Anda di halaman 1dari 14

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

2.1. Tinjauan Pustaka

Struktur bangunan terdiri dari struktur bawah dan struktur atas. Struktur bawah yaitu

pondasi dan struktur atas yaitu dari sloof sampai atap. Konstruksi atap adalah bagian paling atas

dari suatu bangunan, permasalahan konstruksi atap tergantung pada luasnya ruang yang harus

dilindungi, bentuk dan konstruksi yang dipilih, dan lapisan penutupnya.

Struktur atap ada tiga bagian ,yaitu kuda-kuda, rangka atap, dan penutup atap. Pengaruh

lingkungan luar terhadap atap menentukan pilihan bahan yang digunakan. Pengaruh luar

umumnya suhu ( sinar matahari ), cuaca ( air hujan dan kelembaban udara), serta keamanan

terhadap kebakaran (petir dan bunga api) sehingga atap harus memenuhi kebutuhan terhadap

keamanan dan kenyamanan.

Setiap susunan rangka batang struktur atap haruslah merupakan satu kesatuan bentuk

yang kokoh yang nantinya mampu memikul beban yang bekerja padanya tanpa mengalami

perubahan. (Wicaksono, 2011)

Dalam pembuatan konstruksi atap harus memperhatikan syarat-syarat yang diberlakukan

untuk konstruksi atap. Adapun syarat-syaratnya antara lain sebagai berikut :

1. Konstruksi atap harus kuat menahan berat sendiri dan tahan terhadap beban-beban yang

bekerja padanya.

2. Pemilihan bentuk atap yang sesuai sehingga menambah keindahan serta kenyamanan bagi

penghuninya.

3. Bahan penutup atap harus sesuai dengan fungsi bangunan tersebut, dan tahan terhadap

pengaruh cuaca.
4. Sesuai dengan ciri khas arsitektur tradisional bangunan sekitar.

5. Kemiringan atau sudut atap harus sesuai dengan jenis bahan penutupnya. Makin rapat jenis

bahan penutupnya, maka kemiringannya dapat dibuat lebih landai, seperti bahan dari seng,

kaca, asbes dan lain –lainnya.

Setelah syarat-syarat pembuatan konstruksi atap diketahui, untuk tindakan

selanjutnya yakni harus mengetahui kriteria pemilihan jenis penutup atap. Jenis penutup atap

merupakan faktor yang sangat mempengaruhi keserasian atap. Dalam pemilihan jenis penutup

atap ada beberapa kriteria antara alain sebagai berikut :

1. Tinjauan terhadap iklim setempat

2. Bentuk keserasian atap

3. Fungsi dari bangunan tersebut

4. Bahan penutup atap mudah diperoleh

5. Dana yang tersedia

Selain syarat-syarat pembuatan konstruksi atap di atas, ada juga syarat yang lebih

sederhana untuk diketahui yakni syarat umum pembuatan konstruksi atap sebagai berikut :

1. Bahan bersifat isolasi terhadap panas, dingin dan bunyi.

2. Rapat terhadap air hujan dan tidak tembus air.

3. Tidak mengalami perubahan bentuk akibat pergantian cuaca

4. Tidak terlalu banyak memerlukan perawatan khusus.

5. Tidak mudah terbakar.

6. Bobot ringan dan mempunyai kedudukan yang mantap setelah dipasang.

7. Awet.
Saat ini ada berbagai jenis bahan penutup atap yaitu, atap sirap, genteng tanah liat

tradisional, genteng keramik, genteng beton, atap seng, atap dek beton, genteng metal, dan

polycarbonate. Dari jenis penutup atap turut menentukan desain struktur atap. Pada penelitian ini

menggunakan atap jenis genteng keramik dengan bahan dasar berasal dari tanah liat. Namun

genteng ini telah mengalami proses finishing yaitu lapisan glazur pada permukaannya. Lapisan

ini dapat diberi warna yang beragam dan melindungi genteng dari lumut, umurnya bisa 20 – 50

tahun. Aplikasinya sangat cocok untuk hunian modern di perkotaan. (Wicaksono, 2011)

