Anda di halaman 1dari 142

DAFTAR PUSTAKA

- Daniel L. Schodeck; (1985); Struktur ; PT. Eresco; Bandung;


- Forrest Wilson, (1971), Structure the Essence of Architecture, Van Nostrand Reinhold Company,
New York
- Frei, O. (1997). “Lightweight Principle”, Information of the Institut for Lightweight Structure, IL, No.
24.
- Heinrich Engel. (1967); Structure System, Deutsche Verlags Anstalt, Stuttgart.
- Holgates, A. (1997). “The Art of Structural Engineering – The Work of J. Schlaich and His Team”,
Edition Axel Menges, Stuttgart, London.
- Illingworth, JR., (1993), Construction Method and Planning, Van Nostrand Reinhold Company, New
York, USA.
- R. Sutrisno; (1983); Bentuk Struktur Bangunan Dalam Arsitektur Modern; Gramedia, Jakarta
- Wolfgang Schueller; 1976; Horisontal Span Building Structure; John Walley Inc.; New York,
- Z.S. Makowski; (1988); Konstruksi Ruang Baja; Penerbit ITB; Bandung;
- Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah, Nomor : 332/KPTS/M/2002, Tanggal 21
Agustus 2002, tentang ‘Pedoman Teknis Pembangunan Bangunan Gedung Negara’, Kementerian
Permukiman dan Prasarana Wilayah.
- Dadan Rusmawan, Konsep Rumah Tahan Gempa, United Nations Human Settlements Programme,
Programme des Nations Unies pour les établissements humains, Indonesia.

142
Gambar x. Pengaku antar kuda-kuda

Gambar x. Rangka atap dengan kuda-kuda kayu

141
Gambar x. Prilaku keruntuhan struktur atap
Beberapa aspek yang perlu diperhatikan adalah sambungan antar batang horisontal jangan terletak
pada titik buhul, hal ini untuk menghindari terjadinya lendutan, harus dipahami joint antara sambungan
tarik dan sambungan tekan. Plafon pada overstek menggunakan kisi-kisi ukuran 2/3, hal ini dimaksudkan
untuk memberikan sirkulasi udara yang lebih baik, mengingat atap yang dipergunakan adalah seng yang
cukup panas.

Gambar x. Rangkaian struktur atap

140
Gambar x. Detil hubungan bangunan satu dan lainnya

Gambar x. Perkuatan bangunan dengan ‘Bracing’


Struktur Atap
Kuda-kuda menggunakan material kayu dengan atap menggunakan seng. Metoda sambungan yang
dipergunakan sangat sederhana, hal ini untuk memudahkan masyarakat dalam mencontoh. Untuk
memperkuat hubungan antara batang dan menjaga stabilitasnya, maka hubungan antara batang membentuk
segitiga. Hubungan antara kuda-kuda yang satu dengan kuda-kuda lainnya menggunakan batang pengaku
dan batang pengaku di badan bangunan yang biasa disebut dengan batang lintel. Apabila tidak terdapat
batang pengaku (bracing) pada struktur atap yang menahan beban gempa dalam arah horizontal, maka
keruntuhan akan terjadi seperti, diperlihatkan pada gambar berikut:

139
Gambar x. Perkuatan pada pasangan dinding
Kolom
Kolom menggunakan material kayu dengan ukuran yang ada di pasaran yaitu ukuran 2 x 5/10.
Pemakaian ukuran yang ada dipasaran, dimaksudkan untuk memudahkan masyarakat dalam mencontoh.
Untuk menahan gaya geser akibat gempa, maka pada ujung bawah kolom dipasang plat berbentu U yang
ditanam dalam adukan beton sloof.
Untuk menjamin adanya satu kesatuan antara kolom dengan rangka kuda-kuda, maka salah satu
batang diagonal kuda-kuda dipanjangkan sampai ke kolom. Sementara itu untuk menghindari terlepasnya
kusen pintu/jendela, maka batang horisontal kusen pintu/jendela.

Gambar x. Kolom menerus dan shear wall

138
yang cukup lebar seperti : pintu, jendela harus dipasang balok lintel. Dalam desain bangunan ini balok lintel
disatukan dengan kayu kusen atas.

Gambar x. Hubungan dinding dengan kolom

Gambar x. Pengaku pada pasangan dinding

137
 Penempatan fondasi juga perlu diperhatikan kondisi batuan dasarnya.Pada dasarnya fondasi yang baik
adalah seimbang atau simetris. Baik konstruksi maupun kekuatan pendukungnya. Gambar disebelah
kanan ini menunjukkan fondasi yang kurang baik. Lebih baik membuat rata bagian dasar peletak fondasi
sebelum membuat fondasi itu sendiri.

Gambar x. Kesatuan pondasi

Gambar x. Sistim pondasi yang baik


Pasangan Dinding
Dinding yang dipakai merupakan perpaduan antara kebiasaan masyarakat setempat yang
menggunakan material kayu dan dinding yang terbuat dari batu-bata. Untuk menyatukan dinding dengan
kolom maupun sloof, dipergunakan angker yang dipasang pada jarak 0.3 meter. Untuk mengatasi adanya
gaya horisontal akibat gempa, maka pada dinding di pasang pengikat silang sebagai pengaku. Setiap bukaan

136
bersifat daktail, sehingga dapat bertahan apabila mengalami perubahan bentuk yang diakibatkan oleh
gempa.

Gambar x. Kesatuan struktur kolom dan balok


Struktur Pondasi
Pondasi merupakan bagian dari struktur yang paling bawah dan berfungsi untuk menyalurkan beban
ke tanah. Untuk itu pondasi harus diletakkan pada tanah yang keras. KEdalaman minimum untuk
pembuatan pondasi adalah 6- – 75 cm. Lebar pondasi bagian bawah 0,4 m, sedangkan lebar bagian atas
pondasi 0,3 m. Seluruh pekerjaan pasangan batu gunung ini menggunakan adukan campuran 1 semen : 4
pasir. Pasangan batu gunung untuk pondasi dikerjakan setelah lapisan urug dan aanstamping selesai
dipasang.Pondasi juga harus mempunyai hubungan yang kuat dengan sloof. Hal ini dapat dilakukan dengan
pembuatan angkur antara sloof dan pondasi dengan jarak 1 m. Angkur dapat dibuat dari besi berdiameter
12 mm dengan panjang 20 -25 cm.
Pondasi menggunakan sistem pondasi batu kali menerus, dimana hubungan antara sloof dengan
pondasi dipergunakan angker setiap 0.5 meter. Hal ini dimaksudkan supaya ada keterikatan antara pondasi
dengan sloof, sehingga pada saat terjadinya gempa ikatan antara pondasi dengan sloof tidak lepas.
 Sangat sederhana membuat fondasi rumah, namun fondasi yang kuat memerlukan pengetahuan yang
cukup sehingga fondasi bangunan yang baik haruslah kokoh menyokong beban dan tahan terhadap
perubahan termasuk getaran.

135
Gambar x. Terjadi perubahan massa bangunan akibat deformasiyang tidak sama

Gambar x. Kerusakan akibat tanpa pemisahan struktur (Dilatasi)


Kesatuan Struktur antara Struktur Atap, struktur dinding dan struktur pondasi
Prinsip dasar dari bangunan tahan gempa adalah membuat seluruh struktur menjadi satu kesatuan
sehingga beban dapat ditanggung dan disalurkan bersama-sama dan proporsioanal. Bangunan juga harus

134
Gambar x. Susunan massa bangunan

Gambar x. Susunan denah bangunan

133
Prinsip Dasar
Konsep hunian tahan gempa adalah bangunan yang dapat bertahan dari keruntuhan akibat getaran
gempa, serta memiliki fleksibilitas untuk meredam getaran. Prinsipnya pada dasarnya ada dua, yaitu
kekakuan struktur dan fleksibilitas peredaman.
1) Prinsip dasar kekakuan strukur rumah
Prinsip kekakuan struktur rumah menjadikan struktur lebih solid terhadap goncangan. Terbukti, struktur
kaku seperti beton bertulang jika dibuat dengan baik dapat meredam getaran gempa dengan baik. Hal ini
berarti perlu diperhatikan dengan sungguh-sungguh struktur yang dibuat pada saat pembangunan agar
dapat lebih kuat dan lebih kaku. Kekakuan struktur dapat menghindarkan kemungkinan bangunan
runtuh saat gempa terjadi. Kolom-kolom dan balok pengikat harus kuat dan ditopang oleh pondasi yang
baik pula.
2) Prinsip flexibilitas
Adanya kemungkinan struktur bangunan dapat bergerak dalam skala kecil, misalnya dengan
menggunakan prinsip hubungan roll pada tumpuan-tumpuan beban. Yang dimaksud dengan roll adalah
jenis hubungan pembebanan yang dapat bergerak dalam skala kecil untuk meredam getaran.
3) Prinsip penggunaan bahan material yang ringan dan “kenyal”
Prinsip penggunaan bahan material yang ringan dan “kenyal”, yaitu menggunakan bahan-bahan
material ringan yang tidak lebih membahayakan jika runtuh dan lebih ringan sehingga tidak sangat
membebani struktur yang ada. Contohnya : struktur kayu dapat menerima perpindahan hubungan antar
kayu dalam skala gempa sedang.
4. Prinsip massa yang terpisah-pisah
Prinsip massa yang terpisah-pisah, yaitu memecah bangunan dalam beberapa bagian menjadi
struktur yang lebih kecil sehingga struktur ini tidak terlalu besar dan terlalu panjang karena jika terkena
gempa harus meredam getaran lebih besar.

132
 Penempatan fondasi juga perlu diperhatikan kondisi batuan dasarnya.Pada dasarnya fondasi yang baik
adalah seimbang atau simetris. Baik konstruksi maupun kekuatan pendukungnya. Gambar disebelah
kanan ini menunjukkan fondasi yang kurang baik. Lebih baik membuat rata bagian dasar peletak fondasi
sebelum membuat fondasi itu sendiri.

Gambar x. Kerusakan yang terjadi


Sistem dinding dari rumah-rumah yang terkena dampak gempa di daratan Sumatra meliputi jenis-
jenis struktur sebagai berikut:
1) Ikatan bata atau setengah ikatan bata – Dinding pasangan bata berketinggian penuh dengan jenis dan
tingkat ikatan yang beragam mulai dari pasangan bata yang tidak diikat (tanpa tulangan), kolom praktis
dan ring balok dari kayu, kolom praktis beton bertulang dengan ring balok dari kayu, serta kolom praktis
dan ring balok dari beton bertulang
2) Semi permanen dengan rangka kayu (terdapat pasangan bata di bagian bawah dan anyaman bambu
yang diplester atau kayu di bagian atasnya)
3) Rangka kayu

8.4. KONSEP BANGUNAN GEMPA


Konsep bangunan tahan gempa pada dasarnya adalah upaya untuk membuat seluruh elemen rumah
menjadi satu kesatuan yang utuh, yang tidak lepas/runtuh akibat gempa. Penerapan konsep tahan gempa
antara lain dengan cara membuat sambungan yag cukup kuat diantara berbagai elemen tersebut serta
pemilihan material dan pelaksanaan yang tepat.
Konsep rumah contoh yang dikembangkan Kantor Menteri Negara Riset dan Teknologi (KMNRT)
tidak hanya mengacu kepada konsep desain tahan gempa saja, akan tetapi mencakup konsep pemanfaatan
material setempat, budaya masyarakat dalam membangun rumah, serta aspek kemudahan pelaksanaan.

131
Gambar x. Skema gempa akibat tumbukan
Hal ini bisa terjadi, seperti adanya tumbukan akibat adanya Lempeng Samudera yang rapat massanya
lebih besar ketika bertumbukkan dengan lempeng benua di zona tumbukan (subduksi) akan menyusup ke
bawah. Gerakan lempeng itu akan mengalami perlambatan akibat gesekan dari selubung bumi. Perlambatan
gerak itu menyebabkan penumpukkan energi di zona subduksi dan zona patahan.

8.3. TINGKAT KERUSAKAN AKIBAT GEMPA


Kerusakan Rumah di Daratan Sumatra
 Rumah-rumah terpengaruh secara signifikan oleh gempa ini. Di daratan Sumatra, kerusakan rumah
menjalar di sepanjang pantai baik ke arah utara dari Bengkulu atau ke arah selatan dari Padang ke
Kabupaten Pasisir Selatan.
 Pondasi umumnya berupa pondasi menerus dangkal yang terbuat dari pasangan batu sungai bulat dalam
mortar semen. Atap terdiri dari kuda kuda kayu yang menopang seng, asbes, atau genting. Atap pelana
dan perisai merupakan jenis struktur atap yang umum dijumpai. Di daerah Bengkulu, tombak layar dari
kayu lebih umum dijumpai dibanding tombak layar dari pasangan bata.
 Sangat sederhana membuat fondasi rumah, namun fondasi yang kuat memerlukan pengetahuan yang
cukup sehingga fondasi bangunan yang baik haruslah kokoh menyokong beban dan tahan terhadap
perubahan termasuk getaran.

130
Gambar x. Skema Gempa (terjadinya) Longsoran

Gambar x. Skema Gempa (terjadinya) longsoran di bawah laut


d. Gempa Tumbukan
Batu meteor besar yang jatuh di daratan di permukaan bumi juga dapat menimbulkan gempa bumi.
Hal ini sangat jarang terjadi dan apabila memang terjadi, efek kerusakan yang ditimbulkan dapat sangat
besar tergantung dari besar batu meteor yang jatuh tersebut.

129
disekitar gunung tersebut akan mengalami peningkatan dan hal inilah yang menyebabkan getaran-getaran
pada tanah yang disebut gempa vulkanik. Seperti halnya gempa tektonik, gempa ini dapat terjadi hanya
dibeberapa bagian bumi yang disekitarnya terdapat gunung berapi aktif (daerah ring of fire).

Gambar x. Skema Gempa Vulkanik


c. Gempa longsoran.
Gempa bumi ini terjadi apabila terjadi longsoran tanah atau tebing didaerah pegunungan atau
perbukitan dan sangat jarang terjadi. Walaupun skala gempa ini kecil, namun gempa ini dapat terjadi di
daerah manapun yang wilayahnya berbukit dan memiliki struktur tanah yang labil. Tsunami juga dapat
terjadi akibat dari gempa ini, yaitu apabila longsoran dari gunung, bukit ataupun tebing terjadi dilaut. Hal
ini pernah terjadi di Indonesia saat gunung Krakatau meletus pada tahun 1883. Letusan gunung tersebut
sangat besar sehingga mengakibatkan longsoran yang besar dari gunung tersebut. Karena gunung tersebut
berada ditengah laut, maka material longsoran tersebut jatuh ke laut dan mengakibatkan air laut bergejolak
dan menimbulkan tsunami setinggi 30-36 meter dipesisir Jawa bagian barat dan Sumatra bagian selatan dan
tercatat lebih dari 30.000 nyawa manusia melayang akibat bencana tersebut.

128
a. Gempa Tektonik.
Ini merupakan tipe gempa yang paling sering terjadi dan yang paling banyak menimbulkan
kerusakan bahkan korban jiwa. Gempa ini terjadi akibat dari pergerakan lempeng tektonik bumi yang terjadi
secara tiba-tiba, sehingga menimbulkan getaran hingga dipermukaan bumi. Pada gempa tektonik, tidak
semua bagian pada permukaan bumi ini berpotensi terjadi gempa tersebut, melainkan lebih sering terjadi
pada daerah atau wilayah pertemuan antara lempeng tektonik bumi baik didarat ataupun dilautan. Lempeng
tektonik bumi memang selalu berberak (30mm – 70mm per tahun) dan apabila lapisan batuan atau tanah
yang terdapat pada kerak bumi sudah tidak dapat menahan pergerakan tersebut, maka akan terjadi slip dan
patahan sehingga energi yang besar akibat tumbukan dari lempeng tersebut terlepas secara tiba-tiba.
Akibat dari hal tersebut akan terjadi getaran hingga kepermukaan bumi, dan apabila getaran tersebut
terjadi dalam sekala besar, maka dampaknya akan sangat merusak terutama pada bangunan-bangunan dan
juga dapat menimbulkan korban jiwa. Dan ada efek lain yang dampaknya juga sangat besar dari gempa type
ini, yaitu Tsunami. Apabila gempa ini terjadi dilautan, pergerakan tanah yang terjadi secara tiba-tiba didasar
laut dapat menyebabkan air laut bergejolak dan menimbulkan gelombang besar dipantai yang dapat
memiliki ketinggian hingga puluhan meter.

Gambar x. Skema Gempa Tektonik


b. Gempa Vulkanik.
Sesuai dengan namanya, gempa ini terjadi akibat dari aktivitas gunung berapi, walaupun hal ini
jarang terjadi dan apabila terjadi skala dari gempa ini tidak sebesar gempa tektonik. Apabila sebuah gunung
berapi mengalami peningkatan aktivitas hingga terjadi letusan, pergerakan magma pada perut bumi

127
 Getaran tanah lambat dengan lama sampai 5 menit dan arah agak seragam, terjadi pada keadaan tanah
yang agak lunak. Amplitudo getaran tanah ini agak besar (hingga 30 cm).
Pembagian Daerah Gempa SNI 1726-2002 menurut Peraturan gempa Indonesia yang baru, SNI
1726-2002, membagi Indonesia dalam 6 wilayah gempa, dimana wilayah gempa 6 merupakan daerah
dengan resiko gempa sangat tinggi.

Gambar x. pembagian jalur gempa di Indonesia


Keterangan:
 Wilayah 1 : 0,03 g : Palangkaraya, Banjarmasin, Merauke
 Wilayah 2 : 0,10 g : Pekanbaru, Jambi, Palembang, Makassar, Kendari, Samarinda, Surabaya
 Wilayah 3 : 0,15 g : Medan, Solo, Jakarta, Yogjakarta
 Wilayah 4 : 0,20 g : Banda Aceh, Sukabumi, Bandung, Garut, Tasikmalaya, Cilacap, Blitar, Malang,
Denpasar, Mataram, Ambon, Palu, Ternate, Sorong, Monokwari, Tual.
 Wilayah 5 : 0,25 g : Padang, Kupang, Manado, Biak, Jayapura
 Wilayah 6 : 0.30 g : Bengkulu, Bandar Lampung,
Secara umum, gempa bumi dibedakan menjadi beberapa bagian berdasarkan faktor utama penyebab
terjadinya gempa tersebut, yaitu :
126
8.2. GEMPA BUMI
Merupakan suatu fenomena alam yang tidak dapat dihindari, tidak dapat diramalkan kapan terjadi
dan berapa besarnya, serta akan menimbulkan kerugian baik harta maupun jiwa bagi daerah yang
ditimpanya dalam waktu relatif singkat.
Menurut ‘Teori Pelat Tektonik’, para ahli geologi mengasumsikan bahwa dunia terdiri dari beberapa
lempengan yang mengambang, dimana masing-masing lempengan tersebut bergerak pada arah yang
berlainan sehingga tabrakan/tumbukan antara dua atau lebih dari lempengan tersebut tidak dapat dihindari,
dimana lempeng yang kuat akan melengkung ke atas, itulah peristiwa terjadinya ‘pegunungan’, sedangkan
lempeng yang lemah akan terdesak ke bawah atau patah, peristiwa terjadi ‘jurang’.
Pada peristiwa tabrakan/tumbukan tersebut akan terjadinya gesekan antara dua atau lebih
lempengan yang mengakibatkan adanya pelepasan ‘energi’ yang besar sekali, yang berpengaruh pada
daerah-daerah yang lemah pada lempengan tersebut. Bila daerah lemah berada di daerah puncak, akan
terjadi ‘letusan gunung api’ yang diawali dengan adanya ‘gempa vulkanik’. Pada daerah di bawah, bila
terjadi patahan pada lempengan, akan terjadi peristiwa ‘gempa tektonik’.
Gempa bumi merupakan gerakan atau pergeseran lempeng bumi dan menyebabkan terjadinya gempa
dislokasi (sesar). Gempa pada permukaan bumi dapat dibagi atas :
 Getaran tanah oleh gelombang seismik
 Pergeseran bumi (sesar) oleh retakan, longsor, penurunan permukaan tanah dan sebagainya.
 Mencairnya bagian bumi tertentu sehingga menghilangkan kestabilannya.
Jika di permukaan bumi terdapat bangunan, maka bangunan dapat mengalami kerusakan oleh
getaran bumi. Akibatnya gedung dapat runtuh, bendungan roboh, pipa air dan gas patah (yang
mengakibatkan kerusakan sekunder, yaitu banjir dan kebakaran). Getaran tanah oleh gempa bumi dapat
digolongkan menjadi :
 Getaran tanah yang merupakan goncangan tunggal yang terjadi pada keadaan tanah yang keras, dimana
jarak episentral dan kedalaman pusat gempa agak kecil.
 Getaran tanah berarah seragam, dengan frekuensi di bawah 0.2 detik dan amplitudo (simpangan getar)
agak kecil beberapa sentimeter saja).
 Getaran tanah sedang dengan lama 20-30 detik dan arah tidak teratur. Getaran tanah berfrekuensi
sangat tidak merata diantara 0.05-6 detik dengan amplitudo lumayan besar (kurang lebih hingga 20 cm)
getaran ini merupakan jenis yang paling umum.

