Anda di halaman 1dari 28

Pekerjaan Struktur Kolom

BAB II
TINJAUAN UMUM

2.1 Pengertian Struktur Kolom


SNI T-15-1991-03 mendefinisikan kolom adalah komponen struktur bangunan
yang tugas utamanya menyangga beban aksial tekan vertikal dengan bagian tinggi
yang tidak ditopang paling tidak tiga kali dimensi lateral terkecil. Kolom merupakan
elemen vertikal yang sangat banyak digunakan. Kolom tidak selalu harus berarah
vertikal, meskipun suatu elemen struktur bisa berarah miring asalkan bisa memenuhi
definisi kolom, yaitu beban aksial hanya diberikan diujung-ujungnya dan tidak ada
beban transversal.
Menurut Sudarmoko, 1996. Kolom adalah batang tekan vertikal dari rangka
struktur yang memikul beban dari balok. Kolom merupakan suatu elemen struktur
tekan yang memegang peranan penting dari suatu bangunan, sehingga keruntuhan
pada suatu kolom merupakan lokasi kritis yang dapat menyebabkan runtuhnya
(collapse) lantai yang bersangkutan dan juga runtuh total (total collapse) seluruh
struktur.

Gambar 2.1: Gambar Struktur Kolom


(Sumber: Dokumentasi pribadi pembangunan rumah 2 lantai di Jl.Asparagas)

Pembangunan Rumah Tinggal 2 Lantai 5


Pekerjaan Struktur Kolom

2.2 Fungsi Struktur Kolom


Fungsi kolom adalah sebagai penerus beban seluruh bangunan ke pondasi.
Kolom termasuk struktur utama untuk meneruskan berat bangunan dan beban lain
seperti beban hidup (manusia dan barang-barang), serta beban hembusan angin.
Kolom berfungsi sangat penting, agar bangunan tidak mudah roboh. Beban sebuah
bangunan dimulai dari atap. Beban atap akan meneruskan beban yang diterimanya ke
kolom. Seluruh beban yang diterima kolom didistribusikan ke pondasi.
Struktur dalam kolom dibuat dari besi dan beton. Keduanya merupakan
gabungan antara material yang tahan tarikan dan tekanan. Besi adalah material yang
tahan tarikan, sedangkan beton adalah material yang tahan tekanan. Gabungan kedua
material ini dalam struktur beton memungkinkan kolom atau bagian struktural lain
seperti sloof dan balok bisa menahan gaya tekan dan gaya tarik pada bangunan.
Menurut SNI 03-2847-2002 tentang Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk
Bangunan Gedung, kolom adalah struktur dengan rasio tinggi terhadap dimensi lateral
terkecil melebihi 3 yang digunakan terutama yang mendukung beban aksial tekan.
Kolom adalah batang struktural vertikal yang kaku dan relatif ramping, serta
dirancang untuk menopang beban tekan yang diberikan pada ujung-ujung batang.

2.3 Jenis Struktur Kolom


1. Kolom dapat diklasifikasikan bendasarkan bentuk dan susunan tulangannya, posisi
beban pada penampang dan panjang kolom dalam hubungan dengan dimensi
lateral. Berdasarkan bentuk dan susunan tulangannya kolom dapat dibagi menjadi
tiga kategori (nawy, 1990) sebagai berikut:
a. Kolom segi empat, segi panjang atau kolom lingkaran dengan tulangan
memanjang serta sengkang ikat.
b. Kolom tampang lingkaran dengan tulangan memanjang serta sengkang spiral.
c. Kolom komposit yang terdiri atas beton dan profil baja struktural di dalamnya.
Profil baja ini biasanya diletakkan di dalam selubung tulangan biasa.

Pembangunan Rumah Tinggal 2 Lantai 6


Pekerjaan Struktur Kolom

(a) (b) (c) (d) (e)


Gambar 2.2: (a) Kolom bulat tulangan spiral. (b) Kolom segi empat. (c) Kolom segi
panjang. (d) Kolom komposit bulat tulangan spiral. (e) Kolom komposit segi empat.
(Sumber: Buku Struktur Beton Bertulang, Istimawan Dipohusodo)

2. Berdasarkan posisi beban terhadap penampang melintang, kolom dapat


diklasifikasikan dalam kolom dengan beban sentris, dan kolom dengan beban
eksentris. Kolom yang mengalami beban sentris adalah kolom yang menerima
beban aksial tepat pada titik berat penampangnya (tidak terdapat eksentrisitas)
sehingga tidak mengalami momen lentur. Pada kenyataannya kolom mengalami
beban sentris hampir tidak pernah ada. Sedangkan kolom yang mengalami beban
eksentris adalah kolom dengan eksentrisitas pada beban aksial sehingga terjadi
momen lentur.

Gambar 2.3: Berdasarkan posisi beban pada penampang.


(Sumber: www.google.com)

3. Berdasarkan panjang kolom dengan hubungan dengan dimensi lateralnya, kolom


diklasifikasikan menjadi kolom pendek dan kolom panjang (langsing) menurut SK
SNI 2002.
a. Kolom pendek, dimana dalam batas keruntuhan mekanismenya ditentukan oleh
kekuatan bahannya (baja atau beton).

Pembangunan Rumah Tinggal 2 Lantai 7


Pekerjaan Struktur Kolom

b. Kolom panjang (langsing), dimana dalam batas keruntuhan mekanismenya


ditentukan oleh kekuatan bahannya (baja atau beton) dan mungkin juga oleh
adanya faktor tambahan akibat faktor tekuk.

