1.1. Umum
Secara khusus, buku pedoman ini disusun untuk dapat digunakan oleh
mahasiswa atau praktikum tingkat sarjana jenjang strata I yang melakukan
praktikum maupun penelitian di laboratorium Jalan Raya FT USU karena
disesuaikan dengan ketersediaan peralatan dan penunjangan.
TAWA’QAL R. SIMAMORA
PENDAHULUAN
190404085
John Louden Mac Adam (1756-1836), orang Skotlandia memperkenalkan
konstruksi perkerasan yang terdiri dari batu pecah atau batu kali, pori – pori
diatasnya ditutup dengan batu yang lebih kecil/halus. Perkerasan ini dikenal
dengan Lapis Makadam.Untuk memberkan lapisan yang kedap air, maka di
atas lapisan makadamdiberilapisan aus yang menggunakan aspal sebagai
bahan pengikat dan ditaburi pasir kasar.
TAWA’QAL R. SIMAMORA
PENDAHULUAN
190404085
hampir tidak berarti , kecuali di sekitar daerah tanaman paksa di Sumatra
Tengah dan Utara.
TAWA’QAL R. SIMAMORA
PENDAHULUAN
190404085
d. Lapisan tanah dasar (Subgrade)
Lapisan tanah dasar adalah lapisan tanah yang terletak di bawah
lapisan pondasi bawah, yang kekuatan dan keawetan konstruksi perkerasan
jalan sangat tergantung dari sifat-sifat dan daya dukung tanah dasar.
Umumnya persoalan yang menyangkut tanah dasar adalah sebagai berikut :
Perubahan bentuk tetap (deformasi permanen) dari macam tanah tertentu
akibat beban lalu lintas, Sifat mengembang dan menyusut dari tanah tertentu
akibat perubahan kadar air, Daya dukung tanah yang tidak merata dan sukar
ditentukan secara pasti pada daerah dengan macam tanah yang sangat
berbeda sifat dan kedudukannya, Lendutan dan lendutan balik selama dan
sesudah pembebanan lalu lintas dari macam tanah tertentu, Tambahan
pemadatan akibat pembebanan lalu lintas dan penurunan yang
diakibatkannya, yaitu pada tanah berbutir kasar (granular soil) yang tidak
dipadatkan secara baik pada saat pelaksanaan.
TAWA’QAL R. SIMAMORA
PENDAHULUAN
190404085
Gambar 1
1.5.1. Agregrat
Namun definisi ini dirasa kurang tepat karena banyak agregat yang
tidak cukup keras, khususnya pada saat dicampur dengan semen (P.C).
TAWA’QAL R. SIMAMORA
PENDAHULUAN
190404085
Pada umumnya yang perlu diperhatikan adalah komposisi atau gradasi
butiran. Hal ini sangat berkaitan dengan pemanfaatan agregat tersebut.
Agregat Kasar
Agregat kasar harus terdiri dari batu pecah atau kerikil pecah yang bersih,
kering, kuat, awet dan bebas dari bahan lain yang mengganggu serta
memenuhi persyaratan:
Agregat Halus
Agregat halus harus terdiri dari pasir alam atau pasir buatan atau
gabungan dari bahan-bahan tersebut dan dalam keadaan kering
Bahan Pengisi
Bahan pengisi terdiri dari abu batu, abu kapur, semen (PC) atau bahan
non plastis lainnya.
Bahan pengisi harus kering dan bebas dari bahan lain yang
mengganggu dan apabila dilakukan pemeriksaan analisa saringan secara
basah, harus memenuhi gradasi sebagai berikut.
TAWA’QAL R. SIMAMORA
PENDAHULUAN
190404085
Ukuran saringan Persen lolos
No. 30 100
No. 50 95-100
No. 100 90-100
No. 200 65-100
a. Ukuran butiran
Ukuran butiran agregat dalam satu campuran bersifat terdistribusi yang
ukurannya dalam campuran tersebut. Ada dua istilah yang biasanya
digunakan berkenaan dengan ukuran butiran agregat, yaitu:
b. Gradasi
Seluruh spesifikasi perkerasan menyarankan bahwa partisi agregat
halus berada dalam rentang ukuran tertentu dan untuk masing-masing
ukuran partikel harus berada dalam rentag proporsi tertentu.
