Anda di halaman 1dari 16

1 MENGETAHUI MACAM STRUKTUR UTAMA

Aspek penting pertama yang harus difahami adalah tentang


ketersediaan beberapa sistem struktur bangunan gedung yang
mungkin dapat digunakan di dalam desain. Arsitek harus menguasai
kemungkinan struktur yang paling sesuai pada bangunan. Berbagai
sistem struktur mempunyai kelebihan dan kekurangan masingmasing, sehingga ketepatan penggunaannya harus dipadukan
dengan banyak aspek yang terdapat dalam bangunan. Untuk dapat
menggunakan salah satu sistem struktur dengan tepat, maka
pemahaman menyeluruh mengenai sistem struktur dan ragamnya
serta kemungkinan kaitannya dengan aspek lain dalam bangunan
diuraikan di bawah ini.
1.1 Kinerja Sistem Struktur Bangunan
Sebelum mengetahui berbagai macam sistem struktur, prinsip
kinerja struktur terlebih dulu harus diketahui untuk dapat
menentukan macam struktur yang mungkin terjadi.

Gambar 1. Kinerja struktur terhadap beban

1.1.1 Pembebanan pada Bangunan


Sistem struktur bangunan gedung pada intinya bekerja menyalurkan
beban bangunan sehingga menjaga bangunan tetap berdiri, dan

membentuk ruang fungsi. Beban-beban yang terjadi pada bangunan


gedung berasal dari berat struktur (berat sendiri, beban mati: 1, 2,
3) dan berat fungsi (beban berguna, berat hidup: 4) di dalamnya
serta akibat pengaruh gaya luar seperti gempa dan badai (8). Berat
struktur dihitung dari semua elemen struktur dari atap sampai
pondasi. Berat fungsi tergantung jenis dan volume kegiatan yang
diwadahi bangunan, sedangkan beban gaya luar dipengaruhi oleh
bentuk, letak dan posisi bangunan.
Beban-beban itu disalurkan dari atas ke bawah, mulai dari elemen
rangka atap, rangka utama atap, pelat lantai, rangka utama kolom
balok atau dinding pemikul, dan sampai pada pondasi (6), dan
diteruskan ke dalam tanah (7). Kolom balok meneruskan gaya
menurut arah garis dan dinding menurut arah bidangnya.
1.1.2 Tumpuan dan Pengaruhnya pada Sistem Struktur
Beban-beban pada rangka baik rangka atap atau rangka utama,
harus diletakkan pada posisi tumpuan atau titik hubung antara
rangka-rangka itu. Sedangkan pada dinding dapat diletakkan di
sembarang garis dindingnya. Oleh karena itu rangka paling sesuai
untuk menerima gaya titik atau terpusat yang diletakkan pada titiktitik hubungnya, sedangkan dinding sesuai untuk menerima gaya
menerus di sepanjang dindingnya. Wujud konstruksi dari ketentuan
tersebut adalah bahwa kuda kuda paling ideal jika dipasang
langsung di atas kolom utama yang menerus ke bawah, sedangkan
gunung-gunung paling ideal didukung oleh dinding yang juga
menerus atau membentuk garis bidang di sepanjang dinding.
Sebuah
bangunan dapat mengkombinasikan berbagai macam struktur yang
akan dipakai tergantung efektifitas pemakaiannya.
Peletakkan elemen struktur yang tidak sesuai dapat dilakukan,
misalnya kuda kuda yang diletakkan tidak tepat di atas kolom atau
gunung-gunung yang diletakkan tidak di atas dinding, dengan
catatan harus ada struktur penopang lain yang dapat menggantikan
kolom untuk meneruskan beban ke kolom, misalnya penggunaan
balok pikul yang relatif lebih besar dimensinya. Pertimbangan yang
harus dilakukan ketika menentukan penyimpangan ini adalah
menyangkut efektifitas ruang, efisiensi bahan, bentuk-estetika, dan
juga harga bangunan.

