Anda di halaman 1dari 15

Konstruksi atap

Pengertian, fungsi, dan komponen konstruksi atap

Atap adalah bagian paling atas dari suatu bangunan, yang melindungi
gedung dan penghuninya secara fisik maupun metafisik (mikrokos-
mos/makrokosmos).

Permasalahan atap tergantung pada luasnya ruang yang harus dilin-


dungi, bentuk dan konstruksi yang dipilih, dan lapisan penutupnya.116
Di daerah tropis atap merupakan salah satu bagian terpenting.

Atap sebagai bagian paling atas dapat dimengerti sebagai penutup


atap datar saja, sebagai payung, atau sebagai atap miring terpisah
pada setiap bagian bangunan.
Hubungan antara bentuk, struktur dan konstruksi atap

Menentukan konstruksi atap yang baik adalah tugas yang cukup rumit
karena banyak faktor saling mempengaruhi: bentuk, struktur,
konstruksi, maupun bahan bangunan. Pembentukan atap
mengakibatkan per-soalan antara bentuk luar dan ruang atap yang
diciptakan. Pada struktur dan konstruksi diadakan sistem rangka
batang atau pelat maupun bahan bangunan yang dipilih sebagai
konstruksi atau kuda-kuda (atau sebagai penutup atap) atap sehingga
mempengaruhi kemiringan atap.
Bahan konstruksi atap

Kayu merupakan bahan bangunan yang sesuai sekali untuk lebar


ben-tang tidak lebih dari 4.0 m karena mudah didapat, mudah
dikerjakan dengan alat sederhana, bobotnya yang agak ringan, dan
cukup tinggi kekuatannya terhadap gaya tarik, tekan maupun
lendutan. Kayu merupakan bahan bangunan ekologis karena dapat
dibudidayakan. Kayu juga merupakan bahan bangunan yang sesuai
untuk konstruksi atap busur dengan lebar bentang >100.0 m yang
melebihi kemampuan beton bertulang atau baja.

Akan tetapi, kayu juga memiliki sifat-sifat yang merugikan jika kurang
diamati. Perlu diperhatikan bahwa kayu selalu menyesuaikan kadar
aimya dengan kelembapan udara sekeliling (menyusut dan mengem-
bang), dan mudah membusuk jika terkena air pada bagian yang tidak
kena pengudaraan. Oleh karena itu, misalnya, balok kayu yang me-
numpu pada dinding batu bata tidak boleh dipasang rapat sekeliling-
nya dengan mortar, melainkan perlu diberi jarak ± 1 cm.

Kayu sering disambung dengan peralatan baja (paku, baut, dan seba-
gainya). Perlu diperhatikan bahwa setiap alat sambungan menerima
dan menyampaikan gaya dengan cara yang berbeda-beda dan
karena itu kekuatan alat sambungan yang berbeda tidak boleh
dijumlah-kan jika menentukan kekuatan sambungan tersebut.
Baja berbentuk profil gilas atau pelat yang dibengkokkan merupakan
bahan bangunan atap yang sesuai sekali untuk lebar bentang 10.0-
30.0 m. Konstruksi atap baja umumnya adalah konstruksi rangka
batang yang dilas atau dibaut dan yang biasanya disediakan secara
prakilang di bengkel tertentu sebelum dimuat ke tempat bangunan.

Balok beton bertulang sebagai beton cor di tempat hanya dapat


dipertanggungjawabkan pada balok yang horizontal (peran beton).
Beton bertulang sebagai rangka batang beton bertulang harus dicor
dalam keadaan mendatar pada lantai kerja dan kemudian sebagai
elemen prakilang diangkat ke atas ring balok. Oleh karena itu, ke-
tepatgunaan sangat terbatas karena bobotnya cukup berat. Rangka
batang beton bertulang sesuai untuk lebar bentang 4.0-10.0 m.