125
BAB VIII
BANGUNAN TAHAN GEMPA

8.1. TINJAUAN GEMPA DI INDONESIA


Wilayah Indonesia mencakup daerah-daerah yang mempunyai tingkat resiko gempa yang tinggi
diantara beberapa daerah gempa diseIuruh dunia, hal ini disebabkan karena wilayah kepulauan Indonesia
berada di antara 4 (empat) sistem tektonik yang aktif. Yaitu tapal batas lempeng Eurasia, lempeng Indo-
Australia, lempeng Filipina dan lempeng Pasifik.
Di samping itu Indonesia adalah negara kepulauan dengan garis pantai terpanjang di dunia sehingga
selain rawan terhadap gempa juga rawan terhadap tsunami. Data-data terakhir yang berhasil direkam
menunjukkan bahwa rata-rata setiap tahun terjadi sepuluh kegiatan gempa bumi yang mengakibatkan
kerusakan yang cukup besar di Indonesia. Sebagian terjadi pada daerah lepas pantai dan sebagian lagi pada
daerah pemukiman.
Gempa bumi 27 Mei 2006 telah memporak-porandakan daerah istimewa Yogyakarta dan sebagian
Jawa Tengah. Gempa bumi dengan kekuatan 6,3 Skala Richter tersebut terjadi pada pagi hari pukul 06.55,
dengan durasi 52 detik. Karena gempa berasal dari kedalaman yang relatif dangkal yaitu 33 km di bawah
permukaan tanah, maka goncangan di permukaan bumi lebih dahsyat dari pada gempa yang terjadi pada
lapisan yang lebih dalam. Maka terjadi kerusakan yang cukup besar khususnya Kabupaten Bantul di Propinsi
Yogyakarta dan Kabupaten Klaten di Propinsi Jawa Tengah. Gempa tersebut telah mengakibatkan lebih dari
5000 jiwa meninggal dan 3700 orang luka-luka.
Pengetahuan tentang gempa bumi penting bagi masyarakat agar masyarakat memahami akibatnya
dan membangun rumah yang tahan gempa untuk mengurangi risiko ketika getaran gempa menerpa
bangunan. Pada pembahasan kali ini akan lebih ditekankan pada kajian perencanaan struktur atap terhadap
gempa. Pada tanggal 12 dan 13 September 2007 telah terjadi dua gempa menghantam Pulau Sumatra,
Indonesia, menyebabkan kerusakan di Provinsi Bengkulu, Jambi, Sumatra Barat dan Kepulauan Mentawai.
Dan serupa dengan gempa lain yang baru-baru ini terjadi di Indonesia, rumah-rumahlah yang mengalami
kerusakan paling parah akibat gempa tanggal 12 dan 13 September tersebut. Di daratan Sumatra, 17.695
rumah hancur, 1.035 rumah rusak parah, dan 49.496 rumah mengalami kerusakan ringan (Laporan
Situasi OCHA No. 8).

124
Proses ketiga belas : Berlindung Dari Badai
Burj Dubai dirancang dengan empat tempat penampungan pengungsian setiap 30 lantai dalam
keadaan darurat seperti kebakaran atau serangan teroris. Juga, di samping 54 lift kecepatan tinggi, lift
darurat terpisah tengah dipasang dengan cepat dan aman mengevakuasi penghuni terletak pada tingkat
lebih tinggi.

Gambar x. Letak shaft

Gambar x. Sosok gedung

123
Gambar x. Jarak antar lantai
Proses kedua belas : Lindung Nilai Kontrak
Untuk memastikan Burj Dubai adalah yang tertinggi di planet ini, menara ini atasnya dengan
struktur spiral yang memanjang dari tanda 700 meter. Untuk mendapatkan itu di sana, blok untuk dasar
spiral sebenarnya berkumpul di dalam gedung. Kemudian, pipa puncak menara diangkat oleh jack hidrolik
dengan bantuan kabel baja

Gambar x. Pijakan alat pengangkut

122
Proses kesepuluh : Hoist Away
Pekerja keras lainnya adalah hoist titanic, seorang aneh yang mengangkat bahan-bahan berat dan
pekerja konstruksi. Sebanyak 14 kerekan sementara kecepatan tinggi terus-menerus perjalanan naik dan
turun menara.

Gambar x. Pengangkut bahan secara vertikal (lift)

Proses kesebelas : Perasaan akan tenggelam


Sebuah bangunan ukuran ini (ingat, struktur ini berbobot 500.000 ton) memiliki kecenderungan
untuk tenggelam, jika yang sedikit. Jadi setiap lantai dibangun rata-rata 4mm lebih tinggi dari ketinggian
lantai yang ditunjuk.

121
Proses kedelapan : Mendapatkan Hak
Empat Pekerja menempatkan beton, atau distributor, telah didirikan di lokasi pembangunan Menara
Burj sehingga beton yang dapat dicampur dan cor diangkut dengan cepat dan efisien.

Gambar x. Mengangkut beton


Tiga pompa tekanan tinggi adalah di tangan di lokasi Tower Burj untuk mengangkut beton sampai
dengan awak kerja konstruksi di ketinggian belum pernah terjadi sebelumnya. Tantangannya adalah untuk
mengirim beton kekuatan tinggi sampai dengan ketinggian 570m tanpa kehilangan daya tahan dasar atau
konsistensi.

Gambar x. Alat pendorong beton

120
Proses keenam : Berat yang diangkat
Bahkan sebelum lantai tertentu selesai, insinyur konstruksi posisi bentuk dan bahan bangunan di
berikutnya dengan jack hidrolik Berkapasitas 2.300 ton.

Proses ketujuh : Super Cranes


Di paling atas selesai lantai di Burj Dubai, tiga crane tower raksasa telah dipasang untuk mengangkat
sejumlah besar bahan bangunan dengan cepat di mana mereka dibutuhkan.

Gambar x. Tataletak cranes

119
Gambar x. Tahap persiapan
Proses keliama : Mendapatkan Beton
Pada hari kedua dari siklus konstruksi tiga hari, bentuk yang menciptakan struktur interior di lantai
tertentu diatur ke posisi sementara pintu bukaan dan dukungan balok baja terpasang juga. Beton hari
berikutnya akan dituangkan ke dalam bentuk – dan kemudian, pada ke lantai berikutnya.

Gambar x. Erektion beton


118
Proses ketiga : Mata di Langit
Untuk memastikan stabilitas struktural dari Burj Dubai selama konstruksi, gerakan menara vertikal
dan lateral dilacak dengan bantuan sistem penentuan posisi berbasis satelit global. Selama konstruksi, setiap
perubahan dalam distribusi beban bangunan erat dimonitor secara real time melalui penggunaan lebih dari
700 sensor tertanam dalam strukturnya.

Gambar x. Monitoring dengan satelit


Proses keempat : Persiapan
Sebagian besar jadwal konstruksi 47-bulan untuk Menara Burj dasarnya adalah pengulangan dari
suatu jadwal produksi tiga hari yang melibatkan instalasi bala bantuan baja, menuang beton, dan
sebagainya. Di sini, segmen baja telah berkumpul di area pementasan di tanah sebelum diangkat ke daerah
memperbaiki di langit saat konstruksi berlangsung.

117
7.3. TAHAPAN PELAKSANAAN
Tahap Pertama : Pondasi Raksasa
Menara ini akan berhenti di atas pondasi frame-tebal 3,7 juta segitiga didukung oleh 192 tumpukan
baja bulat atau dukungan silinder mengukur diameter 1.5m dan memperluas 50m (164 ft) di bawah tanah.

Gambar x. Pekerjaan pondasi


Proses kedua : Anti Gempa
Kekuatan tinggi beton digunakan untuk membantu mencapai stabilitas di struktur ultra-tinggi. Burj
Dubai dirancang untuk menahan gempa berukuran sampai dengan enam pada skala Richter. Ini juga akan
terus stabil selama angin parah hingga 55m per detik

Gambar x. Pekerjaan Pondasi

116
yaitu metode penggalian memakai cara Open Cut dan metode konstruksi Up-down. Hal ini karena
pelaksanaan galiannya dikerjakan secara bertahap ke samping dimulai dari bagian tengah basement yang
dikerjakan dengan sistem Open Cut, dan bagian samping basement dikerjakan dengan sistem Up-down.
Hal ini dilakukan karena lahan yang tersedia untuk mobilisasi sangat terbatas dimana bangunan yang
akan dikerjakan berdampingan/berada diantara bangunan yang sudah jadi, yaitu Gedung Yosep dan
Gedung Maria yang merupakan bagian dari Rumah Sakit Santo Borromeus yang cukup padat dan terkenal di
kota Bandung. Selain itu juga gedung yang akan dibangun berdampingan dengan gedung Heritage yaitu
Kapel dan Ex Administrasi yang dibangun tahun 1928 yang menggunakan pondasi batu kali. Proses
kontruksi tidak memakai Temporary Retaining Wall tapi menggunakan DPT (Dinding Penahan Tanah) yang
dikerjakan dari atas ke bawah secara bertahap sehingga dari segi biaya juga sangat murah dan efesien.
Metode ini sangat cocok diterapkan pada lahan yang terbatas dengan kondisi tanah sedang/baik.
Pada metode semi up-down sebagai penahan tanah menggunakan bored piles yang dipasang tidak
terlalu rapat (cenderung per as kolom) yang nantinya berfungsi sebagai kolom basement dengan ditambah
DPT yang juga berfungsi menjadi dinding basement (permanen).

7.2. KASUS GEDUNG TINGGI


The Burj Dubai tower adalah gedung tertinggi di dunia yang selesai dibangun pada tahun 2008 yang
dirancang oleh perusahaan AS arsitektur Skidmore, Owings & Merrill, hal itu akan rumah 39 lantai ruang
hotel, 64 lantai apartemen, dan 37 lantai ruang kantor.

Gambar x. Burj Dubai tower

115
Metode Konstruksi Up-Down
Dalam pelaksanaan metode konstruksi Up-down struktur bawah atau basement dilakukan secara
bersamaan dengan struktur atas (upper Structure) sehingga berbeda dengan metode yang diterapkan dalam
sistem konvensional dimana struktur atas dapat dikerjakan setelah struktur bawah telah benar-benar selesai
dikerjakan. Ketika pelaksanaan pada struktur bawah berlangsung pada struktur atas pun kegiatan
pembangunan berlangsung pula. Karena urutan pekerjaan yang berbeda dengan urutan pekerjaan yang
umum dilakukan, maka diperlukan beberapa teknik khusus dan peralatan yang pengendalian prosesnya
dalam proyek secara umum berbeda dengan yang dilakukan pada metode konvensional.
Untuk mempercepat bangunan bagian atas dalam Up-down Construction Method sebaiknya struktur
bagian bawah dibuat dari baja. Pada metode ini tiang pondasi dipasang kemudian struktur bagian atas
didirikan bersamaan dengan penggalian ruangan dari lantai dasar ke bawah. Metode ini memungkinkan
upper structure dimulai lebih awal.
Pendorong utama dalam menggunakan metode ini dalam suatu proyek adalah apabila jadwal waktu
pelaksanaan sebagai faktor utama dibandingkan dengan biaya, misalnya bangunan untuk penyewa yang
harus beroperasi pada waktu tertentu.
Metode Up-down pada proyek konstruksi lebih efektif apabila diterapkan pada proyek yang memiliki
setidaknya 3 (tiga) tingkat bangunan ke bawah basement atau ±10 m [Nova, 2002]. Adapun faktor penting
lainnya yang harus dipertimbangkan termasuk kondisi tanah, susunan tempat dan garasi. Metode ini cocok
untuk diterapkan pada proyek dengan tanah sedang/baik dengan lahan sempit dan sangat terbatas
sehingga tidak mungkin untuk dilakukan secara konvensional. Metode ini cocok untuk diterapkan pada
proyek yang terletak dipusat perkotaan yang padat.

Metode Konstruksi Semi Up-Down


Kondisi lapangan yang berbeda pada setiap proyek, sangat memungkinkan adanya modifikasi/
pengembangan dari metode konstruksi yang sudah ada. Meskipun demikian modifikasi tersebut tidak
merubah konsep dasarnya. Metode konstruksi Semi Up-down ini merupakan pengembangan dari metode
up-down karena konsep dasarnya berasal dari metode up-down yaitu pekerjaan struktur bawah dikerjakan
bersamaan dengan struktur di atasnya dengan modifikasi pada beberapa pekerjaan, diantaranya pekerjaan
galian, pekerjaan DPT dan pekerjaan kondisional lain yang memungkinkan adanya modifikasi pada elemen
struktur bangunan. Metode semi up-down ini merupakan gabungan dari metode konvensional (Buttom Up)

114
BAB VII
METODE PELAKSANAAN PEMBANGUNAN GEDUNG TINGGI

7.1. METODE PALAKSANAAN


Guna efisiensi waktu dan biaya dalam pelaksanaan konstruksi gedung bertingkat. Maka ada beberapa
metode pelaksanaan konstruksi (Nova, 2002; Kunawatsatit, 1974), antara lain:
a) Metode Bottom Up (Konvensional)
Pada metode ini dapat dilaksanakan dengan metode Open Cut. Metode ini merupakan yang paling
sederhana yaitu dengan melakukan penggalian dari level permukaan tanah (ground level) sampai
pada level kedalaman tanah dasar (base level). Pekerjaan konstruksi dimulai dari level kedalaman
tanah dasar berlanjut ke atas sehingga metode ini dikenal dengan metode Bottom-Up. Kemudian
lubang galian disekeliling basement diurug. metode ini biasanya digunakan pada proyek yang
mempunyai lahan cukup luas dengan kondisi tanah sedang/baik dan jumlah lantai basement kurang
dari dua lantai.
b) Metode Cut and Cover
Pada metode ini, dilakukan pemasangan dinding penahan tanah berupa Sheet Pile Walls atau
Continues Bored Pile Walls. Terlebih dahulu dilakukan penggalian dimulai dari tanah permukaan
sampai dengan tanah dasar basement. Pekerjaan konstruksi dilakukan mulai dari tanah dasar
dilanjutkan ke atas. Biasanya metode ini diterapkan pada konstruksi terowongan (Tunnel
Construction), misalnya konstruksi rel kereta api bawah tanah, saluran air bawah tanah pada daerah
perkotaan yang padat. Metode ini cocok diterapkan pada lahan yang sempit atau kondisi tanah
jelek/sedang.
c) Metode Konstruksi Up-down
Pada prinsipnya pelaksanaan metode ini dimulai dari lantai dasar (ground floor) dan berakhir pada
lantai basement. Sebelum penggalian dilakukan pemasangan dinding penahan tanah berupa dinding
diafragma terlebih dahulu. Pada metode ini diperlukan teknik pelaksanaan yang khusus karena
pekerjaannya berbeda tidak seperti pada metode konvensional.

113
Gambar x. Horizontal line curtain wall

112
Gambar x. Ditail dinding vertikal kaca tunggal

Gambar x. Ditail konstruksi party-wall


111
Gambar x. Ditail dinding kaca luar

110
Gambar x. Ditail ikatan kaca yang diapit aluminium

Gambar x. Ditail ikatan antara aluminium dan kaca

109
6.3. TEKNIK PEMASANGAN DINDING KACA
Pemasangan kaca yang paling banyak dipakai menggunakan dudukan karet dan sealant (lem
perekat). Kaca dipasang tepat di cerukan dinding. Cara lain dengan sistem dinabolt (sejenis mur-baut). Cara
kedua jarang digunakan karena cukup rumit. Membutuhkan struktur tambahan untuk menahan bingkai
kaca jadi alasannya.

Gambar x. Konstruksi kaca sebagai partisi

Gambar x. Ditail ikatan kaca

108
Gambar x. Kaca sebagai dinding luar bahan curved stell-glass

Gambar x. Kaca sebagai dinding partisi

107
Gambar x. The Tower of London dengan ‘cool-reflection-glass’

Gambar x. Aplikasi kaca yang dapat dilihat dari dalam-ke-luar

106
Gambar x. Espirito Santo Plaza dengan low-e insulating-laminated glass
Reflective Glass
Reflective glass is glass which has been treated with a metallic coating which allows the glass to
reflect heat. It is not reflective in the sense that it acts as a mirror, although some reflective glass products do
indeed have a highly reflective surface, but rather in the sense that it reflects radiation, rather than absorbing
it. This type of glass is used in environmentally friendly construction with the goal of reducing heat gain and
loss, making structures much cheaper to heat and cool over the course of the year.
A classic use of reflective glass is in building facades. Glassed-in buildings wax and wane in
popularity around the world, and when they are in vogue, using reflective glass can cut down on operating
costs over the building's lifetime, in addition to making the interior more pleasant to work in. Reflective auto
glass is also available, for installation in environmentally friendly vehicles.

105
Gambar x. Macam-macam Warna Laminated Glass

Gambar x. Struktur Laminated Glass

104
Gambar x. Gedung dengan Mirror Glass
Laminated Glass
Laminated glass is a type of safety glass that holds together when shattered. In the event of breaking, it
is held in place by an interlayer, typically of polyvinyl butyral (PVB), between its two or more layers of glass.
The interlayer keeps the layers of glass bonded even when broken, and its high strength prevents the glass
from breaking up into large sharp pieces. This produces a characteristic "spider web" cracking pattern when
the impact is not enough to completely pierce the glass.
Laminated glass is normally used when there is a possibility of human impact or where the glass could fall if
shattered. Skylight glazing and automobile windshields typically use laminated glass. In geographical areas
requiring hurricane-resistant construction, laminated glass is often used in exterior storefronts, curtain walls
and windows. The PVB interlayer also gives the glass a much higher sound insulation rating, due to the
damping effect, and also blocks 99% of incoming UV radiation.

103
Though window protection and window cleaner skill are vital to ensuring a quality finished product,
no amount of these can overcome low-quality windows. In recent years, low-quality tempered glass has
become a major source of scratched glass. Window manufacturers ultimately make the decision on the
quality of the glass they install in their windows, and should therefore conduct constant quality inspections to
insure only quality, blemish-free tempered glass is being used.
Mirror Glass
A mirror is an object that reflects light or sound in a way that preserves much of its original quality
prior to its contact with the mirror. Some mirrors also filter out some wavelengths, while preserving other
wavelengths in the reflection. This is different from other light-reflecting objects that do not preserve much
of the original wave signal other than color and diffuse reflected light. The most familiar type of mirror is the
plane mirror, which has a flat surface. Curved mirrors are also used, to produce magnified or diminished
images or focus light or simply distort the reflected image.

Gambar x. Mirror Glass

102
Gambar x. Tempered Glass
Tempered glass, the strong and safety glass, is widely used in construction. Its performance of anti-
impact , anti-bending is 5 times than the ordinfary glass, It becomes small roud pieces when boken, thus
people will not get hurt. This type of glass is intended for glass facades, sliding doors, building entrances,
bath and shower enclosures and other uses requiring superior strength and safety properties.

Gambar x. Gedung dengan Tempered Glass

101
Clear Float Glass, Our clear float glass is perfect for a project when specialty glass is not required.
With a high Visibility and light transmission, our clear glass is a reliable product that will reduce your costs.
Our float glass are an excellent choice for residential windows, entrance doors, patio doors, skylights, foyers,
shower and bathtub enclosures, shelving, and even kitchen cabinet doors. The product have widh of 3mm,
4mm, 5mm and 6mm clear float glass is currently in our inventory. We can supply 3.2mm on a special
request basis.
- Heavy Float Glass: With greater thickness, these are great for ice rinks, aquariums and homes with
high wind load requirements.
- Low-E/Low Iron Float Glass: These glass products are an excellent choice for applications that require
unique designs due to climate. Our Low-E glass has an exceptional level of colourlessness which rivals
any in the market. It is the best choice for active and passive solar applications and most fabricated
processes which require precise tinting. Residential skylights, showcases, displays, displays, shower
doors, shelving, and solariums are specialty applications for our low iron float glass.
- Pattern/Textured Glass: We have the capacity to supply at least a dozen patterns of glass designs.
Depending on your privacy preference, a graded range from 1 to 5 obscuration is available upon
request. Please contact our office for details on which patterns are suitable for your project.
Tempered Glass
Tempered glass is one of two kinds of safety glass regularly used in applications in which standard
glass could pose a potential danger. Tempered glass is four to five times stronger than standard glass and does
not break into sharp shards when it fails. Tempered glass is manufactured through a process of extreme
heating and rapid cooling, making it harder than normal glass.
The thermal process that cures tempered glass also makes it heat resistant. Tempered glass is used to
make the carafes in automatic coffee makers and the windows in ovens. Computer screens, skylights, door
windows, tub enclosures and shower doors are more examples of places you will find tempered glass.
Building codes also require the windows of many public structures to be made of tempered glass.
Tempered glass breaks in a unique way. If any part of the glass fails, the entire panel shatters at once.
This distinguishes it from normal glass, which might experience a small crack or localized breakage from an
isolated impact. Tempered glass might also fail long after the event that caused the failure. Stresses continue
to play until the defect erupts, triggering breakage of the entire panel.

100
Float Glass
Float Glass atau Clear Float Glass is distortion-free, precision flat and transparent glass. It is made of
molten glass which flows through tweel to tin bath and then to lehr. While floating through the molten tin,
the glass under the works of gravity and surface tension becomes smooth and flat at both sides.
Float glass is a sheet of glass made by floating molten glass on a bed of molten metal, typically tin,
although lead and various low melting point alloys were used in the past. This method gives the sheet
uniform thickness and very flat surfaces. Modern windows are made from float glass. Most float glass is
soda-lime glass, but relatively minor quantities of specialty borosilicate and flat panel display glass are also
produced using the float glass process.[2] The float glass process is also known as the Pilkington process,
named after the British glass manufacturer Pilkington, which pioneered the technique (invented by Sir
Alastair Pilkington) in the 1950s.

Gambar x. Flot Glass

Gambar x. Crystal Palace Station, London dengan Float Glass

99
amount of heat. Tinted glass, however, provides an easy solution to these problems. Tinted glass refers to any
glass that has been treated with a material such as a film or coating, which reduces the transmission of light
through it. Glass can be tinted with various types of coating, which block and/or reflect different amounts
and types of light, according to the needs and preferences of the consumer.
Tinted glass is also used in commercial buildings to keep the inside cooler, and has the added benefit
of giving the outside of a building a more uniform, aesthetically pleasing appearance. Depending on the
creative use of different colors of tinted glass, the building can also take on a unique and interesting
appearance while being insulated from the sun at the same time.

