Anda di halaman 1dari 42

TUGAS BESAR

KONSTRUKSI KAYU

“ANALISIS STRUKTUR RANGKA KUDA-KUDA KAYU”


Disusun untuk memenuhi persyaratan tugas besar mata kuliah
Konstruksi Kayu

Dosen Pengampu:
Chandra Afriade Siregar, S.T., M.T

Disusun Oleh:

Yayu Fitriyani 2112161099


Sifa Dewi Khairunnisa 2112161039
Tiani Novita Dewi 2112161021
Lia Dahlia 2112161146
Helmi Nurani 2112161101

UNIVERSITAS SANGGA BUANA YPKP


(YAYASAN PENDIDIKAN KEUANGAN DAN PERBANKAN)
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
2018
LEMBAR PENGESAHAN

TUGAS BESAR
KONSTRUKSI KAYU

Disusun Oleh:

Yayu Fitriyani 2112161099


Sifa Dewi Khairunnisa 2112161039
Tiani Novita Dewi 2112161021
Lia Dahlia 2112161146
Helmi Nurani 2112161101

Tugas ini telah diterima dan disahkan sebagai salah satu syarat kelulusan mata kuliah
Konstruksi Kayu di jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sangga Buana YPKP.

Disetujui Oleh:
Ketua Program Studi Teknik Sipil dan
Dosen Pengampu

Chandra Afriade Siregar, S.T., M.T.


NIK. 432.200.167
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur Penyusun panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat-Nya
yang dilimpahkan kepada Penyusun sehingga dapat menyelesaikan tugas besar ini. Shalawat
serta salam Penyusun panjatkan kepada junjungan Nabi besar Muhammad S.A.W dan
keluarganya, sahabatnya, serta pengikutnya sampai akhir zaman. Tugas besar yang Penyusun
bahas mengenai “Analisis Struktur Rangka Kuda-Kuda Kayu” yang merupakan tugas besar
mata kuliah Konstruksi Kayu. Penyusun menyadari bahwa dalam Penyusunan tugas besar ini
tidak sedikit masalah yang dihadapi, oleh karena itu Penyusun mengucapkan banyak
terimakasih kepada:
1. Dr. H. Asep Effendi, S.E., M.Si., PIA; selaku Rektor Universitas Sangga Buana
Yayasan Pendidikan Keuangan Dan Perbankan.
2. Dr. Ir. Bakhtiar Abu Bakar, M.T;selaku Dekan Fakultas Teknik.
3. Chandra Afriade Siregar, S.T., M.T; selaku Ketua Program Studi Teknik Sipil dan
Dosen Pembimbing yang telah memberikan judul untuk tugas besar ini.
4. Bapak/Ibu Dosen di Fakultas Teknik Sipil Universitas Sangga Buana yang telah
memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada Penyusun.
5. Bapak, Ibu dan seluruh keluarga tercinta atas dukungan do’a, waktu dan kasih
sayang yang tidak pernah putus.
6. Teman-teman yang Penyusun tidak bisa sebutkan satu persatu yang telah
memberikan semangat dan bantuan hingga bisa menyelesaikan tugas besar ini.
Oleh karena itu Penyusun banyak mengucapkan terimakasih kepada semua pihak
yang telah membantu dalam menyelesaikan tugas besar ini. Akhir kata, semoga tugas besar
ini dapat bermanfaat dan menambah khasanah cakrawala pemikiran bagi pembaca. Segala
hormat Penyusun sampaikan Terimakasih.

Bandung, Desember 2018

Penyusun

i
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN

KATA PENGANTAR ................................................................................................. i

DAFTAR ISI............................................................................................................... ii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. iv

DAFTAR TABEL ...................................................................................................... v

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ............................................................................................... 1

1.2 Maksud dan Tujuan........................................................................................ 1

1.3 Tujuan Umum ................................................................................................ 2

1.4 Tujuan Khusus ............................................................................................... 2

1.5 Batasan Masalah ............................................................................................ 2

1.6 Sistematika Penyusunan................................................................................. 2

BAB 2. STUDI PUSTAKA

2.1 Pengertian Umum .......................................................................................... 4

2.1.1 Sifat Utama Kayu ...................................................................................... 5

2.2 Sifat – Sifat Kayu ........................................................................................... 6

2.2.1 Sifat Higroskopik Kayu ............................................................................ 6

2.2.2 Sifat Mekanis Kayu................................................................................... 6

2.2.3 Sifat Fisik Kayu ........................................................................................ 7

2.2.4 Tingkat Kekuatan Kayu ............................................................................ 7

2.3 Kelebihan dan Kekurangan Kayu .................................................................. 9

2.3.1 Kelebihan Kayu ........................................................................................ 9

2.3.2 Kekurangan Kayu ..................................................................................... 9

2.4 Pengertian Kuda – Kuda Kayu ...................................................................... 9

2.5 Bagian – Bagian Dari Kuda – Kuda Kayu ................................................... 10

BAB 3. METODOLOGI

ii
3.1 Tinjauan Umum ........................................................................................... 20

3.2 Analisis dan Pengolahan Data ..................................................................... 21

3.3 Bagan Alir Tugas Besar ............................................................................... 21

BAB 4. PEMBAHASAN

4.1 Bentuk Struktur ............................................................................................ 22

4.2 Analisa Rangka Kuda-Kuda Kayu ............................................................... 22

4.2.1 Reaksi Perletakan .................................................................................... 22

4.2.2 Analisis Gaya Batang .............................................................................. 23

4.2.3 Analisis Batang Struktur ......................................................................... 25

4.3 Realisasi Rangka Kuda-Kuda Kayu............................................................. 29

BAB 5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan .................................................................................................. 32

5.2 Saran ............................................................................................................ 34

DAFTAR PUSTAKA

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1Penampang Kayu ....................................................................................... 5


Gambar 2. 2 Batang Tarik ............................................................................................ 10
Gambar 2. 3Batang Tekan ........................................................................................... 11
Gambar 2. 4 Nlai Panjang Tekuk ................................................................................. 13
Gambar 2. 5 Geometrik Kolom Berspasi ..................................................................... 15
Gambar 2. 6 Balok Lentur ........................................................................................... 18

Gambar 4. 1 Bentuk struktur kuda-kuda kayu ............................................................. 22


Gambar 4. 2 Sambungan Kuda-Kuda Kayu ................................................................ 31

iv
DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1 Kelas Kuat Kayu ........................................................................................... 7


Tabel 2. 2 Kelas Awet Kayu .......................................................................................... 8

Tabel 4. 1 Perhitungan perletakan batang dan dimensi kayu ...................................... 29