Distribusi dari variasi butiran agregat itu disebut “gradasi” agregrat
mempengaruhi besrnya rongga dalam campuran dan menentukan
workability dan stabilitas campuran. Untuk menentukan workability
gradasi agregat memenuhi spesifikasi atau tidak diperlukan suatu penahan
bagaimana ukuran partikel dan gradasi-gradasi agregat dapat diukur.
Gradasi agregat ditentukan oleh analisa saringan dimana contoh-contoh
agregat harus melalui suatu sel ukuran saringan. Ukuran saringan
menyatakan ukuran bukaan saringan kawat dan nomor saringan
TAWA’QAL R. SIMAMORA
PENDAHULUAN
190404085
menyatakan banyaknya bukaan saringan kawat perinchi persegi dari
saringan tersebut.
c. Kebersihan
Agregat yang akan memberikan pengaruh yang jelek pada kinerja
perkerasan seperti berkurangnya ikatan aspal dengan agregat yang disebutkan
karena banyaknya kandungan lempung yang terdapat pada agregat tersebut.
d. Kekerasan
Semua agregat yang digunakan harus kuat, mampu menahan abrasi
selama proses produksi dan dioperasikan di lapangan agregat yang akan
digunakan untuk lapis bawahnya.
e. Bentuk butiran agregat
Agregat memiliki bentuk butiran bulat, bentuk tidak beraturan,
bersudut, pipih, memanjang. Bentuk butiran agregat menempati kedudukan
yang sangat penting dalam perencanaan suatu campuran beton. Hampir
semua sifat-sifat teknis dari beton ditentukan oleh sifat fisik dan kimia
agregat. Sedangkan sifat ekonomi ditentukan oleh butiran dan gradasi dari
agregat.
TAWA’QAL R. SIMAMORA
PENDAHULUAN
190404085
Dalam suatu seri percobaan dengan menggunakan butiran agregat kasar
bulat dan bersudut dengan keduanya bergradasi seragam, yang kemudian
dipadatkan dengan cara yang sama, terbukti bahwa:
f. Tekstur permukaan
Bentuk permukaan yang kasar dari jenis-jenis agregat tertentu dapat
menghasilkan beton dengan “slip resistence” yang besar. Pemakaian
agregat yang diperoleh dari hasil pengolahan batuan banyak dipakai karena
agregat tersebut mempunyai permukaan yang kasar dan tidak teratur
sehingga daya lekatnya tinggi bila dipakai untuk campuran beton
TAWA’QAL R. SIMAMORA
PENDAHULUAN
190404085
g. Penyerapan agregat
Permukaan agregat untuk menyerap air dan aspal adalah sesuatu yang
penting yang harus diketahui dalam pembuatan campuran beraspal jika daya
serap agregat sangat tinggi, agregat ini akan menyebabkan aspal yang baik
pada saat proses pencampuran agregat dengan aspal (AMP). Hal ini akan
menyebabkan aspal yang berada pada permukaan agregat yang berguna untuk
meningkatkan daya ikat.
h. Kemulusan agregat
Suatu jenis agregat dianggap mulus secara fisik apabila agragat itu
tidak mengalami perubahan volume besar atau tetap akibat pemanasan atau
pendinginan. Partikel-partikel dari batuan yang secara fisik bersifat lunak,
daya absorbsinya besar mudah dibelah atau menyusut akibat pengaruh air
tidak dapat digunakan sebagai bahan agregat.
1.5.2. Aspal
1.5.2.1. Defenisi
Aspal adalah bahan perekat yang berwarna coklat tua sampai hitam
dengan kandungan utama hidro karbon; aspal dapat terjadi secara alamiah
atau hasil dari penyulingan minyak bumi. Aspal semen adalah aspal yang
khusus dipersiapkan dengan konsistensi dan kualitas tertentu.