Gambar x. Tinted glass

Gambar x. Gedung Office Park, Phoenix, AZ. dengan Tinted-Glass Exterior

98
Clear Float glass, tebal 6 mm. ( Danta Prima )
Disatu permukaannya dilapisi (Chemical Deposited Silver), permukaan harus bebas noda dan cacat,
bebas sulfida maupun bercak - bercak lainnya.
Kebanyakan kaca silika yang digunakan di dalam keteknikan mempunyai berbagai substansi yang
ditambahkan ke SiO2, sehingga membuatnya lebih mudah direkayasa, tetapi titik fusinya menjadi lebih
rendah. Kaca-silika di dalam keteknikan diklasifikasikan menjadi tiga kelompok, yaitu :
1. Kaca alkali tanpa oksida berat.
Kaca ini mempunyai titik lebur yang agak rendah. Pemakaiannya antara lain untuk botol dan kaca
jendela.
2. Kaca alkali yang mengandung oksida berat.
Kaca ini mempunyai sifat kelistrikan yang tinggi dibandingkan dengan kaca alkali kelompok 1. Kaca flint
ditambah dengan PbO atau kaca crown ditambah dengan BaO digunakan sebagai kaca optik. Kaca
khusus untuk bahan dielektrik kapasitor adalah kaca flint yang disebut minos. Di antara kaca-kaca
crown terdapat jenis yang disebut pireks. Pireks mempunyai koefisien thermal 33. 10-7 per oC dan
mampu menahan perubahan suhu yang mendadak.
3. Kaca non alkali.
Penggunaan kaca ini adalah sebagai kaca optik dan bahan isolasi listrik. Beberapa jenis kaca dari
kelompok ini mempunyai titik pelunakan yang sangat tinggi.

6.2. APLIKASI KACA PADA BANGUNAN


Aplikasi kaca pada pintu dan jendela bangunan tentu sudah tidak asing lagi. Demikian juga pada
furniture dan elemen interior lainnya. Tapi, aplikasi kaca pada lantai bangunan, khususnya rumah tinggal
mungkin belum banyak yang melakukannya. Selain di beberapa pusat perbelanjaan, aplikasi kaca pada
lantai ini juga dapat kita temui di beberapa kantor dan boutique di kota besar. Hal ini tidak mengherankan,
karena untuk memanfaatkan kaca sebagai material untuk lantai dibutuhkan biaya yang tidak murah. Karena
aplikasi kaca pada lantai ini membutuhkan kaca dengan spesifikasi tertentu. Dan beberapa aplikasi beberapa
jenis kaca pada bangunan, seperti berikut :
Tinted Glass
The glass used for windows in buildings, homes, and cars, while offering the advantage of letting light
in, often compromises the privacy that the occupants desire, and can also let in more than the desired

97
BAB VI
PELAKSANAAN PEKERJAAN KACA

6.1. PENGERTIAN KACA


Kaca adalah salah satu produk industri kimia yang paling akrab dengan kehidupan kita sehari-hari.
Namun tidak banyak yang kita ketahui mengenai kaca tersebut. Dipandang dari segi fisika kaca merupakan
zat cair yang sangat dingin. Disebut demikian karena struktur partikel-partikel penyusunnya yang saling
berjauhan seperti dalam zat cair namun dia sendiri berwujud padat. Ini terjadi akibat proses pendinginan
(cooling) yang sangat cepat, sehingga partikel-partikel silika tidak sempat menyusun diri secara teratur.
Dari segi kimia, kaca adalah gabungan dari berbagai oksida anorganik yang tidak mudah menguap ,
yang dihasilkan dari dekomposisi dan peleburan senyawa alkali dan alkali tanah, pasir serta berbagai
penyusun lainnya. Kaca memiliki sifat-sifat yang khas dibanding dengan golongan keramik lainnya.
Kekhasan sifat-sifat kaca ini terutama dipengaruhi oleh keunikan silika (SiO2) dan proses pembentukannya.
Kaca adalah bahan terbuat dari bahan glass yang pipih pada umumnya mempunyai ketebalan yang
sama, mempunyai sifat tembus cahaya, dapat diperoleh dari proses - proses tarik tembus cahaya, dapat
diperoleh dari proses - proses tarik, gilas dan pengambangan (float glass), mempunyai permukaan yang rata
dan tidak bergelombang. Kaca lembaran yang berbentuk segi empat harus mempunyai sudut serta tepi
potongan yang rata dan lurus, toleransi kesikuan maksimum yang diperkenankan adalah 1,5 mm per meter.
Material kaca memiliki karakter transparan dan berkesan eksklusif. Pada bangunan dengan ruang-
ruang terbatas, penggunaan material dinding kaca bening sangat membantu mengatasi batasan visual dalam
ruang. Kaca umumnya tersedia dalam dua jenis. Kaca bening tembus pandang dan kaca cermin. Jenis kedua
jelas memberikan efek pantul dan mengesankan lapang pada ruang.
Tebal yang layak digunakan jenis kaca bening adalah 5-18mm. Jenis dari kaca bening antara lain
tempered, sandblast, dan laminate. Ukuran standar kaca 120x240cm. Namun kita dapat memesannya
dengan ukuran yang lebih kecil. Sedangkan bahan kaca dan cermin, menurut sesuai SII 0189/78 dan PBVI
1982 yang dibedakan menurut perletakkannya di dalam bangunan, antara lain :
- Bahan untuk kaca Eksterior menggunakan :
Clear Float Glass dengan ketebalan sesuai gambar atau sesuai perhitungan dan rekomendasi dari
produsen.
- Bahan untuk cermin menggunakan :

96
Gambar x. Konstruksi dinding panel

95
Gambar x. Detil konstruksi dinding panel

94
Gambar x. Variasi material B-Panel
Tatcaara pelaksanaan pemasangan dinding panel dapat dilihat pada ditail-ditail ikatan dan konstruksi
seperti dibawah ini.

Gambar x. Sistim joint dinding panel

93
Gambar x. Ditail dinding B-Panel
Dengan adanya lapisan wiremesh besi baja dan beton dengan mutu tinggi di kedua sisi maka dinding
akan semakin kuat dan tidak mudah untuk dibobol. Oleh sebab itu akan lebih baik apabila mulai sekarang,
anda merancang bangunan anda dengan lebih baik lagi terutama untuk kekuatan, keamanan dan daya tahan
untuk waktu yang panjang. Sehingga anda akan merasa aman dan tenang untuk menjaga dan melindungi
aset – aset anda.

Gambar x. Ditail material B-Panel

92
1. b-foam
Bahan yang terbuat dari polystyrene dengan minimum berat jenis 12 kg/m3.
2. Baja Mutu Tinggi (wiremesh)
Baja Mutu Tinggi yang dirangkai dengan desain khusus berdiameter 3mm (mutu U-50).
3. Plaster Beton Shotcrete
Plaster dengan cara shotcrete berguna untuk menyelimuti wiremesh sehingga membentuk struktur
dinding beton dengan ketebalan 3cm di kedua sisi (mutu K-225).

Gambar x. Modul dinding panel B-Panel


Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap bangunan kokoh dan aman maka
diciptakanlah suatu sistem konstruksi multi fungsi yang dinamakan b-panel. b-panel adalah sistem kontruksi
beton yang ringan dan kuat, dimana terdapat lapisan beton dan lapisan wiremesh baja mutu tinggi pada
kedua sisi sehingga kuat terhadap gaya tekan, benturan, dan tahan terhadap gempa. Selain itu terdapat juga
lapisan polystyrene yang bagus untuk insulasi suhu dan suara.

91
Gambar x. Macam modulor dinding panel
Modular Panel yang berukuran seluas modul struktur bidang dinding sangat sesuai untuk fasad
dinding bangunan tingkat tinggi, perumahan, komersial maupun untuk sound barrier wall dan dinding
pagar. Beratnya yang ringan, hanya 1/3 dari beton pracetak konvensional sehingga mengurangi beban
terhadap struktur utama. Modular Panel dapat dipesan sesuai kebutuhan, baik dengan permukaan sudah
dicat, ditempel keramik, maupun batu alam.

Gambar x. Modulor dinding panel


Dinding b-panel merupakan tipe dinding sandwich panel (dinding dengan material berlapis) yang
terdiri dari 3 mateial.

90
Gambar x. Partisi Kaca
Dinding Panel

89
Tongkat ukur
Alat ini berguna untuk menentukan tinggi setiap lapis pasangan dan juga berguna untuk membantu
waterpass dalam menentukan kedataran pasangan.

 MACAM-MACAM DINDING PARTISI


Dinding Partisi Geser
Partisi Geser / Partisi Peredam, adalah solusi untuk mengurangi biaya sewa ruang di Jakarta. Hal ini
dikarenakan, biaya bongkar pasang dinding ruang kerja/kantor semakin tinggi. Disisi lain efektivitas dan
fleksibilitas ruangan sangat diperlukan.
Seringkali, kita membutuhkan ruang meeting / ruang kerja yang berukuran 3x3 m2, tetapi 1-2 jam
kemudian, kita membutuhkan ruang training yang dapat menampung peserta sebanyak 40-60 orang.
Contoh lainnya adalah, sering juga kita membutuhkan 2 ruang meeting yang bersebelahan, tetapi setiap
ruang akan membahas topik yang berbeda.
Pada kondisi-kondisi tersebut diataslah, kita membutuhkan sebuah dinding fleksibel, yang dapat
digeser sesuai dengan kebutuhan. Dinding tersebut juga diharapkan dapat meredam suara, sehingga peserta
meeting dikedua ruangan tidak terganggu. Dinding yang anda butuhkan tersebut, kami beri nama Partisi
Geser / Partisi Peredam.
Partisi Geser / Peredam yang kami produksi adalah sebuah partisi/dinding penyekat yang dapat
dilipat/ digeser untuk membagi ruangan anda sesuai dengan kebutuhan peserta rapat/ meeting. Kelebihan
partisi geser yang kami produksi adalah Rubber sheet, yang berfungsi untuk meredam suara dan Mekanik
yang memperingan kerja anda, saat menggeser dinding partisi tersebut.

Gambar x. Partisi geser/peredam


88
Gambar x. Skop

Plat siku
Plat siku terbuat dari plat besi yang berfungsi untuk mengontrol serta menentukan kesikuan dari suatu
pasangan yang membentuk sudut 900.

Gambar x. Plat siku

Meteran
Meteran atau alat ukur jarak ini berguna untuk mengukur ketebalan, lebar, panjang dan tinggi benda kerja
ataupun jarak dari bidang kerja.

Gambar x. Meteran

Kotak spesi
Kotak spesi berguna untuk tempat meletakkan mortar atau campuran atau spesi untuk pemasangan bata,
ataupun plesteran.

87
Palu pemotong bata
Alat ini berguna untuk memotong, membelah, dan menajamkan bata. Serta bisa dipergunakan untuk
memukul paku jika diperlukan.

Gambar x. Palu pemotong bata

ointer
Alat kerja ini terbuat dari plat besi yang berguna untuk membersihkan dan membentuk siar pada pasangan
batu.

Gambar x. Ointer
Jidar
Jidar terbuat dari logam maupun kayu yang berguna untuk meratakan permukaan pasangan pertama dan
mengecek kerataan dua bidang yang jaraknya besar,( untuk tumpuan waterpass). Dan juga untuk
merapikan serta meratakan permukaan plesteran.

Gambar x. Jidar

Skop
Gunanya untuk mengaduk spesi / mortar

86
Sendok kecil
Peralatan ini mempunyai fungsi sama dengan sendok spesi (cethok), tapi digunakan pada bidang dimana
sendok spesi tidak dapat digunakan, misalnya : mengisi siar, memasang ubin dan lain-lain.

Ruskam
Peralatan ini berguna untuk melicinkan dan meratakan permukaan plesteran secara cepat dan rata, karena
mempunyai bidang kerja yang lebar.
.

Gambar x. Ruskam

Waterpass
Peralatan terbuat dari kayu atau aluminium yang dilengkapi dengan kotak nivo, yaitu sebuah tabung gelas
yang berisi cairan ethel adan ada gelembung udara didalamnya. Dan berfungsi untuk mengukur kedataran
dan ketegakan pasangan.

Gambar x. Waterpass

Line bobbyn
Peralatan kerja terbuat dari plat besi tipis yang dihubungkan dengan benang sebagai pedoman dalam
pasangan bata.

Gambar x. Line Bobbyn

85
Gambar x. Teknik pemasangan pasangan bataco

5.4. PERALATAN KERJA YANG DIPERGUNAKAN


Sendok spesi (Cethok)
Peralatan ini dipergunakan untuk mengambil dan meletakkan mortar dalam pasangan, bahan terbuat dari
plat baja tipis dengan tangkai kayu dan b$erbentuk segitiga.

Sendok spesi Sendok spesi Sendok spesi


kecil lancip besar

Gambar x. Sendok spesi (Cethok)

84
Gambar x. Kolom praktis pada dinding bata
Secara umum dinding bata ini menyangkut aspek pekerjaan arsitektural dan aspek pekerjaan
structural. Dengan bahasa yang sangat mudah diartikan jika pelaksanaan pekerjaan bata ini jelek maka
arsitektur rumah anda atau tampak dari rumah anda menjadi jelek (misal tembok yang miring, tidak rata
atau retak-retak), sedangkan aspek strutural maka kesalahan pelaksanaan pada rumah anda akan
menjadikan kekuatan rumah anda berkurang. Sebenarnya pekerjaan pemasangan dinding bata memang hal
yang cukup sederhana di mana pekerjaan tersebut sudah menjadi kebiasaan tukang, akan tetapi hal yang
tidak kalah pentingnya adalah detail pertemuan dinding bata dengan komponen yang lainya.

Gambar x. Teknik penumpukkan pasangan bataco

83
Pekerjaan pasangan dinding dapat dibuat dari bermacam-macam material sesuai kebutuhan ruang,
antara lain :
a. Dinding batu buatan : bata dan batako
b. Dinding batu alam/ batu kali
c. Dinding kayu: kayu log/ batang, papan dan sirap
d. Dinding beton (struktural – dinding geser, pengisi – clayding wall/ beton pra cetak)

5.3. METODE PELAKSANAAN


Untuk metode pelaksanaan pembuatan dinding bata meliputi pelaksanaan pekerjaan setelah
pemilihan bata. Karena pelaksanaan pekerjaan pembuatan dinding bata atau pemasangan dinding bata
berhubungan langsung dengan pekerjaan yang lain maka keberhasilan pada tahap ini akan mempengaruhi
keberhasilan pelaksanaan pekerjaan lainya dan secara umum akan mempengaruhi hasil dari rumah anda.

Gambar x. Ikatan bata dengan kolom praktis

82
pengikatan ke dinding (biasanya angkur menggunakan besi 10 mm yang ditanamkan ke kolom
sewaktu pengecoran dan muncul dengan panjang antara 15 – 20 cm).
3. Jika kondisi sloof dan kolom sudah baik, kemudian lakukan pembuatan garis benang pada bagian
dinding yang akan dipasangkan. Untuk garis lurus secara horizontal dilakukan pembuatan benang
pada salah satu sisi bagian pinggir bata yang akan dipasang, dilakukan dengan penarikan benang
dari ujung ke ujung dinding. Untuk ketegakan dibuat garis tegak lurus secara
vertical terhadap benang horizontal yang sudah dibuat, pembuatan garis vertical dapat dibuat pada
kolom yang ada ataupun pembuatan mal bantu dikedua ujung dinding yang akan dipasangkan .
4. Jika benang horizontal pada pemasangan awal sudah terpasang. kemudain mulai memasang bata
pada kedua ujung bagian dinding yang akan dipasangkan , kemudian dilanjutkan mulai satu demi
satu hingga tercapai sambungan dari ujung keujung. Lakukan pengecekan leveling diatas batu bata
yang sudah terpasang dan pastikan semua pasangan bata semuanya dalam keadan rata. Jika sudah
rata maka ini adalah menjadi panduan untuk memasang ketingakt berikutnya. Harus dipasikan
ketebal mortar harus tetap sama dan demikian juga pengisian mortar antar bata harus sama.
5. Jika saat pemasangan terdapat perbedaan ketinggian bata, maka untuk mendapatkan kerataan dapat
dilakukan dengan memukul ujung bata dengan pelan sampai bata tetap rata, pemukulan dapat
dilakukan dengan kondisi adukan masih dalam keadaan basah. Jika adukan/ mortar sudah kering
maka mortar harus diambil dan diganti dengan adukan/mortar baru.
6. Jika bata sudah dipasangkan dalam beberapa rangkaian, kadang adukan/mortar ada yang berlebih
atau sampai melelh hingga keluar dari sisi pinggir pasangan, jika itu terjadi adukan berlebih harus
segera di ratakan dengan menggunakan sendok semen supaya permukaan tetap rata , jangan biarkan
sempat mengering karena hal ini sangat mempengarui kerapian dan kerataan dinding saat
pelaksanaan plesteran.
7. Setelah mendapatkan beberapa tingkatan pasangan bata yang sudah dipasangkan yang telah
terhubung dari ujung keujung bagian didnding ayng dipasangkan, anda kemudian harus menarik
garis horizontal dari ujung keujung pada garis vertical yang dibuat untuk mendapatkan ketegakan
dinding. Pemasangan benang horizontal dapat dilakuakn setiap 50 cm . Pastikan anda tetap
memasangkan dalam 1 garis lurus sesuai denga benang yang dipasangkan sehingga didapatkan
ketegakan dinding yang baik dan kondisi pasangan tetap rapi sampai posisi atas.

81
4. Lakukan penumpukan material batu bata dekat area dinding yang dipasangkan. Penumpukan
material tidak boleh terlalu jauh dan tidak terlalu dekat sehingga menyulitkan pemasangan. Batu bata
ditumpuk harus beraturan, supaya memudahkan pengambilan oleh tukang pasang. Untuk
pemotongan, harus disediakan satu orang khusus yang melakukan pemotongan
5. Pastikan adukan mortar menggunakan pasir yang baik dengan gradasi yang bagus. Pasir juga
dianjurkan tidak banyak mengadung butiran batu dan juga tidak banyak mengandung lumpur.
Pastikanpengadukan dilakukan dengan perbandingan campuran dengan seimbang sesuai dengan
yang diisyartakan. Biasanya campuran 1:3, 1:4 dan 1:5.
6. Pembuatan adukan harus diperhatikan secar benar, jangan membuat aduakn dalam volume yang
terlalu banyak, maksudnya harus diseimbangkan antara volume adukan dengan volume pemasangan
. Jika volume adukan terlalu banyak, dikhawatirkan adukan/ mortar sempat mengering.

B. Kelengkapan Peralatan
1. Pastikan anda mempunya semua perlatan yang dibutuhkan . Perlengakapan dari mulai pengadukan,
alat pasang, alat potong dan juga alat penghantar material harus tersedia dengan jumlah yang cukup
dan kondisi yang baik.
2. Pastikan selalu tersedia benang tukang, paku dan waterpass, yang diperlukan untuk pembuatan garis
pandu dan pengecekan kelurusan dan ketegakan pasangan bata.
3. Untuk posisi pemasangan dinding bata pada posisi yang sudah tinggi, harus disediakan scafolding
ataupun perancah kayu dipasang dalam kondisi kuat dan posisi yang tidak terlalu jauh dengan
dinding yang dipasang. Hindari pemasangan perancah yang bersingggungan langsung dengan
dinding yang baru dipasang karena dikhawatirkan bisa membuat pasangan akan roboh / jatuh.

C. Pelaksanaan Pemasangan
1. Chek posisi penempatan dinding yang akan dikerjakan dan chek kondisi pondasi penempatan
dinding apakah sudah kondisi baik.
2. Kondisi pondasi/ sloof harus bersih dan mempunyai alur pengikatan antara sloof ke pasangan bata.
Jika terdapat kotoran atau lumpur pada sloof harus dibersihkan supaya pengikatan dinding dengan
sloof terikat dengan baik. Demikian juga halnya pada kolom harus dipastikan tersedia angkur untuk

80
5.2. DINDING MASIF
Dinding merupakan salah satu elemen bangunan yang berfungsi memisahkan/ membentuk ruang.
Ditinjau dari segi struktur dan konstruksi, dinding ada yang berupa dinding partisi/ pengisi (tidak menahan
beban) dan ada yang berupa dinding struktural (bearing wall). Dinding pengisi/ partisi yang sifatnya non
struktural harus diperkuat dengan rangka (untuk kayu) dan kolom praktis-sloof-ringbalk (untuk bata).
Pemasangan bata sebagai elemen dinding merupakan pekerjaan yang perlu mendapatkan perhatian
terutama pada pekerjaan pasangan bata yang ditujukan untuk pembuatan dinding. Dalam pemasangannya,
disamping kerapian pekerjaan harus diperhatikan dari segi kekuatan, kelurusan pasangan, ketegakan dan
pengaruh kesikuan terhadap ruangan dan yang perlu diperhatikan juga adalah keamanan sewaktu
pemasangan dan juga keefesienan pemakaian material. Untuk mendapatkan hasil maksimal terhadap hal
tersebut beberapa faktor yang harus diperhatikan saat pelaksanaan pekerjaan pasangan bata adalah sebagai
berikut :
A. Kwalitas Material
1. Pastikan bata yang dipakai adalah bermutu baik, secara visual anda dapat lihat bata yang bagus
adalah berwarna coklat tua dan bata tidak cepat rapuh. Pastikan permukaan tidak terlalu rapat
karena akan menyulitkan penyerapan permukaan bata terhadap mortar sehingga ikatan akan kurang
baik.
2. Batu bata kadang ditemukan dalam berbagai ukuran dan lebar yang tidak sama, baik panjang, lebar
dan ketebalan. Ukura batu bata yang anda miliki harus diperhatikan, jika anda mendapatkan bata
dari supplier yang berbeda dengan ukuran bata yang berbeda, lakukan pemisahan pemasangan
supaya pasangan bata kelihatan rapi .
3. Sebelum dipasang lakukan pengecekan kekedapan air pada bata. Jika bata terlalu kering lakukan
perendaman bata sekitar 5-10 menit hingga tercapai jenuh permukaan kering pada bata, hal ini
dilakukan supaya tingkat penyerapan bata terhadap air campuran adukan/ mortar tidak terlalu
cepat, karena pengeringan yang terlalu cepat mengakibatkan kekuatan ikatan tidak baik. Jika bata
dalam keadaan basah jangan terlalu dipaksakan untuk dipasang, tunggu permukaan bata agak
kering. Permukaan yang terlalu basah mengakibatkan bata akan jenuh menyerap adukan mortar
sehingga akan memungkinkan adukan akan meleleh dan air semen akan terbuang dari pasangan.
Dan jika bata terlalu kering maka akan menimbulkan penyerapan yang terlalu cepat, yang akan
menimbulakn pengikatan tidak terlalu bagus.

