Balok juga merupakan salah satu pekerjaan beton bertulang. Balok merupakan bagian
struktur yang digunakan sebagai dudukan lantai dan pengikat kolom lantai atas. Fungsinya
adalah sebagai rangka penguat horizontal bangunan akan beban-beban.
Apabila suatu gelagar balok bentangan sederhana menahan beban yang mengakibatkan
timbulnya momen lentur akan terjadi deformasi (regangan) lentur di dalam balok tersebut.
Regangan-regangan balok tersebut mengakibatkan timbulnya tegangan yang harus ditahan
oleh balok, tegangan tekan di sebelah atas dan tegangan tarik dibagian bawah. Agar stabilitas
terjamin, batang balok sebagai bagian dari sistem yang menahan lentur harus kuat untuk
menahan tegangan tekan dan tarik tersebut karena tegangan baja dipasang di daerah tegangan
tarik bekerja, di dekat serat terbawah, maka secara teoritis balok disebut sebagai bertulangan
baja tarik saja (Dipohusodo,1996).
Persyaratan balok menurut PBBI 1971.N.I - 2 hal. 91 sebagai berikut :
a. Lebar badan balok tidak boleh diambil kurang dari 1/50 kali bentang bersih. Tinggi
balok harus dipilih sedemikian rupa hingga dengan lebar badan yang dipilih.
b. Untuk semua jenis baja tulangan, diameter (diameter pengenal) batang tulangan
untuk balok tidak boleh diambil kurang dari 12 mm. Sedapat mungkin harus
dihindarkan pemasangan tulangan balok dalam lebih dari 2 lapis, kecuali pada
keadaan-keadaan khusus.
c. Tulangan tarik harus disebar merata didaerah tarik maksimum dari penampang.
d. Pada balok-balok yang lebih tinggi dari 90 cm pada bidang-bidang sampingnya harus
dipasang tulangan samping dengan luas minimum 10% dari luas tulangan tarik
pokok. Diameter batang tulangan tersebut tidak boleh diambil kurang dari 8 mm pada
jenis baja lunak dan 6 mm pada jenis baja keras.
e. Pada balok senantiasa harus dipasang sengkang. Jarak sengkang tidak boleh diambil
lebih dari 30 cm, sedangkan dibagian balok sengkang-sengkang bekerja sebagai
tulangan geser. Atau jarak sengkang tersebut tidak boleh diambil lebih dari 2/3 dari
tinggi balok. Diameter batang sengkang tidak boleh diambil kurang dari 6 mm pada
jenis baja lunak dan 5 mm pada jenis baja keras.
Jenis-Jenis Balok
a. Balok sederhana bertumpu pada kolom diujung-ujungnya, dengan satu ujung bebas
berotasi dan tidak memiliki momen tahan. Seperti struktur statis lainnya, nilai dari semua
reaksi,pergeseran dan momen untuk balok sederhana adalah tidak tergantung bentuk
penampang dan materialnya.
b. Kantilever adalah balok yang diproyeksikan atau struktur kaku lainnya didukung hanya
pada satu ujung tetap
c. Balok teritisan adalah balok sederhana yang memanjang melewati salah satu kolom
tumpuannya.
d. Balok dengan ujung-ujung tetap ( dikaitkan kuat ) menahan translasi dan rotasi
e. Bentangan tersuspensi adalah balok sederhana yang ditopang oleh teristisan dari dua
bentang dengan konstruksi sambungan pin pada momen nol.
f. Balok kontinu memanjang secara menerus melewati lebih dari dua kolom tumpuan untuk
menghasilkan kekakuan yang lebih besar dan momen yang lebih kecil dari serangkaian
balok tidak menerus dengan panjang dan beban yang sama.
b. Balok baja
Balok baja menopang dek baja atau papan beton pracetak. Balok dapat ditopang oleh
balok induk ( girder ), kolom, atau dinding penopang beban.
Balok induk, balok, kolom baja structural digunakan untuk membangun rangka
bermacam-macam struktur mencakup bangunan satu lantai sampai gedung pencakar
langit. Karena baja structural sulit dikerjakan lokasi ( on-site ) maka biasanya dipotong,
dibentuk, dan dilubangi dalam pabrik sesuai spesifikasi disain. Hasilnya berupa
konstruksi rangka structural yang relative cepat dan akurat. Baja structural dapat
dibiarkan terekspos pada konstruksi tahan api yang tidak terlindungi, tapi karena baja
dapat kehilangan kekuatan secara drastic karena api, pelapis anti api dibutuhkan untuk
memenuhi kualifikasi sebagai konstruksi tahan api.
Balok baja berbentuk wide-flange ( W ) yang lebih efisien secara structural telah
menggantikan bentuk klasik I-beam ( S ). Balok juga dapat berbentuk channel ( C ), tube
structural,
c. Balok beton
Balok beton merupakan pelat beton yang dicor di tempat dikategorikan menurut
bentangan dan bentuk cetakannya
KOLOM
Kolom adalah komponen struktur bangunan yang bertugas menyangga beban aksial tekan
vertikal dengan bagian tinggi yang ditopang paling tidak tiga kali dimensi laterial terkecil
(Dipohisodo,1994). SK SNI T-15-1991-03 mendefinisikan kolom adalah komponen struktur
bangunan yang tugas utamanya menyangga beban aksial tekan vertikal dengan bagian tinggi
yang tidak ditopang paling tidak tiga kali dimensi lateral terkecil.