4. Berdasarkan bentuk
Benuk kolom pada bangunan sederhana ada dua jenis sebagai berikut:
 Kolom utama
Kolom utama adalah kolom yang fungsi utamanya menyanggah beban
utama yang berada di atasnya. Untuk rumah tinggal disarankan jarak kolom
utama adalah 3.5 m, agar dimensi balok untuk menompang lantai tidak
tidak begitu besar, dan apabila jarak antara kolom dibuat lebih dari 3.5 m,
maka struktur bangunan harus dihitung. Sedangkan dimensi kolom utama
untuk bangunan rumah tinggal 2 lantai biasanya dipakai ukuran 20/20,
dengan tulangan jumlah besi beton diameter 12 mm 8 buah, beugel diameter
8 dengan jarak 10 cm.
 Kolom praktis
Kolom praktis adalah kolom yang berfungsi membantu kolom utama
dan juga sebagai pengikat dinding agar dinding stabil, jarak kolom
maksimum 3,5 m, atau pada pertemuan pasangan bata, (sudut-sudut).
Dimensi kolom praktis 15/15 dengan tulangan beton 4 d 10 beugel d 8-20.

2.4 Syarat-syarat Kolom Beton Bertulang


Syarat-syarat Kolom Beton Bertulang berdasarkan Peraturan Beton Bertulang
Indonesia SNI 03-2847-2002, yaitu:
1. Ukuran penampang kolom tidak boleh kurang dari 15 cm.
2. Luas tulangan memanjang kolom tidak boleh diambil kurang dari 1% penampang
beton, dengan minimum satu batang tulangan dimasing-masing sudut penampang.
3. Dalam segala hal, luas tulangan memanjang kolom tidak boleh diambil lebih dari
6% dari luas penampang beton. Apabila tulangan memanjang kolom disambung
dengan sambungan lewatan pada stek, maka luas tulangan memanjang maksimum
dibatasi sampai 4% dari luas penampang beton yang ada.
4. Tulangan kolom sedapat mungkin harus dipasang simetris terhadap masing-
masing sumbu utama penampang. Pada kolom-kolom yang memikul gaya normal

Pembangunan Rumah Tinggal 2 Lantai 8


Pekerjaan Struktur Kolom

dengan eksentrisitas terhadap titik berat penampang kurang dari 1/10 dari ukuran
kolom di arah eksentrisitas itu, tulangan-tulangan memanjang harus disebar merata
sepanjang keliling teras kolom.
5. Tulangan memanjang kolom harus diikat oleh sengkang-sengkang dengan jarak
maksimum sebesar ukuran terkecil penampang 15 kali diameter baja tulangan
memanjang yang tersebar dengan minimum 6 mm pada baja lunak dan baja
sedang dan 5 mm pada baja keras.
6. Apabila tulangan memanjang kolom disambung lewat tulangan pada stek, maka
ujung-ujung batang tidak boleh diberi kait kecuali apabila di tempat itu tersedia
cukup ruang sehingga kemungkinan terjadinya sarang-sarang kerikil dapat
dianggap tidak ada.

2.5 Persyaratan Detail Penulangan Struktur Kolom


Sesuai dengan SK SNI T-15-1991-03 pasal 3.3.9, penulangan pokok
memanjang kolom pengikat spiral minimal terdiri dari 6 batang, sedangkan untuk
kolom berpengikat sengkang bentuk segi empat terdiri dari 4 batang, dan bentuk
kolom dengan pengikat sengkang berbentuk segi tiga minimal terdiri dari 3 batang
tulangan. SK SNI T-15-1991-03 pasal 3.16.6 menetapkan bahwa jarak bersih antara
batang tulangan pokok memanjang kolom berpengikat sengkang atau spiral tidak
boleh kurang dari 1,5 atau 40 mm. Persyaratan jarak tersebut juga harus
dipertahankan di tempat-tempat sambungan lewatan batang tulangan. Tebal minimum
selimut beton pelindung tulangan pokok memanjang untuk kolom berpengikat spiral
maupun sengkang dalam SK SNI T-15-1991-03 pasal 3.16.7, ayat 1 ditetapkan tidak
boleh kurang dari 40 mm.
Menurut SK SNI T-15-1991-03 pasal 3.16.10 ayat 5, semua batang tulangan
pokok harus dilingkupi dengan sengkang dan kait pengikat lateral, paling sedikit
dengan batang 10. Batasan minimum tersebut diberlakukan untuk kolom dengan
tulangan pokok memanjang batang 32 atau lebih kecil. Sedangkan untuk diameter
tulangan pokok yang lebih besar lainnya, umumnya sengkang tidak kurang dari batang
12, dan untuk kesemuanya tidak menggunakan ukuran yang lebih besar dari batang
16.

Pembangunan Rumah Tinggal 2 Lantai 9


Pekerjaan Struktur Kolom

Jarak spasi tulangan sengkang tidak lebih dari 16 kali diameter tulangan pokok
memanjan, 48 kali diameter tulangan sengkang, dan dimensi lateral terkecil (lebar)
kolom. Selanjutnya diisyaratkan bahwa tulangan sengkang atau pengikat harus
dipasang dan diatur sedemikian rupa sehingga sudut-sudutnya tidak dibengkok dengan
sudut lebih besar dari 135º. Sengkang dan kait pengikat harus cukup kokoh untuk
menopang batang tulangan pokok memanjang, baik yang letaknya di pojok maupun di
sepanjang sisi ke arah lateral. Berikut contoh susunan penulangan pada kolom tipikal:

Gambar 2.4: Susunan Penulangan Kolom Tipikal


(Sumber: Buku Struktur Beton Bertulang-Istimawan Dipohusodo)

2.6 Macam-Macam Kegagalan Kolom


Berdasarkan besarnya regangan pada tulangan baja yang tertarik, penampang
kolom dapat dibagi menjadi tiga kondisi awal keruntuhan, yaitu:
1. Keruntuhan tarik, yang diawali dengan lelehnya tulangan yang tertarik.
2. Keruntuhan tekan, yang diawali dengan hancurnya beton yang tertekan.
3. Keruntuhan seimbang, terjadi apabila keruntuhan diawali dengan lelehnya
tulangan yang tertarik sekaligus hancurnya beton yang tertekan.

