Anda di halaman 1dari 41

2.

TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Umum Kantor Sewa
2.1.1.
Pengertian Kantor Sewa
Menurut Meyer (1983) kantor sewa adalah suatu bangunan
yang mewadahi transaksi bisnis dengan pelayanan secara
professional. Ruang-ruang dalamnya terdiri dari ruang-ruang
dengan fungsi yang sama, yaitu fungsi kantor dengan status
pemakai sebagai penyewa atas ruang yang digunakannya.
Secara luas dalam konteks latar belakang di atas, kantor sewa
merupakan suatu fasilitas perkantoran yang berkelompok dalam
satu bangunan sebagai respon terhadap pesatnya pertumbuhan
ekonomi khususnya di kota-kota besar (perkembangan industri,
bangunan/konstruksi, perdagangan, perbankan, dan lain-lain).
Tuntutan pengembangan ruang secara maksimal ini kemudian
melahirkan bentuk-bentuk bangunan bertingkat di area-area
dengan nilai lahan yang tinggi.
2.1.2. Klasifikasi Kantor Sewa
Menurut Endy Marlina (2008) (dalam Meyer, 1983) rancangan
kantor

sewa

dapat

diklasifikasikan

berdasarkan

berbagai

pertimbangan sebagai berikut :


A. Berdasarkan Peruntukannya
Berikut klasifikasi kantor sewa berdasarkan peruntukannya :
1. Kantor sewa fungsi tunggal
Merupakan kantor sewa yang di dalamnya hanya memiliki
satu fungsi (fungsi tunggal). Pada karakter kantor sewa
semacam ini sifat atau karakter lingkup kegiatan yang
diwadahi
ruangnya

relatif

sama

memerlukan

sehingga

perancangan

pengorganisasian

ruangdengan

pertimbangan yang relatif sama pula.


2. Kantor sewa fungsi majemuk

Merupakan

kantor

sewa

yang

di

dalamnya

memiliki

beberapa fungsi sehingga lebih variatif. Setiap fungsi


mempunyai aktivitas dominan berbeda yang menuntut
kenyamanan dan fasilitas yang berbeda pula. Oleh karena
heterogenitas aktivitas serta tuntutan kenyamanan, kantor
sewa ini memerlukan strategi pengorganisasian ruang
yang lebih fleksibel, dalam arti mampu beradaptasi pada
perubahan-perubahan tuntutan pengguna ruang dengan
baik.
B. Berdasarkan Pengelolaannya
Berikut klasifikasi kantor sewa menurut pengelolaannya :
1. Tenant owned office building
Kantor sewa yang dibangun oleh pemilik yang sekaligus
berperan sebagai penyewa sebagian besar bangunan.
Dalam hal ini, layout ruang, bentuk bangunan, dan
komponen lain disesuaikan dengan keinginan pemilik.
2. Speculative office building
Kantor sewa yang dibangun dengan tujuan memenuhi
kebutuhan

pasar

perencanaan

serta

jangka

secara

panjang)

spekulatif

(dengan

diharapkan

mampu

menyerap penyewa berdasarkan studi kelayakan yang


telah dilakukannya.
3. Investment type of office building
Kantor sewa yang dipasarkan dengan ciri-ciri spesifik,
antara lain :
a. Penyewa adalah perusahaan khusus, biasanya satu
bangunan disewa oleh satu penyewa saja sehingga
image bangunan dapat diolah sesuai keinginan penyewa
tunggal tersebut, atau terdapat satu perusahaan yang
menyewa sebagian besar ruang kantor dengan sistem
multiple tenancy floor
b. Seringkali bangunan diadakan pada site yang nilainya
relatif tinggi

4. Tailor made building


Kantor sewa yang dibangun untuk digunakan sendiri,
misalnya bangunan pemerintahan atau suatu departemen.
C. Berdasarkan Jumlah Penyewa
1. Penyewa bangunan tunggal
Bangunan kantor sewa yang hanya disewakan kepada satu
penyewa dalam jangka waktu tertentu.
2. Penyewa lantai tunggal
Kantor sewa yang setiap lantai hanya ditempati oleh satu
penyewa saja. Fungsi yang ditampung pada kantor sewa
semacam ini dapat berupa fungsi tunggal maupun fungsi
yang bervariasi (majemuk).
3. Penyewa lantai majemuk
Kantor sewa yang setiap lantainya digunakan untuk lebih
dari satu penyewa/unit kantor. Pada kategori kantor sewa
ini, dalam satu lantai bangunan dapat disewa sekaligus
oleh beberapa penyewa sehingga modul ruang sewa
merupakan aspek penting pada perancangan bangunan.
D. Menurut Modul Ruang Sewa
Berikut klasifikasi kntor sewa ditinjau dari bentuk-bentuk
ruang yang direncanakan :
1. Small Space, merupakan

modul

ruang

sewa

yang

mempunyai kriteria sebagai berikut :


a. Berkapasitas 1-3 orang
b. Luas area minimal 8 m2 dan maksimal 40 m2
2. Medium Space, merupakan modul ruang sewa yang
mempunyai kriteria sebagai berikut :
a. Kapasitas memadai untuk grup kerja
b. Luas area minimal 40 m2 dan maksimal 150 m2
3. Large Space, merupakan modul ruang sewa

yang

mempunyai kriteria sebagia berikut :


a. Kapasitas memadai untuk banyak grup kerja
b. Luas area di atas 150 m2
E. Berdasarkan Pembagian Layout Denah
Pembagian ruang pada suatu bangunan

kantor

dapat

dikelompokkan sebagai berikut :

1. Cellular system (sel)


Pada umumnya bentuk bangunannya memanjang dengan
koridor memanjang sejajar dengan bentuk bangunan.
Konfigurasi ini memungkinkan rancangan ruang-ruang
dengan privasi yang tinggi sehingga sesuai untuk ruang
eksekutif, manajer, dan sebagainya.

Gambar 1. Layout denah cellular system (sel)


(Sumber : Endy Marlina, 2008)
2. Group space system (kelompok ruang)
Sistem ini memiliki ruang-ruang dengan dimensi yang
mampu

menampung

5-15

karyawan.

Pembagian

ini

umumnya diterapkan pada bangunan yang mempunyai


kedalaman 15-20 m2 dari koridor ke dinding terluar
bangunan. Konfigurasi ini cocok untuk rancangan ruang
dengan karakter semiformal.
3. Landscape/open plan office system (ruang terbuka)
Sistem ini mempunyai susunan ruang yang fleksibel
menurut kebutuhan pemakai, dengan menggunakan sekat
yang dapat terbuat dari partisi, furniture, maupun vegetasi
sebagai penanda alur gerak sirkulasi dan lalu lintas
kelompok atau unit kerja. Konfigurasi ini cocok digunakan
untuk rancangan dengan karakter bebas, nonformal, dan
masih dalam pola pengelompokan kegiatan yang jelas.

