Anda di halaman 1dari 24

STRUKTUR BANGUNAN BERLANTAI TINGGI

Anggota Kelompok :

1. Anggun Fuji Lestari (F1E020005)

2. Devina Ananda Putri (F1E020016)

3. Dian Dikarini (F1E020017)

4. Dwi Nirmala Rahmasari (F1E020018)

5. Isty Rahmayani (F1E020026)

Prodi Arsitektur Fakultas Teknik


Universitas Mataram
2022/2023
ABSTRAK
Bangunan tinggi adalah sebuah bangunan yang mempunyai struktur yang menjulang
tinggi, biasa juga disebut dengan high rise building. Bangunan tinggi biasanya
difungsikan sebagai hunian seperti apartemen, rusun, dan selain itu gedung yang
digunakan sebagai kantor. Bangunan tinggi memiliki karakteristik sehingga dapat
dikategorikan sebagai high rise building apabila memiliki tinggi minimal 23 meter.
Karakteristik lainnya yang ditentukan agar bangunan tersebut dapat dikatakan sebagai
high rise building yaitu memiliki luas lantai dengan patokan minimal 750 meter persegi,
memiliki sistem aerodinamika, dan lain sebagainya. Jadi, bangunan tidak dapat dikatakan
tinggi apabila tidak memenuhi ketinggian minimal walaupun bangunan tersebut terlihat
tinggi sekalipun.

Struktur pada high rise building ini harus diperhitungkan dengan baik, mulai dari beban
vertikal lalu ke beban horizontalnya. Semakin tinggi gedung, maka resiko yang
ditimbulkan juga akan semakin besar. Untuk meminimalisir resiko tersebut maka
diperlukannya perencanaan dan analisis yang matang, terutama pada struktur
bangunannya. Umumnya bangunan yang termasuk high rise building kerap
mengaplikasikan salah satu dari 3 macam struktur seperti flat slab, bearing wall system,
dan open frame.
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Pada saat ini, bangunan tinggi berlantai banyak sudah banyak ditemukan,
terutama di kota kota besar. Yang mana bangunan bangunan tinggi tersebut digunakan
sebagai bangunan komersial seperti kantor, mall, hotel, dan lainnya.

Bangunan tinggi berlantai banyak biasanya menggunakan struktur yang lebih


kompleks guna untuk memaksimalkan fungsinya. Namun, tak sedikit juga bangunan
tinggi berlantai banyak masih dapat mengalami kegagalan dikarenakan beberapa hal.

1.2 Tujuan

● Untuk mengetahui bagaimana sistem struktur pada bangunan tinggi, berlantai


banyak.
● Untuk mengetahui penyebab kegagalan struktur pada bangunan tinggi dan cara
mengatasinya
● Untuk mengetahui faktor dasar dan pengaruh sistem arsitektural dalam struktur
bangunan tinggi
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Sistem Struktur pada Bangunan Tinggi Berlantai Banyak

Jenis sistem struktur yang digunakan pada bangunan berlantai tinggi yaitu :

1. Sistem Struktur Rangka Bertulang dengan Bracing

Dalam sistem struktur rangka bertulang dengan bracing ini biasanya memanfaatkan
konstruksi baja. Yang mana sistem struktur rangka bertulang ini lebih cocok digunakan pada
bangunan bertingkat di kisaran ketinggian yang rendah hingga menengah. Kelebihan dari sistem
struktur rangka bertulang ini yaitu merupakan sistem struktur yang ekonomis dalam desain dan
fabrikasi, selain itu juga dengan bracing yang diperkuat ini akan memungkinkan untuk membuat
struktur berulang-ulang sampai ketinggian tertentu.

Brace frame ini merupakan rangka vertikal yang memiliki fungsi untuk menahan gaya
lateral membentuk diagonal.. Balok dan kolom dibangun secara monolitik dengan tujuan untuk
menahan beban. Bersamaan dengan girder rangka ini membentuk semacam jaringan dengan
kolom yang digunakan untuk chords. Struktur ini diklaim dapat menghilangkan lentur pada
balok dan kolom.
Dengan menggunakan sistem struktur rangka bertulang dengan bracing ini akan
mendapatkan bangunan yang mampu berdiri kokoh dengan struktur ramping. Yang mana hal ini
akan menjadi nilai tambah pada bidang estetika dari suatu bangunan.