Pembangunan Rumah Tinggal 2 Lantai 10


Pekerjaan Struktur Kolom

Apabila Pn adalah beban aksial dan Pnb adalah beban aksial pada kondisi
seimbang, maka:
1. Pn < Pnb adalah keruntuhan tarik.
2. Pn = Pnb adalah keruntuhan seimbang.
3. Pn > Pnb adalah keruntuhan tekan.
Dalam segala hal, keserasian regangan (strain compatibility) harus tetap
terpenuhi.

2.7 Peralatan Membuat Struktur Kolom


a. Bekisting
Bekisting adalah cetakan sementara yang digunakan untuk menahan beton
selama beton dituang dan dibentuk sesuai dengan bentuk yang diinginkan. Jenis-
jenis bekisting adalah sebagai berikut:
 Bekisting Konvensional
Metode bekisting yang biasanya digunakan pada bangunan dengan material
utama beton, adalah metode bekisting konvensional. Bahan yang digunakan pada
bekisting konvensional diantaranya kayu, multiplex, papan, dan paku yang
mudah didapat tetapi masa pemakaiannya lebih pendek dikarenakan penyusutan
yang besar. Ini mengharuskan pembelian material berulang kali. Selain itu dalam
pengerjaannya harus dipasang dan dibongkar atau dibuat pada setiap elemen
struktur yang membutuhkan tenaga kerja yang kurang terampil sehingga
pengerjaan dengan metode ini memerlukan waktu dan biaya pengerjaan yang
cukup besar.
Pada awalnya bekisting yang dipakai pada pekerjaan konstruksi, biasanya
terbuat dari kayu dengan kadar kelembaban antara 15%-20%. Bekisting
tradisional dengan menggunakan material kayu ini dapat dipakai hampir pada
semua struktur jenis bangunan, Misalnya pondasi, kolom, balok, pelat lantai,
dinding, dan sebagainya.
Bekisting tradisional dengan menggunakan material kayu ini dalam proses
pengerjaannya dipasang dan dibongkar pada bagian struktur yang akan
dikerjakan. Pembongkaran bekisting dilakukan dengan melepas bagian-bagian
bekisting satu per satu setelah beton mencapai kekuatan yang cukup. Jadi
bekisting tradisional ini pada umumnya hanya dipakai untuk satu kali pekerjaan,

Pembangunan Rumah Tinggal 2 Lantai 11


Pekerjaan Struktur Kolom

namun jika material kayu masih memungkinan untuk dipakai maka dapat
digunakan kembali untuk bekisting pada elemen struktur yang lain.
Hasil akhir permukaan beton yang diperoleh dengan menggunakan
bekisting material kayu ini tidak terlalu baik, namun pemakaian bekisting ini
mempunyai tingkat fleksibilitas yang tinggi. Dikatakan tinggi, karena bekisting
tradisional ini dapat dibuat dan dipakai untuk struktur bangunan dengan bentuk
yang bervariasi. Sehingga walaupun dalam perkembangan selanjutnya terdapat
jenis material bekisting baru yang dapat digunakan dalam pembuatan bekisting,
biasanya tetap mengkombinasikan pemakaian bekisting tradisional dengan
bekisting yang modern untuk pekerjaan-pekerjaan struktur yang kecil. Dengan
menggunakan bekisting metode konvensional kekurangannya adalah:
1. Material kayu tidak awet untuk dipakai berulang-ulang kali.
2. Waktu untuk pasang dan bongkar bekisting menjadi lebih lama.
3. Banyak menghasilkan sampah kayu dan paku, sehingga lokasi menjadi kotor.
4. Bentuknya tidak presisi.

Gambar 2.5: Bekisting Konvensional


(Sumber: Dokumentasi pribadi)

 Bekisting Knock Down


Dengan berbagai kekurangan metode bekisting konvensional tersebut maka
direncanakanlah sistem bekisting knock down yang terbuat dari plat baja dan besi
hollow. Untuk 1 unit bekisting knock down ini memang biayanya jauh lebih
mahal jika dibandingkan dengan bekisting kayu, namun bekisting ini lebih awet
dan tahan lama, sehingga dapat digunakan seterusnya sampai pekerjaan selesai,
jika ditotal sampai selesai pelaksanaan, bekisting knock down ini menjadi jauh
lebih murah.

Pembangunan Rumah Tinggal 2 Lantai 12


Pekerjaan Struktur Kolom

Gambar 2.6: Bekisting Knock Down


(Sumber: www.peri.es)

 Bekisting Fiberglass
Material fiber untuk pengganti kayu pada bekisting merupakan ide brillian.
Hal ini disebabkan karena fiber memiliki keunggulan yang lebih baik dari pada
kayu, di samping untuk kepentingan pelestarian lingkungan. Berikut ini adalah
keunggulan bekisting fiber:
1. Bebas kelembaban dan tidak mengalami perubahan dimensi atau bentuk.
2. Pemasangan lebih mudah dan tanpa perlu minyak bekisting.
3. Mempercepat waktu pelaksanaan bekisting.
4. Tidak berkarat.
5. Tidak gampang rusak oleh air sehingga cocok untuk konstruksi bawah tanah
dan lingkungan berair.
6. Efisien secara biaya.
7. Kualitas hasil yang lebih baik.
8. Gampang dipasang dan dilepas sehingga mengurangi biaya upah.
9. Daya tahan lama, dapat digunakan 40-70 kali. Ada produk yang dapat
digunakan hingga 1000 kali.
10. Tahan panas.
11. Ringan, kuat dan kaku, bending modulus yang tinggi.
12. Ketahanan permukaan yang baik, tahan terhadap benturan dan abrasi.
13. Dapat dibor, dipaku, diketam, dan diproses seperti gergaji.
14. Stabilitas yang tinggi terhadap sinar ultraviolet, tidak rapuh dan gampang
retak, gampang untuk dibersihkan.