Tabel 5. 1 Perhitungan perletakan batang dan dimensi kayu ....................................... 34

v
BAB 1.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bangunan bukan hanya merupakan sebuah benda yang dapat dipamerkan oleh
pemiliknya, tapi juga merupakan tempat bernaung, berteduh dan beraktivitas. Terlebih lagi
sebagian besar aktivitas sehari-hari kita lakukan dalam ruangan. Dengn pentingnya ruangan
sebagai bagian dari bangunan itu sendiri maka pantaslah kita harus teliti dalam memilih
material dan bahan bangunan yang baik dan sesuai dengan kondisi iklim dimana bangunan
itu akan berdiri. Kayu merupakan salah satu bahan bangunan yang berasal dari alam dan
sangat sering digunakan.
Dalam kehidupan kita sehari-hari, kayu merupakan bahan yang sangat sering
dipergunakan untuk tujuan penggunaan tertentu. Terkadang sebagai barang tertentu kayu
tidak dapat digantikan dengan bahan lain karena sifat khasnya. Kita sebagai pengguna dari
kayu yang setiap jenisnya mempunyai sifat-sifat yang berbeda, perlu mengenal sifat-sifat
kayu tersebut sehingga dalam pemilihan atau penentuan jenis untuk tujuan penggunaan
tertentu harus betul-betul sesuai dengan yang kita inginkan.
Selain itu kayu juga merupakan hasil hutan yang mudah di proses untuk dijadikan
barang sesuai dengan kemajuan tekhnologi. Kayu memiliki beberapa sifat yang tidak dapat
ditiru oleh bahan-bahan lain. Pemilihan dan penggunaan kayu untuk suatu tujuan pemakaian.
Mengetahui sifat-sifat kayu ini sangat penting sekali dalam industry pengolahan kayu sebab
dari pengetahuan sifat tersebut tidak saja dapat dipilih jenis kayu yang tepat serta macam
penggunaan yang memungkinkan, akakn tetapi juga dapat dipilih kemungkinan penggantian
oleh jenis kayu lainya apabila jenis yang bersangkutan sulit didapat secara kontinyu atau
terlalu mahal.
Selanjutnya akan dibahas mengenai sifat kayu, keuntungan dan kelemahannya serta cara
penggunaan atau sambungannya
1.2 Maksud dan Tujuan
Maksud dari penyusunan laporan tugas besar ini adalah untuk pengembangan
pemahaman Penyusun mengenai tahapan / tata cara / metode pelaksanaan penggunaan bahan
kayu terhadap konstruksi kuda kuda serta analisisnya. Selain itu, laporan tugas besar ini juga
Penyusun susun untuk memenuhi salah satu persyaratan kelulusan Mata Kuliah Konstruksi
Kayu.

1
Adapun tujuan dari Penyusunan laporan tugas besar ini Penyusun bagi menjadi 2
bagian, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus.

1.3 Tujuan Umum


Mampu mengetahui, mengidentifikasi serta dapat menjelaskan struktur penampang
kayu, sifat – sifat, klasifikasi dengan tegangan ijin kayu, perhitungan tehadap kekuatan
sambungan dengan alat sambung baut, paku, pasak, dan alat sambung modern lainnya, jenis
sambungan gigi, serta mampu melakukan Perhitungan kapasitas kekuatan kayu sebagai balok
desak, Tarik, lentur atau kombinasi dan mengimplementasikan dalam perencanaan konstruksi
bangunan kayu.
1.4 Tujuan Khusus
Tujuan Tugas besar Konstruksi Kayu dalam proses pembelajaran, mahasiswa
diharapkan:
a. Mampu mengidentifikasi serta menjelaskan penampang struktur kayu
b. Mampu menjelaskan sifat dan klasifikasi bahan kayu
c. Mengidentifikasi keuntungan dan kerugian konstruksi menggunakann kayu
d. Mampu menjelaskan dan mengetahui Mutu Kuat Kayu serta Tegangan Ijin sesuai
dengan Peraturan Kayu (PKKI 1961 NI-5 dan SNI)
e. Mampu menganalisa gaya batang yang terjadi pada struktur rangka batang
f. Mampu menganalisa dimensi penampang kayu berdasarkan analisa gaya batang
1.5 Batasan Masalah
Pada laporan tugas besar Mata Kuliah Konnstruksi Kayu yang Penyusun susun ini.
Permasalahan yang akan dibahas meliputi:
1. Penjelasan mengenal tentang kayu dan sifat sifatnya
2. Penjelasan tentang Rangka Kuda – Kuda Kayu
3. Menghitung Struktur Rangka Kuda – Kuda Kayu
1.6 Sistematika Penyusunan
Sistematika dalam Penyusunan tugas terstruktur ini yaitu :
1. Bab I Pendahuluan. Berisi latar belakang masalah, perumusan masalah, maksud
dan tujuan Penyusunan, pembatasan masalah dan sistematika Penyusunan.
2. Bab II Studi Pustaka. Membahas mengenai tinjauan pustaka sebagai landasan
pembuatan tugas besar, landasan teori perencanaan konstruksi kuda-kuda.

2
3. Bab III Metodologi Penelitian. Berisi mengenai penggunaan metode dan
tahapan-tahapan pembuatan tugas besar.
4. Bab IV Pembahasan. Berisi mengenai uraian lengkap tahapan-tahapan analisa
gaya batang sampai dengan pen-dimensi penampang kayu.
5. Bab III Penutup. Berisi kesimpulan dan saran dari tugas besar ini.

3
BAB 2.
STUDI PUSTAKA

2.1 Pengertian Umum


Kayu adalah bagian batang atau cabang serta ranting tumbuhan yang mengeras karena
mengalami lignifikasi (pengayuan). Kayu digunakan untuk berbagai keperluan, mulai dari
memasak, membuat perabot (meja, kursi), bahan bangunan (pintu, jendela, rangka atap),
bahan kertas, dan banyak lagi. Kayu juga dapat dimanfaatkan sebagai hiasan-hiasan rumah
tangga dan sebagainya.Penyebab terbentuknya kayu adalah akibat akumulasi selulosa dan
lignin pada dinding sel berbagai jaringan di batang. Ilmu perkayuan (dendrologi) mempelajari
berbagai aspek mengenai klasifikasi kayu serta sifat kimia, fisika, dan mekanika kayu dalam
berbagai kondisi penanganan. Kayu sebagian besar terdiri dari sel-sel pembuluh yang sumbu
panjangnya sejajar dengan sumbu panjang batang. Sel-sel ini tersusun atas selulosa dan diikat
menjadi satu oleh bahan penyemen yang disebut lignin. Arah sumbu panjang ini diacu
sebagai arah serat kayu dan penting untuk dikenal, karena sifat kayu yang sejajar serat sangat
berbeda dengan yang tegak lurus terhadap serat.
Struktur kayu merupakan suatu struktur yang elemen susunannya adalah kayu. Dalam
perkembangannya, struktur kayu banyak digunakan sebagai alternatif dalam perencanaan
pekerjaan-pekerjaan sipil, diantaranya adalah: rangka kuda-kuda, rangka dan gelagar
jembatan, struktur perancah, kolom, dan balok lantai bangunan.
Pada dasarnya kayu merupakan bahan produk alam, hutan. Kayu merupakan bahan
bangunan yang banyak disukai orang atas pertimbangan tampilan maupun kekuatan. Dari
aspek kekuatan, kayu cukup kuat dan kaku walaupun bahan kayu tidak sepadat bahan baja
atau beton. Kayu mudah dikerjakan-disambung dengan alat relatif sederhana. Bahan kayu
merupakan bahan yang dapat didaur ulang. Karena dari bahan alami, kayu merupakan bahan
bangunan ramah lingkungan.
Karena berasal dari alam kita tak dapat mengontrol kualitas bahan kayu. Sering kita
jumpai cacat produk kayu gergajian baik yang disebabkan proses tumbuh maupun kesalahan
akibat olah dari produk kayu. Dibanding dengan bahan beton dan baja, kayu memiliki
kekurangan terkait dengan ketahanan-keawetan. Kayu dapat membusuk karena jamur dan
kandungan air yang berlebihan, lapuk karena serangan hama dan kayu lebih mudah terbakar
jika tersulut api.

