Anda di halaman 1dari 126

TUGAS AKHIR TEKNIK ARSITEKTUR

KANTOR SEWA DI KOTA PALU

Diajukan sebagai Tugas Akhir


Program S-1 Teknik Arsitektur

Disusun Oleh :
RIRIN RARANINGRUM
Stb. F221 10 073

Dibimbing Oleh :
Ir.Pudji Astutiek F. M.Si
NIP: 19571012 198803 2 001

Ir.H.A.M.Yamin Astha M.Si


NIP: 19581215 198710 1 001

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK ARSITEKTUR


JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS TADULAKO
2017
HALAMAN PENGESAHAN

Berdasarkan persetujuan pembimbing dan tim penguji maka skripsi tugas


akhir Program Studi S-1 Teknik Arsitektur, Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas
Teknik, Universitas Tadulako, maka skripsi tugas akhir yang berjudul :

KANTOR SEWA DI KOTA PALU

Oleh :
RIRIN RARANINGRUM
Stb : F221 10 073

Disahkan di Palu pada hari , tanggal , bulan , tahun


Dua Ribu Tujuh Belas, oleh :

Wakil Dekan Bidang Akademik,

Dr. Eng. Andi Rusdin, ST, MT, MSc

NIP. 19710303 199803 1 003

Dekan Fakultas Teknik


Universitas Tadulako,

Dr. H. Amar,S.T.,M.T.

NIP. 19680714 199403 1 006


KATA PENGANTAR

Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Alhamdulillah hirabbil alamin, tiada henti-hentinya penulis mengucapkan


rasa syukur kepada Allaah Subhanahu Wa Taala Tuhan semesta alam yang telah
melimpahkan segala rahmat dan hidayah-Nya, serta memudahkan segala urusan
sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan ini. Tidak lupa penulis hanturkan
shalawat kepada Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wa sallam, sebagai suri
tauladan yang Allaah Subhanahu wa Taala telah tetapkan dalam menjalankan
kehidupan di dunia. Hal itulah yang menjadi pedoman penulis dalam menjalani
masa studi dan menyelesaikan penulisan Tugas Akhir dengan judul KANTOR SEWA
DI KOTA PALU .

Dengan rasa tulus yang sedalam-dalamnya penulis menghaturkan ucapan


terima kasih dan penghargaan yang besar kepada Bapak Ir. Pudji Astutiek F,M.Si.,
dan Bapak Ir.H.A.M.Yamin Astha M.Si., yang telah membimbing dan meluangkan
waktunya dalam penyusunan Tugas Akhir ini. Mohon maaf jika selama membimbing
penulis melakukan kesalahan yang disengaja maupun tidak disengaja.

Melalui kesempatan ini pula penulis mengucapkan terima kasih kepada yang
terhormat :
1. Bapak Dr. H. Amar, ST, MT, Dekan Fakultas Teknik Universitas Tadulako;
2. Bapak Dr.Eng. Andi Rusdin, ST, MT,MSc, Wakil Dekan Bidang Akademik
Fakultas Teknik Universitas Tadulako;
3. Ibu Dr. Ir. Ahda Mulyati, MT, Dan Ibu Dr. Muhammad Bakri, ST. MT. Ketua
dan Sekretaris Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Tadulako;
4. Ibu Andi Jiba Rifai, ST. MT, Selaku Ketua Program Studi S1 Teknik Arsitektur
Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Univeritas Tadulako.
5. Ibu Andi Herniwati, ST MT. Selaku Dosen Wali, terimakasih atas kesabaran,
perhatian serta nasehat-nasehatnya dalam membimbing penulis selama
berkuliah di Jurusan Arsitektur.
6. Para Dosen Penguji dan Pemberi Saran yang memberi banyak masukkan juga
membuka wawasan baru yang sangat membangun dalam penyelesaian skripsi
ini.
7. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen di lingkungan Fakultas Teknik, Khususnya
Jurusan Arsitektur Universitas Tadulako.
8. Seluruh staf dan karyawan di Fakultas Teknik Universitas Tadulako.
9. Kepada teman teman Arsitektur angkatan 2010, untuk ketua angkatan
Agrian yang selalu meluangkan waktu memperhatikan kami. Terimakasih
untuk beberapa tahun yang begitu berkesan dari awal masuk kuliah hingga
saat ini, terimakasih telah menjadi saudara-saudara di luar rumah yang
memberikan segala bantuan yang tiada hentinya mengalir, terimakasih untuk
semua hiburan dan canda tawa di kala tugas-tugas kuliah membuat penat.
10. Terkhusus untuk sahabat saya Asni Towanda dan Nurfadhilla terima kasih
untuk dukungan nya selama masa kuliah ini.
11. Untuk iin,vita,adel,sahabat KKN yang masih setia memberi dukungan hingga
saat ini.
12. Teman teman Arsitektur Sepersaudaraan, Pengurus Himpunan Arsitektur
HIMA ARTlie serta keluarga besar Arsitektur Tadulako, yang tidak dapat
disebutkan namanya satu persatu terima kasih.
13. Kepada semua yang telah membantu yang tidak dapat penulis ucapkan satu-
persatu, terima kasih yang sedalam-dalamnya, semoga Allah Subhanahu wa
Taala membalasnya dengan kebaikan yang banyak.
Teristimewa skripsi ini penulis persembahkan kepada Ayahanda Arifuddin
Umar dan Ibunda Misda Romis yang begitu sabar membimbing anak-anaknya,
mengajarkan banyak hal, yang senantiasa mendoakan dan mencintai kami tanpa
batas. Meskipun ini takan pernah cukup sebagai balasan, semoga Ayahanda dan
Ibunda berbahagia atas pencapaian ini. Terimakasih juga untuk adik-adik
Rizky,Riza,Ryadh,Raizul, terimakasih atas segala dukungannya. Besar harapan
penulis semoga Tugas Akhir ini dapat memberikan manfaat bagi mahasiswa di
lingkungan Teknik Arsitektur Untad, sehingga dapat terus mengembangkan scientis
of enginering bagi mahasiswa khususnya.

Tak lupa pula Penulis memohon maaf atas segala kekhilafan Penulis dalam
proses pembuatan tugas akhir ini baik yang di sengaja maupun tidak, karena kami
percaya bahwa semua itu merupakan suatu kesatuan utuh dalam rangka proses
kegiaan pembelajaran.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat, khususnya dalam bidang ilmu
Arsitektur.
Wassalamu Alaikum Warahmatullahir Wabarakatu

Palu, Juni 2017


Penulis

Ririn Raraningrum
F 221 10 073
KANTOR SEWA DI KOTA PALU

Di Buat Oleh :
Ririn Raraningrum1)
F 221 10 073

Di Bimbing Oleh :
Pudjie Astutiek2)
Yamin Astha2)

ABSTRAK

Tujuan dari penulisan ini adalah mendapatkan desain Kantor Sewa di Kota
Palu. Adapun yang melatar belakangi penelitian ini yaitu, belum tersedianya wadah
yang memenuhi syarat sebagai tempat menjalankan usaha secara lebih komersil,
dalam pengertian dapat diketahui oleh masyarakat luas dan mampu memberikan
keuntungan.

Metode penelitian yang digunakan adalah Metode Perancangan Arsitektur


dimana penulis melakukan penelitian berdasarkan observasi, literatur, dokumen
dan karya ilmiah serta sumber-sumber lainnya yang diterjemahkan dalam analisis
makro dan mikro seperti menganalisis faktor dari luar bangunan terkait iklim dan
menganalisis faktor dari dalam bangunan terkait ruang, pencahayaan, sistem utilitas
dan lain lain.

Lokasi terpilih pada penelitian ini berada pada Kecamatan Palu Selatan
Kelurahan Tatura Utara bentukan dasar bangunan diambil dari bentuk bunga yang
mekar yang kemudian dilakukan pengolahan bentuk agar wujud bangunan dapat
menggambarkan fungsinya.

Kata kunci : Kantor Sewa

1 Pembimbing Utama. Staf Pengajar Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Tadulako
2 Pembimbing Pendamping. Staf Pengajar Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Tadulako
RENTAL OFFICE IN PALU CITY

Created By :
Ririn Raraningrum1)
F 221 10 073

Supervised By :
Pudjie Astutiek2)
Yamin Astha2)

ABSTRACT

The puspose of this research is to get the basic design of rental office in Palu.
As for the background of this research because there is not a receptacle qualify as a
place to run business more commercially, in the sense can be known by the public
and able to provide benefits.

This research located in the area of trade and commercial services. The
method of this research used architectur design method based on observation.
Literature documents and recearch publication and other sources which are
translated to macro and micro analysis such as analizing factors outside the building
about the climate side and inside factor about the related building room, lighting,
utility system and etc.

This research located to palu selatan regency, tatura utara, basic formation
taken from the from of flowers that are in bloom to describe its function.

Keyword: rental office


DAFTAR ISI

halaman

HALAMAN JUDUL i
LEMBAR PENGESAHAN ii
KATA PENGANTAR Iii
ABSTRAK vi
DAFTAR ISI viii
DAFTAR TABEL x
DAFTAR GAMBAR xi
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 Tujuan dan Sasaran 2
1.4 Ruang Lingkup Pembahasan 2
1.5 Manfaat hasil Penelitian 3
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Kantor Sewa 4
2.2 Faktor-faktor yang Menentukan dalam Mendesaian kantor
18
Sewa
2.3 Studi Kasus 33
BAB III. METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian 39
3.2 Lokasi Penelitian 39
3.3 Jenis dan Sumber Data 39
3.4 Teknik Pengumpulan Data 40
3.5 Instrumen Penelitian 42
3.6 Teknik Analisis 42
3.7 Penyelesaian Sasaran Penelitian 46
3.8 Alur Pikir Penelitian 47
BAB IV. PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Kota Palu 49
4.2 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 52
4.3 Analisis Makro 60
4.4 Analisis Mikro 74
BAB V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan 107
5.2 Saran 108
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR

Nama Gambar Halaman

Gambar 2.1 Pembagian Ruang Celular 22

Gambar 2.2 Pembagian Ruang Group Space 23

Gambar 2.3 Pembagian Ruang Open Plan 23

Gambar 2.4 Pembagian Ruang Office Landscaping 24

Gambar2.5 Pola Sirkulasi Single Zone 28

Gambar 2.6 Pola Sirkulasi Single Zone 29

Gambar 2.7 Pola Sirkulasi Double Zone 29

Gambar 2.8 Efisiensi Lantai 30

Gambar 2.9 Menara Mesiniaga 34

Gambar 2.10 Menara Mesiniaga 34

Gambar 2.11 Fusionopolis, Singapore 35

Gambar 2.12 Fusionopolis, Singapore 35

Gambar 2.13 Across Fokuoka Buildings 37

Gambar 2.14 Across Fokuoka Buildings 37

Gambar 3.15 Wilayah Kota Palu 39

Gambar 3.16 Alur Pikir Penelitian 48

Gambar 4.17 Peta Kota Palu 49


Gambar 4.18 Peta Lokasi Perencanaan 53

Gambar 4.19 Kondisi Eksisting 54

Gambar 4.20 Luas Lahan 55

Gambar 4.21 Kondisi Topografi 56

Gambar 4.22 Kondisi Sirkulasi Tapak 57

Gambar 4.23 Kondisi Utilitas Tapak 57

Gambar 4.24 Orientasi Matahari 58

Gambar 4.25 Orientasi angin 59

Gambar 4.26 Kebisingan Pada Tapak 60

Gambar 4.27 Analisis Pencapaian Pada Tapak 61

Gambar 4.28 Hasil Analisis Pencapaian Pada tapak 63

Gambar 4.29 Hasil Analisis Tata Letak Dan Massa Bangunan 63

Gambar 4.30 Analisis Sirkulasi 64

Gambar 4.31 Hasil Analisis Sirkulasi Pada Tapak 65

Gambar 4.32 Hasil Analisis Sirkulasi Pada Tapak 66

Gambar 4.33 Analisis Orientasi Bangunan 67

Gambar 4.34 Analisis Ruang Parkir 68

Gambar 4.35 Pengguna Parkir 450 68

Gambar 4.36 Pengguna Parkir 900 68

Gambar 4.37 Analisis Penzoningan 69


Gambar 4.38 Jenis Hard Material 71

Gambar 4.39 Analisis Pola Penataan Ruang 85

Gambar 4.40 Skema Suply Daya Energi Listrik 99

Gambar 4.41 Sistem Solar Sel 100

Gambar 4.42 Skema Jaringan Air Bersih 101

Gambar 4.43 Skema Jaringan Air Kotor 101

Gambar 4.44 Distribusi Pembuangan Sampah Kering 102

Gambar 4.45 Skema Jaringan Pembuangan Sampah 103

Gambar 4.46 Ilustrasi Penangkal Petir 103

Gambar 4.47 Sistem Pemadam Kebakaran 104

DAFTAR TABEL

Nama Tabel Halaman

Tabel 2.1 Perbandingan Luas Ruang Kantor yang disewakan & Core 12
pada Beberapa Gedung Perkantoran di Jakarta

Tabel 2.2 Suhu Kenyamanan Manusia Bekerja 32

Tabel 2.3 Kesimpulan Studi Banding dan Penerapannya 38


Tabel 3.4 Teknik Pengumpulan Data 42

Tabel 3.5 Analisis Makro 44

Tabel 3.6 Analisis Mikro 45

Tabel 3.7 Penyelesaian Sasaran Penelitian 46

Tabel 4.8 Batas Wilayah Administrasi Kota Palu 50

Tabel 4.9 Rata-rata Parameter Cuaca Pada Stasiun Meteorologi 51


Mutiara Palu Menurut Bulan

Tabel 4.10 Jenis Soft Material Yang digunakan 72

Tabel 4.11 Pengelompokkan Kegiatan Pada Kantor Sewa 74

Tabel 4.12 Pelaku Kegiatan dan Aktifitasnya 79

Tabel 4.13 Kebutuhan Ruang 80

Tabel 4.14 Besaran Ruang 81

Tabel 4.15 Rekapitulasi Luas Ruangan Kantor Sewa 83

Tabel 4.16 Populaty Of Typical Buildings For Estimating Elevator and 92


Escalator

Tabel 4.17 Recomended Elevator Intervals and Releated Lobby Waiting 92


Times

Tabel 4.18 Office Building Eficiency 93


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan pada sektor perdagangan dan industri merupakan salah satu


konsekuensi dari era globalisasi dan moderenisasi yang melanda dunia,
pertumbuhan yang sangat pesat ini memicu pertumbuhan perekonomian di negara
kita, khususnya di Bagian Timur Indonesia.

Hal ini menimbulkan fenomena yang menuntut peningkatan kualitas dan


kuantitas dari sarana dan prasarana jasa pelayanan, sesuai dengan tuntutan
kebutuhan perkembangan kota untuk masa sekarang dan dimasa yang akan datang.
Sehingga membuat para investor baik lokal maupun asing mencoba untuk
bekerjasama dalam bentuk bantuan modal, teknologi dan sebagainya. Mereka
tentunya membutuhkan wadah yang memenuhi syarat sebagai tempat
menjalankan usaha secara lebih komersil, dalam pengertian dapat diketahui oleh
masyarakat luas dan mampu memberikan keuntungan.

Pada umumnya para pengusaha mencari tempat di pusat-pusat aktivitas


atau pusat-pusat pelayanan yang merupakan konsentrasi penduduk. Mahalnya
harga tanah di tempat-tempat strategis untuk kegiatan perkantoran dan semakin
terbatasnya lahan yang tersedia pada lokasi tersebut, mengakibatkan sulitnya para
pengusaha untuk membangun kantor sendiri. Umumnya mereka membuat kantor
yang bersatu dengan tempat tinggal, yang jika dilihat dari standar bagi suatu kantor
yang komersil, hal ini belum memenuhi syarat.

Perkembangan teknologi yang juga diikuti dengan berkembangnya sektor-


sektor lain yaitu, politik, ekonomi, sosial dan budaya. Sangat berpengaruh terhadap
peningkatan taraf hidup masyarakat. Meningkatnya taraf hidup masyarakat berarti
tuntutan dan kebutuhan hidupnya pun meningkat. Peningkatan ini bagi kalangan
yang berpendapat menengah ke atas, mengakibatkan kebutuhan hidup yang
semakin meluas ke hal-hal yang bersifat rekreatif dan konsumtif. Di dalam
pekerjaan mereka tidak hanya sekedar membutuhkan ruang atau tempat untuk
menjalankan usaha tetapi juga fasilitas lain yang dapat menunjang kelancaran
pekerjaan mereka sekaligus sebagai tempat menghilangkan ketegangan dan
kepenatan sehabis melaksanakan tugas kantor. Kebutuhan akan wadah yang
beragam, baik yang berupa sarana perkantoran maupun prasarana penunjangnya
menyebabkan timbulnya usaha mendirikan gedung perkantoran yang strategis serta
dilengkapi dengan fasilitas pendukung lainnya.

Seni modern yang terus berkembang juga ternyata berpengaruh pada


arsitektur. Kemajuan teknologi, penemuan bahan-bahan baru dan perkembangan
kebudayaan, memberi pengaruh besar pada daya kreasi para arsitek untuk
menciptakan sesuatu yang lebih baru, keinginan untuk menciptakan identitas dan
kreasinya. Pekembangan ini melahirkan konsep, inspirasi, dan bentuk yang akan
diterapkan nantinya dalam perkembangan kantor sewa.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas , maka rumusan


masalah penelitian adalah bagaimana desain Kantor Sewa dikota Palu.

1.3 Tujuan Dan Sasaran Penelitian

1.3.1. Tujuan

Merumuskan secara obyektif alternatif kegiatan kantor sewa dan aspek-


aspek tinjauan lainnya yang kemudian dapat dituangkan dalam perencanaan bentuk
fisik bangunan.

1.3.2. Sasaran
a. Menentukan lokasi yang tepat untuk suatu bangunan kantor sewa di kota
Palu.
b. Mengungkapkan berupa fasilitas sarana dan prasarana yang dapat
menunjang kegiatan perkantoran di Palu.
c. Mengungkapkan bentuk fisik sarana dan prasarana untuk kegiatan
perkantoran yang disewakan.
d. Mengungkapkan penampilan bangunan yang dapat meningkatkan citra dan
prestise sebuah kantor sewa.
e. Memenuhi kebutuhan pemakai prasarana dan sarana kegiatan perkantoran
tersebut.

1.4 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ditinjau dalam ruang lingkup arsitektur dan ditinjau
dari disiplin ilmu lainnya yang berkaitan dan dapat menunjang dalam pembahasan.
Selain itu, pembahasan ini lebih memfokuskan mengenai perancangan sebuah
Kantor Sewa di Kota Palu.