Pembangunan Rumah Tinggal 2 Lantai 13


Pekerjaan Struktur Kolom

15. Tidak membutuhkan syarat khusus dalam penyimpanan karena sifatnya yang
tahan cuaca.
16. Sampah sisa material bekisting fiber ini dapat diolah kembali seluruhnya dan
sangat ramah lingkungan.

Bekisting fiber banyak keunggulan dibanding dengan bekisting kayu baik


dari sisi mutu, biaya, dan waktu. Bagi Pemilik dan Perencana, bekisting fiber
akan menurunkan biaya proyek. Sedangkan bagi kontraktor, bekisting fiber akan
mempercepat pelaksanaan. Bagi pemerintah dan masyarakt luas, bekisting fiber
akan mengurangi penggunaan kayu secara signifikan sehingga sangat membantu
dalam pelestarian lingkungan.

Gambar 2.7: Bekisting Fiberglass


(Sumber: manajemenproyekindonesia.com)

b. Perancah (Scafolding)
Menurut Permenaker dan Trans No.PER-01/MEN/1980 tentang keselamatan
dan kesehatan kerja konstruksi bangunan, Perancah (scaffolding) adalah bangunan
pelataran (platform) yang dibuat untuk sementara dan digunakan sebagai penyangga
tenaga kerja, bahan-bahan serta alat-alat pada setiap pekerjaan konstruksi bangunan
termasuk pekerjaan pemeliharaan dan pembongkaran. Jenis-jenis Scafolding menurut
bentuknya diantaranya:
a) Modular scaffold
Adalah scaffolding yang seluruh perlengkapannya dibuat melalui pabrikasi
termasuk rangka yang menyilang.
b) Frame scaffold
Adalah rangka scaffolding yang dibuat secara pabrikasi termasuk rangka
menyilang dan perlengkapannya.

Pembangunan Rumah Tinggal 2 Lantai 14


Pekerjaan Struktur Kolom

c) Independent scaffold
Adalah scaffolding yang dilengkapi dengan tiang sebanyak dua atau lebih
dihubungkan satu dengan yang lain secara melintang dan membujur.
d) Hanging scaffold
Scaffolding Independent yang digantungkan pada salah satu struktur tetap
dan tidak dapat diangkat dan diturunkan.
e) Mobile scaffold
Adalah scaffolding yang berdiri sendiri dan dapat berpindah dan dilengkapi
roda pada bagian bawah tiang.
f) Single pole scaffold
Adalah scaffolding terdiri dari tiang satu deret yang disambung dengan
ledger, putlog diikat pada ledger dan diperkuat pada salah satu dinding struktur
tetap atau bangunan.
g) Tube scaffold
Adalah scaffolding yang mempergunakan pipa sebagai tiang, rangka
menyilang, pengikat dan lain-lain, yang disambung dengan klamp.
h) Overhead Scaffold
Adalah scaffolding yang dipasang disuatu ketinggian tertentu pada bagian
luar suatu bangunan yang sifatnya dibangun ke atas atau ke bawah yang berdiri
sendiri dengan bantuan batang penopang.
Jenis-Jenis Scafolding menurut pemasangannya adalah sebagai berikut:
a) Spur scaffold
Adalah scaffolding yang tidak dipasang dari landasan namun dimulai dari
suatu ketinggian yang berada pada bagian luar dari bangunan yang dibantu oleh
batang penopang dari bawah.
b) Cantilever Scaffold
Adalah scaffolding yang ditopang oleh struktur (cantilever), dengan prinsip
kerja seperti tuas.
c) Drop Scaffold
Adalah scaffolding yang dibuat karna tidak memungkinkan membangun
scaffolding jenis yang lain. Dirancang sebagai jenis scaffolding beban sedang
yang dilengkapi 3 lift yang terpasang ke bawah.

Pembangunan Rumah Tinggal 2 Lantai 15


Pekerjaan Struktur Kolom

Jenis-jenis Scafolding menurut bahannya antara lain :


a) Perancah Andang.
Perancah andang digunakan pada pekerjaan yang tingginya 2,5 – 3 m.
Apabila pekerjaan lebih tinggi maka tidak digunakan andang lagi. Macam-
macam perancah andang, yaitu:
 Perancah andang kayu cara membuatnya cepat dan dapat dipindah
pindahkan. Untuk ketinggian perancah tetap tidak dapat disetel. Perancah
andang biasanya pada pekerjaan yang tingginya tidak lebih dari 3 m, untuk
pekerjaan lebih tinggi dari 3 m menggunakan perancah tiang.

Gambar 2.8: Perancah Andang Kayu


(Sumber: http://tukangbata.blogspot.com)

 Perancah andang bambu dapat dipindah-pindah dan sebagai pengikatnya


memakai tali ijuk, karena tali ijuk ini tahan terhadap air, panas dan
sebagainya. Pada perancah andang bambu ini sudah disetel terlebih dahulu,
sehingga tinggi dan panjangnya tidak dapat distel kembali. Biasanya
perancah andang bambu dapat dipakai pada ketinggian pekerjaan tidak lebih
dari 3 m, mengenai kaki andang bambu ada yang pakai 2 atau 3 pasang.

Gambar 2.9: Perancah Andang Bambu


(Sumber: http://tukangbata.blogspot.com)

 Perancah besi sangat praktis dan efisien karena pemasangannya mudah dan
dapat dipindah-pindahkan. Tinggi perancah besi dapat disetel, untuk jarak

Pembangunan Rumah Tinggal 2 Lantai 16


Pekerjaan Struktur Kolom

kaki perancah yang satu dengan yang lain hingga 180 cm dengan tebal
papan 3 cm.

Gambar 2.10: Perancah Andang Bambu


(Sumber: http://tukangbata.blogspot.com)

b) Perancah Tiang
Perancah tiang digunakan apabila pekerjaan sudah mencapai diatas 3 m,
Perancah tiang bisa dibuat sampai 10 m lebih tergantung dari kebutuhan.
Perancah tiang ada 3 macam, yaitu:
 Perancah tiang dari bambu
Pada umumnya perancah bambu banyak dipakai oleh pekerja di
lapangan, baik pada bangunan bertingkat maupun tidak. Alasannya adalah:
• Bambu mudah didapat, kuat, dan murah.
• Pemasangan perancah bambu mudah dibongkar dan dapat dipasang
kembali tanpa merusak bambu.
• Bahan pengikatnya pakai tali ijuk.

