LANDASAN TEORI
4
5
1. Bearing walls adalah dinding geser yang juga mendukung sebagian besar
beban gravitasi. Tembok-tembok ini juga menggunakan dinding partisi
antarapartemen yang berdekatan.
2. Frame walls adalah dinding geser yang menahan beban lateral, dimana
beban gravitasi berasal dari frame beton bertulang. Tembok-tembok ini
dibangun diantara baris kolom.
3. Core walls adalah dinding geser yang terletak di dalam wilayah inti pusat
dalam gedung, yang biasanya diisi tangga atau poros lift. Dinding yang
terletak di kawasan inti pusat memiliki fungsi ganda dan dianggap menjadi
pilihan ekonomis.
1. Flexural wall (dinding langsing), yaitu dinding geser yang memiliki rasio
hw/lw ≥ 2, dimana desain dikontrol oleh perilaku lentur.
2. Squat wall (dinding pendek), yaitu dinding geser yang memiliki rasio
hw/lw ≤ 2, dimana desain dikontrol oleh perilaku geser.
3. Coupled shear wall (dinding berangkai), dimana momen guling yang
terjadi akibat beban gempa ditahan oleh sepasang dinding, yang
7
Portal merupakan gabungan antara balok dan kolom yang dihubungkan secara
kaku dan membentuk bangun kisi-kisi (“grid”). Portal termasuk struktur utama
bangunan yang bersifat fleksibel, yaitu mampu berubah cukup besar, karena balok
dan kolom bertampang ramping. Pada kenyataannya kekuatan portal akan
bergantung pada:
9
2. Jenis joint yaitu jenis hubungan antara balok dan kolom. Apabila joint
bersifat kaku, maka sifat kaku tersebut akan mampu mengekang/menahan
terjadinya rotasi ujung batang. Sifat pengekangan pada joint inilah yang
memberikan andil kekuatan dan portal.
Pada dinding beton yang pendek, apabila dibebani secara horisontal, maka
proses deformasi akan didominasi oleh gaya geser, oleh karena itu konstruksinya
disebut dinding geser. Tetapi pada bangunan tinggi, dinding beton menjadi
ramping, lentur, sehingga dinding beton akan lebih tepat disebut “Cantilever
Wall”.
Pawirodikromo (2012) menyatakan bahwa, tujuan utama memperkaku walls
adalah untuk mengendalikan simpangan antara tingkat yang cukup besar yang
umumnya terjadi pada tingkat-tingkat bawah struktur portal terbuka. Oleh karena
itu kadang-kadang portal terbuka lebih ditujukan untuk menahan beban vertikal
saja. Menurut Wolfgang Schueller (1977) dalam Pawirodikromo (2012)
menyatakan, walaupun struktur utama jenis ini sangat popular tetapi berdasarkan
pengalaman, jenis “moment resisting frame” ini hanya efektif untuk 20-tingkat ke
bawah pada konstruksi beton dan 30-tingkat ke bawah untuk konstruksi baja.
Karena struktur dinding merupakan struktur yang kaku, maka perilaku goyangan
10
lebih dipengaruhi oleh lentur/flexure, kecuali untuk struktur dinding yang pendek.
Pola goyangan struktur dinding yang didominasi oleh “flexural mode” tersebut
adalah seperti pada Gambar 2.10.
Gambar 2.4 Letak dan Pola Goyangan Struktur Dinding (Structural Walls)
(Sumber : Pawirodikromo, 2012)
yang mana nilai bc didapat dari hubungan antara ketebalan kritis dinding
geser (bc) dan daktilitas displacement (μΔ) sesuai dengan Gambar 2.12
11
lw adalah panjang dinding geser dan μΔ merupakan faktor daktilitas desain yang
diambil ≤ 5. Untuk memenuhi kriteria stabilitas semua persyaratan yang terdapat
pada Gambar 3.7 harus terpenuhi dan luasan boundary element (Awb) harus
memenuhi syarat sesuai Persamaan 2.1.
bc2≤ Awb ≥ lw⁄ 10 [2.1]
oleh pengaruh dari luar seperti kondisi alam berupa angin, salju dan gempa dan
lingkungan.