79
 Sebagai fungsi artistik tertentu
 Sebagai pembentuk ruang, menambah keindahan ruang dan point of interest.
b) Fungsi konstruksi
 Sebagai pembatas dan penahan struktur (untuk fungsi tertentu seperti dinding, lift, resovoar dan lain-
lain)
 Sebagai pemikul. Itulah sebabnya konstruksinya harus kuat dan kokoh agar mampu menahan beban
super struktur, bebannya sendiri serta beban horizontal.
 Sebagai pembatas/partisi
Teknik pekerjaan pasangan bata (masonry) dan adukan (mortar) yang selama ini dilakukan di
Indonesia terbukti kurang menguntungkan, hal ini disebabkan antara lain :
- banyak bahan terbuang
- produktivitas hasil kerja yang rendah
- pekerja menjadi mudah lelah
- mutu hasil pekerjaan yang kurang baik
- biaya persatuan luas hasil pekerjaan yang relatif lebih mahal dari semestinya
- tidak mendorong usaha peningkatan mutu bata/batu cetak.
Keuntungan dengan memakai cara-cara yang diperbaiki dari metode kerja dan material yang
digunakan, antara lain :
- biaya dapat ditekan kurang lebih 10%
- mutu pasangan, terutama kekuatan meningkat 6 kali lipat
- produktivitas kerja meningkat hampir 2 – 3 kali lipat
- membantu usaha perbaikan mutu bata/batu cetak
- terbuka kesempatan peningkatan hasil tukang tembok dan pembantu tukang tembok
- peningkatan produksi konstruksi pasangan bata dalam waktu yang sama.
Peningkatan kekuatan yang dimaksud ialah “kekuatan geser dan lentur”.
Menurut fungsinya ada dua jenis dinding yakni :
- Dinding Masif
- Dinding Partisi

78
BAB V
PELAKSANAAN PEKERJAAN ARSITEKTUR

5.1. PEKERJAAN PASANGAN BATA


Dinding adalah bagian dari bangunan yang dipasang secara vertikal dengan fungsi sebagai pemisah
antar ruang, baik antar ruang dalam maupun ruang dalam dan ruang luar. Terdapat 3 jenis utama dinding,
yaitu: dinding struktural adalah dinding bangunan, dinding pembatas (boundary) dan dinding penahan
(retaining).

Gambar x. Dinding masif


Selain fungsi utama di atas, ada beberapa fungsi lain dari dinding yaitu :
a) Fungsi kenyamanan, kesehatan, keamanan dan keindahan
 Sebagai pembatas ruang, memiliki sifat : privasi dan dalam skala, warna, tekstur
 Sebagai peredam terhadap bunyi, baik dari dalam maupun dari luar
 Sebagai pelindung terhadap gangguan dari luar (sinar matahari, isolasi terhadap suhu, air hujan dan
kelembaban, hembusan angin, dan gangguan dari luar lainnya)
 Sebagai penahan radiasi sinar atau zat-zat tertentu seperti pada ruang radiologi, ruang operasi,
laboratorium, dan lain-lain
77
Gambar x. Pengunci bekisting plat

Gambar x. Penyokong bekisting plat

76
Gambar x. Bekisting Kock-Down
Proses desain bekisting knock down ini berawal dari ide dari Pak Noerhadi yang beliau gambarkan
dalam bentuk sketsa sederhana. Dari sketsa inilah sistem bekisting di desain.

Gambar x. Beksiting balok

75
Kelima pekerjaan diatas saling berhubungan (saling berpengaruh satu sama lain) karena
pelaksanaannya berurutan. Oleh karena itu, cepat atau lambatnya durasi dari satu siklus ini sangat
berpengaruh terhadap pelaksanaan pekerjaan ini. Panjang capping beam yang akan dikerjakan adalah
sepanjang + 1550 m. Dengan panjang tersebut, siklus pekerjaan akan berulang–ulang. Dengan asumsi sekali
siklus pengecoran capping beam sepanjang 24 m, maka pekerjaan ini akan berulang sebanyak + 65 kali.
Dari 5 urutan pekerjaan tersebut, cepat atau lambatnya pemasangan dan pembongkaran bekisting
adalah hal terpenting dalam pelaksanaan, oleh karena itu perlu didesain sistem bekisting yang cukup efektif
untuk pelaksanaan.
Metode Bekisting Konvensional
Dengan menggunakan metode bekisting konvensional dari kayu, kekurangannya adalah :
1. Material kayu tidak awet untuk dipakai berulang-ulang.
2. Waktu untuk pasang dan bongkar bekisting menjadi lama.
3. Banyak menghasilkan sampah kayu dan paku, sehingga lokasi menjadi kotor.
4. Bentuknya tidak presisi.

Metode Bekisting Knock Down


Dengan berbagai kekurangan metode bekisting konvensional tersebut maka direncanakanlah sistem
bekisting knock down yang terbuat dari plat baja dan besi hollow. Untuk 1 unit bekisting knock down ini
memang biayanya jauh lebih mahal jika dibandingkan dengan bekisting kayu, namun bekisting ini lebih
awet dan tahan lama, sehingga dapat digunakan seterusnya sampai pekerjaan selesai, jadi jika ditotal sampai
selesai pelaksanaan, bekisting knock down ini menjadi jauh lebih murah.

74
 Kuat
 Kokoh / stabil
 Tidak bocor
 Mudah dibongkar
 Ekonomis
 Bersih
Berdasarkan pengalaman selama mengerjakan proyek, bekisting pekerjaan struktur beton telah
menghabiskan begitu banyak kayu yang setelah digunakan, tidak dapat diolah kembali dan menjadi masalah
baru yaitu sampah. Penggunaan kayu bekisting merupakan satu-satunya hal yang membuat pelaksanaan
konstruksi masih belum bisa dikatakan ”green”. Penggunaan begitu banyak kayu telah membuat enviromental
assesment pada perusahaan kontraktor yang telah mendapatkan sertifikasi ISO 14000 tidak begitu bagus.
Masalah ini telah menjadi handycap yang harus diselesaikan.
Banyak pabrik di luar negeri telah memproduksi sistem bekisting plastik ini secara massal. Bekisting
plastik yang mereka buat dapat digunakan untuk elemen struktur pondasi, kolom, dinding dan pelat lantai. Hal
ini berarti hampir semua elemen struktur beton dapat menggunakan sistem bekisting plastik yang mereka
produksi. Beberapa perusahaan yang telah memasarkan produk sistem bekisting plastik / Plastic Formwork
System yang Saya dapatkan di internet antara lain :
1. Hangzhou Yongshun Plastic Industry
2. EPIC ECO
3. Moladi
Capping Beam merupakan balok penutup pada konstruksi bangunan bawah (misal turap, dinding
penahan, dsb). Selain sebagai penutup, capping beam juga berfungsi sebagai balok pengunci pada konstruksi
sheet pile. Pekerjaan capping beam sebagai penutup susunan sheet pile yang terpancang di bidang kerja.
Urutan pelaksanaannya adalah sebagai berikut :
1. Pembobokan kepala sheetpile sampai elevasi rencana.
2. Pemasangan pembesian capping beam sesuai shop drawing.
3. Pemasangan bekisting.
4. Pengecoran capping beam.
5. Pembongkaran bekisting.

73
2) Terjepit elastis
Keadaan ini terjadi jika pelat dan balok dicor bersama-sama secara monolit, tetapi ukuran balok cukup
kecil, sehingga balok tidak cukup kuat untuk mencegah terjadinya rotasi pelat.
3) Terjepit penuh
Keadaan ini terjadi jika pelat dan balok dicor bersama-sama secara monolit, dan ukuran balok cukup
besar, sehingga mampu untuk mencegah terjadinya rotasi pelat.

Gambar x. Perletakkan pelat

4.4. PEKERJAAN BEKISTING


Untuk membuat bekisting harusnya dibuat suatu perencanaan yang baik. Perencanaan yang baik ini
akan menghasilkan suatu kebutuhan akan kayu yang paling efisien. Pada bagian kayu yang menopang beban
yang tidak besar, dapat digunakan jenis kayu yang sesuai. Kayu juga jangan sampai memikul beban
melebihi kapasitasnya karena akan membuat kayu lebih cepat rusak. Kayu sebagai penopang beban akan
direncanakan cukup memadai . Potongan-potongan kayu atau panel kayu akan direncanakan seseragam
mungkin agar mengurangi pemotongan yang tidak efisien.
Definisi bekisting adalah suatu konstruksi pembantu yang bersifat sementara yang merupakan
cetakan / mal (beserta pelengkapnya) pada bagian samping dan bawah dari suatu konstruksi beton yang
dikehendaki. Dengan syarat-syarat seperti :

72
umumnya diperhitungkan terhadap beban gravitasi (beban mati dan/atau beban hidup). Beban tersebut
mengakibatkan terjadi momen lentur (seperti pada kasus balok).
Tumpuan pelat
Untuk merencanakan pelat beton bertulang yang perlu dipertimbangkan tidak hanya pembebanan
saja, tetapi juga jenis perletakan dan jenis penghubung di tempat tumpuan. Kekakuan hubungan antara pelat
dan tumpuan akan menentukan besar momen lentur yang terjadi pada pelat.
Untuk bangunan gedung, umumnya pelat tersebut ditumpu oleh balok-balok secara monolit, yaitu
pelat dan balok dicor bersama-sama sehingga menjadi satu-kesatuan, seperti pada gambar (a) atau ditumpu
oleh dinding-dinding bangunan seperti pada gambar (b). Kemungkinan lainnya, yaitu pelat didukung oleh
balok-balok baja dengan sistem komposit seperti pada gambar (c), atau didukung oleh kolom secara
langsung tanpa balok, yang dikenal dengan pelat cendawan, seperti gambar (d).

Gambar x. Macam bentuk plat beton


Jenis perletakan pelat pada balok
Kekakuan hubungan antara pelat dan konstruksi pendukungnya (balok) menjadi satu bagian dari
perencanaan pelat. Ada 3 jenis perletakan pelat pada balok, yaitu sbb :
1) Terletak bebas
Keadaanini terjadi jika pelat diletakkan begitu saja di atas balok, atau antara pelat dan balok tidak dicor
bersama-sama, sehingga pelat dapat berotasi bebas pada tumpuan tersebut. Pelat yang ditumpu oleh
tembok juga termasuk dalam kategori terletak bebas.

71
Keterangan:
Yang dimaksud dengan tegangan leleh karakteristik dan tegangan karakteristik yang memberikan regangan
0,2% adalah tegangan yang bersangkutan ,dimana dari sejumlah besar hasil-hasil pemeriksaan
kemungkinan adanya tegangan yang kurang dari tegangan tersebut, terbatas sampai 5 % saja.
Apabila baja tulangan dengan mutu yang meragukan (yang dikeluarkan oleh pabrik yang kurang dikenal),
maka baja tulangan tersebut harus diperiksa oleh lembaga pemeriksaan bahan yang telah diakui.
Macam Baja Tulangan yang dapat digunakan sebagai tulangan beton bertulang ada dua jenis, yaitu :
1) Baja tulangan polos (BJTP)
2) Baja tulangan deform (BJTD), yaitu baja tulangan yang diprofilkan.

Pengujian Tarik Baja Tulangan.


Pengujian Tarik Baja Tulangan adalah suatu pengujian yang bertujuan untuk mencari nilai-nilai
tegangan leleh, tegangan maksimum, regangan leleh, regangan maksimum , modulud elastisitas baja
tulangan. Dari hasli pengujian tersebut akan diketahui kekuatan dan mutu dari baja tulangan tersebut.
1. Pengujian Lengkung
Percobaan lengkung adalah pengujian mekanis secara statis dengan maksud untuk mengetahui sifat
mampu lengkung dari logam yang digunakan sebagai bahan uji.
2. Pengujian Pukulan (impact Loading Test).
Maksud dari percobaan ini adalah untuk mengetahui sifat bahan logam yang mengalami beban bentur
atau kejut pada berbagai temperatur.

4.3. PEKERJAAN PLAT BETON


Yang dimaksud dengan pelat beton bertulang yaitu struktur tipis yang dibuat dari beton bertulang
dengan bidang yang arahnya horizontal, dan beban yang bekerja tegak lurus pada apabila struktur
tersebut.Ketebalan bidang pelat ini relatif sangat kecil apabila dibandingkan dengan bentang panjang/lebar
bidangnya.Pelat beton ini sangat kaku dan arahnya horisontal, sehingga pada bangunan gedung, pelat ini
berfungsi sebagai diafragma/unsur pengaku horizontal yang sangat bermanfaat untuk mendukung
ketegaran balok portal.
Pelat beton bertulang banyak digunakan pada bangunan sipil, baik sebagai lantai bangunan, lantai
atap dari suatu gedung, lantai jembatan maupun lantai pada dermaga. Beban yang bekerja pada pelat

70
Tulangan Polos biasanya digunakan untuk tulangan geser/begel/sengkang, dan mempunyai tegangan leleh
(fy) minimal sebesar 240 MPa (disebut BJTP-24), dengan ukuran Ø6, Ø8, Ø10, Ø12, Ø14 dan Ø16 (dengan
Ø menyatakan simbol diameter polos).
Tulangan Ulir/deform digunakan untuk untuk tulangan longitudinal atau tulangan memanjang, dan
mempunyai tegangan leleh (fy) minimal 300 MPa (disebut BJTD-30). Ukuran diameter nominal tulangan
ulir yang umumnya tersedia di pasaran dapat dilihat di bawah :

Gambar x. Berat tulangan per-meter


Pengujian Baja Tulangan
Sesuai dengan PBI 71 N I .2 pasal 3.7 maka setiap baja tulangan maupun baja yang dihasilkan oleh
pabrik-pabrik baja ,yang terkenal dapat dipakai. Pada umumnya setiap pabrik baja tulangan mempunyai
standard mutu dan jenis baja sesuai dengan yang berlaku di negara yang bersangkutan. Pada umumnya baja
tulangan yang terdapat di pasaran Indonesia dapat dibagi dalam mutu.
Tabel 1. Mutu Baja Tulangan
Tegangan leleh karakteristik atau tegangan
Mutu Sebutan
karakteristik yang memberikan regangan tetap 0,2 %
U-22U-24 Baja lnkBaja lnk 22002400
U-32 Baja Sdg 3200
U-39 Baja Krs 3900
U-48 Baja Krs 4800

69
Gambar x. Prilaku bentuk balok terhadap tekanan
Balok Beton dengan tulangan
Untuk menahan gaya tarik yang cukup besar pada serat-serat balok bagian tepi bawah, maka perlu
diberi baja tulangan sehingga disebut dengan “beton bertulang”. Pada balok beton bertulang ini, tulangan
ditanam sedemikian rupa, sehingga gaya tarik yang dibutuhkan untuk menahan momen pada penampang
retak dapat ditahan oleh baja tulangan.

Gambar x. Pola tulangan balok beton


Jenis Baja Tulangan
Menurut SNI 03-2847-2002, tulangan yang dapat digunakan pada elemen beton bertulang di batasi
hanya pada Baja Tulangan dan Kawat Baja saja. Belum ada peraturan yang mengatur penggunaan tulangan
lain, selain dari baja tulangan atau kawat baja tersebut.
Baja Tulangan yang tersedia di pasaran ada 2 jenis, yaitu
1. Baja Tulangan Polos (BJTP)
2. Baja Tulangan Ulir atau Deform (BJTD)

68
Fungsi utama beton dan tulangan
Beton maupun baja-tulangan pada struktur beton bertulang tersebut mempunyai fungsi atau tugas
pokok yang berbeda sesuai dengan sifat bahan yang bersangkutan.Fungsi utama beton yaitu untuk
Fungsi utama beton
 Menahan beban/gaya tekan
 Menutup baja tulangan agar tidak berkarat
Fungsi utama baja tulangan
 Menahan gaya tarik (meskipun kuat juga terhadap gaya tekan)
 Mencegah retak beton agar tidak melebar
Balok tanpa tulangan
Kita tau sifat beton yaitu kuat terhadap gaya tekan tetapi lemah terhadap gaya tarik.Oleh karena itu,
beton dapat mengalami retak jika beban yang dipikulnya menimbulkan tegangan tarik yang melebihi kuat
tariknya.
Jika sebuah balok beton (tanpa tulangan) ditumpu oleh tumpuan sederhana (sendi dan rol), dan di
atas balok tersebut bekerja beban terpusat P serta beban merata q, maka akan timbul momen luar sehingga
balok akan melengkung ke bawah.
Pada balok yang melengkung ke bawah akibat beban luar ini pada dasarnya ditahan oleh kopel gaya-
gaya dalam yang berupa tegangan tekan dan tarik. Jadi pada serat-serat balok bagian tepi atas akan menahan
tegangan tekan, dan semakin ke bawah tegangan tersebut akan semakin kecil. Sebaliknya, pada serat-serat
bagian tepi bawah akan menahan tegangan tarik, dan semakin ke atas tegangan tariknya akan semakin kecil
pula.
Pada tengah bentang (garis netral) , serat-serat beton tidak mengalami tegangan sama sekali
(tegangan tekan dan tarik = 0). Jika beban diatas balok terlalu besar maka garis netral bagian bawah akan
mengalami tegangan tarik cukup besar yang dapat mengakibatkan retak pada beton pada bagian
bawah.Keadaan ini terjadi terutama pada daerah beton yang momennya besar, yaitu pada lapangan/tengah .

67
dan titik kontrol lainnya berada pada glide over dikarenakan proyek ini berada tepat di pinggir jalan yang
dilintasi oleh glide over tersebut.

4.2. PEKERJAAN BALOK


Balok dikenal sebagai elemen lentur, yaitu elemen struktur yang dominan memikul gaya dalam
berupa momen lentur dan juga geser. Karena struktur beton bertulang didesain untuk memenuhi kriteria
keamanan (safety) dan layak-pakai (serviceability).
Beton bertulang adalah material komposit yang terdiri dari beton dan baja, kedua material tersebut
mempunyai perilaku fisik dan mekanik yang sangat berbeda. Tulangan baja dan beton beriteraksi secara
kompleks melalui mekanisme bond-slip dan aggregate interlock.

Gambar x. Perletakkan balok dan plat beton

Gambar x. Disain balok beton

66
Gambar x. Perapihan Kolom
Penentuan Aѕ Kolom (Pemberian Mаrkіnɡ)
Titik-titik аѕ kolom diperoleh dari hasil pekerjaan tim survey yang melakukan pengukuran dan
pematokan, yaitu mаrkіnɡ berupa titik-titik atau garis yang digunakan sebagai dasar penentuan letak
bekisting dan tulangan kolom. Penentuan аѕ kolom dilakukan dengan menggunakan alat theodolite. Untuk
pekerjaan pengukuran ini diperlukan juru ukur (surveyor) yang berpengalaman, khususnya dalam
pelaksanaan gedung bertingkat (surveyor yang bersertifikat). Posisi аѕ kolom arah vertikal ditentukan
berdasarkan аѕ kolom pada lantai sebelumnya. Proses pemindahan titik аѕ (axis) kolom dari lantai bawah ke
lantai atas berikutnya dengan pembuatan lubang-lubang pada pelat lantai. Lubang-lubang tersebut nantinya
ditutup kembali setelah pemindahan titik аѕ kolom selesai.
Posisi аѕ kolom harus sentris kedudukannya terhadap аѕ pada lantai sebelumnya, untuk itu
dilakukan juga pengecekan dengan menggunakan benang dan unting-unting. Dengan bantuan titik-titik
acuan bangunan yang sentris disetiap lantainya, maka dapat ditentukan letak аѕ kolom dan kemudian dibuat
аѕ-аѕ yang lain dengan mengikuti jarak yang telah disyaratkan dalam perencanaan awal. Pengecekan аѕ
kolom dilakukan dengan menempatkan alat theodolite pada mаrkіnɡ tersebut dan kemudian mengecek
kelurusan mаrkіnɡ kolom. Penempatan titik kontrol pada proyek ini dilakukan pada pagar di salah satu sisi

65
Gambar x. Pelepasan Bekisting Kolom

Gambar x. Bekisting Kepala Kolom

64
Gambar x. Fabrikasi Bekisting Kolom

Gambar x. Sepatu Kolom

63
Gambar x. Marking Kolom

Gambar x. Fabrikasi Penulangan Kolom

62
Gambar x. Aplikasi bekisting pada kolom
Urutan kerja yang harus dilakukan pada pekerjaan kolom beton adalah sebagai berikut :
 Stek Tulangan Kolom + Mаrkіnɡ
 Pabrikasi Tulangan Kolom
 Pemasangan Tulangan Kolom + Decking
 Pemasangan Sepatu Kolom
 Instalasi Pipa Elektrikal
 Pabrikasi Bekisting Kolom
 Instalasi Bekisting yang Telah Diberi Oil Form
 Pemberian Beton Eksisting dengan Calbond
 Pengecoran Kolom
 Pembongkaran Bekisting Kolom
 Perawatan Beton

61
diletakkan dengan posisi vertikal. Kolom berfungsi sebagai pengikat pasangan dindng bata dan penerus
beban dari atas menuju sloof yang kemudian diterima oleh pondasi.
Seperti kita ketahui bahwa kolom adalah bagian dari struktur atas dalam posisi vertical yang
berfungsi sebagai pengikat pasangan dinding bata dan meneruskan beban diatasnya. Sedangkan komponen
struktur yang menahan beban aksial vertikal dengan rasio bagian tinggi dengan dimensi lateral terkecil
kurang dari tiga dinamakan pedestal. Sebagian dari suatu kerangka bangunan dengan fungsi dan peran
seperti tersebut. Kolom menempati posisi penting di dalam sistem struktur bangunan.

