Anda di halaman 1dari 8

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Secara Geografis Indonesia terlatak pada pertemuan empat lempeng tektonik
yaitu lempeng benua Asia, lempeng benua Australia, lempeng samudra Hindia, dan
lempeng samudra Pasifik. Hal ini menyebabkan Indonesia rawan terhadap gempa
bumi. Gempa bumi merupakan getaran dari kulit bumi yang bersifat sementara dan
kemudian dipancarkan ke segala arah dalam bentuk gelombang seismik, sehingga
efeknya dapat dirasakan sampai ke permukaan bumi (Sulistiyani, 2012). Oleh
karena itu dalam pembangunan gedung diperlukan perancangan struktur yang
tahan terhadap gempa.
Pada makalah ini, struktur bangunan tahan gempa yang akan dibahas adalah sistem
dinding struktural khusus yang mengandalkan dinding geser (shear wall) sebagai
elemen utama pemikul beban gempa.

1.2. Rumusan Masalah


1. Bagaimana kinerja struktur bangunan bertingkat banyak menggunakan dinding
geser (shear wall)
2. Bagaimana efek pemanfaatan dinding geser (shear wall) pada bangunan
bertingkat banyak (high rise building) terkait dengan konsep SC-WB.

1.3. Tujuan Penelitian


1. Mengetahui kinerja struktur bangunan bertingkat banyak menggunakan dinding
geser (shear wall)
2. Mengetahui efek pemanfaatan dinding geser (shear wall) pada bangunan
bertingkat banyak (high rise building) terkait dengan konsep SC-WB.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Dinding Geser (Shear Wall)

Dinding geser (shear wall) adalah jenis struktur yang umumnya berbentuk
seperti dinding dari beton bertulang yang dirancang untuk menahan gaya lateral
akibat gempa bumi. Dinding geser ini memiliki berbagai jenis antara lain bearing
wall, frame wall dan core wall.

1. Bearing wall
Bearing wall adalah jenis dinding geser yang mempunyai fungsi lain sebagai
bahan penahan beban gravitasi.
2. Frame wall
Frame wall adalah dinding geser yang berfungsi sebagai penahan gaya lateral,
geser dan pengaku pada sisi luar bangunan. Dinding ini terletak antara dua kolom
struktur.
3. Core wall
Core wall adalah jenis dinding geser yang terletak di pusat-pusat massa
bangunan yang berfungsi sebagai pengaku bangunan gedung. Biasanya core wall
diletakkan pada lubang lift yang berfungsi sebagai dinding lift sekaligus.

Letak dinding geser pada bangunan gedung sangat tergantung oleh beberapa faktor
seperti tingkat simetrisitas bangunan, tinggi bangunan, dan asumsi dari perencana.

2.2. Fungsi Dinding Geser (Shear Wall)


Fungsi dinding geser pada bangunan terdiri atas:
2.2.1 Kekuatan
Dinding geser harus memberikan kekuatan lateral yang diperlukan untuk
melawan kekuatan gempa horizontal. Ketika dinding geser cukup kuat, mereka
akan mentransfer gaya horizontal ini ke elemen berikutnya dalam jalur beban di
bawah mereka, seperti dinding geser lainnya, lantai, pondasi dinding, lembaran
atau footings.
2.2.2 Kekakuan
Dinding geser juga memberikan kekakuan lateral untuk mencegah atap atau
lantai di atas dari sisi goyangan yang berlebihan. Ketika dinding geser cukup kaku,
mereka akan mencegah membingkai lantai dan atap anggota dari bergerak dari
mendukung mereka. Juga, bangunan yang cukup yang cukup kaku biasanya akan
menderita kerusakan kurang nonstruktural.

Gambar 2.1 Gambar Jenis Sistem Struktur

2.3. Elemen Struktur Dinding Geser

Menurut Imran dkk (2008), pada umumnya dinding geser dikategorikan


berdasarkan geometrinya, yaitu:

a. Flexural wall (dinding langsing), yaitu dinding geser yang memiliki rasio hw/lw
≥ 2, dimana desain dikontrol terhadap perilaku lentur,

b. Squat wall (dinding pendek), yaitu dinding geser yang memiliki rasio
hw/lw ≤ 2, dimana desain dikontrol terhadap perilaku lentur,
c. Coupled shear wall (dinding berangkai), dimana momen guling yang terjadi
akibat beban gempa ditahan oleh sepasang dinding geser yang dihubungkan dengan
balok-balok penghubung sebagai gaya tarik dan tekan yang bekerja.
Gambar 2.2 Dinding Geser Berdasarkan Geometri
2.4. Pola Keruntuhan Dinding Geser

Pada dinding geser beton bertulang perilaku batas yang terjadi pada dinding
geser di klasifikasikan sebagai berikut (Imran, 1992):

a. Flexural behavior dimana respon yang terjadi pada dinding akibat gaya luar
dibentuk oleh mekanisme kelelehan pada tulangan yang menahan lentur dan
keruntuhan ini bersifat daktil.

