Anda di halaman 1dari 14

Delinasi administrasi

Posisi geografis

Wilayah Kecamatan Ternate Selatan merupakan salah satu wilayah kecamatan dari 4
kecamatan yang ada di daratan Pulau Tenate dengan posisi memanjang dari Utara ke Selatan dan Luas
wilahah 16,98 Km2. Wilayah ini terdiri dari dataran tinggi yang umumnya masih merupakan tanah
kosong dan dataran rendah yang sebagian besar wilayahnya merupakan daerah pemukiman penduduk
dengan posisi kemiringan pada tingkat sedang. Ternate Selatan terletak diantara 0°45’12,16”-
0°47’25,92” Lintang Utara dan 127°19’09,78”-127°23’07,52” Bujur Timur. Wilayah ini mempunyai batas
batas sebagai berikut:

 Sebelah Utara dengan Kecamatan Ternate Tengah


 Sebelah Selatan dengan Kecamatan Pulau Ternate
 Sebelah Timur dengan Laut Halmahera
 Sebelah Barat dengan Hutan Lindung

Aministrasi

Sistem dan fungsi perwilayahan Kota Ternate dibagi menjadi 7 (Tujuh) Bagian Wilayah Kota
(BWK) didasarkan pada batas administrasi wilayah kecamatan. Sasa sendiri terdapat pada BWK III,
dimana BWK III sebagai kawasan pendukung kegiatan pusat kota memiliki Pusat BWK di Kelurahan
Kalumata. BWK – III Kecamatan Ternate Selatan meliputi wilayah adminsitrasi Kelurahan Sasa,
Gambesi, Ngade, Fitu, Kalumata, Kayu Merah, Tabona, Ubo-Ubo, Bastiong Karance, Bastiong
Talangame, Mangga Dua Utara, Mangga Dua, Jati Perumnas, Jati, Tanah Tinggi Barat, Tanah Tinggi,
dan Toboko.

Fisik dasar

topografi
Hidrologi

Tata air yang ada di permukaan tanah di Kota Ternate berupa Mata Air yang tersebar
dibeberapa lokasi serta Danau Tolire dan Danau Laguna. Sedangkan yang berada dalam tanah
(Geohidrologi) berdasarkan Laporan Evaluasi Potensi Cekungan Air Tanah (CAT) pulau Ternate,
Dept.ESDM, bahwa aliran air tanah di pulau Ternate memiliki produktifitas akuifer cukup tinggi dan
kualitasnya baik terutama pada bagian tubuh sampai kaki gunung Gamalama.

Wilayah dengan Potensi Air Tanah Tinggi Pada Akuifer Tertekan Dan Rendah Pada Akuifer
Tidak Tertekan tersebar luas disebelah selatan dan timur Gunung Gamalamaa, yaitu di sepanjang pantai
Rua sampai Gambesi dan di lereng bawah bagian timur dari daerah Ubo-Ubo sampai daerah Tabam.
Akuifer tertekan terdapat pada kedalaman antara 20 - 55 mbmt; MAT berkisar antara 1,5 – 14 mbmt;
Kelulusan (K) =11,1 – 16,8 m/hari ; Keterusan (T) = 633 – 805 m²/hari; debit jenis (Qs)= 3,15 – 4,79 1 /dtk/
m;ebit optimum (Qopt) = 15,75 – 23,95 1/dtk; dan jarak antar sumur (2R) = 55 – 85m. Kualitas air
tanahnya tergolong baik untuk air minum.

Bencana

Berdasarkan hasil analisis kerentanaan nilai faktor yang teridentifikasi menunjukkan adanya
perbedaan tingkat kerentanan secara keseluruhan untuk setiap indikator kerentanan
sosial,ekonomi,fisik,maupun lingkungan di wilayah studi. Artinya setiap jenis indikator kerentanan
memiliki zona tingkat kerentanan yang cenderung berbeda-beda di wilayah studi. Berikut pemaparan
setiap komponen kerentanan sosial,ekonomi,fisik,maupun lingkungan di Kota Ternate :

Dari 5 nilai indikator sosial tersebut di aplikasikan kedalam peta overlay yang mengacu pada
Perka BNPB No 2 Tahun 2012 untuk mendapatkan nilai kerentanaan sosial yakni :

Tabel. Kerentna sosial dikota ternate

Dari hasil analisis yang termasuk dalam klasifikasi di wilayah pesisir dengan kerentanaan sosial
yang tinggi yakni Kecamatan Pulau Ternate Kelurahan Jambula, Kecamatan Ternate Selatan Keluarahan
Sasa, Gambesi, Fitu, Mangga Dua Utara, Kota Baru, Muhajirin, Gamalama, Kampung Makassar Timur,
Soa-sio, Toboleu, dan Tabam dengan nilai kerentanaan social 2,36- 3 dan yang paling rendah klasifikasi
di wilayah pesisir yakni Kelurahan Rua dan Takome.