Jadi pembebanan sendiri merupakan sebuah beban yang akan di
perhitungkan dalam perancangan struktur bangunan dengan memperhitungkan
beban sendiri bangunan dan berdasarkan gaya dari luar. Beban mati beban hidup
sendiri dapat dihitung berdasarkan SNI-2874-2013 Tata Cara Perhitungan
Struktur Beton. Sedangkan beban-beban pada struktur bangunan dengan arah
kerjanya di bagi menjadi dua yaitu :
a. Beban Vertikal (Gravitasi).
1) Beban Mati (Dead Load)
2) Beban Hidup (Live Load).
3) Beban Hujan (Run Load)
b. Beban Horizontal (Lateral).
1) Beban Gempa (Earthquake).
2) Beban Angin (Wind Load).
3) Beban Tanah(Soil Load).
Beban hidup adalah beban yang besar dan posisinya berubah-rubah, beban
hidup bergerak dengan tenaganya sendiri, dan di sebut beban gerak, seperti
manusia, perabotan pada hunian dan alat-alat elektronik. Beban hidup sendiri di
tinjau dari sisi arah dapat bekerja secara vertikal maupun horizontal besarnya
beban hidup sendiri dapat di tinjau dari sisi arah mampubekerja secara vertikal
maupun horizontal, besarnya beban hidup sendiri dapat di tentukan berdasarkan
standar yang berlaku, standar tersebut diatur pada SNI-2487-2013 Persyaratan
Beton Struktural Untuk Bangunan Gedung.
13
Pada struktur bawah yaitu struktur pondasi harus di desain dan dirancang
sedemikian rupa agar kuat dan mampu menahan tumpuan dari struktur diatasnya,
dan mampu menahan beban ultimit yang bekerja, berikut beban-beban terfaktor
dengan kombinasi-kombinasi sesuai dengan SNI-2487-2013 sebagai berikut :
1. 1,4D
2. 1,2D + 1,6L + 0,5 (Lr atau S atau R)
3. 1,2D + 1,6 (Lr atau S atau R) + (L atau 0,5W)
4. 1,2D + 1,0w + L + 0,5 (Lr atau S atau R)
14
Gedung dan non gedung yang memiliki risiko rendah terhadap jiwa
manusia pada saat terjadi kegagalan, termasuk, tepi tidak di batasi untuk
antara lain :
- Perumahan
- Rumah toko dan rumah kantor
- Pasar
- Gedung perkantoran
- Gedung apartemen/ rumah susun
- Pusat perbelanjaan/ mall
- Bangunan industri
- Fasilitas manufaktur
15
- Pabrik
Gedung dan non gedung yang memiliki risiko tinggi terhadap jiwa III
manusiapada saat terjadi kegagalan, termasuk, tapi tidak dibatasi untuk:
- Bioskop
- Gedung pertemuan
- Stadion
- Fasilitas kesehatan yang tidak memiliki unit bedah dan unit gawat
darurat
- Fasilita penitipan anak
- Penjara
- Bangunan untuk orang jompo
Gedung dan non gedung,tidak termasuk kedalaman kategori risiko
IV, yang memiliki potensi untuk menyebabkan dampak ekonomi yang besar
dan gangguan massal terhadap kehidupan masyarakat sehari-hari bila terjadi
kegagalan, termasuk, tapi tidak dibatasi untuk:
- Pusat pembangkit listrik biasa
- Fasilitas penganganan limbah
Pusat telekomunikasi
Gedung dan non gedung yang tidak termasuk dalam kategori risiko
IV, (termasuk, tetapi tidak dibatasi untuk fasilitas manufaktur, proses,
penanganan, penggunaan atau tempat pembuangan bahan bakar berbahaya,
bahan kimia berbahaya, limbah berbahaya, atau bahan yang mudah meledak)