Penentuan konstruksi atap yang baikPola pikir (mental model atau


check-list) berikut mempertimbangkan analisis (penyelidikan
persoalan), konstruksi dan perwujudan persya-ratan, pelaksanaan
dan sintesis (penilaian paduan penyelesaian) demi penentuan
konstruksi atap yang baik.
Penerapan daftar penilaian dan evaluasi atap
Pola pikir atau daftar penilaian (lihat halaman 196) akan diterangkan
tahap demi tahap. Contoh penerapan penentuan konstruksi atap yang
baik perlu melalui pertimbangan fungsi dan tugas, maupun
persyaratan yang perlu diperhatikan pada struktur bangunan sebagai
berikut.
Tahap 2 ini jangan keliru dimengerti. Di samping biaya pembangunan
yang dapat dihitung dalam rupiah, ada juga nilai pembangunan se-
cara imaterial yang tidak ternilai dalam mata uang tetapi sangat
berhar-ga bagi jiwa dan kesehatan manusia serta ekologi. Harga
bahan yang murah pada masa kini bisa menjadi bahan yang luar
biasa mahal pa-da masa depan, misalnya karena besarnya biaya
pembongkaran atau karena pembuangan puing mencemari
lingkungan dan karena itu me-nuntut perhatian khusus. Informasi
harga bahan bangunan harus di-lengkapi dengan seluruh rantai
bahan (bahan mentah, pengolahan bahan, penggunaan, masa pakai,
pemeliharaan, kemungkinan mendaur ulang dan kebutuhan TPA,
serta pencemaran lingkungan yang diaki-batkan oleh kegiatan
tersebut), bahan (bahan mentah yang diguna-kan), dan energi yang
dibutuhkan dalam rantai bahan.117

Perhatian terhadap penggunaan sumber alam (bahan baku, energi,


dan lahan yang digunakan) menuntut penghematan pada segala
kegiatan. Pencapaian tersebut adalah pencapaian yang berlangkah
ke-cil, pemikiran terhadap unsur-unsur kecil dan pembagian lahan dan
denah rumah yang padat serta struktur bangunan yang minimal. Hal
ini tidak mengurangi kualitas kehidupan karena kualitas menghuni
tidak tergantung secara langsung pada luasnya denah.118

Apabila pada tahap 2 (penentuan bahan bangunan) muncul kesulitan,


maka perlu diadakan pertimbangan kembali dengan memperhatikan
tahap 1.
Konstruksi kuda-kuda tradisionalKonstruksi kuda-kuda sering juga
dinamakan konstruksi atap peran (gording) karena dalam
pertentangan dengan konstaiksi atan kasan (usuk) konstruksi kuda-
kuda menggunakan berbag; Lightshot Konstruksi atap peran adalah
tepat untuk atap pelana dan atap peri-sai, baik yang simetris maupun
yang tidak simetris.

Kuda-kuda tradisional (dipengaruhi oleh tukang kayu dari Belanda)


Kasau-kasau diletakkan pada peran yang dipikul oleh tiang. Jika tiang
pendukung atap ini berdiri vertikal, maka konstruksi atap dinamakan
kuda-kuda dengan tiang. Jika tiang itu menerima gaya tarik, yang di-
lengkapi kuda penopang sejajar dengan kasau (balok loteng dipasang
bergantung), konstruksi ini dinamakan kuda-kuda gantung. Menurut
jumlah peran yang ada pada potongan melintang, dapat dibedakan
kuda-kuda dengan satu, dua, atau tiga tiang (atau kuda penopang).

Konstruksi kuda-kuda atap kasau dan konstruksi yang umumnya di-


gunakan di Indonesia pada masa kini, khususnya untuk atap pelana,
berdasarkan pengertian konstruksi kayu tradisional Belanda.

Konstruksi atap kasau (usuk)


Atap kasau dan atap kasau balok bangsal merupakan konstruksi tan-
pa kuda-kuda. Kemiringan atap hendaknya > 30°. Atap kasau adalah
konstruksi sederhana yang sesuai sekali untuk rumah yang agak kecil
(tidak lebar). Setiap kasau bersilang gunting bertindak sebagai kuda
penopang yang memindahkan muatan langsung ke balok loteng.
Kasau untuk atap kasau hendaknya < 5.0 m. Pada atap balok
bangsal, jarak antara tirisan atap dan garis bubungan < 4.50 m dan <
2.50 m.

