MATA KULIAH
STRUKTUR BANGUNAN II
Disusun oleh :
Oni Cahyono (61181011)
Teknik Sipil Kelas A
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh UNIDO diketahui bahwa untuk negara-
negara yang sedang berkembang, 60 - 70% biaya konstruksi diserap untuk bahan bangunan. Dengan
kondisi negara Indonesia yang berbentuk negara kepulauan maka pengembangan bahan bangunan
lokal sangatlah penting dalam rangka mengurangi biaya untuk pengangkutan. Meskipun berbagai
jenis bahan bangunan telah dikembangkan dipasaran, kayu masih memegang peranan penting dalam
pembangunan perumahan dan pemukiman. Bagian-bagian tertentu dari struktur bangunan sebagian
besar masih menggunakan material kayu. Hal tersebut disebabkan karena kayu relatif ringan, mudah
dikerjakan, memiliki strength to weight ratio yang lebih tinggi dibanding beberapa jenis bahan
bangunan lain, dan sudah dikenal dengan baik sebagai bahan bangunan dalam pembangunan
perumahan termasuk untuk rumah-rumah tradisional. Di Indonesia, terdapat lebih kurang 4000 jenis
kayu namun hanya beberapa jenis kayu saja yang umum digunakan sebagai bahan konstruksi
bangunan terutama jenis-jenis kayu yang memiliki kekuatan dan keawetan tinggi. Namun, setelah
beberapa dekade kayu menjadi andalan devisa nasional di luar migas maka ketersediaan kayu-kayu
dari hutan alam yang memiliki kekuatan dan keawetan tinggi semakin berkurang bahkan di beberapa
daerah telah habis.
Sebagai Contoh Struktur bangunan kayu adalah Rumah Kayu Pada Rumah Tepian Sungai
Kapuas. Penggunaan kontruksi kayu pada rumah kayu di tepian sungai Kapuas dalam tulisan ini di
deskripsikan berdasarkan komponen bagian-bagian bangunan yaitu pondasi, atap, rangka, dan
dinding bangunan. Sampel bangunan yang dipilih untuk diteliti adalah bangunan yang seluruhnya
menggunakan material kayu mulai dari pondasi, lantai, dinding sampai rangka atap.
Pondasi Bangunan Pada bangunan rumah kayu yang di teliti, pondasi yang digunakan berupa
tiang-tiang kayu yang ditancapkan menerus sampai tanah atau dikenal dengan istilah pondasi tiang
tongkat.Pondasi ini terdiri dari dua batang kayu alas yang diletakkan di bagian paling dasar yang
berhubungan dengan tanah.Di atas kayu alas diletakkan lagi 2 batang kayu dengan posisi menyilang
dengan kayu alas yang disering disebut dengan kayu laci.Kayu laci dipasang di samping kiri dan kanan
kayu tongkat sebagai penguat pondasi dan ditumpukan langsung di kayu alas.
Tiang-tiang pondasi dipasang dengan jarak 1-1.5 meter antar tiang pondasi (Gambar 3) Antar
titik-titik pondasi dihubungkan dengan balok kayu horizontal yang berfungsi sebagai pengikat antar
pondasi sekaligus berfungsi sebagai tumpuan balok lantai. Balok ini sering disebut dengan balok keep
yang dipasang pada ketinggian yang disesuaikan dengan ketinggian muka air sungai tertinggi. Selain
itu, digunakan pula balok-balok diagonal yang menghubungkan 2 sampai 3 tiang pondasi, dengan
susunan yang bervariasi.Kelompok tiang pondasi pertama dipasang dari kiri bawah menuju kanan
atas. Pada kelompok tiang kedua dipasang dari kiri atas menuju kanan bawah dan seterusnya dengan
susunan yang berulang.Di temui pula balok diagonal yang dipasang saling bersilangan di kiri dan
kanan tiang-tiang pondasi atau yang diletakkan disetengah ketinggian pondasi.Fungsi balok diagonal
ini adalah sebagai penguat tiang-tiang pondasi yang selalu menerima beban gelombang air.