2.1.1. Konstruksi Rangka Atap Kayu

Kayu sampai saat ini masih banyak dicari dan dibutuhkan orang. Pilihan atas suatu bahan

bangunan tergantung dari sifat-sifat teknis, ekonomis dan dari keindahan. Jika pemilihan kayu

sebagai bahan bangunan maka perlu diketahui sifat-sifat kayu, dalam hal ini kayu akan

digunakan sebagai material pembuatan kuda-kuda konstruksi atap. Konstruksi atap rangka kayu

adalah suatu konstruksi yang berfungsi sebagai penahan beban penutup atap, yang melindungi

penghuni rumah dari panas matahari, angin dan air hujan, yang strukturnya terbuat dan rangka

kayu. Kayu merupakan sumber kekayaan alam yang tidak akan habis, apabila dikelola dengan

cara yang baik. Kayu memiliki sifat elastis, ulet, mempunyai ketahanan pembebanan yang tegak

lurus dengan seratnya atau sejajar seratnya dan lain-lain. Secara alami, kayu sudah mempunyai

keawetan sendiri- sendiri, yang berbeda untuk jenis kayu.

Dari segi manfaatnya bagi kehidupan manusia, kayu dinilai mempunyai sifat-sifat umum,

yaitu sifat yang menyebabkan kayu selalu dibutuhkan. Sifat-sifat utama tersebut ialah kayu

merupakan sumber kekayaan alam bisa digunakan sebagai bahan baku untuk konstruksi atap.

Kayu merupakan bahan mentah yang mudah diproses untuk dijadikan barang lain. Dengan

kemajuan teknologi, kayu sebagai bahan mentah mudah diproses menjadi barang lain kayu tidak
mempunyai sifat-sifat spesifik yang tidak bisa ditiru oleh bahan-bahan lain.misalnya kayu

mempunyai sifat elastis, ulet, mempunyai ketahanan terhadap pembebanan yang tegak lurus

dengan seratnya atau sejajar seratnya dan masih ada sifat-sifat lain lagi. Sifat-sifat seperti ini

tidak dipunyai oleh bahan–bahan baja, beton, atau bahan-bahan lain yang bisa dibuat oleh

manusia. (Iswanto, 2007)

Konstruksi atap kayu mempunyai kelebihan, meskipun ada juga kelemahannya. Sifat-

sifat yang menguntungkan itu ialah :

- Bobotnya yang ringan, sehingga menentukan beban pada konstruksi atap.

- Kekuatannya terhadap gaya tarik, gaya tekan dan momen lengkung.

- Harganya yang hemat dan murah, kemungkinan mendapatkan dan mengangkutnya dengan

cepat.

- Ringan dan sekaligus tepatnya dalam pengerjaan dengan mesin dan alat sederhana.

- Dalam beberapa keadaan, kelemahan kayu sebagai bahan bangunan antara lain mudahnya

terbakar, Kecenderungannya berubah bentuk (mengembang, menyusut, melengkung, dan retak

retak karena pengeringan), Mudah terkena pembusukan dan serangan hama.

Tetapi di samping itu sudah didapat cara dan jalan mengurangi dan mengatasi kekurangan /

kelemahan ini memalui perawatan dan pengerjaan kayu secara khusus.

Di indonesia ada lima kelas awet, yaitu: kelas awet I (sangat baik), kelas II (baik), kelas

III (cukup), IV ( kurang), dan kelas V (jelek). Kekuatan kayu ditentukan oleh berat jenis kayu

dan mutu kayu tersebut. Mutu kayu dibedakan dalam dua macam yaitu mutu A dan mutu B,

sedangkan kekuatan kayu digolongkan dalam kelas kuat I, II, III, IV, dan V ( PKKI 1961).

Tegangan-tegangan ijin kayu mutu A dapat dihitung dengan rumus seperti terdapat pada daftar

IIb PKKI 1961, sebagai berikut:


σ 170. g kg/cm
σ // σ // 150. g kg/cm
σ 40. g kg/cm
// 20. g kg/cm

Dengan g = berat jenis kayu.

