Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Rumah Bubungan Tinggi atau Rumah Ba-Bubungan Tinggi adalah salah satu
jenis rumah Baanjung yaitu rumah tradisional suku Banjar di Kalimantan Selatan dan bisa
dibilang merupakan ikonnya Rumah Banjar karena jenis rumah inilah yang paling terkenal
karena menjadi maskot rumah adat khas provinsi Kalimantan Selatan. Di dalam
kompleks keraton Banjar dahulu kala bangunan rumah Bubungan Tinggi merupakan pusat
atau sentral dari keraton yang menjadi istana kediaman raja (bahasa Jawa: kedhaton) yang
disebut Dalam Sirap (bahasa Jawa: ndalem) yang dahulu tepat di depan rumah tersebut
dibangun sebuah Balai Seba pada tahaun 1780 pada masa pemerintahan Panembahan Batuah.
Rumah Bubungan Tinggi mirip Rumah tardisonal Betawi yang disebut Rumah
Bapang, namun pada Rumah Bubungan Tingghi dibangun dengan konstruksi panggung dan
memiliki anjung pada kiri dan kanan bangunannya.
Pada masa Kerajaan Banjar, Rumah Bubungan diperuntukan untuk bangsawan pada
masa kesultanan, tetapi dapat dibangun juga oleh golongan pedagang yang kaya, hal ini
terjadi setelah kerajaan Banjar jatuh pada 1860. Rumah Bubungan Tinggi diperkirakan
dibangun pada tahun 1867 M, oleh H. Muhammad Arif. Beliau dikenal sebagai saudagar
yang kaya raya pada masanya. Pada masa perjuangan merebut kemerdekaan, rumah
bubungan tinggi ini dipergunakan oleh pada pejuang kemerdekaan atau TKR sebagai markas
dan tempat latihan. Tidak lama setelah sama perjuangan berakhir, Rumah Bubungan Tinggi
ini mulai ditinggalkan penghuninya.

1
BAB II
PEMBAHASAN

B. Denah dan Tata Ruang

a) Denah

Denah Rumah Banjar Bubungan Tinggi berbentuk “tanda


tambah” yang merupakan perpotongan dari poros-poros
bangunan yaitu dari arah muka ke belakang dan dari arah kanan
ke kiri yang membentuk pola denah Cacak Burung yang sakral.
Di tengah-tengahnya tepat berada di bawah konstruksi rangka
Sangga Ribut di bawah atap Bubungan Tinggi adalah Ruang
Palidangan yang merupakan titik perpotongan poros-poros
tersebut. Secara kosmologis maka disinilah bagian paling utama
dari Rumah Banjar Bubungan Tinggi. Begitu pentingnya bagian
ini cukup diwakili dengan penampilan Tawing Halat (dinding
tengah) yang penuh ukiran-ukiran (Pohon Hayat) yang subur
makmur. Tawing Halat menjadi fokus perhatian dan menjadi area
yang terhormat. Tawang Halat melindungi area “dalam” yang
merupakan titik pusat bangunan yaitu ruang Palidangan
(Panampik Panangah).

Sumber : Jurnal Arsitektur Tradisional


Rumah Bumbungan Tinggi
(Ira Mentayani)

b) Tata Ruang

Sumber : Digambar ulang menurut Muchamad (2007)

2
 Ruang Pelataran sebagai zona publik

Ruang Pelataran merupakan pengganti dari “halaman rumah” yang tidak


dimungkinan dimiliki oleh masyarakat Banjar yang tinggal di atas lahan rawa-rawa. Pelataran
merupakan bagian terdepat dari Bubungan Tinggi dengan bentuknya yang terbuka berdinding
dan beratap sebagian. Dalam lingkup keluarga atau masyarakat, ruang Pelataran menjadi
tempat untuk aktivitas bersosialisasi di mana terdiri dari tiga bagian yaitu;

a. Surambi Muka (pelataran depan). Secara fungsional Surambi muka sama seperti teras
pada rumah umumnya. Pada bagian pelataran ini biasa disediakan tempat untuk
mencuci kaki sebelum memasuki rumah.
b. Surambi sambutan (pelataran tengah). Seperti halnya Foyer pada sebuah rumah
tinggal, bagian pelataran ini digunakan juga sebagai area penerimaan bagi tamu.
Selain itu bagian ini juga digunakan sebagai tempat menjemur padi.
c. Lapangan pamedangan (pelataran dalam). Bagian pelataran ini merupakan bagian
yang sudah lebih tertutup dengan atap yang penuh menaungi keseluruhan ruang
dan berpagar setinggi kurang lebih 80 cm. Area ini digunakan pemilik rumah sebagai
tempat bersantai atau menerima lebih lanjut tamu khususnya tamu laki-laki,
sementara penerimaan tamu perempuan dilakukan di ruangan yang lebih dalam oleh
pemilik rumah yang perempuan juga.