Gambar 2. Prinsip Tumpuan Rangka pada Titik Tumpunya

1.1.3 Grid Struktur


Grid struktur adalah pola tertentu yang digunakan untuk meletakkan
titik-titik atau garis-garis sistem struktur bangunan dalam denahnya.
Titik-titik itu akan menunjukkan letak kolom sedangkan garis-garis
akan menunjukkan letak dinding struktural dalam bangunan. Grid
struktur bukan hanya seperti milimeter-blok, yang hanya memandu
pembuatan gambar denah namun lebih berarti sangat penting
karena bentuk-bentuk dan ukuran grid ini akan berkaitan langsung
dengan sistem struktur dan aspek-aspek penting lain dalam
bangunan termasuk fungsi ruang. Grid struktur ini baik bentuk dan
ukurannya harus diikuti oleh atau menyesuaikan dengan ukuran
ruang-ruang yang terdapat dalam denah bangunan. Karena sistem
struktur tidak hanya meliputi kolom atau dinding saja, maka
pengaturan grid struktur ini juga harus mempertimbangkan posisiposisi elemen sistem struktur lain seperti rangka atap di atas
bangunan dan juga pondasi di bawah bangunan sebab sistem
struktur, seperti telah dibahas di atas, idealnya harus menerus
dalam menyalurkan beban dari atas ke bawah.
Dalam denah, informasi penggunaan titik-titik kolom dan atau garisgaris dinding struktural ini sudah dapat menentukan kaitan dengan
sistem struktur yang lain tersebut. Pola grid struktur ini harus dapat
ditentukan pada tahap pre-design yaitu pada akhir dari tahap ide
gagasan atau konsep bangunan karena penggunaan pola grid ini
akan berpengaruh pada aspek-aspek lain dalam bangunan baik
secara langsung atau tidak, seperti pada bentuk dan bentangan

ruang, ukuran ruang, kemungkinan akses bukaan dan sebagainya.


Pada tahap denah jadi, grid struktur ini sangat penting artinya
karena akan berfungsi:
menggambarkan sistem struktur yang dipakai
menentukan posisi-posisi kaitan dengan elemen sistem struktur
lain
memfasilitasi ruang fungsi di dalamnya
menentukan kaitan antar lantai pada bangunan bertingkat
menentukan secara pasti posisi kolom, balok atau dinding struktur
1.2 Macam Struktur Menurut Anatomi Bangunan
Pembahasan struktur menurut anatomi adalah didasarkan pada
peran bagian sistem struktur yang dapat dibagi menjadi dua bagian
besar; super-structure (struktur di atas tanah) dan sub-structure
(struktur di bawah tanah). Super-structure masih dibagi dua lagi
yaitu struktur atap dan struktur pembentuk ruang fungsi atau
selanjutnya disebut sebagai struktur utama. Pembagian berdasar
anatomi ini akan sangat bermanfaat untuk mengidentifikasi langkah
demi langkah proses perencanaan struktur dalam arsitektur. Karena
proses perencanaan struktur biasanya dilakukan mulai dengan
disain atap, struktur utama dan pondasi.
1.2.1 Struktur Atap
Struktur atap adalah bagian atau elemen sistem struktur yang
terdapat pada bagian atas bangunan. Struktur ini digunakan untuk
melindungi secara keseluruhan baik fungsi ataupun fisik bangunan
itu sendiri. Struktur atap dapat dibagi menjadi dua bagian besar,
yaitu atap datar dan atap miring. Atap datar terdiri dari pelat beton
bertulang (dag) dan atap miring terdiri dari atap genting, seng, sirap
dsb.
a Atap Datar
Atap datar ini biasanya digunakan pada area yang difungsikan
misalkan pada ruang terbuka di atas atap seperti taman atap,
tempat cuci jemur dsb. Karena fungsinya yang demikian, maka atap
datar ini biasanya dibentuk dengan konstruksi beton bertulang yang
kedap air. Struktur atap pelat beton bertulang ini tidak berbeda
dengan pelat lantai pada umumnya (tebal 7 15 cm, tergantung
beban fungsi), hanya karena terletak pada udara terbuka, pelat
pada atap ini menggunakan tulangan ganda di atas dan bawah