yang mengandung bahan beracun atau peledak dimana di mana jumlah
kandungan bahannya melebihi nilai batas yang diisyaratkan oleh instansi
berwenang dan cukup menimbulkan bahaya bagi masyarakat jika terjadi
kebocoran
Gedung dan non gedung yang ditunjukkan sebagai fasilitas yang
penting, termasuk tetapi tidak dibatasi untuk:
- Bangunan-bangunan monumental
- Gedung sekolah dan fasilitas pendidikan
- Rumah sakit dan fasilitas kesehatan lainnya yang memiliki fasilitas
bedah dan unit gawat darurat
- Fasilitas pemadam kebakaran, ambulans, dan kantor polisi, serta
garasi kendaraan dadrurat IV
- Tempat perlindungan terhadap gempa bumi, angin badai, dan
tempat perlindungan darurat lainnya
- Fasilitas kesiapan darurat, komunikasi, pusat operasi, dan fasilitas
lainnya untuk tanggap darurat
- Struktur tambahan (termasuk menara telekomunikasi, tangki
penyimpanan bahan bakar, menara pendingin, struktur stasion
listrik, tangki air pemadam kebakaran atau struktur rumah atau
struktur pendukung air atau material atau peralatan pemadaman
kebakaran) yang diisyaratkan untuk beroperasi pada saat keadaan
darurat.
Gedung dan non gedung yang dibutuhkan untuk mempertahankan
fungsi struktur bangunan lain yang masuk ke dalam kategori risiko IV
Sumber: SNI 1726 (2012:14)
16
Analisis dinamik adalah analisis struktur dimana pembagian gaya geser gempa
di seluruh tingkat diperoleh dengan memperhitungkan pengaruh dinamis gerakan
tanah terhadap struktur .
2.8.1 Analisis Ragam Respons Spektrum
pada getaran perioda pendek (Fa) dan faktor amplifikasi terkait percepatan yang
mewakili getaran perioda 1 detik (Fv). Parameter spektrum respons percepatan
pada perioda pendek (SMS) dan perioda 1 detik (SM1) yang disesuaikan dengan
pengaruh klasifikasi situs, harus ditentukan dengan perumusan berikut ini:
SMS = Fa . SS [2.2]
SM1 = Fv . S1 [2.3]
Keterangan:
SS = parameter respons spektral percepatan gempa MCER terpetakan untuk
perioda pedek
S1 = parameter respons spektral percepatan gempa MCER terpetakan untuk
perioda 1,0 detik
Koefisiensi situs nilai Fa dan Fv dapat dilihat pada Tabel 2.4 dan Tabel 2.5
SF SSb
Catatan:
(a) Untuk nilai-nilai antara S1 dapat dilakukan interpolasi linier
(b) S1 = Situs yang memerlukan investigasi geoteknik spesifik dan analisis
respons situs-spesifik
Parameter percepatan spektral desain untuk periode pendek (SDS) dan pada
periode 1 detik (SD1), harus ditentukan melalui rumus:
SDS = . SMS [2.4]
SD1 = . SM1 [2.5]
Desain respons spektrum diperlukan oleh tata cara ini dan prosedur gerak
tanah dari spesifik-situs tidak digunakan, maka kurva spektrum respons desain
21
1. Untuk perioda yang lebih kecil dari T0, spektrum respons percepatan desain,
Sa, harus diambil dari persamaan :
2. Untuk perioda lebih besar dari atau sama dengan T0 dan lebih kecil dari atau
sama dengan TS, spektrum respons percepatan desain, Sa, sama dengan SDS.
