TUGAS MINGGUAN
DISUSUN OLEH :
Salis Mahfud
NPM.201611011
B. Fungsi Kolom
Fungsi kolom adalah sebagai penerus beban seluruh bangunan ke pondasi. Bila
diumpamakan, kolom itu seperti rangka tubuh manusia yang memastikan sebuah
bangunan berdiri. Kolom termasuk struktur utama untuk meneruskan berat bangunan dan
beban lain seperti beban hidup (manusia dan barang-barang), serta beban hembusan angin.
Kolom berfungsi sangat penting, agar bangunan tidak mudah roboh. Beban sebuah
bangunan dimulai dari atap. Beban atap akan meneruskan beban yang diterimanya ke
kolom. Seluruh beban yang diterima kolom didistribusikan ke permukaan tanah di
bawahnya.
Struktur dalam kolom dibuat dari besi dan beton. Keduanya merupakan gabungan
antara material yang tahan tarikan dan tekanan. Besi adalah material yang tahan tarikan,
sedangkan beton adalah material yang tahan tekanan. Gabungan kedua material ini dalam
struktur beton memungkinkan kolom atau bagian struktural lain seperti sloof dan balok
bisa menahan gaya tekan dan gaya tarik pada bangunan
1. Kolom menggunakan pengikat sengkang lateral, kolom ini merupakan beton yang
ditulangi dengan batang tulangan pokok memanjang, yang pada jarak spasi tertentu diikat
dengan pengikat sengkang ke arah lateral. Tulangan ini berfungsi untuk memegang
tulangan pokok memanjang agar tetap kokoh pada tempatnya. Terlihat pada gambar 1.(a)
2. Kolom menggunakan pengikat spiral. Bentuknya sama dengan yang pertama hanya saja
sebagai pengikat tulangan pokok yang memanjang adalah tulangan pokok yang dililitkan
keliling membentuk heliks menerus di sepanjang kolom. Fungsi tulangan spiral adalah
memberi kemampuan kolom untuk menyerap deformasi yang cukup besar sebelum
runtuh,sehingga mampu mencegah terjadinya kehancuran seluruh struktur tersebut proses
redistribusi momen dan tegangan terwuujud. Seperti gambar 1.(b).
Struktur kolom komposit, merupakan komponen struktur yang diperkuat pada arah
memanjang dengan gelagar baja profil atau pipa, dengann atau tanpa batang tulangan
pokok memanjan. Bentuk ini biasanyan digunakan, apabila jika hanya menggunakan
kolom bertulang biasa diperoleh ukuran yang sangat besar karena bebannya yang cukup
besar, dan disisi lain diharapkan ukuran kilom tidak terlalu besar.
Kolom Utama yang dimaksud dengan kolom utama adalah kolom yang fungsi utamanya
menyanggah beban utama yang berada diatasnya. Untuk rumah tinggal disarankan jarak kolom
utama adalah 3.5 m, agar dimensi balok untuk menompang lantai tidak tidak begitu besar, dan
apabila jarak antara kolom dibuat lebih dari 3.5 meter, maka struktur bangunan harus dihitung.
Sedangkan dimensi kolom utama untuk bangunan rumah tinggal lantai 2 biasanya dipakai
ukuran 20/20, dengan tulangan pokok 8d12 mm, dan begel d 8-10cm ( 8 d 12 maksudnya
jumlah besi beton diameter 12mm 8 buah, 8 – 10 cm maksudnya begel diameter 8 dengan jarak
10 cm).
Kolom praktis adalah kolom yang berfungsi membantu
kolom utama dan juga sebagai pengikat dinding agar dinding
stabil, jarak kolom maksimum 3,5 meter, atau pada pertemuan
pasangan bata, (sudut-sudut). Dimensi kolom praktis 15/15
dengan tulangan beton 4 d 10 begel d 8-20
BALOK
Jika dilihat dari fungsinya maka balok adalah bagian dari struktural sebuah bangunan yang
kaku dan dirancang untuk menanggung dan mentransfer beban menuju elemen-elemen kolom
penopang yang memiliki fungsi sebagai rangka penguat horizontal bangunan akan beban-
beban.
Jenis-Jenis Balok
Hingga perkembangan teknologi konstruks saat ini, telah dikembangkan beberapa jenis balok
sesuai dengan fungsi dan posisinya pada bangunan. Berikut ini adalah jenis-jenis balok :
1. Balok sederhana
2. Kantilever
3. Balok teritisan
Balok teristisan adalah balok sederhana yang memanjang melewati salah satu kolom
tumpuannya.