2. Sistem Struktur Rangka Kaku

Dalam sistem struktur rangka kaku atau rigid frame structural system ini, balok dan
kolomnya dibangun secara monolitik adapun hal itu bertujuan untuk menahan momen yang
terjadi karena adanya beban. Bentang balok maksimum dari sistem struktur rangka kaku ini
adalah 12,2 m sedangkan balok bentang yang lebih besar akan mengalami defleksi lateral.
Kekakuan lentur dari girder, kekakuan lentur pada kolom dan koneksi pada bidangnya dalam
perencanaan bisa mempengaruhi kekakuan lateral dari kerangka kaku ini. Komponen struktur
rangka kaku dapat menahan kelenturan, beban aksial, dan gaya geser.

Sistem rangka kaku ini lebih cocok digunakan pada bangunan beton bertulang dengan
jumlah lantai dua puluh hingga dua puluh lima lantai. Walaupun sistem ini juga bisa digunakan
dalam konstruksi baja, namun tetapi sambungannya akan bernilai mahal. Salah satu kelebihan
dari rangka kaku ini ialah kemungkinan perencanaan dan pemasangan jendela pada bangunan
yang menggunakan sistem rangka kaku ini lebih mudah dibandingkan dengan sistem rangka
bertulang. Hal ini karena pengaturan dari bentuk sistem rangka kaku ini yang membentuk persegi
panjang yang terbuka. Selain itu juga, kelebihan dari struktur rangka kaku ini adalah kemudahan
pada proses konstruksi. Di mana para pekerja mampu mempelajari keterampilan konstruksi
dengan mudah, proses pembangunan akan memakan waktu lebih cepat, dan dapat sistem struktur
ini dapat dirancang secara ekonomis.

3. Sistem Struktur Shear Wall

Gempa maupun beban angin yang diterima oleh bangunan dengan lantai banyak dapat
menyebabkan struktur bangunan itu mengalami simpangan horisontal atau drift. Salah satu
metode yang dilakukan untuk mengurangi simpangan horizontal tersebut adalah dengan cara
pemasangan dinding geser atau shear wall.

Adapun shear wall atau dinding geser ini merupakan dinding slab beton bertulang atau
pelat baja yang dipasang vertikal pada posisi gedung tertentu untuk meningkatkan kinerja
struktural pada bangunan tinggi tersebut. Penggunaan shear wall atau dinding geser ini sudah
banyak diterapkan khususnya pada bangunan-bangunan tinggi yang memiliki lantai dua puluh
hingga lebih. Secara umum, shear wall ini biasanya digunakan pada gedung dengan beton
bertulang, namun seiring perkembangan zaman, kecerdasan dan teknologi, penggunaan shear
wall ini juga sudah banyak digunakan pada bangunan gedung yang menggunakan material baja
dalam strukturnya.

Dalam penerapannya, dinding geser ini dibedakan menjadi :

a. Dinding Geser Kantilever


Merupakan jenis dari dinding geser yang tidak dilengkapi dengan lubang-lubang
sehingga memberi pengaruh penting terhadap kekakuan dan kekuatan dari struktur
gedungnya tersendiri. Adapun dinding kantilever ini memiliki dua jenis yaitu

● Dinding geser kantilever daktail


● Dinding geser kantilever dengan daktilitas terbatas.

b. Dinding Geser yang Dilengkapi Bukaan

Pada satu kondisi tertentu, shear wall harus dilengkapi bukaan-bukaan yang digunakan
sebagai pemasangan jendela, pintu, maupun saluran-saluran mekanikal dan elektrikal
(ME). Oleh karena itu, terdapat dinding geser yang memiliki bukaan-bukaan atau biasa
disebut dengan opening shear wall.
Agar dinding geser dengan bukaan ini tidak mempengaruhi kekakuan dan tegangan pada
dinding, pelaksana konstruksinya yaitu dengan cara menempatkan bukaan-bukaan
tersebut pada lokasi yang tidak banyak mempengaruhi kekakuan atau tegangan pada
dinding.

c. Dinding Geser Berangkai

Dinding geser berangkai ini terdiri dari dua atau lebih dinding kantilever sehingga
memiliki kemampuan dalam membentuk suatu mekanisme peletakan lentur alasnya
dengan baik. Masing-masing dari dinding geser kantilever pada dinding geser berangkai
ini nantinya akan saling dirangkaikan dengan beam atau balok yang memiliki kekakuan
dan kekuatan. Dengan begitu maka antara dinding satu ke dinding lainnya akan mampu
menahan dan memindahkan gaya lateral yang terjadi.