3. Untuk perioda lebih besar dari TS, spektrum respons percepatan desain, Sa,
diambil berdasarkan persamaan :
Sa = [2.7]
Keterangan:
SDS = Parameter respons spektral percepatan desain pada perioda pendek,
SD1 = Parameter respons spektral percepatan desain pada perioda 1 detik,
T = Perioda getar fundamental struktur
T0 = 0,2 . [2.8]
TS = [2.9]
S
Gambar 2.11 Spektrum Respons Desain
(Sumber : SNI 1726-2012)
22
[2.10]
Keterangan :
Cs = Koefisien respons seismik yang ditentukan sesuai dengan perhitungan
koefisien respons seismik
W = Berat seismik efektif
2.9.2 Perhitungan Koefisien Respons Seismik
Menurut SNI-1726-2012:54 koefisien respons seismik, Cs, harus ditentukan
sesuai dengan persamaan berikut :
[2.11]
( )
Keterangan :
SDS = Parameter percepatan spektrum respons desain dalam rentang perioda
pendek
R = Faktor modifikasi respons
Ie = Faktor keutamaan gempa
Nilai Cs yang dihitung sesuai dengan persamaan diatas tidak perlu melebihi
berikut ini :
[2.13]
( )
[2.14]
( )
Keterangan :
SD1 = Parameter percepatan spektrum respons desain pada perioda sebesar 1,0
detik
T = Perioda fundamental struktur (detik)
S1 = Parameter percepatan spektrum respons maksimum yang dipetakan
2.9.3 Perioda Fundamental Pendekatan
Menurut SNI 1726 (2012:55) periode fundamental pendekatan (Ta), dalam
detik, harus dittentukan dari persamaan berikut :
[2.15]
Keterangan :
hn = Ketinggian struktur, dalam (m), di atas samapi tingkat tertinggi s
truktur, Ct , x ,Ditentukan dari Tabel 2.5
Tabel 2.8 Koefisien untuk batas atas pada perioda yang dihitung
Parameter percepatan
respons spektral desain pada 1 Koefisien Cu
detik, SD1
≥ 0,4 1,4
0,3 1,4
0,2 1,5
0,15 1,6
≤ 0,1 1,7
Fx = CVX . V [2.16]
Dan
Cvx = ∑ [2.17]
Keterangan :
Wi dan Wx = Bagian total berat seismic efektif total struktur (W) yang
di tempatkan atau di kenalkan pada tingkat I atau x
Defleksi pusat massa di tingkat x,( 𝛿x) mm harus ditentukan sesuai dengan
persamaan berikut :
𝛿x [2.18]
Keterangan :
Cd = Faktor amflikasi
Torsi bawaan merupakan untuk difragma yang tidak fleksibel, pada distribusi
gaya lateral pada masing-masing lantai harus memperhitungankan besarnya
pengaruh momen torsi bawaan, yang di peroleh dari hasil eksentrisitas antara
lokasi pusat massa dan pusat kekakuan yang diasumsikan dengan lima persen
demensi struktur tegak lurus terhadp gaya arah yang di terapkan.
Unturk struktur yang dirancang pada kategori C,D,E dan F dimana tipe 1a
dan 1b ketidakberaturan torsi memiliki perhitungan dengan mengalikan Mta yang
tiap tingkat dengan pembesaran torsi (Ax) ditentukan dengan persamaan berikut :
Ax = [2.19]
28
θ= [2.20]
Pada saat θ > 0,10 maka harus menggunakan persamaan untuk mengecek
Bila θ > θmax berarti struktur tidak stabil dan desain ulang menjadi pilihan terakhir.
2.17 Kekakuan
Bangunan geser (shear building) balok pada lantai tingkat prinsipnya baik
sebelum maupun sesudah penggoyangan dianggap horisontal. Plat lantai yang
29
menyatu secara kakun dengan balok diharapkan dapat membantu kekakuan balok
sehingga anggapan tersebut tidak terlalu kasar. Pada prinsip desain bangunan
tahan gempa dikehendaki agar kolom lebih kuat dibanding dengan balok, namun
rasio tersebut tidak selalu linier dengan kekakuannya. Maka pada prinsip shear
building dimungkinkan pemakaian lumped mass model, yaitu kekakuan setiap
kolom dapat dihitung berdasarkan rumus standar. Widodo (2001) menyatakan
pada prinsipnya, semakin kaku balok maka semakin besar kemampuannya dalam
mengekang rotasi ujung kolom, sehingga akan menambah kekakuan kolom.
