Anda di halaman 1dari 22

Standar Jalan Tambang / Hauling

Lebar Jalan Angkut.


Dimensi untuk jalan angkut adalah 3 ½ kali lebar alat angkut terbesar yang ada.

Konstruksi Jalan Angkut.


Pada umumnya kontruksi jalan tambang harus memenuhi dua syarat yaitu :
1. Harus cukup kuat untuk menahan beban atau berat kendaraan diatasnya. Apabila
daya dukung jalan tidak kuat menahan beban (berat kendaraan), maka jalan akan
mengalami penurunan dan pergeseran pada pengeras jalan maupun tanah dasar sehingga
jalan akan bergelombang dan mengalami kerusakan.
2. Permukaan jalan harus dapat menahan gesekan dari roda kendaraan, pengaruh air
permukaan dan hujan.
Pengerasan Jalan Angkut.
Untuk pengerasan dan pemadatan jalan angkut setelah dilakukan perataan dengan peralatan grader
dapat di lakukan dengan compactor.
Tanggul (SAFETY BERM)
Sebagai pelindung pengguna jalan tambang atau jalan angkut apabila terjadi sesuatu pada unit
yang beroperasi. Adapun dimensi dari tanggul pengaman adalah ½ dari tinggi roda alat angkut
yang ada.
Penirisan (DRAINAGE)
Untuk supaya jalan angkut tidak tergenang air pada waktu hujan, maka dibuatkan saluran penirisan
di kanan kiri jalan. Selain itu diperlukan gorong-gorong untuk mengalirkan air yang membelah
jalan.
Persyaratan Lainnya.
Adapun persyaratan lainnya adalah jalan angkut tersebut haruslah lokasi terbuka tidak tertutup
oleh canopy pohon/semak/tanaman lain.
Jalan Tambang

Pernah liat jalan tambang ga gan??? kalo belum, jalan2 gih ke "Sanggulan".. wekekekkee..
buat yang pernah ke sanggulan, pasti berkesan bgt tuh..

o, ya!! saia punya sedikit informasi tentang jalan tambang nih gan..
ni file ane dapet dari tmen kelas,.

moga dapat membantu..

cekidot aaja gan..

1. LEBAR JALAN PADA JALAN LURUS


Lmin = n.Wt + (n+1)(½ Wt)

Bila lebar kendaraan (Wt) 1 satuan panjang, maka Lmin spt pada tabel berikut:

Bila lebar Cat773D = 5,076 m, maka untuk 2 lajur jalan:

Lmin = 2 (5,076) + (2+1)(½ x 5,076) = 17,77 ~ 18 m

2. Lebar Jalan Pada Tikungan

Penentuan lebar jalan pada tikungan (belokan) didasarkan pada:


-Lebar jejak ban
-Lebar juntai (overhang) bagian depan dan belakang saat kendaraan belok
-Jarak antar kendaraan saat bersimpangan
-Jarak dari kedua tepi jalan<
Wmin = 2 (U+Fa+Fb+Z) + C
Z = (U+Fa+Fb)/2

U = Lebar jejak roda (center to centertires), m


Fa = lebar juntai (overhang) depan, m
Fb = lebar juntai belakang, m
Z = lebar bagian tepi jalan, m
C = clearance antar kendaraan, m

Contoh perhitungan Wmin pada tikungan:

Lebar jejak ban pada saat bermuatan = 0,70 m


Jarak antar pusat ban = 3,30 m
Saat belok lebar jejak ban depan = 0,80 m; lebar jejak ban belakang = 1,65 m

Jarak antar dua truck = 4,50 m

Z = (3,30+0,80+1,65)/2 = 2,875 m
Wmin = 2(3,3+0,8+1,65+2,875) + 4,5
= 21,75 m ~ 20 m

3. Jari-jari Tikungan
Perhitungan matematis berdasarkan kenampakan gambar diatas diperoleh jari-jari tikungan
sbb:

Apabila: R= jari-jari belokan jalan, m W= jarak poros roda depan-belakang, m B= sudut simpangan
roda depan,

maka:
Rumus sebelumnya tidak mempertimbangan kecepatan (V), gesekan roda (f), dan superelevasi (e).
Bila dipertimbangkan, maka rumusnya menjadi:
Jari-jari tikungan minimum untuk e.max= 10%