4. Sistem Struktur Core and Outrigger

Outrigger merupakan struktur tambahan berbentuk rangka batang dengan dimensi yang
cukup besar yang kemudian dipasang dengan menghubungkan core dengan kolom-kolom
eksterior dari bangunan. Core yang dimaksud dapat berupa shear wall ataupun braced
frame. Penggunaan sistem struktur core and outrigger ini mampu mengurangi simpangan
lateral suatu bangunan tingkat tinggi, yaitu pada bangunan yang memiliki lebih dari 40
lantai yang umumnya terletak pada daerah-daerah yang rawan terjadi gempa ataupun
beban anginnya cukup besar.
Ketika beban lateral baik berupa angin maupun gempa bekerja pada suatu struktur maka
kerusakan struktur secara struktural dapat diminimalkan dengan penggunaan sistem
struktur core and outrigger ini pada bangunan.

Dalam penerapannya, outrigger truss ini tidak hanya direncanakan secara independen,
namun juga dapat dikombinasikan dengan sistem struktural lainnya yang dikenal dengan
nama belt truss. Adapun belt truss ini merupakan sistem pengaku yang menunjang dan
menopang outrigger truss. Outrigger truss dan belt truss ini hanya dipasang pada
lantai-lantai tertentu sesuai dengan perencanaan yang sudah dibuat. Oleh sebab itu sering
dijumpai saat ada batang-batang outrigger diletakkan, dipasang dan direncanakan, maka
akan terdapat belt truss yang berupa profil dari baja yang akan mendukung kinerja dari
outrigger truss itu sendiri.

Manfaat dari penggunaan jenis struktur Outrigger ini yaitu :

● Momen yang berputar pada core serta peningkatan deformasi yang terjadi mampu
dikurangi dengan momen yang berputar berlawanan arah yang mana ini bekerja
pada core yang berada pada masing-masing persimpangan outrigger.
● Pengurangan yang signifikan serta kemungkinan hilangnya gaya ke atas dan gaya
regang melalui kolom dan pondasi.
● Penempatan jarak kolom terluar tidak berdasarkan pada pertimbangan struktural
saja serta dapat dengan mudah dikaitkan dengan pertimbangan dari sisi estetika
dan juga fungsional.
● Farming terluar dapat berupa balok biasa yang sederhana serta farming pada
kolom tidak memerlukan sambungan frame yang kaku akan mengakibatkan
perencanaan bangunan menjadi lebih ekonomis.

5. Sistem Struktur Wall Frame Sistem Ganda

Wall frame sistem ganda ini merupakan struktur yang terdiri dari dinding dan frame, yang
mana keduanya berinteraksi secara horizontal guna memberikan sistem yang lebih kaku
dan juga kuat. Dinding ini biasanya dibuat padat, tidak berlubang dan berada di sekitar
tangga, lubang lift serta perimeter bangunan.

Diding ini diyakini mampu memberi dampak yang baik bagi kinerja rangka, seperti
halnya yaitu mencegah lantai yang lemah runtuh,

Sistem wall frame ganda ini sangat cocok digunakan pada bangunan-bangunan dengan
tinggi 40 sampai dengan 60 lantai. Bingkai penguat dan rangka baja kaku pada sistem ini
dapat memberikan keuntungan pada interaksi horizontal.

6. Pelat Datar dan Sistem Slab Datar


Plat datar merupakan sistem rangka beton bertulang dua arah yang menggunakan plat
tebal dengan bentuk struktural sederhana dan seragam, slab datar merupakan sistem
struktur dua arah yang kemudian diperkuat dan mencakup kolom utama di kolom guna
menahan beban yang lebih berat, sehingga memungkin rentang yang lebih panjang.

Sistem plat datar ini dibuat dengan memanfaatkan lempengan yang terhubung ke kolom
tanpa menggunakan balok. Plat datar ini juga cocok diaplikasikan pada bangunan
bangunan dengan tinggi 25 lantai.

7. Sistem Struktur Tabung


Sistem struktur ini memiliki kolom eksterior dan balok yang dibuat menjadi bingkai
kaku, serta bagian interior sistem yang dijadikan bingkai sederhana. Struktur ini dibuat
guna mendukung beban gravitasi dan juga sistem ini berfungsi layaknya tabung hampa.

Struktur ini dapat diterapkan pada bangunan-bangunan yang memiliki tinggi hingga 60
lantai. Namun ada juga sistem tabung trussed yang bisa membuat struktur lebih kaku
serta mampu digunakan pada bnagunan-bangunan dengan jumlah lantai mencapai 100
lantai.