Bitumen merupakan system kolodial yang rumit dari material hidro
karbon. Pada umumnya molekul bitumen terdiri dari:
a. Asphaltenes
b. Resins
c. Oils
Definisi lain dari aspal atau bitumen adalah suspense koloidal dari
asphaltenes dalam media berminyak dengan resin berfungsi sebagai cairan
untuk mencegah koagulasi dari asphaltenes. Asphaltenes mengandung bahan
aspal, resin mempengaruhi sifat adhesive dan ketahanan bahan sedang oil
mempengaruhi viskositas dan flow.
TAWA’QAL R. SIMAMORA
PENDAHULUAN
190404085
pada suhu ruang berbentuk padat sampai agak padat, dan bersifat
termoplastis. Yaitu aspal akan mencair jika dipanaskan, dan kembali
membeku jika suhu turun.
a. Durabilitas
Kinerja aspal sangat dipengaruhi oleh sifat aspal tersebut setelah
digunakan sebagai bahan pengikat dalamcampuran beraspal dan dihampar
dilapangan. Hal ini disebabakan karena sifat-saifat aspal akan berubah secara
signifikan akibat oksidasi dan pengelupasan yang terjadi pada saat
pencampuran, pengankutan dan penghamparan campuran beraspal dilapangan.
Perubahan sifat ini akan menyebabkan aspal menjadi berdakhtilitas rendah
atau dengan kata lain aspal telah mengalami penuaan. Kemampuan aspal
untuk menghambat laju penuaan ini disebut durabilitas aspal.
Pengujian bertujuan untuk mengetahui seberapa baik aspal untuk
mempertahankan sifat–sifat awalnya akibat proses penuaan. Walaupun banyak
factor lain yang menentukan, aspal dengn adurabilitas yang baik akan
menghasilkan campuran dengna kinerja baik pula.
Pengujian kuantitatif yang biasanya dilakukan untuk mengetahui
durabilitas aspal adalah pengujian penetrasi, titik lembek, kehilangan berat dan
daktilitas. Pengujian ini dlakukan pada benda uji yang telah mengalami
Presure Aging Vassel (PAV), Thin Film Oven Test(TFOT) dan Rolling Thin
Film Oven Test (RTFOT). Dua proses penuaan terakhir merupakan proses
penuaan yang paling banyak digunakan untuk mengetahui durabilitas aspal.
Sifat aspal terutama Viskositas dan penetrasi akan berubah bila aspal tesebut
mengalami pemanasan atau penuaan. Aspal dengan durabilitas yang baik
hanya mengalami perubahan.
TAWA’QAL R. SIMAMORA
PENDAHULUAN
190404085
Uji daktilitas aspal adalah suatu ujian kualitatif yang secara tidak
langsung dapat dilakukan untuk mengetahui tingkat adesi fnes atau daktalitas
aspal keras. Aspal keras dengna nilai daktilitas yang rendah adalah aspal yang
memiliki daya adesi yang kurang baik dibandingkan dengan aspal yang
memiliki nilai daktalitas yang tinggi.
Uji penyelimutan aspal terhadap batuan merupakan uji kuantitatif
lainnya yang digunakan untuk mengetahui daya lekat (kohesi) aspal terhadap
batuan. Pada pengujian ini, agregat yang telah diselimuti oleh film aspal
direndam dalam air dan dibiarkan selama 24 jam dengan atau tanpa
pengadukan. Akibat air atau kombinasi air dengan gaya mekanik yang
diberikan, aspal yang menyilimuti pemukaan agregat akan terkelupas kembali.
Aspal dengan gaya kohesi yang kuat akan melekat erat pada permukaan
agregat, oleh sebab itu pengelupasan yang tejadi sebagai akibat dari pengaruh
air atau kombinasi air dengan gaya mekanik sangat kecil atau bahkan tidak
terjadi sama sekali.