4. Jenis-jenis Busur Lengkung Pada Tikungan

4.1 Lingkaran (Full Circle)

4.2 Spiral-Lingkaran-Spiral (S-C-S):


5. SUPERELEVASI

*Badan jalan yang dimiringkan ke arah titik pusat pada belokan/tikungan


*Fungsinya untuk mengatasi gaya sentrifugal kendaraan pada saat membelok

6. Kemiringan Jalan

*Kemiringan maksimum vs kecepatan

*Jarak miring kritis (meter)


7. CROSSSLOPE

Sudut yang dibentuk oleh dua sisi permukaan jalan thd bidang horizontal

Cross slope sebaiknya 1/50 s.d 1/25 (20 mm/m s.d. 40 mm/m)

8. Perkerasan Jalan

Perkerasan jalan ada 3 jenis, yaitu:


-perkerasan lentur (flexible pavement)
-perkerasan kaku (rigid pavement)
-perkerasan kombinasi lentur-kaku (composite pavement)

Perkerasan jalan tersusun sbb:


-lapisan dasar (subgrade)
-lapisan fondasi bawah (subbase course)
-lapisan fondasi atas (base course)
-lapisan permukaan (surface course)

8.1 Lapisan Perkerasan

Susunan lapisan perkerasan lentur


Susunan lapisan perkerasan rigid

Karakteristik lapisan perkerasan lentur:

-elastis jika menerima beban, shg nyaman bagi pengguna jalan


-umumnya menggunakan bhn pengikat aspal
-seluruh lapisan ikut menanggung beban
-penyebaran tegangan diupayakan tdk merusak lapisan subgrade (dasar)
-bisa berusia 20 tahun dgn perawatan secara rutin.

Lapisan perkerasan rigid adalah lapisan per-mukaannya terbuat dari plat beton (concrete slab).
Penentuan tebal lapisan ditentukan oleh:

-kekuatan lap. Subgrade atau harga CBR atau Modulus Reaksi Tanah Dasar
-kekuatan beton yg digunakan utk lapisan perkerasan
-prediksi volume dan komposisi lalulintas selama usia layanan
-ketebalan dan kondisi lap fondasi bawah (sub-base) sgb penopang konstruksi, -lalulintas
kendaraan, penurunan akibat air, dan perub volume lap tanah dasar (sub-grade)

Merupakan lapisan asli bumi yang sangat menentukan kekuatan daya dukung terhadap kendaraan
yang lewat
Dalam mengevaluasi subgrade (di lab mektan) perlu diuji dan diketahui:
-kadar air
-kepadatan (compaction)
-perubahan kadar air selama usia pelayanan
-variabilitas tanah dasar
-ketebalan lap perkerasan total yg dpt diterima oleh lap lunak yang ada dibawahnya.

8.2 Lapisan Pondasi Bawah

-Merupakan bagian perkerasan untuk menyebarkan beban roda ke tanah dasar


-untuk mengurangi tebal lapisan di atasnya krn material utk lapisan ini lebih murah dibanding dgn
lapisan atasnya
-sebagai lapisan peresapan air tanah
-merupakan lapisan pertama yg hrs diselesaikan agar kualitas lapisan tanah dasar tetap terjaga
-mencegah partikel-pertikel halus dari tanah dasar naik ke lapisan fondasi

8.3 Lapisan Pondasi Atas

-Bagian perkerasan utk menahan gaya melintang dari roda dan menyebarkan ke lapisan
dibawahnya
-sebagai lapisan peresapan air dari bawah
-sebagai bantalan bagi lapisan permukaan

8.4 lapisan Permukaan

-Sebagai lapisan perkerasan penahan beban roda yg memp stabilitas tinggi selama umur layanan
-lapisan kedap air, shg air hujan dpt mengalir diatasnya dan tidak meresap kebawahnya serta tidak
melemahkan lapisan tersebut
-sebagai lapis aus (wearing course), krn lapisan ini dapat mengikis ban shg gundul
-lapisan untuk menyebarkan beban ke lap bawah
Proses Pembuatan dan Perkerasan Jalan Tambang