8. Sistem Struktural Hybrid


Sistem struktur hybrid ini merupakan sistem yang berasal dari hasil perpaduan antar dua
atau lebih bentuk struktur dasar. Baik dengan kombinasi langsung maupun dengan
menggunakan bentuk-bentuk yang berbeda pada bagian-bagian struktur.

Sistem struktur ini dapat digunakan pada bangunan-bangunan dengan ketinggian 300
meter. Namun pada daerah seismik, ketinggian maksimum bangunan yang dapat
memakai sistem struktur hybrid ini dibatasi yaitu 150 meter.

2.2 Penyebab Kegagalan Struktur pada Bangunan Tinggi dan Cara Mengatasinya

Kegagalan struktur pada bangunan tinggi selain dapat menyebabkan rusaknya suatu
bangunan, serta juga dapat menyebabkan kecelakaan yang menimbulkan korban jiwa, cedera dan
juga kerugian material.
Kegagalan pada suatu bangunan dapat berupa terdapat bagian dari bangunan yang retak
seperti struktur beton bertulang yang suatu waktu dapat mengalami keretakan dan menyebabkan
robohnya suatu bangunan.

Adapun penyebab-penyebab yang memungkinkan terjadinya kegagalan pada struktur


bangunan tinggi yaitu :

1. Kesalahan dalam proses studi kelayakan


Dalam proses pembuatan dan analisis studi kelayakan perlu memperhatikan
aspek-aspek secara menyeluruh tentang yang akan diproyeksikan ke depannya
baik pada tahap pelaksanaan konstruksi maupun pasca konstruksi.
2. Kesalahan dalam perencanaan dan perancangan
Kesalahan perencanaan dan perancangan adalah faktor yang vital, di mana hal ini
sangat berpengaruh terhadap desain konstruksi yang akan dilaksanakan di
lapangan. Jika terjadi kesalahan dalam memperhitungkan dan menganalisis maka
dampak yang akan ditimbulkan kedepannya akan sangat berpengaruh pada
kegagalan struktur suatu bangunan.
3. Maintenance
Apabila perawatan tidak dilakukan secara rutin dan berkala maka hal ini juga
akan menjadi potensi dalam meningkatkan resiko kegagalan struktur suatu
bangunan.
4. Usia atau umur bangunan
Kegagalan struktur juga dapat diakibatkan oleh tingkat kekuatan dari bangunan
yang mengalami penurunan akibat bertambahnya umur dari suatu bangunan.
5. Disaster atau bencana
Merupakan faktor yang berada diluar dugaan dan kemampuan manusia sehingga
sulit untuk memprediksinya secara tepat.
Faktor bencana ini merupakan salah satu faktor yang menyebabkan kegagalan
struktur pada bangunan high rise building yang fatal.

Contoh Kasus : Kegagalan Konstruksi Gedung Pasar X.

● Latar Belakang
Latar belakang keruntuhan yang terjadi pada sebagian struktur beton lantai 2 Proyek
Pembangunan dan Rehabilitasi Pasar X pada tanggal 13 Oktober 2009 sekitar pukul 13.00 WITA
terjadi pada saat hujan deras dan angin kencang.

Keruntuhan yang terjadi pada area lantai 2 yang dibatasi sebagai D , G , 5 dan 9 merupakan
keruntuhan akibat efek domino yang diawali runtuhnya balok sebagai F7 - F8 pada tengah
bentang .

● Metodologi

Untuk memecahkan masalah terjadinya perubahan struktur pada gedung di pasan X, maka perlu
digunakan metodologi yaitu berupa kajian teknis untuk bisa mengetahui bagaimana kegagalan
struktur tersebut dapat terjadi. Metedologi tersebut antara lain dengan :

• Review dokumen kontrak : gambar rencana dan dokumen pelaksanaan lapangan

• Survey kondisi struktur beton ( balok , plat dan kolom ) yang runtuh dan yang masih berdiri

• Wawancara dengan pelaksana lapangan dan pihak terkait

● Output Yang Diharapkan

Output yang diharapkan dari kajian teknis, Yaitu :

a. Mengetahui pola keruntuhan yang terjadi


b. Mengidentifikasi faktor penyebab keruntuhan
c. Usulan perbaikan ( pekerjaan perbaikan ) bagian struktur beton yang runtuh , perkuatan
struktur yang terkena efek keruntuhan serta dan perkuatan pada beberapa elemen beton
yang memenuhi persyaratan.
● Hasil Kajian

Keruntuhan diduga karena lemahnya aksi komposit beton dan besi bertulang serta detail
penulangan yang salah pada sebagian elemen struktur. Lemahnya aksi komposit diduga
karena rendahnya mutu beton yang diakibatkan keluarnya air semen.