Kerentanan Ekonomi

Dari ke 2 nilai indikator ekonomi tersebut di aplikasikan kedalam Peta Overlay yang mengacu
pada Perka BNPB No 2 Tahun 2012, untuk mendapatkan nilai kerentanaan ekonomi yakni :

Dari hasil analisis diatas yang termasuk dalam klasifikasi di wilayah pesisir dengan kerentanaan ekonomi
yang tinggi yakni Kecamatan Pulau Ternate,Kecamatan Ternate Selatan dan Kecamatan Ternate Utara
dengan nilai kerentanaan sosial 2,68 - 3 dan yang paling rendah klasifikasi di wilayah pesisir yakni
Kecamatan Ternate Tengah.

Kerentanan Fisik

Dari ke 3 nilai indikator Fisik tersebut di aplikasikan kedalam Peta Overlay yang mengacu pada
Perka BNPB No 2 Tahun 2012, untuk mendapatkan nilai kerentanaan Fisik yakni :

Dari hasil analisis diatas yang termasuk dalam klasifikasi di wilayah pesisir dengan kerentanaan fisik
yang tinggi yakni Kecamatan Pulau Ternate,Kecamatan Ternate Selatan dan Kecamatan Ternate
Tengah dengan nilai kerentanaan sosial 2,68 - 3 dan yang paling rendah klasifikasi di wilayah pesisir
yakni Kecamatan Ternate utara.

Dari hasil analisis diatas yang termasuk dalam klasifikasi di wilayah pesisir dengan Gelombang
dan abrasi yang tinggi yakni Kecamatan Pulau Ternate kelurahan jambula dan Kecamatan Ternate
Selatan kelurahan sasa,gambesi dan fitu dengan nilai 2,68 – 3 dan yang paling rendah klasifikasi di
wilayah pesisir yakni Kecamatan Ternate Utara dan Kecamatan Ternate Tengah.

Sumber daya alam dan lingkungan

SDA

pengelolaan dan penggunaan sumberdaya kelautan/perikanan di Kota Ternate yang meliputi


perubahan terhadap manajemen dan teknologi penangkapan ikan, penentuan daerah penangkapan dan
pengolahan serta pemasaran hasil kelautan/perikanan.

Sebagai wilayah kepulauan yang dikelilingi oleh lautan, laut merupakan sumber penghidupan
yang menjanjikan. Banyak masyarakat Kota Ternate yang tinggal di pesisir pantai bermata pencaharian
sebagai nelayan. Selain itu tradisi masyarakat Kota Ternate yang menjadikan ikan sebagai makanan
pendamping nasi yang wajib di konsumsi setiap hari, membuat nelayan menjadi salah satu mata
pencaharian yang cukup menjanjikan. Di Kota Ternate terdapat dua pelabuhan perikanan yaitu
pelabuhan Perikanan Bastiong, Ternate Selatan dan pelabuhan perikanan Dufa-Dufa, Ternate Utara.
Kedua pelabuhan ini memasok hampir sebagian besar kebutuhan ikan masyarakat Ternate. Produksi
perikanan Kota Ternate tahun 2012 yang terbesar adalah kecamatan Ternate Utara yaitu sebesar 18.466
ton dan kecamatan Ternate Selatan sebesar 3.700 ton.
Daratan

Kecamatan Ternate Selatan adalah kecamatan denganjumlah Penduduksebesar


76.794jiwa/km2, dengan luas 1748.84HaDari jumlah penduduk Kota Ternate, di bandingkan dengan
jumlah penduduk kecamatan lainnya yang ada di pulau ternate. Kecamatan ini juga memiliki beberapa
zonasi penggunaan lahan di antaranya penggunaan lahan Permukiman dengan luas 827.52 Ha atau 47%,
Perkebunan dengan luas 779.35 atau 45%, Hutan dengan luas 118.86 Ha atau 7%, Danau dengan luas
23.11Ha atau 1%. Tabel 9 Luas Wilayah Penggunaan Lahan Di Kecamatan Ternate Selatan

Kecamatan Ternate Selatan dengan luas 10501.64 Ha.Memiliki beberapa perencanaan


penggunaan lahan seperti Danau dengan Luas 495.39 Ha, Hutan Lindung dengan luas 1638.19Ha,
Kawasan Jasa dan Perdagangan dengan luas 681.48 Ha, Kawasan Lindung dengan luas 3098.22Ha,
Perkebunan dengan Luas 1917.47Ha , Permukiman dengan luas 2670.90 Ha.

