Anda di halaman 1dari 29

STRUKTUR KONTRUKSI BANGUNAN

TUGAS MINGGUAN

DISUSUN OLEH :
Salis Mahfud
NPM.201611011

UNIVERSITAS KALTARA TANJUNG SELOR


FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN ARSITEKTUR
2018
KOLOM
A. Pengertian Kolom
Kolom adalah batang tekan vertikal dari rangka struktur yang memikul beban
dari balok. Kolom merupakan suatu elemen struktur tekan yang memegang peranan
penting dari suatu bangunan, sehingga keruntuhan pada suatu kolom merupakan lokasi
kritis yang dapat menyebabkan runtuhnya (collapse) lantai yang bersangkutan dan juga
runtuh total (total collapse) seluruh struktur (Sudarmoko, 1996).

SK SNI T-15-1991-03 mendefinisikan kolom adalah komponen struktur bangunan


yang tugas utamanya menyangga beban aksial tekan vertikal dengan bagian tinggi yang
tidak di topang paling tidak tiga kali dimensi lateral terkecil.

B. Fungsi Kolom
Fungsi kolom adalah sebagai penerus beban seluruh bangunan ke pondasi. Bila
diumpamakan, kolom itu seperti rangka tubuh manusia yang memastikan sebuah
bangunan berdiri. Kolom termasuk struktur utama untuk meneruskan berat bangunan dan
beban lain seperti beban hidup (manusia dan barang-barang), serta beban hembusan angin.
Kolom berfungsi sangat penting, agar bangunan tidak mudah roboh. Beban sebuah
bangunan dimulai dari atap. Beban atap akan meneruskan beban yang diterimanya ke
kolom. Seluruh beban yang diterima kolom didistribusikan ke permukaan tanah di
bawahnya.

Struktur dalam kolom dibuat dari besi dan beton. Keduanya merupakan gabungan
antara material yang tahan tarikan dan tekanan. Besi adalah material yang tahan tarikan,
sedangkan beton adalah material yang tahan tekanan. Gabungan kedua material ini dalam
struktur beton memungkinkan kolom atau bagian struktural lain seperti sloof dan balok
bisa menahan gaya tekan dan gaya tarik pada bangunan

C. Jenis – jenis kolom


Dalam buku struktur beton bertulang (Istimawan dipohusodo, 1994) ada tiga jenis kolom
beton bertulang yaitu :
- Kolom menggunakan pengikat sengkang lateral.
- Kolom menggunakan pengikat spiral.
- Struktur kolom komposit seperti tampak pada gambar

1. Kolom menggunakan pengikat sengkang lateral, kolom ini merupakan beton yang
ditulangi dengan batang tulangan pokok memanjang, yang pada jarak spasi tertentu diikat
dengan pengikat sengkang ke arah lateral. Tulangan ini berfungsi untuk memegang
tulangan pokok memanjang agar tetap kokoh pada tempatnya. Terlihat pada gambar 1.(a)

2. Kolom menggunakan pengikat spiral. Bentuknya sama dengan yang pertama hanya saja
sebagai pengikat tulangan pokok yang memanjang adalah tulangan pokok yang dililitkan
keliling membentuk heliks menerus di sepanjang kolom. Fungsi tulangan spiral adalah
memberi kemampuan kolom untuk menyerap deformasi yang cukup besar sebelum
runtuh,sehingga mampu mencegah terjadinya kehancuran seluruh struktur tersebut proses
redistribusi momen dan tegangan terwuujud. Seperti gambar 1.(b).
Struktur kolom komposit, merupakan komponen struktur yang diperkuat pada arah
memanjang dengan gelagar baja profil atau pipa, dengann atau tanpa batang tulangan
pokok memanjan. Bentuk ini biasanyan digunakan, apabila jika hanya menggunakan
kolom bertulang biasa diperoleh ukuran yang sangat besar karena bebannya yang cukup
besar, dan disisi lain diharapkan ukuran kilom tidak terlalu besar.

Hasil berbagai eksperimen menunjukkan bahwa


kolom berpengikat spiral ternyata lebih tangguh
dari pada yang menggunakan tulangan
sengkang, seperti yang terlihat pada gambar
diagram di bawah ini.

a. Kolom Utama dan Praktis

Kolom utama adalah kolom yang


berfungsi unttuk menyanggah beban yang
ada di atasnya. Untuk rumah tinggal
disarankan jarak kolom utama adalah 3.5
m, agar dimensi balok untuk menopang
lantai tidaj terlalu begitu besar, dan
apabilan jarak kolom di buat lebih dari 3.5
m, maka struktur bangunan haris di
hitung.