Rendahnya mutu beton pada area keruntuhan kemungkinan disebabkan keluarnya


sebagian air semen. Pengecoran pada area yang runtuh dilakukan pada tanggal 18
September 2009 selesai jam 1 malam, sekitar jam 10 tanggal 19 September 2009 terjadi
hujan sehingga beton mengalami kemasukan air yang berlebihan dan mengakibatkan
mutu beton menjadi melemah.

● Solusi

Solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut,yaitu :

1. Pekerjaan perkuatan sementara, perlu segera dilakukan agar keruntuhan tidak


berlanjut ke bagian struktur lainnya, perkuatan sementara ini dilakukan dengan
memasang perancah pada balok-balok utama dan bagian struktur yang
terpengaruh akibat keruntuhan.
2. Pekerjaan pembongkaran dan pembersihan, hal ini dilakukan agar para pekerja
dapat melakukan tugasnya dengan leluasa.
3. Pekerjaan perkuatan struktur yang terkena efek keruntuhan, karena akibat
runtuhnya struktur pada lantai dua ini menyebabkan beberapa balok pada lantai
satu juga mengalami retak, oleh karena itu perlu dilakukannya perkuatan pada
bagian yang retak agar para pekerja dapat lebih aman dalam melakukan
pekerjaannya. Alternatif perkuatan yang bisa digunakan antaralain yaitu dengan
menambah plat baja pada bagian yang retak.
4. Pekerjaan Ulang ( rework ) struktur yang mengalami keruntuhan, yaitu terdiri dari
pekerjaan ulang balok, kolom, dan plat yang runtuh.
2.3 Faktor Dasar dan Pengaruh Sistem Arsitektural dalam Struktur Bangunan Tinggi

Faktor dasar dari struktur dan konstruksi.

Proses perancangan dari sebuah bangunan tinggi atau berlantai banyak direncanakan secara
bersamaan sehingga menghasilkan karya arsitektur yang merupakan suatu produk
kolaborasi multi factor, yaitu diantaranya dari Sistem Arsitektural, Sistem Struktur, dan
juga Sistem Mekanikal Elektrikal.

● Structure Follow Social Space

Yaitu, tidak boleh sampai merusak ruang fungsional dikarenakan oleh adanya struktur
bangunan.

Berikut ini merupakan pola pemikiran perancangan sistem struktur bangunan. Ada beberapa
faktor yang perlu dipertimbangkan :

1. Faktor Utama (Kebutuhan), yaitu berupa kebutuhan secara Fungsional, Estetika,


serta kebutuhan Kontruksional.

2. Faktor Lingkungan , yaitu berupa Iklim, Pengaruh yang tidak terduga, serta
Kondisi tanah.

3. Konfigurasi Bangunan yang dipertimbangkan dari bentuk dan dimensi,


dipengaruhi oleh bangunan tinggi, ukuran atau bentuk blok yang memanjang, dan
juga bentang dari struktur.

4. Faktor Teknologi Bangunan ,teknologi tersebut diantaranya, yaitu dalam


mendesain serta menganalisis desain, teknologi utilitas dan fasilitas, teknologi
bangunan terkait konstruksi yaitu equipment dan juga alat-alat berat.

5. Faktor Teknologi Bahan, yaitu pemilihan material yang akan digunakan seperti :
kayu, baja/logam, beton ataupun komposit.

Dari kelima factor diatas maka akan menimbulkan permasalahan dalam struktur, khususnya
untuk bangunan berlantai banyak atau bangunan tinggi (high rise building). Permasalahan
tersebut diselesaikan dengan menggunakan alternative system struktur, yaitu dilakukan
pada tahap berikutnya dengan mempertimbangkan beberapa alternatif, seperti :

a. Pada sistem keseluruhan, yaitu dengan merubah keseluruhan dari sistem struktur
maupun bentuk.

b. Sistem alternatif elemental, yaitu merubah fasad, system utilitas, dan lain sebagainya.
c. Merubah dari system detail.

Ketiga hal tersebut dipertimbangkan melalui pemikiran faktor utama dari segi kebutuhan,
yaitu dari kebutuhan fungsional, estetika, dan konstruksional. Tahap tersebut berlanjut
hingga ke tahap berikutnya menemukan alternatif yang sesuai.