(pada pelat lantai hanya ada tulangan di bagian bawah saja) untuk
menghindari kembang susut yang terlalu besar pada atap yang
dapat menyebabkan retak dan akhirnya bocor pada ruang di
bawahnya. Finishing yang bersifat anti tembus air/kedap air (water
proof) seperti plaster PC atau pemasangan keramik, juga diperlukan
untuk menghindari rembesan air akibat pengerjaan pengecoran
pelat lantai yang tidak sempurna.
Treatment khusus seperti pemasangan lapisan anti air juga
diperlukan untuk pelat yang sangat perlu kedap air.
Konstruksi pendukung pada pelat dapat langsung ditopang oleh
kolom ataupun dengan menggunakan tumpuan balok yang jumlah
atupun konfigurasinya tergantung banyak hal. Secara umum, pelat
digabung dengan balok sehingga balok-balok ini yang akan
meneruskannya ke kolom. Karena dimensi pelat dan balok beton
sangat tergantung dari bentangan atau jarak antar kolomnya, maka
pada atap datar dengan dag beton, bentangan relatif tidak mampu
mencapai jarak yang lebar (kecuali pada sistem atap bentang lebar
seperti pelat lipat / folded , kubah / dome atau pelat cangkang /
shell).
b Atap Miring
Atap miring berfungsi utama sebagai penerus air hujan, oleh karena
itu kemiringan atap ini tergantung jenis penutup atap yang dipakai.
Seng dan penutup atap lembaran lainnya dapat digunakan dengan
kemiringan yang rendah karena tidak khawatir terjadinya air meluap
balik. Sedangkan penutup atap jenis kecil seperti genteng dan sirap
mempunyai kemiringan yang tinggi untuk mengalirkan air hujan.
Bentuk atap miring ini terdiri dari beberapa macam antara lain
pelana, limas ataupun tajug. Bentuk-bentuk ini dapat
dikombinasikan sehinga membentuk bentukan yang unik. Pemilihan
bentuk juga harus dikaitkan dengan sistem lain termasuk
penghawaan dan pencayaan bangunan.

Gambar 3. Berbagai macam kuda kuda

b.1 Kuda kuda


Struktur atap menggunakan kuda kuda jika diinginkan ruang-ruang
di bawahnya bebas dari dinding atau kolom-kolom. Pada prinsipnya,
kuda kuda hanya ditumpu oleh dua tumpuan di ujung kanan kirinya
yang berupa kolom-kolom utama bangunan. Alternatif lain, kudakuda dapat dipasang di atas balok khusus atau dinding khusus yang
disebut sebagai dinding pemikul.
Kuda kuda kayu dapat mencapai bentang optimal 15 meter
sedangkan jarak antar kuda kudanya maksimal 4 meter karena kuda
kuda dihubungkan oleh gording dan bubungan kayu yang tidak lebih
dari 4 meter (yang tersedia di pasar). Bentang yang lebih lebar
dapat dicapai dengan menggunakan gording atau bubungan rangka
atau dengan bahan baja. Bentangan kuda kuda baja dapat mencapai
belasan hingga puluhan meter.
Alasan penggunaan kuda kuda kayu atau baja tergantung
bentangan, ketersediaan bahan dan alasan lain dalam aspek
bangunan.
b.2 Gunung-gunung
Gunung-gunung adalah struktur utama atau yang terdiri dari dinding
batu bata dan sejenisnya. Gunung-gunung ini dapat dipakai pada
posisi di atas dinding menerus, sehingga penggunaan gunung-

gunung ideal pada ruangan bangunan yang mempunyai banyak


dinding. Karena terdiri dari dinding, gunung-gunung tidak dapat
memberikan bentang ruangan di bawahnya namun memberikan
ruang di antara gunung-gunung tersebut.
Gunung-gunung biasanya diperkuat dengan balok keliling (ring balk)
beton bertulang pada ketiga sisinya untuk menambah kekakuan
dindingnya. Jarak antar gunung-gunung relatif sama dengan kudakuda, karena gunung-gunung juga dihubungkan dengan gording dan
bubungan baik kayu ataupun baja. Gunung-gunung sering
digunakan pada kedua tepi atap bangunan dengan bentuk pelana.
Pelubangan dapat dilakukan untuk memberikan akses sinar
matahari dan udara keluar masuk ruangan.
b.3 Rangka Beton (Portal)
Rangka beton atau portal dapat diapakai untuk menggantikan kudakuda atau gunung-gunung. Prinsip dari rangka ini adalah dengan
menggunakan balok beton bertulang yang dimiringkan disesuaikan
dengan bentuk kemiringan atap bangunan. Karena terbuat dari
beton yang berat, maka dimensi balok akan relatif besar yang juga
disebabkan oleh bentangan atau jarak antar dua kolom
penyangganya.
Bentangan ideal rangka portal untuk rangka atap ini dapat
mencapai jarak optimal sekitar 12 meter. Semakin besar bentangan,
semakin besar dimensi balok yang diperlukan. Maka bangunan juga
semakin berat sehingga kolom-kolom dan balok-balok juga harus

