KONSTRUKSI KAYU
Dosen Pengampu:
Chandra Afriade Siregar, S.T., M.T
Disusun Oleh:
TUGAS BESAR
KONSTRUKSI KAYU
Disusun Oleh:
Tugas ini telah diterima dan disahkan sebagai salah satu syarat kelulusan mata kuliah
Konstruksi Kayu di jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sangga Buana YPKP.
Disetujui Oleh:
Ketua Program Studi Teknik Sipil dan
Dosen Pengampu
Penyusun
i
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN
DAFTAR ISI............................................................................................................... ii
BAB 1. PENDAHULUAN
BAB 3. METODOLOGI
ii
3.1 Tinjauan Umum ........................................................................................... 20
BAB 4. PEMBAHASAN
BAB 5. PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
DAFTAR TABEL
v
BAB 1.
PENDAHULUAN
1
Adapun tujuan dari Penyusunan laporan tugas besar ini Penyusun bagi menjadi 2
bagian, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus.
2
3. Bab III Metodologi Penelitian. Berisi mengenai penggunaan metode dan
tahapan-tahapan pembuatan tugas besar.
4. Bab IV Pembahasan. Berisi mengenai uraian lengkap tahapan-tahapan analisa
gaya batang sampai dengan pen-dimensi penampang kayu.
5. Bab III Penutup. Berisi kesimpulan dan saran dari tugas besar ini.
3
BAB 2.
STUDI PUSTAKA
4
2.1.1 Sifat Utama Kayu
1. Renewable resources
2. Bahan mentah yang mudah dijadikan barang lain.
3. Barang – barang seperti kertas, bahan sintetik, teksil, bahkan sampai daging
tiruan.
4. Mempunyai sifat-sifat spesifik (elastis, ulet tahan terhadap pembebanan yang
tegak lurus dengan serat atau sejajar seratnya).
5. Sifat – sifat seperti ini tidak dipunyai oleh bahan-bahan lain yang bias dibuat oleh
manusia.
a. Kulit, sebagai pelindung bagian bagian yang lebih dalam pada kayu (iklim,
serangan serangga, jamur), sebagai saluran cairan/bahan makanan dari akar
kedaun dipucuk pohon.
b. Kambium, berupa jaringan lapisan tipis dan bening tugasnya kearah luar
membentuk kulit yang baru, kearah dalam membentuk kayu yang baru.
c. Kayu Gubal, sel-sel kayu yang masih hidup.
d. Kayu Teras, sel-sel kayu yang sudah tua dan mati. Warna lebih tua, penumpu
berdirinya pohon, mempunyai sifat mekanis yang tinggi.
e. Hati, bagian kayu yang dipusat. Merupakan permulaan kayu tumbuh.
f. Lingkaran Tahun, lingkaran yang menunjukkan perkembangan kayu dari
musim hujan kemusim kering.
5
Di Indonesia kayu sebagai bahan bangunan berdasarkan kuat dan padat serabut dibagi
menjadi 4 golongan:
1. Pohon berdaun lebat
2. Pohon berdaun jarum
3. Pohon berdaun palma
4. Pohon bambu/bangsa rumput
6
2.2.3 Sifat Fisik Kayu
Sifat fisik kayu adalah: Berat Jenis kayu, keawetan alami, warna kayu, berat,
kekerasan dan lain – lain.
Berat jenis yaitu berat kayu kering oven (105°C) dibagi dengan berat air pada
volume yang sama. Kekuatan kayu bertambah besar dengan bertambahnya
B.J.Keawetan Alami Kayu yaitu adanya zat di dalam kayu (zat ekstratif). Berikut
beberapa ciri cacat kayu:
1. Mata Kayu
Kayu dikatakan kasar apabila mengandung mata kayu. Mata kayu ini tidak
samasifatnya dengan kayu-kayu di sekelilingnya. Kadang-kadang keras sekali
kadang – kadang lunak, selelu mengadakan perubahan arah serat.
2. Cacat Retak-retak
Cacat retak-retak ini terdapat di dekat hati, retak lingkaran tahun dan retak angin.