Kolom Utama yang dimaksud dengan kolom utama adalah kolom yang fungsi utamanya
menyanggah beban utama yang berada diatasnya. Untuk rumah tinggal disarankan jarak kolom
utama adalah 3.5 m, agar dimensi balok untuk menompang lantai tidak tidak begitu besar, dan
apabila jarak antara kolom dibuat lebih dari 3.5 meter, maka struktur bangunan harus dihitung.
Sedangkan dimensi kolom utama untuk bangunan rumah tinggal lantai 2 biasanya dipakai
ukuran 20/20, dengan tulangan pokok 8d12 mm, dan begel d 8-10cm ( 8 d 12 maksudnya
jumlah besi beton diameter 12mm 8 buah, 8 – 10 cm maksudnya begel diameter 8 dengan jarak
10 cm).
Kolom praktis adalah kolom yang berfungsi membantu
kolom utama dan juga sebagai pengikat dinding agar dinding
stabil, jarak kolom maksimum 3,5 meter, atau pada pertemuan
pasangan bata, (sudut-sudut). Dimensi kolom praktis 15/15
dengan tulangan beton 4 d 10 begel d 8-20

BALOK

Pengertian Balok dalam Bangunan

Jika dilihat dari fungsinya maka balok adalah bagian dari struktural sebuah bangunan yang
kaku dan dirancang untuk menanggung dan mentransfer beban menuju elemen-elemen kolom
penopang yang memiliki fungsi sebagai rangka penguat horizontal bangunan akan beban-
beban.

Jenis-Jenis Balok

Hingga perkembangan teknologi konstruks saat ini, telah dikembangkan beberapa jenis balok
sesuai dengan fungsi dan posisinya pada bangunan. Berikut ini adalah jenis-jenis balok :

1. Balok sederhana

Perhitungan beban balok sederhana


Balok sederhana bertumpu pada kolom diujung-ujungnya, dengan satu ujung bebas berotasi
dan tidak memiliki momen tahan. Seperti struktur statis lainnya, nilai dari semua
reaksi,pergeseran dan momen untuk balok sederhana adalah tidak tergantung bentuk
penampang dan materialnya.

2. Kantilever

Perhitungan beban balok kantilever


Kantilever adalah balok yang diproyeksikan atau struktur kaku lainnya didukung hanya pada
satu ujung tetap. Kantilever menanggung beban di ujung yang tidak disangga.

3. Balok teritisan

Balok teristisan adalah balok sederhana yang memanjang melewati salah satu kolom
tumpuannya.

4. Balok dengan ujung-ujung tetap

Balok dengan ujung tetap


Balok dengan ujung-ujung tetap ( dikaitkan kuat ) dibuat untuk menahan translasi dan rotasi.
Ujung-ujung dari balok ini dikunci sedemikian kuat sehingga tidak bergerak ataupun bertotasi
karena momen.

5. Bentangan tersuspensi

Bentangan tersuspensi adalah balok sederhana yang ditopang oleh teristisan dari dua bentang
dengan konstruksi sambungan pin pada momen nol.

6. Balok Menerus atau kontinu


Balok menerus atau kontinyu
Balok Menerus memanjang secara menerus melewati lebih dari dua kolom tumpuan untuk
menghasilkan kekakuan yang lebih besar dan momen yang lebih kecil dari serangkaian balok
tidak menerus dengan panjang dan beban yang sama.

Shear Wall

Sistem Struktur Shear Wall (Dinding Geser)

Bagi kita seorang Arsitek


tentu dalam merancang
bangunan perlu mengetahui
prinsip-prinsip dan struktur
yang akan kita gunakan pada
bangunan kita, bagaimana
sistem kerjanya, berapa
besaran (space) yang harus
disediakan untuk strukturnya
dll.

Berbicara soal struktur tentu bagi kita yang sudah berpengalaman dalam proyek-proyek
bangunan tinggi, tentu kita tahu struktur apa yang harus dipakek pada bangunan agar tahan
gempa, pastinya kita sering mendengar kata shear wall / dinding geser. Apa itu shear wall?
Pada kesempatan kali ini saya akan membahas lebih dalam tentang shear wall.
Shear wall atau lebih dikenal dengan istilah
dinding geser adalah element struktur
berbentuk dinding beton bertulang yang
berfungsi untuk menahan gaya geser, gaya
lateral akibat gempa bumi atau gaya lainnya
pada gedung bertingkat dan bangunan
tinggi. Dinding geser ini
terdapat berbagai jenis di dalam gedung antara lain bearing wall, frame wall, dan core wall.
Pengertian shear wall dapat digambarkan sebagai berikut.

1. Bearing wall
Bearing wall adalah jenis dinding geser yang mempunyai fungsi lain sebagai penahan beban
gravitasi.

2. Frame wall
Frame wall adalah dinding geser yang berfungsi sebagai penahan gaya lateral, geser dan
pengaku pada sisi luar bangunan. Dinding ini terletak di antara dua kolom struktur.

3. Core wall
Core wall adalah jenis dinding geser yang terletak di pusat-pusat massa bangunan yang
berfungsi sebagai pengaku bangunan gedung. Biasanya core wall diletakkan pada lubang Lift
yang berfungsi sebagai dinding lift sekaligus.

Struktur Shear Wall

Letak shear wall pada bangunan gedung sangat tergantung dari beberapa faktor antara lain
tingkat simetrisitas bangunan, tinggi bangunan, dan asumsi dari perencana. Penentuan lokasi
dan perhitungan shear wall tentu dilakukan oleh perencana struktur dengan dasar-dasar
perencanaan yang kuat. Shear wall pada gedung biasanya menggunakan mutu beton di
atas Fc 30 Mpa.
Fungsi Shear Wall / Dinding Geser pada Bangunan
Berikut fungsi shear wall / dinding geser pada bangunan, yaitu:
1. Kekuatan
Dinding geser harus memberikan kekuatan lateral yang diperlukan untuk melawan kekuatan
gempa horizontal. Ketika dinding geser cukup kuat, mereka akan mentransfer gaya horizontal
ini ke elemen berikutnya dalam jalur beban di bawah mereka, seperti dinding geser lainnya,
lantai, pondasi dinding, lembaran atau footings.
2. Kekakuan
Dinding geser juga memberikan kekakuan lateral untuk mencegah atap atau lantai di atas dari
sisi goyangan yang berlebihan. Ketika dinding geser cukup kaku, mereka akan mencegah
membingkai
lantai dan atap anggota dari bergerak dari mendukung mereka. Juga, bangunan yang cukup
kaku biasanya akan menderita kerusakan kurang nonstruktural.