Gambar 2.11: Perancah Tiang


(Sumber: http://tukangbata.blogspot.com)

Pembangunan Rumah Tinggal 2 Lantai 17


Pekerjaan Struktur Kolom

 Sistem perancah bambu dengan konsol dari besi


Sistem perancah bambu dengan konsol besi hanya ditahan oleh satu
tiang bambu saja, berbeda dengan perancah yang ditahan oleh beberapa
tiang.
Keuntungannya adalah sebagai berikut:
• Tidak terlalu banyak bambu yang dibutuhkan.
• Cara pemasangannya lebih cepat dari pada perancah bambu.
• Lebih praktis dan menghemat tempat.
• Pemasangan konsol dapat dipindah dari tingkat 1 ke tingkat di atasnya.
• Untuk tiang bambu tidak perlu dipotong.

Gambar 2.12: Perancah Tiang Bambu Dengan Konsol Besi


(Sumber: http://tukangbata.blogspot.com)

 Perancah tiang besi atau pipa


Pada perancah tiang dari besi atau pipa alat penyambungannya
memakai kopling, untuk penyetelannya lebih cepat dibandingkan perancah
tiang bambu.

Gambar 2.13: Perancah Tiang Besi


(Sumber: http://tukangbata.blogspot.com)

Pembangunan Rumah Tinggal 2 Lantai 18


Pekerjaan Struktur Kolom

c) Perancah Besi Beroda


Perancah besi beroda ini terbuat dari pipa galvanis. Pada perancah besi
beroda dapat dipasang di lapangan atau di dalam ruangan. Fungsi rodanya
adalah untuk memindahkan perancah. Pada perancah besi beroda sedikit lain
dari perancah yang ada, karena disini bagian-bagian dari tiangnya sudah
berbentuk kusen, sehingga penyetelan/pemasangannya lebih mudah dan praktis.

Gambar 2.14: Perancah Besi Beroda


(Sumber: http://tukangbata.blogspot.com)

d) Perancah Besi Tanpa Roda.


Perancah ini terdiri dari komponen-komponen kaki pipa berulir, kusen
bangunan, penguat vertikal, tiang sandaran, sambungan pasak, papan panggung,
panggung datar, papan pengaman, tiang sandaran, penutup sandaran, konsol
penyambung, penopang, konsol keluar, tiang sandaran tangga, pinggiran
tangga, anak tangga, sandaran tangga, dan sandaran dobel.

Gambar 2.15: Perancah Besi Tanpa Roda


(Sumber: http://tukangbata.blogspot.com)

Pembangunan Rumah Tinggal 2 Lantai 19


Pekerjaan Struktur Kolom

e) Perancah Menggantung
Pada perancah menggantung digunakan pada pekerjaan pemasangan eternit,
pekerjaan finishing pengecatan eternit, plat beton, dan seterusnya. Jadi perancah
menggantung digunakan pada pekerjaan bagian atas saja dan pelaksanaannya
perancah digantungkan pada bagian atas bangunan dengan memakai tali atau
rantai besi.

Gambar 2.16: Perancah Menggantung


(Sumber: http://tukangbata.blogspot.com)

f) Perancah Frame
Perancah frame biasanya terbuat dari pipa atau tabung logam. Perancah ini
dapat disusun sedemikian rupa menjadi satu kesatuan perancah yang tinggi
untuk menopang pekerja dalam kegiatan konstruksi berlokasi tinggi.

Gambar 2.17: Perancah Frame


(Sumber: www.alibaba.com)

Pembangunan Rumah Tinggal 2 Lantai 20


Pekerjaan Struktur Kolom

g) Perancah Dolken
Merupakan perancah yang berbahan kayu dolken. Kayu bulat/dolken
Biasanya digunakan untuk tiang-tiang perancah dengan ukuran yang biasanya
digunakan adalah berdiameter 6-10 cm.

Gambar 2.18: Perancah Dolken


(Sumber: http://tukangbata.blogspot.com)

b. Beton Decking
Beton decking adalah beton atau spesi yang dibentuk sesuai dengan ukuran
selimut beton yang diinginkan. Biasanya berbentuk kotak-kotak atau silinder. Dalam
pembuatannya, diisikan kawat bendrat pada bagian tengah yang nantinya dipakai
sebagai pengikat pada tulangan.
Beton decking berfungsi untuk menjaga tulangan agar sesuai dengan posisi
yang yang diinginkan, selain itu untuk membuat selimut beton sehingga besi tulangan
akan selalu diselimuti beton yang cukup dan menjaga agar tulangan pada beton tidak
korosi.

Gambar 2.19: Beton Decking


(Sumber: http://yogie-civil.blogspot.com--www.designalert.me)

Pembangunan Rumah Tinggal 2 Lantai 21


Pekerjaan Struktur Kolom

2.8 Material Penyusun Struktur Kolom


Material penyusun Struktur Kolom Beton Bertulang terdiri dari semen, pasir, batu
kerikil, tulangan baja dan kawat ikat. Adapun penjelasan material penyusun Struktur
Kolom Beton Bertulang adalah sebagai berikut :
1. Semen
Ada beberapa jenis semen yang ada di Indonesia, antara lain:
a. Semen Portland Type I
Fungsi semen portland type I digunakan untuk keperluan konstruksi
umum yang tidak memakai persyaratan khusus terhadap panas hidrasi dan
kekuatan tekan awal. Cocok dipakai pada tanah dan air yang mengandung
sulfat 0,0% – 0,10 % dan dapat digunakan untuk bangunan rumah pemukiman,
gedung-gedung bertingkat, perkerasan jalan, struktur rel, dan lain-lain.