5. Bentangan tersuspensi
Bentangan tersuspensi adalah balok sederhana yang ditopang oleh teristisan dari dua bentang
dengan konstruksi sambungan pin pada momen nol.
Shear Wall
Berbicara soal struktur tentu bagi kita yang sudah berpengalaman dalam proyek-proyek
bangunan tinggi, tentu kita tahu struktur apa yang harus dipakek pada bangunan agar tahan
gempa, pastinya kita sering mendengar kata shear wall / dinding geser. Apa itu shear wall?
Pada kesempatan kali ini saya akan membahas lebih dalam tentang shear wall.
Shear wall atau lebih dikenal dengan istilah
dinding geser adalah element struktur
berbentuk dinding beton bertulang yang
berfungsi untuk menahan gaya geser, gaya
lateral akibat gempa bumi atau gaya lainnya
pada gedung bertingkat dan bangunan
tinggi. Dinding geser ini
terdapat berbagai jenis di dalam gedung antara lain bearing wall, frame wall, dan core wall.
Pengertian shear wall dapat digambarkan sebagai berikut.
1. Bearing wall
Bearing wall adalah jenis dinding geser yang mempunyai fungsi lain sebagai penahan beban
gravitasi.
2. Frame wall
Frame wall adalah dinding geser yang berfungsi sebagai penahan gaya lateral, geser dan
pengaku pada sisi luar bangunan. Dinding ini terletak di antara dua kolom struktur.
3. Core wall
Core wall adalah jenis dinding geser yang terletak di pusat-pusat massa bangunan yang
berfungsi sebagai pengaku bangunan gedung. Biasanya core wall diletakkan pada lubang Lift
yang berfungsi sebagai dinding lift sekaligus.
Letak shear wall pada bangunan gedung sangat tergantung dari beberapa faktor antara lain
tingkat simetrisitas bangunan, tinggi bangunan, dan asumsi dari perencana. Penentuan lokasi
dan perhitungan shear wall tentu dilakukan oleh perencana struktur dengan dasar-dasar
perencanaan yang kuat. Shear wall pada gedung biasanya menggunakan mutu beton di
atas Fc 30 Mpa.
Fungsi Shear Wall / Dinding Geser pada Bangunan
Berikut fungsi shear wall / dinding geser pada bangunan, yaitu:
1. Kekuatan
Dinding geser harus memberikan kekuatan lateral yang diperlukan untuk melawan kekuatan
gempa horizontal. Ketika dinding geser cukup kuat, mereka akan mentransfer gaya horizontal
ini ke elemen berikutnya dalam jalur beban di bawah mereka, seperti dinding geser lainnya,
lantai, pondasi dinding, lembaran atau footings.
2. Kekakuan
Dinding geser juga memberikan kekakuan lateral untuk mencegah atap atau lantai di atas dari
sisi goyangan yang berlebihan. Ketika dinding geser cukup kaku, mereka akan mencegah
membingkai
lantai dan atap anggota dari bergerak dari mendukung mereka. Juga, bangunan yang cukup
kaku biasanya akan menderita kerusakan kurang nonstruktural.
Pemasangan tulangan vertikal yang dicor bareng dengan pelat lantai bawahnya.
Untuk area basement silahkan diberi waterstop untuk mencegah masukknya air.
Pemasangan bekisting pada dua sisi luar. Pada bekisting diusahakan menggunakan
as drat untuk mengunci dua bekisting agar tidak terjadi beton yang bunting.
Element shear wall mempunyai pengertian yang hampir sama dengan element struktur
lainnya yaitu untuk menahan gaya yang bekerja pada bangunan gedung. Sejauh ini
penggunaan shear wall lebih banyak digunakan pada bangunan high rise building karena
semakin tinggi bangunan semakin besar gaya gempa yang bekerja pada bangunan.
Sistem struktur inti dan dinding pendukung (core and bearing walls)
Sistem ini berupa bidang vertikal yang
membentuk dinding luar dan mengelilingi
sebuah struktur inti. Hal ini
memungkinkan ruang interior terbuka
yang bergantung pada kemampuan
bentangan dari struktur lantai. Sistem ini
memuat sistem-sistem transportasi
mekanis vertikal serta menambah
kekakuan bangunan.
Sistem struktur boks berdiri sendiri (self supporting boxes)
Sistem ini merupakan unit tiga dimensi
prefabrikasi yang menyerupai bangunan
dinding pendukung yang diletakan di
suatu tempat dan di gabung dengan unit
lainnya. Sebagai contoh boks-boks ini
di tumpuk seperti bata dengan pola
“English Bond” sehingga tersusun
seperti balok dinding berselang-seling.