F. Berdasarkan Tipikal Jalur Pencapaian


1. Tipe koridor terbuka
Ruang-ruang di setiap lantai dicapai melalui koridor yang
menghubungkan

antarruang.

digunakan

bentuk

pada

Konfigurasi

bangunan

yang

ini

biasanya

memanjang

dengan tatanan ruang yang relatif linear.

Gambar 2. Contoh tipe koridor terbuka


(sumber : www.shanghaimart.kex168.com, download 30
Agustus 2016)
2. Tipe menara
Bangunan dirancang dengan bentuk bangunan tinggi
dengan

luasan

per

lantainya

relatif

kecil

sehingga

perbandingan antara lebar dan tinggi bangunan sangat


kecil. Pada bentuk ini, ruang-ruang di setiap lantai dicapai
melalui suatu jalur sirkulasi vertikal yang terletak dalam
suatu cerobong yang disebut core.

Gambar 3. Mart Expo Office, Shanghai


(Sumber: Endy Marlina, 2008)
G. Berdasarkan Kedalaman Ruang
1. Shallow space
Ruang-ruangnya dirancang dengan kedalaman kurang dari
8m dengan sirkulasi single zone place yang disusun secara
9

linear. Umumnya konfigurasi ini digunakan untuk kantor


tunggal

dan

sesuai

untuk

mewadahi

aktivitas

yang

dilakukan secara individual.

Gambar 4. Single zone place core, dengan kedalaman


ruang 6-7 m
(Sumber : Endy Marlina, 2008)
2. Medium depth space
Ruang-ruangnya dirancang dengan kedalaman :
a. 8-10 m pada konfigurasi jalur sirkulasi single zone place
b. 14-22 m pada konfigurasi sirkulasi double zone place
Karakteristik pola ini hamper sama dengan shallow space.
Keuntungan pola ini yaitu memiliki luas ruang yang lebih
besar.

Gambar 5. Pola medium depth space dengan single zone

Gambar 6. Pola medium depth space dengan double zone


(Sumber : Endy Marlina, 2008)
3. Deep space
Ruang-ruang dirancang dengan kedalaman 11-19 m.
biasanya konfigurasi ini digunakan untuk kantor kecil atau
kombinasi antara kantor tunggal dengan kantor grup kecil
apabila dibagi oleh sirkulasi utama.

10

Gambar 7. Pola deep space dengan single zone

Gambar 8. Pola deep space dengan double zone


(Sumber : Endy Marlina, 2008)
4. Very deep space
Ruang-ruangnya mempunyai kedalaman lebih dari 20 m.
konfigurasi ini dapat mengkombinasikan antara ruangruang kecil dan ruang-ruang sedang, dan dengan penataan
yang baik dapat membentuk pola sirkulasi yang baik.

Gambar 9. Pola very deep space dengan single zone


(Sumber : Endy Marlina, 2008)
2.1.3.

Persyaratan Ruang Kantor

A. Fleksibilitas
Dinding penyekat fleksibel dan dapat memenuhi adanya
perubahan fungsi ruang. Dalam perancangan kantor sewa,
pemilihan layout tata ruang bergantung pada instansi yang
menyewa karena kebutuhan privasi dan luasan lantai (modul)
yang disewa berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan jenis
kegiatannya. Dalam perancangan kantor sewa, biasanya

11

hanya ditawarkan modul-modul ruang sehingga konsumen


dapat memilih sesuai kebutuhan kantornya.
B. Akustika dan Kebisingan
Pengendalian kebisingan dalam kantor mencakup:
1. Perlindungan terhadap sumber kebisingan eksternal

(lalu

lintas dan kegiatan di sekitar kantor)


2. Insulasi horisontal dan vertikal antar masing-masing ruang
untuk

menjamin

kerahasiaan

privacy).
3. Reduksi kebisingan internal

pembicaraan

pada

ruang

(speech

kantor

(alat

mekanik seperti sistem pemanas, ventilasi, pengkondisi


udara, pipa air ledeng, elevator, eskalator, komputer,
tabung angin, dan alat-alat lainnya; kegiatan di dalam
kantor seperti pembicaraan, sirkulasi, serta membuka dan
menutup pintu).
Berikut persyaratan penting dalam perancangan akustik
kantor:
1. Daerah lantai harus diberi karpet untuk menyerap bunyi
dan menghindari bising langkah kaki. Karpet harus tebal
dan dipasang di lapisan bawah (underlay) yang elastis.
2. Langit-langit harus dilapisis dengan b ahan penyerap bunyi
dengan koefisien serap yang baik.
3. Luas total dari kaca jendela tidak boleh melebihi 40% luas
tembok luar, dipandang dari ruang kantor bagian dalam.
Tirai penyerap bunyi harus digunakan di sepanjang bukaan
dinding.
4. Seluruh permukaan dinding yang mengelilingi ruang kantor
harus dilapisi karpet dengan daya serap bunyi yang tinggi.
5. Pembagian ruang atau peletakan partisi sebagai pemisah
visual harus dilapisi dengan bahan penyerap bunyi untuk
menghindari penyebaran gelombang bunyi berfrekuensi
rendah.

12

6. Distribusi peralatan kantor yang menimbulkan kebisingan


(mesik tik, telepon, printer, dll) harus serata mungkin di
semua ruang kantor.
7. Perlengkapan kantor
langsung

dengan

photocopy,

dll)

yang

tidak

pekerjaan

yang

berhubungan

kantor

menimbulkan

secara

(genset,

mesin

kebisingan

harus

diletakan dalam ruang tertentu serta terpisah secara visual


pada bagian yang tersisa dari kantor.
8. Tanaman dan bunga di dalam ruang

kantor

dapat

memberikan pengaruh menenangkan secara psiko-akustik.


C. Pencahayaan
Permasalahan pencahayaan yang dapat muncul pada
perancangan kantor adalah glare atau silau, pembayangan,
maupun pemantulan cahaya yang terlalu terang.
Tabel 2. Rekomendasi Nilai Maksimum Indeks Silau
Frekuensi Pemakaian
Sering dan rutin
Rutin
Rutin untuk waktu yang

Nilai Maks Indeks Silau


16
19
22

singkat
Tidak rutin
Sirkulasi
(Sumber : Data Arsiterk Jilid 1; 17)
Kegiatan

pada

kantor

25
28

adalah

kegiatan

rutin

sehingga

maksimum indeks silau pada kantor adalah 19.