Adapun gambaran langkah pengerjaan shear wall antara lain:

Fabrikasi pembesian dinding shear wall.

Pemasangan tulangan vertikal yang dicor bareng dengan pelat lantai bawahnya.

Pemasangan tulangan horizontal, ikat dengan bendrat.

Untuk area basement silahkan diberi waterstop untuk mencegah masukknya air.

Pemasangan bekisting pada dua sisi luar. Pada bekisting diusahakan menggunakan
as drat untuk mengunci dua bekisting agar tidak terjadi beton yang bunting.

Cor beton dengan ready mix


Bongkar bekisting

Element shear wall mempunyai pengertian yang hampir sama dengan element struktur
lainnya yaitu untuk menahan gaya yang bekerja pada bangunan gedung. Sejauh ini
penggunaan shear wall lebih banyak digunakan pada bangunan high rise building karena
semakin tinggi bangunan semakin besar gaya gempa yang bekerja pada bangunan.

Contoh Bangunan yang Mengunakan Struktur Shear Wall :

Binus Square National Commercial Bank

McKinley Tower, Alaska Wuhan Saiboyuan Residence Community


BEARING WALL

System struktur dindng pemikul adalah system struktur yang menggunakan


dinding sebagai penopang atau sebagai pemikul beban pada bangunan.

Beban pada bangunan ditopang


atau dipikul oleh kolom dan balok.
Dinding pada bangunan
menggunakan system struktur
ini berfungsi hanya sebagai
pembatas.
Penambahan fungsi structural
pada dinding yang biasa kita
gunakan hanya sebagai
pembatas, memerlukan
perlakuan khusus yang harus
dipenuhi jika kita ingin
menggunakannya.

Contoh gambar beban pada dinding pemikul


Karena penyaluran beban vertical pada
bangunan dilakukan oleh dinding, denah
perlantai bangunan bertingkat banyak
yang menggunakan system struktur
dinding pemikul biasanya tipikal atau
seragam jadi tidak mengherankan, apabila
bangunan bertingkat banyak yang
menggunakan system struktur dinding
pemikul biasanya adalah bangunan
residensial seperti hotel dan apartemen
yang memiliki denah perlantai yang
tipikal.

Ketebalan dinding harus


diperhatikan secara seksama
karena berkaitan erat dengan
berapa beban yang harus dipikul
oleh dinding perlantai.

Dinding lantai terbawah biasanya


memiliki ketebalan yang terbesar,
semakin keatas ketebalan
dindingnya biasanya semakin
menipis. Hal ini disebabkan
dinding dilantai paling bawah
menopang beban lantai2 diatasnya.
CORE / INTI BANGUNAN

Sistem Struktur Inti Bangunan Tinggi / (Core Structure)


Sistem-sistem struktur pada bangunan merupakan inti kekokohannya bangunan di atas
permukaan tanah. Sistem struktur ini berfungsi menahan dan menyalurkan beban gaya
horizontal dan vertikal secara merata pada sistem-sistem struktur inti dan struktur pendukung,
sehingga bangunan dapat memikul beban horizontal dan vertikal maupun gaya lateral.
Berikut ini adalah jenis-jenis sistem struktur inti bangunan.

 Sistem struktur dinding pendukung sejajar (parallel bearing walls)

Sistem ini terdiri dari unsur bidang


vetikal yang di perkuat dengan berat
dinding itu sendiri, sehingga mampu
menahan gaya aksial lateral secara
efisien. Sistem struktur dinding sejajar
ini digunakan pada bangunan-bangunan
apartemen yang tidak membutuhkan
ruang bebas yang luas dan sistem-sistem
mekanisnya tidak memerlukan struktur
inti.

 Sistem struktur inti dan dinding pendukung (core and bearing walls)
Sistem ini berupa bidang vertikal yang
membentuk dinding luar dan mengelilingi
sebuah struktur inti. Hal ini
memungkinkan ruang interior terbuka
yang bergantung pada kemampuan
bentangan dari struktur lantai. Sistem ini
memuat sistem-sistem transportasi
mekanis vertikal serta menambah
kekakuan bangunan.
 Sistem struktur boks berdiri sendiri (self supporting boxes)
Sistem ini merupakan unit tiga dimensi
prefabrikasi yang menyerupai bangunan
dinding pendukung yang diletakan di
suatu tempat dan di gabung dengan unit
lainnya. Sebagai contoh boks-boks ini
di tumpuk seperti bata dengan pola
“English Bond” sehingga tersusun
seperti balok dinding berselang-seling.
 Sistem struktur plat terkantilever (cantilever slab)
Pemikulan plat lantai dari sebuah inti
pusat akan memungkinkan ruang bebas
kolom yang batas kekuatan platnya
adalah batas besar ukuran bangunan.
Sistem ini memerlukan banyak besi,
terutama apabila proyeksi pelat sangat
besar. Kekakuan plat dapat di tingkatkan
dengan menggunakan teknik-teknik
pratekan.