Sistem struktur plat terkantilever (cantilever slab)
Pemikulan plat lantai dari sebuah inti
pusat akan memungkinkan ruang bebas
kolom yang batas kekuatan platnya
adalah batas besar ukuran bangunan.
Sistem ini memerlukan banyak besi,
terutama apabila proyeksi pelat sangat
besar. Kekakuan plat dapat di tingkatkan
dengan menggunakan teknik-teknik
pratekan.
Sistem struktur rangka belt-trussed dan inti (belt-trussed frame and core)
Sistem struktur belt-trussed bekerja
mengikat kolom fasade ke inti bangunan
sehingga meniadakan aksi terpisah
rangka dan inti pengakuan ini dinamai
“cap trussing” apabila berada pada
bagian atas bangunan, dan dinamai
“belt-trussed” apabila berada di bagian
bawahnya.
Dinding penahan dalam praktik konstruksi sipil memiliki banyak jenis tergantung dari
aplikasi dan kasus yang akan digunakan baik untuk menahan tekanan tanah pada
tebing/slope,timbunan/embankment, konstruksi sub structure /basement, kolam tampungan
retensi/pond, konstruksi pembendung air, penahan transpor sedimen pada sungai dsb. Pada
dasarnya dinding penahan memiliki beberapa fungsi antara lain:
Menahan tekanan lateral tanah aktif (Active Lateral Force Soil) yang dapat berpotensi
menyebabkan terjadinya keruntuhan lateral tanah misalnya longsor/landslide.
Menahan tekanan lateral air (Lateral Force Water) yang dapat berpotensi menyebabkan
terjadinya keruntuhan lateral akibat tekanan air yang besar.
Mencegah terjadinya proses perembesan air/seepage secara lateral yang diakibatkan
oleh kondisi elevasi muka air tanah yang cukup tinggi. Dalam hal ini juga berfungsi
dalam proses dewatering yaitu dengan memotong aliran air (Flow net) pada tanah (Cut
Off).
Adapun jenis-jenis konstruksi dinding penahan yang umumnya digunakan dalam praktek
rekayasa konstruksi sipil antara lain:
· 1. Dinding Penahan Tanah Massa (Gravity Retaining Wall), jenis dinding penahan tanah
ini banyak digunakan untuk menahan
tekanan tanah lateral pada timbunan tanah
maupun pada tebing-tebing yang landai
sampai terjal. Prinsip kerja dari dinding
penahan ini cukup unik yaitu mengandalkan
bobot massa dari badan konstruksinya
dengan demikian kestabilan dari struktur
dapat lebih stabil dikarenakan bobotnya
yang berat dalam menahan tekanan tanah
lateral. Material penyusun yang digunakan
pada jenis konstruksi ini biasanya berupa
material pasangan batu ataupun beton
bertulang (Reinforced Concrete).
· 2. Dinding penahan Tanah Tipe Jepit (Cantilever Retaining Wall), Jenis konstruksi
dinding penahan tanah tipe ini umumnya
digunakan untuk menahan tekanan tanah
pada timbunan maupun pada tebing.
Prinsip kerja dari jenis dinding penahan
jenis ini yaitu dengan mengandalkan daya
jepit/fixed pada dasar tubuh strukturnya.
Oleh karena itu ciri khas dari dinding
penahan jenis kantilever yaitu berupa
model telapak/spread memanjang pada
dasar strukturnya yang bersifat jepit untuk
menjaga kestabilan dari struktur penahan.
Umumnya konstruksi dinding penahan
tipe jepit dibuat dari pasangan batu maupun dengan konstruksi beton bertulang.
3. Dinding Penahan Tipe Turap (Sheet Pile), jenis konstruksi dinding penahan tipe turap
merupakan jenis konstruksi yang banyak digunakan untuk menahan tekanan tanah aktif lateral
tanah pada timbunan maupun untuk membendung air (coverdam). Jenis konstruksi tipe
turap/sheet pile umumnya terbuat dari material beton pra tegang (Prestrees Concrete) baik
berbentuk corrugate-flat maupun dari material baja. Konstruksi dinding penahan tipe sheet
pile berbentuk ramping dengan mengandalkan tahanan jepit pada kedalaman tancapnya dan
dapat pula dikombinasikan dengan sistem angkur/Anchord yang disesuaikan dengan hasil
perancangan. Dalam pelaksanaannya kedalaman tancap sheet pile dapat mencapai elevasi
sampai tanah keras.