3. Hati yang Busuk
Cacat ini sukar dilihat sebelum pohon ditebang. Biasanya terdapat pada pohon
yang sudah tua dan Rapuh.
4. Cacat Lapuk
Kayu yang masih muda bilamana ditumpuk terlalu lama dan belum dikuliti cepat
menjadi cacat lapuk.
7
Tabel 2. 2 Kelas Awet Kayu
8
5. Perubahan temperature
a. Perubahan sifat kayu sensitif thd perubahan temperatur.
b. Pengaruh lama pembebanan
c. Kekuatan kayu akan terus berkurang akibat pembebanan terus-menerus. Kayu
yang dibebani dalam kondisi terlindung akan lebih awet.
9
Pada dasarnya konstruksi kuda - kuda terdiri dari rangkaian batang yang selalu
membentuk segitiga. Dengan mempertimbangkan berat atap serta bahan dan bentuk
penutupnya, maka konstruksi kuda - kuda satu sama lain akan berbeda, tetapi setiap susunan
rangka batang harus merupakan satu kesatuan bentuk yang kokoh yang nantinya mampu
memikul beban yang bekerja tanpa mengalami perubahan.
Kuda-kuda diletakkan diatas dua struktur beton/baja selaku tumpuannya. Perlu
diperhatikan bahwa tembok diusahakan tidak menerima gaya horisontal maupun momen,
karena tembok hanya mampu menerima beban vertikal saja (dalam perhitungan struktur
tembok tidak diperhitungkan sebagai penerima beban tapi hanya sebagai beban)
Beban-beban yang dihitung adalah:
1. Beban mati (yaitu berat penutup atap, reng, usuk, gording, kuda - kuda, plafon
termasuk instalasi listrik, air bersih/air kotor dan instalasi lain yang berada
diatas plafon dengan posisi menggantung )
2. Beban hidup (angin, air hujan, orang pada saat memasang/memperbaiki atap).
2.5 Bagian – Bagian Dari Kuda – Kuda Kayu
1. Batang Tarik
Elemen struktur kayu berupa batang tarik ditemui pada konstruksi kuda- kuda.
Batang tarik merupakan suatu elemen strukutur yang menerima gaya normal berupa gaya
tarik. Komponen struktur tarik harus direncanakan untuk memenuhi ketentuan sebagai
berikut:
Tu .t .T '
Dimana Tu adalah gaya tarik terfaktor, beban mati = 1,2D, beban hidup = 1,6D, λ
adalah faktor waktu sesuai dengan jenis kombinasi pembebanan, Φt adalah faktor tahanan
tarik sejajar serat, Φt = 0,8, T’ adalah tahanan tarik terkoreksi. Tahanan tarik terkoreksi
adalah hasil perkalian tahanan acuan dengan faktor- faktor koreksi.
Sebagai pertimbangan khusus komponen-komponen struktur tarik tidak boleh
ditakik, karena akan mengurangi tahanan tarik, dimana tahanan tarik ada dua macam,
yaitu:
10
a. Tahanan tarik sejajar serat
Tahanan tarik terkoreksi komponen struktur tarik konsentris, T’
ditentukan pada penampang tarik kritis
T’ = Ft’ . An
Dimana Ft’ adalah kuat tarik sejajar serat terkoreksi sesuai jenis dan
mutu kayu, An adalah luas penampang netto karena alat sambung yang
diperoleh dari luas bruto dikurangi dengan jumlah material kayu yang hilang
karena adanya lubang paku, baut dan takikkan.
Bilamana, akibat adanya alat sambung, letak titik berat penampang
netto menyimpang dari titik berat penampang bruto sebesar 5% dari ukuran
lebar atau lebih, maka eksentrisitas lokal harus ditinjau sesuai dengan prinsip
baku mekanika dan prosedur yang berlaku.
2. Batang Tekan
Pu .c.P'
11
Dimana Pu adalah tekan terfaktor, beban mati = 1,2D, beban hidup =
1,6D, λ adalah faktor waktu sesuai dengan jenis kombinasi pembebanan, Φc
adalah faktor tahanan tekan, Φc = 0,9, P’ adalah tahanan tekan terkoreksi.