1.5 Manfaat Hasil Penelitian

Diharapkan dalam penelitian ini dapat memberikan manfaat dibidang


keilmuan yaitu sebagai kontribusi bagi pengembangan ilmu teknik khususnya
dibidang arsitektur yang dapat berguna bagi penelitian yang sama pada masa yang
akan datang serta dapat dijadikan acuan dalam perencanaan dan perancangan
Kantor Sewa , baik nantinya akan dilakukan oleh pihak pemerintah atau swasta.
BAB II
TINJAUAN UMUM

2.1 TINJAUAN UMUM KANTOR SEWA


2.1.1 Pengertian judul
a. Menurut cyril M. Harris dalam bukunya Dictionary of Architecture and
Construction, kantor berarti bangunan yang digunakan untuk tujuan
professional ataupun administrasi, dan tidak ada bagian yang dipergunakan
untuk keperluan hunian, kecuali oleh para penjaga dan pembersih kantor.
b. Sewa atau rent ( lease ) berarti perjanjian peralihan hak milik dari bangunan,
tanah dan lain-lain. Selama jangka waktu tertentu dan biasanya dengan
pembayaran pada waktu-waktu tertentu pula.
c. Jadi kantor sewa mempunya arti, ruang untuk kegiatan bisnis, profesi dan
administrasi yang dialihkan hak miliknya selama jangka waktu tertentu
disertai dengan pembayaran pada waktu-waktu tertentu pula.
d. Aristoteles dalam The classical theory of concepts menyatakan bahwa
konsep merupakan penyusun utama dalam pembentukan pengetahuan
ilmiah dan filsafat pemikiran manusia. Konsep dinyatakan juga sebagai
bagian dari pengetahuan yang dibangun dari berbagai macam karakteristik .
e. Dalam Rahman A, (2005) menjelaskan kantor sewa adalah suatu bangunan
yang terdiri dari ruang-ruang kantor (office space) yang berfungsi sebagai
wadah untuk kegiatan-kegiatan bisnis atau pekerjaan perkantoran, yang
disewakan secara spekulatif dalam bentuk satuan-satuan office space
tertentu kepada siapa saja yang berminat dengan cara membayar uang sewa
dan tanpa adanya batasan luas kantor maksimal yang boleh disewa.
f. Batasan lain mengenai pengertian kantor sewa adalah sebagai wadah guna
menampung kegiatan manusia secara berkelompok yang bersifat
administratif serta melembaga dalam bentuk usaha komersil, dengan
caramenyewakan lantai atau (ruangan) kepada pengusaha-pengusaha atau
pihak-pihak yang memerlukan demi kelancaran kerjanya dalam usaha tujuan
yang diinginkan.
g. Rental office yaitu bangunan atau wadah bagi kegiatan pekerjaan kantor
yang dapat digunakan oleh siapa saja yang berminat,dengan membayar
uang sewa.

2.1.2 Perkembangan Kantor Sewa di Indonesia

Menurut sejarahnya, Rahman A (2005), bisnis rental office yang termasuk


dalam kelompok kelompok properti atau real estate mulai ada di indonesia sejak
akhir tahun 60-an. Pemerintah menempuh kebijakan baru dibidang perekonomian
yaitu yang dikenal dengan istilah debirokratisasi yaitu berarti kegiatan di bidang
swasta dimungkinkan bahkan di dorong untuk berkembang. Sejak awal
berkembangnya hingga sekarang sangat di pengaruhi oleh kondisi perekonomian
negara.

Pada masa awal, beberapa kendala banyak menghambat perkembangannya,


diantaranya dengan ditandai oleh:

a. Keengganan lembaga-lembaga keuangan asing untuk mengadakan investasi


di indonesia
b. Kekurangan tenaga ahli
c. Pemasaran yang belum efektif

Dan selanjutnya sejalan dengan perkembangannya bisnis rental office


tersebut banyak ditandai oleh adanya:

a. Persaingan atau kompetisi yang ketat dalam menawarkan lokasi,fasilitas


servis,arsitektur bangunan dan ruang kantornya sendiri.
b. Kesulitan-kesulitan mendapatkan lahan pada lokasi yang banyak diminati
konsumen (calon penyewa ).
c. Pemasaran yang belum efektif.
Dan selanjutnya sejalan dengan perkembangannya bisnis rental office
tersebut banyak ditandai oleh adanya:
a. Persaingan/kompetisi yang ketat dalam menawarkan
lokasi,fasilitas,servis,arsitektur bangunan dan ruang kantornya sendiri.
b. Kesulitan-kesulitan mendapatkan lahan pada lokasi yang banyak diminati
konsumen (calon penyewa).
2.1.3 Rancangan Perkantoran

Umumnya pemakaian ruang kerja perkantoran tidak perlu berpindah-


pindah, karena telah dilengkapi dengan ruang untuk mesin-mesin, kantin, ruang
rapat, arsip, perpustakaan dan aktivitas penunjang lainnya.

Perkantoran umumnya dapat dirancang dengan menciptakan hubungan


antar ruang yang tepat sesuai dengan bagian-bagian pengorganisasian. Dapat pula
mengurangi jarak capai antar ruang vertikal maupun horizontal. Begitu juga dalam
upaya visual antar bagian dengan menciptakan hubungan yang akrab. Bentuk
bangunan lainnya dapat pula digunakan untuk memperjelas keadaan ini, yakni
dengan menata bagian-bagian komponen bebas, misalnya perabot, secara
maksimal.

Kebutuhan ruang kantor dapat dihitung dengan menggunakan dua cara


bersama, yakni:

a. Ruang gerak orang (misalnya standar ruang perorangan x jumlah orang) +


ruang tambahan untuk sarana penunjang + faktor (biasanya 15 %) untuk
sirkulasi utama; ruang bebas untuk bukan orang, misalnya untuk ruang
mesin, perpustakaan, dimana lebih tergantung pada banyaknya peralatan
dibandingkan jumlah orang yang membutuhkan ruang kerja, sehingga untuk
menghitungnya dapat digunakan dasar pemikiran praktis dari benda-benda
tersebut;
b. Dan dengan cara memperbandingkan contoh-contoh yang ada,kemudian
suatu faktor ditambahkan untuk sirkulasi yang ada.

Untuk menyiapkan denah yang tumpang tindih, misalnya menghubungkan


satu departemen dengan departemen yang lainnya dalam suatu bangunan yang
sudah ada, atau bahkan untuk menyusun komposisi pada bangunan kantor yang
baru, maka perlu dipelajari hubungan kerja antar bagian diperusahaan tersebut
atau jika perlu diadakan penelitian yang lebih rinci.

2.1.4. Tipe Bangunan


Tipe bangunan suatu gedung perkantoran ada beberapa macam yaitu:
a. High rise building
(bangunan dengan lantai lebih dari 20 lantai)
b. Middle rise building
(bangunan 4 lantai sampai dengan 30 lantai)
c. Low rise building
(bangunan 1 lantai sampai dengan 3 lantai)
d. Garden office/office park
(bangunan 1 sampai 5 lantai dengan lansekap yang ekstentif).

2.1.5 Klasifikasi kantor


Secara garis besar, menurut L. Manaseh dan R. Cunliffe, jenis kantor dapat
dibedakan menjadi 4 jenis, yaitu:
a. Commercial office Jenis perkantoran yang termasuk golongan ini adalah
perkantoran (untuk toko, disewakan), perusahaan (trading company),
asuransi dan transportasi.
b. Industrial office Jenis perkantoran ini terikat harus mempunyai hubungan
fisik dengan pabrikan.
c. Professional office Jenis perkantoran ini tidak dipakai dalam waktu yang
panjang dan merupakan perkantoran yang jumlah modal yang digunakan
relatif kecil.
d. Institutional/Govermental office jenis perkatoran ini bersifat usaha yang
teratur dalam bentuk lembaga yang berpedoman pokok untuk hidup lama
dan kokoh. Biasanya digunakan dalam waktu yang lama atau panjang.
Berdasarkan kelasnya, gedung perkantoran dibedakan menjadi beberapa
kelas antara lain:
1) Kelas Premium (dengan luas gedung minimal 20.000 m2 serta terletak
di Central Business District).
2) Kelas A (Luas minimum gedung 6.000 m2 serta terletak di daerah pusat
bisnis).
3) Kelas B (dengan luas berapa saja dan terletak dilokasi mana saja namun
memiliki luas material yang baik dan cukup modern).

2.1.6 Tujuan Pengadaan Kantor Sewa


a. Perkantoran, sebagai salah satu usaha untuk meningkatkan nilai ekonomis
tanah perkotaan dan mengoptimalkan penggunaan lahan yang terbatas
pada daerah pusat kota.
b. Pelayanan umum, untuk menyediakan ruang bagi para pengusaha sebagai
akibat dari pengembangan tuntutan masyarakat yang bergerak dalam
bidang usaha perdagangan dan jasa.
c. Komersial, disamping memberikan pelayanan umum jugabertujuan untuk
mendatangkan keuntungan bagi pengelola maupun penyewa.

Agar tujuan dapat tercapai dengan baik, penyediaan ruang kantor ini tidak
hanya asal berbentuk ruangan saja tetapi harus memperhatikan faktor-faktor
sebagai berikut:

a. Efisiensi dan Efektifitas Ruang


Ruang dalam suatu kantor memegang peranan sangat penting, karena
merupakan ruang sewa yang menentukan cepat atau lambatnya
mengembalikan modal, sehingga dalam mengelolah ruang-ruang dalam,
harus memperhatikan :
1) Efektifitas ruang-ruang dalam sebagai ruang sewa pada bangunan
komersial, ini menyangkut perbandingan luas core dan luas ruang sewa.
2) Letak core dan kedalaman ruang agar efektif sebagai ruang yang disewa.
3) Sistem truktur yang digunakan agar jarak lantai ke lantai efektif, sehingga
fungsinya sebagai bangunan komersial berhasil baik.
4) Bentuk dasar denah agar ruang yang terjadi benar-benar efektif dan
efisien sebagai ruang kerja.

2.1.7 Tinjauan Fisik Kantor Sewa


a. Tipologi kantor sewa
1) Komponen Dasar Ruang Perkantoran

Komponen dasar ruang perkantoran sebagaimana menurut Neufert dalam


buku Data Arsitek Jilid 2, terdiri dari :

a) Luas lantai ruang kerja atau luas terpakai : dimaksudkan sebagai ruang
dimana seorang dapat bekerja dimeja dan mempunyai ruang untuk
sirkulasi sekunder.
b) Ruang sirkulasi utama : dibutuhkan untuk menempatkan jalur sirkulasi,
jalur untuk keadaan darurat / ke tempat kerja.
c) Ruang-ruang khusus : dimaksudkan sebagai ruang-ruang tidak dapat
digunakan sebagai ruang kerja perkantoran melainkan digunakan
untuk fungsi tertentu, seperti untuk ruang arsip, kantin / restoran.
d) Ruang inti vertical (core) : yaitu ruang yang dibutuhkan sebagai ruang
penunjang bangunan, seperti lift, tangga, pipa-pipa saluran/instalasi,
ruang peterusan.
e) Luas kantor ruang keseluruhan (Gross Outsideares = GOA) : adalah
penjumlahan semua luas lantai ruang perkantoran termasuk ruang inti
vertical, ruang dinding, tepid dan dinding strukturalnya.
b. Bentuk Peruangan
Kemajuan mekanisasi dan otomatisasi telah mengubah tuntutan
persyaratan terhadap ruangan perkantoran dan menghasilkan tututan
baru dari para karyawan yang biasa disebut prinsip kantor kombinasi
yaitu mengusahakan agar terhadap masing-masing permintaan dari suatu
organisasi perkantoran atau perusahaan yang memungkinkan adanya
ruang kerja kelompok, yang dilengkapi dengan ruang individu untuk suatu
pekerjaan yang memerlukan konsentrasi, adanya ruang untuk kegiatan
bersama dan juga adanya ruang-ruang yang selalu siap digunakan secara
khusus untuk tugas-tugas mandiri dan kemudian setelah tugas berakhir
ruang tersebut dapat kembali berganti fungsinya. (Neufert, Data Arsitek
jilid 2).

c. Fleksibilitas Ruang
Yang dimaksud fleksibilitas ruang dalam adalah ruang dalam yang mudah
menerima perubahan-perubahan terhadap fungsi, pembatas-pembatas
ruang didalamnya, kapasasitas susunan pengisi ruangnya tnpa perubahan
keseluruhan elemen pembentukan ruang. Tuntutan fleksibilitas ruang dalam
untuk kantor sewa adalah :
Fleksibilitas fungsi terdiri dari :
1) Ruang multi fungsi, yaitu ruang yang dapat menampung fungsi ruang
kerja yang berlebihan.
2) Ruang terbagi untuk berbagai fungsi, yaitu satu ruang dibagi dengan
sistem pastisi, baik setinggi langiti-langit maupun tidak.
3) Fleksibilitas kapasitas ruang.
4) Fleksibilitas terhadap susunan pengisi ruang.
Fleksibilitas ruang dalam berkaitan dengan bangunan secara keseluruhan
dan detail ruang didalamnya. Agar fleksibilitas ruang sewa terpenuhi, dan
efisiensi serta efektifitas penggunaan ruang tercapai maksimal, maka dalam
perancangan bangunan ditekankan pada kaitannya dengan sistem modul
struktur dan perletakan core.

d. Kenyamanan
Sebagai bangunan yang bersifat komersil, faktor kenyamanan suatu kantor
sewa sangat penting. Faktor kenyamanan meliputi hal-hal sebagai berikut :
Pencapaian, terdiri dari :
1) Pencapaian ke tempat parkir kendaraan dan ke pintu masuk.
2) Pencapaian dari tempat berhentinya kendaraan umum ke pintu masuk.
3) Pencapaian dari lantai bawah ke tiap-tiap lantai dan dari koridor ke ruang
masing-masing
Kenyamanan ruang kerja
Yang perlu diperhatikan dalam kenyamanan ruang kerja adalah :
a) Pengudaraan
b) Pencahayaan / penerangan
c) Kebisingan
d) Aspek visual

e. Sistem Ruang dan Perletakan Core


Ruang perkantoran yang memiliki fleksibilitas tinggi hanya memiliki wadah
berupa Shell dan core saja.
1) Shell
Adalah ruang yang direncanakan bentuknya, jumlah lantai serta luasnya
saja, tanpa dilengkapi dengan dinding-dinding penyekat maupun
perabotan.
2) Core
Adalah inti bangunan yang berfungsi sebagai :
a) Elemen struktur, penahan gaya lateral khususnya gempa.
b) Tempat jaringan distribusidan transportasi vertical, serta berisi
semua fasilitasservis maupun elemen-elemen seperti toilet, gudang,
AHU dan jaringan listrik serta mekanikal.
c) Jalur kebakaran ( fire escape ). Dengan demikian jarak terjauh dari
core adalah 30 m1. Jika melebihi jarak ini harus ditambah dengan
tangan darurat.
Agar bangunan kantor sewa mempunyai efektifitas yang tinggi terhadap
pemakaian ruang, maka perbandingan luas ruang yang disewakan dengan ruas core
service adalah 80%:20%. Tabel 1 menunjukkan perbandingan antar luas ruang
kantor yang disewakan dan luas core pada beberapa gedung perkantoran lainnya.
Tabel 2.1
Perbandingan luas ruang kantor yang disewakan dan core
pada beberapa gedung perkantoran di Jakarta.

No gedung Perbandingan luas


ruang kantor yang
disewakan
dengan core

(M) (%)

1 Wisma metropolitan 119,6 : 218,25 85 : 15


I

2 Wisma Merpolitan 942 : 220,1 82 : 18


II

3 Ratu plaza 768 : 256 75 : 25

4 WTC 2265,54 : 637,5 79 : 21

Sumber : Majalah Konstruksi,2008

f. Kalsifikasi
Kantor sewa dapat digolongkan sebagai suatu bentuk perkantoran yang
berfungsi untuk pelayanan umum dan komersial, dimana klasifikasi dapat
ditinjau daribeberapa segi yaitu :

1) Segi Penyewa
Jenis usaha penyewa, terbagi atas :
a) Perusahaan sejenis
Kantor sewa tersebut disewa oleh perusahaan sejenis. Hal ini terjadi
karena adanya kecenderungan dari perusahaan-perusahaan
tersebut untuk berkelompok, memudahkan hubungan yang satu
dengan yang lainnya.
b) Perusahaan tidak sejenis
Kantor sewa tersebut disewakan untuk bermacam-macam
perusahaan. Disini terkandung keinginan untuk menjalin hubungan
antara satu jenis usaha dengan usaha yang lain atau untuk
mendapatkan keragaman dana kelengkapan fungsi di dalam suatu
bangunan.
Tingkat kegiatan, tersebut diatas :
1. Kantor pusat
2. Kantor cabang
3. Kantor perwakilan

2) Segi Pemilik
a) Modal joint venture, gabungan antara Penanaman Modal Dalam Negeri
(PMDN) dengan Penanaman Modal Asing (PMA).
b) Modal Dalam Negeri, terbagi atas :
a) Modal Perorangan
b) Modal Gabungan
c) Segi kelas bangunan
Yang dibedakan berdasarkan lokasi kantor sewa, jumlah lantai bangunan
dan fasilitas yang ada :
1. Ruang perkantoran utama
Ruang perkantoran mewah, menggunakan AC sentral, lift kecepatan tinggi,
system tata suara, pemadam kebakaran otomatis, bahan bangunan kelas I,
desain gedung yang menarik dan memiliki kesan yang mewah. Finishing
yang baik dan memiliki area parkir yang luas. Gedung perkantoran
berlokasi di jalan-jalan utama.
2. Ruang perkantoran kelas menengah
Ruang perkantoran yang berada pada gedung bertingkat kurang dari
sepiluh lantai, menggunakan AC, pemadam kebakaran dan finishing yang
cukup baik, dan lokasinya berada di daerah perkantoran kelas II, di luar
lokasi-lokasi perkantoran utama.
3. Ruang perkantoran kelas bawah
Ruang perkantoran yang berada pada gedung bertingkat, yang
menggunakan atau tidak menggunakan AC, tidak menggunakan lift, bahan
bangunan biasa dan finishingnya tidak dituntut terlalu bagus dan lokasinya
berada di daerah perkantoran kelas II dan III.

