Atap adalah bagian paling atas dari suatu bangunan, yang melindungi
gedung dan penghuninya secara fisik maupun metafisik (mikrokos-
mos/makrokosmos).
Menentukan konstruksi atap yang baik adalah tugas yang cukup rumit
karena banyak faktor saling mempengaruhi: bentuk, struktur,
konstruksi, maupun bahan bangunan. Pembentukan atap
mengakibatkan per-soalan antara bentuk luar dan ruang atap yang
diciptakan. Pada struktur dan konstruksi diadakan sistem rangka
batang atau pelat maupun bahan bangunan yang dipilih sebagai
konstruksi atau kuda-kuda (atau sebagai penutup atap) atap sehingga
mempengaruhi kemiringan atap.
Bahan konstruksi atap
Akan tetapi, kayu juga memiliki sifat-sifat yang merugikan jika kurang
diamati. Perlu diperhatikan bahwa kayu selalu menyesuaikan kadar
aimya dengan kelembapan udara sekeliling (menyusut dan mengem-
bang), dan mudah membusuk jika terkena air pada bagian yang tidak
kena pengudaraan. Oleh karena itu, misalnya, balok kayu yang me-
numpu pada dinding batu bata tidak boleh dipasang rapat sekeliling-
nya dengan mortar, melainkan perlu diberi jarak ± 1 cm.
Kayu sering disambung dengan peralatan baja (paku, baut, dan seba-
gainya). Perlu diperhatikan bahwa setiap alat sambungan menerima
dan menyampaikan gaya dengan cara yang berbeda-beda dan
karena itu kekuatan alat sambungan yang berbeda tidak boleh
dijumlah-kan jika menentukan kekuatan sambungan tersebut.
Baja berbentuk profil gilas atau pelat yang dibengkokkan merupakan
bahan bangunan atap yang sesuai sekali untuk lebar bentang 10.0-
30.0 m. Konstruksi atap baja umumnya adalah konstruksi rangka
batang yang dilas atau dibaut dan yang biasanya disediakan secara
prakilang di bengkel tertentu sebelum dimuat ke tempat bangunan.