu, aturan perencanaan pondasi pier
terhadap balok beton diafragman adalah mengikuti setiap ukuran ketinggian pondasi yang
direncanakan. Pondasi pier dapat divisualisasikan sebagai bentuk tabel , struktur adalah
sistem kolom vertikal yang terbuat dari beton bertulang ditempatkan di bawah bangunan
yang ditanamkan dibawah tanah yang sudah digali. Lempengan beton diafragma ini
mentransfer beban bangunan terhadap tanah. Balok dibangun di atas dinding diafragma
vertikal (pondasi pier) yang menahan dinding rumah atau struktur. Banyak rumah didukung
sepenuhnya dengan jenis pondasi ini, dimana beton yang dipasang juga berguna sebagai
dinding pada ruang bawah tanah, dimana ruang tersebut digunakan sebagai gudang
penyimpanan atau taman. Beton pondasi pier biasanya dibuat dalam bentuk pre cast dalam
berbagai ukuran dan bentuk, dimana sering dijumpai dalam bentuk persegi memanjang
dengan ketinggian sesuai dengan ukuran kedalaman yang diperlukan. Tapi beton dapat juga
dibuat dalam bentuk bulatan. Setelah beton bertulang cukup kering kemudian di masukkan
ke dalam tanah yang sudah digali dan disusun secara bersambungan. Setelah tersusun
dengan baik kemudian baru dilanjutkan dengan konstruksi diatasnya.
3. Pondasi Caissons (Bor Pile)
Pondasi bor pile adalah bentuk pondasi dalam yang dibangun di dalam permukaan
tanah, pondasi di tempatkan sampai ke dalaman yang dibutuhkan dengan cara membuat
lobang dengan sistim pengeboran atau pengerukan tanah. Setelah kedalaman sudah
didapatkan kemudian pondasi pile dilakukan dengan pengecoran beton bertulang terhadap
lobang yang sudah di bor. Sisitim pengeboran dapat dialakukan dalam berbagai jenis baik
sistim maual maupun sistim hidrolik. Besar diameter dan kedalaman galian dan juga sistim
penulangan beton bertulang didesain berdasarkan daya dukung tanah dan beban yang akan
dipikul. Fungsional pondasi ini juga hampir sama pondasi pile yang mana juga ditujukan
untuk menahan beban struktur melawan gaya angkat dan juga membantu struktur dalam
melawan kekuatan gaya lateral dan gaya guling.
BAB IV

Anda mungkin juga menyukai