4. Dinding Penahan Bronjong (Gabion), konstruksi dinding penahan tanah jenis ini
merupakan konstruksi yang berupa kumpulan blok- blok yang dibuat dari anyaman kawat
logam galvanis yang diisi dengan agregat kasar berupa batu batu kerikil yang disusun secara
vertikal ke atas dengan step-step meyerupai terasering/tanga-tangga. Kelebihan dari dinding
penahan jenis gabion selain berfungsi untuk menahan tekanan tanah juga berfungsi untuk
memperbesar konsentrasi resapan air ke dalam tanah (Infiltrasi).
· 5. Dinding Penahan Tipe Blok Beton (Block Concrete), jenis dinding penahan tanah tipe
blok beton merupakan kumpulan blok-blok beton masif padat yang disusun secara vertikal
dengan sistem pengunci/locking antar blok yang disusun. Umumnya blok beton dibuat secara
modular di fabrikasi berupa beton precash dan kemudian proses pemasangannya di lakukan di
lokasi - in situ.
· 6. Dinding Penahan Tanah Tipe Diaphragm Wall, jenis konstruksi dinding penahan tanah
tipe dinding bertulang (Diaphragm Wall) merupakan jenis konstruksi dinding penahan yang
terbuat dari rangkaian besi beton bertulang yang dicor di tempat atau dengan sistem modular
yang dibuat untuk membendung (cover) suatu konstruksi bawah tanah (sub-strucure) khusunya
pada konstruksi basement suatu bangunan. Diaphragm wall dapat dikombinasikan dengan
sistemanchord untuk menambah daya dukung terhadap tekanan aktif lateral tanah juga
berfungsi dalam proses dewatering untuk memotong aliran muka air tanah (Cut-Off
Dewatering).
· 7. Dinding Penahan Tanah Continguous Pile dan Soldier Pile, jenis konstruksi
penahancontinguous pile dan soldier pile merupakan konstruksi dinding penahan tanah yang
digunakan untuk menahan tekanan lateral tanah aktif pada konstruksi bawah tanah seperti pada
konstruksi basement suatu bangunan sama seperti jenis konstruksi dinding penahan diaphragm
wall.Continguous pile dan soldier pile juga biasanya dikombinasikan dengan sistem
ankur/anchord untuk meningkatkan daya dukung terhadap tekanan aktif lateral tanah dan
berfungsi sebagai pemutus aliran air bawah tanah (Cut Off). Continguous pile dibuat di
tempat in-situ dengan sistembored pile berupa rangkaian besi beton bertulang maupun
menggunakan profil baja serta dikombinasikan dengan bentonited dan dirangkai membentuk
dinding penahan yang padat.
· 8. Revetment, jenis konstruksi sederhana yang berfungsi untuk perkuatan lereng/tebing
maupun untuk melindungi dari gerusan aliran sungai dan ombak pada alur pantai. Konstruksi
jenis ini pada dasarnya tidak memiliki fungsi utama dalam menahan tekanan aktif lateral tanah
namun lebih pada fungsi proteksi terhadap efek gerusan/erosi yang dapat merusak kestabilan
lereng/tanggul yang tentunya dapat berpotensi menimbulkan terjadinya longsor/land slide.
PONDASI BANGUAN
Jenis – Jenis Pondasi Bangunan
Pengertian
Pondasi adalah suatu bagian dari konstruksi bangunan yang berfungsi untuk menempatkan
bangunan dan meneruskan beban yang disalurkan dari struktur atas ke tanah
dasar pondasi yang cukup kuat menahannya tanpa terjadinya differential settlement pada
sistem strukturnya.
Pondasi merupakan bagian paling bawah pada sebuah bangunan. Keberadaannya tentu menjadi
hal yang harus paling dimatangkan, karena akan menopang seluruh beban bangunan. Semakin
tinggi bangunan yang dibangun, tentunya semakin besar pula tekanan yang diberikan terhadap
pondasi bangunan, sehingga pemilihan pondasi bangunan haruslah tepat karena mencakup
keselamatan dan kekokohan sebuah rumah.
1. Pondasi Dangkal
Pondasi dangkal biasanya dibuat dekat dengan permukaan tanah, umumnya kedalaman
pondasi didirikan kurang 1/3 dari lebar pondasi sampai dengan kedalaman kurang dari 3
m. Kedalaman pondasi dangkal ini bukan aturan yang baku, tetapi merupakan sebagai
pedoman. Pada dasarnya, permukaan pembebanan atau kondisi permukaan lainnya akan
mempengaruhi kapasitas daya dukung pondasi dangkal.