3) Pemakai
Pemakai atau penyewa ruang-ruang perkantoran dapat dibedakan atas :
1. Berdasarkan kegiatan pelayanan / tingkat organisasi :
a) Kantor pusat
b) Kantor cabang
c) Kantor perwakilan
2. Berdasarkan jenis usaha pemakai :
a) Ekspor impor
b) Distributor
c) Penerbitan
d) Konstruksi
e) Asosiasi dagang
f) Asuransi
g) Periklanan
h) Perbankan
i) Industri
j) Notaris
k) Akuntan
l) Pengacara, dan lain sebagainya
3. Berdasarkan jenis perusahaan pemakai :
a) PT ( Persero Terbatas )
b) CV (Comanditaire Vennotschap )
c) NV ( Naamloze Vennotschap )
d) Fa ( Firma )
e) Perorangan
f) Koperasi
g) Perusahaan Asing
h) Bentuk Usaha Asing

4) Karakteristik gedung perkantoran

1. Dekat dengan gedung perkantoran umum


2. Dilalui oleh kendaraan umum
3. Merupakan pusat kegiaatan financial
4. Dekat dengan gedung pemerintahan
5) Manajemen Pembangunan
a) Pengenalan
Dalam pelaksanaan pembangunan diperlukan tahapan pembangunan
sebagai pengendali proyek. Tahapan ini akan mencakup penanganan unsure
biaya, waktu dan mutu, mulai dari awal sampai proyek dinyatakan selesai
dan diserahterimakan.
Pihak-pihak yang terlibat dalam pembangunan beserta hubungan yang
terjadi dapat diketahui dari organisasi membangun. Pronsip dasar dari
organisasi membangun adalah adanya permintaan (demand) dan pemberian
(supply) serta adanya hubungan kerja, hubungan pengendali, hubungan
pengawas dan hubungan konsultasi.
Tahap dang organisasi membangun disesuaikan dengan metoda
membangun yang digunakan dalam pelaksanaan suatu proyek. Beberapa
metoda membangun yang sering digunakan ialah :
1) Metode kontraktor utama
2) Metode manajemen konstruksi/fast track method/design and
construction method phase/kontrak multi paket
3) Metode terima kunci/tum key project
b) Sumber modal
Untuk membangun kantor sewa kemungkinan modal di dapat dari :
1. Modal dari alam
Sumber dari pemilik proyek sendiri yang umumnya berupa badan
usaha. Usaha permodalan usaha bidang kantor sewa sebaiknya pemilik
mempunyai biaya yang berasal dari dalam sebesar kerang lebih 30%
dari jumlah biaya seluruhnya.
2. Modal luar
Dapat bersumber dari :
a) Bank swasta nasional atau bank asing
b) Bunga pinjaman dari bank swasta umumnya cukup tinggi dan
waktu pengembalian yang relatif singkat
c) Investor asing dan dalam negeri yang lain menanamkan modal
dengan fasilitas PMA (Penanaman Modal Asing)
d) Calon penyewa melalui pembayaran uang muka
c) Pengelolaan
Pengelola dan pemilik mengawasi dan mengendalikan kelangsungan
kegiatan pada kantor sewa agar dapat berlangsung dengan baik. Kegiatan
yang dilakukan oleh pengelola adalah :
1. Administrasi
2. Hubungan masyarakat
3. Keamanan/Security
4. Perlengkapan bangunan
5. Pemeliharaan dan pelayanan
d) Sistem kepemilikan
Sistem sewa kontrak yang diterapkan pada bangunan kantor sewa umumnya
jangka waktu enam bulan sampai dua tahu. Calon penyewa disyaratkan
untuk membayar sejumlah uang di muka (sedikitnya tiga bulan), agar
penyewa tidak sewaktu-waktu menyatakan keluar dari kantor, karena dalam
waktu yang singkat tersebut pemilik/pengelola kemungkinan akan susah
untuk memperoleh penyewa baru.
Besarnya harga sewa dihitung berdasarkan luasan ruang kantor dan
umumnya ditambah dengan service charge. Harga sewa ini dapat bervariasi
menurut kelas gedung perkantoran.
e) Pemasaran
Pemasaran dilakukan sedini mungkin, bahkan jika memungkinkan pada
tahap awal dengan memperlihatkan maket bangunan, gambar-gambar dena,
situasi sekitar bangunan, perspektif, dan lain-lain.
2.2 FAKTOR-FAKTOR YANG MENENTUKAN DALAM MENDESAIN KANTOR SEWA
Dalam Rahman (2005), menjelaskan dalam mendesain kantor sewa,
terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi perencanaan dan perancangannya.

a. Lokasi dan tapak


Lokasi dan tapak merupakan elemen perencanaan dan perancangan
dan perencanaan yang sangat penting,secara ekstrim dapat
dikatakan bahwa rental office disuatu lokasi dan tapak yang bersaing
akan tetap laku bila dijual meskipun ada hal-hal lainnya seperti
arsitektur bangunan,fasilitas dan servis diabaikan. Dari titik tolak ini
kiranya dapat dikatakan bahwa hal yang paling penting yang
menyangkut lokasi dan tapak adalah pemilihannya.
Rahman A (2005) dalam Eko (2009) mengatakan titik permasalahan
dalam pemilihan lokasi adalah bagaimana cara mendapatkan lahan
yang semakin langka dalampusat kota. Ada beberapa cara yang dapat
dilakukan sehubungan dengan semakin terbatasnya lahan tersebut.
1) Sedapat mungkin membeli tanah yang masih kosong;
2) Pembebasan tanah dilakukan terhadap pemukiman
penduduk;
3) Membangun dengan cara Build Operated Transfer (BOT)
dilakukan dengan mengontrak kavling yang dimiliki oleh
perusahaan lain yang belum dikembangkan. Setelah
jangka waktu tertentu, biasanya 20 tahun gedung
dikembalikan kepada pemilik tanah.
b. Ruang kantor (office space)
Jenis-jenis ruang pada kantor sewa biasanya dibedakan antara sang
pemilik bangunan sendiri dengan penyewa bangunan, dan antara
para penyewa satu dengan penyewa lainnya, ruangan para pemilik
ditaruh pada lantai yang terpisah, begitu pula ruang yang akan
disewakan biasanya akan dipisah pada bagian yang paling komersil,
mudah pada pencapaian ruang dan tidak membingungkan.
Pada dasarnya bangunan kantor sewa tidak semua ruang dan lantai
yang disewakan memiliki fasilitas yang khusus digunakan para
penyewa itu sendiri (digunakan secara pribadi), terkadang para
penyewa ruang kantor yang tidak terlalu besar akan diberikan ruang
fasilitas seperti lavatory yang akan dipakai bersama-sama. Kecuali
para penyewa memakai sebagian besar ruang atau lantai
kantor.(www.ftsp1.uii.ac.id). Lantai kantor seharusnya mempunyai
ketentuan-ketentuan sebagai berikut:
1) Bisa disewa secara single tenant floors atau single tenant
building dan multiple tenant floors,dengan pembagian
ruang yang baik;
2) Mudah disesuaikan bila terjadi perubahan-perubahan tata
ruang;
3) Mudah disesuaikan bila terjadi pergantian penyewa;
4) Bisa mewadahi fungsi kantor dengan baik.

Elemen-elemen desain yang menyangkut desain ruang kantor, dapat


dirumuskan sebagai berikut:

1) Fungsi kantor;
2) Jenis kantor menurut ruangnya
3) Ukuran,pembagian,kedalaman,dan standar-standar
ruang;
4) Modul atau grid;
5) Sirkulasi dalam ruang dan perletakan core;
6) Efisiensi lahan.
c. Fasilitas dan servis
Fasilitas dan servis bisa di klasifikasikan menurut urgensinya dalam
menunjang fungsi perkantoran,sebagai berikut :
1) Penunjang aktifitas perkantoran yang langsung
mempengaruhi desain ruang kantor (AC, tenaga listrik,
pencahayaan buatan);
2) Sebagai nilai tambah yang mengarah kearah pilihan
(executive club, game room, dan restaurant);
3) Sebagai sesuatu yang harus ada (parkir, air minum, toilet
pada tiap-tiap lantai bangunan, generator, elevator fire
protection, dan tenaga darurat kebakaran).
d. Arsitektur/Desain bangunan
Desain arsitektur bangunan rental office antara lain akan
berpengaruh terhadap:
1) Kemampuan menarik minat penyewa;
2) Menunjang kelancaran usaha penyewa;
3) Prestise dan kebanggaan penyewa

Hal-hal penting yang perlu diperhatikan dalam merancang bangunan


kantor adalah orientasi terhadap arah matahari, pemandangan
keluar, perletakan bangunan, hubungan bangunan dengan wilayah
sekitarnya, hubungan antar ruang, perlindungan dari kebisingan, dari
cahaya matahari, tiupan angin dan air hujan.(www.ftsp1.uii.ac.id).

2.2.1 Batasan Dan Ketentuan Ruang Kantor

Rahman A, (2005) , menjelaskan bahwa batasan dan ketentuan dalam


mendesain ruang kantor seperti berikut:

a. Ukuran Ruang
Menurut ukurannya, ruang kantor bisa dikelompokkan menjadi :
1) Ruang berukuran kecil
a) Untuk menampung satu orang, tetapi tetapi seing juga dipakai
bersama-sama oleh dua atau tiga orang.
b) Kedalaman maksimum adalah 6 m dengan luas maksimum 8 m.
2) Ruang berukuran sedang
a) Untuk kelompok sekitar lima orang, dimana ada pekerjaan team
dengan pengawasan yang sering diperlukan.
b) Luas antara 60 m sampai 150 m.
3) Ruang berukuran besar
a) Untuk menampung beberapa kelompok kerja.
b) Luas lebih dari 150 m.

b. Pembagian ruang

pembagian ruang pada suatu lantai kantor dapat dikelompokkan


menjadi :

1) Cellular
Bentuk ini sering ditemui pada bangunan dengan kedalaman
sampai 12 m, pembagian ini sesuai untuk:
a) Kantor top management.
b) Ruang-ruang eksekutif yang terisolasi dengan pelayanan
sekretaris.
c) Pekerjaan-pekerjaan rahasia dan serius.
d) Kemungkinan kunjungan tamu.
Gambar 2.1 Pembagian Ruang Celular
(Sumber: Eko S, 2009)

2) Group Space
Terdiri dari ruang-ruang berukuran sedang yang mampu
menampung 5-15 orang yang bekerja bersama. Pembagian ini
pada umumnya diterapkan pada bangunan yang mempunyai
kedalaman 15-20 m. Pembagian ini sesuai untuk:
a) Kelompok-kelompok kerja yang terisolasi dan sifatnya
koordinatif.
b) Kelompok-kelompok kerja yang berlomba memberikan
pelayanan.
c) Direktur perusahaan tidak terlibat dalam pekejaan sehari-hari
dan sering berhubungan dengan klien.

Gambar 2.2 Pembagian ruang Group Space


(Sumber: Eko S, 2009)

3) Open Plan
Layout atau pembagian ini diterapkan untuk ruang-ruang yang
besar dan dalam. Pusat-pusat kegiatan diatur dengan bentuk
geometri yang kaku tanpa adanya sekat pembagi ruang.
Pembagian ini sesuai untuk suatu kantor yang mempunyai
karakteristik sebagai berikut:
a) Kelompok kerja yang besar.
b) Melibatkan kertas-kertas dan mesin-mesin yang intensif.
c) Relatif tidak berhubungan dengan publik.

Gambar 2.3 Pembagian Ruang Open Plan


(Sumber : Eko S, 2009)

4) Office landscaping
Pembagian ruang (Layout) dilakukan secara acak dengan kontrol
lingkungan yang tinggi. Susunan pusat-pusat kerja menunjukkan
struktur dan metode organisasi, furniture, partisi dan tumbuhan-
tumbuhan digunakan untuk menandai rute sirkulasi dan
memberikan identitas teritorial kelompok-kelompok kerja.
Pembagian ini sesuai untuk suatu kantor yang mempunyai
karakteristik kegiatan sebagai berikut :
a) Kelompok-kelompok yang menangani proyek dengan
interaksi internal dalam masing-masing kelompok sangat
tinggi.
b) Tingkat interaksi antar kelompok moderat.
c) Pengunjung pada berbagai tingkat.
d) Pekerjaan terkosentrasi dan sifatnya pribadi.

Gambar 2.4 Pembagian Ruang Office Landscaping


(Sumber : Eko S, 2009)

c. Kedalaman Ruang
Kedalaman ruang dapat diartikan sebagai jarak dari core utama
bangunan atau sirkulasi utama ke dinding luar (perimeter). Menurut
kedalamannya, ruang kantor dapat dikelompokkan menjadi:

1) Kedalaman kecil (sempit)


a) Kedalaman ruang berkisar antara 4-6 , tergantung pada
sistem sirkulasi yag diperlukan.
b) Sangat sesuai untuk pembagian ruang cellular.
c) Tidak sesuai untuk menampung kelompok kerja yang besar.
2) Kedalaman sedang
a) Kedalaman ruang bervariasi antara 6-8 m, tergantung pada
sistem sirkulasi.
b) Semua bentuk aktifitas kantor dapat diakomodasi oleh ruang
dengan kedalaman sedang.
c) Sesuai dengan pembagian group space.
3) Kedalaman besar (luas)
a) Kedalaman ruang lebih dari 20 m.
b) Dapat dibagi menjadi kantor-kantor privat atau kantor
umum atau dibiarkan tidak berbagi.
c) Sesuai untuk pembagian ruang secara open plan atau office
landscaping.
4) Standar ruang
Menurut peraturan di Inggris luas ruang kerja minimal tidak
termasuk sarana dan prasarana penunjangnnya sekitar 4m.
Kebutuhan standar rata-rata kantor sewa adalah:
a) Kegiatan pelayanan
1. Poliklinik
a. Ruang P3K 20 m
b. R.peny.Barang 30 m
c. Chamber Room 15 m
d. R.kemananan 8 m
2. Ruang karyawan
a. R. Istrahat 40m
b. R.makan 10m
c. R.loker 20m
d. Lavatory 10m
Pria 9m
Wanita 12m
3. Ruang Mekanikal Elektrikal
a. R.PABX 15m
b. R.Genset 48m
c. R.Sampah 16m
d. Water Tank 50m
e. Mesin Lift 20m
f. R.Pompa Air 30m
g. R.Panel 10m
h. Water Treatment 25m
4. Gudang
a. G.Peralatan dan Perlengkapan 48m
b. G. Engineering 12m
c. G. Barang Bekas 26m
b) Kegiatan Pengelola
1. Ruang Direksi
a. R.Direktur 25m
b. R. Tamu 9m
c. Hall 30m
d. R.sekertaris 9m
e. Lavatory 4m
2. Ruang Manager
a. R. General Manager 40m
b. R. Food & Beverage 40m
c. R. Personal Manager 30m
d. R. Accounting 30m
e. R. Divisi & Staff 120m
f. R. Informasi 6m
g. R. Rapat 28m
h. Pantry 20m
i. R. Asisten Manager 40m
j. R. Sales Manager 40m
k. R. Purch Manager 30m
l. R. Engineering 30m
m. R.Tamu 6m
n. R. Arsip 6m
o. R.Istrahat 30m
p. Lavatory 15m
q. Pos Keamanan 15m
r. R. Tidur Penjaga 6m
c) Kegiatan Umum/Penerima
1. Entrance Hall 78m
2. Lounge 96m
3. Front Office 40m
4. Lavatory
Pria 9m
Wanita 12m
5. Lobby 30m
6. Telepon Umum 3m
7. R. Keamanan 4m
d) Kegiatan Pelayanan
1. Mushola
- R. Sholat 20m
- R. Wudhu 10m
2. Lavatory Umum
Pria 9m
Wanita 12m
3. Urinoir 10m
4. Lavatory Umum
a) Lavatory
Pria 9m
Wanita 12m
b) Urinoir 10m
5. Fas. Telp. Umum 15m
6. Fas. Bongkar Muat
c) R. Kontrol 10m
d) Gudang 114m
e) R. Bongkar Muat 50m
(www.ftsp1.uii.ac.id)

d.Modul atau Grid

Modul atau grid adalah suatu standar atau satuan pengukuran untuk
menentukan proporsi bangunan atau struktur. Penempatan atau jarak antara kolom
akan sangat menentukan kebebasan dalam layout atau pembagian lantai kantor.
Pada dasarnya jarak antara kolom yang ideal adalah sebesar mungkin, sehingga
tidak menganggu penempatan partisi atau furniture. Namun demikian, disamping
tuntutan kebebasan terhadap lantai kantor ini, masih ada hal-hal lainnya yang
membatasi jarak kolom tersebut, yaitu :

1) Kekuatan Struktur Bangunan.


2) Ekonomisme.
Adapun pemecahan yang bisa dilakukan sehubungan hal diatas adalah :
1) Secara ekonomis, pada dasarnya tidak memungkinkan penempatan jarak
antar kolom yang terlalu besar maupun terlalu kecil.
2) Ditinjau dari kekuatan struktur, pada dasarnya menuntut penempatan jarak
antara kolom yang sedekat mungkin.
3) Dikaitkan dengan standar ruang, jarak antar kolom bisa ditentukan dengan
mengikuti standar liberal ruang privat dengan proporsi 1:1.
4) Perletakan kolom menyesuaikan dengan standar ruang liberal, dengan
proporsi yang tidak sama.
5) Jarak kolom untuk kantor umum, disesuaikan dengan standar liberal tiap
orang, yaitu antara 7,2 -10m.
6) Jarak antar kolom kantor privat dan kantor umum harus ada kesesuaian.

e. Perletakan Core dan Sirkulasi

menurut lokasinya , core utama pada bangunan kantor dapat


dikelompokkan menjadi :

1) Central (interior)
a) Memungkinkan semua ruang dekat jendela dimanfaatkan sebagai ruang
kantor yang bisa disewakan.
b) Akses relatif mudah, karena jarak kesemua bagian ruang relatif sama.
2) Off center (interior)
a) Memungkinkan semua ruang dekat dengan jendela dimanfaatkan
sebagai ruang kantor yang bisa disewakan.
b) Memberikan kemungkinan pengembangan kantor privat pada bagian
lantai yang lebih sempit.
3) Split (interior)
a) Memungkinkan pembagian lantai yang lebih fleksibel.
b) Denah bangunan cenderung menjadi lebih besar dan merugikan dari segi
pembiayaan.
4) Exterior
a) Memungkinkan keseluruhan area lantai disewakan.
b) Pada kasus multiple tenancy floors, membtuhkan sirkulasi utama yang
lebih panjang dan akibatnya mengurangi fleksibilitas distribusi penyewa.
c) Ruang-ruang yang berdekatan dengan core mungkin tidak menerima
cahaya matahari langsung.

Gambar 2.5 Pola Sirkulasi Single Zone


(sumber : Eko S, 2009)

Konsep sirkulasi pada bangunan kantor pada dasarnya dapat dibagi


dua,yaitu :

a) Single one
sirkulasi hanya pada satu sisi bangunan saja.

Gambar 2.6 Pola Sirkulasi Single Zone


(Sumber : Eko S, 2009)

b) Doubel zone
Sirkulasi melayani ruang kantor pada dua sisinya.
Gambar 2.7 Pola Sirkulasi Double Zone
(Sumber : Eko S, 2009)

g.Efisiensi Lantai

Efisiensi lantai dapat diartikan sebagai presentasi luas lantai yang


dipersewakan terhadap luas lantai kotor (groos floor area). Besar kecilnya efisiensi
lantai, secara lngsung akan mempengaruhi besar kecilnya pendapatan bangunan.
Mengingat batasan-batasan ini, maka sebaiknya besar dan macam fasilitas servis
yang akan ditampung pada core utama, tidak terlalu banyak, sehingga untuk itu
efesiensi lantai yang dipergunakan adalah sekitar 80 %.

Gambar 2.8 Efisiensi lantai


(sumber : Eko S, 2009)

h. Ketinggian Bangunan

Terdapat tiga faktor membatasi jumlah lantai yang dapat dibangun


pada suatu lokasi , ketiga faktor tersebut adalah
1). Peraturan bangunan dimana bangunan direncanakan.
2). Perhitungan-perhitungan ekonomi teknik.

Adapun ketinggian atau jumlah lantai yang ideal, bila ditinjau dari sudut
pandang ekonomi teknik adalah jumlah lantai yang apabila disewa hingga
mencapai syarat minimum yang diharapkan bisa mencapai titik impas.
Perhitungan-perhitungan ekonomi teknik untuk menentukan jumlah lantai,
dibatasi oleh variabel-variabel antara lain :
1) Harga sewa yang berlaku dipasaran.
2) Harga tanah.
3) Besarnya bunga kredit bank
4) Harga bangunan.
5) Biaya-biaya yang harus dikeluarkan (pajak-pajak, pemeliharaan, gedung,
biaya operasi dan asuransi).
6) Daya dukung tanah

i.Sistem Struktur

Pemanfaatan ruang-ruang didekat perimeter (dinding luar) bangunan adalah


sangat penting, karena pada dasarnya orang lebih suka ruang kantornya berdekatan
dengan jendela luar. Struktur bangunan rental office sebaiknya bisa memberikan
kemungkinan terbentuknya dinding-dinding perimeter yang tidak padat seluas
mungkin. Sebagaimana halnya pada dinding pendukung (bearing wall), maka
bagian-bagian ruang lansung dibatasi dinding padat, secara praktis akan mempunyai
nilai jual yang sangat rendah dan bahkan mungkin tidak akan ada orang yang
berminat untuk menyewa ruang tersebut.

Bertitik tolak dari batasan-batasan diatas, kiranya yang paling penting


berkaitan dengan struktur bangunan adalah masalah pemilihan sistemnya.
Pemilihan tersebut dilakukan dengan pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:

1) Konsep core utama sebagai wadah servis.


2) Tingkat keterbukaan perimeter (dinding luar) bangunan yang terbentuk
akibat sistem struktur.
3) Struktur harus memungkinkan keseluruhan bangunan di buat jendela.

Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan ini, maka struktur yang paling baik


untuk sebuah bangunan rental office adalah gabungan antara sistem struktur
rangka dan share wall.