Gambar x. Gambar kerja bekisting kolom beton

60
Gambar x. Sambungan pada kolom
Kolom adalah struktur yang merupakan penyangga atau pilar yang akan menyalurkan beban
atau gaya vertikal dan lateral ke pondasi. Konstruksi kekakuan kolom akan menentukan
besarnya gaya lateral yang akan dipikul oleh kolom tersebut. Adapun besar kecilnya kolom (dimensi kolom)
tergantung pada distribusi pembebanan.

Gambar x. Jenis-jenis kolom


Kolom adalah komponen struktur bangunan yang bertugas menyangga beban aksial tekan vertikal
dengan bagian tinggi yang ditopang paling tidak tiga kali dimensi laterial terkecil (Dipohisodo,1994). Kolom
merupakan salah satu pekerjaan beton bertulang. Kolom beton (tiang beton) adalah beton bertulang yang

59
BAB IV
PELAKSANAAN PEKERJAAN STRUKTUR

Bentuk kontruksi rangka adalah perwujudan dari pertentangan antara gaya tarik bumi dan
kekokohan; dan kontruksi rangka yg modern adalah hasil penggunaan baja dan beton secara rasional dlm
bangunan. Kerangka ini terdiri atas komposisi dari kolom-kolom dan balok-balok. Unsur vertikal, berfungsi
sebagai penyalur beban dan gaya menuju tanah, sedangkan balok adalah unsur horizontal yg berfungsi
sebagai pemegang dan media pembagian lentur. Kemudian kebutuhan-kebutuhan terhadap lantai, dinding
dan sebagainya untuk melengkapi kebutuhan bangunan untuk hidup manusia, dapat diletakkan dan
ditempelkan pada kedua elemen rangka bangunan tsb diatas. Jadi dapat dinyatakan disini bahwa rangka ini
berfungsi sebagai struktur bangunan dan dinding-dinding atau elemen lainnya yg menempel padanya
merupakan elemen yg tidak structural.
Bahan-bahan yg dapat dipakai pada struktur ini adalah kayu, baja, beton atau lain-lain bahan yg
tahan terhadap gaya tarik, tekan, punter, dan lentur. Umtuk masa kini banyak digunakan baja dan beton yg
mampu menahan gaya-gaya tsb dalam skala besar. Untuk bahan pengisinya dapat dipakai bahan yg ringan
atau yg tidak mempunyai daya dukung yg besar seperti susunan batu bata, dinding-dinding kayu, kaca dan
lain-lain.
Untuk system kontruksi semacam ini dimungkinkan didapatnya bangunan bertingkat banyak untuk
memenuhi kebutuhan, bila dibandingkan dibandingkan dengan system kontruksi yg lain. Hanya ada
kekurangannya, yaitu jarak antara kolom mempunyai batas maksimum yg relatif kecil. Jarak antar kolom yg
jauh akan mempengaruhi dimensi dari balok mendatar yg akan membesar dan akan menjadi tidak
ekonomis.

4.1. PEKERJAAN KOLOM


Pekerjaan struktur atas melibatkan beberapa kegiatan antara lain adalah pekerjaan pengukurаn,
pembesian, bekisting, pengecoran, pembongkaran bekisting, dan perawatan beton yang dilakukan pada
elemen-elemen struktur atas seperti kolom, shear wall dan corelift, ok dan pelat lantai.

58
 Penghematannya bisa dilakukan jika perancangan strukturnya diubah, sehingga harus banyak
melibatkan dengan konsultan struktur.

Gambar x. Alat pemancangan dengan ‘Hydraulic’

Gambar x. Alat pemancangan dengan ‘Hammer’

57
Gambar x. Cara kerja pelaksanaan jack pile
Kelebihan dari pemancangan dengan Jacking Pile, adalah :
 Cocok untuk daerah Jakarta yang padat perumahan karena tidak berisik (promosi supplier ditaruh aqua
gelas dimesinnya, airnya tidak akan tumpah karena getarannya,jadi kalo orang sekitarnya bilang dia
shock / kaca rumahnya pecah gara2x kita pancang,itu tidak mungkin.
 Jumlah tiang bisa berkurang banyak sehingga membuat lebih murah ( di satu proyek 140 tiang dengan
hammer bisa jadi 100 tiang dengan jacking pile)
 Di masa depan, jika disetujui oleh P2B,jacking pile bisa untuk menggantikan loading test karena sifatnya
berdasarkan tekanan, sehingga menyerupai loading test, sehingga biaya loading test yang ratusan juta
bisa dihemat.
 Akurasi pemancangan lebih tepat(kemungkinan miring kecil), sehingga design jarak antar tiang bisa
minimal, yang menyebabkan banyaknya besi pilecap dan volume beton pilecap bisa diminimalkan
Sedangkan kelemahan daripada teknik pemancangan dengan cara ini adalah :
 Tidak cocok untuk lokasi yang tanahnya sempit karena jarak bebas alat pancang ke tembok harus 2.5m -
5 m(tergantung alatnya).
 Tidak bisa untuk tanah yang ada lensanya.

56
Perlindungan Terhadap Korosi
Bilamana korosi pada tiang pancang baja mungkin dapat terjadi, maka panjang atau ruasruasnya yang
mungkin terkena korosi harus dilindungi dengan pengecatan menggunakan lapisan pelindung yang telah
disetujui dan/atau digunakan logam yang lebih tebal bilamana daya korosi dapat diperkirakan dengan
akurat dan beralasan. Umumnya seluruh panjang tiang baja yang terekspos, dan setiap panjang yang
terpasang dalam tanah yang terganggu di atas muka air terendah, harus dilindungi dari korosi.
Kepala Tiang Pancang
Sebelum pemancangan, kepala tiang pancang harus dipotong tegak lurus terhadap panjangnya dan
topi pemancang (driving cap) harus dipasang untuk mempertahankan sumbu tiang pancang segaris dengan
sumbu palu. Setelah pemancangan, pelat topi, batang baja atau pantek harus ditambatkan pada pur, atau
tiang pancang dengan panjang yang cukup harus ditanamkan ke dalam pur (pile cap).
Perpanjangan Tiang Pancang
Perpanjangan tiang pancang baja harus dilakukan dengan pengelasan. Pengelasan harus dikerjakan
sedemikian rupa hingga kekuatan penampang baja semula dapat ditingkatkan. Sambungan harus dirancang
dan dilaksanakan dengan cara sedemikian hingga dapat menjaga alinyemen dan posisi yang benar pada
ruas-ruas tiang pancang. Bilamana tiang pancang pipa atau kotak akan diisi dengan beton setelah
pemancangan, sambungan yang dilas harus kedap air.
Sepatu Tiang Pancang
Pada umumnya sepatu tiang pancang tidak diperlukan pada profil H atau profil baja gilas lainnya. Namun
bilamana tiang pancang akan dipancang di tanah keras, maka ujungnya dapat diperkuat dengan
menggunakan pelat baja tuang atau dengan mengelaskan pelat atau siku baja untuk menambah ketebalan
baja. Tiang pancang pipa atau kotak dapat juga dipancang tanpa sepatu, tetapi bilamana ujung dasar
tertutup diperlukan, maka penutup ini dapat dikerjakan dengan cara mengelaskan pelat datar, atau
sepatu yang telah dibentuk dari besi tuang, baja tuang atau baja fabrikasi.

55
Gambar x. Detil pondasi tiang pancang beton
b. Tiang Pancang Kayu
Tiang pancang dengan bahan material kayu dapat digunakan sebagai tiang pancang pada suatu
dermaga. Persyaratan dari tiang pancang tongkat kayu tersebut adalah : bahan kayu yang dipergunakan
harus cukup tua, berkualitas baik dan tidak cacat, contohnya kayu belian.
Semula tiang pancang kayu harus diperiksa terlebih dahulu sebelum dipancang untuk memastikan
bahwa tiang pancang kayu tersebut memenuhi ketentuan dari bahan dan toleransi yang diijinkan. Semua
kayu lunak yang digunakan untuk tiang pancang memerlukan pengawetan, yang harus dilaksanakan sesuai
dengan AASHTO M133 – 86 dengan menggunakan instalasi peresapan bertekanan. Bilamana instalasi
semacam ini tidak tersedia, pengawetan dengan tangki terbuka secara panas dan dingin, harus digunakan.
Beberapa kayu keras dapat digunakan tanpa pengawetan, tetapi pada umumnya, kebutuhan untuk
mengawetkan kayu keras tergantung pada jenis kayu dan beratnya kondisi pelayanan.
c. Tiang Pancang Baja Struktur
Pada umumnya, tiang pancang baja struktur harus berupa profil baja gilas biasa, tetapi tiang pancang
pipa dan kotak dapat digunakan. Bilamana tiang pancang pipa atau kotak digunakan, dan akan diisi dengan
beton, mutu beton tersebut minimum harus K250.

54
a. Tiang Pancang Beton
Tiang pancang beton berdasarkan cara pembuatannya dibedakan menjadi dua macam yaitu :
- Cast in place (tiang beton cor ditempat atau fondasi tiang bor), dan
- Precast pile (tiang beton dibuat ditempat lain atau dibuat dipabrik).
Fondasi tiang pancang dibuat ditempat lain (pabrik, dilokasi) dan baru dipancang sesuai dengan
umur beton setelah 28 hari. Karena tegangan tarik beton adalah kecil, sedangkan berat sendiri beton
adalah besar, maka tiang pancang beton ini haruslah diberi tulangan yang cukup kuat untuk menahan
momen lentur yang akan timbul pada waktu pengangkatan dan pemancangan.

Gambar x. Pondasi Tiang Pancang (Pile)

53
Setelah mencapai kedalaman rencana, pengeboran dihentikan, sementara mata bor dibiarkan
berputar tetapi beban penekanan dihentikan dan air sirkulasi tetap berlangsung terus sampai cutting atau
serpihan tanah betul-betul terangkat seluruhnya. Selama pembersihan ini berlangsung, baja tulangan dan
pipa tremi sudah disiapkan di dekat lubang bor. Setelah cukup bersih, stang bor diangkat dari lubang bor.
Dengan bersihnya lubang bor diharapkan hasil pengecoran akan baik hasilnya.

Gambar x. Hasil pengecoran pondasi bored pile

3.7. PONDASI TIANG PANCANG (JACKING PILE)


Daya Dukung Pondasi merupakan kombinasi dari beberapa komponen tanah dan pondasi itu sendiri,
seperti :
1. Kekuatan Gesekan Tanah terhadap pondasi (tergantung pada jenis tanah, massa jenisnya, nilai kohesi
adhesinya, kedalamannya, dsb),
2. Kekuatan Tanah dimana ujung pondasi itu berdiri, dan juga pada,
3. Bahan Pondasi itu sendiri, serta
4. Dalamnya Tanah, dan perubahan-perubahan yang terjadi di dalamnya yang sulit dipastikan
(ditentukan dengan sondir / penyelidikan tanah).
Fondasi tiang digolongkan berdasarkan kualitas bahan material dan cara pelaksanaan. Menurut
kualitas bahan material yang digunakan, tiang pancang dibedakan menjadi empat yaitu tiang pancang
kayu, tiang pancang beton, tiang pancang baja dan tiang pancang composite (kayu – beton dan baja –
beton).

52
Proses Pengeboran , pengeboran dilakukan dengan menggunakan rotary drilling machine yang
dilengkapi dengan buckets, augers dan casing. Material bantu seperti bentonite atau sejenisnya, maupun alat
bantu sepeni chisse/ untuk menembus lapisan keras jika dibutuhkan harus disiapkan sehingga pengeboran
dapat dilakukan hingga mencapai kedalaman yang diinginkan.
Jika dijumpai lapisan pasir, maka pengeboran dilakukan dengan memakai casing baja, sedangkan untuk
lapisan yang lunak dan air tanah yang tinggi, menggunakan bentonite dengan komposisi yang benar
Selama pembuatan lubang bor ini, dilakukan pengambilan contoh tanah pada posisi sebagai berikut :
a. Dasar dari lubang bor
b. 0.50 m, 1.00 m, 1.50 m di atas dasar lubang bor.
c. Dan setiap pernbahan lapisan tanah yang dijumpai pada saat pengeboran.

Gambar x. Teknik pengeboran Bored Pile


Teknik pengeboran pondasi bored pile dapat dilaksanakan dengan berbagai macam metode, metode
tersebut dapat dijabarkan seperti dibawah.
Pengeboran dengan sistem dry drilling, dimana tanah dibor dengan menggunakan mata bor spiral
dan diangkat setiap interval kedalaman 0,5 meter. Hal ini dilakukan berulang-ulang sampai kedalaman yang
ditentukan.
Pengeboran dengan sistem wash boring, dimana tanah dikikis dengan menggunakan mata bor cross
bit yang mempunyai kecepatan putar 375 rpm dan tekanan +/- 200 kg. Pengikisan tanah dibantu dengan
tiupan air lewat lubang stang bor yang dihasilkan pompa sentrifugal 3″. Hal ini menyebabkan tanah yang
terkikis terdorong keluar dari lubang bor.
51
3.6. PONDASI BORED PILE
Untuk menahan beban bangunan yang berat tersebut tentunya diperlukan pondasi yang kokoh.
Apabila kondisi tanah di permukaan tidak mampu menahan bangunan tersebut, maka beban bangunan
harus diteruskan ke lapisan tanah keras di bawahnya. Untuk itu sering dipakai konstruksi pondasi dalam
berupa tiang pancang atau bored pile.
Pondasi tiang pancang sering dipakai pada lahan yang masih luas dan kosong, dimana getaran yang
ditimbulkan pada saat aktifitas pemancangan berlangsung tidak mengganggu lingkungan sekitarnya, Namun
jika bangunan tersebut didirikan di lokasi yang telah padat penduduknya, maka getaran yang ditimbulkan
akan menimbulkan masalah karena sangat mengganggu dan dapat merusak bangunan di sekitarnya.
Dalam hal ini pemakaian pondasi bored pile merupakan pilihan pondasi yang tepat. Pada proyek
besar dimana sarana transportasinya mendukung, dalam pembuatan bored pile sering digunakan alat berat
berupa crane. Namun untuk proyek kecil apalagi jika sarana transportasinya kurang mendukung,
penggunaan crane sering mengalami kesulitan karena untuk mobilisasinya dibutuhkan pendanaan yang
cukup besar, sehingga biaya proyek menjadi tidak ekonomis lagi.

Gambar x. Ditail pondsi ‘Bored Pile’

50
Gambar x. Spesifikasi Pondasi Batukali
Pondasi Pondasi Plat Setempat (Foot Plate) dipergunakan pada kondisi tanah dengan daya dukung
tanah (sigma) antara : 1,5 - 2,00 kg/cm2. Pondasi Plat ini biasanya dipakai untuk bangunan gedung 2 – 4
lantai, dengan kondisi tanah yang baik dan stabil.

Gambar x. Spesifikasi Pondasi Plat Setempat

49
Gambar x. batubelah sebagai material pondasi

3.5. DITAIL PONDASI BATUKALI


Bentuk konstruksi pondasi belah antara lain adalah seperti gambar berikut.

Gambar x. Ditail potongan pondasi dalam tanah


Bila kondisi lapisan tanah banyak mengandung air, maka sebelum badan pondasi dipasang terlebih
dahulu disusun pasangan batu kosong yang diisi pasir pada rongga-rongganya. Susunan batu kosong
tersebut dinamakan aanstamping, yang berfungsi sebagai drainase untuk mengeringkan air tanah yang
terdapat di sekitar badan pondasi.

48
3.3.2. PONDASI TAK LANGSUNG
Konstruksi pondasi tak langsung digunakan bila lapisan tanah yang baik/keras terdapat cukup dalam
dari permukaan tanah. Prinsip dasar dari konstruksi pondasi tak langsung adalah dengan perantaraan
konstruksi pondasi tak langsung tersebut beban bangunan dipindahkan ke lapisan tanah dasar pondasi yang
baik. Pada tanah bangunan di mana lapisan tanah mudah pecah akibat pengaruh panas sinar matahari dan
air sampai cukup dalam dan dan lapisan tanah yang mempunyai daya dukung besar cukup dalam, bila
konstruksi pondasi langsung dikhawatirkan menyulitkan pelaksanaan pekerjaan dan tidak efisien.
Terdapat bermacam-macam jenis konstruksi pondasi tak langsung, diantaranya pondasi umpak,
gabungan pondasi plat kaki dan umpak, pondasi sumuran, pondasi tiang straus, dan pondasi tiang pancang.
Bahasan selanjutnya difokuskan pada konstruksi pondasi langsung berupa pondasi batu belah. Hal tersebut
dilakukan mengingat konstruksi pondasi langsung dengan bahan batu belah amat dominan digunakan di
lapangan.

3.4. MEMASANG PONDASI BELAH


Batu belahi merupakan bahan konstruksi pondasi yang paling banyak digunakan, karena batu belah
yang umumnya didapatkan dari batu kali tidak mengalami perubahan bentuk dan kualitas bila tertanam di
dalam tanah.
Persyaratan batu belah sebagai bahan konstruksi pondasi adalah batu tersebut mempunyai
permukaan yang kasar, berukuran ± 25 cm, bersih dari segala kotoran. Batu belah yang permukaannya
halus kurang baik dipakai sebagai bahan pondasi, sehingga harus dipecah terlebih dahulu agar
didapatkatkan permukaan yang kasar. Demikian juga dengan batu belah yang berpori sebaiknya tidak
digunakan untuk bahan konstruksi pondasi. Permukaan batu yang kasar akan membuat ikatan yang kokoh.
Pada umumnya tampang lintang dari badan pondasi batu belah berbentuk trapesium dengan lebar
sisi bagian atas paling sedikit 25 cm, sehingga didapatkan susunan batu yang kokoh. Sebelum dipasang, batu
belah harus disiram air terlebih dahulu. Bila tanah dasar pondasi banyak mengandung air, maka sebelum
pondasi dipasang harus disusun terlebih dahulu pasangan batu kosong yang diisi pasir pada rongga-
rongganya.

47
Gambar x. Ditail pondasi batukali menerus

3.3.1. PONDASI LANGSUNG


Konstruksi dari pondasi langsung dapat berupa pondasi batu belah/kali, pondasi batu bata, pondasi
beton bertulang, pondasi pias, pondasi plat kaki, dan pondasi balok sloof. Lebar dasar pondasi dibuat lebih
besar dari tebal dinding tembok di atasnya, hal tersebut dimaksudkan untuk memperkecil beban persatuan
luas pada tanah dasar, karena daya dukung tanah dasar pondasi pada umumnya lebih kecil dari daya
dukung pasangan badan pondasi. Untuk pondasi langsung yang menggunakan bahan batu kali, batu bata
dan beton tumbuk, tampang badan pondasi membentuk bangun trapesium, hal tersebut dilakukan selain
berguna bagi kestabilan kedudukan pondasi juga untuk efisiensi.

46
Menurut jenisnya, pondasi dapat dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu pondasi setempat, pondasi menerus
dan pondasi pelat. Sedangkan Pondasi Batukali Setempat adalah pondasi yang dibuat hanya pada satu titik
saja yakni pada setiap titik kolom itu saja. Pondasi batukali adalah termasuk klasifikasi pondasi dangkal
dimana pondasi ini mempunyai kedalaman masuknya ke tanah relatif dangkal, hanya beberapa meter
masuknya ke dalam tanah. Salah satu tipe yang sering digunakan ialah pondasi menerus yang biasa pada
rumah-rumah, dibuat dari beton atau pasangan batu, meneruskan beban dari dinding dan kolom bangunan
ke tanah keras.

Gambar x. Ditail pondasi batukali setempat


Sedangkan pondasi batu kali yang diaplikasikan dengan cara menerus adalah dilakukan dengan cara
ditempatkan secara ‘menerus’ sesuai penerapan sloof betonnya.
45
3.2.2. ALAT YANG DIBUTUHKAN
Peralatan kerja yang harus dipersiapkan pada pekerjaan pemasangan bouplank, antara lain :
1. Gerobak untuk alat yang digunakan untuk mengangkut bahan-bahan.
2. Palu sebagai alat memukul paku dan kayu
3. Paku sebagai alat pengikat kayu.
4. Sabit sebagai alat menajamkan bagian bawah kayu.
5. Meteran sebagai alat yang digunakan mengukur.
6. Siku sebagai alat yang digunakan untuk menyiku bagian pojok.
7. Unting-unting sebagai alat untuk meluruskan (vertikal).
8. Gergaji sebagai alat untuk memotong kayu.
9. Sekrop sebagai sebagai alat untuk mengambil pasir.
10. Cetok sebagai sebagai alat untuk meratakan pasir.
11. Timba sebagai sebagai alat untuk memudahkan pengambilan pasir.