Gambar 2.20: Semen Portland Type I


(Sumber: www.bahanbangunanmurah.net)

b. Semen Portland type II


Fungsi semen portland type II digunakan untuk konstruksi bangunan dari
beton massa yang memerlukan ketahanan sulfat (Pada lokasi tanah dan air
yang mengandung sulfat antara 0,10%–0,20%) dan panas hidrasi sedang,
misalnya bangunan di pinggir laut, bangunan dibekas tanah rawa, saluran
irigasi, beton massa untuk dam-dam dan landasan jembatan.

Pembangunan Rumah Tinggal 2 Lantai 22


Pekerjaan Struktur Kolom

Gambar 2.21: Semen Portland Type II


(Sumber: www.bahanbangunanmurah.net)

c. Semen Portland type III


Fungsi semen portland type III digunakan untuk konstruksi bangunan
yang memerlukan kekuatan tekan awal tinggi pada fase permulaan setelah
pengikatan terjadi, misalnya untuk pembuatan jalan beton, bangunan-bangunan
bertingkat tinggi, bangunan-bangunan dalam air yang tidak memerlukan
ketahanan terhadap serangan sulfat.

Gambar 2.22: Semen Portland Type III


(Sumber: www.bahanbangunanmurah.net)

d. Semen Portland type IV


Fungsi Semen portland type IV digunakan untuk keperluan konstruksi
yang memerlukan jumlah dan kenaikan panas harus diminimalkan. Oleh karena
itu semen jenis ini akan memperoleh tingkat kuat beton dengan lebih lambat
ketimbang Portland tipe I. Tipe semen seperti ini digunakan untuk struktur
beton masif seperti dam gravitasi besar yang mana kenaikan temperatur akibat
panas yang dihasilkan selama proses curing merupakan faktor kritis.

Pembangunan Rumah Tinggal 2 Lantai 23


Pekerjaan Struktur Kolom

e. Semen Portland type V


Fungsi semen portland type V dipakai untuk konstruksi bangunan-
bangunan pada tanah/air yang mengandung sulfat melebihi 0,20% dan sangat
cocok untuk instalasi pengolahan limbah pabrik, konstruksi dalam air,
jembatan, terowongan, pelabuhan, dan pembangkit tenaga nuklir.

Gambar 2.23 Semen Portland Type V


(Sumber :www.bahanbangunanmurah.net)

f. Super Masonry Cement


Semen ini dapat digunakan untuk konstruksi perumahan gedung, jalan dan
irigasi yang struktur betonnya maksimal K 225. Dapat juga digunakan untuk bahan
baku pembuatan genteng beton, hollow brick, Paving Block, tegel dan bahan
bangunan lainnya.

Gambar 2.24: Semen Portland Campur


(Sumber: www.bahanbangunanmurah.net)

g. Oil Well Cement, Class G-HSR (High Sulfate Resistance)


Merupakan semen khusus yang digunakan untuk pembuatan sumur minyak
bumi dan gas alam dengan konstruksi sumur minyak bawah permukaan laut dan
bumi. Adaptif dapat ditambahkan untuk pemakaian pada berbagai kedalaman dan
temperatur.

Pembangunan Rumah Tinggal 2 Lantai 24


Pekerjaan Struktur Kolom

Gambar 2.25: Oil Well Cement


(Sumber: www.bahanbangunanmurah.net)

h. Portland Composite Cement (PCC)


Semen memenuhi persyaratan mutu Portland Composite Cement SNI 15-
7064-2004 dapat digunakan secara luas untuk konstruksi umum pada semua beton.
Struktur bangunan bertingkat, struktur jembatan, struktur jalan beton, bahan
bangunan, beton pra tekan dan pra cetak, pasangan bata, plesteran dan acian, panel
beton, paving block, hollow brick, batako, genteng, dan potongan ubin lebih mudah
dikerjakan. Suhu beton lebih rendah sehingga tidak mudah retak, lebih tahan
terhadap sulfat, lebih kedap air dan permukaan acian lebih halus.

Gambar 2.26 Semen Portland Composit


(Sumber :www.bahanbangunanmurah.net)

i. Portland Pozzolan Cement (PPC)


Semen yang memenuhi persyaratan mutu semen Portland Pozzoland SNI 15-
0302-2004 dan ASTM C 595 M-05 s dapat digunakan secara luas seperti:
 Konstruksi beton massa (bendungan, dam dan irigasi).
 Konstruksi beton yang memerlukan ketahanan terhadap serangan sulfat
(Bangunan tepi pantai, tanah rawa).

Pembangunan Rumah Tinggal 2 Lantai 25


Pekerjaan Struktur Kolom

 Bangunan/ instalasi yang memerlukan kekedapan yang lebih tinggi.


 Pekerjaan pasangan dan plesteran.

Gambar 2.27: Semen Portland Pozzolan


(Sumber: www.bahanbangunanmurah.net)

2. Pasir
Pasir yang bagus adalah pasir dengan kandungan lumpur yang sedikit.
Misalnya pasir galunggung/pasir beton, pasir putih (pasir bangka), dan pasir sungai
berwarna hitam. Salah satu ciri pasir yang mengandung lumpur yaitu berwarna
kecoklatan. Saat dicuci akan menghasilkan warna air yang keruh. Ketika
digenggam seringkali menggumpal.

Gambar 2.28: Pasir


(Sumber: dokumentasi pribadi)

3. Kerikil
Batu split yang digunakan juga ada standarnya. Baik ukuran maupun
bentuknya. Tidak mudah tergores, tidak boleh terlalu pipih karena mudah pecah
atau tidak boleh bulat karena licin dan semen sulit merekat. Jenis batu yang
digunakan berupa batu cadas atau batu kali yang dipecah. Ukuran yang dipakai bisa
split 1/2 atau split 3/4 menyesuaikan dengan kerapatan besi tualangan struktur
rumah.