2.2.3 Standar Kenyamanan Ruang Kantor


Berdasarkan pengukuran kualitas udara kenyamanan termal/suhu,
Endangsih (2007), dibeberpa gedung bertingkat di kota besar didalam hal ini adalah
antara 22.3-25.40C, kelembapan 47-56 persen, kecepatan udara dalam ruang hanya
0,091 m/detik. Sedang standarnya adalah 0,15-1,15 m/detik. Sementara kadar CO-
nya ata diatas standar yaitu 400-888 ppm.

Menurut penyelidikan, batas-batas kenyamanan untuk kondisi khatulistiwa


adalah 260C TE dan batas bawahnya 190C TE. Beberapa hasil penyelidikan batas-
batas kenyamanan manusia bekerja dapat dilihat dalam tabl berikut.

Tabel 2.2 Suhu Kenyamanan Manusia Bekerja

No Pengarang Tempat Kelompok Batas

Manusia Kenyamanan

1 ASHRAE USA Selatan Peneliti 20,5 24,50C TE

(300C LU )

2 Rao Calkutta India 20-24,50C TE

(220C LU)

3 Webb Singapore Malaysia 25-270C TE

Khatulistiwa Cina

4 Mom Jakarta Indonesia 20-260C TE


(60C LS)

5 Ellis Singapore Eropa 22-260C TE

khatulistiwa

Sumber : Bangunan Tropis , 1997

2.2.4 Perhitungan Kebutuhan Ruang


Kebutuhan ruang kantor dapat dihitung dengan menggunakan 2 cara
bersamaan, yakni:
a. Ruang gerak orang (standar ruang peorangan x jumlah orang) + ruang
tambahan unutuk sarana penunjang + faktor (biasanya 15%) untuk
sirkulasi utama.
b. Ruang bebas untuk bukan orang dimana lebih tergantung pada
banyaknya peralatan dibandingkan jumlah orang yang membutuhkan
ruang kerjanya, sehingga untuk menghitungnya dapat digunakan dasar
perkiraan praktis dari benda-benda tersebut dan atau dengan cara
memperbandingkan contoh-contoh yang ada, kemudian suatu faktor
ditambahkan untuk sirkulasi utama. (www.ftsp1.uii.ac.id).

2.2.5 Perhitungan Kebutuhan Parkir

Tempat parkir kendaraan merupakan fasilitas yang perlu disediakan oleh


sebuah bangunan dan jika jumlah tempat parkir yang disediakan melebihi 20
kendaraan maka harus disediakan tempat istrahat sopir dengan ukuran minimal 2x
3 m.

Persyaratan mengenai tempat parkir diatur sebagai berikut :

a. Pintu masuk/keluar ke dalam wilayah bangunan minimum berada 20 m


dari tikungan dan jika tidak memenuhi syarat tersebut, letak pintu
ditempatkan pada sisi muka (frontage) terjauh dari tikungan.
b. Untuk parkir didalam bangunan, disyaratkan ruang bebas struktur (head
room) untuk ruang parkir maksimal 2,20 m.
c. Standar parkir pada kantor sewa adalah 1 (satu) mobil setiap 100 m
lantai kotor . (Panduan Sistem Bangunan, 2002).

2.3 Studi Kasus

2..3.1 Menara Mesiniaga, Selangor Malaysia


Salah satu aplikasi bangunan yang diharapkan sesuai dengan lingkungan
dengan iklim tropis adalah Menara Mesiniaga Malaysia, dengan konsep Arsitektur
Bioklimatik , mengetengahkan bangunan dengan Green Building. Salah satu hal
yang dipikirkan pada bangunan ini adalah memanfaatkan energi matahari sehingga
hemat pada beberapa komponen bangunan. Iklim tropis memiliki cahaya matahari
yang menerangi sepanjang 12 jam. Sehingga pemanfaatannya berguna untuk
bangunan, tentunya dengan beberapa teknik penggunaan, seperti penggunaan sun
shading untuk mengatur seberapa banyak pencahayaan yang masuk . Selain itu
diterapkan pula pengolahan lansekap, berupa taman berbentuk spiralyang melilit
dari bawah sampai atas bangunan. Lansekap vertikal ini berfungsi sebagai
pendingin evaporatif agar mendapatkan kenyamanan termal (lingkungan disekitar
bangunan tidak terlalu panas) , pengaplikasian vegetasi pada strategi lansekap ini
disamping menyediakan pembayangan terhadap area-area bagian dalam dan
dinding bagian luar, juga akan meminimalkan pemantulan panas dan sinar
matahari. Selain itu lansekap vertikal dapat meningkatkan iklim mikro dan dapat
menyerap polusi karbondioksida dan monoksida pada bangunan. Jika penerapan-
penerapan ini diaplikasikan pada bangunan-bangunan tropis maka diharapkan
menjadi bangunan yang tanggap terhadap lingkungan,sesuai dengan iklim tropis
dan tidak merugikan bangunan atau lingkungan sekitarnya. Dibutuhkan
pemahaman akan gaya berarsitektur baik secara mikro tentang bangunan maupun
secara global tentang lingkungan yang harus jadi pertimbangan.
Gambar 2.9 Menara Mesiniaga, Selangor,Malaysia
sumber : www.pinterest.com

Gambar 2.10 Menara Mesiniaga, Selangor,Malaysia


sumber : www.pinterest.com

2.3.2. Fusionopolis , Singapore

Designer Inggris Ken Yang layak mendapat kredit mengenai pembangunan


fusionopolis. Banyak orang mengklaim bahwa bangunan ini benar-benar bangunan
hijau pertama didunia. Fusionopolis akan dibangun disingapura. Struktur
menyerupai 15 fitur tulang belakang vertikal penanaman disetiap lantai. Setiap
lantai bangunan ini telah mendapat teras taman yang indah. Pencakar langit ini
akan menggunakan sumber hijau alami seperti matahari untuk menghasilkan
energi. Bangunan 15 lantai akan memiliki tinggi 1,4 km . bangunan ini telah
dirancang oleh arsitek visioner Ken Yeang. Dia sekarang bekerja sebagai direktur
Llewelyn Davies Yeang, perusahaan arsitek dengan desain terkemuka. Ia terkenal
untuk mengembangkan lingkungan bangunan berkelanjutan untuk daerah tropis
dan percaya pada filosofi bahwa bangunan harus bekerja seperi roses kehidupan.
Gambar 2.11 Fusionopolis, Singapore
sumber : www.inhabitat.com

Gambar 2.12 Fusionopolis, Sinagpore


sumber : www.inhabitat.com

2.3.3. Across Fakuoka Building, Jepang

The Across Fakuoka terletak di kota Fakuoka Jepang merupakan sebuah


bangunan perkantoran yang menakjubkan dengan dua sisi yang sangat berbeda,
satu sisi tampak seperti bangunan kantor konvensional dengan dinding kaca ,
namun disisi lain ada atap bertingkat besar yang menyatu dengan taman. Teras
taman , yang mencapai hingga sekitar 60 meter diatas tanah, mengandung sekitar
35.000 tanaman yang mewakili 76 spesies. Sebuah atrium berbentuk setengah
lingkaran besar dan lobi segitiga memberikan kontras dengan hijau, dalam ruang
ini adalah ruang simfoni, kantor dan toko-toko.
bangunan ini dibangun pada ruang hijau terakhir yang tersisa di pusat kota,
sehingga arsitek. Emilio Ambasz & Associates, menciptakan desain untuk
melestarikan ruang hijau sebanyak mungkin, sementara masih pas di sebuah
gedung kantor besar. Selain itu atap hijau mengurangi konsumsi energi bangunan,
karena itu membuat suhu didalam lebih konstan dan nyaman. Atap hijau juga
menangkap limpasan air hujan, dan mendukung kehidupan serangga dan burung.

Keutamaan bangunan ini adalah sebagai berikut:


a. Terintegrasi dengan taman
b. Teras taman mengandung sekitar 35.000 tanaman yang mewakili 76 spesies
c. Atap hijau mengurangi konsumsi energi bangunan , karena itu membuat
suhu didalam lbih konstan dan nyaman.
d. Atap hijau juga menangkap limpasan air hujan, dan mendukung kehidupan
serangga dan burung.
e. Atrium berbentuk setengah lingkaran dan segitiga lobi memberikan kontras
dengan hijau, dalam ruang ini adalah ruang simfoni, kantor dan toko-toko.

Gambar 2.13 Across Fakuoka Building, Jepang


sumber : www.inhabitat.com
Gambar 2.14 Across Fakuoka Building, Jepang
sumber : www.inhabitat.com

Tabel 2.3 Kesimpulan Studi Banding dan Penerapannya

Bangunan studi Yang akan diterapkan pada perencanaan kantor


banding sewa

1.menara mesiniaga ,
Selangor Malaysia
Penerapan pengolahan lansekap baik
horizontal maupun vertikal untuk
kenyamanan termal dalam bangunan.

2.fusionopolis , Penerapan penggunaan teras taman.


singapore

3.Across Fakuoka Penerapan penggunaan teras taman.


Building Penerapan penggunaan atap hijau (green
roof) dan taman atap.
Penerapan penggunaan atrium yang
terhubung dengan taman hijau dalam
ruangan.

Sumber : Analisis Penulis,2016


BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Metode Perancangan


Metode yang digunakan adalah Metode Perancangan Arsitektur, dimana
penulis melakukan penelitian berdasarkan observasi, literatur, dokumen dan karya
ilmiah serta sumber-sumber lainnya yang diterjemahkan dalam analisis makro dan
mikro. Hal ini dimaksudkan untuk memperoleh informasi tentang konsep dan teori-
teori yang dapat dijadikan landasan dalam melakukan peracangan Kantor Sewa
diKota Palu.

3.2 Lokasi Penelitian


Kantor Sewa merupakan tempat dilakukannya kegiatan jasa dan pelayanan.

Sehingga penentuan lokasi penelitian didasarkan pada pertimbangan kawasan

pekantoran dan jasa komersil. Pelaksanaan kegiatan penelitian ini mengambil lokasi

di Kota Palu, melihat pada peruntukan kawasan perkantoran dan jasa komersil

berdasarkan Perda Kota Palu No. 16 tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang

Wilayah Kota Palu tahun 2010 2030.


Gambar 3.15 Wilayah Kota Palu
(Sumber : http://petatematikindo.files.wordpress.com/2013/01/administrasi-palu1.jpg)
3.3 Jenis dan Sumber Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data primer dan sekunder
yang masing- masing terdiri atas:
3.3.1 Data Primer
Berupa data yang dikumpulkan sendiri melalui survey lapangan di lokasi
penelitian untuk mendapatkan kondisi eksisting sebagai masukan dalam mendesain
bangunan Kantor Sewa.
3.3.2 Data Sekunder
Berupa data pelengkap yaitu survey literatur untuk mendapatkan referensi
berupa teoriteori. Dalam hal ini adalah teori mengenai konsep perancangan Kantor
Sewa, teori mengenai persyaratan ruang, besaran ruang dan lain - lain. Literatur
diperoleh melalui buku panduan, situs internet dan lain- lain.

3.4 Teknik Pengumpulan Data


Untuk melaksanakan penelitian dan memperoleh data, maka perlu
ditentukan teknik pengumpulan data. Adapun teknik pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
3.4.1 Observasi Lapangan
Observasi lapangan telah dilakukan untuk mengamati secara langsung kondisi
site di lokasi perencanaan yaitu : luas lahan, bentuk tapak, topografi, kondisi
tanah, vegetasi disekitar tapak, view, penggunaan lahan, potensi lingkungan,
orientasi matahari dan angin.
3.4.2 Wawancara
Teknik wawancara yang digunakan adalah wawancara tak terstruktur,
bertujuan memberi kesempatan kepada peneliti untuk menggali lebih dalam,
menemukan petunjuk baru, membuka dimensi permasalahan yang lebih luas
dan memperoleh informasi yang lebih akurat dari responden atau kelompok.
Data yang telah dikumpulkan oleh peneliti dengan mewancarai secara langsung
sejumlah informan, narasumber ataupun siapa saja yang mengetahui tentang
Kantor Sewa. Seperti bertanya kepada pengelola atau layanan tanya jawab via
media sosial e-mail untuk mendapatkan informasi / data pendukung dalam
merancang sebuah Kantor Sewa.
3.4.3 Teknik Dokumentasi
Mengumpulkan dan mendapatkan gambar visual dari kondisi eksisting site
perencanaan dan infrastruktur yang tersedia di kawasan.
3.4.5 Studi Literatur
Studi literatur dilakukan dengan mempelajari teori yang ada baik berupa
referensi, hasil - hasil karya ilmiah untuk mendapatkan data pendukung yang
berkaitan dengan permasalahan yang diangkat yaitu tentang bagaimana
mendesain sebuah Kantor Sewa. Referensi yang dikumpulkan terkait
permasalahan yang diangkat seperti tinjauan tentang perkembangan kantor
sewa, dan lain lain yang terkait tentang kantor sewa. Berikut penjelasan
mengenai teknik pengumpulan data yang dimuat dalam bentuk tabel.
Tabel 3.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik Pengumpulan Data Kegiatan yang telah dilakukan

1. Observasi Lapangan 1. mengukur luas lahan


2. menganalisis vegetasi di sekitar
tapak
3. menentukan view terbaik pada
tapak
4. menganalisis potensi lingkungan,
orientasi matahari dan angin

2. Wawancara 1. mewawancarai narasumber yang


mengetahui tentang kantor sewa
2. melakukan wawancara atau tanya
jawab via e-mail

mengumpulkan gambar visual dari


3. Teknik Dokumentasi kondisi eksisting site
Mempelajari teori yang ada baik
4. Studi Literatur melalui referensi, hasil karya ilmiah
dan lain lain yang terkait dengan
mode.
Sumber : Analisis Penulis,2016

3.5 Instrumen Penelitian


Instrumen dalam penelitian ini bergantung pada manusia sebagai alat
pengumpul data. Untuk memudahkan pengumpulan data, maka dibutuhkan
peralatan penunjang berupa; kamera, alat ukur (rol meter), papan gambar (sketsa),
alat perlengkapan gambar (pensil, penghapus, isolasi dan spidol) dan aplikasi
software komputer. Perangkat instrumen ini digunakan pada saat meneliti lokasi
penelitian.

3.6 Teknik Analisis


Untuk mencapai tujuan penelitian, maka dilakukan pengolahan dan analisis
data dengan cara sebagai berikut:

3.6.1 Pengeditan (editing)


Pada tahap ini, dilakukan pengecekan / pemeriksaan kelengkapan dan
kebenaran data-data yang telah diperoleh baik dari hasil observasi, wawancara,
penyebaran kuisioner, maupun teknik dokumentasi.

3.6.2 Reduksi data

Pada tahap ini dilakukan penyisihan terhadap data-data yang dianggap kurang
berkaitan dengan penelitian. Sehingga data yang tersisa dapat dibuat/disusun
dalam bentuk yang lebih sederhana.
3.6.3 Pengelompokkan data
Pada tahap ini data primer dan sekunder diklasifikasikan, kemudian data
tersebut dianalisis secara komparatif untuk mengetahui fungsi data lebih lanjut,
apakah sebagai pendukung konsep atau sebagai penjabaran konsep.
3.6.4 Analisis data
Pada tahap ini, dilakukan penguraian dan pengkajian data dan informasi yang
telah diperoleh, kemudian disusun sebagai data yang relevan untuk
memecahkan permasalahan berdasarkan teori-teori yang diuraikan dalam
kajian pustaka sehingga diperoleh konsep-konsep perancangan. Adapun
tahapan analisis dalam penelitian adalah sebagai berikut:
a. Analisis Makro, terdiri dari kondisi eksisting lokasi terpilih meliputi luas
lahan, kondisi topografi, kondisi vegetasi, akses menuju tapak, batas fisik
lokasi, orientasi matahari, kebisingan, polusi, angin, sirkulasi, view,
landscape, penzoningan dan parkir.
b. Analisis Mikro, terdiri dari analisis kegiatan dan daya tampung, analisis
pelaku, analisis aktifitas, analisis kebutuhan ruang, analisis pola hubungan
ruang, analisis besaran ruang, analisis sirkulasi, analisis penzoningan, analisis
pencahayaan, analisis penghawaan, analisis utilitas, analisis bentuk dan
analisis struktur bangunan.

Tabel 3.5 Analisis Makro

Data Analisis Teknik Pengumpulan


Tujuan
Makro Data
No

1 Luas Lahan Observasi dan


Untuk menentukan dimensi desain
pemetaan

Observasi dan
2 Kondisi pemetaan Untuk menentukan struktur yang digunakan

Topografi

Observasi Untuk mengetahui jenis vegetasi yang ada


pada tapak
3 Kondisi

Vegetasi
Untuk mengetahui akses menuju tapak dan
Observasi
jenis jalan serta kondisinya
4 Akses Menuju

Tapak
Untuk mengetahui batas batas pada
Observasi
Tapak
5 Batas Fisik

Lokasi

Untuk mengoptimalkan fungsi sinar matahari


Observasi dan Studi yang masuk ke tapak dan bangunan
Literatur
6 Orientasi

Matahari Untuk mengoptimalkan fungsi angin yang


masuk ke tapak dan bangunan

Observasi dan Studi


Literatur
Untuk mengatasi kebisingan yang masuk ke
7 Angin dalam tapak dan bangunan

Observasi dan Studi


Literatur
Untuk mengatasi polusi yang masuk ke dalam
tapak dan bangunan
8 Kebisingan
Observasi dan Studi
Literatur
Untuk menentukan sirkulasi dan entrance
yang tepat pada tapak
9 Polusi
Observasi dan Studi
Literatur
Untuk menentukan view yang terbaik dari
dan ke tapak

10 Sirkulasi Observasi dan Studi


Literatur
Untuk melakukan penataan vegetasi dalam
tapak sebagai unsur kenyamanan dan
keindahan dalam tapak
Observasi dan Studi
11 View Literatur

Untuk mengelompokkan beberapa kegiatan


dalam suatu zona tertentu berdasarkan tiap
sifat kegiatan
12 Landscape Observasi dan Studi
Literatur
Untuk menentukan sistem parkir yang tepat
pada tapak

Observasi dan Studi


13 Penzoningan
Literatur
14 Parkir

Sumber : Analisis Penulis,2016

Tabel 3.6 Analisis Mikro


Data Analisis Teknik
No Tujuan
Mikro Pengumpulan Data

1 Analisis jenis Studi literatur Untuk mengetahui jenis kegiatan


kegiatan, dalam bangunan, pelaku dan
pelaku dan aktifitasnya
aktifitasnya

Analisis
kebutuhan
2 ruang dan Studi literatur
Untuk mengetahui kebutuhan ruang
jumlah dalam bangunan sesuai dengan
pengguna fungsi bangunan

Analisis pola
hubungan
ruang

Untuk mengetahui keterkaitan


3 Studi Literatur
hubungan antar ruang
Analisis
besaran ruang

Analisis Untuk mengetahui total luas


4 sirkulasi Studi Literatur bangunan dan ruang luar
Analisis Untuk menentukan jenis sirkulasi
persyarata dalam bangunan
5 Studi Literatur
ruang

Untuk menentukan penggunaan


Analisis utilitas pencahayaan, penghawaan dan
6 Studi Literatur akustik dalam bangunan

Untuk menentukan sistem utilitas


dalam bangunan sebagai pendukung
Analisis fungsi bangunan
7 bentuk Studi Literatur

Untuk menentukan konsep bentuk


Analisis tampilan bangunan
struktur
bangunan
Untuk menentukan jenis struktur
8 Studi literatur
yang digunakan pada bangunan

9 Studi literatur

Sumber : Analisis Penulis,2016

3.7 Penyelesaian Sasaran Penelitian


Penyelesaian sasaran penelitian dilakukan untuk mendapatkan hasil atau
output dan metode pelaksanaan dari tiap item sasaran penelitian dalam
pendahuluan.