TAWA’QAL R. SIMAMORA
PENDAHULUAN
190404085
b. Aspal adalah bahan yang Thermoplastis, yaitu konsistensinya atau
viskositasnya akan berubah sesuai dengan perubahan temperatur yang
terjadi. Semakin tinggi temperatur aspal, maka viskositasnya akan semakin
rendah atau semakin encer demikian pula sebaliknya. Dari segi pelaksanaan
lapis keras, aspal dengan viskositas yang rendah akan menguntungkan
karena aspal akan menyelimuti batuan dengan lebih baik dan merata. Akan
tetapi dengan pemanasan yang berlebihan maka akan merusak molekul-
molekul dari aspal, aspal menjadi getas dan rapuh.
a. Asphaltenes.
b. Resin.
Resin merupakan senyawa yang berwarna coklat tua, dan berbentuk
solid atau semi solid dan sangat polar, dimana tersusun oleh atom C dan H,
dan sedikit atom O, S, dan N, untuk perbandingan H/C yaitu 1.3 - 1.4,
memiliki berat molekul antara 500 - 50.000, serta larut dalam n-heptan.
c. Aromatis.
Senyawa ini berwarna coklat tua, berbentuk cairan kental, bersifat non
polar, dan di dominasi oleh cincin tidak jenuh, dengan berat molekul antara
300 - 2.000, terdiri dari senyawa naften aromatis, komposisi 40-65% dari
total bitumen.
TAWA’QAL R. SIMAMORA
PENDAHULUAN
190404085
d. Saturate.
Senyawa ini berbentuk cairan kental, bersifat non polar, dan memiliki
berat molekul hampir sama dengan aromatis, serta tersusun dari campuran
hidrokarbon lurus, bercabang, alkil naften, dan aromatis, komposisinya 5-
20% dari total bitumen.
1. Untuk mengikat batuan agar tidak lepas dari permukaan jalan akibat lalu
lintas (water proofing, protect terhadap erosi).
2. Sebagai bahan pelapis dan perekat agregat.
3. Sebagai pengisi ruang yang kosong antara agregat kasar, agregat halus,
dan filler.
4. Sebagai pengisi ruang yang kosong antara agregat kasar, agregat halus,
dan filler.
5. Sebagai pengisi ruang yang kosong antara agregat kasar, agregat halus,
dan filler.
a. Pengujian penetrasi
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui kekerasan aspal. Nilai
penetrasi di dapat dari uji penetrasi dari alat penetrometer pada suhu 25º C
dengan baban 100 gr selama 5 detik, dimana dilakukan sebanyak 5 kali.
b. Pengujian titik lembek
Tujuan dari pemeriksaan ini adalah untuk mengukur kepekaan aspal
terhadap temperatur, dimana bola – bola baja mendesak turun lapisan aspal
yang ada pada cincin, hingga aspal tersebut menyentuh dasar pelat yang
terletak dibawah cincin pada jarak 1 (inchi), sebagai akibat dari percepatan
pemanasan tertentu. Berat bola baja 3,45 - 3,55 gr dengan diameter 9,53
mm. Pemeriksaan ini diperlukan untuk mengetahui batas kekerasan aspal.
Pengamatan titik lembek dimulai dari suhu 5º C sebagai batas paling tinggi
sifat kekakuan dari aspal yang disebabkan oleh sifat termoplastik. Untuk
aspal keras jenis penetrasi 60/70, syarat titik lembek berkisar antara 48º C –
58º C.