M1 = y dan, M2 = y [2.22]
H1= + ={ } = [2.23]
Pada hakekatnya gaya horisontal yang bekerja pada join atas P = H1 = H2,
maka kekakuan kolom dapat dihitung dengan,
K= = = [2.24]
K= [2.25]
seluruh pegas memiliki regangan yang sama, sehingga kekakuan total yang
merupakan kekakuan ekivalen dihitung dengan rumus,
Keq = ∑ [2.26]
Pada rangkaian pegas seri, sebelum bertemu dengan massa maka pegas
yang satu saling bertemu/berhubungan dengan pegas lain. Oleh karena itu pegas-
pegas tersebut tidak saling memperkuat sebagaimana rangkaian parallel tetapi
justru saling memperlemah. Pembebanan vertikal pada lapisan-lapisan tanah yang
mana tiap-tiap lapis mempunyai kekakuan masing-masing adalah salah satu
contoh dari pemodelan kekakuan tanah dengan pegas seri. Pendekatan pegas
merupakan jumlah dari pendekatan masin-masing pegas dan menganut prinsip
persamaan tegangan/beban sepanjang pegas sehingga,
y1 = , y2 = , y3 = , [2.27]
y = y1 + y2 + y3 = + + = P{ }=P{ } [2.28]
∑ ( ) [2.29]
berarti bahwa join-join dimungkinkan untuk berotasi. Kekakuan relatif balok dan
kolom dinyatakan dalam,
Dengan
Ada terdapat perbedaan kekakuan relatif antar balok seperti pada Gambar
2.20 berikut.
a) Kolom tepi yaitu kolom yang dipegang oleh dua balok, maka koefisien k’
adalah
[2.33]
b) Kolom tengah yaitu kolom yang dipegang oleh 4 balok, maka koefisien k’
adalah,
[2.34]
[2.35]
yang mana kolom dasar dapat berotasi yang dikontrol oleh adanya balok-balok
sloof
yang mana titik balik kolom terletak pada 1/3h dari join atas dengan h tinggi
kolom. Apabila kekakuan tingkat dasar diambil rata-rata dari kekakuan kolom
jepit-jepit dan kekakuan normal.
[2.36]
34
Mengacu dari Gambar 2.21 matrik kekakuan struktur K dan matrik gaya
gempa F disusun sebagai berikut.
[2.37]
[2.38]
[2.39]
[2.40]
36
yang mana G adalah modulus geser bahan, A adalah luas tampang struktur
dinding, Iw adalah panjang struktur dinding danK adalah suatu koefisien yang
bergantungan pada potongan.
Sedangkan menurut Muto (1975) dalam Widodo (2001) menyatakan nilai K =
1, K= 1-1,5 dan K = 1,5 untuk struktur dinding dengan potongan berturut-turut
seperti Gambar 2.24
Core Wall merupakan sistem dinding pendukung linear yang cukup sesuai
untuk bangunan tinggi yang kebutuhan fungsi dan utilitasnya tetap yang juga
berfungsi untuk memenuhi kekakuan linear yang diperlukan oleh struktur
bangunan. Dan dalam aplikasi konstruksi dilapangan kita dapat mengenal struktur
corewall ini sebagai struktur ruang lift. Sihalf atau service duct. Struktur core wall
ini juga biasanya ditempatkan memanjang searah tinggi bangunan.
tarik oleh lentur yang diakibatkan oleh beban lateral (hal ini nyata sangat berlaku
pada struktur inti beton yang besar).
Pada dasarnya core wall adalah sistem struktur yang dirancang menahan
gaya lateral akibat beban angin dan gempa yang merupakan beban dinamis.
38
[2.41]
Bila t1 = t2 = t, maka shear flow q = τ t dimana gaya geser per unit Panjang, maka
q harus sama pada titik A dan B. Pada gambar 2.8 gaya geser sepanjang ds
adalah qds, maka dapat ditulis momen torsi.