Layanan perencanaan dan pekerjaan konstruksi


pembuatan jalan tambang di Indonesia oleh
SoilIndo. Melayani perusahaan tambang di
seluruh daerah di nusantara
Infrastruktur yang baik sangat dibutuhkan oleh kegiatan apapun, termasuk dalam proses
penambangan. Kegiatan ini butuh sarana vital berupa jalan tambang untuk konektivitas dan
pengangkutan barang tambang. Untuk itu diperlukan perencanaan pengerasan jalan tambang pada
area penting untuk mengubungkan perkantoran, crushing plant, pengolahan bahan galian, perumahan
karyawan dan wilayah tambang lainnya.
Pada dasarnya perencanaan jalan tambang dan pembuatannya hampir sama dengan jalan lainnya,
hanya saja berbeda pada bagian permukaan jalan atau road surface yang tidak mengandung unsur
beton atau aspal seperti di jalan kota. Tujuannya agar jalan tanahbisa dilewati oleh alat-alat berat dan
peralatan mekanis yang menggunakan crawler trackseperti excavator, bulldozer, crawler rock
drill (CRD), track loader dan lainnya.
Proses pembuatan jalan tambang dilakukan jauh hari sebelum penambangan dimulai. Perlengkapan
mekanis yang sering digunakan untuk pembuatan jalan tambang ini berupa:

1. Buldozer
Alat ini digunakan untuk membersihkan lahan serta melakukan pembabatan area yang akan dibuat
jalan tambang. Melakukan perintisan jalan, memotong timbunan dan melakukan perataan. Sehingga
buldozer jadi alat yang pertama kali digunakan di area ini.

2. Alat Garu (roater atau ripper)


Selanjutnya gunakan garu untuk membantu dan mengatasi bebatuan keras yang menghalangi jalan.
Alat ini membantu perataan jalan secara manual dengan menyingkirkan batu batu keras di area.

3. Alat Muat Hasil Galian


Jika perataan jalan tambang dilakukan pada saat ada gundukan tanah atau lokasi daratan yang
tidak rata, tentu menghasilkan sisa galian cukup banyak. Anda membutuhkan alat untuk memuat
hasil galian yang cukup besar ini.

4. Alat Angkut Hasil Galian Tanah


Hasil galian tanah tidak semuanya harus dimuat, ada beberapa yang harus dibuang ke lokasi
penimbunan. Gunakan alat angkut untuk membawa hasil galian tanah menuju tempat penimbunan.

5. Motor Grader
Motor grader membantu untuk melakukan perataan dan perawatan jalan tambang yang sedang
dibuat.

6. Alat Gilas
Terakhir gunakan alat gilas untuk memadatkan dan membantu meningkatkan daya dukung tanah
agar siap dilalui kendaraan bermuatan berat.
Selanjutnya jalan tambang juga harus dilengkapi dengan drainase atau pengaliran air seperti pada
jalan lain pada umumya. Tujuan utamanya untuk menampung air hujan jika kondisi curah hujan tinggi
dan menampung partikel kecil yang terbawa arus air hujan tadi. Jika melalui melewati sungai, maka
harusi dibuat jembatan dengan konstruksi yang sama dengan jembatan kota. Namun jika hanya
berupa parit kecil, bisa diatasi dengan penggunaan gorong-gorong (culvert) lalu dicampur tanah dan
batu hingga ketinggian tertentu.

Pengukuran Geometri Jalan Tambang


Tolok ukur pembangunan dan pengerasan jalan tambang telah berhasil sempurna adalah operasional
transportasi di lokasi tambang berlansung dengan baik dan desain jalan tambang memiliki konstruksi
stabil dalam jangka waktu lama. Rute jalan tambang yang identik dengan medan berat dan sulit dilalui
tentu jadi tantangan tersediri untuk membangunnya. Dengan pengukuran geometri yang tepat tentu
bisa memaksimalkan hasil yang diperoleh.