TAWA’QAL R. SIMAMORA
PENDAHULUAN
190404085
c. Pengujian titik nyala dan titik bakar
Pemeriksaan ini untuk menentukan suhu dimana diperoleh nyala
pertama diatas permukaan aspal dan menentukan suhu dimana terjadi
terbakarnya pertama kali diataspermukaan aspal. Dengan mengetahui nilai
titik nyala dan titik bakar aspal, maka dapat diketahui suhu maksimum
dalam memanaskan aspal sebelum terbakar. Pengujian ini menggunakan
cawan cleveland diletakan di atas pelat pemanas dan letakan termometer
pengukur suhu.
d. Pengujian kehilangan berat
Pemeriksaan ini berguna untuk mengetahui pengurangan berat akibat
penguapan unsur-unsur aspal yang mudah menguap dalam aspal. Apabila
aspal dipanaskan didalam oven pada suhu 163 °C dalam waktu 4,5 – 5 jam,
maka akan terjadi reaksi terhadap unsur-unsur pada aspal, sehingga
dimungkinkan sifat aspal akan berubah, ini tidak diharapkan pada lapis
perkerasan lentur dengan menggunakan aspal, untuk itu dipersyaratkan
kehilangan berat aspal maksimum adalah 0,8 % dari berat semula.
e. Pengujian daktilitas aspal
Tujuan dari pemeriksaan ini adalah untuk mengetahui sifat kohesi dan
plastisitas aspal, pengujian dilakukan dengan menarik pada cetakan yang
berisi aspal sebelum putus pada suhu 25º C dengan kecepatan tarik
5cm/menit. Besarnya daktilitas aspal penetrasi 60/70 disyaratkan minimal
100 cm.
f. Pemerikasaann kelarutan dalam karbon tetra clorida (CCL4)
Pemeriksaan ini dilakukan untuk menentukan jumlah unsur aspal
dalam CCl4, dengan adanya bahan – bahan tidak terlarut dalam CCl4
menunjukkan adanya bahan lain yang terlarut dalam residu aspal.
Persyaratan dalam pemakaian aspal yang diinginkan adalah aspal dalam
kondisi tidak tercampur dengan bahan – bahan lain yang tidak terlarut
dalam CCl4, untuk aspal penetrasi 60/70 disebutkan minimal sebesar 99 %.
g. Pemerikasaan berat jenis aspal
Berat jenis aspal merupakan perbandingan antara berat aspal dengan
berat air suling dengan volume yang sama. Persyaratan yang ditentukan
untuk berat jenis aspal adalah 1 gr/cc.
h. Pemeriksaan viskositas
Viskositas atau kekentalan. Tingkatan material aspal yang digunakan
tergantung pada kekentalannya. Kekentalan aspal sangat bervariasi terhadap
suhu, dari tingkatan padat, encer sampai tingkat cair. Kekentalan dinyatakan
dalam satuan Pa detik atau poises (1 poise = 0,1 Pa detik). Viskositas
kinematik dinyatakan dalam satuan cm2/detik dan stokes atau centistokes (1
stokes = 100 centistokes = 1cm2/detik).
TAWA’QAL R. SIMAMORA
PENDAHULUAN
190404085
1.5.2.5. Jenis-Jenis Aspal
3. Aspal polimer. Aspal polimer adalah suatu material yang dihasilkan dari
modifikasi antara polimer alam atau polimer sintetis dengan aspal.
Modifikasi aspal polimer (atau biasa disingkat dengan PMA) telah
dikembangkan selama beberapa dekade terakhir
A. Persyaratan Umum
1. Berasal dari hasil minyak bumi
2. Mempunyai sifat sejenis
3. Kadar paraffin tidak melebihi 7%
4. Tidak mengandung air dan tidak berbusa jika dipanasakan sampai175 ⁰C
B. Berdasarkan pemeriksaan sesuai dengan syarat seperti pada Tabel 1
TAWA’QAL R. SIMAMORA
PENDAHULUAN
190404085
II. Aspal Cair
Aspal cair adalah aspal minyak yang pada suhu normal dan tekanan
atmosfir berbentuk cair, terdiri dari aspal yang diencerkan dengan bahan
pelarut.
