Anda di halaman 1dari 48

Pengantar Bangunan Sipil

Pertemuan ke 5

Konstruksi Jalan
Pertemuan ke 5
 TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM
Setelah mengikuti kuliah Pengantar Bangunan Sipil selama satu
semester, mahasiswa diharapkan mampu memahami gambar,
menguraikan istilah-istilah dan mengenali detail bangunan sipil
serta pengenalan computer software sebagai dasar pengenalan
perencanaan, pelaksanaan (pengawasan), pengoperasian dan
perawatan bangunan Sipil.
 TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS
Setelah mempelajari pokok bahasan ini, Mahasiswa akan dapat
mengenali bangunan prasarana trasnpotasi darat :
1. Infrastruktur transpotasi
2. Sejarah Perkembangan Jalan
3. Struktur Jalan
SEJARAH PERKERASAN JALAN

No Fase Perkembangan Perkerasan


1 Sebelum Berupa jalan setapak. Dibuat dg
mengenal mencari jarak terdekat dan
hewan mengatasi rintangan yg ada,
sebagai misal :
alat  membuat tangga pada tempat
angkut. yang curam,
 memasang batu jika melewati

tempat yang berlumpur.


No Fase Perkembangan Perkerasan
2 Setelah Jalan mulai dibuat rata :
mengenal  jalan bertangga sudah dibuat
hewan lebih mendatar.
sebagai
 batu diletakkan lebih rapat
alat
angkut. dan menutup permukaan yang
jelek.
No Fase Perkembangan Perkerasan

3 Setelah Abad ke 4 SM - 4 M bangsa


mengenal Romawi membuat perkerasan
kendaraan jalan dengan tebal 3 - 5 feet (1-
beroda. 1,7m) dan lebar 35 feet ( + 12 m),
dibuat berlapis – lapis dari batuan
dengan batu plat sebagai lapisan
paling atas.
No Fase Perkembangan Perkerasan

4 Akhir a. Thomas Telford (1757 – 1834)


abad 18 menciptakan struktur perkerasan
yang disebut sistem Telford.
Prinsip : desak – desakan dari batu
belah yang dipasang berdiri
dengan tangan.
P

Pasir kasar + aspal

Batu pengisi 5/7 cm

Batu belah 15/20 cm


– 25/30 cm

Pasir urug 10-20 cm

PERKERASAN TELFORD
No Fase Perkembangan Perkerasan

4 Akhir b. John Louden Mc.Adam (1756-


abad 18 1836) menciptakan struktur
perkerasan yang disebut sistem
Macadam.
Prinsip : tumpang tindih dari batu
pecah dengan ukuran terbesar 3“.
P

Pasir kasar + aspal

Batu pengisi

Batu pecah

Pasir urug 10-20 cm

PERKERASAN MAKADAM
No Fase Perkembangan Perkerasan

5 Abad 19 a. Mulai tahun1830 teknik jalan


setelah tidak berkembang karena
ditemukan banyaknya jaringan rel yang
Kereta Api. dibangun.
b. Akhir abad 19 jumlah
kendaraan bermotor mulai
banyak, menyebabkan teknik
pembuatan jalan mulai
berkembang lagi.
No Fase Perkembangan Perkerasan

6 Abad ke Sesudah PD I (tahun 1920)


20 kendaraan bermotor makin banyak
dan alat-alat besar pembuat jalan
(road building equipment) makin
berkembang, sehingga pembuatan
jalan menjadi lebih cepat dan lebih
murah dengan kualitas lebih baik.
Infrastruktur transpotasi

 Wilayah Jalan
 Jembatan dan gorong2
 Drainase
 Perkerasan bahu dan jalan
 Perlengkapan jalan
 Talud
 Trotoar
Wilayah Jalan