diperhitungkan
Gambar 4. Rangka portal

untuk menerima beban yang besar itu. Sehingga dimensi kolom


balok akan relatif lebih besar dan mahal. Keuntungan pemakaian
struktur ini adalah dapat memberikan ruangan yang relatif bersih di
bawahnya, baik terhindar dari pemakaian kolom atau rangka-rangka
kuda kuda itu sendiri.
Ketiga macam struktur utama atap di atas dapat saling digabungkan
untuk mendapatkan keuntungan masing-masing struktur secara
optimal.
1.2.2 Struktur Utama
Struktur utama dalam bangunan adalah sistem struktur yang
dipakai untuk membentuk ruang fungsi. Dengan demikian
pemakaian macam struktur akan menyesuaikan fungsi ruang. Pada
dasarnya, struktur utama dapat dibagi menjadi dua yaitu sistem
rangka dan sistem dinding pemikul. Rangka dapat berupa kayu, baja
ataupun beton. Sedangkan dinding dapat berupa dinding pemikul
batu bata ataupun beton bertulang.
a Sistem Struktur Rangka

Gambar 5. Stuktur rangka

Sistem struktur rangka bangunan 2 lantai yang paling banyak


dipakai di Indonesia (kecuali daerah-daerah tertentu) adalah sistem
rangka beton bertulang atau disebut rangka kaku (rigid frame)
karena inti dari struktur ini adalah kakunya sambungan-sambungan
betonnya.
Bentuk dari sistem struktur ini adalah kolom balok yang dapat
digabung dengan sistem pelat lantai beton bertulang. Kerena
bersifat rangka, maka dinding-dinding hanya berfungsi sebagai
pembatas atau pembentuk ruang saja. Dinding ini bahkan dapat
dihilangkan.
Beban-beban pada bangunan pada intinya ditopang oleh kolom dan
balok, sehingga dari atas hingga ke bawah bangunan, letak titik-titik
beban seharusnya dipasang pada titik-titik tumpunya. Sehingga
idealnya kuda kuda harus ditopang oleh kolom, dan kolom harus
ditopang oleh pondasi titik di bawahnya.
Keuntungan Sistem Rangka:
Ruang lebih fleksibel karena dinding dapat dipasang atau
dihilangkan
Pelaksanaan konstruksi di lapangan yang lebih cepat karena
dinding dan ruangan dapat dipasang kemudian
Pondasi dapat dibuat lebih sederhana dengan menggunakan
pondasi setempat atau titik
Kerugian Sistem Rangka
Beban-beban diutamakan diletakkan pada titik-titik hubungnya,
sehingga relatif sulit untuk mendapatkan kedudukan sistem struktur
yang benar-benar ideal pada penerapannya
Bangunan harus terdiri dari kolom-kolom dan balok yang posisi dan
letaknya harus memenuhi persyaratan jarak tertentu yang
dipengaruhi oleh sifat-sifat teknis bahan bangunan struktur
utamanya.
b Sistem Struktur Dinding Pemikul
Sistem struktur dinding pemikul menggunakan dinding sebagai
penopang struktur utama selain sebagai pembatas ruang. Dinding