Pondasi dangkal biasanya digunakan ketika tanah permukaan yang cukup kuat dan kaku untuk
mendukung beban yang dikenakan dimana jenis struktur yang didukungnya tidak terlalu berat
dan juga tidak terlalu tinggi, pondasi dangkal umumnya tidak cocok dalam tanah kompresif
yang lemah atau sangat buruk, seperti tanah urug dengan kepadatan yang buruk , pondasi
dangkal juga tidak cocok untuk jenis tanah gambut, lapisan tanah muda dan jenis tanah
deposito aluvial, dll.
Apabila kedalaman alas pondasi (Df) dibagi lebar terkecil alas pondasi (B) kurang dari 4, (Df/B
< 4) dan apabila letak tanah baik (kapasitas dukung ijin tanah > 2,0 kg/cm2) relatif dangkal
(0,6-2,0 m) maka digunakan pondasi ini. Pondasi dangkal juga digunakan bila bangunan yang
berada di atasnya tidak terlalu besar. Rumah sederhana misalnya. Pondasi ini juga bisa dipakai
untuk bangunan umum lainnya yang berada di atas tanah yang keras.
Yang termasuk pondasi dangkal adalah sebagai berikut :
d. Pondasi Rakit
Pondasi rakit adalah plat beton besar yang
digunakan untuk mengantar permukaan dari
satu atau lebih kolom di dalam beberapa garis/
beberapa jalur dengan tanah. Digunakan di
tanah lunak atau susunan jarak kolomnya
sangat dekat di semua arahnya, bila memakai
telapak, sisinya berhimpit satu sama lain.
e. Pondasi Sumuran
Pondasi sumuran atau cyclop
beton menggunakan beton berdiameter 60 –
80 cm dengan kedalaman 1 – 2 meter. Di
dalamnya dicor beton yang kemudian
dicampur dengan batu kali dan sedikit
pembesian dibagian atasnya. Pondasi ini
kurang populer sebab banyak
kekurangannya, diantaranya boros adukan
beton dan untuk ukuran sloof haruslah besar.
Hal tersebut membuat pondasi ini kurang
diminati. Pondasi sumuran dipakai untuk
tanah yang labil, dengan sigma lebih kecil
dari 1,50 kg/cm2. Seperti bekas tanah timbunan sampah, lokasi tanah yang berlumpur. Pada
bagian atas pondasi yang mendekati sloof, diberi pembesian untuk mengikat sloof.
f. Pondasi Umpak
Pondasi ini diletakan diatas tanah yang telah
padat atau keras. Sistem dan jenis pondasi ini
sampai sekarang terkadang masih digunakan,
tetapi ditopang oleh pondasi batu kali yang
berada di dalam tanah dan sloof sebagai
pengikat struktur, serta angkur yang masuk
kedalam as umpak kayu atau umpak batu dari
bagian bawah umpaknya atau tiangnya.
Pondasi ini membentuk rigitifitas struktur
yang dilunakkan, sehingga sistim membuat bangunan dapat menyelaraskan goyangan
goyangan yang terjadi pada permukaan tanah, sehingga bangunan tidak akan patah pada tiang-
tiangnya jika terjadi gempa.
2. Pondasi Dalam
Pondasi dalam adalah pondasi yang didirikan permukaan tanah dengan kedalam
tertentu dimana daya dukung dasar pondasi dipengaruhi oleh beban struktural dan kondisi
permukaan tanah, pondasi dalam biasanya dipasang pada kedalaman lebih dari 3 m di bawah
elevasi permukaan tanah. Pondasi dalam dapat dijumpai dalam bentuk pondasi tiang
pancang, dinding pancang dan caissons atau pondasi kompensasi.
Pondasi dalam dapat digunakan untuk mentransfer beban ke lapisan yang lebih dalam untuk
mencapai kedalam yang tertentu sampai didapat jenis tanah yang mendukung daya beban
strutur bangunan sehingga jenis tanah yang tidak cocok di dekat permukaan tanah dapat
dihindari.
Apabila lapisan atas berupa tanah lunak dan terdapat lapisan tanah yang keras yang dalam
maka dibuat pondasi tiang pancang yang dimasukkan ke dalam sehingga mencapai tanah keras
(Df/B >10 m ), tiang-tiang tersebut disatukan oleh poer/pile cap. Pondasi ini juga dipakai pada
bangunan dengan bentangan yang cukup lebar (jarak antar kolom 6m) dan bangunan
bertingkat.