Komponen struktur yang memikul gaya-gaya aksial setempat harus
mendapatkan pendetailan tahanan dan kestabilan yang cukup pada daerah
bekerjanya gaya-gaya tersebut. Begitu pula komponen struktur harus memiliki
tahanan rencana lokal dan stabilitas pelat badan yang cukup pada tumpuan
balok dan pada lokasi gaya-gaya transversal bekerja.
12
Gambar 2. 4 Nlai Panjang Tekuk
d. Kelangsingan batang
Kelangsingan batang adalah perbandingan antara panjang efektif
batang pada arah yang ditinjau terhadap jari-jari girasi, ix penampang batang
pada arah itu. Kelangsingan = Kel /ix. Jari-jari girasi dihitung berdasarkan luas
penampang bruto dan menggunakan penampang transformasi jika digunakan
penampang komposit.
ix
Ix
dan ix = 0,289.h (untuk penampang empat persegi), dimana Ix adalah
momen inersia penampang dan A adalah luas penampang. Nilai kelangsingan
batang tidak boleh melebihi 175, atau
13
dengan nol (N), A adalah luas penampang, dan Fc’ adalah kuat tekan
terkoreksi sejajar serat setelah dikalikan dengan semua faktor koreksi. Nilai
Cp dihitung sebagai persamaan:
Dengan E’05= E05. Factor koreksi, dan E05 = 0,67.Ew (MPa), faktor
koreksi : faktor layan basah, Cm = 0,67 dan faktor temperatur, Ct = 0,8. E w
adalah modulus elastisitas lentur kayu yang digunakan. I adalah momen
inersia penampang, A adalah luas penampang, dan Ke.L/ix adalah kelangsingan
batang.
14
lurus arah sumbu bebas bahan dan memotong kedua komponen struktur
kolom, seperti diperlihatkan pada Gambar 2.5.
Pada kolom berspasi yang merupakan komponen struktur tekan dari
suatu rangka batang, titik kumpul yang dikekang secara lateral dianggap
sebagai ujung dari kolom berspasi, dan elemen pengisi pada titik kumpul
tersebut dipandang sebagai klos tumpuan.
15
Perbandingan panjang terhadap lebar maksimum ditentukan sebagai
berikut; pada bidang sumbu bahan l1 / d1 tidak boleh melampaui 80, pada
bidang sumbu bahan l3 / d1 tidak boleh melampaui 40, pada bidang sumbu
bebas bahan l2 / d2 tidak boleh melampaui 50
Kolom berspasi yang tidak memenuhi ketentuan dalam butir ini harus
direncanakan dengan meninjau masing-masing komponen struktur sebagai
kolom berpenampang masif yang terpisah, kecuali bila digunakan analisis
rasional yang memperhitungkan kondisi penjepitan ujung kolom berspasi.
Tahanan tekan terkoreksi kolom berspasi harus diambil sebagai nilai yang
terkecil diantara tahanan tekan terkoreksi terhadap sumbu bebas bahan dan
terhadap sumbu bahan.
Momen inersia terhadap sumbu bebas bahan yang digunakan adalah
momen inersia untuk komponen struktur tunggal terhadap sumbu bebas bahan
dikalikan dengan banyaknya komponen stuktur. Apabila komponen-
komponen tersebut mempunyai ukuran, tahanan, atau kekakuan bahan yang
berbeda, maka harus digunakan nilai-nilai I, Ew, dan atau Fc yang terkecil di
dalam prosedur di atas, kecuali kalau dilakukan analisis yang lebih rinci.
Kententuan tersebut juga berlaku terhadap sumbu bahan.
16
Dimana An adalah luas tumpu netto dan Fg’ adalah kuat tumpu
terkoreksi pada ujung kolom. Tahanan terkoreksi adalah hasil dari perkalian
tahanan acuan dengan faktor-faktor koreksi. Bila beban tekan terfaktor
melebihi 0,75λϕcPg’, maka pada bidang tumpu harus dipasang pelat baja atau
material lainnya dengan tahanan yang setara.