 Jalur lalu lintas (travelled way / carriage


way) adalah keseluruhan bagian
perkerasan jalan yang diperuntukkan
untuk lalu lintas kendaraan. Jalur lalu
lintas terdiri dari beberapa lajur (lane)
kendaraan. Lajur kendaraan yaitu
bagian dari jalur lalu lintas yang khusus
diperuntukkan untuk dilewati oleh satu
rangkaian kendaraan beroda empat
atau lebih dalam satu arah.
 Daerah Manfaat Jalan (Damaja), meliputi badan jalan, saluran
tepi jalan, dan ambang pengamannya. Badan jalan meliputi
jalur lalu lintas, dengan atau tanpa jalur pemisah dan bahu
jalan.
 Daerah Milik Jalan (Damija), merupakan ruang sepanjang jalan
yang dibatasi oleh lebar dan tinggi tertentu yang dikuasai oleh
Pembina Jalan dengan suatu hak tertentu. Biasanya pada
jarak tiap 1 km dipasang patok DMJ berwarna kuning. Sejalur
tanah diluar Daerah Manfaat Jalan di dalam Daerah Milik Jalan
dimaksudkan untuk memenuhi persyaratan keluasan
keamanan pengggunaan, dan untuk pelebaran daerah manfaat
jalan dikemuian hari.
 Daerah Pengawasan Jalan (Dawasja), Sejalur tanah tertentu
yang terletak di luar Daerah Milik Jalan, penggunaannya
diawasi oleh Pembina jalan, dengan maksud agar tidak
mengganggu pandangan pengemudi dan konstruksi bangunan
jalan.
Perkerasan bahu jalan
Bahu jalan adalah jalur yang terletak
berdampingan dengan jalur lalu lintas
yang berfungsi sebagai:
 Ruang untuk tempat berhenti sementara
kendaraan yang mogok atau sekedar
berhenti.
 Ruang untuk menghindarkan diri dari
saat-saat darurat mencegah terjadinya
kecelakaan.
 Memberikan kelegaan pada pengemudi,
meningkatkan kapasitas jalan.
 Memberikan sokongan pada konstruksi
perkerasan jalan dari arah samping.
 Ruang pembantu untuk pekerjaan
perbaikan atau pemeliharaan jalan
(menempatkan alat-alat, dan
penimbunan bahan materia)
 Ruang darurat kendaraan patroli,
ambulan, saat terjadi kecelakaan.
Trotoar (Jalur Pejalan Kaki / Side Walk)
 Trotoar adalah jalur yang terletak berdampingan dengan
dengan jalur lalu lintas yang khusus dipergunakan untuk
pejalan kaki (pedestrian). Untuk keamanan pejalan kaki maka
trotoar ini harus dibuat terpisah dari jalur lalu lintas oleh
struktur fisik berupa kereb.
 Lebar trotoar 1,5 m – 3,0 m, ditentukan oleh volume pejalan
kaki, tingkat pelayanan pejalan kaki, dan fungsi jalan.
 Pada Pasal 25 UU Nomor 22 Tahun 2009 disebutkan bahwa
Setiap jalan yang digunakan untuk lalu lintas umum wajib
dilengkapi dengan perlengkapan jalan berupa fasilitas untuk
pejalan kaki dan penyandang cacat (disabilitas)
Trotoar (Jalur Pejalan Kaki / Side Walk)
Trotoar (Jalur Pejalan Kaki / Side Walk)
Median
 Median adalah jalur yang terletak ditengah jalan untuk
membagi jalan dalam masing-masing arah.
 Secara garis besar median berfungsi sebagai:
 Menyediakan daerah netral yang cukup lebar
dimana pengemudi masih dapat mengontrol
kendaraan pada saat darurat.
 Membatasi/mengurangi kesilauan terhadap
lampu besar dari kendaraan yang berlawan
arah.
 Menambah rasa kelegaan, kenyamanan dan
keindahan.
 Mengamankan kebebasan samping masing-
masing arah lalu lintas.
Drainase atau Saluran Samping
 Saluran samping berguna untuk:
 Mengalirkan air dari permukaan
perkerasan jalan ataupun dari
bagian luar jalan.
 Menjaga supaya konstruksi jalan
selalu berada dalam keadaan
kering tidak terendam air.
 Umumnya bentuk saluran
trapesium atau empat
persegipanjang. Daerah
perkotaan (daerah padat) saluran
dibuat empat persegi panjang dari
konstruksi beton di bawah trotoar
(saluran tertutup). Dinding
saluran menggunakan pasangan
batu kali atau tanah asli. Lebar
dasar disesuaikan dengan
besarnya debit minimum sebesar
30 cm
Talud (kemiringan lereng)

 Kelandaian talud jalud


dibuat dengan
perbandingan 2 h : 1 v
untuk kestabilan lereng.
Berdasarkan kondisi
tanah dapat dibuat
bronjong, tembok
penahan tanah, lereng
bertingkat (berm) atau
ditutupi rumput.
Jembatan dan gorong2
Perlengkapan jalan
KONSTRUKSI JALAN

 Konstruksi jalan terdiri dari lapisan-lapisan


yang diletakkan di atas tanah dasar yang
telah dipadatkan,
 Lapisan-lapisan tersebut berfungsi untuk
menerima beban lalu lintas yang melewati
jalan tersebut dan menyebarkan ke lapisan di
bawahnya.
Beban, W