Rangka bangunan Sistem struktur utama pada bagian badan bangunan merupakan struktur
rangka yang terdiri dari batang-batang vertikal berupa tiang-tiang kayu dan batang-batang horizontal
berupa balok- balok kayu.Tiang-tiang diletakkan dibagian sudut dari setiap ruang dan
bangunan.Tiang-tiang tambahan antara tiang tiang sudut di letakkan sesuai dengan ukuran ruang.
Diletakkan 1-4 tiang antara tiang-tiang sudut, dengan jarak 1-1.5 meter. Ada tiang struktur utama
yang berada langsung di atas tiang pondasi namun ada yang tidak berada langsung diatas tiang
pondasi, namun bertumpu diatas balok yang menghubungkan tiang-tiang pondasi (balok keep).
Peletakan tiang-tiang vertikal dan balok-balokhorizontal pada rangka bangunan sangat
tergantung dari bentuk denah dan susunan ruang-ruang yang ada.Peletakan tiang-tiang dapat dilihat
susunannya pada denah bangunan rumah.Tiang-tiang tersebut didirikan dengan jarak 1- 1.5 meter
disekeliling bangunan dan pada bagian ruang yang didirikan dinding. Untuk ruang yang lebih luas
atau ruang tanpa dinding digunakan tiang-tiang dengan jarak 2-3 meter. (Gambar 5) Peletakan balok-
balok horizontal tergantung pada ketinggian bangunan, peletakan pintu dan jendela serta
konstruksi rangka atap.Balok horizontal paling atas atau disebut balok penutup menghubungkan
tiang-tiang di bagian atas.Balok ini sekaligus menjadi bagian rangka atap yang berfungsi sebagai
tumpuan kuda-kuda dari rangka atap. Diantara balok keep dan balok penutup bagian atas,
ditambahkan dengan balok horizontal atau balok sengkang. Penambahan ini bervariasi jumlahnya
dari satu sampai tiga balok.Adapula rumah yang tidak menggunakan penambahan balok diantara
balok atas dan bawah. Pada bagian pintu, jendela dan ventilasi dilakukanpenambahan balok
horizontal karena balok tersebut sekaligus digunakan untuk memasang daun pintu maupun daun
jendela.
Lantai Lantai pada bangunan yang menjadi sampel penelitian merupakan lantai
papan.Susunan dari lantai papan ini beragam, namun secara garis besar dipasang menjadi
memanjang sesuai dengan panjang papan yang digunakan. Tumpuan papan adalah balok horizontal
bagian bawah, yang sering dan dikenal dengan nama balok lantai. Balok lantai bertumpu pada balok
dibawahnya yang sekaligus berfungsi sebagai pengikat antar titik-titik pondasi (balok keep).
Dinding Bangunan Ada 2 jenis tipe penyusunan dinding papan pada bangunan rumah yang
diteliti.Tipe pertama dinding disusun secara vertikal yang ditemukan pada bangunan sampel 2. Tipe
kedua dinding disusun secara horizontalyang ditemukan pada sampel 1,3,4 dan 5. Dinding papan
yang disusun secara vertikal menghasilkan bentuk fasad bangunan yang memilliki unsur garis garis
vertikal.Dinding papan dengan tipe vertikal langsung dipasang pada tiang-tiang kayu dan balok
sengkang.Pemasangan hanya menggunakan paku yang digunakan disetiap pertemuan dinding papan
dan balok sengkang.Dinding dipasang dengan rapat untuk menghindari celah terbuka pada
dinding.Papan yang digunakan panjangnya menyesuaikan dengan ketersediaan bahan.Papan
disambung di bagian pertemuan dengan sengkang jika panjang tidak sesuai dengan
kebutuhan.Bentuk konstruksi dinding papan yang dipasang vertikal dapat dilihat pada Gambar
8berikut.