4
2.1.1 Sifat Utama Kayu
1. Renewable resources
2. Bahan mentah yang mudah dijadikan barang lain.
3. Barang – barang seperti kertas, bahan sintetik, teksil, bahkan sampai daging
tiruan.
4. Mempunyai sifat-sifat spesifik (elastis, ulet tahan terhadap pembebanan yang
tegak lurus dengan serat atau sejajar seratnya).
5. Sifat – sifat seperti ini tidak dipunyai oleh bahan-bahan lain yang bias dibuat oleh
manusia.

Gambar 2. 1Penampang Kayu

a. Kulit, sebagai pelindung bagian bagian yang lebih dalam pada kayu (iklim,
serangan serangga, jamur), sebagai saluran cairan/bahan makanan dari akar
kedaun dipucuk pohon.
b. Kambium, berupa jaringan lapisan tipis dan bening tugasnya kearah luar
membentuk kulit yang baru, kearah dalam membentuk kayu yang baru.
c. Kayu Gubal, sel-sel kayu yang masih hidup.
d. Kayu Teras, sel-sel kayu yang sudah tua dan mati. Warna lebih tua, penumpu
berdirinya pohon, mempunyai sifat mekanis yang tinggi.
e. Hati, bagian kayu yang dipusat. Merupakan permulaan kayu tumbuh.
f. Lingkaran Tahun, lingkaran yang menunjukkan perkembangan kayu dari
musim hujan kemusim kering.

5
Di Indonesia kayu sebagai bahan bangunan berdasarkan kuat dan padat serabut dibagi
menjadi 4 golongan:
1. Pohon berdaun lebat
2. Pohon berdaun jarum
3. Pohon berdaun palma
4. Pohon bambu/bangsa rumput

2.2 Sifat – Sifat Kayu


2.2.1 Sifat Higroskopik Kayu
Sifat higroskopik kayu adalah kemampuan penyerapan atau pelepasan air dari
dan ke udara sekitar dalam mencari kesetimbangan. Penyusutan kayu sebagai proses
fisis ditentukan oleh banyaknya air yang dikandung oleh kayu disebut kadar ai kayu.
Kadar air kesetimbangan (Equilibrium moisture content EMC). Air yang
dikandungoleh kayu dibedakan dalam dua macam yaitu air bebas dan air terikat. Air
yang terikatinilah yang terpenting dalam proses penyusutan kayu. Apabila air bebas
telah dikeluarkandan hanya tinggal air yang terikat saja, dikatakan bahwa kayu telah
mencapai titik jenuh serat (fibre saturation point), besarnya kira kira pada kadar air
30% untuk semua jenis kayu. Jika kadar air turun hingga melampaui titik jenuh.

2.2.2 Sifat Mekanis Kayu


Sifat mekanis adalah daya tahan kayu terhadap pengaruh-pengaruh luar
(beban). Beberapa factor yang mempengaruhi sifat mekanis kayu dibedakan pengaruh
luar dan pengaruh dalam:
1. Pengaruh Luar
a. Pembebanan
b. Kelembaban sekitar
c. Pengawetan kayu
d. Pengeringan kayu
e. Cacat kayu karena jamur, serangga dll.
2. Pengaruh Dalam
a. Berat jenis
b. Kadar air
c. Mata kayu dll.

6
2.2.3 Sifat Fisik Kayu
Sifat fisik kayu adalah: Berat Jenis kayu, keawetan alami, warna kayu, berat,
kekerasan dan lain – lain.
Berat jenis yaitu berat kayu kering oven (105°C) dibagi dengan berat air pada
volume yang sama. Kekuatan kayu bertambah besar dengan bertambahnya
B.J.Keawetan Alami Kayu yaitu adanya zat di dalam kayu (zat ekstratif). Berikut
beberapa ciri cacat kayu:
1. Mata Kayu
Kayu dikatakan kasar apabila mengandung mata kayu. Mata kayu ini tidak
samasifatnya dengan kayu-kayu di sekelilingnya. Kadang-kadang keras sekali
kadang – kadang lunak, selelu mengadakan perubahan arah serat.
2. Cacat Retak-retak
Cacat retak-retak ini terdapat di dekat hati, retak lingkaran tahun dan retak angin.
3. Hati yang Busuk
Cacat ini sukar dilihat sebelum pohon ditebang. Biasanya terdapat pada pohon
yang sudah tua dan Rapuh.
4. Cacat Lapuk
Kayu yang masih muda bilamana ditumpuk terlalu lama dan belum dikuliti cepat
menjadi cacat lapuk.

2.2.4 Tingkat Kekuatan Kayu


Sebagaimana dengang kelas awet, maka tingkat kekuatan kayu di Indonesia dibagi
menjadi 5 kelas. Kelas Kuat Kayu Menurut PKKI (Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia)
Tabel 2. 1 Kelas Kuat Kayu

7
Tabel 2. 2 Kelas Awet Kayu

Dalam menentukan kekuatan kayu ada 5 variabel pengujian yaitu:


1. Kuat tekan // serat
2. Kuat tekan ^ serat
3. Kuat tarik // serat
4. Kuat geser // serat
5. Kuat lentur
Beberapa faktor yang mempengaruhi kuat kayu:
1. Kemiringan arah serat
a. Miring serat kayu merupakan tangen miring serat kayu terhadap sumbu
memanjang.
b. Adanya miring serat kayu akan mengurangi kekuatannya (tarik)
c. Mudah timbulnya pemisahan serat kayu (sobek)
2. Mata kayu
a. Mempengaruhi kekuatan kayu terutama lentur.
b. Daerah tarik jadi lemah
c. Daerah tekan pengaruhnya relatif kecil
3. Kadar air
a. Merupakan kadar air yg terkandung dalam kayu
b. Semakin >>> KA semakin rendah kekuatannya, besar susutnya.
4. Berat jenis
a. Berat jenis menunjukkan kadar zat kayu yang dikandung.
b. Semakin >>> berat jenis semakin tinggi kekuatannya.

8
5. Perubahan temperature
a. Perubahan sifat kayu sensitif thd perubahan temperatur.
b. Pengaruh lama pembebanan
c. Kekuatan kayu akan terus berkurang akibat pembebanan terus-menerus. Kayu
yang dibebani dalam kondisi terlindung akan lebih awet.

2.3 Kelebihan dan Kekurangan Kayu


2.3.1 Kelebihan Kayu
1. Banyak didapat di Indonesia dan bisa didaur ulang lagi ketersediaannya dengan
menanam kembali (Reboisasi).
2. Mudah dikerjakan dan mudah dibentuk sesuai kebutuhan dan kegunaannya serta
harga yang relatif murah
3. Kekuatan kayu cukup tinggi dan ringan.
4. Daya tahan terhadap listrik dan bahan kimia (kecuali bahan imia yang keras) cukup
tinggi/baik
5. Pada jenis kayu tertentu mempunyai tekstur yang indah, sehingga mempnyai nilai
dekoratif yang indah/baik.
6. Kedap suara.
2.3.2 Kekurangan Kayu
1. Sifatnya kurang homogen
2. Mudah dipengaruhi oleh iklim/cuaca.
3. Lendutan dapat terjadi pada keadaan kelembaban tinggi.
4. Mudah terserang serangga, jamur dan cacing laut.
5. Adanya cacat-cacat bawaan dan cacat alam, seperti : mata kayu dan pecah-pecah
6. Agak mudah terbakar

2.4 Pengertian Kuda – Kuda Kayu


Kuda-kuda kayu adalah suatau susunan rangka batang yang berfungsi untuk
mendukung beban atap termasuk beratnya sendiri. Kuda-kuda kayu juga dapat memberikan
bentuk pada atap suatu bangungan. Kuda-kuda kayu termasuk penyangga utama pada struktur
atap. Struktur ini termasuk dalam klasifisikasi struktur frame work atau secara umumnya
kuda-kuda ini terbuat dari kayu. Kuda-kuda kayu memiliki bentuk segitiga.