 Sistem struktur plat rata (flat slab)


Sistem ini terdiri dari bidang horizontal
yang umumnya adalah plat lantai beton
tebal dan rata yang bertumpu pada
kolom. Apabila tidak terdapat penebalan
plat pada bagian atas kolom, maka sistem
ini di katakan sistem plat rata. Pada
kedua sistem ini tidak terdapat balok
yang dalam (deep beam) sehingga tinggi
lantai bisa minimum.
 Sistem struktur interspasial (interspasial)

Sistem struktur rangka tinggi selantai


yang terkantilever diterapkan pada setiap
lantai antara untuk memungkinkan ruang
fleksibel di dalam dan di atas rangka.
Ruangan yang berada di dalam lantai
rangka di atasnya dapat di gunakan
sebagai wadah untuk kegiatan aktivitas
lainya.

 Sistem struktur gantung (suspension)


Sistem ini dapat memungkinkan
penggunaan beban secara efisien dengan
menggunakan penggantungan sebagai
pengganti kolom untuk memikul beban
lantai. Kekuatan unsur tekan pada sistem ini
harus dikurangi sebab adanya bahaya tekuk,
berbeda dengan unsur tarik yang dapat
mendaya gunakan kemampuan secara
maksimal. Kabel-kabel ini dapat meneruskan beban gravitasi ke rangka di bagian atas
yang terkantilever dari inti pusat.

 Sistem struktur rangka selang-seling (staggered truss)


Rangka tinggi yang selantai disusun
sedemikian rupa sehinga pada setiap lantai
bangunan dapat menumpangkan beban di
bagian atas suatu rangka begitupun di
bagian bawah rangka di atasnya. Selain
memikul beban vertikal, susunan rangka
ini akan mengurangi tuntutan kebutuhan
ikatan angin dengan cara mengarahkan
beban angin ke dasar bangunan melalui
struktur balok-balok dan plat lantai.

 Sistem struktur rangka kaku (rigid frame)


Sistem struktur ini terdiri dari kolom dan
balok yang bekerja saling mengikat satu
dengan yang lainnya. Kolom sebagai
unsur vertikal yang bertugas menerima
beban dan gaya, sedangkan balok sebagai
unsur horizontal media pembagi beban
dan gaya. Sistem ini biasanya berbentuk
pola grid persegi, organisasi grid serupa
juga di gunakan untuk bidang horizontal
yang terdiri atas balok dan gelagar.
Dengan keterpaduan rangka spasial yang
bergantung pada kekuatan kolom dan balok, maka tinggi lantai ke lantai dan jarak
antara kolom menjadi penentu pertimbangan rancangan.

 Sistem struktur rangka kaku dan inti


(rigid frame and core)
Rangka kaku akan bereaksi terhadap
beban lateral. Terutama melalui lentur
balok dan kolom. Perilaku demikian
berakibat ayunan (drift) lateral yang
besar sehingga pada bangunan dengan
ketinggian tertentu. Akan tetapi apabila
di lengkapi dengan struktur inti, maka
ketahanan lateral bangunan akan sangat
meningkat karena interaksi inti dan rangka. Sistem inti ini memuat sistem-sistem
mekanis dan transportasi vertikal.

 Sistem struktur rangka trussed (trussed frame)


Sistem ini terdiri dari gabungan rangka
kaku (atau bersendi) dengan rangka geser
vertikal yang mampu memberikan
peningkatan kekuatan dan kekakuan
struktur. Rancangan sistem struktur dapat
berdasarkan pada penggunaan rangka
untuk menahan beban gravitasi dan rangka
vertikal untuk beban angin yang serupa
dengan rangka kaku dan inti.

 Sistem struktur rangka belt-trussed dan inti (belt-trussed frame and core)
Sistem struktur belt-trussed bekerja
mengikat kolom fasade ke inti bangunan
sehingga meniadakan aksi terpisah
rangka dan inti pengakuan ini dinamai
“cap trussing” apabila berada pada
bagian atas bangunan, dan dinamai
“belt-trussed” apabila berada di bagian
bawahnya.

 Sistem struktur tabung dalam tabung (tube in tube)


Dalam struktur ini, kolom dan balok
eksterior di tempatkan sedemikian rapat
sehingga fasade menyerupai dinding
yang diberi pelubangan (untuk jendela).
Seluruh bangunan berlaku sebagai tabung
kosong yang terkantilever dari tanah. Inti
interior (tabung) dapat meningkatkan
kekakuan bangunan dengan cara ikut
memikul beban bersama kolom-kolom
fasade tersebut.
 Sistem struktur kumpulan tabung (bundled tube)
Sistem struktur ini dapat di gambarkan
sebagai suatu kumpulan tabung-tabung
terpisah yang membantuk tabung multi-
use. Pada sistem ini kekakuan akan
bertambah. Sistem ini dapat
memungkinkan bangunan mencapai
bentuk yang paling tinggi dan daerah
lantai yang sangat luas.
RETAINING WALL