Atap bangunan Bangunan-bangunan yang menjadi sampel dalam penelitian umumnya hanya
memiliki 2 jenis bentuk atap yaitu limas dan pelana. 3 sampel merupakan bangunan dengan atap
pelana, 1 sampel dengan atap limas dan 1 sampel dengan atap limas yang dikombinasi dengan atap
pelana. Bentuk rangka kuda-kuda tersebut juga dipengruhi oleh ukuran rumah khususnya panjang
dan lebar bangunan. Rangka kuda-kuda atap memiliki struktur yang terhubung dengan struktur
rangka di bawahnya.Bagian teratas daristruktur rangka badan bangunan menggunakan balok
horizontal (balok penutup) yang berfungsi memperkaku strukturrangka di bagian atas.Balok penutup
tersebut sekaligus digunakan untuk rangka atap.Kayu yang dipasang miring untuk membentuk
kemiringan atap langsung bertumpu pada balok penutup tersebut
Jumlah elemen-elemen rangka atap yang digunakan dalam suatu stuktur rangka atap sangat
tergantung pada bentangan dan bentuk.Pada bentuk bangunan sederhana dengan bentang
bangunan tidak terlalu besar struktur rangka atap hanya ditambahkan dua elemen struktur yang
dipasang vertikal dan miring untuk menopang kemiringan atap.Namun, untuk bangunan yang lebih
panjang dan bentuk lebih komplek elemen struktur yang digunakan lebih banyak
BAB I
STRUKTUR BANGUNAN (ATAP)
Atap merupakan bagian dari struktur bangunan yang berfungsi sebagai penutup/pelindung
bangunan dari panas terik matahari dan hujan sehingga memberikan kenyamanan bagi penggunan
bangunan. Struktur atap pada umumnya terdiri dari tiga bagian utama yaitu: struktur penutup atap,
gording dan rangka kuda-kuda. Penutup atap akan didukung oleh struktur rangka atap, yang terdiri
dari kuda-kuda, gording, usuk, dan reng. Beban-beban atap akan diteruskan ke dalam fondasi melalui
kolom dan/atau balok. Konstruksi atap memungkinkan terjadinya sirkulasi udara dengan baik.akat.
Dan dengan rohaninya manusia dituntut untuk senantiasa beribadah sesuai dengan agama dan
kepercayaan yang dianutnya.
A. Struktur Atap
Struktur atap adalah bagian bangunan yang menahan /mengalirkan beban-beban dari
atap. Struktur atap terbagi menjadi rangka atap dan penopang rangka atap. Rangka atap berfungsi
menahan beban dari bahan penutup atap sehingga umumnya berupa susunan balok –balok (dari
kayu/bambu/baja) secara vertikal dan horizontal –kecuali pada struktur atap dak beton.
Berdasarkan posisi inilah maka muncul istilah gording,kasau dan reng. Susunan rangka atap dapat
menghasilkan lekukan pada atap (jurai dalam/luar) dan menciptakan bentuk atap tertentu.
Secara umum dikenal 4 jenis struktur atap yaitu:
1. Struktur dinding (Gewel) rangka kayu
Sistem rangka atap yang menggunakan dinding menggunakan pasangan bata sebagai
pengganti kuda-kuda kayu.
Susunan bata ini diteruskan dari dinding di bawahnya (setelah diberi ring balk) hingga
menuju ke bagian rangka atap, yang disebut gording, usuk, reng dan penutup atapnya yang
biasanya menggunakan genteng.
C. Komponen Pelengkap
1. Talang
Saluran air pada atap yang berfungsi mengarahkan air agar jatuh ketanah disebut
talang. Talang dipasang mendatar mengikuti tiris atap kemudian dialirkan ke bawah melalui
pipa vertikal.
2. Lisplang
Dari segi konstruksi, lisplang menciptakan bentukan rigid (kokoh, tidak berubah) dari
susunan kasau. Pada pemasangan rangka penahan atap, batang-batang kasau hanya ditahan
oleh paku dan ada kemungkinan posisinya bergeser. Disinilah lisplang berfungsi untuk
mengunci susunan kasau tersebut agar tetap berada pada tempatnya. Dari segi estetika,
lisplang berfungsi menutupi kasau yang berjajar dibawah susunan genteng/bahan penutup
atap lain. Maka tampilan atap pada bagian tepi akan terlihat rapi oleh kehadiran lisplang.
Bentuk atau model konstruksi atap bermacam – macam sesuai dengan peradaban dan
perkembangan teknologi serta sesuai dengan segi arsitekturnya. Bentuk atap yang banyak terdapat
adalah :
1. Atap Datar
Model atap yang paling sederhana adalah atap berbentuk datar atau rata. Atap datar
biasanya digunakan untuk bangunan/ rumah bertingkat, balkon yang bahannya bisa dibuat dari
beton bertulang, untuk teras bahannya dari asbes maupun seng yang tebal. Agar air hujan yang
tertampung bisa mengalir, maka atap dibuat miring ke salah satu sisi dengan kemiringan yang
cukup.