2.2. Tinjauan Umum Apartemen
2.2.1.

Pengertian Apartemen

Apartemen

adalah

bangunan yang memuat beberapa grup

hunian, yang berupa rumah flat atau rumah petak bertingkat


yang diwujudkan untuk mengatasi masalah perumahan akibat
kepadatan tingkat hunian dan keterbatasan lahan dengan harga
yang

terjangkau

di

perkotaan.

Pengertian

terjangkau

ini

13

disesuaikan dengan sasaran konsumen bagi setiap apartemen.


Sebagian besar apartemen di Indonesia mempunyai target pasar
masyarakat berpenghasilan menengah ke atas atau tenaga kerja
asing sehingga harga sewa atau belinya relatif mahal (Endy
Marlina, 2008; 86).
Apartemen adalah suatu ruang atau rangkaian ruang yang
dilengkapi dengan fasilitas serta perlengkapan rumah tangga
dan digunakan sebagai tempat tinggal (Harris, 1975; 20).
Menurut Neufert (1980) apartemen adalah bangunan hunian
yang dipisahkan secara horizontal dan vertikal, agar tersedia
hunian yang berdiri

sendiri dan mencakup bangunan bertingkat

rendah atau bertingkat tinggi, dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas


yang sesuai dengan standart yang telah ditentukan.
Tabel 3. Perbedaan Hotel, Kondotel, dan Apartemen.
Status

Hotel
Sewa

Kondotel
Strata title

Apartemen
Strata title

kepemilikan
Pelayanan

Full

Full service

Tanpa

Sifat hunian

service
Short

Short term

service
Long term

Pengelola

term
Pemilik

Dibawah

Penghuni

hotel

managemen

(pemilik)

Ruang dalam

hotel
Sebagian Ruang keluarga,

Ruang

kamar

besar

ruang tidur,

keluarga,

ruang

dapur dan kamar

ruang tidur,

tidur dan

mandi

dapur dan

kamar

kamar

madi

mandi,
penthouse

14

ruangan
lebih
Kecendrungan

Menggun Menggunkan

lengkap
Menggunkan

perilaku

kan

fasilitas

fasilitas

pengguna

fasilitas

semaksimal

pada hari-

semaksi

mungkin

hari tertentu

Apartemen

Oakwood

mal
mungkin
The ritz

Contoh
(Sumber

carlton
bellagio
Skripsi Perancangan Fungsi

premier
Campuran Dengan

Pendekatan Konservasi Ruang Terbuka Di Pulomas, Jakarta Timur,


2013)
2.2.2.

Fungsi Apartemen

Menurut Endy Marlina (2008) apartemen memiliki fungsifungsi sebagai berikut :


A. Fungsi utama, yaitu fungsi yang dominan dalam sebuah
bangunan. Seperti pada hunian yang lain, apartemen harus
mempunyai ruang-ruang yang dapat mewadahi aktivitasaktivitas penghuni yang berlangsung secara rutin seperti
tidur, makan, menerima tamu, berinteraksi sosial, bekerja,
dan lain-lain.
B. Fungsi pendukung, merupakan fungsi-fungsi sekunder yang
ditambahkan pada sebuah apartemen untuk mendukung dan
menambah

kenyamanan

berlangsungnya

fungsi

utama.

Seperti :
1. Layanan olahraga (fitness center, aerobic, kolam renang,
dll),
2. Layanan kesehatan (poliklinik, apotek, dll),
3. Layanan anak (tempat penitipan anak, area bermain,
4. Layanan komersial ( minimarket, restoran, salon, dll).

15

C. Fungsi pelengkap, merupakan fungsi-fungsi yang diadakan


untuk melengkapi berlangsungnya fungsi utama dan fungsi
pendukung seperti administrasi, pemasaran, pemeliharaan
kebersihan, pemeliharaan bangunan, dan keamanan.
2.2.3.

Klasifikasi Apartemen

A. Berdasarkan Jenis dan Besar Apartemen


Klasifikasi Apartemen berdasarkan kategori jenis dan besar
bangunan (Joseph DeChiara, 2001) yaitu :
1. High rise apartement
Bangunan apartemen yang terdiri atas lebih dari sepuluh
lantai yang dilengkapi area parkir bawah tanah, sistem
keamanan dan servis penuh. Struktur apartemen lebih
komples.
2. Mid riise apartement
Bangunan apartemen yang terdiri dari 7-10 lantai.
3. Low rise Apartement
Apartemen dengan ketinggian kurang dari 7 lantai dan
penggunaan tangga sebagai sirkulasi transportasi vertikal.
4. Walked up apartement
Apartemen yang terdiri dari 3 sampai 6 lantai, terkadang
memiliki lift. Apartemen ini lebih disukai oleh keluarga
besar dan biasanya 1 gedung apartemen hanya terdiri dari
2-3 unit apartemen
5. Garden apartement
Bangunan Apartemen 2-4 lantai. Apartemen ini memiliki
halaman dan taman disekitar bangunan.
B. Berdasarkan Kepemilikannya
Menurut Endy Marlina (2008) kepemilikan apartemen dapat
bersifat

menetap

maupun

sementara.

Secara

umum,

berdasarkan kepemilikannya apartemen dibedakan menjadi:


1. Apartemen sewa
Apartemen sewa adalah apartemen yang dimiliki oleh
perorangan atau suatu badan usaha dengan unit-unit yang

16

disewakan kepada masyarakat dengan harga dan jangka


waktu tertentu.
2. Apartemen beli
Apartemen beli adalah apartemen yang dimiliki oleh
perorangan atau suatu badan usaha dengan unit-unit yang
dijual kepada masyarakat dengan harga dan jangka waktu
tertentu.
C. Berdasarkan Jumlah Kamarnya
Klasifikasi Apartemen berdasarkan jumlah kamar dalam setiap
unitnya (Endy Marlina, 2008) yaitu :
1. Tipe efisien
Tipe ini memiliki ukuran 18 m 2-45 m2. Tiga aktivitas utama,
yaitu tempat tinggal, makan, dan tidur.

Gambar 10. Contoh Penataan Ruang Apartemen Tipe


Efisien
(Sumber: www.casablanca.co.id, download 30 agustus
2016)
2. Tipe satu ruang tidur
Tipe ini memiliki ukuran berkisar 36 m 2- 54 m2, atau
menyesuaikan kebutuhan. Kelengkapan ruang-ruang pada
tipe ini Lebih lengkap dibanding tipe effisien, dengan
ruang-ruang: living-dining room, dapur, satu ruang tidur,
kamar mandi, teras outdoor. Tipe ini berkapasitas 2-3
orang.