Tabel 3.7 Penyelesaian Sasaran Penelitian

No Sasaran Penelitian Metodologi Output

1 Identifikasi dan studi Studi Literatur Jenis jenis


tentang Pusat Mode yang kebutuhan ruang dan
sudah ada dimensi ruang

2 Observasi, pengamatan dan Survei Lapangan Letak dan Luasan


pemetaan tapak dimensi tapak

3 Menyusun analisa dan Analisis Konsep desain


konsep bangunan Pusat Kantor Sewa
Mode

4 Menuangkan konsep dalam Desain Desain (gambar,


bentuk desain gambar, animasi dan maket)
animasi dan maket
Sumber : Analisis Penulis,2016

3.8 Alur Pikir Penelitian


Kantor Sewa di Kota Palu

LATAR BELAKANG
- Perkembangan pada sektor perdagangan dan industri merupakan salah satu
konsekuensi dari era globalisasi dan moderenisasi yang melanda dunia.
- Pertumbuhan yang sangat pesat ini memicu pertumbuhan perekonomian di negiara
kita.
- Sehingga membuat para investor baik lokal maupun asing dalam bentuk bantuan
modal,teknologi,dan sebagainya.
- Sehingga membutuhkan wadah yang memenuhi syarat sebagai tempat
menjalankan usaha secara lebih komersil.
- Menjadikan kantor sewa sebagai sebuah karya arsitektur.

RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka rumusan masalah
penelitian adalah bagaimana desain suatu Kantor Sewa di Kota Palu.

Data Sekunder Data Primer


TINJAUAN PUSTAKA
Berupa data pelengkap yaitu survey Berupa data yang
literatur untuk mendapatkan dikumpulkan sendiri melalui
referensi berupa teori teori. survey lapangan di lokasi
PENGUMPULAN DATA
Dalam hal ini adalah teori mengenai penelitian untuk
Observasi lapangan, wawancara, mendapatkan kondisi
konsep perancangan Kantor Sewa, teknik dokumentasi dokumentasi
teori mengenai persyaratan ruang, eksisting sebagai masukan
dan studi literatur dalam mendesain bangunan
besaran ruang dan lain - lain.
Literatur diperoleh melalui buku Pusat Mode.
panduan, situs internet dan lain-
lain.

ANALISIS DATA
Data yang telah dikumpulkan kemudian dideskripsikan kedalam analisis makro dan mikro untuk
mendapatkan konsep perancangan Kantor Sewa

Analisis Makro Analisis Mikro


Analisis Makro, Analisis Mikro,
Yang dibahas dalam analisis ini yaitu: Yang dibahas dalam analisis ini yaitu:
1) Kondisi eksisting, terdiri dari 1) Jenis Kegiatan, Pelaku dan Aktifitasnya
a) Luas lahan, 2) Kebutuhan Ruang dan Jumlah
b) Kondisi Topografi Pengguna
c) Kondisi Vegetasi 3) Pola Hubungan Ruang
d) Akses Menuju Tapak 4) Besaran Ruang
e) Batas Fisik Lokasi 5) Sirkulasi
2) Orientasi Matahari 6) Persyaratan Ruang
3) Orientasi Angin 7) Utilitas
4) Kebisingan 8) Bentuk
5) Polusi 9) Struktur
6) Sirkulasi
7) View
8) Landscape
9) Penzoningan
10) Parkir

KONSEP

DESAIN

GAMBAR MAKET

Gambar 3.16 Alur Pikir Penelitian


(Sumber : Analisis Penulis,2016)

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Kota Palu
4.1.1. Letak Administrasi Kota Palu

Gambar 4.17 Peta Kota Palu


Sumber : Badan Perencanaan pembangunan Daerah dan Penanaman Modal

Secara administratif, Kota Palu adalah ibu kota Propinsi Sulawesi Tengah, yang
dibagi dalam 8 kecamatan dan 45 kelurahan. Kota Palu dengan wilayah seluas
395,06 kilometer persegi, berada pada kawasan dataran lembah Palu dan teluk Palu
yang secara astronomis terletak antara 0,36 0,56 Lintang Selatan dan 119,45
121,1 Bujur Timur, tepat berada di bawah garis Khatulistiwa dengan ketinggian 0
700 meter dari permukaan laut.
Hasil proyeksi Penduduk tahun 2012 menunjukkan bahwa jumlah penduduk
Kota Palu mencapai 347.856 jiwa. Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk,
maka tingkat kepadatan penduduk juga mengalami peningkatan. Kepadatan
penduduk Kota Palu keadaan akhir tahun 2012 tercatat 881 jiwa/km, dengan luas
wilayah Kota Palu 395,06 km.
Bila dilihat penyebaran penduduk pada tingkat kecamatan, ternyata
Kecamatan Palu Timur merupakan wilayah dengan kepadatan penduduk tertinggi
yaitu 8.740 jiwa/km.

Tabel 4.8 Batas Wilayah Administrasi Kota Palu


Arah Batas wilayah

utara Kecamatan Tanantovea, Kabupaten Donggala

Selatan Kecamatan Marawola dan Kecamatan Sigi Biromaru,

Kabupaten Sigi

Barat Kecamatan Finembani, Kecamatan Kinovaro dan

Kecamatan Marawola Barat, Kabupaten Donggala

timur Kecamatan Parigi Kabupaten Parigi Moutong dan

Kecamatan Tanantovea, Kabupaten Donggala

Sumber : BPS, Kota Palu dalam Angka 2015

a) Keadaan Iklim
Berbeda dengan daerah-daerah lain di Indonesia yang mempunyai dua
musim, Kota Palu memiliki karakteristik yang spesifik, dikarenakan Kota Palu tidak
dapat digolongkan sebagai daerah musim atau disebut sebagai Non Zona Musim.
Pada tahun 2012, ratarata suhu udara di Kota Palu yang tercatat pada Stasiun
Udara Mutiara Palu adalah 27,7C Suhu terendah terjadi pada bulan Juli yaitu
sebesar 26,4C, sedangkan bulanbulan lainnya suhu udara berkisar antara 27,1C
28,8C Kelembaban udara ratarata tertinggi terjadi pada bulan Juli yang mencapai
82 persen, sedangkan kelembaban udara terendah terjadi pada bulan Oktober
yaitu 72 persen.
Curah hujan tertinggi yang tercatat pada Stasiun Meteorologi Mutiara Palu
tahun 2012 terjadi pada bulan Juli yaitu 166,0 mm, sedangkan curah hujan terendah
terjadi pada September yaitu 15,0 mm. Sementara itu kecepatan angin pada tahun
2012 ratarata 3,8 knots. Arah angin pada tahun 2012 masih berada pada posisi
yang sama dengan tahun sebelumnya yaitu datang dari posisi utara.
Tekanan udara tertinggi yang tercatat pada Stasiun Meteorologi Mutiara Palu
tahun 2012 terjadi pada bulan Oktober yaitu 1.011,5 mb, sedangkan tekanan udara
terendah terjadi pada Desember yaitu 1.009,4 mb. Sementara itu penyinaran
matahari pada tahun 2012 ratarata 62,8 % dan yang tertinggi terjadi pada bulan
September yaitu sebanyak 75 %.

Tabel 4.9 Rata-rata Parameter Cuaca pada Stasiun Meteorologi Mutiara Palu
menurut Bulan

SUHU TEKANAN KELEMBAPAN PENYINARAN CURAH KECEPATAN ARAH


UDARA UDARA UDARA MATAHARI HUJAN ANGIN ANGIN
BULAN TERBANYAK
(C) (mb) (%) (%) (mm) (KNOTS)

Januari 27,1 1009,9 80 50 108,4 3 Barat laut

Februari 27,5 1009,6 76 67 23,6 4 Barat laut

Maret 27,6 1009,6 75 57 46,4 4 Barat laut

April 27,8 1010,7 76 68 98,6 4 Barat laut

Mei 28,2 1009,9 73 68 15,9 4 Barat laut

Juni 27,7 1010,6 74 58 53,0 4 Barat laut

Juli 26,4 1010,3 82 49 166,0 3 Utara

Agustus 27,3 1011,2 78 64 84,7 4 Barat laut

September 27,9 1011,0 74 75 15,0 4 Barat laut


Oktober 28,8 1011,5 72 74 42,0 4 Utara

November 28,3 1009,9 75 60 28,0 4 Barat laut

Desember 27,9 1009,4 77 64 79,0 4 Barat laut

Rata-rata 27,7 1010,3 76,0 62,8 63,38 3,8 utara

Sumber : BPS, Kota Palu dalam Angka 2015

4.2 Gambaran Umum Lokasi Penelitian


4.2.1 Dasar Pertimbangan Pemilihan Lokasi
Kantor Sewa merupakan tempat dilakukannya kegiatan perkantoran. Sehingga
faktor utama penentuan lokasi penelitian didasarkan pada pertimbangan kawasan
perkantoran. Penentuan pemilihan lokasi perencanaan untuk desain Kantor Sewa di
Kota Palu berdasarkan pada kriteria - kriteria berikut :
a. Peruntukan lahan
Lokasi sesuai dengan Peraturan Daerah Kota Palu Nomor 16 Tahun 2011
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah kota Palu Tahun 2010 - 2030 yang
melihat pada kawasan perkantoran.
b. Tersedianya infrastruktur seperti jaringan air bersih, listrik, telekomunikasi
dan lainnya
Infrastruktur tersebut merupakan sarana pendukung aktivitas dalam
bangunan
c. Aksesibilitas
Pencapaian ke lokasi sangat efektif karena dapat dijangkau transportasi
umum.
d. Lokasi mempunyai daya tarik bagi masyarakat.
4.2.2 Lokasi Perencanaan
Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan yang telah diuraikan di atas dan
observasi site yang dilakukan penulis, maka dipilih lokasi Kantor Sewa di wilayah Ibu
Kota Provinsi Sulawesi Tengah di Kecamatan Palu Selatan Kelurahan Tatura Utara,
tepatnya di Prof.Moh Yamin Lokasi ini dipilih atas pertimbangan bahwa Kantor
Sewa merupakan tempat berlangsungnya kegiatan perkantoran.
Gambar 4.18 Peta Lokasi Perencanaan
Sumber : BAPPEDA, 2015

4.2.3 Gambaran Khusus Lokasi Penelitian


Berikut gambaran khusus lokasi penelitian / kondisi eksisting lokasi berupa
luas lahan, kondisi topografi, kondisi vegetasi, dan batas fisik lokasi.
a. Kondisi eksisting
Kondisi eksisting pada sekitar tapak antara lain sebagai berikut:
1) Sebelah Utara berbatasan dengan kantor Gubernuran Siranindi, Rujab,
BAPPEDA.
2) Sebelah Timur berbatasan dengan Kantor PKK dan Kantor Badan Kesatuan
Bangsa.
3) Sebelah Selatan berbatasan dengan Komisi Penyiaran Indonesia Daerah,
Dharma Wanita, Paluta.
4) Sebelah Barat berbatasan dengan Tanah kosong, Taspen.
Gambar 4.19 Kondisi eksisting
Sumber : Analisis Penulis, 2016

b. Luas Lahan
Berdasarkan pengamatan lapangan dan pengukuran, maka lokasi
terpilih memiliki luas 1,346 Ha, lahan ini cukup luas untuk perencanaan
sebuah Kantor Sewa karena kegiatan yang diwadahi membutuhkan luasan
yang cukup.
Gambar 4.20 Luas Lahan
Sumber : Google Map 2016

c. Kondisi Topografi
Kondisi topografi pada lokasi penelitian relatif datar.

Gambar 4.21 Kondisi Topografi


Sumber : Analisis Penulis, 2016

d. Kondisi Sirkulasi tapak

Sirkulasi eksisting di sekitar tapak, pada arah Utara merupakan jalan cumi-
cumi dengan tingkat kepadatan yang cukup tinggi karena merupakan jenis jalan
arteri dengan median jalan atau dua jalur sehingga dapat dilalui semua jenis
moda transportasi darat, begitu pula pada arah selatan jalan diponegoro dengan
tingkat kepadatan yang cukup tinggi kerena merupakan jalan arteri dengan
median jalan atau dua jalur dan dapat dilalui semua jenis moda transportasi
darat.

Gambar 4.22 Kondisi Sirkulasi Tapak


Sumber : Analisis Penulis, 2016

e. Kondisi utilitas pada Tapak

Sistem Utilitas di sekitar tapak cukup memadai, pada jalan diponegoro dan
jalan cumi-cumi terdapat jaringan drainase, Air bersih dari PDAM, listrik dan
telepon.
Gambar 4.23 Kondisi Utilitas Tapak
Sumber : Analisis Penulis, 2016

f. Orientasi Matahari
Matahari terbit dari arah timur dan terbenam ke arah barat. Sinar matahari
dapat mendukung proses rancangan dalam sebuah desain dengan
memanfaatkannya sebagai pencahayaan alami dan pencahayaan buatan. Untuk
kebutuhan pencahayaan alami dari sinar matahari maka yang dibutuhkan
adalah sinar terangnya dan menghindari efek panas serta silau akibat
radiasinya. Sehingga untuk mengoptimalkan fungsi sebagai pencahayaan alami
dibuat bukaan pada ruang ruang dalam bangunan dan digunakan pula
vegetasi, sunscreen atau teritisan sebagai filter untuk mencegah pemanasan
dan silau dalam bangunan.

Gambar 4.24 Orientasi Matahari


Sumber: Analisis Penulis, 2016
g. Orientasi angin
Berdasarkan data Kota Palu dalam angka 2014 bahwa dalam lima tahun
terakhir arah angin terbanyak bergerak dari arah utara menuju arah selatan.
Angin dapat dimanfaatkan sebagai penghawaan yang alami dalam bangunan.
Dengan membuat bukaan pada bangunan maka dapat mengalirkan angin
masuk ke dalam bangunan sebagai fungsi penghawaan alami. Penataan
vegetasi dan pengaturan jaraknya terhadap bangunan pada tapak juga
dilakukan sebagai pengendali kecepatan angin yang berhembus masuk kedalam
bangunan. Selain vegetasi, digunakan pula material yang mampu mengalirkan
angin untuk masuk ke dalam bangunan.

Gambar 4.25 Orientasi Angin


Sumber: Analisis Penulis, 2016

Arah angin cenderung berada pada arah Utara dan Selatan, karena
kondisi tapak terletak pada tepi garis pantai tanpa penghalang.

h. Kondisi kebisingan pada tapak


Kondisi kebisingan pada tapak berdasarkan pengamatan, arah Jalan
mohammad yamin memiliki tingkat kebisingan yang cukup tinggi karena
termasuk jalan arteri dilalui semua jenis moda transporatsi darat sehingga
aktivitas kendaraan pada arah ini cukup tinggi dan jarak tapak sangat dekat
tehadap arah tersebut tanpa penghalang. Untuk mengatasi kebisingan dan
polusi pada tapak dapat dilakukan dengan penataan vegetasi hal ini dilakukan
agar kebisingan dan polusi dapat direduksi sebelum masuk ke dalam bangunan
dengan intensitas bising dan polusi yang relatif kecil. Selain itu pada area
dengan potensi kebisingan dan polusi yang relatif besar, digunakan material
kulit luar bangunan yang minim bukaan untuk mencegah kebisingan dan polusi
masuk ke dalam bangunan.

Gambar 4.26 Kondisi Kebisingan Pada Tapak


Sumber: Analisis Penulis, 2016

4.3 Konsep makro


4.3.1 Analisis Perancangan tapak
a. Pencapaian pada Tapak
Penentuan pencapaian pada tapak bertujuan untuk mendapatkan arah
masuk dan keluar pada tapak, agar mempermudah pengguna dalam
pencapaian. Adapun yang menjadi dasar pertimbangan yaitu:
1) Kondisi jalan di sekitar tapak.
2) Kemudahan dan pencapaian yang efisien.
Gambar 4.27 Analisis Pencapaian Dada Tapak
Sumber: Analisis Penulis, 2016

Tapak dapat dicapai melalui beberapa arah, seperti pada gambar di


atas. Melihat kondisi tapak tersebut, maka pencapaian utama menuju tapak
dapat diperioritaskan pada arah Utara yaitu Jalan mohammad yamin.
Adapun dasar pertimbangannya yaitu:
1) Merupakan jalan arteri dengan lebar yang cukup sehingga dapat dilalui
oleh semua jenis transportasi darat.
2) Pencapaian melalui arah ini cukup mudah dijangkau dari arah pintu
kedatangan.
3) View yang cukup baik dari arah utara tapak.

Kondisi jalan tanjung angin kurang tepat menjadi arah pencapaian utama,
karena terdapat banyak permukiman warga sehingga dapat menimbulkan
tingkat kemacetan yang cukup tinggi. Namun dapat dijadikan sebagai sirkulasi
untuk servis agar tidak mengganggu sirkulasi pengunjung.
Gambar 4.28 Hasil Analisis Pencapaian Pada Tapak
Sumber: Analisis Penulis, 2016

Berdasarkan analisis di atas maka pencapaian menuju tapak dapat


diakses pada jalan mohammad yamin sebagai pencapaian utama pengunjung
pada tapak, sedang jalan tanjung angin dijadikan sebagai pencapaian keluar-
masuk servis dan pengelola seperti pada gambar di atas.

b. Tata letak dan Massa Bangunan


Penentuan tata letak dan massa bangunan bertujuan untuk
mendapatkan posisi bangunan yang akan direncanakan agar sesuai dengan
kondisi tapak yang ada. Adapun yang menjadi dasar pertimbangan yaitu:
1) Bentuk tapak
2) Pencapaian pada tapak
3) Fungsi bangunan
4) Tingkat kebisingan
Kondisi tapak yang hampir berbentuk persegi panjang dengan
pencapaian pada tapak dari arah depan dan belakang serta fungsi bangunan
yang melibatkan orang banyak sehingga membutuhkan ruang yang besar
dalam kegiatannya, sedang untuk pertimbangan tingkat kebisingan
perletakan bangunan meperhatikan jarak bangunan dengan sumber bising.
Berdasarkan kondisi tersebut, posisi bangunan yang cukup efisien berada
pada tengah tapak dengan bentuk bangunan tunggal, seperti pada gambar
di bawah ini:
Gambar 4.29 Hasil Analisis Tata Letak Dan Massa Bangunan
Sumber: Analisis Penulis, 2016

c. Sirkulasi pada Tapak


Menentukan sirkulasi pada tapak bertujuan untuk mendapatkan
bentuk sirkulasi yang sesuai dengan tata letak bangunan agar lalu lintas
dalam tapak berjalan dengan baik. Adapun dasar pertimbangannya sebagai
berikut:
1) Pencapaian pada tapak
2) Tata letak dan massa bangunan
3) Lalu lintas atau aksesibilitas yang baik dalam tapak

Sirkulasi pejalan
kaki menggunakan
trotoar

Sirkulasi satu
arah kendaraan
dalam tapak
Gambar 4.30 Analisis Sirkulasi
Sumber: Analisis Penulis, 2016

Pejalan kaki menggunakan trotoar sebagai sirkulasi untuk


mengurangi kemacetan dan syarat dalam sirkulasi jalan. Selasar sebagai
penunjuk jalan, peneduh dari panas dan hujan sebagai perwujudan adanya
peralihan/penghubung.