 Ruang Tamu sebagai zona semi-publik

Ruang lebih dalam setelah area pelataran atau surambi, adalah area ruang tamu yang
terdiri dari empat ruang yang tidak berdinding namun pemisahannya ditandai dengan balok
lantai dan perbedaan tinggi lantai. Setelah melewati Lawang Hadapan (pintu depan setelah
pelataran) akan ditemui empat ruang yaitu; Pacira (ruang antara), Panampik Kecil (ruang
tamu muka), Panampik Besar (ruang tamu tengah), dan Panampik Basar (ruang tamu besar).
Dalam area ruang tamu ini terdapat Tawing Halat atau semacam dinding pembatas yang
dapat dibongkar-pasang untuk keperluan hajar pemilik rumah dengan skala yang lebih
besar lagi, biasanya untuk acara pernikahan. Posisi Tawing Halat inilah yang menjadi tempat
bersandingnya pengantin apabila acara pernikahan diadakan di dalam rumah Bubungan
Tinggi. Tawing Halat membatasi antara ruang penerimaan tamu ini dengan ruang yang
lebih dalam.

 Ruang Hunian sebagai zona privat

Ruang hunian merupakan kelompok ruang dan fungsi yang lebih privat bagi pemilik
rumah. Ruang ini terdiri dari Paledangan (ruang keluarga) yang berada di tengah, lalu diapit
dengan ruang-ruang yang menjadi bagian Anjung dari rumah Bubungan Tinggi ini. Ruang-
ruang yanb berbentuk anjung tersebut berfungsi sebagai kamar tidur khususnya bagi orang
tua. Sementara itu kamar tidur untuk anak terdapat pada bagian pelataran belakang.

3
 Ruang Pelayanan sebagai zona servis

Ruang pelayanan terdapat pada bagian belakang rumah Bubungan Tinggi yang
dipisahkan dengan Tawing Pahatan Padu (dinding pembatas). Pada area pelayanan ini terdiri
dari Panampik Padu (sebagai ruang makan), Padapuran atau Padu (dapur), Jorong (ruang
penyimpanan atau gudang).

C. Struktur Dan Konstruksi

N Struktur Letak Fungsi Dan Material Ket


o
Atap pada Rumah Tradisional Bubungan
1. Atap Tinggi terbuat dari sirap kayu ulin
berukuran panjang 50 cm dan lebar 8 cm.
Atap adalah bagian yang khas dari
bangunan tradisional ini, atapnya menjulang
tinggi dengan kemiringan 45 º. Atap dalam
bahasa banjar disebut dengan hatap. Secara
umum atap pada bangunan ini dibedakan
berdasarkan bagian-bagiannya dan juga
perletaknnya, sedangkan bagian atap
lainnya relatif landai dengan kemiringan 15
º Komposisi ini dimaksudkan untuk
Sumber : Jurnal Arsitektur Tradisional Rumah mempercepat jatuhnya air dari bagian
Bumbungan Tinggi tengah bangunan.
(Ira Mentayani)
Kontruksi Atap Bubungan Tinggi tersebut
ditopang oleh 8 buah tiang utama yang
disebut Tihang Pitugur. Tiang utama ini
menyangga konstruksi kuda-kuda atap
utama disebut Sangga Ribut. Ruang
Palidanganinisecara kosmologis merupakan 
pusat rumah atau titik tengah rumah, yang
secara filosofi merupakan ruang yang
paling penting (privat). Susunan ke 8 buah
Sumber : kemdikbud.go.id
Tihang Pitugur atau Saka Guru yang
membentuk konstruksi utama bangunan
inilah yang menyangga kuda-kuda atap
utama. Ke-8 buah tiang inilah yang
didirikan terlebih dahulu, setelah itu barulah
tiang-tiang lainnya.
Atap Bumbungan Tinggi terletak di antara
atap pisang sasikat yang menutupi kedua
buah anjung. Di sebelah depan atap
Bumbungan Tinggi disebut atap Sindang
Langit, sedangkan dibelakang atap
Bumbungan Tinggi disebut atap Hambin
Awan.