17

Gambar 11. Contoh Penataan Ruang Apartemen Tipe satu


ruang tidur
(Sumber: www.casablanca.co.id, download 30 agustus
2016)
3. Tipe dua ruang tidur
Tipe ini memiliki dua ruang tidur dalam satu unitnya,
dengan ukuran 45 m2-90 m2. Kelengkapan ruang tipe ini
relatif sama dengan tipe satu ruang tidur, tatapi tingkat
kemewahan ruangnya relatif lebih baik,

dengan ruang-

ruang: living room, dining room, dua ruang tidur, dapur,


kamar mandi, half bath (closet dan wastafel) teras outdoor.
Tipe ini berkapasitas 3-4 orang.

Gambar 12. Contoh Penataan Ruang Apartemen Tipe dua


ruang tidur
(Sumber: www.casablanca.co.id, download 30 agustus
2016)
4. Tipe tiga ruang tidur
Tipe ini memiliki tiga ruang tidur, dengan ukuran 54 m 2-108
m2. Adapun kebutuhan ruang pada unit ini adalah : living

18

room, dining room, tiga ruang tidur, full kitchen, dua kamar
mandi, teras outdoor. Tipe ini berkapasitas 4-5 orang.

Gambar 13. Contoh Penataan Ruang Apartemen Tipe tiga


ruang tidur
(Sumber: www.casablanca.co.id, download 30 agustus
2016)
5. Tipe empat ruang tidur
Tipe ini memiliki empat ruang tidur dalam satu unit
apartemen,

dengan

luasan

100

m2-135

m2.

Adapun

kebutuhan ruang pada unit ini adalah : living room, dining


room, empat ruang tidur, full kitchen, dua kamar mandi,
dua teras outdoor, gudang besar. Tipe ini berkapasitas 5-8
orang.

Gambar 14. Contoh Penataan Ruang Apartemen


Tipe empat ruang tidur
(Sumber: www.casablanca.co.id, download 30 agustus
2016)
D. Menurut Jumlah Lantainya
Apartemen dapat diklasifikasi menjadi beberapa tipe (Endy
Marlina, 2008) yaitu :

19

1. Apartement simplex
Satu unit hunian terdiri atas satu lantai sehingga lebih
mudah dan ekonomis untuk dibangun.
2. Apartement duplex
Satu unit hunian terbagi atas dua lantai dengan sebuah
tangga pribadi. Lantai satu terdiri dari ruang tamu, ruang
makan, dan dapur. Lantai dua terdiri dari ruang-ruang tidur.
3. Apartement triplex
Satu unit hunian terbagi atas tiga lantai dengan sebuah
tangga pribadi. Peletakan ruang sama dengan duplex
apartement dengan ruang-ruang tidur di lantai dua dan
tiga.
2.2.4.

Penataan Bangunan

Menurut Endy Marlina (2008) penataan ruang-ruang hunian


dalam suatu apartemen dapat dirancang dengan berbagai
pertimbangan sebagai berikut :
A. Center Corridor Plan
Merupakan penataan apartemen dengan denah yang
menunjukan adanya koridor yang diapit oleh hunian yang
terdapat

pada

kedua

sisinya.

Penataan

seperti

ini

dimungkinkan untuk lokasi dengan bentukan memanjang,


dengan view di kedua sisi bangunan yang baik sehingga dapat
dinikmati dari kedua sisi bangunan.

Gambar 15. Center corridor plan


(Sumber : Endy Marlina, 2008)
B. Open Corridor Plan
Merupakan penataan ruang-ruang hunian yang memiliki
satu koridor untuk melayani satu deret unit hunian. Penataan
ini dimungkinkan untuk bentuk site yang memanjang tetapi
20

sempit, atau karena view-nya baik hanya di salah satu sisi


bangunan. Keuntungan penataan semacam ini
dimungkinkannya

sirkulasi

silang

penghawaan

adalah
sehingga

kenyamanan penghawaan dapat dimaksimalkan.

Gambar 16. Open Corridor Plan


(Sumber : Endy Marlina, 2008)
C. Tower Plan
Denahnya terdiri dari satu core pusat dengan unit-unit
hunian mengelilinginya. Tipe ini biasanya dipakai untuk
apartemen yang dibangun di lokasi yang sempit dengan
bentuk bangunan tinggi.

Gambar 17. Tower Plan


(Sumber : Endy Marlina, 2008)
D. Cross Plan
Denah untuk apartemen tipe ini memiliki empat sayap
utama yang merupakan perkembangan keluar dari satu core.
Biasanya tipe ini dibangun di area-area pusat kota dengan
luasan site cukup, yang mempunyai view ke segala arah
relatif baik.

21

Gambar 18. Cross Plan


(Sumber : Endy Marlina, 2008)
2.2.5.

Sistem Sirkulasi Horizontal

Menurut Endy Marlina (2008) perletakan jalur aksesibilitas


vertikal pada sebuah apartemen dapat direncanakan sebagai
berikut :
A. Thru Flat Exterior Corridor
Pencapaian atau hubungan unit-unit hunian simplex
apartemen melalui koridor yang terletak di bagian tepi hunian

Gambar 19. Thru Flat Exterior Corridor


(Sumber : Endy Marlina, 2008)
B. Thru Duplex Exterior Corridor
Pencapaian atau hubungan unit-unit hunian duplex apartemen
melalui koridor yang terletak di bagian tepi hunian.

22

Gambar 20. Thru Duplex Exterior Corridor


(Sumber : Endy Marlina, 2008)
C. Thru Flat Skip Stop
Pencapaian atau hubungan unit-unit hunian simplex
apartement melalui koridor yang terletak di bagian tepi
bangunan dengan selang beberapa lantai.

Gambar 21. Thru Flat Skip Stop


(Sumber : Endy Marlina, 2008)
D. Double Loaded Interior Corridor
Pencapaian atau hubungan unit-unit hunian

simplex

apartemen melalui koridor yang terletak di dalam bangunan


dan mampu melayani dua sisi unit-unit hunian apartemen.

Gambar 22. Double Loaded Interior Corridor


23

(Sumber : Endy Marlina, 2008)


E. Interior Corridor ThruDuplex
Pencapaian atau hubungan unit-unit hunian

duplex

apartement melalui koridor yang terletak di bagian dalam


bangunan dan mampu melayani dua sisi unit-unit hunian
apartemen.