Po

Lapisan Perkerasan
P1

Sub Grade / Tanah Dasar


 Beban kendaraan dilimpahkan ke lapis keras
melalui bidang kontak roda berupa beban terbagi
merata P0.
 Beban tersebut diterima oleh lapisan permukaan
dan disebarkan ke tanah dasar menjadi P1 yang
lebih kecil dari daya dukung tanah dasar.
 Beban lalu lintas yang bekerja di atas struktur
perkerasan terdiri dari :
1. Muatan kendaraan berupa gaya vertikal.
2. Gaya rem kendaraan berupa gaya horizontal.
3. Pukulan roda kendaraan berupa getaran-getaran.
 Berdasarkan MST (Muatan Sumbu Terberat) dalam PP No. 43
Tahun1993, membagi jalan :
1. Jalan Kelas I, yaitu jalan arteri yg dapat dilalui kendaraan
bermotor termasuk muatan dengan lebar < 2,5 m, panjang < 18
m dan MST > 10 ton.
2. Jalan Kelas II, yaitu jalan arteri yg dapat dilalui kendaraan
bermotor termasuk muatan dengan lebar < 2,5 m, panjang < 18
m dan MST < 10 ton.
3. Jalan Kelas IIIA, yaitu jalan arteri atau kolektor yg dapat dilalui
kendaraan bermotor termasuk muatan dengan lebar < 2,5 m,
panjang < 18 m dan MST < 8 ton.
4. Jalan Kelas IIIB, yaitu jalan kolektor yg dapat dilalui kendaraan
bermotor termasuk muatan dengan lebar < 2,5 m, panjang < 12
m dan MST < 8 ton.
5. Jalan Kelas IIIC, yaitu jalan kolektor yg dapat dilalui kendaraan
bermotor termasuk muatan dengan lebar < 2,0 m, panjang < 9
m dan MST < 8 ton.
Acuan

1) PtT-01-2002-B Pedoman Perencanaan Tebal Perkerasan


Lentur
2) Pd T-14-2003 Perencanaan Tebal Perkerasan Jalan Beton
Semen
3) PdT-05-2005 Perencanaan Tebal Lapis Tambah
PerkerasanLentur dengan Metode Lendutan
4) Austroads, Pavement Design, A Guide to the Structural Design
of Pavements, 2008
5) AASHTO Guide for Design of Pavement Structure, 1993
Syarat-syarat struktur perkerasan

 Ditinjau dari keamanan dan kenyamanan berlalu lintas:


1. permukaan rata, tidak bergelombang, tidak melendut dan tidak
berlubang.
2. permukaan cukup kaku sehingga tidak mudah berubah bentuk
akibat beban yang bekerja di atasnya.
3. permukaan cukup kesat, memberikan gesekan yang baik antara
ban dan permukaan jalan sehingga tidak mudah slip.
4. permukaan tidak mengkilap, tidak silau jika kena sinar matahari.
 Ditinjau dari kemampuan memikul dan
menyebarkan beban :
1. Kekakuan untuk memikul beban yang bekerja tanpa
menimbulkan deformasi yang berarti.
2. ketebalan yang cukup sehingga mampu
menyebarkan beban / muatan lalu lintas ke tanah
dasar.
3. kedap terhadap air, sehingga air tidak mudah
meresap ke lapisan di bawahnya.
4. permukaan mudah mengalirkan air, sehingga air
hujan yang jatuh di atasnya dapat cepat dialirkan.
Jenis Perkerasan Jalan berdasarkan bahan
pengikatnya :
1. Perkerasan Lentur (Flexible Pavement /
Asphalt Pavement) :
 adalah perkerasan yang menggunakan aspal
sebagai bahan pengikat.
 Terdiri dari lapisan-lapisan yang diletakkan di
atas tanah dasar yang telah dipadatkan.
wearing course / lapis aus

binder course / lapis


pengikat
Surface Course

Base Course

Subbase Course

Compacted Subgrade

Natural Subgrade
PermukaanTanah Asli (At Grade)

