LANDASAN TEORI
6
2.1.3 Jenis – Jenis Dinding Geser (Shear Wall)
Berdasarkan letak dan fungsinya,shear wall / dinding geser dapat
diklasifikasikan dalam 3 jenis yaitu :
1. Bearing walls adalah dinding geser yang mendukung sebagian besar
beban gravitasi. Tembok-tembok ini juga menggunakan dinding
partisi antara partemen yang berdekatan.
2. Frame walls adalah dinding geser yang menahan beban lateral,
dimana beban gravitasi berasal dari frame beton bertulang. Tembok-
tembok ini dibangun diantara baris kolom bagian dalam.
3. Core walls adalah dinding geser yang terletak di dalam wilayah inti
pusat dalamgedung, yang biasanyadi isi tangga atau poros lift.
7
Gambar 2. 1 Perakitan Tulangan Dinding Geser (Shear Wall)
8
Selalu membersihkan bekisting sebelum dipasang, adanya
kotoran pada dinding bekisting dapat menimbulkan hasil cor
beton tidak rapi, retak atau bahkan kegagalan struktur.
Pemasangan disesuikan dengan garis marka ukur yang telah
dibuat.
Cek ukuran (posisi,ketegakan,kedataran)
Cek Perkuatan bekisting apakah sudah benar – benar kuat.
9
Ketika mengecor, jangan sampai merusak atau mengubah
bekisting dan tulangan.
Delay atau tertundanya pekerjaan dapat diakibatkan oleh
cuaca panas,atau angin yang kencang, sehingga beton dapat
mengeras lebih cepat. Selain itu, Delay dapat pula
diakibatkan oleh keterlambatan pengiriman karena kurangnya
perencanaan atau hal lain yang tidak bias dihindari. Untuk
mencegah delay tersebut maka tenaga kerja,perlatan,dan
cuaca sebaiknya dalam keadaan terkendali.
Jangan menambahkan air pada beton untuk memudahkan
pengecoran pelaksanan Cor.
10
D. Pekerjaan Pengecoran Dinding Geser (Shear Wall)
Pekerjaan pengecoran adalah pekerjaan penuangan beton segar
ke dalam cetakan suatu elemen struktur yang telah dipasangi
besi tulangan. Sebelum pekerjaan pengecoran dilakukan,harus
dilakukan inspeksi pekerjaan. Hal ini bertujuan memastikan
cetakan dan besi tulangan telah terpasang sesuai rencana.
Pada pengecoran Shear Wall biasanya memakai beton ready
Mix yang didatangkan dari batching plant dengan mutu yang
telah disyaratkan. Setelah nilai Slump memenuhi persyaratan,
maka beton ready mix dari concrete bucket tersebut diangkat
dengan tower crane menuju ke lokasi pengecoran.
Pada saat pemindahan,concrete bucket ditutup/dikunci agar
tidak tumpah. Tinggi jatuh penuangan beton disyaratkan sesuai
dengan yang telah ditentukan (≤ 1,50 m). Usahakan sedekat
mungkin antara pipa tremie dengan permukaan beton lama.
Hal ini dilakukan untuk menghindari agregat kasar terlepas
dari adukan beton.
Padatkan beton dengan menggunakan concrete vibrator pada
proses pemadatan. Concrete Vibrator sebisa mungkin tidak
berinteraksi langsung dengan bekisting dan tulangan.
Pengecoran ini dilakukan sampai dengan elevasi stop cor
shear wall yang direncanakan (elevasi dibawah balok).
Pengecoran shear wall dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
11
Gambar 2. 4 Pekerjaan Pengecoran Dinding Geser
(Shear Wall)
12
Langkah selanjutnya adalah melepas push pull prop RSSI dan
kickers brace AV1 dari base plate yang secara bersamaan
bekisting shear wall akan lepas dengan sendirinya dari
permukaan beton.
Kemudian bekisting shear wall tersebut diangkat dan
dipindahkan ketempat yang telah disediakan dengan bantuan
alat tower crane. Selanjutnya di lakukan pembersihan dan
pengolesan bekisting dengan oil form.
2.2.2 Pekerjaan Finishing
Setelah pekerjaan pengangkatan bekisting selesai makan dilakukan
pekerjaan finishing. Dalam pekerjaan finishing dilakukan perataan lapisan
Shear Wall, memperhalus lapisan (pengacian), dan juga mempertajam kesikuan
dari Shear wall tersebut.
2.2.3 Pekerjaan Perawatan (Curing) Beton
Pada saat finishing bekisting selesai, maka langsung dilakukan perawatan
beton (curing). Perawatan beton (curing) adalah suatu proses untuk menjaga
tingkat kelembaban dan temperatur ideal. Hal ini diperlukan untuk mencegah
hidrasi yang berlebihan serta menjaga agar hidrasi terjadi secara berkelanjutan.
Pekerjaan perawatan bervariasi, seperti menyiram beton langsung secara berkala,
atau menyiram beton yang telah ditutup dengan karung kain sebelumnya.
13
Sehubungan dengan hal diatas, maka perencana dalam merencanakan
gedung dapat menggunakan sistem struktur penahan gaya seismik sesuai dengan :
SNI 03-2847-2013 tentang Persyaratan Beton Struktural untuk
Bangunan Gedung;
SNI 03-1726-2012 tentang Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa
untuk Bangunan Gedung dan Non Gedung.
Kedua SNI ini merupakan dasar utama dalam perencanaan struktur dengan
sistem struktur penahan gaya seismik. Peraturan pembebanan yang digunakan
adalah SNI 1727-2012.
Bangunan tahan gempa atau earthquake resistant building adalah bangunan
yang relatif kuat terhadap bahaya gempa tetapi pembangunannya relatif tidak
mahal. Bangunan-bangunan gedung mempunyai faktor keutamaan yang
bergantung pada penting atau tidaknya suatu bangunan. Bangunan yang penting
misalnya diharapkan dapat bertahan dalam waktu yang lebih lama dibanding
dengan bangunan biasa. Hal ini berarti bahwa penting tidaknya bangunan
berhubungan dengan beban rencana bangunan yang berlanjut pada periode ulang.
Semakin penting bangunan maka semakin lama bangunan itu harus bertahan,
sehingga gaya gempa yang diperhitungkan pada bangunan tersebut semakin besar.
Dalam desain bangunan gedung tahan gempa perlu diperhatikan mengenai :
1. Kode beban gravitasi,
2. Kode beban gempa (SNI 03-1726-2019) dan
3. Kode desain (SNI 03-2847, 2019).
Proses desain pada umumnya memperhatikan data dan langkah-langkah :
1. Peruntukan, letak, denah dan tinggi bangunan,
2. jenis tanah, jenis struktur utama (frames, walls dan kombinasi),
3. berdasarkan lokasi bangunan kemudian ditentukan respons spectrum
percepatan dan respons spektrum desain,
4. kategori desain seismic, penahan gaya horisontal, SRPMB/M/K, factor
reduksi beban R,
5. ditentukan kategori bangunan, apakah masih reguler atau bangunan
tidak reguler,
14
6. butir 5 akan menentukan jenis analisis struktur, apakah masih dapat
dilakukan dengan beban ekivalen statik ataupun analisis dengan metode
lain.
15