Untuk kayu mutu B rumus tersebut di atas diberi faktor reduksi sebesar 0,75.

Dari PKKI 1961 kayu kruing di golongkan pada kelas kuat I – II dengan berat jenis

kering udara rata-rata 0,79 gr/cm3. Untuk kayu glugu ( kayu kelapa ) di golongkan pada kelas

3
kuat II – IV dengan berat jenis kering udara rata-rata 0,5 gr/cm .

Pada bagian struktur atap ada beberapa elemen sebagai berikut:

Gambar 2.1. konstruksi rangka atap kayu

Kuda-kuda berfungsi sebagai penopang yang menyalurkan gaya tekan, sedangkan balok

dasar pada kuda - kuda yang berfungsi sebagai penahan dasar gaya tarik, serta tiang tengah

(ander) yang mendukung balok bubungan (molo) dan menerima gaya tekan.

Gording berfungsi sebagai penyangga usuk tenletak pada kuda penopang dibutuhkan jika

jarak antara bantalan dan bubungan> 2 m.


Usuk berfungsi sebagai penyangga reng. balok reng melintang di atas balok dinding

(bantalan), gording, dan bubungan serta. Ujung bawah kasau diteruskan menonjol pada dinding

rumah ke luar, membentuk lebar tritisan yang dikehendaki.

Reng berfungsi sebagai tempat menempatkan posisi genteng. Jarak dari reng tergantung

penggunaan jenis penutup atapnya.

Ring balok diletakkan di bagian puncak dinding dan berfungsi sebagai pendukung balok

kuda-kuda.

Adapun nama –nama bagian dari atap yaitu, bubungan ialah sisi atap yang teratas. Selalu

dalam kedudukan datar kebanyakan juga menentukan arah bangunan.

Tiris atap atau bagian atap terbawah atau lisplang, menentukan sisi atap yang datar. Garis

penahan atap, pada tambahan kasau miring atau pada atap Mansard, garis pertemuan antara dua

bidang atap yang berbeda kemiringannya. Harus sejajar dengan garis atap tiris atap.

Jurai luar, ialah bagian yang tajam pada atap, berjalan dari garis tipis atap sampai

bubungan, pada pertemuan dua bidang atap sudut bangunan ke luar.

Jurai dalam, ialah bagian yang tajam pada atap, juga berjalan dari garis tipis atap sampai

bubungan, pada pertemuan dua bidang atap pada sudut bangunan ke dalam.

Titik pertemuan jurai dan bubungan, tempat bertemunya tiga bidang atap atau lebih.

Bubungan penghubung miring, garis jurai pada bidang-bidang atap yang bertemu. Terjadi

pada bangunan, yang tinggi bubungannya berbeda letaknya. Menghubungkan dua titik

pertemuan jurai dan bubungan. (Frick, 1982)

2.1.2. Konstruksi Rangka Atap Baja Ringan

Pada struktur rangka atap baja ringan tidak jauh berbeda dengan struktur rangka atap

kayu. Baja ini terbuat dari baja lapis zincalume dengan kandungan aliminium, zinc, dan silikon.
Baja cold-formed atau cold-rolled (canai dingin) atau light-gage atau baja ringan adalah

komponen struktur baja dari lembaran atau pelat baja dengan proses pengerjaan dingin. Baja

2
ringan memiliki derajat kekuatan tarik yang tinggi yaitu sekitar 550 Mpa (5500 kg/m ). Baja

ringan zincalume memiliki kandungan aluminium 55%, zinc 43,5%, dan silicon 1,5%. Baja

ringan zincalume 5 kali lebih kuat dari baja galvanis dan 40% lebih kuat dari mild steel, baja

ringan zincalume juga tahan dari karat atau korosi. (Smartruss, 2011)

Berikut kelebihan dan kekurangan rangka atap baja ringan sebagai berikut :

Kelebihan :

• Karena bobotnya yang ringan maka dibandingkan kayu atau baja konvensional, beban yang

harus ditanggung oleh struktur di bawahnya jauh lebih rendah sehingga dapat mengurangi

struktur pondasi, kolom dan balok.