3.3. PONDASI BATUKALI


Teknik fondasi atau teknik pondasi adalah suatu upaya teknis untuk mendapatkan jenis dan dimensi
fondasi bangunan yang efisien, sehingga dapat menyangga beban yang bekerja dengan baik. Teknik fondasi
merupakan bagian dari ilmu geoteknik. Pondasi merupakan elemen pokok bangunan yang sangat vital,
berfungsi sebagai penyangga konstruksi bangunan di atasnya. Kekuatan dan kekokohan suatu konstruksi
bangunan gedung sangat tergantung dari konstruksi pondasi.
Konstruksi pondasi suatu bangunan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. Bentuk dan konstruksinya harus menunjukkan suatu konstruksi yang kokoh dan kuat untuk
mendukung beban bangunan di atasnya.
b. Pondasi harus dibuat dari bahan yang tahan lama dan tidak mudah hancur, sehingga kerusakan
pondasi tidak mendahului kerusakan bagian bangunan di atasnya.
c. Tidak boleh mudah terpengaruh oleh keadaan di luar pondasi, seperti keadaan air tanah dan lain-
lain.
d. Pondasi harus terletak di atas tanah dasar yang cukup keras sehingga kedudukan pondasi tidak
mudah bergerak (berubah), baikbergerak ke samping, ke bawah (turun) atau terguling.

44
Gambar x. Pemasangan Bouwplank
Langkah-langkah yang dilakukan pada saat akan dilaksanakan pekerjaan pemasangan bouwplank,
mencakup :
1. Siapkan peralatan dan bahan yang dibutuhkan.
2. Siapkan kayu untuk pembatas.
3. Ukur bagian yang akan dikerjakan.
4. Tancapkan kayu pertama dengan menggunakan palu.
5. Pasang kayu penahan kayu utama dengan menggunakan paku.
6. Ukur ketinggian batas bouwplank menggunakan meteran.
7. Pasang kayu pada bagian pojok-pojok bidang yang akan dikerjakaan dengan menggunakn unting-
unting supaya tegak.
8. Pasang tali pada batas bouwplank tadi sampai kayu berikutnya.
9. Sambungkan tali-tali tadi sesuai dengan ukuran yang telah ditentukan.
10. Periksa kembali ketinggian tali-tali tadi agar pas dengan batas.

3.2. BAHAN DAN ALAT YANG DIBUTUHKAN


3.2.1. BAHAN YANG DIBUTUHKAN
Bahan yang harus dipersiapkan pada pekerjaan pemasangan bouplank, antara lain :
1. Kayu berfungsi sebagai bahan utama yang digunakan untuk bouwplank.
2. Tali berfungsi sebagai batas yang di kerjakan/sipat datar.

43
BAB III
PELAKSANAAN PEKERJAAN PONDASI

Teknik Pondasi (ada juga yang mengeja teknik fondasi) adalah suatu upaya teknis untuk
mendapatkan jenis dan dimensi pondasi bangunan yang efisien, sehingga dapat menyangga beban yang
bekerja dengan baik. Dalam membuat bangunan, ada 2 macam pondasi yang dipakai dalam perencanaan
bangunan gedung, yakni :
1) Pondasi Dangkal
2) Pondasi Dalam
Pemilihan pondasi diatas adalah berdasarkan kondisi tanah dan beratnya bangunan. Penjelasannya
tidak akan dibahas dalam artikel konstruksi ini , Yang dibahas disini adalah pemancangan pondasi dalam
dengan jacking pile. Dimana kita ketahui ada beberapa cara pemancangan pondasi dalam seperti bor pile,
hammer driven pile, jacking pile, dan lain-lain.
Disebut Pondasi dangkal karena kedalaman masuknya ke tanah relatif dangkal, hanya beberapa
meter masuknya ke dalam tanah. Salah satu tipe yang sering digunakan ialah pondasi menerus yang biasa
pada rumah-rumah, dibuat dari beton atau pasangan batu, meneruskan beban dari dinding dan kolom
bangunan ke tanah keras. Dan pondasi dangkal ini di dalamnya terdiri dari :
- Pondasi Setempat
- Pondasi Menerus
- Pondasi Pelat
Pondasi Dalam, adalah pondasi yang digunakan untuk menyalurkan beban bangunan melewati
lapisan tanah yang lemah di bagian atas ke lapisan bawah yang lebih keras. Contohnya antara lain Tiang
Pancang, Tiang Bor, kaison, dan semacamnya. Penyebutannya dapat berbeda-beda tergantung disiplin ilmu
atau pasarannya. contohnya: Pondasi Tiang Pancang, Kombinasi Pondasi Pelat dan Tiang Pancang .
Pada sistim pondasi dangkal, khususnya pondasi batu kali. Sebelum pekerjaan pemasangan batu kali
dilaksanakan maka perlu dilakukan pemasangan bouwplank dan pekerjaan galian.

3.1. PEMASANGAN BOUWPLANK


Komponen atau peralatan utama yang dipergunakan dalam sistim perlistrikan pada gedung atau

42
Jenis-jenis di atas mempunyai spesifikasi tersendiri untuk dipakai dalam usaha pemadatan bagi
berbagai jenis tanah, contoh :
 Untuk tanah plastis dan kohesif, maka alat pemadat sheep foot roller adalah yang paling cocok, sebab
alat ini memadatkan dari lapisan bagian bawah akibat dari “kaki kambing” yang terdapat padanya.
Juga pneumatic tired roller yang cukup berat sangat edektif untuk digunakan.
 Pasir dan atau kerikil berpasir, vibratory roller dan pneumatic tired roller sering digunakan untk
tanah jenis ini.
 Pasir bercampur lempung atau tanah liat, alat pemadat yang sesuai dengan jenis tanah ini antaralain
segmented roller.

2.2.4. PERALATAN KHUSUS


WATER SPRAYER
Digunakan untuk menjaga permukaan jalan tetap lembab (tidak basah), sehingga mengurangi
adanya debu, mengurangi gangguan jarak pandang dan memelihara permukaan jalan agar tetap padat.
Jumlah keperluan air tergantung pada :
 Type material permukaan jalan
 Kelembaban alami
 Curah Hujan
 Penguapan
 Kepadatan lalu lintas
Jumlah Water Sprayer Truck dihitung berdasarkan cycle time truck, pengisian tank dan pompa
penyemprotan.

Gambar x. Water Sprayer

41
2. Pneumatic tired roller (penggilas roda ban angin)

Gambar x. Pneumatic tired roller (penggilas roda ban angin)


3. Sheep foot type roller (penggilas kaki kambing)

Gambar x. Sheep foot roller


4. Vibratory roller (penggilas getar)

Gambar x. Vibratory roller (penggilas getar)

40
Beberapa jenis dump truck yang biasanya digunakan dalam pekerjaan proyek yaitu :
1) Side dump truck (penumpahan ke samping).
2) Rear dump truck (penumpahan ke belakang).
3) Rear and side dump (penumpahan ke belakang dan ke samping).

2.2.3. PERALATAN PEMADATAN


Dalam pelaksanaan konstruksi jalan atau konstruksi lain yang memerlukan stabilitas dan kepadatan
tertentu diperlukan peralatan untuk pemadatan. Berbagai cara yang dilakukan dalam usaha pemadatan
mekanis ini, umumnya dilakukan dengan penggilasan dengan suatu alat penggilas (rollers).
Pada dasarnya tipe alat-alat pemadatan ini antara lain :
1. Smooth steel rollers (penggilas besi dengan permukaan halus)
a. Three Wheel Roller (penggilas roda tiga)

Gambar x. Three Wheel Roller (penggilas roda tiga)


b. Tandem Roller (penggilas tandem)

Gambar x. Tandem Roller (penggilas tandem)

39
Gambar x. Loader Caterpillar

2.2.2. PERALATAN PENGANGKUT


DUMP TRUCK
Dump truck adalah kendaraan yang berfungsi membawa material dari atau lokasi, biasanya bekerja
dengan alat berat lain sebagai pemuat seperti loader, backhoe dan lain-lain.

Gambar x. Dump truck


Syarat yang penting agar dump truck dapat bekerja efektif adalah jalan kerja yang keras dan rata,
tetapi ada kalanya dump truck didesain agar mempunyai cross country ability yaitu suatu kemampuan
berjalan di luar jalan biasa.

38
CLAMSHELL
Clamshell didapat dengan menggantikan drag bucket pada dragline dengan suatu clamshell.
Clamshell ini sangat cocok dikerjakan terutama untuk bahan-bahan yang lepas seperti pasir, kerikil, batu
pecah, lumpur, batu bara dan sebagainya. Clamshell bekerja dengan cara menjatuhkan bucket secara
vertikal dan mengangkatnya secara vertikal pula, dengan swing sebagaimana pada excavator membongkar
material ke tempat yang dikehendaki. Gerakan-gerakan vertikal Clamshell ini tergantung dari boom dan
sudut yang digunakan.

Gambar x. Clampshell
Bucket clamshell yang digunakan terdiri atas dua macam, yaitu :
 Heavy duty bucket, yang dilengkapi dengan gigi yang dapat dilepas, digunakan untuk penggalian.
 Light duty bucket, untuk mengangkat bahan ringan, tanpa dilengkapi gigi-gigi.

LOADER
Loader adalah alat yang dipergunakan untuk pemuatan material ke dump truck dan sebagainya.
Sebagai penggerak utama loader menggunakan tractor. Dikenal dua macam loader (ditinjau dari alat
geraknya), yaitu :
 Loader dengan penggerak crawler tractor atau disebut trax’cavator.
 Loader dengan penggerak wheel tractor.
Loader didapat dengan menambahkan bucket container yang dipasang di bagian depan.

37
DRAGLINE
Kelompok lain dari excavator adalah Dragline, alat ini didapat dengan menambahkan attachment
boom crane dan drag bucket pada excavator. Pada kenyataannya dragline ini mempunyai jangkauan lebih
besar dari pada jenis shovel,tetapi dalam tenaga penggali lebih kecil, mengingat dragline mempunyai tenaga
penggali hanya dengan mengandalkan kekuatan dari pada berat sendiri digging bucket.

Gambar x. Dragline
Dragline dapat dibedakan menjadi 3 tipe, yaitu :
1. Dragline dengan roda kelabang.
2. Dragline dengan roda ban.
3. Dragline yang dipasang di atas truck.
Prinsip kerja dari Dragline :
 Mengisi bucket dengan cara menarik drag cable (kabel tarik) sepanjang lapisan material ke arah
mesin.
 Setelah bucket terisi, kemudian diangkat dan kabel tarik dikendorkan tetapi senantiasa tegang.
 Karena tegangnya kabel tarik ini berakibat bahwa tumpahnya material sedikit.
 Membongkar muatan, posisinya bisa beberapa feet di muka atau di belakang titik puncak boom.
 Bucket yang telah kosong diayun dengan mengendorkan kabel angkat (hoist line) dan bucket
diajukan pada posisi yang lebih baik untuk mendapatkan muatan baru.

36
Pemilihan Trackshoe
Kebanyakan excavator bekerja di atas perkerasan, tanah lunakdan lain-lain sehingga berdasarkan
pengalaman menimbulkan masalah terhadap trackshoe. Jika trackshoe selalu bekerja pada kondisi tempat
yang keras, maka kerusakan bagian bawah (trackshoe) akan menjadi sangat cepat. Sehingga dalam
pemilihan excavator faktor trackshoe ini harus dipertimbangkan dengan benar.
Untuk penggunaan umum yang paling baik adalah tipe Triple Grouser Section (Roda kelabang
dengan tiga lapisan/bagian), karena terhadap traksi baik, juga memberikan kerusakan yang minimum
terhadap permukaan tanah.
Double Grouser Section lebih agresif terhadap kerusakan permukaan tanah daripada tipe Triple
Grouser Section. Untuk penggunaan traksi yang paling maksimum, maka tipe Single Grouser Section sering
digunakan dibanding kedua tipe tadi. Lebar trackshoe ini biasanya berkisar antara 18”, 20”, 22”, 24”, 28”,
30”, 32”, 36”, dan 40”.

POWER SHOVEL

Gambar x. Power Shovel


Masih satu golongan dengan backhoe yakni jenis shovel, yang diberikan attachment shovel kepada
excavator. Alat demikian sering kita sebut Power Shovel, alat ini baik sekali digunakan sebagai alat penggali
dan sebagai alat pemuat, tanpa memerlukan bantuan lain untuk keperluan pemuatan tersebut.
Power Shovel di lapangan digunakan terutama untuk penggalian tebing yang letaknya lebih tinggi
dari tempat kedudukan alat. Umumnya Power Shovel ini crawler mounted (beroda kelabang) mengingat
bahwa untuk alat ini diperlukan floating (daya apung) dan stabilitas yang besar.

35
Gambar x. Backhoe

Gambar x. Backhoe mendorong urugan

Waktu Siklus dan Kerja Backhoe


Gerakan-gerakan backhoe dalam beroperasi, terdiri dari :
1. Mengisi bucket (land bucket).
2. Mengayun (swing loaded).
3. Membongkar beban (dump loaded).
4. Mengayun balik (swing empty).
Empat gerakan dasar tadi akan menentukan lama waktu siklus, tetapi waktu siklus ini juga
tergantung dari ukuran backhoe, backhoe yang kecil waktu siklusnya akan lebih cepat daripada backhoe
yang besar, dan tentu saja kondisi kerja yang berpengaruh.
Dengan kondisi kerja yang baik siklus waktu akan lebih kecil (cepat), sebaliknya dengan kerja yang
berat (seperti : penggalian tanah liat atau keras, penggalian parit pada tanah yang keras) gerakan excavator
akan lebih lambat.

34
c. CBR Laboratorium
 Tanah dasar (Subgrade) pada konstuksi jalan baru dapat berupa tanah asli, tanah timbunan atau
tanah galian yang telah dipadatkan sampai menncapai kepadatan 95% kepadatan maksimum.
 Dengan demikian daya dukung tanah dasar tersebut merupakan nilai kemampuan lapisan tanah
memikul beban setelah tanah tersebut dipadatkan.
 CBR ini disebut CBR laboratoium, karena disiapkan di Laboratorium. CBR Laboratorium
dibedakan atas 2 macam, yaitu CBR Laboratorium rendaman dan BR Laboratorium tanpa
rendaman.
d. UKURAN BUTIR
 Pembagian dari butir-butir tanah tergantung pada ukuran di dalam tanah Untuk bahan yang
berbutir kasar. Pembagian ini dapat ditentukan dengan menyaring, dan untuk butir-butir yang
halus digunakan suatu metoda pengukuran kecepatan penurunan dalam air. Penentuan
pembagian ukuran butir dengan metoda-metoda tersebut dikenal sebagai analisis mekanis.
 Ada sejumlah sistem-sistem klasifikasi ukuran butir yang dipakai, akan tetapi ”British Standard
Institution” telah menerapkan sistem yang dikembangkan oleh ”Massachusetts Institute of
Technology”, berhubung batas-batas pembagian utama yang dipakai kira-kira bersangkutan
dengan perubahan-perubahan penting di dalam sifat-sifat teknis tanah.

2.2. PERALATAN KERJA


2.2.1. PERALATAN PENGGALI, PENGANGKAT DAN PEMUAT
BACKHOE
Backhoe atau Pull Shovel merupakan alat kerja yang menggunakan prime mover excavator, bagian-
bagian utama dari excavator, meliputi :
 Bagian atas, revolving unit (bisa berputar).
 Bagian bawah, travel unit (untuk berjalan).
 Bagian attachment, yang dapat diganti.
Backhoe dikhususkan untuk penggalian yang letaknya di bawah kedudukan backhoe itu sendiri.
Keuntungan backhoe jika dibandingkan terhadap dragline dan clamshell yang fungsinya hamper sama,
adalah dapat menggali dengan kedalaman yang jauh lebih teliti, juga backhoe bisa digunakan sebagai alat
pemuat bagi truck-truck.

33
d. Contoh tanah dibersihkan dan tutup rapat dan dibawa ke Laboratorium
e. Satu contoh langsung diuji dan yang lain direndam selama 4 x 24 jam.
 Di Laboratorium
a. Beban statis diletakkan pada bagian atas tabung untuk mencegah pengembangan tanah dalam
tabung
b. Arloji penunjuk beban dan arloji penetrasi dipasang dan angka dinolkan
c. Pembebanan dimulai dengan beraturan sesuai dengan urutan waktu maupun kedalaman yang
ada pada forulir data.
d. Catat angka yang dibaca pada arloji pengukur pada formulir.
Berdasarkan tata cara untuk mendapatkan contoh sample tanahnya, jenis metode CBR ini dapat
dibagi menjadi :
a. CBR Lapangan (CBR inplace atau field Inplace)
 Digunakan untuk memperoleh nilai CBR asli di Lapangan sesuai dengan kondisi tanah pada saat
itu. Umum digunakan untuk perencanaan tebal perkerasan yang lapisan tanah dasarnya tidak
akan dipadatkan lagi.
 Pemeriksaan ini dilakukan dala kondisi kadar air tanah tinggi (musim penghujan), atau dalam
kondisi terbuuk yang mungkin terjadi. Juga digunakan apakah kepadatan yang diperoleh dengan
sesuai dengan yang kita inginkan.
b. CBR lapangan rendaman (undisturbed soaked CBR)
 Digunakan untuk mendapatkan besarnya nilai CBR asli di Lapangan pada keadaan jenuh air dan
tanah mengalami pengembangan (swell) yang maksimum.
 Hal ini sering digunakan untuk menentukan daya dukung tanah di daerah yang lapisan tanah
dasarnya tidak akan dipadatkan lagi, terletak pada daerah yang badan jalannya sering terendam
air pada musim penghujan dan kering pada musim kemarau. Sedangkan pemeriksaan dilakukan
di musim kemarau.
 Pemeriksaan dilakukan dengan mengambil contoh tanah dalm tabung (mould) yang ditekan
masuk kedalam tanah mencapai kedalaman yang diinginkan. Tabung berisi contoh tanah
dikeluarkan dan direndam dalam air selama beberapa hari sambil diukur pengembangannya.
Setelah pengembangan tidak terjadi lagi, barulah dilakukan pemeriksaan besarnya CBR.

32
Contoh percobaan-percobaan CBR di laboratorium dan lapangan, dimana percobaan-percobaan ini
dapat dilakukan antara lain :
1. Percobaan di Laboratorium
standar yang berlaku : Bina Marga : PB – 0113 – 76; ASTM : D – 1883 – 73; AASHTO : T - 193 – 81
Tujuan untuk menentukan nilai daya dukung tanah dalam kepadatan maksimum.
Cara melakukan percobaan :
Percobaan C.B.R biasanya menggunakan contoh tanah dalam kadar air optimum.
Metode yang digunakan dalam metoda 2 atau standar ASTM D – 70 atau D – 1557 – 70 dengan
diameter tabung = 6 inci = 15 cm dan tinggi = 5 sampai 7 inci = 12,50 cm sampai 17,50 cm.
Dengan menggunakan dongkrak mekanis sebuah piston penetrasi ditekan supaya masuk ke dalam tanah
dengan kecepatan tetap = 1,25 mm/menit dengan beban awal = 0,05 kN.
Pembebanan pada pluyer diamati pada penetrasi berturut-turut : 0.625 ; 1,250 ; 1,875 ; 2,500 ; 3,750 ;
5,000 ; 6,250 dan 7,500 mm. dan hasil perhitungan ini di plot dalam kertas kurva.
2. Percobaan di Lapangan
Tujuan untuk melakukan nilali C.B.R asli di Lapangan sesuai dengan kondisi tanah saat iut. Biasanya
digunaka untuk perencanaan tebal lapisan perkerasan yang perkerasan lapisan tanah dasarnya tidak
akan dipadatkan lagi.pemeriksaan dilakukan dengan kondisi kadar air tanah tinggi.
Alat-alat yang digunakan:
a. Truk dengan pembebanan
b. Piston penetrasi dari logam
c. Timbangan
d. Dongkrak hidrolisis atau mekanik
e. Arloji beban atau arloji cincin penguji lengkap dengan cincin pengujinya (proving ring)
f. Perlengkapan lainnya : rol meter, kunici dan lain-lain.
Cara melakukan percobaan :
 Di Lapangan
a. Tanah digali di lokasi yang telah ditentukan dan kemudian dibuat deskripsi secara visual
b. Tabung diletakkan dipermukaan tanah dan kemudian diberi beban melalui truk dengan dibantu
dongkrak sebagai alat penekan
c. Cotoh tanah diambil sebanya k 2 tabung

31
2.4.2. PENGUJIAN CBR (California Bearing Ratio)
Metoda ini awalnya diciptakan oleh O.J poter kemudian di kembangkan oleh California State
Highway Departement, kemudian dikembangkan dan dimodifikasi oleh Corps insinyur-isinyur tentara
Amerika Serikat (U.S Army Corps of Engineers). Metode ini menkombinasikan percobaan pembebanan
penetrasi di Laboratorium atau di Lapangan dengan rencana Empiris untuk menentukan tebal lapisan
perkerasan. Hal ini digunakan sebagai metode perencanaan perkerasan lentur (flexible pavement) suatu
jalan. Tebal suatu bagian perkerasan ditentukan oleh nilai CBR.

Gambar x. Pengambilan sample data lapangan


Defenisi CBR atau California Bearing Ratio merupakan suatu perbandingan antara beban percobaan
(test load) dengan beban Standar (Standard Load) dan dinyatakan dalam persentase. Dinyatakan dengan
rumus :
PT
CBR = x 100%
PS
Keterangan :
PT = beban percobaan (test load)
PS = beban standar (standar load)
Harga CBR adalah nilai yang menyatakan kualitas tanah dasar dibandingkan dengan bahan standar
berupa batu pecah yang mempunyai nilai CBR sebesar 100% dalam memikul beban.

30
2.4. PENGUJIAN KEPADATAN TANAH

Gambar x. Pengujian tanah sebelum tanah digunakan

2.4.1. PENGAMBILAN TITIK SAMPLE DENGAN DCP


Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui nilai kepadatan dan kadar air dilapangan. Juga bisa
sebagai perbandingan pekerjaan yang akan dilaksanakan dilapangan dengan perencanaan pekerjaan.