2. Atap Sandar
Model atap sengkuap biasa digunakan untuk bangunan – bangunan tambahan misalnya;
selasar atau emperan, namun sekarang atap model ini juga dipakai untuk rumah - rumah modern.
Beberapa arsitek mengadopsi model atap ini kemudian menggabungkannya dengan atap model
pelana.
3. Atap Pelana
Bentuk atap ini cukup sederhana, karena itu banyak dipakai untuk bangun – bangunan
atau rumah di masyarakat kita. Bidang atap teridiri dari dua sisi yang bertemu pada satu garis
pertemuan yang disebut bubungan.
Atap ini merupakan bentuk atap rumah yang dianggap paling aman karena
pemeliharaannya mudah dalam hal mendeteksi apabila terjadi kebocoran. Atap pelana terdiri atas
dua bidang miring yang ujung atasnya bertemu pada satu garis lurus yang biasa kita sebut
bubungan. Sudut kemiringan antara 30 sampai dengan 45 derajat.
4. Atap Perisai
Atap berbentuk limas terdiri dari empat bidang atap, dua bidang bertemu pada satu
garis bubungan jurai dan dua bidang bertemu pada garis bubungan atas atau pada nook. Jika
dilhat terdapat dua bidang berbentuk trapesium dan dua dua bidang berbentuk segitiga
5. Atap Mansard
Bentuk atap model ini seolah – olah terdiri dari dua atap yang terlihat bersusun atau
bertingkat. Atap mansard jarang digunakan untuk bangunan rumah di daerah kita, karena
sebetulnya atap ini dibangun oleh pemerintah belanda saat menjajah di negara kita.
6. Atap Jonglo
Model atap joglo hampir sama dengan atap limas tersusun sehingga atpnya seperti
bertingkat. Atap ini banyak dibangun di daerah Jawa.
7. Atap Minangkabau
Atap minangkabau seolah – olah berbentuk tanduk pada tepi kanan dan kiri. Bentuk
atap ini banyak kita jumpai di Sumatra.
BAB II
STRUKTUR BANGUNAN (TANGGA)
Tangga adalah sebuah konstruksi yang dirancang untuk menghubungi dua tingkat vertikal
yang memiliki jarak satu sama lain. Jenis tangga berdasarkan sifat permanensinya.Tangga dapat
bersifat permanen maupun non permanen. Tangga permanen biasanya digunakan untuk
menghubungkan:
Dua bidang horisontal pada bangunan
Lantai bangunan yang berbeda
Tangga jenis ini terdiri dari anak-anak tangga yang memiliki tinggi yang sama. Tangga dapat
berbentuk lurus, huruf "L", huruf "U" , memutar atau merupakan dari kombinasinya. Komponen-
komponen dari tangga antara lain adalah tinggi injakan(riser), lebar injakan/kedalaman (tread),
bordes (landing), nosing, pegangan tangan (handrail) dan bidang pengaman (balustrade). Contoh dari
penggunaan tangga ini misalnya seperti yang kita temui pada bangunan rumah tinggal atau
perkantoran, "tangga monyet", dsb.
Tangga non permanen biasanya digunakan untuk mencapai bidang horisontal yang lebih
tinggi, dan digunakan hanya pada waktu-waktu tertentu sehingga bisa dipindahkan / disimpan.
Contoh dari tangga jenis ini misalnya tangga lipat.
D. Tangga Meliut
Untuk meminimalkan ruangan untuk tangga bisajuga dibuat tangga dengan bentuk
meliut.
G. Tangga Melingkar
Tangga ligkaranpada ibu tangganya dibuat melingkar. Dan mempunyai ibu tangga
sebelah dalam. Tangga ini biasanya terbuatdari baja dan beton.