9
Pada dasarnya konstruksi kuda - kuda terdiri dari rangkaian batang yang selalu
membentuk segitiga. Dengan mempertimbangkan berat atap serta bahan dan bentuk
penutupnya, maka konstruksi kuda - kuda satu sama lain akan berbeda, tetapi setiap susunan
rangka batang harus merupakan satu kesatuan bentuk yang kokoh yang nantinya mampu
memikul beban yang bekerja tanpa mengalami perubahan.
Kuda-kuda diletakkan diatas dua struktur beton/baja selaku tumpuannya. Perlu
diperhatikan bahwa tembok diusahakan tidak menerima gaya horisontal maupun momen,
karena tembok hanya mampu menerima beban vertikal saja (dalam perhitungan struktur
tembok tidak diperhitungkan sebagai penerima beban tapi hanya sebagai beban)
Beban-beban yang dihitung adalah:
1. Beban mati (yaitu berat penutup atap, reng, usuk, gording, kuda - kuda, plafon
termasuk instalasi listrik, air bersih/air kotor dan instalasi lain yang berada
diatas plafon dengan posisi menggantung )
2. Beban hidup (angin, air hujan, orang pada saat memasang/memperbaiki atap).
2.5 Bagian – Bagian Dari Kuda – Kuda Kayu
1. Batang Tarik

Gambar 2. 2 Batang Tarik

Elemen struktur kayu berupa batang tarik ditemui pada konstruksi kuda- kuda.
Batang tarik merupakan suatu elemen strukutur yang menerima gaya normal berupa gaya
tarik. Komponen struktur tarik harus direncanakan untuk memenuhi ketentuan sebagai
berikut:
Tu  .t .T '

Dimana Tu adalah gaya tarik terfaktor, beban mati = 1,2D, beban hidup = 1,6D, λ
adalah faktor waktu sesuai dengan jenis kombinasi pembebanan, Φt adalah faktor tahanan
tarik sejajar serat, Φt = 0,8, T’ adalah tahanan tarik terkoreksi. Tahanan tarik terkoreksi
adalah hasil perkalian tahanan acuan dengan faktor- faktor koreksi.
Sebagai pertimbangan khusus komponen-komponen struktur tarik tidak boleh
ditakik, karena akan mengurangi tahanan tarik, dimana tahanan tarik ada dua macam,
yaitu:

10
a. Tahanan tarik sejajar serat
Tahanan tarik terkoreksi komponen struktur tarik konsentris, T’
ditentukan pada penampang tarik kritis

T’ = Ft’ . An

Dimana Ft’ adalah kuat tarik sejajar serat terkoreksi sesuai jenis dan
mutu kayu, An adalah luas penampang netto karena alat sambung yang
diperoleh dari luas bruto dikurangi dengan jumlah material kayu yang hilang
karena adanya lubang paku, baut dan takikkan.
Bilamana, akibat adanya alat sambung, letak titik berat penampang
netto menyimpang dari titik berat penampang bruto sebesar 5% dari ukuran
lebar atau lebih, maka eksentrisitas lokal harus ditinjau sesuai dengan prinsip
baku mekanika dan prosedur yang berlaku.

b. Tahanan tarik tegak lurus serat


Bilamana gaya tarik tegak lurus serat tidak dapat dihindari, maka
perkuatan mekanis harus diadakan untuk mampu memikul gaya tarik yang
terjadi. Tarik radial yang timbul pada komponen struktur lengkung dan
komponen struktur bersudut serta komponen struktur yang diiris miring harus
dibatasi dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku.

2. Batang Tekan

Gambar 2. 3Batang Tekan

Elemen struktur kayu berupa batang tekan ditemui pada konstruksi


kuda- kuda. Batang tekan merupakan suatu elemen strukutur yang menerima
gaya normal berupa gaya tekan. Komponen struktur tekan harus direncanakan
untuk memenuhi ketentuan sebagai berikut.

Pu  .c.P'

11
Dimana Pu adalah tekan terfaktor, beban mati = 1,2D, beban hidup =
1,6D, λ adalah faktor waktu sesuai dengan jenis kombinasi pembebanan, Φc
adalah faktor tahanan tekan, Φc = 0,9, P’ adalah tahanan tekan terkoreksi.
Komponen struktur yang memikul gaya-gaya aksial setempat harus
mendapatkan pendetailan tahanan dan kestabilan yang cukup pada daerah
bekerjanya gaya-gaya tersebut. Begitu pula komponen struktur harus memiliki
tahanan rencana lokal dan stabilitas pelat badan yang cukup pada tumpuan
balok dan pada lokasi gaya-gaya transversal bekerja.

c. Panjang efektif batang


Panjang batang tekan tak-terkekang atau panjang bagian batang tak-
terkekang, l harus diambil sebagai jarak pusat-kepusat pengekang lateral.
Panjang batang tak-terkekang harus ditentukan baik terhadap sumbu kuat
maupun terhadap sumbu lemah dari batang tersebut.
Panjang efektif batang tekan le untuk arah yang ditinjau harus diambil
sebagai Kel. Dimana Ke adalah faktor panjang tekuk untuk komponen struktur
tekan. Ke tergantung pada kondisi ujung batang dan atau tidak adanya
goyangan. Untuk kolom tanpa goyangan pada arah yang ditinjau, faktor
panjang tekuk Ke harus diambil sama dengan satu kecuali jika analisis
memperlihatkan bahwa kondisi kekangan ujung kolom memungkinkan
digunakannya faktor panjang tekuk yang lebih kecil dari pada satu.
Untuk kolom dengan goyangan pada arah yang ditinjau, faktor panjang
tekuk Ke harus lebih besar dari pada satu dan ditentukan berdasarkan analisis
mekanika dengan memperhitungkan kondisi kekangan ujung kolom. Nilai Ke
untuk beberapa jenis kondisi kekangan ujung dan untuk keadaan dengan
goyangan serta tanpa goyangan dapat ditentukan menggunakan hubungan pada
Gambar 2.4

12
Gambar 2. 4 Nlai Panjang Tekuk

d. Kelangsingan batang
Kelangsingan batang adalah perbandingan antara panjang efektif
batang pada arah yang ditinjau terhadap jari-jari girasi, ix penampang batang
pada arah itu. Kelangsingan = Kel /ix. Jari-jari girasi dihitung berdasarkan luas
penampang bruto dan menggunakan penampang transformasi jika digunakan
penampang komposit.
ix 
Ix

dan ix = 0,289.h (untuk penampang empat persegi), dimana Ix adalah
momen inersia penampang dan A adalah luas penampang. Nilai kelangsingan
batang tidak boleh melebihi 175, atau