Dinding Penahan (Retaining Wall)


Konstruksi dinding penahan merupakan salah satu jenis konstruksi sipil yang berfungsi
untuk menahan gaya tekanan aktif lateral suatu tanah maupun air. Oleh karena itu suatu
konstruksi dinding penahan haruslah direncanakan dan dirancang agar aman terhadap gaya-
gaya yang berpotensi menyebabkan kegagalan struktur. Pada prinsipnya dinding penahan
menerima gaya-gaya berupa momen guling, gaya berat sendiri, gaya lateral tanah/air aktif -
pasif, gaya gelincir/sliding dan gaya angkat (uplift). Dengan demikian kestabilan suatu
konstruksi dinding penahan harus dirancang agar dapat menahan gaya-gaya tersebut.

Dinding penahan dalam praktik konstruksi sipil memiliki banyak jenis tergantung dari
aplikasi dan kasus yang akan digunakan baik untuk menahan tekanan tanah pada
tebing/slope,timbunan/embankment, konstruksi sub structure /basement, kolam tampungan
retensi/pond, konstruksi pembendung air, penahan transpor sedimen pada sungai dsb. Pada
dasarnya dinding penahan memiliki beberapa fungsi antara lain:
 Menahan tekanan lateral tanah aktif (Active Lateral Force Soil) yang dapat berpotensi
menyebabkan terjadinya keruntuhan lateral tanah misalnya longsor/landslide.
 Menahan tekanan lateral air (Lateral Force Water) yang dapat berpotensi menyebabkan
terjadinya keruntuhan lateral akibat tekanan air yang besar.
 Mencegah terjadinya proses perembesan air/seepage secara lateral yang diakibatkan
oleh kondisi elevasi muka air tanah yang cukup tinggi. Dalam hal ini juga berfungsi
dalam proses dewatering yaitu dengan memotong aliran air (Flow net) pada tanah (Cut
Off).
Adapun jenis-jenis konstruksi dinding penahan yang umumnya digunakan dalam praktek
rekayasa konstruksi sipil antara lain:

· 1. Dinding Penahan Tanah Massa (Gravity Retaining Wall), jenis dinding penahan tanah
ini banyak digunakan untuk menahan
tekanan tanah lateral pada timbunan tanah
maupun pada tebing-tebing yang landai
sampai terjal. Prinsip kerja dari dinding
penahan ini cukup unik yaitu mengandalkan
bobot massa dari badan konstruksinya
dengan demikian kestabilan dari struktur
dapat lebih stabil dikarenakan bobotnya
yang berat dalam menahan tekanan tanah
lateral. Material penyusun yang digunakan
pada jenis konstruksi ini biasanya berupa
material pasangan batu ataupun beton
bertulang (Reinforced Concrete).

· 2. Dinding penahan Tanah Tipe Jepit (Cantilever Retaining Wall), Jenis konstruksi
dinding penahan tanah tipe ini umumnya
digunakan untuk menahan tekanan tanah
pada timbunan maupun pada tebing.
Prinsip kerja dari jenis dinding penahan
jenis ini yaitu dengan mengandalkan daya
jepit/fixed pada dasar tubuh strukturnya.
Oleh karena itu ciri khas dari dinding
penahan jenis kantilever yaitu berupa
model telapak/spread memanjang pada
dasar strukturnya yang bersifat jepit untuk
menjaga kestabilan dari struktur penahan.
Umumnya konstruksi dinding penahan
tipe jepit dibuat dari pasangan batu maupun dengan konstruksi beton bertulang.
3. Dinding Penahan Tipe Turap (Sheet Pile), jenis konstruksi dinding penahan tipe turap
merupakan jenis konstruksi yang banyak digunakan untuk menahan tekanan tanah aktif lateral
tanah pada timbunan maupun untuk membendung air (coverdam). Jenis konstruksi tipe
turap/sheet pile umumnya terbuat dari material beton pra tegang (Prestrees Concrete) baik
berbentuk corrugate-flat maupun dari material baja. Konstruksi dinding penahan tipe sheet
pile berbentuk ramping dengan mengandalkan tahanan jepit pada kedalaman tancapnya dan
dapat pula dikombinasikan dengan sistem angkur/Anchord yang disesuaikan dengan hasil
perancangan. Dalam pelaksanaannya kedalaman tancap sheet pile dapat mencapai elevasi
sampai tanah keras.

4. Dinding Penahan Bronjong (Gabion), konstruksi dinding penahan tanah jenis ini
merupakan konstruksi yang berupa kumpulan blok- blok yang dibuat dari anyaman kawat
logam galvanis yang diisi dengan agregat kasar berupa batu batu kerikil yang disusun secara
vertikal ke atas dengan step-step meyerupai terasering/tanga-tangga. Kelebihan dari dinding
penahan jenis gabion selain berfungsi untuk menahan tekanan tanah juga berfungsi untuk
memperbesar konsentrasi resapan air ke dalam tanah (Infiltrasi).
· 5. Dinding Penahan Tipe Blok Beton (Block Concrete), jenis dinding penahan tanah tipe
blok beton merupakan kumpulan blok-blok beton masif padat yang disusun secara vertikal
dengan sistem pengunci/locking antar blok yang disusun. Umumnya blok beton dibuat secara
modular di fabrikasi berupa beton precash dan kemudian proses pemasangannya di lakukan di
lokasi - in situ.