Ujung-ujung kolom yang masing-masing memikul beban tumpu harus
dipotong secara seksama dan sejajar satu terhadap lainnya, sehingga bidang-
bidang tumpu termasuk pelat penumpu bila ada dapat dipasang dengan baik.
Masing-masing dari kedua ujung kolom tersebut juga harus dikekang secara
lateral pada kedua arah yang saling tegak lurus.
17
Dengan Pu adalah gaya tekan terfaktor, λ adalah faktor waktu, ϕc = 0,9
adalah faktor tahanan tekan sejajar serat, dan Po’ adalah tahanan tumpu
terkoreksi dimana gaya tumpunya membuat sudut sebesar θb terhadap serat
kayu, dan nilainya sama dengan :
Dimana An adalah luas tumpu netto dan Fg’ adalah kuat tumpu
terkoreksi pada ujung kolom, Fc┴ adalah kuat tumpu terkoreksi tegak lurus
serat, dan θb adalah sudut antara gaya tumpu dengan arah serat kayu, diaman
θb = 90o untuk gaya tumpu yang membuat sudut tegak lurus terhadap arah serat
kayu. Bila θb = 80o atau lebih, maka bidang tumpu dapat dianggap tegak lurus
terhadap arah serat kayu.
3. Balok Lentur
Elemen struktur kayu berupa balok lentur ditemui pada konstruksi
jembatan dan bekisting. Balok lentur merupakan suatu elemen strukutur yang
menerima gaya lentur atau beban tegak. Komponen struktur lentur harus
direncanakan untuk memenuhi ketentuan sebagai berikut, Untuk momen lentur:
Mu .b.M '
18
M tu .b .M t '
19
BAB 3.
METODOLOGI
20
3.2 Analisis dan Pengolahan Data
Analisis dan pengolahan data dilakukan berdasarkan data-data yang telah diperoleh,
selanjutnya dikelompokkan dengan identifikasi jenis permasalahan sehingga diperoleh
analisa pemecahan masalah yang efektif dan terarah. Pada tahap ini dilakukan analisis dan
pengolahan data yang diperoleh, meliputi:
1. Analisis data mengenai aspek – aspek kegiatan dalam tahapan analisis rangka kuda-
kuda kayu, sehingga analisis yang dilakukan berdasarkan kaidah-kaidah yang telah
ditentukan.
2. Anilisis perhitungan rangka kuda-kuda kayu berdasarkan gaya yang terjadi dengan
mengguanakan kaidah-kaidah yang sesuai sehingga didapatkan dimensi kayu yang
sesuai.
3. Analisis data mengenai acuan yang digunakan untuk merealisasikan ide perancangan
ke dalam wujud fisik. Data ini berupa suatu deskripsi mengenai kriteria atau
persyaratan gambar kerja yang harus dipahami oleh semua yang terlibat dalam proses
pembuatan rangka kuda-kuda.
Persiapan:
Menentukan
• Studi pustaka
Mulai • Observasi Lapangan
Kebutuhan dan
Pengumpulan Data
Ok
Analisis Batang
Disetujui Selesai
Struktur
Tidak
21
BAB 4.