Tabel. Luas wilayah Perencanaan


Penggunaan Lahan di Kec. Ternate Selatan
Air

Berdasarkan hasil overley atau tumpah tindi peta eksisting penggunaan lahan Pulau Ternate
tahun 2019 terhadap peta RTRW Kota Ternate Tahun 2010-2030, maka peneliti mengetahui terdapat
beberapa penggunaan lahan yang tidak kesesuaian sepertilahan Bakau tapi dalam lingkungan
bertambahnya bakau membuat baik lingkungan sekitar sehingga di tahun 2019 bertambah menjadi 2.67
Ha, Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah

Danau dengan Luas 53.30 Ha, sehingga di tahun 2019 terdapat irigasi seluas 1.57 Ha, Dalam
Rencana Tata Ruang Wilayah Permukiman dengan Luas 1499.51, Sehingga ditahun 2019 bertambah luas
menjadi 727.21 Ha, di karenakan bertambahnya jumlah penduduk kota ternate pada tahun 2017 dengan
jumlah 211.973 jiwa. Dan Lahan Yang sesuai terdapat penggunaan lahan Hutan dengan luas 762.89 Ha,
sedangkan dalam rencanaan tata ruang wilayah memiliki luas 806.53 Ha, Kawasan Bandara dalam
rencanaan tata ruang wilayah memiliki luas 54.09 dan luas penggunaan lahan eksisting pada tahun 2019
luas 16.87 Ha, Lahan Kosong dalam rencana tata ruang wilayah dengan Luas 59.76 Ha,dan luas
penggunaan lahan eksisting pada tahun 2019 dengan luas 32.52 Ha. Perkebunan dalam rencana tata
ruang wilayah dengan Luas 5181.88 Ha, dan luas penggunaan Lahan eksisting tahun 2019 seluas 4829.93
Ha, dan Semak Belukar dalam rencana tata ruang wilayah seluas 215.36 Ha, dan luas penggunaan lahan
eksisting tahun 2019 seluas 92.22 Ha, dan dapat di liat pada table di bawa ini.

KEPENDUDUKAN SOSIAL DAN BUDAYA

Jumlah penduduk Kecamatan Ternate Selatan pada tahun 2019 adalah 78.389 jiwa dengan kepadatan
penduduk pada tahun 2019 sebanyak 3.876,81 jiwa per Km2. Di tingkat Kelurahan kepadatan penduduk
tertinggi terdapat di Kelurahan Bastiong Karance yaitu sebanyak 22.945,83 jiwa per Km2, sedangkan
kepadatan penduduk terendah terdapat di Kelurahan Sasa dengan sebanyak 990,21 jiwa per Km2.
Kelurahan yang memiliki kepadatan penduduk yang tinggi umumnya berada di daerah perkotaan
dimana seluruh wilayahnya adalah pemukiman, pertokoan, perkantoran dan wilayah terbangun.
Sedangkan Kelurahan yang memiliki kepadatan penduduk rendah umumnya berada di daerah wilayah
Selatan kecamatan ini dimana wilayahnya masih banyak memiliki lahan pertanian yang cukup luas.
EKONOMI

Kinerja pertumbuhan suatu daerah dapat dinilai dengan berbagai ukuran melalui suatu umum kinerja
tersebut dapat diukur melalui suatu besaran yang dikenal dengan Produk Domestik Regional Brukto
(PDRB). Secara sektoral besaran ini dapat menerangkan struktur perekonomian daerah bersangkutan,
disamping itu dari angka PDRB dapat pula diperoleh beberapa indikator turunan seperti pertumbuhan
ekonomi dan pendapatan perkapita.

Struktur Ekonomi Kota Ternate ditunjang oleh sembilan lapangan usaha kegiatan ekonomi, yaitu : 1)
Pertanian, 2) Pertambangan dan penggalian, 3) Industri pengolahan, 4) Listrik, gas, dan air minum, 5)
Bangunan/konstruksi, 6) Perdagangan, hotel, dan restoran, 7) Angkutan dan komunikasi, 8) Keuangan,
persewaan, dan jasa perusahaan, serta 9) Jasa-jasa.