4
N Struktur Letak Fungsi Dan Material Ket
o

2. Dinding Dindingnya terdiri dari papan yang


dipasang dengan posisi berdiri, sehingga
disamping tiang yang diperlukan Turus
Tawing dan Balad untuk menempelkanya
Bahannya dari papan ulin sebagai dinding
muka. Pada bagian samping dn belakang
serta dinding Tawing Halat menggunakan
kayu ulin atau lanan. Pada bagian Anjung
Kiwa, Anjung Kanan, Anjung Jurai, dan
Ruang Padu, kadang-kadang dindingnya
menggunakan Palupuh.

Dinding rumah Banjar disusun dengan


posisi papan berdiri dengan demikian
dibutuhkan Balabad dan juga Turus
Tawing agar bisa menempel.

Sumber: digambar ulang menurut


Muchamad (2007)

3. Lantai Selain lantai biasa, ada pula lantai


yang disebut sebagai Lantai Jarang atau
Lantai Ranggang. Lantai Ranggang ini
biasanya terdapat di Serambi Muka,
Anjung Jurai (merupakan tempat untuk
melahirkan dan memandikan jenazah)
dan Ruang Padu (tempat pembasuhan
atau pambanyuan). Bahan yang biasanya
digunakan untuk lantai adalah papan kayu
Ulin selebar 20 cm, dan untuk Lantai
Ranggang dari papan kayu Ulin selebar
10 cm. Bagian lantai bertumpu pada
tiang utama dan balok gelagar, dengan
bentuk lembaran kayu ulin setebal 2
hingga 3 cm. lantai tersebut dipasang
dengan kerapatan yang berbeda-beda
antara 0,25 – 0,5 cm khususnya di area
surambi,anjung, padapuran dan pelatar
belakang, sementara selebihnya dipasang
secara rapat.
Sumber : Jurnal Arsitektur Rumah adat
bumbungan Tinggi (Wafirul Aqli)

N Struktur Letak Fungsi Dan Material Ket


o

5
4. Pondasi Bagian Pondasi dilanjutka dengan
bagian struktural penyalur beban
atap dan pondasi yaitu tiang dan
pembalokan Kayu Ulin digunakan
dalam bagian ini dengan rata-rata
tinggi tiang adalah 12 meter dan
panjang pembalokan / tongkat
adalah 5 meter,serta masing
masing penampang kayu
berdimensi 20 x 20 cm²
Sumber : Jurnal Arsitektur Rumah adat bumbungan
Tinggi (Ira Mentayani) Pondasi pada rumah Bubungan
Tinggi merupakan bagian yang
utama. Dengan besarnya ukuran,
volume, dan berat bahan
bangunan, ditambah faktor
bangunan berdiri diatas tanah
yang memiliki daya dukung
sangatlemah (tanah rawa) maka
konstruksi pondasiini menjadi
sangat penting. Dengan
usiabangunan yang lebih dari 100
Sumber : Jurnal Arsitektur Rumah adat bumbungan
Tinggi (Wafirul Aqli)
tahun,kestabilan bangunan masih
terjaga dengan sangat baik.

Sumber: Digambar ulang menurut Muchamad (2007)

Sumber : Jurnal Arsitektur Rumah adat bumbungan


Tinggi (Wafirul Aqli)

D. Ornamen

6
Pada dasarnya arsitektur China adalah arsitektur berornamen/berhias. Arsitektur
China memiliki kekhasan bentuk-bentuk ornamentasi, seperti hiasan pada dinding, pintu
dan jendela yang didasarkan pada mitos dan kepercayaan bangsa Tionghoa. Ornamen
beragam dari ornament geometris, motif binatang. Masing-masing ornament memiliki
makna tersendiri

No Ornamen Letak Fungsi Dan Material Ket

Motif fauna pada rumah bubungan tinggi


biasanya ditempatkan pada bagian atap
1. bangunan. Perwujudan motif fauna dalam
arsitektur rumah bubungan tinggi
menggunakan teknik pengerjaan ukiran
tembus. Motif fauna tersebut merupakan
stilirasi dari flora yang digubah sedemikian
rupa hingga menampakkan perwujudan
hewan yang ingin ditampilkan

Sumber : kemdikbud.go.id
Motif geometris merupakan motif yang
mengambil bentuk dasar segi empat,
2. lingkaran, dan segitiga. Dalam rumah
bubungan tinggi di desa teluk selong Ulu
gambaran motif geometris yang ada berupa
Kaligrafi. Pola ini berupa tulisan beraksara
Arab. Motif kaligrafi tersebut berisi kalimat
mulia seperti Asma Allah, Rosulullah
Muhammad SAW serta kalimat sahadat
yang menunjukkan pengakuan diri terhadap
Sumber : kemdikbud.go.id Allah SWT. Seluruh ukiran kaligrafi dalam
rumah bubungan tinggi diletakkan pada
bagian ruangan publik atau ruangan yang
mudah terlihat. Keletakan ornamen kaligrafi
berada pada area yang digunakan untuk
menerima tamu tepatnya di dinding
pembatas (tawing halat) antara kelompok
ruang tamu dengan kelompok ruang hunian.
Keletakan ukiran pada dinding pembatas ini
jelas dimaksudkan untuk menjadi point of
interest bagi setiap tamu yang berkunjung.