Gambar 23. Interior Corridor ThruDuplex


(Sumber : Endy Marlina, 2008)
F. Interior Corridor Split and Flat Combination
Pencapaian atau hubungan unit-unit hunian melalui koridor
yang terletak di dalam bangunan secara berselang pada
beberapa lantai.

Gambar 24. Interior Corridor ThruDuplex


(Sumber : Endy Marlina, 2008)
2.2.6.

Sistem Sirkulasi Vertikal

Berikut klasifikasi apartemen berdasarkan sirkulasi vertikal:


A. Elevated
Pencapaian

menggunakan

sarana

lift/elevator

untuk

bangunan dengan ketinggian lebih dari empat lantai.


B. Walk-Up
24

Pencapaian menggunakan sarana tangga untuk bangunan


dengan ketinggian empat lantai atau kurang
2.2.7.

Sistem Struktur

Beberapa

sistem

struktur

yang

sering

digunakan

pada

pembangunan apartemen (Endy Marlina, 2008) sebagai berikut :


A. Sistem struktur flat-plate cast in place reinforced concrete
dengan

perletakan

kolom

secara

acak.

Struktur

ini

menggunakan plat-plat beton pabrikasi yang dicetak di pabrik


dan dipasang langsung di tempat dalam bentuk siap pasang.
Ukuran plat ini bervariasi dan ukuran kolomnya menyesuaikan
dengan dimensi plat tersebut. Jarak antar kolom yang
ekonomis adalah 12 ft-18 ft. sistem sturktur ini sering
digunakan karena mempunyai kelebihan seperti :
1. Elemen servis horizontal (ducting) yang

diperlukan

apartemen dapat diletakkan di dalam lempengan beton


sehingga dapat meniadakan penggunaan plafond gantung.
Lempengan beton tersbut dapat berfungsi sebagai lantai di
atasnya sehingga dapat mengurangi jarak antarlantai.
2. Memungkinkan peletakan kolom secara acak sesuai
dengan layout lantai tipikal apartemen.
3. Memungkinkan adanya bukaan-bukaan pada elemen servis
vertikal.
B. Sistem steel frame structure yang lebih kuat dan lebih
mudah dalam pemasangannya dibanding dengan beton.
Sistem struktur ini cenderung mempunyai pola grid yang
teratur, dengan jarak kolom yang ekonomis 16 ft-24 ft, dan
memiliki penahan angin yang dapat digunakan sebagai
elemen

struktur

pada

bangunan

apartemen

dengan

ketinggian 10-12 lantai.


2.2.8.

Fasilitas Penunjang Apartemen

25

Fasilitas penunjang pada apartemen terdiri atas fasilitas


dalam ruangan dan fasilitas luar ruangan, berikut penjelasan
masing-masing:
Tabel 4. Fasilitas Dalam Ruangan
Fasilitas
Area
Kolam

atau Standar Ruang


renang 1

dalam ruangan

per

Lokasi

dan

Deskripsi
unit, Berdekatan

200

dengan ukuran 60 dengan


x

30

ft

ruang

dengan latihan,

kedalaman 3 5 ft

day

nursery, sun deck,


dan teras. Dapat
diakses

oleh

publik atau secara


Sauna

dan

area 1

latihan

per

privat.
unit, Dekat

200

dengan

dengan

kamar mandi, staf

kapasitas untuk 24 dengan

sistem

orang dewasa dan part time.


ruang

saunan

yang memberikan
temperatur
Ruang permainan

yang

berbeda
Sesuai kebutuhan, Dekat

dengan

minimal 20 x 30 ft area laundry yang


dengan

ruang mencakup

fire

penyimpanan

place, fasilitas bar

yang baik,

dan

area

duduk

ruang

yang untuk

sosialisasi,

fleksibel

dann ruang

bermain

beradaptasi untuk dalam

ruang

serba guna

untuk pesta dan

26

Handball

or

squash courts

per

dua

200

menonton film
unit, Dekat
dengan

lapangan area

dengan

mandi,

tinggi tersedia

tikar

ukuran 50 x 50 x untuk
20 ft

karate,

judo,

dan

wrestling;

dapat

digunakan

untuk

olahraga
Workshop

dan

autobay

tenis

meja
Minimal dua mobil Dekat
dengan

dengan

kapasitas area parkir

lemari yang dapat


dikunci,

outlet

listrik yang cukup


luas, dan bangku
bangku kerja
(Sumber: Joseph DeChiara. 1984)
Tabel 5. Fasilitas Luar Ruangan
Fasilitas atau Area

Standar Ruang

Lokasi

dan

Deskripsi
Area bermain pra- 1 per bangunan, Dekat
school

dengan

luas 800 4000 laundry

dan

ft2, bisa menjadi memiliki view dari


area

terbuka balkon,

dan

untuk area duduk peralatan


Open area

skala
untuk

orang dewasa.
anak pra sekolah
1 per bangunan, Dapat
ditempuh
minimal ruangan dengan
150 x 200 ft

berjalan kaki dalam


beberapa

menit,

dilengkapi

dengan
27

kebutuhan
Hard surface area

semua

usia
1 per bangunan, Dapat menjadi area
minimal 40 x 50 ft parkir

pengunjung

untuk
mengorganisasikan
atau olah raga dan
Passive area

permainan
1 per bangunan, Berdekatan dengan
maksimum

taman

acre

untuk anak

berjemur,

ruang dilengkapi

yang
dengan

yang

natural area

dengan

pohon, barbeque,

dan

semak,

dan permainan

seperti

bunga
Garden plots

bermain

berjemur,

horseshoes, shuffle

board,dan croquet.
1 per bangunan, Berdekatan dengan
bervariasi

sesuai bangunan dan area

Trails and linkage

minat
taman
Area berjalan kaki Area taman

system

dan

area

bersepeda

yang

berhubungan
dengan

ruang

terbuka dan area


public
(Sumber: Joseph DeChiara. 1984)
2.2.9.

Persyaratan Teknis Apartemen

Dalam perancangan sebuah apartemen standar teknis


kelengkapan bangunan yang di buat oleh Peraturan Menteri PU
NO. 60/PRT/1992, antara lain:
28

A. Alat transportasi vertikal, terdiri dari:


1. Lift, untuk bangunan dengan ketinggian di atas 4 lantai.
2. Tangga, untuk bangunan dengan tinggi maksimal 4 lantai.
B. Pintu dan tangga darurat
C. Alat dan sistem pemadaman kebakaran.
D. Penangkal petir
E. Jaringan air bersih yang terdiri dariUnderground tank, roof
F.
G.
H.
I.
J.
K.
L.

tank, dan pompa.