Gambar x. Tes CBR dengan alat DCP

29
2.3.4. KETENTUAN KEPADATAN TIMBUNAN
a. Lapisan tanah yang lebih dalam dari 30 cm di bawah elevasi tanah dasar harus dipadatkan sampai 95 %
dari kepadatan kering maksimum yang ditentukan sesuai SNI 03-1742-1989. Untuk tanah yang
mengandung lebih dari 10 % bahan yang tertahan pada ayakan ¾”, kepadatan kering maksimum yang
diperoleh harus dikoreksi terhadap bahan yang berukuran lebih (oversize) tersebut sebagaimana yang
diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.
b. Lapisan tanah pada kedalaman 30 cm atau kurang dari elevasi tanah dasar harus dipadatkan sampai
dengan 100 % dari kepadatan kering maksimum yang ditentukan sesuai dengan SNI 03-1742-1989.
c. Pengujian kepadatan harus dilakukan pada setiap lapis timbunan yang dipadatkan sesuai dengan SNI 03-
2828-1992 dan bila hasil setiap pengujian menunjukkan kepadatan kurang dari yang disyaratkan maka
Kontraktor harus memperbaiki pekerjaan sesuai ketentuan. Pengujian harus dilakukan sampai
kedalaman penuh pada lokasi yang diperintahkan oleh direksi pekerjaan, tetapi harus tidak boleh
berselang lebih dari 200 m. Untuk penimbunan kembali di sekitar struktur atau pada galian parit untuk
gorong-gorong, paling sedikit harus dilaksanakan satu pengujian untuk satu lapis penimbunan kembali
yang telah selesai dikerjakan. Untuk timbunan, paling sedikit satu rangkaian pengujian bahan yang
lengkap harus dilakukan untuk setiap 1000 meter kubik bahan timbunan yang dihampar.

28
didefinisikan sebagai kadar air pada kepadatan kering maksimum yang diperoleh bilamana tanah
dipadatkan sesuai dengan SNI 03-1742-1989.
c. Seluruh timbunan batu harus ditutup dengan satu lapisan atau lebih setebal 20 cm dari bahan bergradasi
menerus dan tidak mengandung batu yang lebih besar dari 5 cm serta mampu mengisi rongga-rongga
batu pada bagian atas timbunan batu tersebut. Lapis penutup ini harus dilaksanakan sampai mencapai
kepadatan timbunan tanah.
d. Setiap lapisan timbunan yang dihampar harus dipadatkan seperti yang disyaratkan, diuji kepadatannya
dan harus diterima oleh Direksi Pekerjaan sebelum lapisan berikutnya dihampar.
e. Timbunan harus dipadatkan mulai dari tepi luar dan bergerak menuju ke arah sumbu jalan sedemikian
rupa sehingga setiap ruas akan menerima jumlah usaha pemadatan yang sama. Bilamana
memungkinkan, lalu lintas alat-alat konstruksi dapat dilewatkan di atas pekerjaan timbunan dan lajur
yang dilewati harus terus menerus divariasi agar dapat menyebarkan pengaruh usaha pemadatan dari
lalu lintas tersebut.
f. Bilamana bahan timbunan dihampar pada kedua sisi pipa atau drainase beton atau struktur, maka
pelaksanaan harus dilakukan sedemikian rupa agar timbunan pada kedua sisi selalu mempunyai elevasi
yang hampir sama.
g. Bilamana bahan timbunan dapat ditempatkan hanya pada satu sisi abutment, tembok sayap, pilar,
tembok penahan atau tembok kepala gorong-gorong, maka tempat-tempat yang bersebelahan dengan
struktur tidak boleh dipadatkan secara berlebihan karena dapat menyebabkan bergesernya struktur atau
tekanan yang berlebihan pada struktur.
h. Terkecuali disetujui oleh Direksi Pekerjaan, timbunan yang bersebelahan dengan ujung jembatan tidak
boleh ditempatkan lebih tinggi dari dasar dinding belakang abutment sampai struktur bangunan atas
telah terpasang.
i. Timbunan pada lokasi yang tidak dapat dicapai dengan peralatan pemadat mesin gilas, harus dihampar
dalam lapisan horizontal dengan tebal gembur tidak lebih dari 15 cm dan dipadatkan dengan penumbuk
loncat mekanis atau timbris (tamper) manual dengan berat minimum 10 kg. Pemadatan di bawah
maupun di tepi pipa harus mendapat perhatian khusus untuk mencegah timbulnya ronggarongga dan
untuk menjamin bahwa pipa terdukung sepenuhnya.

27
b. Tanah timbunan umumnya diangkut langsung dari lokasi sumber bahan ke permukaan yang telah
disiapkan pada saat cuaca cerah dan disebarkan. Penumpukan tanah timbunan untuk persediaan
biasanya tidak diperkenankan, terutama selama musim hujan.
c. Timbunan di atas atau pada selimut pasir atau bahan drainase porous, harus diperhatikan sedemikian
rupa agar kedua bahan tersebut tidak tercampur. Dalam pembentukan drainase sumuran vertikal
diperlukan suatu pemisah yang menyolok di antara kedua bahan tersebut dengan memakai acuan
sementara dari pelat baja tipis yang sedikit demi sedikit ditarik saat pengisian timbunan dan drainase
porous dilaksanakan.
d. Penimbunan kembali di atas pipa dan di belakang struktur harus dilaksanakan dengan sistematis dan
secepat mungkin segera setelah pemasangan pipa atau struktur. Akan tetapi, sebelum penimbunan
kembali, diperlukan waktu perawatan tidak kurang dari 8 jam setelah pemberian adukan pada
sambungan pipa atau pengecoran struktur beton gravity, pemasangan pasangan batu gravity atau
pasangan batu dengan mortar gravity. Sebelum penimbunan kembali di sekitar struktur penahan tanah
dari beton, pasangan batu atau pasangan batu dengan mortar, juga diperlukan waktu perawatan tidak
kurang dari 14 hari.
e. Bilamana timbunan badan jalan akan diperlebar, lereng timbunan lama harus disiapkan dengan
membuang seluruh tetumbuhan yang terdapat pada permukaan lereng dan dibuat bertangga sehingga
timbunan baru akan terkunci pada timbunan lama sedemikian sampai diterima oleh Direksi Pekerjaan.
Selanjutnya timbunan yang diperlebar harus dihampar horizontal lapis demi lapis sampai dengan elevasi
tanah dasar, yang kemudian harus ditutup secepat mungkin dengan lapis pondasi bawah dan atas sampai
elevasi permukaan jalan lama sehingga bagian yang diperlebar dapat dimanfaatkan oleh lalu lintas
secepat mungkin, dengan demikian pembangunan dapat dilanjutkan ke sisi jalan lainnya bilamana
diperlukan.

2.3.3. TAHAPAN PEMADATAN TIMBUNAN


a. Segera setelah penempatan dan penghamparan timbunan, setiap lapis harus dipadatkan dengan
peralatan pemadat yang memadai dan disetujui Direksi Pekerjaan sampai mencapai kepadatan yang
disyaratkan.
b. Pemadatan timbunan tanah harus dilaksanakan hanya bilamana kadar air bahan berada dalam rentang 3
% di bawah kadar air optimum sampai 1% di atas kadar air optimum. Kadar air optimum harus

26
Pada pekerjaan timbunan ini tanah yang digunakan berasal dari luar yang biasa disebut borrowpitt.
Tanah ini digunakan apabila nilai CBR tanah dari timbunan kurang dari 6%.
Timbunan Biasa
1. Timbunan yang diklasifikasikan sebagai timbunan biasa harus terdiri dari bahan galian tanah atau
bahan galian batu yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan sebagai bahan yang memenuhi syarat untuk
digunakan dalam pekerjaan permanen seperti yang diuraikan dalam Spesifikasi ini.
2. Bahan yang dipilih sebaiknya tidak termasuk tanah yang berplastisitas tinggi, yang diklasifikasikan
sebagai A-7-6 menurut AASHTO M145 atau sebagai CH menurut "Unified atau Casagrande Soil
Classification System". Bila penggunaan tanah yang berplastisitas tinggi tidak dapat dihindarkan,
bahan tersebut harus digunakan hanya pada bagian dasar dari timbunan atau pada penimbunan
kembali yang tidak memerlukan daya dukung atau kekuatan geser yang tinggi. Tanah plastis seperti
itu sama sekali tidak boleh digunakan pada 30 cm lapisan langsung di bawah bagian dasar
perkerasan atau bahu jalan atau tanah dasar bahu jalan. Sebagai tambahan, timbunan untuk lapisan
ini bila diuji dengan SNI 03- 1744-1989, harus memiliki CBR tidak kurang dari 6 % setelah
perendaman 4 hari bila dipadatkan 100 % kepadatan kering maksimum (MDD) seperti yang
ditentukan oleh SNI 03-1742-1989.
3. Tanah sangat expansive yang memiliki nilai aktif lebih besar dari 1,25, atau derajat pengembangan
yang diklasifikasikan oleh AASHTO T258 sebagai "very high" atau "extra high", tidak boleh digunakan
sebagai bahan timbunan. Nilai aktif adalah perbandingan antara Indeks Plastisitas / PI - (SNI 03-
1966-1989) dan persentase kadar lempung (SNI 03-3422-1994).
Timbunan Pilihan di atas Tanah Rawa
Bahan timbunan pilihan di atas tanah rawa haruslah pasir atau kerikil atau bahan berbutir bersih
lainnya dengan Index Plastisitas maksimum 6 %.

2.3.2. TAHAPAN PENIMBUNAN


a. Timbunan harus ditempatkan ke permukaan yang telah disiapkan dan disebar dalam lapisan yang merata
yang bila dipadatkan akan memenuhi toleransi tebal lapisan yang disyaratkan. Bilamana timbunan
dihampar lebih dari satu lapis, lapisan-lapisan tersebut sedapat mungkin dibagi rata sehingga sama
tebalnya.

25
Gambar x. Teknik angkur/turap pada galian

Gambar x. Teknik angkur/turap pada galian (lanjutan)

2.3. PEKERJAAN TIMBUNAN DAN PEMADATAN


2.3.1. KLASIFIKASI TIMBUNAN
Proses penimbunan dapat diklasifikasikan menjadi 2, yaitu :
1. Timbunan Biasa
Pada timbunan biasa ini material atau tanah yang biasa digunakan berasal dari hasil galian badan
jalan yang telah memenuhi syarat.
2. Timbunan Pilihan

24
pinggir galian supaya tanah tidak bertumpuk. Hal ini untuk menghindari longsoran dimana tanah galian
masuk kembali ke dalam.
Jika proses penggalian sudah selesai, pengawas harus melakukan pengecekan kembali ukuran dan
elevasi kedalaman galian apakah sudah sesuai dengan gambar rencana. Setelah proses pengecekan selesai
dan sudah memenuhi syarat, selanjutnya pekerjaan siap dilanjutkan dengan pembuatan lantai kerja.

Gambar x. Sliding tanah galian pada turap

23
Gambar x. Kemiringan galian tanah
Apabila kondisi tanah yang mempunyai masalah, seperti untuk jenis tanah berlumpur. Sehingga
dimungkinkan terjadinya longsoran/runtuhan tanah cukup besar. Karena itu buat galian sisi miring dan
lebar galian dibuat lebih besar dari ukuran dimensi tapak. Lakukan penambahan cerucuk sebagai turap
dengan tujuannya supaya tekanan lumpur akan berkurang ke bekisting.
Untuk galian pondasi kedalaman lebih dari 1 meter dengan kondisi jenis tanahnya adalah tanah
runtuhan, maka perlu dilakukan pemasangan struktur penahan tanah (turap) seperti gambar dibawah.

Gambar x. Galian tanah dengan turap


Untuk galian tanah yang terdapat sumber mata air dibawahnya maka subkontraktor harus
menyiapkan mesin pompa air untuk mengeluarkan air tersebut. Begitu juga apabila galian menampung air
hujan maka sebelum meneruskan pekerjaan selanjutnya maka air harus dibuang terlebih dahulu.
Selama proses pengalian, pelaksana dan pengawas harus memperhatikan keselamatan pekerja yang
ada di dalam galian. Pelaksana harus memastikan tersedia orang yang membuang tumpukan tanah di

22
Beberapa cara penggalian dan penupukkan hasil galian ke samping galian dapat mengakibatkan hasil
galian terbuang kedalam galian lagi, akibat terlalu dekatnya penumpukkan hasil galian. Beberapa teknik
buangan dapat dilihat dibawah ini.

Gambar x. Teknik penumpukkan hasil galian yang buruk

Gambar x. Teknik penumpukkan hasil galian yang baik

Apabila ukuran galian lebih dari 1 meter, maka pelaksana harus menyediakan tangga sementara,
yang disediakan buat para pekerja sebagai akses turun naik ke dalam penggalian.
Type-type galian dapat disesuaikan dengan kondisi tanah aktual. Hal ini diperhitungkan untuk
kondisi tanah dimana koefisien runtuhan tanah kecil dapat dilakukan sisi galian tegak. Dan jika koefisien
runtuhan tanah besar, maka teknik galian yang digunakan adalah sisi galian miring, seperti terlihat pada
gambar dibawah.

21
tanah galian pondasi dan memastikan sistem penumpukan tersebut tidak menghambat proses
pengecoran.
- Sebelum penggalian dimulai, pelaksana supaya memeriksa dimensi dan elevasi kedalaman galian
(disesuaikan dengan gambar). Pelaksana harus membuat papan bowplank yang kuat untuk membuat
garis benang posisi dan batas tanah yang akan digali. Pemberian benang harus mudah dibuka dan
dipasangkan kembali supaya tidak menganggu pekerjaan galian.
- Pelaksana harus mengatur metode pengalian, pembuangan dan penumpukan tanah. Penumpukan
tanah galian tidak boleh terkonsentrasi dekat galian untuk mengurangi resiko runtuhan tanah
masuk kembali ke dalam galian pondasi .
Metode yang digunakan dalam pekerjaan galian seperti :
- Bila ukuran galian lebih dari 1 m, pelaksana harus menyediakan tangga sementara, disediakan buat
pekerja sebagai akses turun naik ke dalam penggalian.
- Type galian disesuaikan dengan kondisi tanah aktual. Untuk kondisi tanah dimana koefisien runtuhan
tanah kecil dapat dilakukan sisi galian tegak, jika koefisien runtuhan tanah besar maka sisi galian
miring .
Lingkungan tempat galian akan diadakan sangat mempengaruhi, baik kondisi bawah (tanah)
maupun kondisi luar (adanya bangunan dan hal-hal lain), hal ini akan berakibat terhadap stabilitas tanah
yang terjadi pada saat penggalian berlangsung ataupun setelah dilaksanakannya penggalian.
Kompleksitas penyelesaian juga dapat dilihat dari teori gaya-gaya yang bekerja pada struktur
penahan galian, karena ternyata besarnya tergantung juga dari kondisi deformasi yang terjadi.
Jadi sifatnya sangat dinamik, seperti :

Gambar x. Mekanisme beban yang terjadi pada galian

20
Pekerjaan galian dapat diklasifikasikan menjadi beberapa bagian :
a. Galian Biasa Commond Excavation)
Dalam pekerjaan ini dilakukan penggalian untuk menghilangkan atau membuang material yang
tidak dapat dipakai sebagai struktur jalan, yang dilakukan menggunakan excavator untuk memotong
bagian ruas jalan sesuai dengan gambar rencana, sedangkan pengangkutan dilakukan dengan
menggunakan dump truck.
b. Galian Batuan / Padas
Pekerjaan galian batu (padas) mencakup galian bongkahan batu dengan volume 1 meter kubik atau
lebih. Pada pekerjaan galian batu ini biasa dilakukan dengan menggunakan alat bertekanan udara
(pemboran) dan peledekan.
c. Galian Struktur
Pada pekerjaan galian struktur ini mencakup galian pada segala jenis tanah dalam batas pekerjaan
yang disebut atau ditunjukkan dalam gambar untuk struktur. Pekerjaan galian ini hanya terbatas
untuk galian lantai pondasi jembatan.
Karena pekerjaan galian membutuhkan manuver dan pembuangan hasil galian dengan cepat, maka
perlu diperhatikan dalam pelaksanaan pekerjaan galian oleh pelaksana adalah berikut ini :
- Pelaksana harus memperhatikan faktor keamanan bagi masyarakat di sekitar galian pada saat
pelaksanaan pekerjaan. Perlunya pembuatan pagar atau papan petunjuk agar setiap orang berhati-
hati disekitar galian. Hanya pekerja dan yang berkepentingan yang diijinkan memasuki area galian
pondasi.
- Pelaksana mengatur pekerja di lapangan sesuai posisi dan job desk masing-masing agar pekerjaan
dapat efektif dan optimal. Untuk pekerjaan galian yang digunakan secara manual, maka pelaksana
harus memperhatikan kondisi si pekerja dan juga harus menyiapkan peralatan yang dibutuhkan
misalnya cangkul, sekop, tambang, ember/ karung pembuang tanah.
- Sebelum dilakukan penggalian pelaksana dan pengawas perlu memeriksa batas tanah pemilik. Jika
tanah berbatasan dengan pemilik lain maka terlebih dahulu dilakukan pembicaraan apakah galian
tanah dapat dibuang sementara ke lokasi tanahnya, jika tidak bisa dilakukan maka harus dilakukan
pengaturan posisi pembuangan supaya dapat dihindari terjadinya longsoran tanah.
- Untuk lokasi area yang sempit perlu diperhatikan posisi pembuangan tanah supaya tetap tersedia
lokasi penempatan material dan peralatan pengecoran. Pelaksana memeriksa sistim penumpukan

19
Gambar x. Pekerjaan galian dengan backhoe
Pekerjaan Galian
1. Pekerjaan galian adalah pekerjaan pemotongan tanah dengan tujuan untuk memperoleh bentuk serta
elevasi permukaan sesuai dengan gambar yang telah direncanakan. Adapun prosedur pekerjaan dari
pekerjaan galian, yaitu :
2. Lokasi yang akan dipotong (cutting) haruslah terlebih dahulu dilakukan pekerjaan clearing dan
grubbing yang bertujuan untuk membersihkan lokasi dari akar-akar pohon dan batu-batuan.
3. Untuk mengetahui elevasi jalan rencana, surveyor harus melakukan pengukuran dengan
menggunakan alat ukur (theodolit). Apabila elevasi tanah tidak sesuai maka tanah dipotong kembali
dengan menggunakan alat berat (motor grader), sampai elevasi yang diinginkan.
4. Memadatkan tanah yang telah dipotong dengan menggunakan Vibrator Roller.
5. Melakukan pengujian kepadatan tanah dengan tes kepadatan (ujiDdensity Sand Cone test) di
lapangan.

18
6. Tentukan letaknya titik-titik sumbu dinding tembok pada papan bouwplank, lalu tancapkan paku dan
beri tanda dengan cat atau meni.

7. Gambar x. Posisi menyiku sudut

2.2. PEKERJAAN GALIAN DAN TIMBUNAN


Pekerjaan galian pondasi tanah bangunan adalah pekerjaan yang sering mengalami kendala
disamping berhubungan dengan alam juga pekerjaan ini sering dianggap sepele karena dianggap hanya
membutuhkan tenaga saja. Bagi orang yang kurang mengerti mungkin berpikir tidak masalah jika galian
pondasi salah, karena akan (nanti) tidak kelihatan karena akan ditutup kembali (tertimbun tanah), padahal
bisa saja kesalahan tersebut akan mengakibatkan kerugian waktu, material dan juga mempengaruhi ukuran
bangunan dan juga kekuatan konstruksinya. Kadang banyak pekerja tidak memperdulikan keselamatan saat
melakukan penggalian tanah.
Beberapa kesalahan-kesalahan yang terjadi pada saat pekerjaan galian tanah sehingga menyebabkan
permasalahan pada bangunan misalnya :
- Galian tanah yang tidak sesuai dengan posisi dan ukurannya akan mempengaruhi proses konstruksi
berikutnya, dimana penempatan/ titik titik pondasi yang salah akan mempengaruhi posisi kolom.
- Bila elevasi galian tidak sesuai, misalnya terlampau dalam atau terlampau rendah berpengaruh
terhadap kekuatan daya dukung berdasarkan hasil pengujian tanah.
- Bila posisi terlalu jauh dari rencana, bisa mengakibatkan pengulangan galian yang menimbulkan
kerugian waktu dan biaya.
- Pekerjaan galian tanah mengandung resiko longsoran dan reruntuhan bangunan.

17
2.1.3. PELAKSANAAN PEKERJAAN PENGUKURAN DAN PAPAN DUGA

Gambar x. Pekerjaan Uitzet dan Bouwplank

Gambar x. Meletakkan benang sebagai garis As-Bangunan


Langkah-langkah kerja yang harus dilaksanakan pada pelaksanaan pekerjaan pemasangan
bouwplank adalah :
1. Tanamkan secara dipancang deretan patok-patok menurut kedudukan tarikan benang (garis BA) sebagai
dasar pengukuran bangunan.
2. Pancangkan deretan patok-patok menurut kedudukan garis CD yang dibuat tegak lurus terhadap garis
BA dengan menggunakan perbandingan dalil pythagoras (3:4:5).
3. Dengan cara yang sama, pancangkan deretan patok-pa-tok menurut garis EF dan GH.
4. Pada tiap-tiap patok beri tanda letaknya titik duga ± 0,00 dengan membuat bidang datar di setiap patok.
5. Pasang bouwplank dengan berpedoman pada titik duga tersebut.

16
Gambar x. Posisi bouwplank secara 3-dimensi
Sambungan papan bouwplak diusahakan terletak pada sumbu patok, sehingga jarak patok harus
memperhitungkan terhadap panjang papan yang akan dipergunakan sebagai bouwplank. Bila sambungan
papan bouwplank terletak di antara patok, maka sambungan papan harus menggunakan klem.

Gambar x. Sambungan Papan pada Patok

Gambar x. Sambungan Papan diantara Patok

15
waterpas). Bidang atas papan bangunan biasanya dipasang pada kedudukan ± 0,00 sebagai duga lantai.
Sudut pertemuan papan bouwplank harus benar-benar siku, karena hal tersebut sebagai acuan untuk
kesikuan pertemuan dinding.