[2.42]
r adalah jarak pusat torsi dari sumbu punter ke gaya geser qds.
rds sama dengan dua kali luasan segitiga yang dibentuk oleh r dan ds, maka
luasan sekeliling dapat dimisalkan :
[2.43]
39
Dimana A adalah luas total yang dibatasi oleh dia garis sumbu dinding, maka
di dapatkan persamaan :
[2.44]
[2.45]
[2.46]
[2.47]
[2.48]
40
Tulangan geser harus disediakan dalam dua arah tegak lurus pada bidang
dinding. Rasio tulangan minimum untuk arah vertikal dan horizontal ditentukan
sebagai berikut :
[2.49]
𝜌 = rasio luasan tulangan yang tersebar pada bidang yang tegak lurus bidang
𝐴𝑐𝑣, terhadap luasan gross beton 𝐴𝑐cv.
42
𝜌𝑡 = rasio luasan tulangan yang tersebar pada bidang yang parallel bidang 𝐴𝑐𝑣,
terhadap luasan gross beton yang tegak lurus terhadap tulangan tersebut.
pabila gaya geser desain, 𝑢 < 0,083𝜆 𝐴𝑐𝑣√𝑓𝑐 ′ , maka dapat digunakan
raasio tulangan minimum seperti pada dinding struktural biasa sesuai pasal
14.3 SNI 2847-2013.
Jarak tulangan untuk masing-masing arah pada dinding struktural tidak
boleh melebihi 450 mm.
Paling sedikit harus dipasang tulangan dalam dua lapis apabila 𝑢 >
0,17𝐴𝑐𝑣𝜆√𝑓𝑐 ′
2.20.2 Kuat Geser Core Wall
Kuat geser suatu dinding geser dikatakan mencukupi apabila dipenuhi kondisi
berikut:
𝑢≤∅ n [2.50]
Keterangan :
𝑢 = Gaya geser terfaktor
𝑛 = Kuat geser nominal dinding geser
∅ = Faktor reduksi kekuatan
Kuat geser nominal dinding struktural ditentukan dalam SNI 2847,2013 pasal
21.9.4.1, yang menyatakan :
[2.51]
Keterangan :
𝛼𝑐 = 0,25 untuk 𝑤 𝑙𝑤 ≤ 1,5
= 0,17 untuk 𝑤 𝑙𝑤 ≥ 2,0
= bervariasi secara linier antara 0,25 dan 0,17 untuk 𝑤/ 𝑙w antara 1,5 dan
2,0
𝑤 = tinggi dinding
43
𝑙𝑤 = panjang dinding
2.20.3 Desain Torsi
Kekuatan momen torsi menurut pasal 11.5.3.1 (b) SNI 2847 2013 :
( 𝑢 𝑏𝑤.𝑑 ) + ( .𝑃 1,7.𝐴2𝑜 ) ≤ Ø.( ( 𝑐 𝑏𝑤.𝑑 + 0,66.√𝑓′𝑐 ) [2.52]
Keterangan :
𝑢 = Gaya geser terfaktor
𝑢 = Gaya torsi terfaktor
𝑏𝑤 = Tebal dinding geser
𝐴𝑜 = Luas yang dilingkupi oleh garis pusat tulangan torsi
d = Jarak dari serat tekan terjauh ke pusat tulangan
f’c = Kuat tekan beton
𝑃 = Keliling garis pusat tulangan torsi
∅ = Faktor reduksi kekuatan
menurut pasal 11.5.3.5 SNI 2847 – 2013 bila Tu melebihi torsi terkecil yang
terdeteksi, maka desain penampang harus berdasarkan pada
∅ 𝑛≥ 𝑢 [2.53]
menurut pasal 11.5.3.7 SNI 2847 – 2013 luas tulangan longitudinal untuk
menahan torsi , A, tidak boleh dari :
[2.54]
Dimana :
𝑛 = Gaya torsi nominal
fyt = Kekuatan leleh tulangan
𝐴𝑜 = Luas bruto
s = Spasi tulangan
Ɵ = Sudut antara sumbu strat