Sebagai contoh konstruksi atap tradisional (atap kasau), dapat diper-


hatikan konstruksi atap rumah Blai (Palau, Mikronesia) berikut:

Konstruksi kuda-kuda gantung


Konstruksi kuda-kuda gantung merupakan sistem atap yang menya
lurkan semua beban ke dinding luar yang menerima beban (semua
dinding yang membagi ruang dan yang tidak menerima beban dari
atap dapat ditempatkan dan diubah menurut kebutuhan).

Konstruksi kuda-kuda gantung dipilih jika panjang balok loteng


melebihi 5.00 m tanpa adanya tiang atau dinding pendukung.
Sebenarnya konstruksi kuda-kuda gantung menjadi konstruksi
gantungan. Pada tiang gantung (ander), balok pendukung bergantung
searah dengan peran atap. Balok loteng diletakkan di atas balok
pendukung ini atau digantungkan dengan baut di sebelah bawahnya.

Konstruksi kuda-kuda gantung dipasang dengan kasau < 4.00 m.


Konstruksi kuda-kuda dengan satu tiang sesuai untuk lebar bentang >
8.00 m, kuda-kuda dengan dua tiang untuk lebar bentang < 12.00 m.
Pada konstruksi kuda-kuda gantung. selalu harus diadakan perhitung-
an mekanika teknik oleh seorang ahli sipil (konstruksi kayu).

Perhatian khusus perlu diberikan pada kayu muka (minimal 12 cm)


pada semua gigi tunggal yang timbul pada konstruksi ini (pada sam-
bungan kuda penopang dengan tiang gantung dan balok loteng. Sam-
bungan tradisional di antara tiang gantung dan balok penopang
dilaku-kan dengan besi strip dan purus yang longgar dalam lubang
sedalam 3 cm. Sambungan ini dapat juga dibuat lebih sederhana
dengan meng-gunakan baut simplex seperti berikut:
Konstruksi rangka portal tiga ruas yang merupakan sistem statis
tertentu. Konstruksi rangka batang berpaku. Kemiringan atap sesuka
hati. Lebar bentang 15.00-30.00 m dan jarak tumpuan 3.00- 5.00 m.

Batang penopang perata123 (konstruksi rangka batang memanjang)

Batang masing-masing pada suatu konstruksi rangka batang tidak


sama kuatnya. Dengan kata lain, melengkungnya batang-batang ber-
beda satu dengan yang lain. Tergantung dari bahan pelapis atap dan
langit-langit, bisa timbul ketidakrataan pada bidang atap, dipandang
dari sisi bubungan dan tirisan atap. Untuk menghindari hal yang tidak
diing. ikan ini, maka ditambahkan konstruksi batang penopang perata
(konstruksi rangka batang memanjang).

Untuk menghitungnya, maka beban oleh konstruksi rangka batang


masing-masing dapat ditentukan sebagai berikut:

Untuk penentuan ukuran-ukuran batang penopang perata ini, maka


gaya batang yang diperlukan dihitung sebagai berikut.

Batang penopang perata seperti teriihat pada gambar berikut membe-


bani rangka batang yang berdekatan pada tumpuan dengan V2 F;
untuk menampung beban ini maka pada rangka batang masing-
masing dipa-sang batang tarik, yang akan mengambil alih beban F.
Tinggi minimal (h) bagi ba-tang penopang perata untuk konstruksi
rangka batang adalah 50 cm.

Konstruksi papan badan miring


Pada perhitungan momen lembam dan momen tahanan pada
konstruksi badan papan miring (I web-beam, □ box-beam) bagian
badan harus diabaikan. Tegangan pada bagian sayap dapat dianggap
mera-ta. Bagian badan paling sedikit harus terdiri dari dua bagian
yang ber-silangan, atau jika sejajar harus diatur sehingga hanya
dibebani tarik-an. Untuk yang bersilang, bagian papan satu pada yang
lain harus dihubungkan dan bagian badan akan menahan gaya lintang
melulu.

Anda mungkin juga menyukai