Saluran pembuangan air hujan.
Saluran pembuangan air limbah.
Sistem pembuangan sampah.
Tempat jemur.
Jaringan listrik dengan generator cadangan.
Jaringan gas.
Jaringan telepon.

2.3. Fasilitas Pendukung Dalam Mixed Use


2.3.1.

Mal

Shopping

mall,

merupakan

pusat

perbelanjaan

yang

berintikan satu atau beberapa deprtement store besar sebagai


daya Tarik dari retail-retail kecil dan rumah makan dengan
tipologi bangunan seperti toko yang menghadap ke koridor
utama mal atau pedestrian yang merupakan unsur utama dari
sebuah shopping mall, dengan fungsi sebagai sirkulasi dan
sebagai

ruang

komunal

bagi

terselenggaranya

interaksi

antarpengunjung dan pedagang (Maitland, 1987)


Menurut

Beddington

(1981),

mal

adalah

kompleks

perbelanjaan terencana, dengan pengelolaan yang bersifat


terpusat,

dengan

sistem

menyewakan

unit-unit

kepada

pedagang individu, sedangkan pengawasannya dilakukan oleh


pengelola yang bertanggung jawab secara menyeluruh.
2.3.2.

Bentuk Mal

29

Menurut

Endy

Marlina

(2008)

(dalam

Maithland,

1987)

terdapat tiga bentuk umum mal dengan keuntungan dan


kerugian tersendiri, yaitu:
Table 6. Bentuk Mal
Bentuk Mal
Keuntungan
Kerugian
Open Mall (mal Kesan luas dan Kendala climatic
tanpa

perencanaan

control

pelingkup)

teknis

(berpengaruh

yang

mudah terhadap

sehingga

biaya kenyamanan)

lebih

dan

kesan

murah.

pewadahan

Enclosed Mall

Kenyamanan

kurang.
Biaya mahal

(mal dengan

climatic control.

kesan

pelingkup)
Integrated Mall

Antisipasi terhadap

(penggabungan

keborosan energi

mal terbuka dan

untuk

tertutup)

control

dan

kurang luas

climatic
serta

mahalnya
pembuatan

dan

perawatan mal
tertutup.
juga

Mal

ini

bertujuan

untuk
mengonsentrasika
n daya tarik
pengunjung

pada

mall tertutup
(Sumber: Endy Marlina, 2008)

30

2.3.3.

Pola Mal

Pada dasaranya berbentuk linier. Tatanan mal yang banyak


dijumpai adalah mal berkoridor tunggal dengan lebar koridor
standar 8-16 m. pada umumnya pola yang paling berhasil adalah
pola berbentuk sederhana, seperti bentuk huruf I, T, dan L. hal ini
sesuai

dengan

karakteristik

pengujung

yang

biasanya

menginginkan kemudahan dalam menemukan toko/tempat yang


dituju.

Gambar 25. Pola Umum Shopping Mall


(Sumber : Endy Marlina, 2008)
2.3.4.

Elemen Mal

Menurut Rubenstein (1978) mal merupakan penggambaran


dari kota yang terbentuk oleh elemen-elemen yaitu :
A. Anchor (magnet)
Befungsi sebagai landmark. Perwujudannya berupa plaza
dalam shopping mall.
B. Secondary anchor (magnet sekunder)
Merupakan transformasi dari district perwujudannya berupa
retail store, supermarket superstore dan bioskop.
C. Street mall
Merupakan trasformasi dari path perwujudan

berupa

pedestrian yang menghubungkan magnet-magnet.


D. Landscaping (pertamanan)
Merupakan transformasi dari edges sebagai pembatas pusat
pertokoan di tempat-tempat luar.
2.3.5.

Dimensi Mal

31

Panjang minimal adalah 180 m2 dan panjang maksimal 240


m2. total area pada mal (termasuk ruang terbuka) minimal 10%
total luas lantai mal. Hubungan antara lebar dan tinggi mal
sangat penting karena memiliki pengaruh psikologi terhadap
pengunjung.
2.3.6.

Penataan Letak Retail di Sepanjang Mal

Penataan retail tenant dan anchor tenant yang baik dapat


saling mendukung

terjadinya aliran pengujung yang merata

disepanjang mal. Komposisi yang paling baik adalah 50% retail


dan 50% magnet mal.
2.3.7.

Pembagian Area Mal

A. Area retail (Perdagangan Barang dan Jasa)


B. Area hiburan
C. Area penunjang
1. Area parkir
2. Lavatory
3. Babys room
D. Area pengelola
E. Area sirkulasi
1. Area pintu masuk
2. Area sirkulasi horizontal
3. Area Sirkulasi vertikal
2.3.8.

Pencahayaan di mall

Untuk menunjang konsep ruang yang menerus pada mal,


bagian atap mal biasanya diselesaikan dengan skylight yang
berfungsi memasukan cahaya matahari kedalam bangunan
sebanyak banyaknya di siang hari (Endy Marlina, 2008).
2.4. Tinjauan Mixed Use Building
2.4.1 Pengertian Mixed Use Building

32

Bangunan multifungsi atau yang sering disebut mixed use


building muncul dari perilaku masyarakat urban yang senantiasa
cenderung membutuhkan adanya kemudahan-kemudahan dalam
setiap aktifitas kehidupannya, yang memiliki mobilitas cukup
tinggi, praktis, efektif dan efisien. kondisi ini tercermin dalam
beberapa fasilitas yang kian beragam di kota-kota besar yang
menampilkan adanya penyatuan beberapa aktifitas manusia
dalam satu wadah atau bangunan.
Bangunan multifungsi menurut Dimitri Procos (1976) adalah
penggunaan campuran berbagai tata guna lahan/fungsi dalam
satu bangunan/gedung yang menampung penggunaan beberapa
kegiatan yang memiliki keterkaitan yang erat antara masingmasing fungsi dihubungkan dengan ruang/area transisi yang
dapat menyatukan & menyelaraskannya.
Mixed use building adalah suatu kompleks dimana terdapat
berbagai

fungsi

perumahan,

kegiatan

perkantoran,

termasuk
pusat

hotel,

apartment

perbelanjaan

dan

dan
pusat

kebudayaan lainnya (dydley H.william, Encyclopedia of america,


USA : Mc. Graw Hill).
Menurut Endy Marlina (2008) (dalam Meyer, 1983) mixed use
building adalah salah satu upaya pendekatan perancangan yang
berusaha menyatukan berbagai aktivitas dan fungsi yang berada
di bagian area suatu kota (luas area terbatas, harga tanah mahal,
letak strategis, nilai ekonomi tinggi) sehingga terjadi satu
struktur yang kompleks dimana semua kegunaan dan fasilitas
saling berkaitan dalam kerangka integrasi yang kuat. Upaya
tersebut dimaksudkan untuk mengeleminasi ruang-ruang mati,
sehingga penggunaan lahan lebih efektif dan efisien, pelayanan
kebutuhan lebih mudah, dan lingkungan menjadi lebih nyaman
dihuni.