Pembangunan Rumah Tinggal 2 Lantai 26


Pekerjaan Struktur Kolom

Gambar 2.29: Kerikil


(Sumber: dokumentasi pribadi)

4. Air
Air adalah senyawa kimia yang merupakan hasil ikatan dari unsur hidrogen
(H2) yang bersenyawa dengan unsur oksigen (O) dalam hal ini membentuk
senyawa H2O.

5. Tulangan Baja
Tulangan baja merupakan salah satu material yang paling penting pada beton
bertulang. Hal ini dikarenakan beton tidak kuat terhadap tarik. Oleh karena itu
digunakan baja yang kuat terhadap tarik sebagai tulangan sehingga struktur beton
lebih kuat. Baja untuk tulangan pada umumnya dijual dengan berbagai ukuran. Jika
diameter baja yang digunakan lebih kecil dibandingkan spesifikasi yang ditentukan,
kekuatannya tentu akan berkurang. Ada 2 jenis tulangan baja, yaitu:
a. Tulangan ulir (Deformed Bar)
Berdasarkan SNI (dalam Wahyudi, 1999:33), digunakan simbol D untuk
menyatakan diameter tulangan ulir. Sebagai contoh, D-10 dan D-19
menunjukkan tulangan ulir berdiameter 10 mm dan 19 mm. Tulangan ini
tersedia mulai dari diameter 10 hingga 32 mm, meskipun ada juga yang lebih
besar, tetapi umumnya diperoleh melalui pesanan khusus.
Bedasarkan ketentuan SNI T-15-1991-03 pasal 3.5 (dalam Wahudi,
1999:33) baja tulangan ulir labih diutamakan pemakaiannya untuk batang
tulangan. Salah satu tujuan dari ketentuan ini adalah agar struktur beton
bertulang tersebut memiliki keandalan terhadap efek gempa, karena antara lain
terdapat lekatan yang lebih baik antara beton dengan tulangannya.

Pembangunan Rumah Tinggal 2 Lantai 27


Pekerjaan Struktur Kolom

Persyaratan yang harus dipenuhi oleh baja tulangan ulir menurut


L.Wahyudi (1999:3) antara lain:
 Mutu dan cara uji harus sesuai dengan SII-0136-86 atau ekivalen
JLS.G.3112.
 Baja tulangan ulir mempunyai kuat leleh lebih besar dari 400 KN/cm 2 boleh
dipakai asalkan fy adalah tegangan yang memberikan regangan 0,30 %.
 Baja tulangan beton yang dianyam harus memilih ASTM AIG4
“Spesification For Fabricated Deform Steel Bar Mats For Concrete
Reinforcement”.

Diameter Berat Keliling Luas Penampang


(mm) (kg/m) (cm) (cm2)
10 0,67 3,14 0,785
13 1,04 4,08 1,33
16 1,58 5,02 2,01
19 2,23 5,96 2,84
22 2,98 6,91 3,80
25 3,85 7,85 4,91
32 6,31 10,05 8,04
36 7,99 11,30 10,20
40 9,87 12,56 12,60

b. Tulangan polos (Plain Bar)


Baja tulangan ini tersedia dalam beberapa macam diameter tetapi karena
ketentuan SNI (dalam Wahyuidi, 1999:32), hanya memperkenankan
pemakaiannya untuk sengkang dan tulang spiral, pemakiannya terbatas. Saat ini
tulangan polos yang mudah dijumpai adalah hingga diameter 16 mm, dengan
panjang standar 12 m. Tabel dimensi efektif tulangan polos :

Diameter Berat Keliling Luas penmpang


(mm) (kg/m) (cm) (cm2)
6 0,222 1,88 0,283
8 0,395 2,51 0,503
10 0,617 3,14 0,785
12 0,888 3,77 1,13
16 1,58 5,02 2,01

Pembangunan Rumah Tinggal 2 Lantai 28


Pekerjaan Struktur Kolom

Gambar 2.30: Tulangan Baja


(Sumber: www.ironsteelcenter.com)

6. Kawat Ikat Beton


Kawat ikat beton adalah kawat yang terbuat dari bahan baja yang digunakan
untuk mengikat tulangan. Kawat ikat beton juga biasa disebut dengan bendrat.

Gambar 2.31 Kawat Ikat


(Sumber :www.alibaba.com)

2.8 Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)


Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah bidang yang terkait dengan
kesehatan, keselamatan, dan kesejahteraan manusia yang bekerja di sebuah institusi
maupun lokasi proyek. Tujuan K3 adalah untuk memelihara kesehatan dan
keselamatan lingkungan kerja. K3 juga melindungi rekan kerja, keluarga pekerja,
konsumen, dan orang lain yang juga mungkin terpengaruh kondisi lingkungan kerja.
Melalui Departement Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia. Hal ini
tertulis di Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.
Per.08/Men/VII/2010 tentang pelindung diri, adapun bentuk dari Alat Pelindung Diri
(APD) adalah:

Pembangunan Rumah Tinggal 2 Lantai 29


Pekerjaan Struktur Kolom

1. Helm Pengaman (Safety helmet)


Berfungsi sebagai pelindung kepala dari benda yang bisa mengenai kepala
secara langsung.
2. Sabuk Keselamatan (safety belt)
Berfungsi sebagai alat pengaman ketika menggunakan alat transportasi
ataupun peralatan lain yang serupa (mobil, pesawat, alat berat, dan lain-lain).
3. Sepatu Karet (Rubbershoe boot)
Berfungsi sebagai alat pengaman saat bekerja di tempat yang becek ataupun
berlumpur. Kebanyakan dilapisi dengan metal untuk melindungi kaki dari benda
tajam atau berat, benda panas, cairan kimia, dan sebagainya.
4. Sepatu pelindung (safety shoes)
Seperti sepatu biasa, tapi dari bahan kulit dilapisi metal dengan sol dari
karet tebal dan kuat. Berfungsi untuk mencegah kecelakaan fatal yang menimpa
kaki karena tertimpa benda tajam atau berat, benda panas, cairan kimia, dan
sebagainya.
5. Sarung Tangan
Berfungsi sebagai alat pelindung tangan pada saat bekerja di tempat atau
situasi yang dapat mengakibatkan cedera tangan. Bahan dan bentuk sarung tangan
di sesuaikan dengan fungsi masing-masing pekerjaan.
6. Tali Pengaman (Safety Harness)
Berfungsi sebagai pengaman saat bekerja di ketinggian. Diwajibkan
menggunakan alat ini di ketinggian lebih dari 1,8 meter.
7. Penutup Telinga (Ear Plug / Ear Muff)
Berfungsi sebagai pelindung telinga pada saat bekerja di tempat yang
bising.
8. Kaca Mata Pengaman (Safety Glasses)
Berfungsi sebagai pelindung mata ketika bekerja (misalnya mengelas).
9. Masker (Respirator)
Berfungsi sebagai penyaring udara yang dihirup saat bekerja di tempat
dengan kualitas udara buruk (misal berdebu, beracun, dan sebagainya).
10. Pelindung wajah (Face Shield)
Berfungsi sebagai pelindung wajah dari percikan benda asing saat bekerja
(misal pekerjaan menggerinda).

Pembangunan Rumah Tinggal 2 Lantai 30


Pekerjaan Struktur Kolom

11. Jas Hujan (Rain Coat)


Berfungsi melindungi dari percikan air saat bekerja (misal bekerja pada
waktu hujan atau sedang mencuci alat).

Semua jenis APD harus digunakan sebagaimana mestinya, gunakan pedoman


yang benar-benar sesuai dengan standar keselamatan kerja (K3L: Kesehatan,
Keselamatan Kerja dan Lingkungan).

2.9 Cara Membuat Struktur Kolom


Cara membuat kolom beton bertulang antara lain :
1. Pada tahap perencanaan, membuat gambar desain bangunan untuk
menggambarkan bentuk konstruksinya dan menentukan letak kolom struktur.
2. Selanjutnya melakukan perhitungan struktur bangunan untuk mendapatkan
dimensi kolom dan bahan bangunan yang kuat untuk digunakan namun tetap
ekonomis.
3. Melakukan pekerjaan pengukuran untuk menentukan posisi kolom bangunan, ini
harus sesuai dengan gambar rencanaapalagi pada gedung bertingkat tinggi yang
angka toleransi kesalahan hanya beriksar 1 cm, jika salah dalam mengukur maka
ada resiko keruntuhan gedung.
4. Menghitung kebutuhan besi tulangan dan bentuk potongan besi yang perlu
dipersiapkan. ini sering disebut sebagai bestek besi.
5. Merangkai potongan besi sesuai dengan bentuk kolom yang telah direncanakan.
6. Memasang rangkaian besi tulangan pada lokasi kolom yang akan dibuat.
7. Membuat bekisting/cetakan. bisa terbuat dari kayu, plat alumunium atau media
lain yang mampu menahan saat proses pekerjaan pengecoran beton.
8. Memasang bekisting sehingga membungkus besi tulangan.
9. Melakukan pengecekan posisi bekisting apakah sudah sesuai dengan ukuran
rencana, dan apakah sudah benar-benar tegak.
10. Menghitung kebutuhan beton yang dibutuhkan.
11. Membuat adukan beton atau memesan beton precast dengan kualitas sesuai hasil
perhitungan semula. misalnya mau menggunakan mutu beton K-250, K-300, K-
400 dan seterusnya.

Pembangunan Rumah Tinggal 2 Lantai 31


Pekerjaan Struktur Kolom

12. Melakukan pekerjaan pengecoran kolom, penentuan tinggi cor bisa dilakukan
dengan berpedoman pada ukuran bekisting atau mengukur sisa cor dari ujung atas
bekisting.

2.10 Kerusakan Pada Struktur Kolom


Keretakan pada kolom bisa dikategorikan menjadi tiga jenis, kerusakan yang
sifatnya tidak membahayakan, sedang dan membahayakan bila tidak segera ditangani.
Tiga jenis keretakan kolom adalah:
1. Retak Geser
Retak dengan pola diagonal/miring pada kolom biasanya disebut retak
geser, yang disebakan oleh gaya pada arah horizontal/datar. Retak geser seperti ini
cukup membahayakan bila tidak segera di tangani, karena bisa menyebakan kolom
roboh dan tidak mampu menopang bangunan.
2. Retak Lentur
Retak dengan pola horisontal/datar biasanya disebut retak lentur,
disebabkan oleh tekanan yang berlebihan pada kolom. Seperti halnya retak geser,
retak lentur perlu ditangani dengan cermat.
3. Selimut Beton Terkelupas
Selimut beton pada kolom terkelupas, dapat disebakan oleh rendahnya
kualitas/mutu beton yang digunakan, sehingga kekuatan beton terhadap tekanan
berkurang dan selimut beton mudah pecah. Kontrol terhadap tahapan
pembangunan sangat diperlukan untuk mencegah penurunan kualitas beton.
4. Tulangan Bengkok
Kerusakan pada kolom dimana tulangan besi utama terlihat bengkok. Secara
kasat mata terlihat kolom sedikit bengkok. Hal ini diakibatkan kurangnya jumlah
dan atau kurangnya ukuran besi pengikat (sengkang).
5. Retak Rambut Dengan Pola Tidak Beraturan
Saat usia bangunan masih muda, retak-retak rambut sudah bisa dideteksi.
Sekalipun retak rambut tidak membahayakan, namun cukup mengganggu
pemandangan. Retak-retak kecil ini banyak disebabkan oleh pengaruh lingkungan,
yaitu perubahan suhu pana s dan dingin yang drastis. Misalnya rumah dibangun
pada musim panas, setelah selesai terpapar hujan terus menerus.

Pembangunan Rumah Tinggal 2 Lantai 32

Anda mungkin juga menyukai