· 6. Dinding Penahan Tanah Tipe Diaphragm Wall, jenis konstruksi dinding penahan tanah
tipe dinding bertulang (Diaphragm Wall) merupakan jenis konstruksi dinding penahan yang
terbuat dari rangkaian besi beton bertulang yang dicor di tempat atau dengan sistem modular
yang dibuat untuk membendung (cover) suatu konstruksi bawah tanah (sub-strucure) khusunya
pada konstruksi basement suatu bangunan. Diaphragm wall dapat dikombinasikan dengan
sistemanchord untuk menambah daya dukung terhadap tekanan aktif lateral tanah juga
berfungsi dalam proses dewatering untuk memotong aliran muka air tanah (Cut-Off
Dewatering).
· 7. Dinding Penahan Tanah Continguous Pile dan Soldier Pile, jenis konstruksi
penahancontinguous pile dan soldier pile merupakan konstruksi dinding penahan tanah yang
digunakan untuk menahan tekanan lateral tanah aktif pada konstruksi bawah tanah seperti pada
konstruksi basement suatu bangunan sama seperti jenis konstruksi dinding penahan diaphragm
wall.Continguous pile dan soldier pile juga biasanya dikombinasikan dengan sistem
ankur/anchord untuk meningkatkan daya dukung terhadap tekanan aktif lateral tanah dan
berfungsi sebagai pemutus aliran air bawah tanah (Cut Off). Continguous pile dibuat di
tempat in-situ dengan sistembored pile berupa rangkaian besi beton bertulang maupun
menggunakan profil baja serta dikombinasikan dengan bentonited dan dirangkai membentuk
dinding penahan yang padat.
· 8. Revetment, jenis konstruksi sederhana yang berfungsi untuk perkuatan lereng/tebing
maupun untuk melindungi dari gerusan aliran sungai dan ombak pada alur pantai. Konstruksi
jenis ini pada dasarnya tidak memiliki fungsi utama dalam menahan tekanan aktif lateral tanah
namun lebih pada fungsi proteksi terhadap efek gerusan/erosi yang dapat merusak kestabilan
lereng/tanggul yang tentunya dapat berpotensi menimbulkan terjadinya longsor/land slide.
PONDASI BANGUAN
Jenis – Jenis Pondasi Bangunan
Pengertian
Pondasi adalah suatu bagian dari konstruksi bangunan yang berfungsi untuk menempatkan
bangunan dan meneruskan beban yang disalurkan dari struktur atas ke tanah
dasar pondasi yang cukup kuat menahannya tanpa terjadinya differential settlement pada
sistem strukturnya.
Pondasi merupakan bagian paling bawah pada sebuah bangunan. Keberadaannya tentu menjadi
hal yang harus paling dimatangkan, karena akan menopang seluruh beban bangunan. Semakin
tinggi bangunan yang dibangun, tentunya semakin besar pula tekanan yang diberikan terhadap
pondasi bangunan, sehingga pemilihan pondasi bangunan haruslah tepat karena mencakup
keselamatan dan kekokohan sebuah rumah.

Jenis-Jenis Pondasi Bangunan


Bentuk pondasi ditentukan oleh berat bangunan dan keadaan tanah disekitar bangunan,
sedangkan kedalaman pondasi ditentukan oleh letak tanah padat yang mendukung pondasi.
Jika terletak pada tanah miring lebih dari 10%, maka pondasi bangunan tersebut harus dibuat
rata atau dibentuk tangga dengan bagian bawah dan atas rata. Jenis pondasi dibagi menjadi 2,
yaitu pondasi dangkal dan pondasi dalam.

1. Pondasi Dangkal
Pondasi dangkal biasanya dibuat dekat dengan permukaan tanah, umumnya kedalaman
pondasi didirikan kurang 1/3 dari lebar pondasi sampai dengan kedalaman kurang dari 3
m. Kedalaman pondasi dangkal ini bukan aturan yang baku, tetapi merupakan sebagai
pedoman. Pada dasarnya, permukaan pembebanan atau kondisi permukaan lainnya akan
mempengaruhi kapasitas daya dukung pondasi dangkal.

Pondasi dangkal biasanya digunakan ketika tanah permukaan yang cukup kuat dan kaku untuk
mendukung beban yang dikenakan dimana jenis struktur yang didukungnya tidak terlalu berat
dan juga tidak terlalu tinggi, pondasi dangkal umumnya tidak cocok dalam tanah kompresif
yang lemah atau sangat buruk, seperti tanah urug dengan kepadatan yang buruk , pondasi
dangkal juga tidak cocok untuk jenis tanah gambut, lapisan tanah muda dan jenis tanah
deposito aluvial, dll.