pada struktur ini menerima beban dari semua beban bangunan dan
meneruskannya ke dalam tanah (tanpa dibantu dengan rangka),
dengan demikian dinding harus menerus dari bawah (pondasi)
sampai atas (atap).
Beban pada dinding ini dapat dipasang di sembarang tempat
sepanjang dinding, dengan demikian kuda-kuda dapat di mana saja
dan pondasi harus berbentuk garis sepanjang dindingnya.
Keuntungan sistem struktur dinding pemikul
Tanpa harus meletakkan kolom-kolom pada ruang bangunan
Letak tunpuan beban dapat di mana sepanjang dinding sehingga
posisi kuda kuda, balok dan sebagainya mudah ditempatkan dan
disesuaikan dengan aspek lain dalam bangunan
Kerugian sistem struktur dinding pemikul
Ruang akan relatif terikat dengan posisi garis dinding sehingga
ruang fungsi harus mengikuti ruang yang ada
Pondasi yang digunakan harus sesuai sepanjang dinding sehingga
relatif besar dimensinya dan mahal
Konstruksi dinding yang tebal dan besar akan mengakibatkan
bangunan menjadi relatif lebih mahal karena volume waktu dan
bahan.
1.2.3 Struktur Pondasi
Struktur pondasi adalah elemen sistem struktur yang berfungsi
menopang keseluruhan beban dan menjaga berdirinya bangunan
dan meneruskannya ke dalam tanah. Pondasi dibedakan atas
kedalamannya dan sifatnya meneruskan beban ke dalam tanah.
Menurut kedalamannya pondasi dibagi menjadi dua; pondasi
dangkal dan pondasi dalam. Menurut sifat penerusan gayanya,
pondasi dibagi menjadi tiga jenis; pondai titik, pondasi menerus dan
pondasi bidang.
Pondasi titik untuk jenis dangkal dapat berupa umpak, foot plate,
pondasi buis beton dan pondasi kayu. Sementara untuk jenis dalam
dapat berupa pondasi tiang pancang atau pondasi sumur bor.
Pondasi menerus hanya terdiri dari pondasi dangkal yaitu pondasi
menerus batu kali atau beton bertulang. Pondasi bidang atau juga
disebut pondasi kapal dapat berupa pondasi pelat beton baik yang

difungsikan sebagai ruang bawah tanah (basement) atau tidak.


Semua jenis pondasi tersebut dapat digunakan untuk semua jenis
bangunan karena penentuan bangunan akan tergantung selain pada
beban juga tergantung beberapa aspek; yaitu aspek beban
bangunan, kondisi tanah dan kondisi lingkungan. Semakin tinggi dan

atau besar
Gambar 6. Macam Pondasi Titik (umpak, foot-plate, buis beton,
pancang)
bangunan, beban akan meningkat sehingga ukuran dan kedalaman
juga akan semakin meningkat. Kondisi tanah yang mempengaruhi
daya dukung tanah ( tanah normal ~ 1kg/cm2) akan menentukan
dimensi dan kedalaman pondasi, semakin berkurang daya dukung
tanah, semakin bertambah dimensi dan kedalamannya. Begitu juga
dengan kondisi lingkungan, pada lokasi ekstrem, pondasi juga harus
menyesuaikan. Dimensi eksak pondasi dan kedalamannya harus
dihitung oleh konstruktor.
a Pondasi Titik
Pondasi titik diperlukan untuk meneruskan beban-beban terpusat
atau terkumpul (pada kolom) dan meneuskannya ke dalam tanah.
Pondasi ini hanya ada pada kolom-kolom utama bangunan. Pondasi
titik pada bangunan struktur beton bertulang dapat berupa pondasi
telapak (foot plate) dan pondasi buis beton atau pondasi tiang
pancang dan pondasi sumur bor untuk pondasi dalam. Jenis pondasi
ini ditempatkan pada kolom-kolom utama struktur bangunan.
b Pondasi Menerus
Pondasi menerus dibutuhkan untuk menopang beban menerus yang
berasal dari dinding pemikul atau dinding batu bata penyekat ruang.

Pondasi menerus juga dibuat menurut struktur utama jika dipakai


sebagai pondasi utama (misal pondasi dinding pemikul). Pada

dinding non
struktural atau
dinding pembatas ruang, pondasi dipakai hanya untuk memikul
berat dinding di atasnya, sehingga untuk bangunan bertingkat yang
menggunakan struktur utama beton bertulang dan menggunakan
dinding batu bata, pondasi titik maupun menerus digunakan
keduanya.

c Pondasi Bidang
Jika pondasi titik karena beban atau tanah atau keduanya
menghendaki luasan yang lebih untuk memepertahankan posisi
bangunan, maka titik satu pada pondasi akan mendekati atau
bertemu dan saling bersinggungan. Kondisi ini memungkinkan untuk
digabung menjadi satu kesatuan pelat yang disebut pondasi pelat
atau pondasi bidang. Pondasi bidang ini sering digunakan untuk
bangunan yang berat atau tinggi atau berada pada tanah dengan
daya dukung yang rendah (tanah rawa dsb).
d Kedalaman Pondasi
Pondasi dangkal atau dalam yang akan dipakai pada suatu
bangunan juga terletak pada berat bangunan, tinggi bangunan,
daya dukung tanah dan struktur lapisan tanah. Juga diperhatikan
lokasi bangunan berada. Apakah terletak di daerah rawan gempa,
banjir dan sebagainya, sebab kondisi-kondisi tersebut menghendaki
pondai yang lebig stabil untuk mengantisipasi beban-beban
eksternal tersebut.
1.3 Macam Struktur Menurut Bahan Bangunan