• Baja ringan bersifat tidak membesarkan api (non-combustible).

• Anti Rayap, tidak bisa dimakan rayap.

• Pemasangannya relatif lebih cepat apabila dibandingkan rangka kayu dan baja konvensional.

• Pada baja ringan tidak terjadi muai dan susut, jadi tidak berubah karena panas dan dingin.

Kekurangan :

• Kerangka atap baja ringan tidak bisa diekspos seperti rangka kayu, sistem rangkanya yang

berbentuk jaring kurang menarik bila tanpa penutup plafon.

• Karena strukturnya yang seperti jaring ini maka bila ada salah satu bagian struktur yang

salah hitung ia akan menyeret bagian lainnya maksudnya jika salah satu bagian kurang

memenuhi syarat keamanan, maka kegagalan bisa terjadi secara keseluruhan.

• Rangka atap baja ringan tidak sefleksibel kayu yang dapat dipotong dan dibentuk berbagai

profil.
SNI 03-1729-2002 atau Tata Cara Perencanaan Struktur Baja untuk Bangunan Gedung

adalah acuan terbaru perencanaan konstruksi baja Indonesia dan setara dengan peraturan AISC

(American Institute of Steel Construction). Meskipun demikian aplikasinya terbatas pada profil

baja canai panas (hot-rolled) yang umumnya cocok dipakai pada konstruksi berat. Pada sisi lain

ada juga profil baja canai dingin (cold-formed) yang banyak digunakan pada konstruksi ringan.

Bagaimanapun juga perilaku baja canal dingin berbeda dengan baja canal panas sehingga

perencanaannyapun berbeda.

Rangka atap baja ringan merupakan sistem struktur yang berfungsi untuk

menopang/menyangga penutup atap, dengan elemen-elemen pokok yang terdiri dari: kuda-kuda

(truss), dan reng (roof batten). Truss merupakan struktur rangka batang (kuda-kuda) sebagai

penyangga utama rangka atap, yang terdiri dan batang utama luar (chords) dan batang dalam

(webs), dan yang berfungsi untuk menahan gaya aksial (tarik dan tekan), maupun momen lentur.

Berikut gambar salah satu contoh struktur kuda-kuda baja ringan:

Gambar 2. 2. Kuda-kuda baja ringan/truss

- Apex merupakan ujung tertinggi dari truss.

- Panel joint merupakan titik pertemuan rangka batang truss menjadi satu.

- Top cord merupakan batang utama atas dari truss.


- Web merupakan batang bagian dalam dari truss. Biasanya hanya menerima beban aksial.

- Bottom cord merupakan batang utama bawah dari truss.

- Bearing merupakan titik atau ujung dimana posisi perletakan dari truss berada. Titik

perletakan truss harus dua atau lebih yang berada di panel points.

- Heel Point merupakan posisi/titik pada truss dimana batang utama bawah bertemu batang

utama atas.

- Overhang yaitu perpanjangan dari batang utama atas, melebihi dari perletakan truss.

- Bentang bersih merupakan jarak horisontal antara bagian dalam dari perletakan truss.

- Sudut yaitu kemiringan atap (dalam derajat).

Berdasakan bentuk geometrinya, kuda-kuda (truss) baja ringan dapat dibedakan 3 yaitu:

- Kuda-kuda utuh ( standard truss ) merupakan kuda-kuda berbentuk segitiga utuh, kuda-kuda

jenis ini dapat digunaka pada atap pelana, maupun bagian tengah dan atap limasan,

- Kuda-kua terpancung (truncated truss), merupakan kuda-kuda berbentuk segitiga terpancung,

- Saddle truss, merupakan kuda-kuda berbentuk segitiga kecil, yang berfungsi untuk menyatukan

dua bidang atap pada rencana atap bangunan yang berbentuk Lesser L.