Adanya vegetasi
sebagai
pembeda
sirkulasi pejalan
kaki dan
kendaraan

Gambar 4.31 Analisis Sirkulasi Pada Tapak


Sumber : Analisis Penulis, 2016

Pembedaan antara sirkulasi pejalan kaki dengan kendaraan yaitu, pejalan


kaki normal menggunakan perkerasan dan adanya vegetasi sebagai
pembeda pejalan kaki dengan kendaraan.
Bentuk bangunan tunggal yang diletakkan pada tengah tapak yang
memiliki tapak persegi panjang dengan pencapaian arah depan dan
belakang. Kondisi ini cukup tepat jika menggunakan bentuk sirkulasi
melingkar atau mengelilingi bangunan, kemudian aksesibilitasnya dibuat
satu arah untuk mengurangi penumpukan kendaraan. Sedang untuk sirkulasi
servis dibuat terpisah dengan sirkulasi pengunjung agar aktivitasnya tidak
saling mengganggu. Seperti pada gambar di bawah ini:

Gambar 4.32 Hasil Analisis Sirkulasi Pada Tapak


Sumber : Analisis Penulis, 2016

d. Orientasai Bangunan
Penentuan orientasi bangunan bertujuan untuk mendapatkan arah
orientasi bangunan yang tepat. Adapun yang menjadi dasar pertimbangan
yaitu:
1) Kondisi sekitar tapak
2) Pencapaian menuju tapak
3) view bangunan dari luar dan dalam tapak
4) orientasi matahari dan angin
Kondisi tapak pada arah Utara berbatasan dengan jalan cumi-cumi
kafetaria dan Teluk Palu, arah Timur berbatasan dengan ruko dan Palu
Grand Mall, arah Selatan berbatasan dengan jalan Selar, lahan kosong dan
permukiman warga, sedang arah barat berbatasan dengan Kompleks ruko.

Gambar 4.33 Analisis Orientasi Bangunan


Sumber : Analisis Penulis, 2016

Berdasarkan kondisi tersebut maka orientasi utama bangunan yang


baik yaitu ke arah utara, adapun yang menjadi dasar pertimbangan yaitu:
1) Arah Utara merupakan pencapaian utama menuju tapak, sehingga view
bangunan dapat terlihat maksimal.
2) View bangunan dari luar tapak dapat terlihat dengan jelas tanpa
penghalang. Sedang dari arah tapak dapat melihat pesona teluk Palu.
3) Merupakan orientasi angin makro, dan bukan merupakan arah orientasi
matahari sehingga tidak terkena radiasi matahari secara langsung.
Sedangkan arah Selatan dapat dijadikan sebagai orientasi pendukung,
karena arah tersebut, juga merupakan salah satu pencapaian menuju
bangunan dan kondisi sekitarnya dapat melihat bangunan secara langsung
atau tanpa penghalang. Arah Utara dan Barat kurang tepat menjadi
orientasi, karena terdapat bangunan yang menghalangi dan merupakan
orientasi matahari. Sehingga yang menjadi orientasi utama bangunan yaitu
pada arah Utara, sedang arah Selatan sebagai orientasi pendukung,
e. Ruang Parkir
Direncanakan ruang parkir kendaraan roda dua dan roda empat untuk
pengelola dan pengunjung. Sistem parkir kendaraan roda dua dan
kendaraan roda empat menggunakan pola parkir tegak lurus dan pola parkir
menyudut yang disesuaikan dengan sirkulasi kendaran. Daerah parkir juga
memanfaatkan vegetasi sebagai peneduh dan pengarah sirkulasi.
Penyediaan ruang parkir bertujuan untuk mendapatkan:
1) Pembagian zona parkir berdasarkan moda transportasi yang beraktivitas
di dalam tapak.
2) Bentuk parkiran yang sesuai dengan bentuk ruang parkir yang tersedia
berdasarkan tata letak dan massa bangunan.
Sedangkan dalam penataan parkir hal yang perlu dipertimbangkan antara
lain:
a) Tata letak dan massa bangunan
b) Sirkulasi pada tapak
Gambar 4.34 Hasil Analisis Ruang Parkir
Sumber : Analisis Penulis, 2016

Gambar di atas menunjukan betuk sirkulasi, tata letak dan massa


bangunan, pada kondisi tersebut dapat dilihat posisi bangunan yang terletak
di tangah tapak dengan sirkulasi mengitari bangunan, sehingga ruang yang
dapat diperuntukkan sebagai ruang parkir dibagi menjadi beberapa zona.
Pembagian zona parkir disesuaikan dengan jenis kendaraan yang
digunakan pengguna dan luasan rung parkir yang tersedia. Zona hijau
diperuntukkan untuk kendaran ukuran besar dan panjang seperti bus dan
sejenisnya, zona biru diperuntukkan untuk ukuran sedang seperti mobil atau
motor dan sejenisnya, zona kuning diperuntukkan sebagai zona servis atau
pelayanan.
Bentuk ruang parkir yang cukup efisien untuk sirkulasi berbentuk
melingkar dan ruang parkir yang memanjang yaitu dengan kemiringan 90
dan 45.

Gambar 4.35 Pengguna Parkir 45 Untuk Kendaraan Roda Empat Pada Area Parkir
Sumber : Analisis Penulis, 2016
Gambar 4.36 Pengguna Parkir 90 Untuk Kendaraan Roda Dua
Sumber : Analisis Penulis, 2016

f. Penzoningan
Dalam penzoningan bangunan Pusat Mode, terdapat beberapa sifat
ruang yang dibutuhkan antara lain:
1) Publik : merupakan area umum yang bisa diakses oleh siapa saja
seperti area parkir, lobby dan resepsionis.
2) Semi Publik : merupakan area yang hanya bisa diakses oleh
pengunjung dan pengelola yang bertugas pada setiap ruangan seperti
ruang pertunjukan, ruang produksi, ruang membatik, ruang pelatihan
kursus, musholla, kafetaria dan lain-lain.
3) Privat : merupakan area yang hanya bisa diakses oleh pengelola
sebagai ruang kerja pengelola seperti ruang pimpinan, staf, ruang
rapat dan lain lain.
4) Service : merupakan area yang berfungi sebagai area utilitas pada
bangunan seperti ruang mekanikal dan toilet.

Gambar 4.37 Analisis Penzoningan


Sumber : Analisis Penulis, 2016
g. Landsekap
Elemen elemen pendukung lanskap dapat dibedakan atas dua
macam, yaitu elemen lunak (soft elements) dan elemen keras (hard
elements). Elemen lunak adalah elemen pendukung yang biasanya
merupakan vegetasi (pepohonan/ perdu/ rerumputan). Sedangkan
elemen keras adalah unsur tidak hidup dalam lansekap yang
keberadaannya dapat meningkatkan kualitas dan fungsi dari lansekap
tersebut misalnya lampu taman, bangku taman, gazebo, kolam,
bebatuan, kerikil dan lain lain. (Materi Kuliah Perancangan Ruang Luar,
Elemen / Material Lanskap - Andi Chairul Achsan, SP, M.Si).

Dalam perancangan soft elements menggunakan aspek arsitektural


dimana penggolongan tanaman didasarkan pada elemen pembentuk
ruang antara lain tanaman pelantai, pedinding, pengatap dan
pendekorasi. (Diktat Kuliah Tata Ruang Luar 01, Universitas
Gunadarma). Berikut jenis jenis tanaman yang digunakan pada
penataan lansekap:
1) Tanaman Pelantai, yaitu tanaman pembentuk bidang lantai, termasuk
dalam golongan ini ialah tanaman tanaman setinggi mata kaki.
Tanaman yang digunakan adalah tanaman rumput jepang.
2) Tanaman Pedinding, yaitu tanaman pembentuk bidang dinding dari
setinggi mata kaki sampai setinggi tubuh manusia. Tanaman yang
digunakan adalah tanaman bunga asoka.
3) Tanaman Pengatap, yaitu tanaman pembentuk bidang atap, memiliki
percabangan melebar digunakan untuk bernaung di bawah sinar
matahari. Tanaman yang di gunakan adalah trambesi.
4) Tanaman Pendekorasi, yaitu tanaman yang menarik pada bunga
ataupun daun. Tanaman yang digunakan adalah bunga lantana,
keladi, pandan bali, bambu jepang, anggur, palm dan pucuk merah.
Selain soft material, digunakan puda hard material seperti perkerasan,
lampu taman, kolam, batu alam dan kerikil.

Gambar 4.38 Jenis Hard Material Yang Digunakan


Sumber : Analisis Penulis, 2016
Tabel 4.10 Jenis Soft Material yang digunakan

JENIS TANAMAN CIRI UMUM GAMBAR

a) Kiara Payung Peneduh :


(Filicium decipiens) Ditempatkan pada jalur
b) Tanjung (Mimusops tanaman (minimal 1,5
elengi)
m dari tepi median);
c) Bungur
percabangan 2 m di
(Lagerstroemia
atas tanah;
floribunda)
bentuk percabangan
batang tidak
merunduk;
bermassa daun padat;
berasal dari
perbanyakan biji;
ditanam secara
berbaris;
tidak mudah tumbang
Penyerap polusi udara
a) Angsana
terdiri dari pohon,
(Ptherocarphus
perdu/semak;
indicus)
b) Akasia daun besar memiliki kegunaan
(Accasia mangium) untuk menyerap udara;
c) Oleander (Nerium jarak tanam rapat;
oleander) bermassa daun padat
d) Bogenvil
(Bougenvillea Sp)
e) Teh-tehan pangkas
(Acalypha sp)

a) Cemara (Cassuarina Pemecah angin


equisetifolia)
b) Mahoni (Swietania tanaman tinggi,
mahagoni) perdu/semak;
c) Tanjung (Mimusops bermassa daun padat;
elengi) ditanam berbaris atau
d) Kiara Payung membentuk massa;
(Filicium decipiens) jarak tanam rapat < 3m.
e) Kembang sepatu
(Hibiscus
rosasinensis)

JENIS TANAMAN CIRI UMUM GAMBAR

f) Cemara (Cassuarina Pemecah angin


equisetifolia)
g) Mahoni (Swietania tanaman tinggi,
mahagoni) perdu/semak;
h) Tanjung (Mimusops bermassa daun padat;
elengi) ditanam berbaris atau
i) Kiara Payung membentuk massa;
(Filicium decipiens) jarak tanam rapat < 3m.
j) Kembang sepatu
(Hibiscus
rosasinensis)

a) Bambu (Bambusa Pembatas pandang


sp)
b) Cemara (Cassuarina a) tanaman tinggi,
equisetifolia) perdu/semak;
c) Kembang sepatu b) bermassa daun padat;
(Hibiscus rosa c) ditanam berbaris atau
sinensis)
membentuk massa;
d) Oleander (Nerium
d) jarak tanam rapat.
oleander)

a) Bogenvil (Bogevillea Penahan silau


sp) lampu kendaraan
b) Kembang sepatu
a) tanam man
(Hibiscus perdu/semak;
rosasinensis)
c) Oleander (Nerium b) ditanam rapat
oleander) c) ketinggian 1,5 m
d) Nusa Indah d) bermassa daun padat.

(Mussaenda sp)

Sumber : Tugas akhir, Yudistira Mardani Kampey, 2011

4.4 Analisis Mikro

4.4.1 Analisis Jenis Kegiatan, pelaku dan Aktifitas


Adapun pengelompokkan kegiatan pada kantor sewa dapat dibagi sebagai
berikut :
a. Kelompok kegiatan utama
Kelompok kegiatan utama dilakukan oleh kelompok penyewa dan pengelola
bangunan dengan aktifitas / kegiatan pekerjaan kantor yang bersifat
administatif.
b. Kelompok kegiatan penunjang
Kelompok kegiatan penunjang dilaksanakan oleh seluruh pemakai bangunan
dengan meliputi berbagai aktifitas / kegiatan seperti pertemuan, seminar,
rapat, informasi, dan promosi, santai serta istirahat.
c. Kelompok kegiatan servis
Pengelompokkan servis meliputi kegiatan seperti perawatan bangunan
(maintenance) dan pelengkapnya, mengawasi dan mengontrol sistem
bangunan, menjaga keamanan kenyamanan pemakai gedung dalam hal ini
pihak penyewa bangunan dan pengelola. Dapat dilihat pada tabel berikut ;

TABEL 4.11 Pengelompokkan kegiatan pada Kantor Sewa

SARANA WAKTU KAREKTERISTIK KEBUTUHAN


KEGIATAN PEMAKAI AKTIFITAS DAN KRITERIA RUANG
FISIK
Perkantoran -Ruang -Pimpinan -Bekerja 08.00- -Suasana Formal - R. Pimpinan
Kantor 17.00
Nyaman dan tenang - R. Sekretaris

-Pertemuan - - R. Karyawan
Pertemuan/rapa
-Tamu t - R. Rapat

- R. Tamu

- R. Service

perbankan -Bank - Pimpinan - Mengelola 08.00- - Suasana Formal - Hall R.


17.00 Tunggu
Administrasi Nyaman dan
tenang - R. Cust.
- Karyawan - Melayani Service
- Keamanan Khusus
- Memberi - R. Teller
Informasi - Kemudahan
- R. Kasir
- Transaksi Pencapaian
Keuangan

- R.
Administrasi
- Mendapat
Informasi - R. Khusus

- R. Keamanan

- R. Pimpinan

- R. Sekretaris

- R. Tamu

- R. Rapat

Pameran - R. - - Melihat-lihat 08.00- - Suasana nyaman - Plaza/Hall


dan Pameran Pengunjung 22.00
promosi dan tenang

- Mencari - Perlu ruang luas


Informasi bebas kolom
fleksibilitas tinggi
Produk baru

-Melakukan
- Pengusaha transaksi

- Promosi

- Melayani

- Memberi

- Pengelola - Informasi

- Mengelola

Pertemuan - R. - - Pertemuan 08.00- - Suasana Formal - Pertemuan


dan rapat Pertemuan Pengunjung Bisnis 22.00 nyaman
- R. Persiapan
- Peserta - Rapat - Merupakan ruang
multi fungsi
- Tamu - Melayani
- Perlu ruang luar - R. Toilet
- Pengusaha - Mengelola
Bebaskan kolom - R. Pantry
- Karyawan
- Fleksibilitas - Gudang
- Pengelola besaran

Ruang tinggi

SARANA KARAKTERISTIK DAN KEBUTUHAN


PEMAKAI AKTIFITAS WAKTU KRITERIA RUANG
FISIK

Penjualan - Retail - Pengunjung - Membeli 08.00-20.00 - Suasana rekreatif - Kantor Pos


dan jasa
Kebutuhan Santai, informasi - wartel

- Melihat-
lihat
- Toko obat
- Melayani
- Toko buku

- Toko buah
dan kembang

- Toko roti

- Salon

- Butik
- Penjahit

- Toko service

- Biro
perjalanan

- Agen
penerbangan

- Money
charger

- Restoran - Pengunjung - Makan dan 08.00-22.00 - Suasana rekreatif - R. makan

Minum

- Coffe Shop - Karyawan - Istirahat Santai, informasi - Toilet


intensitas kegiatan
- Menjamu tinggi pada siang - R. Kasir
relasi
- Pelayan Dan - R. Dapur
- Menyiapkan
Malam hari
Makanan dan
- R. Pimpinan
Minuman
- Pengelola - R. Karyawan
- Mengelola

pengelola - R. - Pimpinan - Kegiatan 08.00-17.00 - Kegiatan tenang - R. Pengelola


Pengelola
Administrasi

- Sekretaris - Memeriksa ( relatif 24 - R. Keamanan


jam)
- Karyawan - - R. Informasi
Memperbaik
i

- Mengawasi

- Menjaga

- Melayani

- Memberi

Inormasi
servis - R. Servis - Pemakai - Pelayanan (Relatif 24 - Pemisahan Zone - Bongkaran
dan jam) Muat
Dan
Utilitas
Gendung - Kegiatan Sirkulasi servis dari
Barang
Operasional Area
- R. Utilitas
- Karyawan Publik
- R. Mekanikal
- Pengawas
Elektrikal

- R. Genset

- R. Komputer

- Gudang

- Toilet

- Pantry

parkir - Tempat - Pengunjung - Parkir Sesuai - Sirkulasi teratur - Area parkir


aktivitas mobil
Parkir - Karyawan - Kendaraan yang dituju Pencapaian
- Area parkir
- Pengelola - Pengatur Kreatifitas mudah mobil

- Petugas - Mengawasi - R. tunggu


sopir

- Pos
keamanan

Sumber: Analisis Penulis, 2016

Sehingga dari tabel diatas maka ditentukan ruang-ruang yang dibutuhkan dalam
kantor sewa
1) Jenis kegiatan pokok
a) Ruang kerja
b) Ruang tamu
c) Ruang rapat
d) Ruang kepala
2) Ruang untuk kegiatan kepala
a) Ruang servis
b) Ruang utilitas
c) Ruang sirkulasi
d) Gudang
3) Ruang-ruang umum
a) Ruang masuk
b) Lobby
c) Toilet dan Lavatory
d) Telephone Box
e) Ruang-ruang tambahan
f) Ruang konversi
g) Ruang pameran
h) Restoran

4.4.2 Pola Tata Ruang


Pola tata ruang disini dimaksudkan untuk mencapai sistem koordinasi yang
terpadu dalam lingkungan bisnis,perkantoran dan pendidikan. Pola tata ruang
berdasarkan :
a. Sifat dan pola pelayanan
b. Kegiatan-kegiatan yang berbeda menurut persyaratan fisik yang berbeda
pula dalam penampilannya.
c. Sirkulasi dan perwujudan hubungan kerja dari masing-masing ruang (fungsi
antar ruang).

C. Organisasi Ruang

Berdasarkan hubungan keterkaitan antar ruang dan fungsi ruang, organisasi


ruang pada kantor sewa ini ditentukan dengan mempertimbangkan hal-hal seperti
berikut :

a. Sifat dan jenis kegiatan


b. Tingkt kepentingan dari masing-masing aktifitas
c. Faktor estetika dalam tata letak tiap ruang
Adapun pengoranisasiannya terdiri atas
a. Kelompok ruang promosi dan pemasaran
b. Kelompok ruang perkantoran
c. Kelompok ruang pengelola dan pelayanan
d. Kelompok ruang penunjang / pelengkap atau servis.