33

Terdapat

berbagai

kemungkinan

konfigurasi

tata

letak

bangunan di dalam kawasan mixed-use (Sumargo, 2003; 58) :


A. Mixed-use tower, merupakan struktur tunggal baik massa
maupun ketinggian, dimana fungsi-fungsi ditempatkan dalam
lapisan-lapisan. Bangunan dapat berupa high rise tower
dengan fungsi bertumpuk, atau high rise tower dengan
struktur bawah yang diperbesar.

Gambar 26. Mixed-Use Tower


B. Multitowered

megastructure,

merupakan

podium

dengan

tower-tower yang secara arsitektur dilebur dengan atrium


atau

kompleks

mengintegrasikan

perbelanjaan.
semua

Secara

komponen

structural
pada

hal

lantai

ini

bawah

sebagai common base.

Gambar 27. Multitowered Megastructure


C. Fresstanding structure with pedestrian connections, yaitu
bangunan-bangunan

tunggal

yang

disatukan

oleh

jalur

pedestrian.

34

Gambar 28. Fresstanding structure with pedestrian


connections
D. Combination, merupakan gabungan dari ketiga bentuk di atas.

Gambar 29. Combination


2.4.2 Karakteristik Mixed Use Building
Menurut Endy Marlina (2008) ciri-ciri mixed use building
sebagai berikut:
A. Mewadahi 3 fungsi
retail,

urban

hunian,

hotel,

dari

dan

entertainment,

cultural, recreation.
B. Terjadi integrasi dan sinergi fungsional
C. Terdapat ketergantungan kebutuhan antara

masing-masing

fungsi

perkantoran,

atau lebih misalnya terdiri

bangunan yang memperkuat sinergi

dan integrasi

antarfungsi tersebut.

35

2.4.3.

Manfaat,

Kelebihan

dan

Kekurangan

Dari

Pembangunan Mixed Use


Coupland (1996; 4) menjelaskan bahwa kelebihan dari sebuah
mixed use adalah menciptakan kesatuan antara fungsi bangunan
satu sama lainnya, menimbulkan ketertarikan bagi pengguna
kawasan tersebut, dan dapat mereduksi waktu perjalanan antar
satu fungsi dengan fungsi lainnya. Namun pada sisi sebaliknya,
mixed use juga memiliki kekurangan dimana akan terjadi
kesulitan dalam pemisahan antara satu bangunan dan bangunan
lainnya. Hal ini mencakup akses yang diperlukan dalam sebuah
fungsi bangunan. Hal ini terjadi karena overlapping fungsi dan
sirkulasi yang terjadi pada kawasan tersebut.
Menurut Endy Marlina (2008) manfaat pembangunan Mixed
Use Building di Negara-negara maju hingga saat ini terus
dilakukan yaitu :
A. Kelengkapan fasilitas yang tinggi, memberikan kemudahan
bagi pengunjungnya
B. Peningkatan kualitas fisik lingkungan. Kelengkapan fasilitas
yang dirancang dengan matang dapat memperbaiki kualitas
lingkungan.
C. Efisiensi pergerakan karena adanya pengelompokan berbagai
fungsi dan aktivitas dalam satu wadah
D. Vitalitas
dan
generator
pertumbuhan.

Kehadirannya

berpotensi meningkatkan pertumbuhan kawasan sekitarnya


sebagai respon terhadap kebutuhan akan layanan bagi
pengguna bangunan.
E. Penghematan pendanaan

pembangunan.

Pembangunan

berbagai fasilitas dalam satu kompleks atau kawasan dapat


mengefisiensikan

dana

pembangunan

misalnya

dalam

efisiensi dana pembangunan infrastruktur.

36

F. Menghambat perluasan kota karena perkembangannya ke


arah vertikal sehingga menimilkan perluasan kota secara
horizontal.
G. Integrasi sistem-sistem

merupakan

salah

satu

syarat

CITRALAND
pembangunan Mixed Use Building dimana pembangunan
fungsi-fungsinya harus dirancang secara integrasi, saling
menguntungkan antar fungsi.

37

Melihat sebuah pembangunan

mixed use juga memiliki

kekurangan, diperlukan beberapa hal yang perlu diperhatikan.


Hal ini diperlukan untuk meminimalisasi kekurangan yang ada
dan memaksimalkan kelebihannya. Berikut ini hal-hal yang perlu
diperhatikan

dalam

sebuah

pembangunan

mixed

use

(Commercial and Mixed-Use Development Code Handbook)


yaitu :
A. Compact development, memiliki arti dimana bangunan, area
parkir, jalan, jalan kendaraan, dan ruang publik dibangun
dengan jarak pencapaian yang pendek, pengurangan tingkat
konsumsi kendaraan, meminimalisasi energi yang ada, dan
mengurangi

polusi

udara.

Compact

Development

mempromosikan pemanfaatan penuh pelayanan kota dengan


menggunakan fasilitas publik dan meminimalisasi kebutuhan
fasilitas yang baru.
B. Mixed land use, mengembangkan beberapa tipe dari tata
guna lahan yang dipergunakan secara bersamaan di suatu
lokasi,untuk memperpendek jarak pencapaian, memfasilitasi
transportasi alternatif, seperti berjalan kaki, bersepeda, dan
transportasi umum.
C. Pedestrian access, safety, and comfort, membangun on-site
vehicle dan sistem sirkulais pejalan kaki yang aman, nyaman,
menarik untuk pejalan kaki.
D. Street
connection,
menghubungkan

perkembangan,

lingkungan, daerah dengan jalan publik untuk melayani


masyarakat secara efisien dengan penggunaan semua alat
transportasi.
E. Crime prevention and security, Menerapkan perencanaan dan
solusi desain yang dapat meminimalisasi peluang terjadinya
kejahatan dan penurunan keamanan publik.
F. Creating and protecting public spaces, menciptakan dan
merawat public space