7
N Ornament Letak Fungsi Dan Material Ket
o
Palatar merupakan bagian depan rumah
3. Palatar yang cukup menarik bialamana diberikan
ragam hias dengan ukiran-ukiran. Ragam
hias tersebut terdapat pada jurai samping
kin dan kanan atas. batis tawing dan
kandang rasi. Ornamen pada jurai
biasanya mengambil motif hiris gagatas,
pucuk rabung, daun paku atau sarang
wanyi.Pada batis tawing (kaki dinding)
ornamen mengambil motif dadaunan,
sulur-suluran atau buah mengkudu.
Kandang rasi yang berfungsi sebagai
pagar pengaman, pada lawang atasnya
dihiasi dengan ragam sulur-suluran,
sementara kisi-kisinya biasanya sama
Sumber : kemdikbud.go.id dengan motif kisi-kisi yang terdapat pada
kandang rasi tangga, yaitu motif anak
catur, geometris, bogam melati,
gagalangan dan pelbagai kreasi campuran
bebarapa motif tersebut.Kandang rasi
yang sederhana dengan lis-lis reng yang
sejajar, reng bersilang atau bersilang
ganda yang dapat membentuk gambaran
rencong gagatas.

Lawang atau pintu utama terdapat di


4. ruang belakang palatar pada watun
sambutan. Dua buah lawang kembar
terletak pada samping kiri dan kanan
tawing halat. Ketiga buah lawang ini
biasanya diberikan ornamen yang indah.
Dahi lawang dengan ukiran tali
bapintal dalam bentuk lingkaran bunder
telur. Komposisi bagiannya dilengkapi
dengan motif sulur-suluran dan bunga-
bungaan dengan kaligrafi Arab, antara lain
Sumber : kemdikbud.go.id dengan tulisan Laa ilaaha illallah,
Muhammadar rasulullah, Allah dan
Muhammad. Jurai lawang berbentuk
setengah lingkaran atau bulan sabit
dengan kombinasi tali bapintal, sulur-
suluran, bunga-bunga dan kaligrafi Arab.
Daun lawang selalu menempatkan
motif tali bapintal, baik pada pinggiran
kusen pintu tersebut, maupun hiasan
bagian dalam. Tali bapintal pada bagian
dalam berbentuk bunder telur atau hiris
gagatas. Pada keempat sudut daun lawang
tersebut banyak dipergunakan ornamen
dengan motif pancar matahari dengan
kombinasi dadaunan, di antaranya motif
daun jaruj

8
No Ornamen Letak Fungsi Dan Material Ket

5. Lalungkang Lalungkang atau jendela pada umumnya


menempatkan ornamen sederhana, yang
berada pada dahi lalungkang tersebut.
Ukiran sederhana tersebut berupa tatah
bakurawang dengan motif bulan penuh,
bulan sahiris, bulan bintang, bintang sudut
lima, daun jalukap atau daun jaruju. 
Sumber : kemdikbud.go.id Kadang-kadang tatah bakurawang tersebut
ditempatkan pada daun lalungkang bagian
atas dan tidak diperlukan lagi pada dahi
lalungkang.

9
BAB III
KESIMPULAN

Rumah adat adalah bangunan tradisional yang memiliki ciri khas khusus sesuai
dengan adatnya, ini digunakan untuk tempat hunian oleh suatu suku bangsa tertentu tentunya
dibangun oleh tenaga ahli di bidangnya. Dalam pengertian bahwa rumah adat merupakan
bagian dari keragaman budaya.
Rumah Bubungan Tinggi atau Rumah Ba-Bubungan Tinggi adalah salah satu
jenis rumah Baanjung yaitu rumah tradisional suku Banjar di Kalimantan Selatan yang di
setiap bagian-bagian ruangannya terdapat filosofi tersendiri mulai dari denah,tata
ruang,struktur dan konstruksi,serta ornamentnya.Konstruksi rumah adat bumbungan tinggi
yang mengikuti warisan para leluhur sehingga rumah adat bumbungan tinggi sangat tahan
terhadap gempa
Oleh karena itu, kita wajib menjaga dan merawat rumah rumah adat yang ada di
indonesia terutama rumah adat bumbungan tinggi

10

Anda mungkin juga menyukai