Dimana adalah koefisien tekuk, L adalah panjang batang, adalah


jari-jari garis.

e. Tahanan Tekan Batang


Tahanan tekan batang teroreksi ditetapkan sebagai berikut
P'  C p .Po'  C p .A.Fc '

Dimana Cp adalah faktor kestabilan batang tekan dan Po’ adalah


tahanan tekuk aksial terkoreksi sejajar serat pada kelangsingan batang sama

13
dengan nol (N), A adalah luas penampang, dan Fc’ adalah kuat tekan
terkoreksi sejajar serat setelah dikalikan dengan semua faktor koreksi. Nilai
Cp dihitung sebagai persamaan:

Selanjutnya c adalah konstanta batang tekan, dengan ketentuan: c = 0,8


untuk batang massif, c = 0,85 untuk tiang pancang bundar, dan c = 0,9 untuk
kayu laminasi struktural (glulam) dan kayu komposit struktural. αc dihitung
dengan persamaan berikut :

Dimana ᶲs adalah tahanan stabilitas = 0,85; Pe adalah tahanan tekuk


kritis (Euler) pada arah yang ditinjau (N); λ adalah faktor waktu; ᶲc adalah
tahanan tekan = 0,9; dan Po’ adalah tahanan tekuk aksial terkoreksi sejajar
serat pada kelangsingan batang sama dengan nol (N). Nilai Pe dihitung dengan
persamaan:

Dengan E’05= E05. Factor koreksi, dan E05 = 0,67.Ew (MPa), faktor
koreksi : faktor layan basah, Cm = 0,67 dan faktor temperatur, Ct = 0,8. E w
adalah modulus elastisitas lentur kayu yang digunakan. I adalah momen
inersia penampang, A adalah luas penampang, dan Ke.L/ix adalah kelangsingan
batang.

f. Tahanan kolom berspasi


Pada kolom berspasi ada dua sumbu utama yang melalui titik berat
penampang, yaitu sumbu bebas bahan dan sumbu bahan. Sumbu bebas bahan
adalah sumbu yang arahnya sejajar muka yang berspasi (biasanya muka yang
lebih besar) pada kolom, dan sumbu bahan adalah sumbu yang arahnya tegak

14
lurus arah sumbu bebas bahan dan memotong kedua komponen struktur
kolom, seperti diperlihatkan pada Gambar 2.5.
Pada kolom berspasi yang merupakan komponen struktur tekan dari
suatu rangka batang, titik kumpul yang dikekang secara lateral dianggap
sebagai ujung dari kolom berspasi, dan elemen pengisi pada titik kumpul
tersebut dipandang sebagai klos tumpuan.

Gambar 2. 5 Geometrik Kolom Berspasi

Dimana l1 adalah panjang total dalam bidang sumbu bebas bahan, l2


adalah panjang total dalam bidang sumbu bahan, l3 adalah jarak yang terbesar
dari pusat alat sambung pada klos tumpuan ke pusat klos berikutnya, d1 adalah
dimensi kolom tunggal pada bidang sumbu bahan pada kolom berspasi, d2
adalah dimensi kolom tunggal pada bidang sumbu bebas bahan pada kolom
berspasi.
Klos tumpuan dengan tebal minimum sama dengan ketebalan kolom
tunggal harus diadakan pada atau dekat ujung kolom berspasi. Klos tumpuan
harus mempunyai lebar dan panjang yang memadai. Sedikitnya satu klos
lapangan, klos yang terletak diantara klos-klos tumpuan, dengan lebar sama
dengan lebar klos tumpuan harus dipasang di tengah atau didaerah tengah
kolom berspasi sedemikian, sehingga l3 ≤ 0,5l1.

15
Perbandingan panjang terhadap lebar maksimum ditentukan sebagai
berikut; pada bidang sumbu bahan l1 / d1 tidak boleh melampaui 80, pada
bidang sumbu bahan l3 / d1 tidak boleh melampaui 40, pada bidang sumbu
bebas bahan l2 / d2 tidak boleh melampaui 50
Kolom berspasi yang tidak memenuhi ketentuan dalam butir ini harus
direncanakan dengan meninjau masing-masing komponen struktur sebagai
kolom berpenampang masif yang terpisah, kecuali bila digunakan analisis
rasional yang memperhitungkan kondisi penjepitan ujung kolom berspasi.
Tahanan tekan terkoreksi kolom berspasi harus diambil sebagai nilai yang
terkecil diantara tahanan tekan terkoreksi terhadap sumbu bebas bahan dan
terhadap sumbu bahan.
Momen inersia terhadap sumbu bebas bahan yang digunakan adalah
momen inersia untuk komponen struktur tunggal terhadap sumbu bebas bahan
dikalikan dengan banyaknya komponen stuktur. Apabila komponen-
komponen tersebut mempunyai ukuran, tahanan, atau kekakuan bahan yang
berbeda, maka harus digunakan nilai-nilai I, Ew, dan atau Fc yang terkecil di
dalam prosedur di atas, kecuali kalau dilakukan analisis yang lebih rinci.
Kententuan tersebut juga berlaku terhadap sumbu bahan.

g. Tahanan kolom tersusun


Tahanan kolom tersusun harus ditetapkan dengan memperhitungkan
geometrik setiap elemen dan keefektifan alat pengencang yang
menghubungkan setiap elemen penyusun komponen struktur tersusun. Sebagai
alternatif, tahanan kolom tersusun dapat ditetapkan sebagai jumlah dari
tahanan masing-masing elemen penyusun yang bekerja secara mandiri.

h. Tahanan tumpu pada ujung komponen struktur


Tahanan tumpu pada ujung komponen struktur ditetapkan sebagai berikut:
Pu  .c .Pg '

Dengan Pu adalah gaya tekan terfaktor, λ adalah faktor waktu, ϕc = 0,9


adalah faktor tahanan tekan sejajar serat, dan Pg’ adalah tahanan tekan tumpu
terkoreksi sejajar serat yang besarnya :
Pg '  An .Fg '

16
Dimana An adalah luas tumpu netto dan Fg’ adalah kuat tumpu
terkoreksi pada ujung kolom. Tahanan terkoreksi adalah hasil dari perkalian
tahanan acuan dengan faktor-faktor koreksi. Bila beban tekan terfaktor
melebihi 0,75λϕcPg’, maka pada bidang tumpu harus dipasang pelat baja atau
material lainnya dengan tahanan yang setara.
Ujung-ujung kolom yang masing-masing memikul beban tumpu harus
dipotong secara seksama dan sejajar satu terhadap lainnya, sehingga bidang-
bidang tumpu termasuk pelat penumpu bila ada dapat dipasang dengan baik.
Masing-masing dari kedua ujung kolom tersebut juga harus dikekang secara
lateral pada kedua arah yang saling tegak lurus.

i. Tahanan tumpu pada sisi komponen struktur


Tahanan tumpu rencana pada sisi komponen struktur harus memenuhi
persamaan berikut;
Pu  .c .P '