Aspal emulsi adalah suatu jenis aspal yang terdiri dari aspal keras, air
dan bahan pengemulsi dimana pada suhu normal dan tekanan atmosfir
berbentuk cair. Aspal emulsi dikelompokkan sebagai berikut:
1. Emulsi Cathionic, terdiri dari aspal keras, air dan larutan basa sehingga
akan bermuatan positif (+)
2. Emulsi Anionic, terdiri dari aspal keras, air, dan larutan asam, sehingga
bermuatan negative (-)
TAWA’QAL R. SIMAMORA
PENDAHULUAN
190404085
Tabel 1
Tabel 2
Tabel 3
TAWA’QAL R. SIMAMORA
PENDAHULUAN
190404085
60⁰C
Titik nyala (tag open cup) 100 - 100 - 100 - ⁰C
Distilasi (terhadap isi
distilat pada 360⁰C)
Sampai 190⁰C - - - - - -
Sampai 225⁰C - 20 - 10 - -
% isi
Sampai 260⁰C 20 60 15 55 35 -
Sampai 315⁰C 65 90 60 87 45 80
Sisa distilasi 350⁰C 55 - 67 - 75 - % isi semula
Penetrasi residu 25⁰C, 100
120 250 120 250 120 250 0,1 mm
gram, 5 det
Daktilitas residu 100 - 100 - 100 - cm
Kelarutan dalam CCl4 99 - 99 - 99 - % berat
Kelekatan dalam air 80 - 80 - 80 - %
Kadar air - 0,2 - 0,2 - 0,2 %
Tabel 4
Aspal memiliki struktur yang sangat kompleks, dan memiliki ukuran yang
bervariasi serta jenis macam kimia yang berbeda-beda. Cara berinteraksi
antara satu molekul ini mempengaruhi tidak saja sifat kimia aspal, tetapi juga
sifat titik dari aspal tertentu.
Selain itu, bila kadar aspal di dalam suatu aspal diperlihatkan tetap, maka:
TAWA’QAL R. SIMAMORA
PENDAHULUAN
190404085
a. Peningkatan kadar aromatic dengan rasio saturated resin yang konstan akan
menurunkan kepekaan modulus geser aspal.
b. Peningkatan kadar saturated dengan rasio resin terhadap aromatic dan
saturated memiliki ikatan dan berikatan secara kimia satu dengan yang
lainnya. Ikatan ini sangat lemah dan sangat dipengaruhi oleh panas dan
tegangan geser. Ikatan ini akan lurus pada saat aspal dipanaskan.
c. Peningkatan kadar resin dalam aspal akan menurunkan nilai penetrasi aspal,
menurunkan indeks penetrasi aspal dan menurunkan kepekaan terhadap geser
tetapi menaikkan viskositas aspal.
TAWA’QAL R. SIMAMORA
PENDAHULUAN
190404085
Retak memanjang yang umumnya terjadi pada sambungan bahu dengan
perkerasan, terjadinya settlement di bahu jalan lebih buruk dari pada dibawah
perkerasan, terjadinya settlement di bahu jalan, penyusutan material bahu
atau perkerasan jalan, atau akibat lintasan truck/ kendaraan berat di bahu
jalan. Perbaikan dapat dilakukan seperti perbaikan retak refleksi.
TAWA’QAL R. SIMAMORA
PENDAHULUAN
190404085
1.7.2. Distorsi (Distortion)
Distorsi / perubahan bentuk dapat terjadi akibat lemahnya tanah dasar,
pemadatan yang kurang pada lapis pondasi, sehingga terjadi tambahan
pemadatan akibat beban lalu lintas. Sebelum perbaikan dilakukan
sewajarnyalah ditentukan terlebih dahulu jenis dan penyebab distorsi yang
terjadi. Dengan demikian dapat ditentukan jenis penanganan yang cepat.
a. Alur (ruts)
Alur yang terjadi pada uniform lintasan roda sejajar dengan as jalan.