Apabila kedalaman alas pondasi (Df) dibagi lebar terkecil alas pondasi (B) kurang dari 4, (Df/B
< 4) dan apabila letak tanah baik (kapasitas dukung ijin tanah > 2,0 kg/cm2) relatif dangkal
(0,6-2,0 m) maka digunakan pondasi ini. Pondasi dangkal juga digunakan bila bangunan yang
berada di atasnya tidak terlalu besar. Rumah sederhana misalnya. Pondasi ini juga bisa dipakai
untuk bangunan umum lainnya yang berada di atas tanah yang keras.
Yang termasuk pondasi dangkal adalah sebagai berikut :

a. Pondasi Tapak ( Pad Foundaions )


Pondasi tapak (pad foundations) digunakan
untuk mendukung beban titik individual
seperti kolom struktural. Pondasi pad ini
dapat dibuat dalam bentuk bukatan
(melingkar), persegi atau rectangular. Jenis
pondasi ini biasanya terdiri dari lapisan beton
bertulang dengan ketebalan yang seragam,
tetapi pondasi pad dapat juga dibuat dalam
bentuk bertingkat atau haunched jika pondasi
ini dibutuhkan untuk menyebarkan beban
dari kolom berat. Pondasi tapak disamping diterapkan dalam pondasi dangkal dapat juga
digunakan untuk pondasi dalam.

b. Pondasi Jalur atau Pondasi Memanjang ( Strip Foundations )


Pondasi jalur/ pondasi memanjang (kadang
disebut juga pondasi menerus) adalah jenis
pondasi yangdigunakan untuk mendukung
beban memanjang atau beban garis,
baik untuk mendukung beban dinding atau
beban kolom dimana penempatan
kolom dalam jarak yang dekat dan
fungsional kolom tidak terlalu mendukung
beban berat sehingga pondasi tapak tidak
terlalu dibutuhkan. Pondasi jalur/ pondasi
memanjang biasanya dapat dibuat dalam
bentuk memanjang dengan potongan persegi
ataupun trapesium. Bisanya digunakan untuk
pondasi dinding maupun kolom praktis. Bahan untuk pondasi ini dapat menggunakan pasangan
patu pecah, batu kali, cor beton tanpa tulangan dan dapat juga menggunakan pasangan batu
bata dengan catatan tidak mendukung beban struktural.

c. Pondasi Tikar ( Raft Foundations )


Pondasi tikar/ pondasi raft digunakan
untuk menyebarkan beban dari struktur
atas area yang luas, biasanya dibuat
untuk seluruh area struktur. Pondasi raft
digunakan ketika beban kolom atau
beban struktural lainnya berdekatan dan pondasi pada saling berinteraksi. Pondasi
raft biasanya terdiri dari pelat beton bertulang yang membentang pada luasan yang ditentukan.
Pondasi raft memiliki keunggulan mengurangi penurunan setempat dimana plat beton akan
mengimbangi gerakan diferensial antara posisi beban. Pondasi raft sering dipergunakan pada
tanah lunak atau longgar dengan kapasitas daya tahan rendah karena pondasi radft dapat
menyebarkan beban di area yang lebih besar.

d. Pondasi Rakit
Pondasi rakit adalah plat beton besar yang
digunakan untuk mengantar permukaan dari
satu atau lebih kolom di dalam beberapa garis/
beberapa jalur dengan tanah. Digunakan di
tanah lunak atau susunan jarak kolomnya
sangat dekat di semua arahnya, bila memakai
telapak, sisinya berhimpit satu sama lain.

e. Pondasi Sumuran
Pondasi sumuran atau cyclop
beton menggunakan beton berdiameter 60 –
80 cm dengan kedalaman 1 – 2 meter. Di
dalamnya dicor beton yang kemudian
dicampur dengan batu kali dan sedikit
pembesian dibagian atasnya. Pondasi ini
kurang populer sebab banyak
kekurangannya, diantaranya boros adukan
beton dan untuk ukuran sloof haruslah besar.
Hal tersebut membuat pondasi ini kurang
diminati. Pondasi sumuran dipakai untuk
tanah yang labil, dengan sigma lebih kecil
dari 1,50 kg/cm2. Seperti bekas tanah timbunan sampah, lokasi tanah yang berlumpur. Pada
bagian atas pondasi yang mendekati sloof, diberi pembesian untuk mengikat sloof.

f. Pondasi Umpak
Pondasi ini diletakan diatas tanah yang telah
padat atau keras. Sistem dan jenis pondasi ini
sampai sekarang terkadang masih digunakan,
tetapi ditopang oleh pondasi batu kali yang
berada di dalam tanah dan sloof sebagai
pengikat struktur, serta angkur yang masuk
kedalam as umpak kayu atau umpak batu dari
bagian bawah umpaknya atau tiangnya.
Pondasi ini membentuk rigitifitas struktur
yang dilunakkan, sehingga sistim membuat bangunan dapat menyelaraskan goyangan
goyangan yang terjadi pada permukaan tanah, sehingga bangunan tidak akan patah pada tiang-
tiangnya jika terjadi gempa.

g. Pondasi Plat Beton Lajur


Pondasi plat beton lajur adalah pondasi yang
digunakan untuk mendukung sederetan kolom
Pondasi plat beton lajur sangat kuat, sebab
seluruhnya terdiri dari beton bertulang dan
harganya lebih murah dibandingkan dengan
pondasi batu kali. Ukuran lebar pondasi lajur
ini sama dengan lebar bawah dari pondasi batu
kali, yaitu 70 Cm. Sebab fungsi pondasi plat
beton lajur adalah pengganti pondasi batu kali.
berjarak dekat dengan telapak, sisinya
berhimpit satu sama lain.