Dengan Pu adalah gaya tekan terfaktor, λ adalah faktor waktu, ϕc = 0,9


adalah faktor tahanan tekan sejajar serat, dan P┴’ adalah tahanan tekan tumpu
terkoreksi tegak lurus serat yang besarnya :
P '  An .Fc '
Dimana An adalah luas tumpu netto tegak lurus serat dan Fc┴’ adalah
kuat tumpu terkoreksi tegal lurus serat. Tahanan terkoreksi adalah hasil dari
perkalian tahanan acuan dengan faktor-faktor koreksi. Bila panjang bidang
tumpu lb dalam arah panjang komponen stuktur tidak melebihi dari 150 mm
dan jarak ke bidang tumpu lebih dari pada 75 mm dari ujung kolom maka nilai
P┴’ dapat dikalikan dengan faktor berikut:
Cb  (lb  9,5) / lb

Dengan satuan lb dalam mm, faktor waktu λ harus ditinjau dalam


semua perhitungan tahanan tumpu komponen struktur.

j. Bidang tumpu yang membuat sudut terhadap arah serat


Tahanan tumpu rencana pada sisi komponen struktur harus memenuhi
persamaan;
Pu  .c .Po '

17
Dengan Pu adalah gaya tekan terfaktor, λ adalah faktor waktu, ϕc = 0,9
adalah faktor tahanan tekan sejajar serat, dan Po’ adalah tahanan tumpu
terkoreksi dimana gaya tumpunya membuat sudut sebesar θb terhadap serat
kayu, dan nilainya sama dengan :

Dimana An adalah luas tumpu netto dan Fg’ adalah kuat tumpu
terkoreksi pada ujung kolom, Fc┴ adalah kuat tumpu terkoreksi tegak lurus
serat, dan θb adalah sudut antara gaya tumpu dengan arah serat kayu, diaman
θb = 90o untuk gaya tumpu yang membuat sudut tegak lurus terhadap arah serat
kayu. Bila θb = 80o atau lebih, maka bidang tumpu dapat dianggap tegak lurus
terhadap arah serat kayu.

Gambar 2. 6 Balok Lentur

3. Balok Lentur
Elemen struktur kayu berupa balok lentur ditemui pada konstruksi
jembatan dan bekisting. Balok lentur merupakan suatu elemen strukutur yang
menerima gaya lentur atau beban tegak. Komponen struktur lentur harus
direncanakan untuk memenuhi ketentuan sebagai berikut, Untuk momen lentur:
Mu  .b.M '

Dimana Mu adalah momen terfaktor, ʎ adalah faktor waktu, ϕb = 0,85


adalah faktor tahanan lentur, dan M’ adalah tahanan lentur terkoreksi. Untuk
geser lentur:
Vu  .v.V '

Dimana Vu adalah gaya geser terfaktor, ʎ adalah faktor waktu, ϕv = 0,75


adalah faktor tahanan geser, dan V’ adalah tahanan geser terkoreksi. Untuk
puntir:

18
M tu  .b .M t '

Dimana Mtu adalah komponen puntir terfaktor, ʎ adalah faktor waktu,


ϕv = 0,75 adalah faktor tahanan geser, dan Mt’ adalah tahanan puntir
terkoreksi.
Bentang rencana harus digunakan dalam menghitung geser, momen,
dan lendutan pada komponen stuktur. Untuk komponen struktur berbentang
sederhana yang tidak menyatu dengan tumpuan-tumpuannya, maka bentang
rencana adalah bentang bersih ditambah setengah kali panjang landasan
tumpuan pada masing- masing ujung komponen struktur, sesuai persamaan
berikut:
Lth  L  0,05.L

Tahanan lentur terkoreksi ditentukan dengan persamaan:


M '  Fb '.W .C f

Dimana M’ adalah tahanan lentur terkoreksi, Fb’ adalah kuat lentur


terkoreksi, W adalah momen tahanan; W = 1/6.b.h2 (untuk penampang empat
persegi), W = 1/32.π.D3 (untuk penampang bundar), dan Cf adalah faktor
bentuk penampang ; Cf = 1,4 (untuk penampang empat persegi), Cf = 1,15
(untuk penampang bundar).
Tahanan geser terkoreksi ditentukan dengan persamaan berikut:

Diman: Fv’ adalah kuat geser terkoreksi, I adalah momen inersia, b


adalah lebar penampang balok, Q adalah momen statis penampang terhadap
sumbu netral. Untuk penampang persegi panjang, tahanan geser terkoreksi
ditentukan dengan persamaan:

Dengan b adalah lebar penampang balok, dan d adalah tinggi penampang


balok.

19
BAB 3.
METODOLOGI

3.1 Tinjauan Umum


Pada bab ini akan dibahas proses secara keseluruhan mengenai penyusunan analisis
struktur rangka kuda-kuda kayu. Untuk mendapatkan hasil penjabaran yang baik diperlukan
analisis data yang teliti, semakin rumit permasalahan yang dihadapi semakin kompleks pula
analisa yang akan dilakukan. Untuk mendapatkan analisis yang baik memerlukan data-data
informasi yang lengkap dan akurat disertai teori / konsep yang relevan. Dalam rangka
pengumpulan data diperlukan 2(dua) tahapan penting yang harus dilalui, yaitu:
1. Tahap Persiapan
Tahap persiapan merupakan rangkaian kegiatan sebelum memulai
pengumpulan dan pengolahan data. Dalam tahap ini dilakukan penyusunan rencana
yang perlu dilakukan untuk memperoleh efisiensi dan efektifitas waktu pengerjaan.
Pada tahap ini juga dilakukan pengamatan pendahuluan agar didapat gambaran umum
dalam mengidentifikasikan dan merumuskan masalah yang dihadapi.
Tahapan persiapan ini meliputi:
a. Studi pustaka terhadap materi tugas untuk menentukan garis besar proses evaluasi
dan penjabaran.
b. Menentukan kebutuhan data-data yang diperlukan.
c. Mendata instansi dan institusi yang dapat dijadikan sumber data.
2. Tahap Pengumpulan Data
Tahap pengumpulan data merupakan langkah selanjutnya, setelah tahap
persiapan. Dari tahap pengumpulan ini dapat diperoleh gambaran permasalahan yang
akan dihadapi, dan penentuan alternatif pemecahan masalah yang akan diambil.
Adapun beberapa metode yang dilakukan pada pengumpulan data ini antara lain:
a. Metode Literatur
Metode literatur yaitu dengan meminjam data dari instansi terkait sebagai
landasan permasalahan yang ada sekaligus membandingkan dengan kondisi saat ini.

20
3.2 Analisis dan Pengolahan Data
Analisis dan pengolahan data dilakukan berdasarkan data-data yang telah diperoleh,
selanjutnya dikelompokkan dengan identifikasi jenis permasalahan sehingga diperoleh
analisa pemecahan masalah yang efektif dan terarah. Pada tahap ini dilakukan analisis dan
pengolahan data yang diperoleh, meliputi:
1. Analisis data mengenai aspek – aspek kegiatan dalam tahapan analisis rangka kuda-
kuda kayu, sehingga analisis yang dilakukan berdasarkan kaidah-kaidah yang telah
ditentukan.
2. Anilisis perhitungan rangka kuda-kuda kayu berdasarkan gaya yang terjadi dengan
mengguanakan kaidah-kaidah yang sesuai sehingga didapatkan dimensi kayu yang
sesuai.
3. Analisis data mengenai acuan yang digunakan untuk merealisasikan ide perancangan
ke dalam wujud fisik. Data ini berupa suatu deskripsi mengenai kriteria atau
persyaratan gambar kerja yang harus dipahami oleh semua yang terlibat dalam proses
pembuatan rangka kuda-kuda.