Di pasaran Indonesia beredar Profil baja ringan yang di bedakan menjadi dua, yaitu :

Profil C, ketebalan 0,75 mm dan 1 mm, digunakan pada pabrikasi kuda-kuda (truss). Dan Profil

U dengan ketebalan antara 0,4 mm sampai 0,7 mm (idealnya 0,55 mm), yang biasa digunakan

sebagai reng (Topspan). Berat struktur baja ringan ±6-9 kg/m2. (Wicaksono, 2011)
Gambar 2. 3. Profil C dan profil U

Standarisasi lebar maksimal tiap produsen konstruksi atap baja ringan berbeda-beda,

tergantung hasil desain mereka. (Wicaksono, 2011)

Pada struktur atap baja ringan, perakitannya dilakukan fabrikasi di lokasi proyek untuk

menghindari salah konstruksi / tidak perlu merubah mengurangi ring balok bangunan yang ada.

Untuk sambungan pada struktur rangka baja ringan menggunakan baut (screw) khusus , yang

terbuat dan baja mutu tinggi, dan telah dilengkapi lapisan anti karat (coating), seperti halnya

elemen-eleman struktur ringan yang digunakan. Biasanya spesifikasi baut yang memenuhi

persyaratan untuk digunakan pada struktur rangka atap baja ringan adalah Jenis baut yang

digunakan untuk kuda-kuda (truss) 12- 14×20 HEX dan baut untuk digunakan untuk

menyambung reng 10- 16×26 HEX.

Gambar 2. 4. Screw 12- 14×20 HEX

Dalam satu sambungan (joint) konstruksi atap baja ringan, jumlah screw atau baut

minimal 2 buah. Namun demikian biasanya satu sambungan minimal berisi 3 titik baut dengan

maksud agar apabila terjadi kegagalan di satu baut, maka masih dapat dibebankan ke baut yang

lain. Jumlah baut disatu sambungan ditentukan oleh hasil desain berdasarkan kapasitas beban

yang mampu ditanggung setiap baut. (Smartruss, 2011)


Ketentuan dalam pemasangan baut khusus ini perlu diperhatikan, guna menghindari

kerusakan pada masa beban rencana dikerjakan, yaitu sebagai berikut:

1. Jarak antara baut, yang terletak di ujung sambungan (paling tepi) dengan ujung batang yang

disambung, minimal 2 kali diameter baut yang digunakan.

2. Jarak antara baut satu dengan baut yang lainnya, minimal 3 kali diameter baut yang

digunakan.

3. Pemasangan baut harus menggunakan alat screw-driver, berkecepatan 2000 rpm hingga 2500

rpm, dengan posisi tegak lurus bidang sambungan, dan alat harus segera dihentikan ketika

baut telah cukup kencang.

4. Baut tidak diletakkan segaris dengan garis kerja atau garis berat elemen batang, melainkan

ditempatkan di bagian tepi, dengan posisi yang diusahakan simetris, dan membagi sama

besar pada sudut-sudut pertemuan antar elemen.

Pada sambungan kuda-kuda ke balok digunakan dynabolt yang dipasang pada balok yang

dibor sesuai ukuran dynabolt yang digunakan. Cara kerja dynabolt ialah setelah dynabolt

dimasukan ke beton, baut dikencangkan sehingga menarik batang dynabolt dan bagian sayap

akan mencengkram kuat ke beton.

Proses pemasangan konstruksi baja ringan untuk pabrikasi dibedakan melalui proses pre-

pabrikasi (produksi di workshop) dan proses produksi di lapangan. Pre-pabrikasi mempunyai

keunggulan sistem pengawasan yang baik tetapi mempunyai kelemahan disistem pengangkutan

material. Sistem yang lainnya yaitu sistem produksi dilapangan. Sistem ini memerlukan sistem

pengawasan yang lebih ketat agar tidak terjadi kesalahn produksi oleh tukang. Pengiriman

material berupa batangan baja juga lebih mudah bilamana jumlah materialnya cukup banyak.
Harus diperhatikan bahwa lokasi yang diperlukan untuk produksi harus cukup luas dan datar

agar didapatkan hasil produksi yang maksimal.