Berikut ini dipaparkan geometri jalan tambang yang harus diperhatikan ketika awal pembuatan
konstruksinya, disajikan oleh SoilIndo, perusahaan perkerasan jalan tanah di Jakarta dengan
layanan perencanaan dan konstruksi pembangunannya di seluruh Indonesia.

1. Lebar Jalan Angkut


Lebar angkut yang ideal adalah disesuaikan dengan kebutuhan pengangkutan di atas jalan tersebut.
Hal ini tentu bisa berbeda-beda setiap pembuatan jalan tambang karena fungsi jalan pun berbeda.
Termasuk untuk perhitungan lebar jalan pada kelokan atau tikungan yang harus lebih lebar
dibandingkan jalan lurus. Pada kelokan, kendaraan membutuhkan ruang gerak yang lebih lebar untuk
melewatinya.

Menurut Aasho Manual Rural High Way Design, lebar jalan minumum pada jalan lurus lajur ganda
atau lebih harus ditambah dengan setengah lebar alat angkut pada bagian tepi kanan dan kiri jalan.
Anda bisa melakukan rule of tumb atau menggunakan angka perkiraan dengan ketentuan lebar alat
angkut sama dengan lebar jalur. Sedangkan untuk pengukuran lebar angkut minimum bisa dilakukan
dengan perhitungan rumus berikut ini:

L min = n.Wt + (n + 1) (½.Wt)


dimana:
L min = lebar jalan angkut minimum (meter)
n = jumlah lajur
Wt = lebar alat angkut (meter)
Misalnya, pengurukan lebar truck 773D caterpillar antara dua kaca spion kiri kanan adalah 5,076 m,
maka jalan lurus lebar minmumnya dihitung seperti ini
L min = n.Wt + (n + 1) (½.Wt)
= 2 (5,076) + (3) (½ x 5,076)
= 17,77 m ˜ 18 m

Sementara lebar jalur untuk belokan atau tikungan dihitung lebih besar dengan perkiraan lebar jejak
ban, lebar juntai atau tonjolan alat angkut, jarang antar angkut saat dipersimpangan dan jarak kedua
tepi jalan.

2.Jari-Jari Tikungan Dan Super-Elevasi


Jari-jari tikungan disesuaikan dengan kontruksi alat angkut yang akan melewatinya. Caranya dengan
menghitung jarak horizontal antar poros roda depan dan belakang. Selanjutnya dihitung dengan
rumus tertentu agar bisa mendapatkan nilai jari-jari tikungan. Tidak hanya itu, perhitungan juga
dilakukan untuk mengetahui sudut maksimum penyimpangan kendaran dengan merumus kecepatan
(km/jam), super elevasi (%), besar derajat tikung dan koefisien gesek melinang. Tujuannya untuk
menghindari kemungkinan kecelakaan pada kecepatan terntentu saat superelevasi maksimum dan
koefisien gesek maksimum tercapai.

3. Kemiringan Jalan

Kemiringan pada saat melakukan pembuatan dan perkerasan jalan tambang tentu sangat penting
agar kemampuan alat angkut dapat berfungsi maksimal pada saat pengereman pada turunan dan
melaju pada tanjakan. Pada pengukuran jalan tambang, kemiringan diukur dalam bentuk persentase
(%). Jalan tambang maksimum yang bisa dilewati oleh truk berkisar antara 10% sampai 15% atau
berupa 6o sampai 8,5o. Sedangkan untuk jalan naik atau turun bukit maksimum memiliki kemiringan
8%. Untuk itu jika lebih dari 8% maka harus dibuat kelokan agar kemiringan bisa berkurang.

4. Cross Slope
Cross slope merupakan sudut bentukan dari dua sisi permukaan jalan pada bidang horizontal. Meski
pada umumnya jalan memiliki bentuk penampang melintang, namun harus dibuat dengan sudut
bentukan tertentu agar bisa memperlancar aliran air. Jika hujan turun maka air akan segera mengalir
ke tempat jalan angkut, dan tidak berhenti pada permukaan jalan. Genangan air pada tengah
permukaan jalan tambang bisa membahayakan kendaraan yang melaluinya dan mempercepat
kerusakan jalan. Perhitungan cross slope adalah dengan perbandingan jarak vertikal dan hrizontal.
Jalan tambang ideal seharusnya memiliki nilai cross slope antara 1/50 sampai 1/25 atau 20 mm/m
hingga 40 mm/m.