Indikator makro yang biasanya digunakan untuk mengevaluasi hasil-hasil pembangunan di suatu daerah
dalam lingkup Kota adalah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota menurut lapangan usaha.
Produk Domestik Regional Bruto merupakan jumlah nilai tambah atau jumlah nilai barang dan jasa akhir
yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu daerah dalam satu tahun.

Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga (ADH) berlaku menggambarkan nilai tambah barang
dan jasa yang dihitung menggunakan barang pada tahun tersebut, sedangkan atas dasar harga konstan
menunjukkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada tahun dasar (2012).
Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga berlaku digunakan untuk melihat pergeseran dan
struktur ekonomi, sedangkan PDRB atas dasar harga konstan digunakan untuk mengetahui
pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun.

FASILITAS

a. Fasilitas Pendidikan

Fasilitas pendidikan yang terdapat di Kawasan permukiman prioritas terdiri atas Tk, SD/sederajat,
SLTP/sederajat dan SLTA/sederajat, pemenuhan kebutuhan pelayanan pendidikan di kawasan
permukiman prioritas pada tahun 2031 perlu peningkatan kuantitas dan kualitas, untuk lebih jelasnya
lihat Tabel dibawah ini.
Dari Tabel tersebut diatas, menunjukkan bahwa kebutuhan fasilitas pendidikan di kawasan prioritas
hingga akhir tahun perencanaan 2031 di butuhkan penambahan 4 unit SD, berlokasi di Kawasan Dodoku
Mari dan Kota Baru. Fasilitas Jenjang Pendidikan SLTP dibutuhkan penambahan sebanyak 1 unit
berlokasi di kawasan prioritas Dodoku Mari. Sedangkan fasilitas pendidikan jenjang SLTA dibutuhkan
sebanyak 1 unit berlokasi di kawasan prioritas Dodoku Mari.

b. Fasilitas Kesehatan

Upaya memenuhi pelayanan kesehatan terhadap masyarakat ditentukan oleh jumlah dan kualitas
pelayanan fasilitas kesehatan. Jumlah dan kualitas yang dimaksud berkaitan dengan jumlah fasilitas,
jangkauan pelayanan, tenaga dan peralatan medis. Sejauh ini pelayanan fasilitas kesehatan secara
kuantitas dapat menjangkau seluruh masyarakat. Kebutuhan fasilitas kesehatan dapat dilihat pada
kajian Tabel dibawah ini.
Dari Tabel tersebut
diatas, menunjukkan
bahwa kebutuhan
fasilitas kesehatan di
kawasan permukiman
prioritas hingga akhir
perencanaan
2031 memerlukan
penambahan fasilitas kesehatan berupa pusat kesehatan kelurahan (puskeskel) sebanyak 12 unit
berlokasi disemua kawasan prioritas.

d. Fasilitas Perdagangan

Fasilitas perdagangan merupakan salah satu sarana yang memegang peranan penting, oleh karena
fungsinya berperan sebagai pusat distribusi barang kebutuhan masyarakat. Penyediaan fasilitas
perdagangan didasarkan pada kebutuhan pelayanan penduduk, sehingga penentuan jumlah fasilitas ini
mempertimbangkan jumlah penduduk pendukung sesuai standar perencanaan. Dalam memenuhi
kebutuhan pelayanan fasilitas perdangan di kawasan permukiman prioritas hingga akhir perencanaan
tidak dibutuhkan pembangunan. Namun demikian fasilitas perdagangan yang ada memerlukan
peningkatan (rehabilitasi) guna melengkapi fasilitas perdagangan yang sudah terbangun.
e. Fasilitas Peribadatan

Fasilitas peribadatan merupakan sarana penunjang yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan
keagamaan dan ritual bagi masyarakat. Penempatan fasilitas peribadatan ini pada lokasi yang menyebar
pada kawasan permukiman penduduk. Struktur penduduk berdarkan kelompok agama di kawasan
permukiman prioritas didominasi oleh penduduk yang beragama Islam. Untuk lebih jelasnya kebutuhan
fasilitas peribadatan di kawasan permukiman prioritas dapat dilihat pada penjelasan Tabel di bawah ini.

Anda mungkin juga menyukai