Untuk proses produksi biasanya memerlukan waktu kurang dari 2 hari. Sedangkan untuk

2
proses intalasi dibutuhkan kurang lebih 6 hari untuk luasan bangunan kurang dari 200 m . Lama

pekerjaan juga dipengaruhi oleh tingkat kesulitan desain, cuaca, dan kondisi lapangan. Total

proses produksi dan instalasi berkisar antara 8-14 hari apabila tidak ada hambatan yang berarti di

lapangan. (Wicaksono, 2011)

2.2. Landasan Teori

2.2.1. Pekerjaan atap dari kayu

Untuk besarnya biaya pada pekerjaan atap dari kayu dapat diketahui melalui beberapa

tahap yaitu, mengetahui volume atau kubikasi pekerjaan, harga satuan pekerjaan, dan anggaran

biaya suatu pekerjaan.

Uraian volume pekerjaan ialah menguraikan secara rinci besar volume atau kubikasi

suatu pekerjaan sesuai dengan gambar bestek dan gambar detail. (Ibrahim, 2009)

Perhitungan harga satuan pekerjaan untuk pekerjaan atap dari material kayu

menggunakan ketentuan dari Standar Nasional Indonesia (SNI) tentang tata cara perhitungan

harga satuan pekerjaan kayu untuk konstruksi bangunan gedung dan perumahan ( SNI-3434-

2008 ).

Harga satuan pekerjaan untuk pekerjaan atap dari kayu dengan ketentuan dari SNI-3434-

2008 sebagai berikut :

Tabel 2.1. Memasang 1 m3 konstruksi kuda-kuda konvensional, kayu kelas I, II dan III bentang
6 meter
Kebutuhan Satuan Indeks
Bahan Balok kayu m3 1,100
Besi strip tebal 5 mm Kg 15,000
Paku 12 cm Kg 5,600
Tenaga kerja Pekerja OH 4,000
Tukang kayu OH 12,000
Kepala tukang OH 1,200
Mandor OH 0,200
Sumber : SNI-3434-2008

3
Tabel 2.2. Memasang 1 m konstruksi konstruksi gordeng, kayu kelas II
Kebutuhan Satuan Indeks
Bahan Balok kayu m3 1,100
Besi strip tebal 5 mm Kg 15,000
Paku 12 cm Kg 3,000
Pekerja OH 2,400
Tenaga kerja Tukang kayu OH 7,200
Kepala tukang OH 0,720
Mandor OH 0,120
Sumber : SNI-3434-2008
2
Tabel 2.3. Memasang 1 m rangka atap genteng keramik, kayu kelas II

Kebutuhan Satuan Indeks


Bahan Kaso-kaso (5x7) cm m3 0,014
3
Reng (2x3) cm m 0,0036
Paku 5 cm dan 10 cm Kg 0,250
Pekerja OH 0,100
Tenaga kerja Tukang kayu OH 0,100
Kepala tukang OH 0,010
Mandor OH 0,005
Sumber : SNI-3434-2008

Anggaran biaya suatu pekerjaan ialah menghitung banyaknya biaya yang diperlukan

untuk bahan dan upah tenaga kerja berdasarkan analisis, serta biaya-biaya lain yang berhubungan

dengan pelaksanaan pekerjaan tersebut. Secara umum dapat disimpulkan sebagai berikut:
RAB = ∑ (volume x harga satuan pekerjaan)

2.2.2. Pekerjaan atap dari baja ringan

Harga ditentukan oleh berbagai macam faktor, seperti merek, desain atap, kualitas

material, lokasi proyek, dan volume pekerjaan. Dari sisi bisnis, harga produksi ditentukan oleh

factor seperti overhead, harga baja dunia, biaya promosi dan pemasaran, biaya sewa kantor, dan

biaya-biaya lain.

Sebagai panduan, harga yang ditawarkan bervariasi antara 120 – 180 ribu permeter

persegi miring. Apabila desain sederhana dan variable desain tidak rumit, harga dikisaran 120 –

140 ribu per meter persegi miring. Perlu diketahui bahwa standar harga konstruksi atap baja

ringan dihitung permeter persegi miring (luasan genteng). (Wicaksono, 2011)

Anda mungkin juga menyukai