PEMBAHASAN
22
∑MA = 0
Ma = RVA (0) + P1 (0) + P2 (1,5) + P3(3) + P4(4,5) + P5(6) – RVB(6) = 0
4125 + 8250 + 12.375 + 4800 - 6RVB = 0
RVB = = 4925 Kg
∑MB = 0
Mb = RVA (6) - P1 (6) - P2 (4,5) - P3(3) - P4(1,5) - P5(0) + RVB(0) = 0
6RVA - 4800 - 12.375 - 8250 - 4125 = 0
RVA = = 4925 Kg
Sehingga:
Rva = 4925 Kg
Rvb = 4925 Kg
∑V = 0 ∑V = 0
RVA – P1 – D1 SIN30° = 0 D1 SIN 30° + D2 SIN 30° – P2 = 0
4.925 – 800 – (D1 0,5) = 0 (8.250 0,5) – (D2 0,5) – 2.750 = 0
4.125 – 2.750 + D2 0,5 = 0
D1 = 8.250 Kg (Tarik)
D2 = -2.750 Kg (Tekan)
∑H = 0
A1 + COS30° = 0 ∑H = 0
A1 + (8.250 0,866) = 0 B1 + D2 COS30° – D1 COS30° = 0
A1 = -7.144,5 Kg (Tekan) B1+ (-2.750 0,866) + (8.250 0,866) = 0
B1 – 2.381,5 – 7.144,5 = 0
B1= 9.526 Kg (Tarik)
23
Titik potong C Titik potong D
∑V = 0
∑V = 0
RVB – D4 SIN 30° + ( – P1 = 0 D4 SIN 30° + D3 SIN 30° – P2 = 0
(8.250 0,5) – (D3 0,5) – 2.750 = 0
4.925 – (D4 0,5) – 800 = 0
4.125 – D4 0,5 = 0 4.125 – 2.750 + D3 0,5 = 0
D3 = -2.750 Kg (Tekan)
D4 = 8.250 Kg (Tarik)
∑H = 0 ∑H = 0
Titik potong E
∑V = 0 ∑H = 0
-D2 sin 30° - D3 sin 30° - T1 = 0 -A1 – (-A2 ) = 0
-(-2750 . 0,5) – (-2750 . 0,5) – T1 = 0 -7.144,5 + 7.144,5 = 0
1375 + 1375 – T1 = 00 = 0
T1 = 2.750 Kg (Tarik)
24
Batang Gaya Tarik Gaya Tekan
(kg) (kg)
A1 7.144,5
A2 7.144,5
B1 9.526
B2 9.526
D1 8.250
D2 2.750
D3 2.750
D4 8.250
T1 2.750
σtk =
53,125 =
2b2 =
2b2 =
b =√
b = 8,2 → 8 cm
25
h = 2b
h = 2 x 8,2
h = 16,4 → 20 cm
b) Batang Bawah
B1 dan B2 (P = 9.526 kg)
σtr =
53,125 =
Anetto =
Anetto =
Abrutto =
Abrutto =
2b2 =
b =√
b = 10,3 → 12 cm
h = 2b
h = 2 x 10,3
h = 20,6 → 20 cm
26
Dimensi yang digunakan untuk batang B1 dan B2 ; 12/20, karena
dilapangan tidak ada dimensi ukuran tersebut sehingga ukuran yang di
gunakan 2 x 8/15
Pembuktian
σtk = < σtk//
σtk = ( )
< 53.125 125 kg/cm2
c) Batang Diagonal
D1 dan D4 (P = 8.250)
σtr =
53,125 =
Anetto =
Anetto =
Abrutto =
Abrutto =
2b2 =
b =√
b = 9,5 → 10 cm
h = 2b
h = 2 x 9,5
h = 19 → 20 cm
27
σtk = ( )
< 53.125 125 kg/cm2
D2 dan D3 (P = 2.750 )
σtk =
53,125 =
2b2 =
2b2 =
b =√
b = 5,1 → 6 cm
h = 2 x 5,1
h = 10,2 → 12 cm
d) Batang Tegak
T1(P = 2.750 kg)
σtr =
53,125 =
Anetto =
Anetto =
Abrutto =
28
Abrutto =
2b2 =
b =√
b = 5,5 → 6 cm
h = 2b
h = 2 x 5,5
h = 11 → 12 cm
Dimensi yang digunakan untuk batang T1 ; 6/12
Pembuktian:
σtk = < σtk//
29
30
Gambar 4. 2 Sambungan Kuda-Kuda Kayu
31
BAB 5.
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari pemaparan diatas, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Kayu adalah bagian batang atau cabang serta ranting tumbuhan yang mengeras
karena mengalami lignifikasi (pengayuan). Kayu digunakan untuk berbagai
keperluan, mulai dari memasak, membuat perabot (meja, kursi), bahan bangunan
(pintu, jendela, rangka atap), bahan kertas, dan banyak lagi.