BAB III
STRUKTUR BANGUNAN (PONDASI)
A. PONDASI DANGKAL
Pondasi dangkal biasanya dibuat dekat dengan permukaan tanah, umumnya
kedalaman pondasi didirikan kurang 1/3 dari lebar pondasi sampai dengan kedalaman kurang
dari 3 m. Kedalaman pondasi dangkal ini bukan aturan yang baku, tetapi merupakan sebagai
pedoman. Pada dasarnya, permukaan pembebanan atau kondisi permukaan lainnya akan
mempengaruhi kapasitas daya dukung pondasi dangkal. Pondasi dangkal biasanya digunakan
ketika tanah permukaan yang cukup kuat dan kaku untuk mendukung beban yang dikenakan
dimana jenis struktur yang didukungnya tidak terlalu berat dan juga tidak terlalu tinggi, pondasi
dangkal umumnya tidak cocok dalam tanah kompresif yang lemah atau sangat buruk, seperti
tanah urug dengan kepadatan yang buruk , pondasi dangkal juga tidak cocok untuk jenis tanah
gambut, lapisan tanah muda dan jenis tanah deposito aluvial, dll. Yang termasuk dalam pondasi
dangkal adalah sebahai berikut :
1. Pondasi Tapak (Pad Foundations)
Pondasi tapak (pad foundation) digunakan untuk mendukung beban titik individual
seperti kolom struktural. Pondasi pad ini dapat dibuat dalam bentuk bukatan (melingkar),
persegi atau rectangular. Jenis pondasi ini biasanya terdiri dari lapisan beton bertulang
dengan ketebalan yang seragam, tetapi pondasi pad dapat juga dibuat dalam bentuk
bertingkat atau haunched jika pondasi ini dibutuhkan untuk menyebarkan beban dari kolom
berat. Pondasi tapak disamping diterapkan dalam pondasi dangkal dapat juga digunakan
untuk pondasi dalam.
2. Pondasi Tapak (Pad Foundations)
Pondasi jalur/ pondasi memanjang (kadang disebut juga pondasi menerus) adalah
jenis pondasi yang digunakan untuk mendukung beban memanjang atau beban garis, baik
untuk mendukung beban dinding atau beban kolom dimana penempatan kolom dalam jarak
yang dekat dan fungsional kolom tidak terlalu mendukung beban berat sehingga pondasi
tapak tidak terlalu dibutuhkan. Pondasi jalur/ pondasi memanjang biasanya dapat dibuat
dalam bentuk memanjang dengan potongan persegi ataupun trapesium. Bisanya digunakan
untuk pondasi dinding maupun kolom praktis. Bahan untuk pondasi ini dapat menggunakan
pasangan patu pecah, batu kali, cor beton tanpa tulangan dan dapat juga menggunakan
pasangan batu bata dengan catatan tidak mendukung beban struktural.
5. Pondasi Sumuran
Pondasi sumuran atau cyclop beton menggunakan beton berdiameter 60 – 80 cm
dengan kedalaman 1 – 2 meter. Di dalamnya dicor beton yang kemudian dicampur dengan
batu kali dan sedikit pembesian dibagian atasnya. Pondasi ini kurang populer sebab banyak
kekurangannya, diantaranya boros adukan beton dan untuk ukuran sloof haruslah besar. Hal
tersebut membuat pondasi ini kurang diminati. Pondasi sumuran dipakai untuk tanah yang
labil, dengan sigma lebih kecil dari 1,50 kg/cm2. Seperti bekas tanah timbunan sampah,
lokasi tanah yang berlumpur. Pada bagian atas pondasi yang mendekati sloof, diberi
pembesian untuk mengikat sloof.
6. Pondasi Umpak
Pondasi ini diletakan diatas tanah yang telah padat atau keras. Sistem dan jenis
pondasi ini sampai sekarang terkadang masih digunakan, tetapi ditopang oleh pondasi batu
kali yang berada di dalam tanah dan sloof sebagai pengikat struktur, serta angkur yang masuk
kedalam as umpak kayu atau umpak batu dari bagian bawah umpaknya atau tiangnya.
Pondasi ini membentuk rigitifitas struktur yang dilunakkan, sehingga sistim membuat
bangunan dapat menyelaraskan goyangan goyangan yang terjadi pada permukaan tanah,
sehingga bangunan tidak akan patah pada tiang-tiangnya jika terjadi gempa.