2. Pondasi Dalam
Pondasi dalam adalah pondasi yang didirikan permukaan tanah dengan kedalam
tertentu dimana daya dukung dasar pondasi dipengaruhi oleh beban struktural dan kondisi
permukaan tanah, pondasi dalam biasanya dipasang pada kedalaman lebih dari 3 m di bawah
elevasi permukaan tanah. Pondasi dalam dapat dijumpai dalam bentuk pondasi tiang
pancang, dinding pancang dan caissons atau pondasi kompensasi.

Pondasi dalam dapat digunakan untuk mentransfer beban ke lapisan yang lebih dalam untuk
mencapai kedalam yang tertentu sampai didapat jenis tanah yang mendukung daya beban
strutur bangunan sehingga jenis tanah yang tidak cocok di dekat permukaan tanah dapat
dihindari.

Apabila lapisan atas berupa tanah lunak dan terdapat lapisan tanah yang keras yang dalam
maka dibuat pondasi tiang pancang yang dimasukkan ke dalam sehingga mencapai tanah keras
(Df/B >10 m ), tiang-tiang tersebut disatukan oleh poer/pile cap. Pondasi ini juga dipakai pada
bangunan dengan bentangan yang cukup lebar (jarak antar kolom 6m) dan bangunan
bertingkat.

Jenis – jenis pondasi dalam adalah sebagai berikut :

a. Pondasi Tiang Pancang


Pada dasarnya sama dengan bore pile, hanya saja yang membedakan bahan dasarnya. Tiang
pancang menggunakan beton jadi yang langsung ditancapkan langsung ketanah dengan
menggunakan mesin pemancang. Karena ujung tiang pancang lancip menyerupai paku, oleh
karena itu tiang pancang tidak memerlukan proses pengeboran. Pondasi tiang pancang
dipergunakan pada tanah-tanah lembek, tanah berawa, dengan kondisi daya dukung tanah
(sigma tanah) kecil, kondisi air tanah tinggi
dan tanah keras pada posisi sangat dalam.
Bahan untuk pondasi tiang pancang adalah :
bamboo, kayu besi/ kayu ulin, baja, dan beton
bertulang.

b. Pondasi Piers ( Dinding diafragma )


Pondasi piers adalah pondasi untuk meneruskan
beban berat struktural yang dibuat dengan
cara melakukan penggalian dalam, kemudian
struktur pondasi pier dipasangkan kedalam galian
tersebut. Satu keuntungan pondasi pier adalah
bahwa pondasi jenis ini lebih murah dibandingkan
dengan membangun pondasi dengan jenis pondasi
menerus, hanya kerugian yang dialami adalah jika
lempengan pondasi yang sudah dibuat mengalami
kekurangan ukuran maka kekuatan jenis pondasi
tidak menjadi normal. Pondasi pier standar dapat
dibuat dari beton bertulang pre cast. Karena itu,
aturan perencanaan pondasi pier terhadap balok
beton diafragman adalah mengikuti setiap ukuran
ketinggian pondasi yang direncanakan. Pondasi
pier dapat divisualisasikan sebagai bentuk
tabel , struktur adalah sistem kolom vertikal yang terbuat dari beton bertulang ditempatkan di
bawah bangunan yang ditanamkan dibawah tanah yang sudah digali. Lempengan beton
diafragma ini mentransfer beban bangunan terhadap tanah. Balok dibangun di atas dinding
diafragma vertikal (pondasi pier) yang menahan dinding rumah atau struktur. Banyak
rumah didukung sepenuhnya dengan jenis pondasi ini, dimana beton yang dipasang juga
berguna sebagai dinding pada ruang bawah tanah, dimana ruang tersebut digunakan sebagai
gudang penyimpanan atau taman. Beton pondasi pier biasanya dibuat dalam bentuk pre cast
dalam berbagai ukuran dan bentuk, dimana sering dijumpai dalam bentuk persegi memanjang
dengan ketinggian sesuai dengan ukuran kedalaman yang diperlukan. Tapi beton dapat juga
dibuat dalam bentuk bulatan. Setelah beton bertulang cukup kering kemudian di masukkan ke
dalam tanah yang sudah digali dan disusun secara bersambungan. Setelah tersusun dengan
baik kemudian baru dilanjutkan dengan konstruksi diatasnya.

c. Pondasi Caissons ( Bor Pile )


Pondasi bor pile adalah bentuk pondasi dalam yang dibangun di dalam permukaan
tanah, pondasi di tempatkan sampai ke dalaman yang dibutuhkan dengan cara membuat lobang
dengan sistim pengeboran atau pengerukan tanah. Setelah kedalaman sudah didapatkan
kemudian pondasi pile dilakukan
dengan pengecoran beton bertulang
terhadap lobang yang sudah di bor.
Sistem pengeboran dapat dilakukan
dalam berbagai jenis baik sistem
manual maupun sistem
hidrolik. Besar diameter dan
kedalaman galian dan juga sistim
penulangan beton bertulang didesain berdasarkan daya dukung tanah dan beban yang akan
dipikul. Fungsional pondasi ini juga hampir sama pondasi pile yang mana juga ditujukan
untuk menahan beban struktur melawan gaya angkat dan juga membantu struktur dalam
melawan kekuatan gaya lateral dan gaya guling.

Anda mungkin juga menyukai