b. Flexural shear behavior yaitu kelelehan yang terjadi pada tulangan yang
menahan lentur diikuti dengan kegagalan geser.

c. Shear behavior dimana dinding runtuh akibat geser tanpa adanya kelelehan pada
tulangan yang menahan lentur. Perilaku batas ini dapat dibagi lagi menjadi
diagonal tension shear failure (dapat bersifat daktail, diakibat keruntuhan diawali
oleh baja tulangan), dan diagonal compression shear failure.

d. Sliding shear behavior dimana di bawah tekanan siklik bolak balik, sliding shear
dapat terjadi, keruntuhan jenis ini bersifat getas dan menghasilkan perilaku disipasi
yang buruk.

Penerapan dinding geser hanya menjadi suatu alternatif untuk gedung bertingkat
yang kurang dari 20 lantai sedangkan untuk gedung yang terdiri dari 20 lantai atau
lebih harus memiliki dinding geser bila ditinjau dari segi kefektifannya yaitu
sebagai pengendali defleksi (lendutan) akibat adanya beban yang bekerja.
2.5. Perencanaan Dinding Geser Khusus

Berdasarkan SNI 2847 – 2019 Pasal 21.9 tentang dinding struktur khusus, ada
beberapa persyaratan yang harus dipenuhi dalam perencanaan dinding struktur
khusus. Adapun persyaratan pada SNI 2847 – 2019 yang harus dipenuhi dalam
perencanaan dinding struktur khusus ini adalah sebagai berikut:

➢ Persyaratan tulangan dinding struktural khusus.

➢ Kekuatan geser dinding struktural khusus.

➢ Elemen pembatas dinding struktural khusus.

Sebenarnya, dinding geser yang dipasang pada bangunan yang berada di area
gempa kuat memerlukan suatu detailing yang khusus. Namun, kenyataannya,
bahkan gedung-gedung yang memiliki dinding geser yang tidak sepenuhnya
didesain secara terperinci untuk menanggulangi kinerja akibat beban gempa justru
sampai sekarang masih tetap berdiri dan jauh dari tahap keruntuhan.

Struktur bangunan normal (gedung perkatoran, bangunan sekolah, toko, dsb), pada
umumnya tidak perlu di desain untuk menahan gaya gempa kuat dengan respon
elastik tanpa mengalami kerusakan, oleh sebab itu, pada saat gempa kuat terjadi,
resiko kerusakan tetapi tanpa keruntuhan struktur pada tingkat desain tertentu,
harus dapat diterima. Dengan konsep di atas, maka kerusakan struktur pada saat
gempa kuat berlangsung harus di desain pada tempat-tempat tertentu sehingga
mudah diperbaiki setelah gempa kuat selesai. Mekanisme keruntuhan dengan
desain kerusakan harus direncanakan sehingga struktur dapat rusak pada level
desain tanpa keruntuhan. Lokasi kerusakan di desain pada balok dan kolom dasar
yang disebut dengan sendi plastis. Sendi plastis ini harus mampu berdeformasi
secara inelastik dengan cara memindahkan energi gempa secara baik melalui
proses pembentukan sendi plastis.
Gambar 2.3 (a) Beam Sway Mechanism, (b) Clumn Sway Mechanism

Mekanisme keruntuhan ini dikenal dengan beam-sway mechanisms dengan


konsep balok lemah kolom kuat (strong column weak beam) seperti yang terlihat
pada gambar 2. (a); sedangkan mekanisme column sway yang tampak pada bagian
Gambar 2.(b) harus dihindarkan karena keruntuhan struktur akan bersifat getas
(brittle).
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

1. Dinding geser sangat berperan penting untuk menahan beban gempa pada
struktur bangunan, serta penggunaan material dinding geser dapat mempengaruhi
kekakuan dan kinerja dari struktur.

2. Kombinasi antara mekanisme keruntuhan dan penempatan dinding geser


yang tepat menghasilkan desain strutur yang optimal.
DAFTAR PUSTAKA

YouTube. (2019, August 17). ETABS - 12: Pemodelan dinding Geser Dan Syarat Sistem
Ganda. YouTube. Retrieved November 15, 2022, from
https://www.youtube.com/watch?v=NHNZ3NU_tVA

Irawan, J., Santosa, A. A., & Deviany Kartika, D. (2020). ALTERNATIF PERENCANAAN
STRUKTUR ATAS GEDUNG APARTEMEN BEGAWAN MALANG MENGGUNAKAN
SRPM DAN DINDING GESER, 2, 292–302.

Manalip, H., Kumaat, E. J., & Runtu, F. I. (2015). PENEMPATAN DINDING GESER PADA
BANGUNAN BETON BERTULANG DENGAN ANALISA PUSHOVER , 5, 283–293.

Anda mungkin juga menyukai