Gambar x. Pemberian Tanda pada Bouwplank

Gambar x. Posisi bouwplank terhadap pondasi

14
Untuk bangunan besar dan banyak terdapat ruang, pemasangan bouwplank dilaksanakan
mengelilingi seluruh area calon bangunan didirikan, sedang untuk bangunan kecil, pemasangannya cukup
pada lokasi sudut atau pertemuan bangunan.

Gambar x. Pemasangan Bouwplank di Sekeliling Bangunan

Gambar x. Pemasangan Bouwplank di Sudut/Pertemuan Dinding


Titik-titik pada papan bangunan yang menunjukkan dinding tembok dapat dijelaskan dengan tanda
dari paku yang juga berfungsi untuk menarik benang sebagai sumbu tembok. Untuk menghindarkan
kesalahan yang disebabkan letaknya paku, pada kedudukan paku diberi tanda panah dengan cat/meni.
Bidang atas bouwplank harus diketam rata agar bidang atas papan dapat membentuk bidang datar (bidang

13
- Setelah selesai pekerjaan pengukuran secara akurat, baru dilanjutkan dengan pekerjaan pemasangan
bouwplank.
- Papan tolok ukur atau bouwplank dipasang pada patok kayu yang kuat, tertancap di tanah sehingga
tidak bisa bergerak-gerak atau berubah-ubah.
- Papan tolok ukur biasanya untuk wilayah Pekanbaru dan sekitarnya dibuat dari kayu meranti dengan
ukuran tebal 2,5-3 cm, lebar 20 cm, lurus dan diserut rata pada sisi sebelah atasnya.
- Papan tolok ukur dipasang sejauh 200 cm dari as dinding keluar

Gambar x. Pembuatan alat kontrol siku bouwplank

2.1.2. MEMASANG PAPAN DUGA PEKERJAAN PASANGAN BATU


Papan duga pekerjaan pasangan batu (Bouwplank) adalah sebuah benda kerja yang terdiri dari
pasangan papan-papan. Pasangan ini dimaksudkan untuk menempatkan titik-titik hasil pengukuran yang
diperlukan dalam mendirikan suatu bangunan dan membentuk bidang datar. Agar menghasilkan bentuk
bangunan sesuai dengan perencanaan, pemasangan papan juga harus memenuhi persyaratan, antara lain :
1. Kedudukannya harus kuat dan tidak mudah goyah.
2. Berjarak cukup dari rencana galian.
3. Titik hasil uitzet ditempatkan dengan tanda yang jelas.
4. Sisi atas bouwplank harus terletak satu bidang (horizontal) dengan papan bangunan (bouwplank) yang
lain.
5. Letak kedudukan papan bangunan harus seragam (diusahakan menghadap ke dalam bangunan).

12
Gambar x. Kontrol Garis Siku-siku
Untuk melaksanakan pekerjaan pengukuran, maka yang perlu dilakukan pada awal memulai
pelaksanaan suatu bangunan atau rumah tinggal. Anda diwajibkan mengadakan pengukuran dan
penggambaran kembali lokasi pembangunan dengan dilengkapi keterangan-keterangan mengenai peil
ketinggian tanah, letak pohon-pohon, letak batas-batas tanah dengan alat-alat yang sudah ditera
kebenarannya. Maka perlu diperhatikan sebelum melaksanakan pengukuran di lapangan, meliputi :
- Ketidakcocokan yang mungkin terjadi antara gambar dan keadaan lapangan yang sebenarnya harus
diteliti kembali untuk mendapatkan keputusan final pada saat mulai pelaksanaan pekerjaan.
- Penentuan titik ketinggian dan sudut-sudut sebaiknya dilakukan dengan alat-alat waterpass dan
theodolite.
- Pengukuran sudut siku-siku dengan prisma atau benang secara azas segitiga phytagoras masih
diperkenankan untuk bagian-bagian kecil atau sebatas pelaksanaan rumah tempat tinggal yang tidak
begitu luas.
Untuk mendapatkan hasil pekerjaan fisik yang terukur dan akurat, maka perlu dilakukan
pengukuran secara akurat dan tepat. Metode pengukuran yang digunakan pada pekerjaan pemasangan
bouwplank dapat dilakukan dengan cara seperti berikut :
- Pengukuran dengan benang secara azas segitiga phytagoras yang sering dipergunakan di sekitar kita,
dikenal dengan “siku-siku 100” dan “siku-siku 200”.
- Siku-siku 100 adalah sisi miring sama dengan 100 cm, dengan kedua sisi datarnya adalah 60 dan 80 cm.
- Siku-siku 200 adalah sisi miring sama dengan 200 cm, dengan kedua sisi datarnya adalah 120 dan 160
cm.

11
hasilnya. Hal tersebut disebabkan ukuran panjang selang plastik yang terbatas, sehingga dapat
mengakibatkan hasil dari pelaksanaan pengukuran kurang akurat.
2. Membuat Garis Siku-siku
Untuk membuat garis siku-siku di lapangan banyak dilakukan dengan memanfaatkan dalil
pythagoras, yaitu perbandingan sisi miring (BC) dengan sisi datar (AC) dan sisi tegak (AB) dengan angka
perbandingan AC : AB : BC = 3 : 4 : 5.

Gambar x. Membuat Garis Siku-siku


Untuk mengontrol hasil pekerjaan dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :
a. Menarik garis dari titik B sejajar dengan AC (BD),
b. Menarik garis dari titik C sejajar dengan AB (CD),
c. Perpotongan dua buah garis BD dengan CD berpotongan di titik D, dan akan membentuk bidang segi
empat,
d. Jarak diagonal BC harus sama panjang dengan AD,
e. Bila jarak diagonal antara BC dengan AD belum sama panjang, maka garis yang menghubungkan titik
CAB belum membentuk siku-siku, dan pekerjaan pengukuran harus diulangi sampai jarak diagonal BC
dengan AD sama panjang.

10
Gambar x. Pengukuran lapangan
1. Membuat Bidang Datar
Untuk membaut bidang datar ("waterpas") pada pekerjaan pengukuran dan leveling lapangan yang
berukuran besar dan luas dapat digunakan pesawat waterpassen, sedang untuk bangunan yang berukuran
kecil seperti rumah tinggal, cukup menggunakan alat bantu sederhana berupa selang plastik yang diisi
dengan air hingga dua permukaan air dalam selang plastik membentuk bidang datar.

Gambar x. Membuat Bidang Waterpass dengan Selang Plastik


Untuk bangunan yang berukuran kecil, alat penyipat datar sederhana berupa selang plastik yang diisi
air hasilnya cukup akurat, namun untuk bangunan yang berukuran besar, alat bantu tersebut kurang akurat
9
Gambar x. Site Clearing dengan Scrapper

2.1.1. MELAKUKAN PENGUKURAN DAN LEVELLING LAPANGAN


Pekerjaan pengukuran dan leveling lapangan (Uitzet) merupakan jenis pekerjaan yang digunakan
untuk mewujudkan denah bentuk bangunan menjadi suatu bangunan pada tanah lokasi yang telah
disediakan. Pekerjaan tersebut berupa pengukuran di lokasi bangunan sesuai dengan gambar rencana
bangunan. Hasil dari pengukuran tersebut berupa garis-garis lurus yang menunjukkan sumbu dinding
tembok bangunan yang diperoleh dengan menghubungakan titik-titik hasil pengukuran. Pekerjaan
pengukuran dan leveling merupakan pekerjaan yangsangat penting karena hasil dari pekerjaan ini dapat
mempengaruhi dan menentukan baik buruknya ukuran dan bentuk bangunan. Jenis pekerjaan ini harus
dilaksanakan dengan penuh ketelitian, setiap langkah pekerjaan harus dilakukan pengontrolan kembali.

8
-
- Gambar x. Stripping lahan dengan cara manual
Pembersihan lahan dapat dilakukan dengan menggunakan alat-alat berat apabila volume dan
kompleksitas pekerjaan cukup berat dan membutuhkan waktu yang cukup lama. Sedangkan waktu yang
dibutuhkan sangat pendek.

Gambar x. Stripping lahan dengan alat berat

7
dan pengamanan alat dan bahan yang masih terpakai, barang tersebut diinventaris dan diletakkan
pada ruangan yang aman.
c. Membuat penerangan dan sarana kebersihan seperti lampu dan tersedianya air. Untuk sarana
kebersihan disediakan tempat tersendiri sesuai dengan macam sampah yang dibuang. Pemasangan
lampu bisa menyesuaikan dengan kondisi lapangan, andaikan dekat dengan rumah tinggal, bisa
langsung menyambung dengan rumah terdekat. Bila jauh bisa menghubungi PLN dan bila tidak maka
bisa menggunakan tenaga disel atau lainnya. Kebutuhan air biasanya dengan cara
pemboran/membuat sumur atau memasang ledeng.
Pekerjaan persiapan dilaksanakan sebelum pekerjaan fisik dimulai. Adapun pekerjaan-pekerjaan
yang dilaksanakan dalam pekerjaan persiapan tersebut, yaitu :
a. Pekerjaan Pembersihan sebagai langkah awal peleksanaan pekerjaan, pelaksana pekerjaan harus :
- Membersihkan lapangan/Lokasi pembangunan dari hal-hal yang dapat merusak pelaksanaan
pembangunan.
- Penebangan pohon/pembersihan harus tuntas sampai pada akar-akarnya sehingga tidak
merusak struktur tanah.
b. Pekerjaan pematokan dan pengukuran ulang
- Pekerjaan pematokan dan pengukuran ulang dilaksanakan oleh kontraktor pelaksana dengan
tujuan pengecekan ulang pengukuran.
- Pemasangan patok pengukuran untuk profil memanjang dipasang pada setiap jarak 25 meter.
c. Survey kelayakan struktural konstruksi perkerasan.
- Kelayakan struktural konstruksi perkerasan dilaksanakan dengan pemeriksaan destruktif yaitu
suatu cara pemeriksaan dengan menggunakan alat Benkelman.
d. Pengadan direksi keet
- Untuk pengadaan direksi keet ini pihak kontraktor pelaksana membuatnya disekitar lokasi
proyek. Direksi keet ini berfungsi untuk tempat beristirahat para pekerja dan penyimpanan
material serta peralatan pekerjaan.
e. Penyiapan badan jalan
- Pekerjaan ini meliputi pembersihan lokasi, penutupan jalan dan lainnya. Sehingga pelaksanaan
proyek ini berjalan dengan lancar.

6
BAB II
PELAKSANAAN PEKERJAAN PERSIAPAN

Pelaksanaan pekerjaan dilapangan dilakukan sepenuhnya oleh kontraktor pelaksana yang telah
ditunjuk dan diawasi langsung konsultan pengawas dan Departemen Pekerjaan Umum. Pelaksanaan
pekerjaan dilakukan berdasarkan atas gambar-gambar kerja dan spesifikasi tekhnik umum dan khusus yang
telah tercantum dalam dokumen kontrak, rencana kerja & syarat-syarat (RKS) dan mengikuti perintah atau
petunjuk dari konsultan, sehingga hasil yang dicapai akan sempurna dan sesuai dengan keinginan pemilik
proyek.

Gambar x. Persiapan leveling

2.1. PERSIAPAN LAHAN


Hal-hal yang perlu disiapkan di lokasi proyek adalah;
a. Di dalam pekerjaan membersihkan lokasi kerja dari sampah yang akan menghambat jalannya
pekerjaan selalu dilakukan pada awal pekerjaan. Pekerjaan ini tidak terlalu memerlukan tenaga yang
besar kecuali pekerjaannya memang besar yang akan dibahas secara tersendiri karena menyangkut
penggunaan alat berat seperti buldozer, back hoe dan lain-lain.
b. Memindahkan benda yang akan menghambat proses pekerjaan.Pekerjaan memindahkan sering
dilakukan menyesuaikan dengan kondisi lapangan. Kalau kondisi lapangan pekerjaan lahan baru,
biasanya ada pohon yang perlu ditebang. Kondisi lapangan bangunan lama juga perlu pembongkaran

5
pengerjaan finishing inilah yang membutuhkan waktu paling lama, karena pengerjaannya harus hati-hati
sehingga didapat bentuk yang rapi dan sesuai perencanaan.
Tahapan-tahapan pekerjaan yang akan dilaksanakan dalam prosedur pelaksanaan pembangunan
gedung meliputi :
A. Pekerjaan Sipil
 Pekerjaan Persiapan
 Pekerjaan Pondasi
 Pekerjaan Struktur Beton
 Pekerjaan Pasangan Dinding dan Plesteran
 Pekerjaan Rangka Atap
 Pekerjaan Instalasi Air Bersih dan Air Kotor
 Pekerjaan InstalasiListrik
 Pekerjaan Plafond
 Pekerjaan Kusen, Pintu dan Jendela
B. Pekerjaan Finishing
1. Pekerjaan Pemasangan Material Lantai / Dinding
2. Pekerjaan Politur / Melamik / Duco
3. Pekerjaan Pengecatan
4. Pekerjaan Kunci dan Alat Penggantung
5. Pekerjaan Pemasangan Sanitary
6. Pekerjaan Fixture Lampu dan Sakelar-Stop Kontak
7. Pekerjaan Pagar Depan dan Pintu masuk
8. Pekerjaan Carport dan Jalan Masuk

4
pondasi tiang pancang tertanam lebih dalam. Sebagai contoh jika proyek berada di daerah Jakarta Utara,
yang merupakan tanah rawa, pondasi tiang pancang akan tertanam sangat dalam. Lain halnya jika berada di
sekitar Jakarta Selatan, yang mempunyai tanah lebih keras, pondasi tiang pancang tertanam tidak terlalu
dalam.
Kemudian dilanjutkan dengan pembuatan Pile Cap dan Sloof. Pile Cap ini berfungsi untuk membagi
rata beban dari kolom kepada beberapa pondasi dibawahnya. Dan tiap Pile Cap ini juga dihubungkan satu
sama lain oleh Sloof, sehingga semua tiang pancang mempunyai satu ikatan struktur.
 Pekerjaan Struktur Atas
Setelah pekerjaan struktur bawah, yaitu pemancangan selesai, dilanjutkan kembali dengan
pengerjaan bagian struktur atas. Struktur atas terdiri dari kolom, balok dan pelat. Pengerjaan struktur atas
dimulai dari pengerjaan kolom. Tapi terlebih dahulu, titik-titik kolom harus ditentukan posisinya dan
dengan bantuan alat, sehingga titik-titik kolom tersebut sejajar satu sama lain.
Dalam proses pengerjaan kolom, hal yang pertama dilakukan adalah pengerjaan tulangan-tulangan
kolom seperti yang telah didisain. Sebelum pengecoran kolom, terlebih dahulu dibuat bekisting yang
dibentuk seperti kolom sehingga beton dapat dicor di dalamnya. Bekisting harus dibuat kokoh dan kuat,
sehingga hasil cor-an diperoleh dengan baik dan bentuk kolom sesuai perencanaan. Ketika proses
pengecoran harus dilakukan teliti, dan cor-an beton yang masuk itupun harus dirojok, sehingga cor beton
dapat masuk semuanya sampai kebawah dan penuh mengisi bekisting.
Pengerjaan berikutnya adalah bagian balok dan pelat. Balok dan pelat memang dikerjakan
bersamaan, Sama seperti pengerjaan kolom, pertama kali juga dilakukan pengerjaan bekisting. Agar waktu
yang dibutuhkan seminimal mungkin, pengerjaan bekisting dan penganyaman tulangan dapat dilakukan
secara bersamaan. Setelah pembuatan bekisting dan penulangan selesai, baru dilanjutkan dengan
pengecoran beton. Hal yang terpenting adalah semua beton yang di-cor itu harus berada dalam satu ikatan,
yang berarti proses pengecoran pelat dan balok harus serempak selesainya dan beton pun akan kering
bersamaan, sehingga kekuatannya pun dalam satu ikatan. Begitu juga pengerjaan lantai berikutnya,
prosesnya pun sama dengan sebelumnya. Dan selama proses pengecorannya pun juga harus dirojok,
sehingga cor beton penuh mengisi bekisting.
 Pekerjaan Finishing
Jika struktur telah berdiri kokoh, baru dapat dilanjutkan dengan pengerjaan finishing, yaitu
pengerjaan dinding, elektrikal dan sanitasi, pemasangan keramik, pengecatan dan sebagainya. Namun,

3
lanjutan pembangunan bangunan gedung yang belum selesai, dan atau perawatan (rehabilitasi, renovasi,
restorasi), yang terdiri dari tahap perencanaan konstruksi dan tahap pelaksanaan konstruksi.
Sedangkan Penyelenggaraan bangunan gedung adalah kegiatan pembangunan yang meliputi proses
perencanaan teknis dan pelaksanaan konstruksi, serta kegiatan pemanfaatan, pelestarian dan pembongkaran
bangunan gedung.
Pedoman Teknis Pembangunan Bangunan Gedung ini dimaksudkan sebagai petunjuk pelaksanaan
bagi para penyelenggara dalam melaksanakan pembangunan bangunan gedung. Dan Pedoman Teknis
Bangunan Gedung ini bertujuan terwujudnya bangunan gedung negara sesuai dengan fungsinya, memenuhi
persyaratan keselamatan, kesehatan, kemudahan, kenyamanan, efisien dalam penggunaan sumber daya, dan
serasi dengan lingkungannya, serta diselenggarakan secara tertib, efektif dan efisien.

1.2. TAHAPAN PEMBANGUNAN


Lingkup pekerjaan yang akan dilaksanakan dalam prosedur pelaksanaan pembangunan gedung atau
Ada beberapa tahapan-tahapan dalam pelaksanaan perencanaan suatu gedung. Tahapan pelaksanaan proyek
ini harus disusun sedemikian rupa mulai dari pengerjaan awal hingga finishing (jika pengerjaan proyek
hingga finishing). Semuanya ini disusun didalam Time Schedule. Tahapan-tahapan dan berapa lama
pengerjaan proyek tersebut disusun dahulu sebelum pelaksanaan, sehingga proyek tersebut dapat berjalan
sesuai rencana dan tepat waktu.
 Pekerjaan Pembersihan
Pengerjaan dimulai dari pembersihan lapangan dan pemerataan permuakaan tanah seperti yang
telah direncanakan. Bahkan kalau perlu dilakukan pengerukan dan pengurugan tanah, setelah itu tanah
dipadatkan.
 Pekerjaan Pondasi
Setelah tanah bersih dan rata, dilanjutkan kemudian dengan pemancangan tiang pondasi, yang biasa
disebut dengan Tiang Pancang. Sebelum pemancangan ini, perlu ditentukan dahulu titik-titik pondasi
tersebut. Setelah titik-titik pondasi ditentukan, barulah proses pemancangan dapat dilakukan. Proses
pemancangan ini harus sangat diperhatikan, karena saat proses pemancangan, dapat terjadi berbagai
kesalahan. Operator mesin pancang diharapkan terus mengontrol posisi tiang pancang. Dalamnya pondasi
tiang pancang yang tertanam di dalam tanah tergantung dari jenis dan kondisi tanah tersebut, karena
pondasi tiang pancang harus berdiri di atas tanah yang keras. Jika proyek berada di daerah tanah rawa,

2
BAB I
TAHAPAN PEMBANGUNAN GEDUNG

1.1. PENGERTIAN BANGUNAN GEDUNG


Secara umum fungsi bangunan adalah untuk melindungi kegiatan sehari-hari dari pengaruh alam
sekitar, misalnya ;angin, hujan, panas matahari dan lain-lain. Ditinjau dari aktivitas di dalam bangunan,
maka bangunan gedung di bedakan menjadi ;
1. Bangunan rumah tinggal ; rumh besar, rumah mewah, rumah sedang, rumah kecil, rumah
sederhana, rumah inti, rumah semi inti, rumah susun, apartement.
2. Bangunan Umum ; Bangunn sekolh, Perpustakaan, perkntorn, pertunjuka, pmeran, pertemun,
tempat ibadah, penginapan, rumh sakit, gedung, terminal, stasiun.
3. Bangunan Industri ; Bangunan, Bengkel.
Bangunan gedung adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu dengan tempat
kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada di atas dan/atau di dalam tanah dan/atau air, yang
berfungsi sebagai tempat manusia melakukan kegiatannya, baik untuk hunian atau tempat tinggal, kegiatan
keagamaan, kegiatan usaha, kegiatan sosial, budaya, maupun kegiatan khusus.
Bangunan gedung umum adalah bangunan gedung yang fungsinya untuk kepentingan publik, baik
berupa fungsi keagamaan, fungsi usaha, maupun fungsi sosial dan budaya; dan bangunan gedung tertentu
adalah bangunan gedung yang digunakan untuk kepentingan umum.
Bangunan gedung khusus adalah bangunan teknis sipil lainnya yang tidak termasuk bangunan
gedung, gedung umum dan gedung tertentu yang dalam pembangunan dan/atau pemanfaatannya
membutuhkan pengelolaan khusus dan/atau memiliki kompleksitas tertentu yang dapat menimbulkan
dampak penting terhadap masyarakat dan lingkungannya seperti menara/tower telekomunikasi, menara
transmisi, tanki bahan bakar, jembatan, billboard/megatron dan instalasi pengolahan/pemanfaatan sumber
daya alam;
Bangunan Permanen adalah bangunan yang ditinjau dari segi konstruksi dan umur bangunan
dinyatakan lebih dari 15 Tahun; dan bangunan Semi Permanen adalah bangunan yang ditinjau dari segi
konstruksi dan umur bangunan dinyatakan antara 5 Tahun sampai dengan 15 Tahun;
Pembangunan adalah proses mendirikan bangunan gedung baik merupakan pembangunan baru,
perbaikan sebagian atau seluruhnya, maupun perluasan bangunan gedung yang sudah ada, dan atau

Anda mungkin juga menyukai