Kolom merupakan salah satu pekerjaan beton bertulang. Kolom beton (tiang beton)
adalah beton bertulang yang diletakkan dengan posisi vertikal. Kolom berfungsi sebagai
pengikat pasangan dindng bata dan penerus beban dari atas menuju sloof yang kemudian
diterima oleh pondasi. Kolom berfungsi sangat penting, agar bangunan tidak mudah roboh.
Beban sebuah bangunan dimulai dari atap. Beban atap akan meneruskan beban yang
diterimanya ke kolom. Seluruh beban yang diterima kolom didistribusikan ke permukaan
tanah di bawahnya. Kesimpulannya, sebuah bangunan akan aman dari kerusakan bila
besar dan jenis pondasinya sesuai dengan perhitungan.
Kegagalan kolom akan berakibat langsung akan runtuhnya komponen struktur lain yang
berhubungan dengannya atau bahkan merupakan batas runtuh total keseluruhan struktur suatu
bangunan. Pada umumnya kegagalan atau keruntuhan komponen tekan tidak diawali dengan
tanda peringatan yang jelas, bersifat mendadak. Oleh karena itu, dalam merencanakan struktur
kolom harus diperhitungkan secara cermat dengan memberikan cadangan kekuatan lebih
tinggi daripada untuk komponen struktur lainnya.
Jenis-Jenis Kolom
Berdasarkan bentuk dan susunan tulangan, kolom dapat dibagi menjadi tiga kategori, yaitu :
a. Kolom segi empat atau bujur sangkar dengan tulangan memanjang dan sengkang.
b. Kolom bundar dengan tulangan memanjang dan tulangan lateral sengkang atau lateral.
c. Kolom komposit yang terdiri atas beton dan profil baja atau pipa. Structural di dalamnya
dengan/tanpa diberi tulangan pokok memanjang.
Dalam buku struktur beton bertulang (Istimawan dipohusodo, 1994) ada tiga jenis kolom
beton bertulang yaitu :
a. Kolom menggunakan pengikat sengkang lateral. Kolom ini merupakan kolom brton yang
ditulangi dengan batang tulangan pokok memanjang, yang pada jarak spasi tertentu diikat
dengan pengikat sengkang ke arah lateral. Tulangan ini berfungsi untuk memegang
tulangan pokok memanjang agar tetap kokoh pada tempatnya. Terlihat dalam gambar 1.(a).
b. Kolom menggunakan pengikat spiral. Bentuknya sama dengan yang pertama hanya saja
sebagai pengikat tulangan pokok memanjang adalah tulangan spiral yang dililitkan keliling
membentuk heliks menerus di sepanjang kolom. Fungsi dari tulangan spiral adalah
memberi kemampuan kolom untuk menyerap deformasi cukup besar sebelum runtuh,
sehingga mampu mencegah terjadinya kehancuran seluruh struktur sebelum proses
redistribusi momen dan tegangan terwujud. Seperti pada gambar 1.(b).
c. Struktur kolom komposit seperti tampak pada gambar 1.(c). Merupakan komponen struktur
tekan yang diperkuat pada arah memanjang dengan gelagar baja profil atau pipa, dengan
atau tanpa diberi batang tulangan pokok memanjang.
Berdasarkan kolom yang digunakan pada bangunan sederhana, kolom dibedakan menjadi:
a. Kolom Utama
Kolom utama adalah kolom yang fungsi utamanya menyanggah beban utama yang
berada diatasnya. Untuk rumah tinggal disarankan jarak kolom utama adalah 3.5 m, agar
dimensi balok untuk menompang lantai tidak tidak begitu besar, dan apabila jarak antara
kolom dibuat lebih dari 3.5 meter, maka struktur bangunan harus dihitung. Sedangkan
dimensi kolom utama untuk bangunan rumah tinggal lantai 2 biasanya dipakai ukuran
20/20, dengan tulangan pokok 8d12mm, dan begel d 8-10cm ( 8 d 12 maksudnya jumlah
besi beton diameter 12mm 8 buah, 8 – 10 cm maksudnya begel diameter 8 dengan jarak 10
cm).
b. Kolom Praktis
Kolom praktis adalah kolom yang berpungsi membantu kolom utama dan juga sebagai
pengikat dinding agar dinding stabil, jarak kolom maksimum 3,5 meter, atau pada
pertemuan pasangan bata, (sudut-sudut). Dimensi kolom praktis 15/15 dengan tulangan
beton 4 d 10 begel d 8-20.