3.3 Bagan Alir Tugas Besar

Persiapan:
Menentukan
• Studi pustaka
Mulai • Observasi Lapangan
Kebutuhan dan
Pengumpulan Data

Analisis dan Analisis Gaya


Reaksi Perletakan
Pengolahan Data Batang

Ok
Analisis Batang
Disetujui Selesai
Struktur
Tidak

21
BAB 4.
PEMBAHASAN

4.1 Bentuk Struktur

Gambar 4. 1 Bentuk struktur kuda-kuda kayu

4.2 Analisa Rangka Kuda-Kuda Kayu


Diketahui:
1. P1 = 800 Kg
2. P2 = 2.750 Kg
3. P3 = 2750 Kg
Ditanyakan:
1. Reaksi perletakan
2. Besar gaya yang dihasilkan
3. Dimensi rencana akibat gaya yang terjadi
4.2.1 Reaksi Perletakan
∑H= 0
∑V = 0
∑M = 0

22
∑MA = 0
Ma = RVA (0) + P1 (0) + P2 (1,5) + P3(3) + P4(4,5) + P5(6) – RVB(6) = 0
4125 + 8250 + 12.375 + 4800 - 6RVB = 0
RVB = = 4925 Kg

∑MB = 0
Mb = RVA (6) - P1 (6) - P2 (4,5) - P3(3) - P4(1,5) - P5(0) + RVB(0) = 0
6RVA - 4800 - 12.375 - 8250 - 4125 = 0
RVA = = 4925 Kg

Sehingga:
Rva = 4925 Kg
Rvb = 4925 Kg

4.2.2 Analisis Gaya Batang


Titik potong A Titik potong B

∑V = 0 ∑V = 0
RVA – P1 – D1 SIN30° = 0 D1 SIN 30° + D2 SIN 30° – P2 = 0
4.925 – 800 – (D1 0,5) = 0 (8.250 0,5) – (D2 0,5) – 2.750 = 0
4.125 – 2.750 + D2 0,5 = 0

D1 = 8.250 Kg (Tarik)
D2 = -2.750 Kg (Tekan)
∑H = 0
A1 + COS30° = 0 ∑H = 0
A1 + (8.250 0,866) = 0 B1 + D2 COS30° – D1 COS30° = 0
A1 = -7.144,5 Kg (Tekan) B1+ (-2.750 0,866) + (8.250 0,866) = 0
B1 – 2.381,5 – 7.144,5 = 0
B1= 9.526 Kg (Tarik)

23
Titik potong C Titik potong D

∑V = 0
∑V = 0
RVB – D4 SIN 30° + ( – P1 = 0 D4 SIN 30° + D3 SIN 30° – P2 = 0
(8.250 0,5) – (D3 0,5) – 2.750 = 0
4.925 – (D4 0,5) – 800 = 0
4.125 – D4 0,5 = 0 4.125 – 2.750 + D3 0,5 = 0

D3 = -2.750 Kg (Tekan)
D4 = 8.250 Kg (Tarik)

∑H = 0 ∑H = 0

-A2 – D4 COS 30° = 0 -B2 – D3 COS 30° + D4 COS 30° = 0


-B2 - (-2.750 0,866) + (8.250 0,866) = 0
-A2 + (8.250 0,866) = 0
A2 = -7.144,5 Kg (Tekan) -B2 – 2.381,5 + 7.144,5 = 0
B2 = 9.526 Kg(Tarik)

Titik potong E

∑V = 0 ∑H = 0
-D2 sin 30° - D3 sin 30° - T1 = 0 -A1 – (-A2 ) = 0
-(-2750 . 0,5) – (-2750 . 0,5) – T1 = 0 -7.144,5 + 7.144,5 = 0
1375 + 1375 – T1 = 00 = 0
T1 = 2.750 Kg (Tarik)

24
Batang Gaya Tarik Gaya Tekan
(kg) (kg)
A1 7.144,5
A2 7.144,5
B1 9.526
B2 9.526
D1 8.250
D2 2.750
D3 2.750
D4 8.250
T1 2.750

4.2.3 Analisis Batang Struktur


Diketahui:
- Kayu kelas 2 mutu B
- Pembebanan tetap γ = 1
- Kontruksi tidak terlindung β = 5/6
- Sambungan paku = 0,1 – 0,15 (digunakan 0,15)
- Omega diasumsikan ω = 1
- σtr-σtk // = 85 x 0,75 x 1 x 5/6 = 53,125 kg/cm²
Diasumsikan tampang bujur sangkar, dengan h = 2b
a) Batang Atas
A1 dan A2 (P = 7.144,5 )

σtk =

53,125 =

2b2 =
2b2 =

b =√

b = 8,2 → 8 cm

25
h = 2b
h = 2 x 8,2
h = 16,4 → 20 cm

Dimensi rencana batang A1 dan A2 ; 8/20, karena dilapangan tidak ada


dimensi ukuran tersebut sehingga ukuran yang di gunakan 2 x 8/12
Pembuktian
σtk = < σtk//

σtk = < 53,125 kg/cm2

σtk = 43,777 125 kg/cm2 < 53,125 125 kg/cm2 (aman)

b) Batang Bawah
B1 dan B2 (P = 9.526 kg)

σtr =

53,125 =

Anetto =
Anetto =

Abrutto =

Abrutto =

2b2 =

b =√

b = 10,3 → 12 cm
h = 2b
h = 2 x 10,3
h = 20,6 → 20 cm

26
Dimensi yang digunakan untuk batang B1 dan B2 ; 12/20, karena
dilapangan tidak ada dimensi ukuran tersebut sehingga ukuran yang di
gunakan 2 x 8/15
Pembuktian
σtk = < σtk//

σtk = ( )
< 53.125 125 kg/cm2

σtk = 46,696 125 kg/cm2 < 53.125125 kg/cm2 (aman)

c) Batang Diagonal
D1 dan D4 (P = 8.250)

σtr =

53,125 =

Anetto =

Anetto =

Abrutto =

Abrutto =
2b2 =

b =√

b = 9,5 → 10 cm
h = 2b
h = 2 x 9,5
h = 19 → 20 cm

Dimensi yang digunakan untuk batang D1 dan D4; 10/20, karena


dilapangan tidak ada dimensi ukuran tersebut sehingga ukuran yang di
gunakan 2 x 8/15
Pembuktian:
σtk = < σtk//

27
σtk = ( )
< 53.125 125 kg/cm2

σtk = 40,441125 kg/cm2 < 53,125125 kg/cm2 (aman)

D2 dan D3 (P = 2.750 )

σtk =

53,125 =

2b2 =

2b2 =

b =√

b = 5,1 → 6 cm
h = 2 x 5,1
h = 10,2 → 12 cm

Dimensi rencana batang D2 dan D3 ; 6/12


Prmbuktian
σtk = < σtk//

σtk = < 53.125 125 kg/cm2

σtk = 38,194 125 kg/cm2 < 53,125125 kg/cm2 (aman)

d) Batang Tegak
T1(P = 2.750 kg)

σtr =

53,125 =

Anetto =

Anetto =
Abrutto =

28
Abrutto =
2b2 =

b =√

b = 5,5 → 6 cm
h = 2b
h = 2 x 5,5
h = 11 → 12 cm
Dimensi yang digunakan untuk batang T1 ; 6/12

Pembuktian:
σtk = < σtk//

σtk = < 53.125 125 kg/cm2

σtk = 44,935 125 kg/cm2 < 53,125125 kg/cm2 (aman)