D. Pendekatan Besaran Ruang

a. Program dan pola hubungan ruang


1) Program ruang
Program ruang dipengaruhi oleh pola macam aktifitas dan juga
didasarkan atas pertimbangan :
a) Program kegiatan yang ada
b) Pola kegiatan menurut struktur organisasinya
c) Sarana yang mewadahinya
d) Hubungan kegiatan menyangkut arus sirkulasi :
1. Pelaku kegiatan
2. Macam kegiatan
3. Kapasitas ruang
2) Pola hubungan ruang
Dasar pertimbangan dalam penentuan hubungan ruang adalah :
a) Hubungan antar kegiatan yang terjadi
b) Fleksibilitas ruang dan sirkulasi kegiatan
c) Adanya persamaan sifat dan karakteristik kegiatan yang diwadahi
d) Adanya kontinuitas hubungan ruang antar bagian
e) Memberikan suasana yang terintegrasi antara tata massa, ruang
luar, dan ruang dalam.
TABEL 4.12 Pelaku kegiatan dan aktifitasnya

- pelaku - Aktifitas - Waktu

- Pengelola - Masuk / keluar gedung ,duduk - 00.00-24.00


- Melaksanakan kerja organisasi - 07.00-16.00
- Mengatur organisasi - 07.00-22.00
- Tatap muka dengan penyewa - 07.00-16.00
- Berdiskusi antar anggota penyewa - 07.00-22.00
- Mempromosikan dan memberi - 07.00-22.00
informasi kepada penyewa - 07.00-24.00
- Menjaga keamanan - 07.00-22.00
- Menyelenggarakan rapat - 07.00-22.00
- Menyelenggarakan pameran dan - 07.00-22.00
promosi - 07.00-22.00
- Makan dan minum
- Istrahat - 07.00-22.00
- Menyimpan kendaraan - 07.00-22.00
- 07.00-22.00

- Penyewa - Masuk / keluar gedung, duduk - 00.00-24.00


- Bekerja - 07.00-16.00
- Menjual produk - 07.00-16.00
- Tatap muka dengan pengelola - 07.00-16.00
kantor
- Menyelenggarakan rapat dan - 07.00-16.00
seminar
- Menyelenggarakan pameran dan - 07.00-16.00
promosi
- Makan dan minum - 07.00-16.00
- Istrahat - 07.00-16.00
- Menyimpan kendaran - 07.00-16.00

- Pengelola - Masuk / keluar gedung, duduk - 07.00-16.00


- Bekerja - 07.00-16.00
- Menjual produk - 07.00-16.00
- Tatap muka dengan pengelola - 07.00-16.00
kantor - 07.00-16.00
- Menyelenggarakan rapat dan
seminar - 07.00-16.00
- Menyelenggarakan pameran dan
promosi - 07.00-16.00
- Makan dan minum - 07.00-16.00
- Istrahat
- Menyimpan kendaraan

Sumber: Analisis Penulis, 2016

TABEL 4.13 Kebutuhan Ruang

PELAKU KEBUTUHAN RUANG TUNTUTAN RUANG

Pengelola - Hall, Lounge - Formal


- Ruang pimpinan wakil pimpinan, - Formal
sekertaris
- Ruang staff, ruang komputer, ruang - Formal
arsip
- Workshop - Formal
- Ruang tamu - Formal
- Ruang rapat - Formal
- Ruang informasi - Formal
- Pos keamanan - Formal
- Ruang pertemuan - Informal
- Ruang pameran - Informal
- Gudang - Informal
- Restaurant, coffe shop - Informal
- Ruang santai - Informal
- Ruang parkir pengelola - Formal
- Musholla - formal
- Lavatory
Penyewa - Hall, Loungeue - Formal
- Ruang kantor sewa - Formal
- Retail - Formal
- Ruang tamu - Formal
- Ruang pertemuan - Formal
- Ruang peralatan - Informal
- Ruang pameran - Informal
- Gudang - Informal
- Restaurant - Informal
- Coffe shop - Informal
- Ruang santai - Informal
- Ruang parkir - Informal
- Musholla - Formal
- Lavatory - formal

Pengunjung - Hall, Loungeue - formal


- Ruag penitipan barang - informal
- ATM - informal
- Ruang pertemuan - formal
- Ruang pameran - informal
- Restaurant, coffe shop - informal
- Ruang parkir pengunjung - informal
- Mushollah - Formal
- lavatory - Informal

Sumber: Analisis Penulis, 2016

E. Besaran Ruang

1) perhitungan besaran ruang


sesuai dengan pendekatan tata ruang dan kebutuhan ruang, maka terdapat
beberapa faktor-faktor yang harus dipertimbangkan untuk mendapatkan besaran
ruang yaitu :

a) Jumlah pelaku kegiatan


b) Sifat dan pola ruang
c) Jumlah dan dimensi perabot/peralatan
d) Sirkulasi orang dan barang
e) Standar peruangan, menurut aturan dan pola yang telah ditentukan
f) Fleksibilitas dalam pemanfaatan ruang.

2) Standar ruang yang digunakan

a). Standarisasi ruang peralatan kantor


b). standar ketentuan luas (m ) diambil dari buku Data Arsitek dan Time
Saver Standart
c). standar-standar ruang khusus seperti ruang pertemuan. Laboraturium,
dan ruang pendidikan disesuaikan dengan standar yang terdapat dengan
bangunan sejenis atau menggunakan asumsi.

TABEL 4.14 BESARAN RUANG

HIRARKI FUNGSI KAPASITAS STANDAR SUMBER LUAS TOTAL


m2/orang (m2) LUAS
KELOMPOK ELEMEN UNSUR
(m2)

Kantor sewa Unit terkecil - R. Pimpinan 1 Orang 18 25 B 22

- R. Sekretaris 1 Orang 12 A 12

- R. Staf 4 Orang 4,8 6,5 A 26 60

Bank cabang Banking Hall Hall/ R. Tunggu 20 Orang 3,75 A 75

Costomer Service 3 Orang 12 15 A 45

R. Informasi dan jaga C 7.5

ATM C 7.5

Teller 5 Orang 4,8 6,5 A 30 165

Bagian Kredit 8 Orang 4,6 5,5 40

Bagian Luar Negeri 10 Orang 4,6 5,5 A 50

Bagian Umum 25 Orang 5,5 10, 5 D 125

Bagian Pembukuan 10 Orang 4,6 5,5 50

Bagian Khusus

R. Khusus

R. Save Deposit Box

R. Coupon Booth

R. Administrasi C 200

Pimpinan

Operasional

R. Pimpinan 1 Orang 18 23 B 20

R. Wapim 1 Orang 15 18 B 16

Sekretaris 1 Orang 12 C 12

Penunjang

R. Komputer C 50

R. Teller C 6

R. Arsip C 50

R. Foto Copy C 6

R. Rapat 25 Orang 2,4 A 60


R. Cabang C 30

R. Posko C 30 870

Non Pimpinan Cabang 1 Orang 36 45 D 40

Operasiosal

Sekretaris 1 Orang 12 B 12

Wakil Pemimpin 1 Orang 27 45 B 30

Sekretaris 1 Orang 12 B 12

R. Tamu 8 Orang 3,75 A 30

R. Rapat 10 Orang 2,4 A 24 148

penunjang Restoran R. Makan 200 Orang 1,48 2,15 B 400

Utama

Panggung 10 Orang 3,5 B 35

Dapur, Gudang 29% B 100

R. Makan

Toilet 20 Orang 50 D 40

Kasir 1 Orang 1,4 1,7 B 1,5

R. Administrasi 5 Orang 4,6 8 B 722,5

HIRARKI FUNGSI STANDAR SUMBE LUAS TOTAL


KAPASITAS R (m2)
KELOMPOK ELEMEN UNSUR m2/orang LUAS (m2)

Coffe Shop - R. Makan 100 Orang 1,48 2,15 B 160

- R. Dapur 1 Orang 1,4 1,7 B 75

- R. Karyawan 6 Orang 1,2 2 B 1,5 234

R. Pertemuan R. Pertemuan 200 Orang 1,5 2 B 400

R. Persiapan 1/6 B 67 467

Retail Kantor Pos Diasumsikan E 60

Wartel Sama 60

Dengan

Biro Perjalanan Besaran 60

Agen Penerbangan Unit Terkecil 60


Money Changer Kantor Sewa 60

Toko Souvenir 60

Toko Obat 60

Toko Buku 60

Toko Roti 60

Toko Buah dan 60

Kembang

Salon

Butik 60

Penjahit 60 780

R. Pameran Plaza / Hall 20% B 638,6 658,6

Kantor Administrasi R. Informasi 8 Orang 3,75 E 20


pengelola

R. Tunggu 1 Orang 18 25 A 30

R. Pimpinan 1 Orang 15 18 B 20

R. Wakil Pimpinan 1 Orang 12 A 15

R. Sekretaris 10 Orang 4,8 6,5 A 12

R. Pemasaran 10 Orang 5,5 10,6 A 50

R. Administrasi 10 Orang 1,5 2,5 A 80

R. Rapat E 25

Pantry 6 250

R. Sekurity R. Jaga dan Istirahat 10 Orang 3,29 B 92,9 92,9

Power House R. Genset 200

Gudang Bahan Bakar 90

File Pump 10

Panel Listrik 10

R.Peralatan Telepon 50

R. Pendingin/Ventilasi 50

R. Komputer (BAS) 15 Orang 240 629

Parkir Mobil 399 Mobil 1 Mobil/60 E


m2

luas ruang

perkantoran

Parkir Motor 116 Motor 20-25 B 5.666

M2/mobil

29%parkir E

Mobil

1,8 m2/motor

40% sirkulasi E 209 5.875

Sumber : A - Building Planing and Design Standart B - Data Arsitek

C - Time Saver Standard For Building Type D - Office Building

E - Asumsi berdasarkan hasil pengamatan

TABEL 4.15 Rekapitulasi Luas Ruangan Kantor Sewa Di kota Palu

No Jenis Ruangan Luas (M2)

1 Kelompok Ruang Utama

- Ruang Kantor 23.968,8 m2

- Servis Core 4.793,8 m2

Jumlah 28.762,6 m2

2 Kelompok Ruang Penunjang

- Hall, Lobby dan Ruang Informasi 685,60 m2

- Bank 1.183,00 m2

- Ruang Pertemuan 467,00 m2

- Coffe Shop 629,00 m2

- Retail 234,00 m2

Jumlah 3.951,60 m2
3 Kantor Ruang Pengelola

- Kantor Pengelola 250,00 m2

- Ruang sekuriti 92,90 m2

- Power House 750,00 m2

Jumlah 1.092,60 m2

4 Parkir

- Parkir Mobil (399) 566,00 m2

- Parkir Motor (116) 209,00 m2

Jumlah 5.875,0 m2

Jumlah Total 39,681,8 m2

Perhitungan Kebutuhan Parkir

Diketahui
Luas bangunan kantor = 1,346 m2
Kepadatan bangunan = 12 m2/orang
Jumlah pemakai = luas ruang kantor / kepadatan bangunan

= 1,346 m2
12 m2/orang
= 1.121 orang
Asumsi pemakai kendaraan yang membutuhkan ruang parkir 30% dari
jumlah pemakai bangunan
= 30% x 1.121 orang = 336 orang

Luas standar (Data Arsitek) = 20-25 m2 setiap 1 mobil


Jumlah = 20 x 336 = 6.726m2
= 6.726 ( 29 % x 6.726)
= 6.726 1.950
= 4.772m2
Asumsi jumlah parkir motor = 29 dari jumlah parkir motor
Jumlah = 29 % x 336 = 97 motor
Luas standar motor 1,8 m2 setiap 1 motor
Jumlah = 1,8 x 97 = 174 m2

Total Luas Parkir = Luas Parkir Mobil + Luas Parkir Motor


= 4.772 m2 + 174 m2
= 4.946 m2
Kita lihat dari kemungkinan bentuk lantai yang paling efektif.
Dilihat dari standar pencapaian ke / dari sarana sirkulasi vertikal dengan
standar.
- Jarak maksimal antara tangga = 58 meter
- Jarak maksimal ketepi bangunan = 25 m 30 m.

F. Analisis Pola Penataan Ruang


Analisis ini bertujuan untuk menentukan jenis sirkulasi pada bangunan
kantor sewa, dimana berfungsi sebagai penghubung antar ruang yang satu
dengan ruang lainnya. Dalam menentukan pola penataan ruang terdapat cara-
cara dasar bagaimana kita dapat mengatur dan mengorganisir ruang-ruang,
yaitu :

Organisasi Terpusat
suatu ruang sentral dan dominan, yang dikelilingi oleh
sejumlah ruang sekunder yang dikelompokkan.

Organisasi Linier
Sebuah sekuen linier ruang-ruang yang berulang.

Organisasi Radial
Sebuah ruang terpusat yang menjadi sentral
organisasi-organisasi linier ruang yang memanjang
dengan cara radial.

Organisasi Tersier
Ruang-ruang yang dikelompokkan melalui kedekatan
Gambar 4.39 Analisis Pola Penataan Ruang
Sumber : DK. Ching, 2016

Suatu Kantor Sewa memiliki banyak ruang-ruang untuk diakses baik


pengelola maupun pengunjung sehingga dibutuhkan suatu pola penataan ruang
yang dapat memudahkan untuk diakses keruang-ruang yang dituju. Dari beberapa
pola organisasi ruang di atas, yang sesuai dengan fungsi bangunan dan kondisi tapak
adalah pola linier.
G. Analisis Persyaratan Ruang
Analisis persayaratan ruang bertujuan untuk menentukan kebutuhan sistem
pencahayaan, penghawaan dan akustik yang spesifik pada bangunan Kantor Sewa di
Kota Palu.
1) Pencahayaan
a) Pencahayaan alami
Pengaruh cahaya matahari pada jam-jam kerja kantor dapat
mengurangi kenyamanan untuk itu dapat digunakan atap dengan
konstruki yang sesuai dengan fungsinya masing-masing. Untuk kantor
sewa ini dipilih atap dengan konstruksi baja, beton, dan kayu tetapi
masing-masing disesuaikan dengan faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi kekuatan dari atap tersebut. Untuk mengurangi sinar
matahari yang langsung ke dalam bangunan dapat digunakan over
stek, sun screen dan sistem balkonisasi pada bangunan memberikan
jarak antara ruang diluar dan ruang didalam.
b) Pencahayaan buatan
Untuk kantor sewa ini dipilih penerangan sistem semi inderesi dari
jenis lampu TL berdasarkan pertimbangan : kenikmatan, efisiensi,
efektif dan fleksibilitas ruang. Jika dibandingkan dengan sistem
lampu pijar, lampu TL ini lebih efektif baik dalam pemakaian energi
maupun dalam pertimbangan kenikmatan dengan faktor silau dan
pengaruhnya terhadap sistem AC.
2) Pengkondisian udara
a) Sistem pengkondisian udara yang efektif pada kantor sewa adalah
perkondisian udara buatan yang dapat menjamin dan menjaga
ruang-ruang kantor tersebut dalam kondisi tertentu yang diinginkan
dan dapat memberikan kenyamanan kepada orang-orang
didalamnya.
b) Jenis sistem Air Conditioning yang efektif pada kantor sewa adalah
sistem AC sentral dengan dasar pertimbangan sebagai berikut :
1. AC sentral dapat melayani bangunan bertingkat banyak, karena
berkapasitas besar
2. Pemeliharaan lebih murah dibandingkan dengan sistem AC unit
3. Efesiensi dalam penggunaan daya pembiayaan, mengingat lige
time dari sistem ini 10 kali lebih besar dari life room AC.
c) Sistem jaringan
1. Supply duct
Dalam sistem jaringan sirkulasi udara, udara disupply melalui
main supply duct ke brunch duct terus terhembus melalui
terminal yang di sebut ceiling diffuser yang ditempatkan pada
ceiling.
2. Return duct
Udara yang berada dalam ruangan yang telah berkurang
dinginnya diisap oleh blower dari AHU melalui return grill, terus
melalui duct ke AHU untuk dikondisikan.
3) Privasi/Akustik
sudah dibahas didepan, hanya perlu ditambahkan bahwa nilai-nilai
kegaduhan yang masih dapat diterima.
3. Ruang rapat 2 sones
4. Ruang kerja rutin 5 sones
5. Ruang mekanis 10 sones
Dimana :
- Nilai 2 5 sones , dimana pembicaraan dilakukan dengan
santai.
- Nilai 10 sones , dimana pembicaraan dilakukan memerlukan
perhatian dan konsentrasi.

d) Komunikasi

yang terpenting adalah menghindarkan sebanyak mungkin crossing


pada dasarnya dalam kantor sewa ada 2 komunikasi:

1. Komunikasi kedalam
- Komunikasi langsung
( face to face ) dimana dibutuhkan ruang selaras yang
kebutuhannya tergantung ruang dan orang yang
dilayani.
Tangga, radius pelayannya maksimal 30 meter.
Elevator, perhitungan kebutuhan ditentukan oleh
jumlah orang yang dilayani dan jenis elevator yang
digunakan.
2. Komunikasi tak langsung
Dengan alat-alat komunikasi yang prinsipnya perlu
penyediaan jaringan komunikasi ini.
3. Komunikasi keluar
Faktor yang berpengaruh adalah :
- Transportasi umum
- Pola jalan
Kedua hal ini mempengaruhi orientasi dan perletakan
bangunan dlam site.

e) keamanan dan keselamatan

keamananan dan keselamatan dalam kantor sewa merupakan hal yang


sangat penting untuk diperhatikan. Penggunaan key management
sistem untuk daerah-daerah yang tidak terlalu memerlukan keamanan
yang ketat dan daerah-daerah yang sering dicapai adalah sangat baik.
Sedangkan untuk daerah yang memerlukan keamanan yang ketat dapat
digunakan kartu akses (Card Access Control). Sistem ini bekerja dengan
cara membaca dan memeriksa kartu orang yang akan masuk kedalam
ruangan. Penggunaan kamera CCTV yang dapat merekam kejadian pada
saat lampu alarm menyala. Ruangan khusus yang membutuhkan
keamanan yang lebih ketat di lengkapi dengan sensor keamanan yang
dipadukan dengan penerangan CCTV.
Keamanan terhadap bahaya kebakaran menggunakan dua sistem yaitu :
1. Pencegahan kebakaran aktif dengan menggunakan fire springkler,
fire hydrant portable, fire hydrant.
2. Pencegahan kebakaran pasif, berupa tangga kebakaran dengan
menggunakan material tahan api.
f) Sistem Penjaringan Air
1. Pengadaan air bersih
Adapun pertimbangan pengadaan air bersih yaitu :
a) Kebutuhan pemakai secara kontinue
b) Efektifitas dan efisiensi penggunaan air
Berdasarkan pertimbangan diatas maka kebutuhan air bersih
pada kantor sewa yang direncanakan harus disesuaikan dengan
kapasitas pemakai berlantai bangunan selama waktu-waktu
kegiatan kantor berlangsung. Dalam hal ini diutamakan waktu-
waktu yang paling sibuk dalam penggunaan air bersih yaitu jam
istirahat. Dalam hal tersebut maka akan dibutuhkan suatu
sistem sirkulasi air bersih yang lancar untuk mendukung
kebutuhan pemakaian air dengan baik.
Air bersih yang digunakan didapatkan dari Perusahaan Air
Minum (PAM) yang dialirkan ke reservoir atas, lalu
didistribusikan disetiap lantai. Apabila terjadi suatu kemacetan
air dari PAM, maka akan dibantu dengan penggunaan air yang
berasal dari sumur artesis.
Bangunan berlantai banyak pada umumnya menggunakan suatu
sistem penjaringan air bersih melalui pipa-pipa air yang
ditempatkan pada ruang-ruang khusus (shaft) di dalam bagian
core secara vertikal dengan menggunakan gaya grafitasi bumi
dibantu dengan pompa tekan untuk mengsirkulasikan air secara
merata pada setiap lantai bangunan.
g) Pembuangan Air kotor
Dalam perencanaan suatu sistem pembuangan air kotor didasari
dengan pertimnbangan :
1) Jaringan pembuangan air kotor
2) Sirkulasi pembuangan
3) Pemisahan pembuangan (padat dan cair)
4) Proses pengolahan pembangunan
Berdasarkan hal tersebut diatas, maka umumnya pembuangan air kotor
dilakukan dengan mengsirkulasikan air-air kotor dari buangan air pada
setiap lavatory, urinoir, water closed, rooft drain dan drain pit pada
lantai bangunan melalui jaringan pipa-pipa secara vertikal pada ruang-
ruang shaft dibagian dalam core yang dirancang secara khusus agar
dapat dikontrol pada saat yang tepat atau dibutuhkan =, sebagai suatu
tindakan pemeliharaan dan kemudahan didalam pembuangannya.
Pembuangan cairan kotoran padat direncanakan melalui pipa-pipa yang
dihubungkan secara vertikal agar dapat mengsirkulasikan kotoran
tersebut dengan lancer hingga sampai pada bak penampungan (septic
tank) yang berada di bawah lantai basement.
Sedangkan pembuangan kotoran cair direncanakan melalui jaringan
pipa-pipa pembuangan secara vertikal yang disirkulasikan ke bawah
hingga sampai bak penampungan sementara untuk diproses sebelum
dialirkan ke roil kota. Adapun proses pengolahan tersebut biasanya
dikenai dengan Sewage Treatment Plan (STP).