PONDASI
Pondasi, adalah suatu konstruksi yang berfungsi untuk memikul beban bangunan,
meneruskan dan membaginya secara merata ke atas lapisan tanah yang keras. Keseimbangan
akan tercapai apabila pondasi menyalurkan beban dari bangunan kelapisan tanah secara
merata, sehingga bilapun pada suatu saat harus terjadi penurunan itu juga akan terjadi secara
merata. Beban yang harus dipikul oleh pondasi terdiri dari beban mati, yaitu beban berat
sendiri pondasi dan seluruh bangunannya, beban angin dan lain-lain. Disamping beban mati,
juga dipikul beban hidup, seperti beban manusia (penghuni), perabotan dan lain-lain.
Konstruksi pondasi harus dirancang dengan penuh perhitungan, dengan memeprtimbangkan
factor-faktor sebagai berikut :
a. Organisasi ruang bangunan
b. Kapasitas dan berat beban bagian-bagian bangunan
c. Struktur bangunan
d. Kondisi tanah (jenis dan kedalaman tanah keras)
e. Jenis bahan pondasi
f. Analisis hidrologis
g. Daya dukung tanah dan lain-lain
Klasifikasi Pondasi
Pondasi terdiri dari 2 jenis yaitu:
a. Pondasi Dangkal (Shallow foundations) . Pondasi dangkal (kadang-kadang disebut
‘pondasi menyebar’ termasuk dudukan umpak (‘pondasi terisolasi’), pondasi
memanjang, pondasi tapak dan pondasi raft.
b. Pondasi Dalam (Deep foundations ). Pondasi dalam termasuk tiang pancang, bor
pile , dinding diafragma dan caissons.
a. Pondasi Dangkal
Pondasi dangkal biasanya dibuat dekat dengan permukaan tanah,
umumnya kedalaman pondasi didirikan kurang 1/3 dari lebar pondasi sampai
dengan kedalaman kurang dari3 m. Kedalaman pondasi dangkal ini bukan aturan yang
baku, tetapi merupakan sebagai pedoman. Pada dasarnya, permukaan pembebanan atau
kondisi permukaan lainnya akan mempengaruhi kapasitas daya dukung pondasi
dangkal. Pondasi dangkal biasanya digunakan ketika tanah permukaan yang cukup kuat
dan kaku untuk mendukung beban yang dikenakan dimana jenis struktur yang
didukungnya tidak terlalu berat dan juga tidak terlalu tinggi, pondasi dangkal umumnya
tidak cocok dalam tanah kompresif yang lemah atau sangat buruk, seperti tanah urug
dengan kepadatan yang buruk , pondasi dangkal juga tidak cocok untuk jenis tanah
gambut, lapisan tanah muda dan jenis tanah deposito aluvial, dll.
a. Pondasi Batu Kali
Pondasi ini digunakan pada bangunan sederhana yang kondisi tanah aslinya
cukup baik. Biasanya kedalaman pondasi ini antara 60 - 100 cm. Dengan lebar tapak
sama dengan tingginya.
Kebutuhan bahan baku untuk pondasi ini adalah :
Pondasi ini juga dapat dipersiapkan untuk bangunan di tanah sempit yang akan
dikembangkan ke atas.
Kebutuhan Bahannya adalah:
1) Harus dipersiapkan bekisting atau cetakan terlebih dulu (Persiapan lebih lama).
2) Diperlukan waktu pengerjaan lebih lama (harus menunggu beton kering/ sesuai
umur beton).
3) Tidak semua tukang bisa mengerjakannya.
4) Diperlukan pemahaman terhadap ilmu struktur.
5) Pekerjaan rangka besi dibuat dari awal dan harus selesai setelah dilakukan galian
tanah.
c. Pondasi Raft
Pondasi ini biasanya digunakan untuk menyebarkan beban dari struktur atas
area yang luas. Pondasi ini sering digunakan di tanah yang lunak dan atau longgar
dengan kapasitas daya tahan rendah.
1. Pondasi Dalam
Pondasi dalam adalah pondasi yang didirikan permukaan tanah dengan kedalam
tertentu dimana daya dukung dasar pondasi dipengaruhi oleh beban struktural
dan kondisi permukaan tanah, pondasi dalam biasanya dipasang pada kedalaman lebih
dari 3 m di bawah elevasi permukaan tanah. Pondasi dalam dapat dijumpai dalam bentuk
pondasi tiang pancang, dinding pancang dan caissons atau pondasi kompensasi
. Pondasi dalam dapat digunakan untuk mentransfer beban ke lapisan yang lebih dalam
untuk mencapai kedalam yang tertentu sampai didapat jenis tanah yang mendukung daya
beban strutur bangunan sehingga jenis tanah yang tidak cocok di dekat permukaan tanah
dapat dihindari.
a. Pondasi Sumuran
Pondasi sumuran adalah jenis pondasi dalam yang dicor di tempat dengan
menggunakan komponen beton dan batu belah sebagai pengisinya.
Disebut pondasisumuran karena pondasi ini dimulai dengan menggali tanah
berdiameter 60 - 100 cm seperti menggali sumur.
Kedalaman pondasi ini dapat mencapai 8 meter. Pada bagian atas pondasi yang
mendekati sloof, diberi pembesian untuk mengikat sloof. Pondasi jenis ini digunakan
bila lokasi pembangunannya jauh sehingga tidak memungkinkan dilakukan
transportasi untuk mengangkut tiang pancang.