Menurut bahan dasar penyusun struktur, bangunan berlantai 2


mempunyai berbagai jenis bahan yang dapat digunakan sebagai
bahan utama pembentuk struktur. Bahan tersebut dapat digunakan
sepenuhnya pada semua bagian struktur dan konstruksi ataupun
dapat dikombinasikan menurut kepentingan pemakaiannya. Bahan
yang sering dipakai adalah; Kayu, Baja dan Beton.
1.3.1 Sistem Struktur Kayu
Sistem struktur kayu adalah sistem struktur utama bangunan yang
menggunakan bahan tersusun dari kayu. Sistem ini sering
digunakan sepenuhnya terutama pada bangunan-bangunan khusus
baik bangunan tradisional ataupun bangunan lainya dengan maksud
tertentu (citra, suasana dsb). Penggunaan secara parsial biasanya
dilakukan untuk bagian-bagian bangunan dengan tujuan efisiensi
dan kemudahan pengerjaan, misalnya pada rangka atap.
Pada masa kini, pengunaan secara total pada sebuah bangunan
jarang dilakukan karena alasan ketersediaan dan mahalnya bahan
kayu. Sementara pada penggunaan parsial (misal untuk kuda kuda),
masih sering dilakukan sebagai bahan yang paling ideal, karena
mudah dikerjakan, mempunyai berat struktur yang kecil dan relatif
murah bila dibandingkan dengan penggunaan bahan struktur lain
pada penggunaan tertentu.
Penggunaan bahan ini juga sangat dipengaruhi ketersedian kayu di
lapangan, dengan panjang dan penampang tertentu. Sehingga
disain bangunan harus memperhatikan pada bagian-bagian mana
struktur harus disambung dan ditumpu. Sistem struktur kayu
mempunyai sifat sambungan yang dapat bergerak (sendi, truss)
sehingga pengkakukan sering dilakukan dengan menempatkan
batang-batang diagonal sehingga membentuk rangkaian segitigasegitiga.
1.3.2 Sistem Struktur Baja
Sistem struktur baja adalah sistem struktur utama terbuat dari
bahan baja. Sistem ini bersifat modern yang penggunaanya untuk
bangunan 2 lantai secara umum masih relatif jarang dilakukan,
kecuali karena alasan-alasan tertentu, karena pengerjaannya
membutuhkan ketrampilan yang memadai dan harganya relatif
mahal. Penggunaan pada sistem struktur secara keseluruhan baru

hanya pada bangunan-bangunan percontohan atau dengan fungsi


dan maksud tertentu karena kelebihan baja adalah ringan dan
mudah dibongkar pasang. Sementara pada bagian bangunan, baja
sering digunakan pada konstruksi kuda-kuda atau rangka atap
lainnya untuk mencapai bentangan yang lebih lebar.
Sifat baja yang ringan tepat digunakan untuk bangunan ringan yang
dapat mencapai ketingian dan lebar bentang yang maksimal. Oleh
karena itu struktur baja tepat dugunakan untuk bangunan-bangunan
tinggi atau berbentang lebar. Sifat yang lain adalah relatif mampu
menahan tarikan sehingga pada elemen konstruksi, baja lebih
digunakan untuk batang-batang yang menerima gaya tarikan atau
batang tarik ketimbang batang tekan (seperti pada kayu atau
beton).
Beberapa kelemahan baja pada penggunaan struktur adalah karena
sifat dasarnya yang mudah mengalami korosi sehingga
penggunaannya harus selalu dilindungi dan dipelihara (cat,
laminating, bungkus beton/komposit) dan tidak cocok untuk di luar
ruang. Baja juga relatif mudah terpengaruh oleh suhu luar sehingga
mudah mengalami kembang susut yang relatif besar yang akan
berakibat lemahnya sistem struktur, sehingga baja relatif tidak
tahan terhadap api dibanding struktur lain.
1.3.3 Sistem Struktur Beton
Beton adalah bahan struktur yang didapatkan dari campuran
tertentu semen, pasir dan krikil. Penggunaan beton secara murni
untuk sistem struktur bangunan jarang dilakukan, karena bahan ini
relatif getas dan hanya mampu menahan beban atau gaya tekan
saja. Oleh karena itu penggunaan beton biasanya selalu dibarengi
dengan perkuatan tulangan baja di dalamnya untuk menahan gayagaya tarik pada struktur, sehingga struktur ini disebut sebagai
struktur beton bertulang (reinforced concrette).
Penggunaan struktur beton bertulang untuk bangunan berlantai 2
sangat banyak dilakukan (kecuali daerah-daerah yang mempunyai
sumber-sumber pasir dan krikil terbatas seperti Pulau Kalimantan).
Alasan penggunaan beton bertulang adalah karena bahan struktur
ini relatif murah dan mudah dikerjakan pada pelaksanaan konstruksi
di lapangan, sehingga hampir setiap tenaga bangunan di Indonesia
terbiasa dengan beton bertulang. Bagi perencana, beton bertulang