Alur dapat merupakan tempat menggenangnya air hujan yang jatuh diatas
permukaan jalan, mengurangi tingkat kenyamanan dan akhirnya dapat timbul
retak-retak. Terjadinya alur disebabkan oleh lapisan perkerasan yang kurang
padat, dengan demikian terjadi tambahan pemadatan akibat repersi beban lalu
lintas pada lintasan roda. Campuran aspal dengan stabilitas rendah dapat pula
menimbulkan deformasi plastis. Perbaikan dapat dilakukan dengan memberi
lapisan tambahan dari lapis permukaan yang sesuai.
b. Keriting (corrugation)
Alur yang terjadi melintang jalan dengan timbulnya lapisan permukaan
yang keriting ini pengemudi akan merasakan ketidak nyamanan mengemudi.
Penyebab kerusakan ini adalah rendahnya stabilitas campuran yang berasal
dari terlalu tingginya kadar aspal. Terlalu banyak mempergunakan agregat
halus, agregat berbentuk bulat dan berpermukaan penetrasi yang tinggi.
Keriting dapat juga terjadi jika lalu lintas dibuka sebelum perkerasan mantap
(untuk perkerasan yang mempergunakan aspal cair).
TAWA’QAL R. SIMAMORA
PENDAHULUAN
190404085
- Jika lapis permukaan bahan pengikat mempunyai ketebalan > 5 cm,
maka lapis tipis yang mengalami keriting tersebut diangkat dan diberi
permukaan yang baru.
c. Sungkur (Shoving)
Deformasi plastis yang terjadi setempat, di tempat kendaraan sering
berhenti, kelandaian curam, dan tikungan tajam. Kerusakan didapat terjadi
dengan / tanpa rusak. Penyebab kerusakan sama dengan kerusakan keriting.
Perbaikan dapat dilakukan dengan cara dibongkar dan dilapis kembali.
(seperti retak kulit buaya).
d. Amblas (grade depressions)
Terjadi setempat, dengan atau tanpa retak. Amblas dapat terdeteksi
dengan adanya air yang tergenang. Air tergenang ini dapat meresap ke dalam
lapisan perkerasan yang akhirnya menimbulkan lubang. Penyebab amblas
adalah beban kendaraan yang melebihi apa yang direncanakan, pelaksanaan
yang kurang baik, atau penurunan bagian perkerasan dikarenakan tanah dasar
mengalami settlement.
e. Jembul (upheaval)
Terjadi setempat, dengan atau tanpa retak. Hal ini terjadi akibat adanya
pengembangan tanah dasar pada tanah dasar ekspansi. Perbaikan dilakukan
dengan membongkar bagian yang rusak dan melapisinya kembali.
TAWA’QAL R. SIMAMORA
PENDAHULUAN
190404085
a. Lubang (potholes)
Berupa mangkuk ukuran bervariasi, dari kecil sampai besar. Lubang-
lubang ini menampung dan meresapkan air kedalam lapis permukaan yang
menyebabkan semakin parahnya kerusakan jalan. Lubang dapat terjadi
akibat:
TAWA’QAL R. SIMAMORA
PENDAHULUAN
190404085
Permukaan jalan menjadi licin, sehingga membahayakan kendaraan.
Pengausan terjadi karena agregat berasal dari material yang tidak tahan aus
terhadap roda kendaraan atau agregat yang dipergunakan berbentuk bulat
cubical. Dapat diatasi dengan menutup lapisan dengan latasir, buras atau
lataston.
Permukaan jalan menjadi licin, pada temperature tinggi, aspal menjadi
lunak dan akan terjadi jejak roda. Berbahaya bagi kendaraan kegemukan
(bleeding). Dapat disebabkan pemakaian kadar aspal yang tinggi pada
campuran aspal. Pemakaian terlalu banyak aspal pada pekerjaan prime dan
kemudian dipadatkan, atau lapis aspal diangkat dan kemudian diberi lapisan
penutup.
Terjadi di sepanjang bekas penamaan akilitas. Hal ini terjadi karena
pemadatan yang tidak memenuhi syarat. Dapat diperbaiki dengan dibongkar
kembali dan diganti dengan lapis yang sesuai.
TAWA’QAL R. SIMAMORA
PENDAHULUAN
190404085