Tabel 4. 1 Perhitungan perletakan batang dan dimensi kayu

Dimensi Tegangan Ijin


Gaya Tarik Gaya Tekan Dimensi Tegangan yang
Batang Perencanaan (σtr= σtk) Keterangan
(kg) (kg) Analisis (cm) terjadi (kg/cm²)
(cm) kg/cm²

A1 - 7.144,50 53,125 Aman


8/20 2 x 8/12 43,777
A2 - 7.144,50 53,125 Aman
B1 9.526 - 53,125 Aman
12/20 2 x 8/15 46,694
B2 9.526 - 53,125 Aman
D1 8.250 - 10/20 2 x 8/15 40,441 53,125 Aman
D2 - 2.750 53,125 Aman
6/12 6/12 38,194
D3 - 2.750 53,125 Aman
D4 8.250 - 10/20 2 x 8/15 40,441 53,125 Aman
T1 2.750 - 6/12 6/12 44,935 53,125 Aman

4.3 Realisasi Rangka Kuda-Kuda Kayu


Realisasi kuda-kuda kayu menggunakan skala 1:50 untuk penampang, guna
penghematan biaya. Sehingga bentuk realisasi kuda-kuda kayu hanya sebuah prototipe.

29
30
Gambar 4. 2 Sambungan Kuda-Kuda Kayu

31
BAB 5.
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dari pemaparan diatas, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Kayu adalah bagian batang atau cabang serta ranting tumbuhan yang mengeras
karena mengalami lignifikasi (pengayuan). Kayu digunakan untuk berbagai
keperluan, mulai dari memasak, membuat perabot (meja, kursi), bahan bangunan
(pintu, jendela, rangka atap), bahan kertas, dan banyak lagi.
2. Sifat Utama Kayu
a. Renewable resources
b. Bahan mentah yang mudah dijadikan barang lain.
c. Barang – barang seperti kertas, bahan sintetik, teksil, bahkan sampai daging
tiruan.
d. Mempunyai sifat-sifat spesifik (elastis, ulet tahan terhadap pembebanan yang
tegak lurus dengan serat atau sejajar seratnya).
e. Sifat – sifat seperti ini tidak dipunyai oleh bahan-bahan lain yang bias dibuat
oleh manusia.
3. Bagian-bagian dari penampang kayu
a. Kulit, sebagai pelindung bagian bagian yang lebih dalam pada kayu (iklim,
serangan serangga, jamur), sebagai saluran cairan/bahan makanan dari akar
kedaun dipucuk pohon.
b. Kambium, berupa jaringan lapisan tipis dan bening tugasnya kearah luar
membentuk kulit yang baru, kearah dalam membentuk kayu yang baru.
c. Kayu Gubal, sel-sel kayu yang masih hidup.
d. Kayu Teras, sel-sel kayu yang sudah tua dan mati. Warna lebih tua, penumpu
berdirinya pohon, mempunyai sifat mekanis yang tinggi.
e. Hati, bagian kayu yang dipusat. Merupakan permulaan kayu tumbuh.
f. Lingkaran Tahun, lingkaran yang menunjukkan perkembangan kayu dari
musim hujan kemusim kering.

32
4. Sifat-sifat kayu:
a. Sifat higroskopik
b. Sifat mekanis
c. Sifat fisis kayu
d. Tingkat kekuatan kayu
5. Keleibhan dan kekurangan kayu
a. Kelebihan:
 Banyak didapat di Indonesia dan bisa didaur ulang lagi ketersediaannya
dengan menanam kembali (Reboisasi).
 Mudah dikerjakan dan mudah dibentuk sesuai kebutuhan dan kegunaannya
serta harga yang relatif murah
 Kekuatan kayu cukup tinggi dan ringan.
 Daya tahan terhadap listrik dan bahan kimia (kecuali bahan imia yang
keras) cukup tinggi/baik
 Pada jenis kayu tertentu mempunyai tekstur yang indah, sehingga
mempnyai nilai dekoratif yang indah/baik.
 Kedap suara
b. Kekurangan:
 Sifatnya kurang homogen
 Mudah dipengaruhi oleh iklim/cuaca.
 Lendutan dapat terjadi pada keadaan kelembaban tinggi.
 Mudah terserang serangga, jamur dan cacing laut.
 Adanya cacat-cacat bawaan dan cacat alam, seperti : mata kayu dan pecah-
pecah
 Agak mudah terbakar

6. Kuda-kuda kayu adalah suatau susunan rangka batang yang berfungsi untuk
mendukung beban atap termasuk beratnya sendiri. Kuda-kuda kayu juga dapat
memberikan bentuk pada atap suatu bangungan. Kuda-kuda kayu termasuk
penyangga utama pada struktur atap. Struktur ini termasuk dalam klasifisikasi
struktur frame work atau secara umumnya kuda-kuda ini terbuat dari kayu. Kuda-
kuda kayu memiliki bentuk segitiga.
7. Bagian-bagian dari kuda-kuda kayu:

33
a. Batang tarik
b. Batang tekan
c. Balok lentur
8. Hasil analisis rangka kuda-kuda kayu

5.2 Saran
Tabel 5. 1 Perhitungan perletakan batang dan dimensi kayu

Dimensi Tegangan Ijin


Gaya Tarik Gaya Tekan Dimensi Tegangan yang
Batang Perencanaan (σtr= σtk) Keterangan
(kg) (kg) Analisis (cm) terjadi (kg/cm²)
(cm) kg/cm²

A1 - 7.144,50 53,125 Aman


8/20 2 x 8/12 43,777
A2 - 7.144,50 53,125 Aman
B1 9.526 - 53,125 Aman
12/20 2 x 8/15 46,694
B2 9.526 - 53,125 Aman
D1 8.250 - 10/20 2 x 8/15 40,441 53,125 Aman
D2 - 2.750 53,125 Aman
6/12 6/12 38,194
D3 - 2.750 53,125 Aman
D4 8.250 - 10/20 2 x 8/15 40,441 53,125 Aman
T1 2.750 - 6/12 6/12 44,935 53,125 Aman

Saran dalam perencanaan rangka kuda-kuda kayu adalah sebagai berikut:


1. Proses analisis dilakukan beberapa kali pengulangan agar hasil yang
didapatkan semaksimal mungkin.
2. Penggunaan standar yang terbaru agar sesuai dengan kondisi yang ada.
3. Pemilihan bahan kayu yang cermat, agar didapat bahan yang sesuai dengan
rencana yang telah ditetapkan.

34
DAFTAR PUSTAKA

1. Chandra Afriade Siregar. 2016. Konstruksi Kayu. Modul Ajar. Universitas Sangga
Buana YPKP
2. Muhammad Dheny Nugraha. 2014. Struktur Kayu. Tugas Besar. Universitas
Serang Raya
3. Nanda Prayoga. 2015. Struktur Kayu. Tugas Besar. Universitas Musi Rawas
4. Abikk elzulfa. 2013. Sifat-Sifat Kayu [internet] di
https://abikk.wordpress.com/2013/11/09/sifat-sifat-kayu/
5. Eri Putra S. 2015. Konstruksi Kayu dan Konstruksi Kuda-Kuda. Makalah.
6. Mulyati. 2015. Struktur Kayu. Bahan Ajar. Institut Teknologi Padang

35

Anda mungkin juga menyukai