Timbunan

Galian
Bagian dari Perkerasan Lentur
a. Lapis Permukaan (surface course)
Bahan : campuran agregat dan aspal
Fungsi :
1) Menahan repitisi beban kendaraan.
2) Menyebarkan beban ke lapisan di bawahnya.
3) Sebagai lapis kedap air untuk mencegah masuknya air ke dalam
lapis perkerasan di bawahnya.
4) Sebagai lapis aus akibat gesekan rem kendaraan yg dapat
diganti lagi dengan yang baru.
5) Memberikan permukaan yang rata, sehingga memberikan
kenyamanan bagi pemakai jalan.
6) Membentuk permukaan yang tidak licin, shg tersedia koefisien
gesek yang cukup.
Jenis lapis yang umum dipakai di Indonesia :
1) Non struktural (berfungsi sebagai lapisan aus dan kedap air)
: Burtu, Burda, Latasir, Buras, Latasbum, Lataston.
2) Struktural (berfungsi menahan dan menyebarkan beban
roda) : Lapen, Lasbutag, Laston.
b. Lapis Fondasi Atas (Base Course)
Bahan :
agregat tanpa campuran atau dicampur dengan semen /
kapur / aspal.
Fungsi :
1) Menahan gaya lintang dan menyebarkan beban ke
lapisan bawahnya.
2) Sbg lapis pendukung bagi lapis permukaan
3) Sbg lapis peresapan untuk lapisan pondasi bawah.
Jenis lapis yang umum dipakai di Indonesia :
agregat bergradasi baik, pondasi macadam, pondasi
telford, lapen, aspal beton pondasi / ATB, dan bahan yg
distabilisasi (CTB, LTB)
c. Lapis fondasi bawah (subbase course)
Bahan :
material alam atau material yang distabilisasi dahulu lalu
dipadatkan.
Fungsi :
1) membantu lapis fondasi atas menyebarkan beban roda
ke tanah dasar
2) sbg lapisan peresapan,
3) sbg lapis pertama pada pekerjaan perkerasan
4) untuk mencegah naiknya tanah dasar ke lapisan
pondasi atas
d. Tanah dasar (Subgrade)
 Adalah permukaan tanah asli / galian /
timbunan yang dipadatkan setebal 50-100 cm
dan merupakan permukaan dasar untuk
perletakan lapisan perkerasan di atasnya.
2. Perkerasan Kaku (Rigid Pavement / Concrete
Pavement ) :
 adalah perkerasan yang menggunakan semen
sebagai bahan pengikat.
 Berupa pelat beton dengan atau tanpa tulangan,
dengan atau tanpa fondasi bawah yang
diletakkan di atas tanah dasar.
 Beban lalu lintas sebagian besar dipikul oleh
pelat beton.
Portland-Cement Concrete / slab beton

Subbase course (may or may not be used)

(a)
Compacted Subgrade
PermukaanTanah Asli (At Grade)

Timbunan

Galian
Bagian dari Perkerasan Kaku

a. Lapis Permukaan (surface course)


 Bahan : Slab beton
 Tebal > 10-15 cm
 Fungsi : memiliki fungsi yang sama dengan
perkerasan lentur (menggantikan fungsi surface
course dan base course).
 Jenis lapis yang umum dipakai di Indonesia :
1) perkerasan tanpa tulangan
2) perkerasan dengan tulangan
b. Subbase Course
 Lapisan ini pada perkerasan kaku bisa ada, bisa
tidak (tergantung kondisi subgrade).
 Fungsi :
1) Pencegah pumping
2) sebagai drainasi
3) Mencegah pengaruh perubahan volume tanah dasar.
4) Menambah kapasitas struktur
 Jenis yang umumnya dipakai di Indonesia :
kerikil / batu pecah dengan gradasi baik , kerikil
campur tanah, kerikil yang diperbaiki dengan
semen/campuran aspal.
3. Perkerasan Komposit (Composite
Pavement) :
 adalah perkerasan lentur yang dikombinasi
dengan perkerasan kaku.
 Perkerasan ini lebih cocok untuk muatan
yang hampir statis, misal untuk kendaraan
yang berjalan lambat, untuk tempat parkir.
Perkerasan lentur

Perkerasan kaku

(a)
Compacted Subgrade
Perbandingan Perkerasan Lentur dan
Perkerasan kaku
No Uraian Perkerasan Lentur Perkerasan Kaku
1 Bahan Pengikat aspal Semen
2 Bentuk memanjang - Tidak terputus Putus- putus dengan
adanya expaint joint agar
beton bisa mengembang
dan menyusut akibat
gesekan, perubahan
temperatur, dan
perubahan kelembaban
tanpa halangan.
3 Repitisi beban Timbul rutting (Lendutan Timbul retak-retak pada
pada jalur roda) permukaan
4 Penurunan Tanah Jalan bergelombang Bersifat sebagai balok
dasar (mengikuti tanah dasar) diatas perletakan
5 Perubahan Modulus kekakuan Modulus kekakuan tidak
Temperatur berubah. Timbul tegangan berubah. Timbul
dalam yang kecil tegangan dalam yang
besar
Perbandingan Perkerasan Lentur dan
Perkerasan kaku

Anda mungkin juga menyukai