2. Sifat Utama Kayu
a. Renewable resources
b. Bahan mentah yang mudah dijadikan barang lain.
c. Barang – barang seperti kertas, bahan sintetik, teksil, bahkan sampai daging
tiruan.
d. Mempunyai sifat-sifat spesifik (elastis, ulet tahan terhadap pembebanan yang
tegak lurus dengan serat atau sejajar seratnya).
e. Sifat – sifat seperti ini tidak dipunyai oleh bahan-bahan lain yang bias dibuat
oleh manusia.
3. Bagian-bagian dari penampang kayu
a. Kulit, sebagai pelindung bagian bagian yang lebih dalam pada kayu (iklim,
serangan serangga, jamur), sebagai saluran cairan/bahan makanan dari akar
kedaun dipucuk pohon.
b. Kambium, berupa jaringan lapisan tipis dan bening tugasnya kearah luar
membentuk kulit yang baru, kearah dalam membentuk kayu yang baru.
c. Kayu Gubal, sel-sel kayu yang masih hidup.
d. Kayu Teras, sel-sel kayu yang sudah tua dan mati. Warna lebih tua, penumpu
berdirinya pohon, mempunyai sifat mekanis yang tinggi.
e. Hati, bagian kayu yang dipusat. Merupakan permulaan kayu tumbuh.
f. Lingkaran Tahun, lingkaran yang menunjukkan perkembangan kayu dari
musim hujan kemusim kering.
32
4. Sifat-sifat kayu:
a. Sifat higroskopik
b. Sifat mekanis
c. Sifat fisis kayu
d. Tingkat kekuatan kayu
5. Keleibhan dan kekurangan kayu
a. Kelebihan:
Banyak didapat di Indonesia dan bisa didaur ulang lagi ketersediaannya
dengan menanam kembali (Reboisasi).
Mudah dikerjakan dan mudah dibentuk sesuai kebutuhan dan kegunaannya
serta harga yang relatif murah
Kekuatan kayu cukup tinggi dan ringan.
Daya tahan terhadap listrik dan bahan kimia (kecuali bahan imia yang
keras) cukup tinggi/baik
Pada jenis kayu tertentu mempunyai tekstur yang indah, sehingga
mempnyai nilai dekoratif yang indah/baik.
Kedap suara
b. Kekurangan:
Sifatnya kurang homogen
Mudah dipengaruhi oleh iklim/cuaca.
Lendutan dapat terjadi pada keadaan kelembaban tinggi.
Mudah terserang serangga, jamur dan cacing laut.
Adanya cacat-cacat bawaan dan cacat alam, seperti : mata kayu dan pecah-
pecah
Agak mudah terbakar
6. Kuda-kuda kayu adalah suatau susunan rangka batang yang berfungsi untuk
mendukung beban atap termasuk beratnya sendiri. Kuda-kuda kayu juga dapat
memberikan bentuk pada atap suatu bangungan. Kuda-kuda kayu termasuk
penyangga utama pada struktur atap. Struktur ini termasuk dalam klasifisikasi
struktur frame work atau secara umumnya kuda-kuda ini terbuat dari kayu. Kuda-
kuda kayu memiliki bentuk segitiga.
7. Bagian-bagian dari kuda-kuda kayu:
33
a. Batang tarik
b. Batang tekan
c. Balok lentur
8. Hasil analisis rangka kuda-kuda kayu
5.2 Saran
Tabel 5. 1 Perhitungan perletakan batang dan dimensi kayu
34
DAFTAR PUSTAKA
1. Chandra Afriade Siregar. 2016. Konstruksi Kayu. Modul Ajar. Universitas Sangga
Buana YPKP
2. Muhammad Dheny Nugraha. 2014. Struktur Kayu. Tugas Besar. Universitas
Serang Raya
3. Nanda Prayoga. 2015. Struktur Kayu. Tugas Besar. Universitas Musi Rawas
4. Abikk elzulfa. 2013. Sifat-Sifat Kayu [internet] di
https://abikk.wordpress.com/2013/11/09/sifat-sifat-kayu/
5. Eri Putra S. 2015. Konstruksi Kayu dan Konstruksi Kuda-Kuda. Makalah.
6. Mulyati. 2015. Struktur Kayu. Bahan Ajar. Institut Teknologi Padang
35