seperti

sidewalks, plaza, taman,

38

bangunan

umum,

dan

tempat

pertemuan

untuk

mengakomodasi kebutuhan akan pertemuan informal dan


interaksi sosial.
G. Parking and efficient land use, mendesain dan mengatur area
parkir menjadi lebih efisien dengan meminimalisasi area
parkir yang tidak diperlukan.
H. Human scaled building design, mendesain bangunan dengan
skala manusia, kenyamanan pedestrian, dan mampu menyatu
dengan penggunaan lahan lainnya.
2.5. Studi Banding
2.5.1 Jin Mao Tower, China
Jin Mao Tower merupakan pencakar langit multi fungsi yang
terdiri dari perkantoran, hotel, pertokoan, parkir, auditorium
dengan luas 280.000 m2 yang terletak di distrik Pudong didalam
zona perdagangan dan financial Lujiazui dikota metropolis
Shanghai, China. Terdiri dari 88 lantai dengan ketinggian 421 m,
hingga tahun 2005 tergolong pencakar langit tertinggi ke 4
didunia, setelah Taipei Financial Center-Taiwan, Petronas TowerMalaysia, Sears Tower-Chicago USA. Penggunaan bangunan ini
adalah 50 lantai untuk perkantoran, 38 lantai hotel dengan 555
kamar (Grand Hyatt Shanghai), 900 mobil - 1000 motor pada
basemen 3 lantai (57.000 m2) dan dilengkapi dengan 20.500 m2
pertokoan, pusat perjajanan, pusat konvensi dan eksibisi serta
auditorium. Bagian dasar pencakar langit ini dikelilingi oleh plaza
dengan lansekap dan kolam yang menawarkan relaksasi yang
tenteram dari aktivitas jalan sibuk kota Shanghai.

39

Gambar 30. Jin Mao Tower, China


(Sumber: www.britannica.com, diakses 30 agustus 2016)
A. Rencana Denah
Merupakan bentuk oktagonal yang di ilhamioleh denah tipikal
pagoda dengan service core oktagonal pula yang melayani lift
ekspres ke skylobby perkantoran dan hotel. Sumbu silang/salib
merupakan area entrans dan sirkulasi utama yang konsisten
dengan pengaturan zona zona elevator ke lobi lobi atas.
Pengaturan denah perkantoran dan hotel sangat dibatasi oleh
bentuk segidelapan (arsitektur pagoda) dan sistim struktur yang
menunjang konsep pagoda. Namun masih memberikan peluang
kreativitas pada tatanan ruang hotel dengan adanya atrium
megah pada 38 lantai atas dan berakhir pada atap skylight yang
merupakan mahkota bangunan ini.

Gambar 31. Denah Jin Mao Tower, China


(Sumber: www.britannica.com, diakses 30 agustus 2016)
B. Penampilan eksterior
Inspirasi penampilan eksterior bersumber dari bentuk pagoda
Cina yang historis. Konsisten dengan bentuk silang pada
keempat sisi, namun mengecil secara gradual pada keempat
40

sudutnya yang menciptakan suatu pola yang ritmis. Fasade


stainless steel metalik meng-ekspresikan pergantian cahaya
matahari dengan perubahan warna disiang hari, sedangkan pada
malamnya bagian monumen dan puncak menampilkan iluminasi
buatan seperti mercu suar yang mendominasi skyline kota
Shanghai.

41

C. Tampak Bangunan
Inspirasi tampak bangunan juga bersumber dari fung shui
dengan membuat beberapa referensi terhadap angka mujur 8.
Denah segi delapan, ketinggian gedung 88 lantai. Bagian dasar
(tower base) berlantai 16 (2x8). Lantai berikutnya secara gradual
dan ritmik mengecil menjadi 14 (16-1/8x16),12,10,8,7,6,3,2,1
dengan total 88 lantai.
D. Simplisistik dan keseimbangan
Denah gedung ini menyatakan kesederhanaan yang tercermin
dari pengolahan bentuk geometris dasar (segidelapan) dengan
kesan axial kuat membentuk keseimbangan simetris.
E. Skala dan Proporsi
Gedung pencakar langit ini termasuk dalam salah satu gedung
yang teramping didunia dengan aspect ratio 8:1 (ratio tinggi
dengan lebar dasar bangunan). Dengan ketinggian 421 m,
gedung ini menonjol dalam skala urban sesuai dengan tujuan
awal pembangunan sebuah pencakar langit.
F. Organisasi Ruang
Susunan dan hirarki pengelompokan ruang diatur menurut
tingkat intensitas aktivitas manusia yang terlibat didalamnya.
Pusat eksibisi, konvensi dan pertokoan yang melibatkan banyak
orang terletak pada bagian dasar gedung, diikuti perkantoran
yang terdiri dari high zone, medium zone maupun low zone pada
bagian monument. Hotel dengan kebutuhan ketenangan dan
privasi disusun pada bagian teratas (38 lantai), berakhir dengan
lantai observasi atas.
G. Dampak Visual
Sebagai salah satu gedung tertinggi didunia, JIN MAO Tower
merupakan suatu landmark pada skyline kota Shanghai dan ikon
simbolik yang menyatakan suatu progres dan perkembangan

42

ekonomi finansial yang signifikan kota Shanghai pada khususnya


dan Cina pada umumnya. Dampak visual yang timbul semakin
menegaskan keberadaan gedung

ini sebagai Cathedral of

Commerce dan mengumandangkan munculnya China sebagai


superpower ekonomi yang baru.
H. Langgam arsitektur
Termasuk tipologi pencakar langit monolitik dengan langgam
global

lokal

(kategori

postmodern

skyscraper)

yang

menggabungkan tradisi disain local (pagoda) dengan tipologi


bangunan global (pencakar langit).
I. Ornamentasi dan dekor
Ornamentasi fasade (dinding dan atap) merupakan bentuk
yang unik dan historis menghasilkan monumen kultural yang
belum

pernah

terjadi

sebelumnya

yang

secara

simultan

menyajikan nostalgia dan futuristic.


2.5.2.

The Canarisyde, Hongkong

The Canaryside merupakan gedung multi fungsi yang ada di


You Tong,

Kowloon, Hongkong, dengan 3 lantai podium yang

terdiri dari ruko dan restoran di lantai dasar, daerah komersial


di lantai atasnya lalu di lantai paling atas podim terdapat taman,
kolam renang dan gymnasium dengan apartemen

diatasnya.

The Canaryside dibangun di atas lahan seluas 2,462 m 2 dengan


39 lantai dan 210 unit.

43

Gambar 32. The Canaryside, Hongkong


(Sumber: http://thesis.binus.ac.id, diakses 30 agustus 2016

44

45

Anda mungkin juga menyukai