dapat dibentuk dengan fleksibel, sehingga dapat mengakomodasi


berbagai macam bentukan disain. Keuntungan lain adalah karena
beton bertulang mempunyai usia struktur yang sangat panjang,
sehingga bangunan akan bersifat sangat permanen dan mempunyai
usia pakai yang panjang pula. Perawatan bahan pun relatif tidak
diperlukan karena mempunyai ketahanan terhadap segala cuaca
dan juga terhadap api.
Kekurangan beton bertulang terletak pada berat konstruksi atau
beban mati yang tinggi. Berat ini akan mempengaruhi berat total
bangunan, sehingga bangunan memerlukan sistem pondasi yang
sangat stabil untuk menopangnya. Berat ini juga akan berpengaruh
pada kemampuan bentang dan tinggi bangunan, sehingga disain
ruang dan bangunan juga harus mempertimbangkan bentangan dan
tinggi maksimal. Kolom dan balok relatif mempunyai dimensi yang
cukup besar dan banyak dibanding bahan struktur lain, sehingga
efektifitas ruang menjadi tidak optimal. Sifat lain adalah waktu
pelaksanaan konstruksi yang cukup panjang, karena beton bertulang
mempunyai waktu pembentukan tertentu yang cukup panjang dari
pengerjaan cetakan (begesting), pembesian, pengecoran hingga
waktu yang digunakan untuk mematangkan usia beton
(konvensional ~ 21 hari)
1.3.4 Sistem Struktur Batu Bata atau Batu Kali
Sistem struktur dinding yang tersusun dari dinding batu bata atau
batu kali adalah sistem struktur yang juga dapat dipakai sebagai
sistem struktur bangunan berlantai 2, tanpa harus menggunakan
rangka berupa kolom dan balok. Sistem struktur ini berbeda dengan
ketiga sistem struktur di atas yang berbentuk struktur rangka.
Sistem struktur dinding berbentuk bidang sehingga dinamakan
dinding pemikul (bearing wall).
Penggunaan sistem struktur dinding ini secara keseluruhan pada
bangunan 2 lantai sudah tidak banyak dilakukan karena tidak efisien
dari segi pelaksanaan dan bangunan atau ruang. Struktur ini harus
menggunakan dinding yang mampu mendukung beban bangunan,
sehingga dinding akan semakin tebal bila bangunan semakin besar
atau semakin tinggi. Pada sebuah bangunan tidak bertingkat
sederhana, dinding batu bata dapat dipakai dengan ketebalan
atau satu batu (satu batu = 2 lapis batu bata standar), sedangkan

pada bangunan berlantai 2, dinding dapat mencapai ketebalan 1


hingga dua batu dengan pelat lantai kayu. Dengan demikian
pengerjaan bangunan akan menjadi relatif rumit dan mahal.
Keuntungan dari sistem struktur dinding pemikul adalah bahan
struktur yang sederhana dan tidak lagi menggunakan rangkaian
kolom dan balok. Karena dindingnya yang tebal, bangunan dengan
sistem struktur ini juga dapat digunakan untuk mengantisipasi
perubahan suhu yang ekstrim, dapat menyerap panas pada siang
hari/suhu tinggi dan memancarkannya pada malam hari/suhu
rendah.
send by ash-nng di 13.49.00

Anda mungkin juga menyukai