Faktor yang mempengaruhi sistem struktur bangunan tinggi yaitu,

1. Sistem Arsitektural ( Bentuk , ruang , nilai atau fungsi )

2. Faktor lingkungan ( angin , gempa , air , panas , dan juga kondisi tanah )

3. Faktor teknologi ( material/bahan , teknologi perlengkapan alat serta konstruksi


dilapangan )

4. Faktor ekonomi ( dari segi efisiensi )

5. Sistem mekanikal , sistem elektrikal , dan sistem bangunan lainnya.

Pengaruh Sistem Arsitektural

Dalam sistem arsitektural hal yang harus diperhatikan yaitu, struktur harus kongruen dengan
bentuk susunan ruang.
Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa kita dapat meletakkan elemen struktur pada
batas-batas ruang, sehingga tercipta struktur yang beraturan yang disebut structure follow
space-form ( struktur mengikuti bentuk ruang). Selain adanya pengaruh dari sistem
arsitektural, ada pula pengaruh dari lingkungan terhadap struktur.

- Pengaruh dari segi iklim yaitu factor beban angin, suhu/panas, dan hujan. Ketiga hal
tersebut dapat diantisipasi dengan mempertimbangkan

a. factor mekanik berupa gaya lateral,

b. phisis dilihat dari muai – susut material dan

c. chemist berupa korosi/karat.

- Pengaruh lingkungan yang tidak terduga dapat berasal dari api, gempa, banjir, dan
topan. Hal tersebut dapat diantisipasi dari

a. sistem keseluruhan bangunan

b. sistem elementer

c. sistem detail
d. sistem join

- Pengaruh lingkungan yang berasal dari kondisi tanah yaitu jenis tanah, struktur tanah,
dan kekuatan tanah. Hal ini diantisipasi dengan sistem sub struktur dari bangunan.

Pengaruh lingkungan berupa gempa, angin dan panas.


Pada arsitektur, desain atap dan fasad sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan,
misalnya dari curah hujan, kondisi angin, suhu, serta panas matahari. Selain itu kondisi
lingkungan juga akan mempengaruhi bentuk bangunan, sehingga dalam membuat bangunan
perlu memperhatikan apakah bangunan tersebut dapat beradaptasi dengan lingkungan
sekitarnya.
Contohnya angin, dengan mempertimbangkan aerodinamis sebuah bangunan.
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Sistem struktur yang digunakan pada bangunan berlantai tinggi memiliki berbagai
macam jenis yaitu Sistem Struktur Rangka Bertulang dengan Bracing, Sistem Struktur
Rangka Kaku, Sistem Struktur Shear Wall, Sistem Struktur Core and Outrigger, Sistem
Struktur Wall Frame Sistem Ganda, Pelat Datar dan Sistem Slab Datar, Sistem Struktur
Tabung, dan Sistem Struktural Hybrid. Selain keberhasilan yang digapai dalam membangun
bangunan berlantai tinggi juga ada faktor pemicu terjadinya kegagalan seperti kesalahan
dalam proses studi kelayakan, kesalahan dalam perencanaan dan perancangan, maintenance,
usia atau umur bangunan serta bencana. Membangun bangunan berlantai tinggi tidak
diperkenankan untuk mengubah ruang fungsionalnya dikarenakan ada struktur bangunan.
Serta adanya faktor-faktor yang mempengaruhi sistem perancangan bangunan tinggi yaitu
sistem arsitektural, faktor lingkungan, teknologi, ekonomi, sistem mekanikal , sistem
elektrikal , dan sistem bangunan lainnya.

3.2 Daftar Pustaka

● Pengadaan. 2020. Pengertian, Jenis dan Fungsi Shear Wall.


https:/2020/09/shear-wall-atau-dinding-geser.html (diakses pada 29 Agustus 2022)
● Tim Editor Rumah.com. 2021. Definisi High Rise Building, Karakteristik dan
Contohnya. https://www.rumah.com/panduan-properti/high-rise-building-52400 (diakses
pada 29 Agustus 2022)
● Wahyuni, Endah. Struktur Bangunan Bertingkat Tinggi.
https://hargaper.com/struktur-bangunan-tinggi.html (diakses pada 29 Agustus 2022)
● Penyebab, Dampak Dan Cara Mencegah Kegagalan Pada Proyek Konstruksi Bangunan
Gedung http://e-journal.uajy.ac.id/10531/
● Faktor Dan Pengaruh Dalam Struktur Bangunan Tinggi https://youtu.be/htuZQdc6G98

Anda mungkin juga menyukai