H. Pendekatan Sistem Peruangan / Layout


1) Sistem peruangan terbuka (open layout)
Lantai yang disewakan merupakan suatu ruang terbuka, pembagian
ruang dengan partisi sesuai dengan kebutuhan penyewa.
2) Sistem peruangan tertutup
Lantai yang disewakan merupakan suatu gabungan ruang bersifat tetap,
pada umumnya dinding pembatas dibuat dari bahan yang tetap (tidak
dapat dipindah-pindahkan).

I. Pendekatan Sistem Sirkulasi


1) Sirkulasi vertikal
Berdasarkan suatu rancangan ruang-ruang secara efektif dan efisien
melalui sistem modulisasi ruang, khususnya secara vertikal, maka akan
berpengaruh pada perencanaan tangga dan elevator sebagai sarana
pencapaian yang dibutuhkan oleh bangunan berlantai banyak.Tangga
dan elevator yang direncanakan untuk menghubungkan lantai bawah
dengan lantai atas dirancang sesuai dengan tinggi lantai yang didapat.
TABEL 4.16 POPULATY of TYPICAL BUILDINGS for ESTIMATING ELEVATOR
AND ESCALATOR
Building type Net area

OFFICE BUILDINGS FT2 PER PERSON(M2/PERSON)

Diversified (multiple tenancy)

Normal 110-130- (10-12)

Prestige 150-250 (14-23)

single tenancy

Normal 90-110 (8-10)

Prestige 130-200 (12-19)

Sumber : Mechanical Electrical Equipment for Buildings (PDF)


Untuk penggunaan sistem elevator sebagai sarana pencapaian vertikal,
ketinggian lantai bangunan akan berpengaruh pada kecepatan elevator
yang digunakan.
TABEL 4.17 RECOMMENDED ELEVATOR INTERVALS and RELATED LOBBY
WAITING TIMES
Facility Type Interval (sec) Waiting Time (sec)
OFFICE BUILDINGS

Exellent service 15-24 9-14

Good service 25-29 15-17

Fair service 30-39 18-23

Poor service 40-49 24-29

Unacceptable service 50+ 30+

RESIDENTIAL

Pretige apartments 50-70 30-42

Middle-income 60-80 36-48

Apartments

Low-income apartments 80-120 48-72

Dormitories 60-80 36-48

Hotels-first quality 30-50 18-30

Hotels-second quality 50-70 30-42

Based on the relationship : waiting time = 0.6 interval


Sumber : Mechanical and Electrical Equipment For Buildings (PDF)

Dari tabel diatas maka akan diterapkan pada bangunan yaitu Lobby
Waiting Time pada Office Building good service facility tipe yaitu interval
25-29 seconds dan waiting time 15-17 second.

TABEL 4.18 OFFICE BUILDING EFICIENCY


Building Net Usable Area as

Height Percentage Gross Area

0-10 floors Approximately 80%


0-20 floors Floors 1-10 approximately 75%

11-20 approximately 80%

0-30 floors Floors 1-10 approximately 70%

11-20 approximately 75%

21-30 approximately 80%

0-40 floors Floors 1-10 approximately 70%

11-20 approximately 75%

21-30 approximately 80 %

31-40 approximately 85%

Source : Reprinted G.R. Strakosch, Vertical Transportation


Elevators and Escalators, 2nd ed, Wiley, Ne York, 1983.
Note : Applicable to buildings with 15,000 to 20,000 gross square
Feet (1394-1858 m2) per floor.

Sumber : Mechanical and Electrical Equipment for Buildings (PDF)

Semakin tinggi lantai bangunan dan semakin banyak jumlah lantai, maka
kecepatan elevator akan semakin besar agar dapat mencapai suatu waktu
yang konstan untuk kebutuhan pencapaian.

Jenis elevator terdiri atas :


a) Elevator penumpang (passange elevator), digunakan hanya untuk
mengangkut manusia.
b) Elevator barang (freight elevator), digunakan untuk mengangkut barang.

Dari sumber penggeraknya terdiri atas :


a) Elevator listrik, menggunakan tenaga listrik dan dipakai pada bangunan
tinggi.
b) Elevator hidrolik, menggunakan tenaga hidrolik, dapat dipakai pada
bangunan yang tidak terlalu tinggi.

Dasar pertimbangan dalam menentukan jumlah elevator adalah :


a) Beban puncak 5% x jumlah penghuni gedung
b) Lama waktu menunggu 40 ton detik
c) Jangka waktu pengangkutan 5 menit
d) Jumlah lantai bangunan
e) Jumlah penghuni
f) Luas lantai kotor.

2) Sirkulasi horizontal
Untuk sistem sirkulasi horizontal pada kantor sewa yang direncanakan
munggunakan suatu sistem sirkulasi yang sesuai dengan kebutuhan
pencapaian yaitu sirkulasi satu ruang dan sirkulasi dua ruang.
Sirkulasi horizontal dengan koridor, galeri dan hall yang menghubungkan
antar ruang. Berdasarkan suatu sistem modulasi ruang kantor sewa maka
kebutuhan sistem sirkulasi disesuaikan dengan sistem modulasi ruang yang
terpakai yang disesuaikan dengan fungsi masing-masing ruang. Dengan
demikian bahwa penggunaan suatu sistem sirkulasi baik secara vertikal
maupun horizontal akan mencapai suatu perencanaan yang efektif dan
efisien dalam mendukung kebutuhan pencapaian berdasarkan penataan
ruang-ruang yang terencanamelalui sistem modulasi ruang.

J. Pendekatan Dimensi Bangunan


Dasar pertimbang :
1) Faktor site
a) Garis sempadan bangunan
b) Karakter site
2) Building codes
a) Jarang ruang kerja tidak lebih dari 9,00 meter
b) Jarak tangga kebakaran 25 30 meter
3) Service engineering
a) Dibuthkan garis-garis dalam bentuk balok-balok kecil dalam jumlah
yang banyak
Perataan beban lebih efektif, kalau perlu dapat disekspos.
Memungkinkan fleksibilitas ruang.
b) Sistem struktur dengan konsol
Dimana semua gaya didistribusikan ke kolom konsol yang disebelah
dalam untuk menahan beban vertikal disebelah luar yang tidak
ditopang oleh kolom.

H. kebutuhan peralatan Plambing


Kebutuhan Peralatan Plambing
Perhitungan Kebutuhan Air Bersih, Air Panas dan Air Dingin.
Data Bangunan
Diketahui :
1) Luas lantai typical (termasuk core) = 1.876 m2
2) Luas core 20%, luas lantai perkantoran dikurangi core = 1.346 m2
3) Floor to floor = 6 feet = 1,99 m = 2 m.
4) Jumlah lantai bangunan = 6 lantai
5) Kebutuhan lantai untuk perkantoran (asumsi kepadatan 12 m2/orang)
Hitunglah kebutuhan air bersih, air panas, air dingin dan kebutuhan kapasitas
closet/lavatory,urinoir serta wastafel ?
Penyelesaian :
Untuk lantai 1-6 Perkantoran
Ratio kebutuhan air bersih = 100 liter/orang/hari
Ratio kebutuhan air panas = 10 liter/orang/hari
Waktu pemakaian terpadat = 2 jam
Kepadatan bangunan = 12 m2/orang
Luas lantai untuk perkantoran
= 1.876 m2
Luas lantai dikurang core = 1.876 m2 (20% x 1.346)
= 1607 m2
Jumlah pemakai = Luas Ruang Kantor : kepadatan bangunan
1607 m2 133 orang
12
Jumlah kebuthan air bersih selama 1 jam :
133 x 100 = 31,36 liter/jam
24
Kebutuhan air bersih terpadat :
31,36 x 1,5 x 2 = 94,08 liter/orang..(1)

Kebutuhan air panas selama 1 jam :


133x 10 = 55 liter/orang
24
Kebutuhan air panas terpadat
55 x 1,5 x 2 = 165 liter/orang..(2)
Jadi kebutuhan air panas dan air dingin pada gedung tersebut termasuk core
dari lantai 1 sampai 6 adalah :
( 1 ) + ( 2 ) = 94 + 165 = 259 liter/orang
= 259 m3( A )
Kebutuhan statis dan pemadam kebakaran :
30 % x 259 = 77,7 m2( B )
Kebutuhan sirkulasi akibat kebocoran dan hal-hal yang tidak berguna
20 % x 259 = 51,8 m3( C )
Total kebutuhan air bersih : (A) + (B) + (C)
= 259 + 78 + 52
= 389 m3
Kapasitas bak
Total kapasitas bak
= 75 % x 389
= 291,75 = 292 m3
Direncanakan panjang dan lebar bak air = 3,0 x 3,0 m

I. Penentuan Modul, Struktur dan Material


1) Modul
Modul struktur yaitu ditentukan sesuia dengan sistem struktur yang
digunakan dan merupakan kelipatan 30 cm. Modul dasar ditentukan
berdasarkan besaran ruang kantor unit terkecil dengan tetap
mempertimbangkan sirkulasi mobil basement, maka yang digunakan
adalah modul 7,2 m x 7,2 m.

2) Struktur bangunan
Sistem struktur yang digunakan yaitu :
a) Berdasarkan kondisi tanah dan ketinggian bangunan sehingga
pondasi yang digunakan adalah pondasi tiang pancang dan khusus
pada daerah core menggunakn pondasi rakit.
b) Super struktur terdiri atas material baja dan beton. Khusus pada
daerah core sebagai penguat struktur menggunakan material beton.
c) Konstruksi menggunakan konstruksi kayu pada ruang pertemuan,
konstruki baja pada atap atrium, serta plat beton pada beberapa
bagian.
d) Konstruksi atap entrance bangunan menggunakan sistem kabel,
untuk menciptakan kesan modern.
3) Material bangunan
a) Dinding luar bangunan yang melengkung terbuat dari beton untuk
memudahkan dari segi pembuatannya.
b) Untuk dinding dalam bangunan menggunakan dinding transparan,
berfungsi untuk keperluan visual antar unit kerja dan dinding berlapis
akustik digunakan pada ruangpameran, retail dan sebagainya.dinding
pemisah antar ruangdibuatkan lapisan akustik dari softboard.
c) Struktur lantai menggunakan baja dek kombinasi beton (composit
decking). Finishing menggunakan bahan granit yang memberikan
kesan mewah, eksklusif, dan atraktif. Material ini digunakan pada
ruang-ruang publik seperti entrance, lobby, hall, dan ruang penerima
tamu. Tehel kramik yang memberikan kesan awet, bersih, atraktif
digunakan pada ruang semi publik seperti ruang pengelola, bank,
retail kantor. Lantai karpet yang memberikan kesan ramah, akrab
dan tenang digunakan pada ruang privat seperti ruang direktur dan
ruang rapat.
d) Bahan plafon digunakan jenis acoustical ceiling board dengan
karakteristik material tahan api, anti rayap.

J. Utilitas dan Perlengkapan Bangunan


1) Sistem jaringan listrik
Penyediaan listrik pada bangunan dengan mempertimbangkan kebutuhan
pada kegiatan, kenyamanan serta keamanan, maka supply listrik
dipergunakan adalah menggunakan fasilitas kota dengan jasa PLN sebagai
sumber listrik utaman untuk kebutuhan akan penerangan alat-alat listrik
kantor, lift, pompa air dan sebagainya.generator sebagai sumber listrik
cadangan, dimana apabila sumber listrik ini akan bekerja secara otomatis
dengan sistem UPS.
Gambar 4.40 Skema supply daya energy listrik
Sumber : Analisis Penulis, 2016

Daya listrik sebelum masuk ke bangunan atau kotak sekring terlebih dahulu
diatur melalui panil control ( main distribution panel ).distribusi jaringan
secara vertikal menggunakan shaft listrik dan untuk distribusi horizontal
diletakkan diatas plafon.
Penggunaan energi alternatif solar sel pada atap bangunan yang dapat
membantu menghemat penggunaan listrik hingga 32 %. (sumber :
www.okezone.com).
Gambar 4.41 System solar sel
Sumber : Analisis Penulis, 2016

Solar sel juga diterapkan pada penerangan lampu jalan dan lampu utama
taman kawasan perkantoran.
2) Sistem komunikasi
Sistem komunikasi antar ruang menggunakan perangkat intercom dan visual
komunikasi dengan menggunakan bantuan aliran PABX. Selain itu, untuk
keperluan komunikasi keluar menggunakan perangkat yang tergabung
didalam seluruh sistem jaringan yang dikelolah oleh divisi jaringan dan
pemeliharaan yang dimiliki oleh PT. Telkome.

3) Jaringan penyediaan air bersih


a) Suplay air bersih berasal dari PDAM yang ditampung dalam bak
penampungan kemudian dipompa keatas melalui shaft perpipaan
(plumbing shaft) ke reservoir atas. Selanjutnya didistribusikan ke unit-
unit bangunan secara gravitasi.
b) Menggunakan sumur bor bila sewaktu-waktu suplay air PDAM berhenti
dan air cadangan habis.
Gambar 4.42 Skema Jaringan Air Bersih
Sumber : Analisis Penulis, 2016

4) Jaringan pembuangan air kotor dan air hujan


a) Untuk air kotor (limbah kamar mandi, pntry dan restoran) selalurkan
melalui pipa dalam shaft perpipaan menuju sistem filtrasi kemudian
disalurkan ke roil kota atau di manfaatkan kembali.

Gambar 4.43 Skema jaringan air kotor


Sumber : Analisis Penulis, 2016
Gambar 4.43 Skema jaringan air kotor
Sumber : Analisis Penulis, 2016

Air hujan dari atap disalurkan melauli pipa pengumpul menuju


plambing shaft yang kemudian dialirkan ke roil kota.

5) Sistem pembuangan sampah


Sampah dikumpulkan secara horizontal pada tip-tiap tempat sampah yang ada
pada setiap lantai kemudian dengan menggunakan lift servis untuk membawa
sampah ke bawah.

Gambar 44. Distribusi pembuangan sampah kering


Sumber : Analisis Penulis, 2016
Gambar 4.45 Skema jaringan pembuangan sampah
Sumber : Analisis Penulis, 2016

6) Sistem penagkal petir


Sistem penangkal pertir yang digunakan adalah sistem penangkal petir yang
tidak sesuai untuk bangunan tinggi yaitu Tongkat Franglin.

Gambar 45. Skema jaringan pembuangan sampah


Sumber : penulis 2016

Gambar 4.46 Ilustrasi penangkal petir


Sumber : Analisis Penulis, 2016

7) Sistem Springkler System


Sistem penanggulangan kebakaran dilakukan dengan cara :
a) Penanggulangan aktif
Merupakan perangkat yang digunakan langsung jika terjadi kebakaran
baik secara manual maupun dengan sistem otomatosasi, terdiri atas :
1. Smoke detector, dimana pada suhu tertentu buib pada springkler
head pecah dan mengeluarkan air.
2. Fire hydrant, diletakka disekitar bangunan dalam radius 25-30 m, fire
cabinet yang ditempatkan dalam bangunan.
3. Alarm signal, ditempatkan pada seluruh bangunan dan trouble
signal terletak pada ruang control.
4. Tabung CO2 diletakkan pada ta=empat yang strategis, mudah dilihat
dan dijangkau.
b) Penanggulangan pasif
Terdiri atas :
1. Tangga kebakaran
2. Selasar/koridor
3. Penerangan darurat
4. Material tahan api

Gambar 4.47 Skema system pemadam kebakaran


Sumber : Analisis Penulis, 2016

8) Sistem penghawaan
a) Penghawaan alami
Sistem penghawaan ini diperoleh dengan memanfaatkan sirkulasi udara
yang berasal dari bukaan-bukaan dinding seperti jendela dan ventilasi
selain itu unsure tanaman untuk mengurang radisi pnas kedalam
ruangan.
b) Penghawaan buatan
Penghawaan buatan dibedakan menjdai dua, yaitu AC central da AC split.
AC central dipergunakan pada ruang/fasilitas bersama yang mempunyai
kegiatan relatif sama. Keuntungan penggunaan AC central adalah :
1. Tidak memerlukan ducting dengan ukuran yang besar, cukup ruang
kecil untuk pipa-pipa distribusi air dingin (supply and return).
2. Memungkinkan pengaturan temperature pada setiap ruangan.
Bangunan direncanakan menggunakan AC sentralyang didistribusikan
pada tiap-tiap lantai dengan menggunakan AHU . penempatan mesing-
mesing AC sebagai berikut :
1. Chiller ditempatkan pada lantai basement
2. AHU ditempatkan pada setiap 4 lantai
3. Cooling tower ditempatkan pada top floor
Semua dikontrol dalam Building Automatic System (BAS)
Sehingga penggunaan AC dapat disesuaikan dengan kebutuhan.
Skema Sistem AC Central :
Chiller AHU Ducting Difuser Ruang ruang pada
bangunan Ducting Suplay Chiller
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari hasil pembahasan pada babbab sebelumnya maka dapat ditarik


kesimpulan sebagai berikut :

5.1.1 Berdasarkan hasil penelitian, penyediaan sarana kantor sewa dikota


palu merupakan suatu pilihan yang tepat dan prospektif, hal ini
disebabkan oleh beberapa factor seperti
a. Meningkatnya kegiatan ekonomi di kota Palu . Tingginya
kegiatan ekonomi sering kali diikuti dengan peningkatan kebutuhan
ruang usaha yang berbanding terbalik dengan ketersediaan lahan.
Fenomena ini merupakan pemicu utama terhadap kebutuhan
kantor Sewa di Kota Palu.
b. Tingginya harga lahan . ketersediaan lahan diiringi dengan
peningkatan kebutuhan terhadap lahan, khususnya diarea-area
strategis misalnya dipusat kota atau di zona komersial.
5.1.2 Menganalisis faktor dari luar bangunan terkait iklim untuk mengolah
potensi matahari dan angin, polusi untuk mengatasi polusi udara dan
suara, view untuk menentukan center view dari dan ke tapak, zonasi
untuk mengelompokkan fungsi ruang berdasarkan sifatnya, sirkulasi
untuk mengatur jalur masuk kendaraan ke dalam tapak dan
penataan ruang luar untuk menata ruang terbuka dengan
penggunaan soft elements dan hard elements.
5.1.3 Menganalisis faktor dari dalam bangunan terkait pencahayaan untuk
menentukan jenis pencahayaan alami dan buatan yang digunakan,
penghawaan untuk menentukan jenis penghawaan alami dan buatan
yang digunakan, akustik untuk mencapai kondisi pendengaran yang
sempurna dalam ruangan, dan utilitas untuk mendapatkan sistem
jaringan listrik, sistem pengolahan air, sistem pengolahan disposal,
sistem pengolahan sampah, sistem jaringan telekomunikasi dan
sistem proteksi kebakaran.
5.1.4 Untuk dapat berfungsi sebagai media perkantoran, serta jasa dan
komersil. Maka pada desain Kantor sewa ini nantinya terdiri dari
instansi- instansi dan dilengkapi fasilitas penunjang lainnya seperti
kafetaria dan mushollah.
5.1.5 Menggunakan jalur linier pada kantor sewa di mana sirkulasi dalam
bangunan mengikuti sifat konfigurasi sebuah jalur yang dipengaruhi
oleh pola organisasi ruang-ruang yang dihubungkannya. Penampilan
bangunan kantor sewa di kota Palu mentransformasikan bentuk
bunga ebagai ide awal dalam mendesain bangunan kantor sewa.

5.2 Saran
5.2.1 Desain Kantor Sewa di Kota Palu diharapkan sebagai masukan
kepada pemerintah dan masyarakat sebagai wadah yang mampu
menampung kegiatan perkantoran yang bangunannya masih berdiri
sendiri di Kota Palu untuk pengembangan potensi sumber daya
manusia.Hasil desain Kantor Sewa ini dapat dipergunakan untuk para
pelaku kegiatan pebisnis di kota sebagai acuan untuk membangun
kantor Sewa di Kota Palu.

Anda mungkin juga menyukai