Setelah konstruksi dilakukan dengan tepat, maka selanjutnya adalah pengerasan jalan tambang agar
bisa menopang beban angkutan. Mulai dari perkerasan lentur (flexible pavement), perkerasan kaku
(rigid pavement) dan perkerasan kombinasi lentur-kaku (composite pavement). Tujuan perkerasan
jalan tambang agar mampu menahan beban pada jalan poros yang diteruskan pada lapisan fondasi
sehingga daya dukung tanah bisa maksimal. Perkerasan ini dipengaruhi oleh kepadatan lalu lintas,
mekanis bahan yang digunakan, sifat fisik dan daya dukung tanah.
Standar Jalan Tambang Sesuai KepMen
ESDM No 1827 K/30/MEM/2018
Jalan pertambangan – Keputusan menteri ESDM nomor 1827 K/30/MEM/2018 tentang Pedoman
pelaksanaan Kaidah Teknik Pertambangan yang Baik memberikan acuan dalam melakukan tata cara
pertambangan yang baik (good mining practice). Beberapa aspek yang masuk dalam kaidah
pertambangan yang baik diantaranya yaitu:

1. teknis pertambangan;
2. konservasi Mineral dan Batubara;
3. keselamatan dan kesehatan kerja pertambangan;
4. keselamatan operasi pertambangan;
5. pengelolaan lingkungan hidup pertambangan, Reklamasi, dan Pascatambang, serta Pascaoperasi;
6. pemanfaatan teknologi, kemampuan rekayasa, rancang bangun, pengembangan, dan penerapan
teknologi pertambangan

Perusahaan yang bergerak di indusri pertambangan yang ingin melaksanakan good mining
practice tentu harus memperhatikan 6 aspek di atas.

Salah satu yang diatur di dalam kaidah teknik pertambangan yang baik adalah mengenai standar jalan
pertambangan yang masuk ke dalam pengelolaan teknik pertambangan.

Pengertian Jalan Pertambangan

Jalan Pertambangan adalah jalan khusus yang diperuntukan untuk kegiatan pertambangan dan
berada di area pertambangan atau area proyek yang terdiri atas jalan penunjang dan jalan tambang.

Jalan Tambang/Produksi adalah jalan yang terdapat pada area pertambangan dan/atau area proyek
yang digunakan dan dilalui oleh alat pemindah tanah mekanis dan unit penunjang lainnya dalam
kegiatan pengangkutan tanah penutup, bahan galian tambang, dan kegiatan penunjang pertambangan.

Jalan Penunjang adalah jalan yang disediakan untuk jalan transportasi barang/orang di dalam suatu
area pertambangan dan/atau area proyek untuk mendukung operasi pertambangan atau penyediaan
fasilitas pertambangan.

Jalan Masuk adalah jalan untuk memasuki area tambang permukaan dan tambang bawah tanah.

Ketentuan Jalan Pertambangan

Standar mengenai jalan pertambangan dijelaskan dalam lampiran 1 KepMen ESDM No 1827
K/30/MEM/2018 tentang Pedoman Pelaksanaan Kaidah Teknik Pertambangan Yang Baik.
Lebar Jalan Tambang/Produksi

Lebar jalan tambang/produksi mempertimbangkan alat angkut terbesar yang melintasi jalan tersebut
paling kurang:

 Tiga setengah kali lebar alat angkut terbesar, untuk jalan tambang dua arah
 Dua kali lebar alat angkut terbesar, untuk jalan tambang satu arah
 Lebar jalan pada jembatan sesuai ketentuan di atas.

Tanggul Pengaman (Bundwall)

Pada setiap jalan tambang/produksi tersedia tanggul pengaman di sisi luar badan jalan dengan tinggi
sekurang-kurangnya ¾ (tiga per empat) diameter roda kendaraan terbesar dan memperhitungkan
potensi air limpasan dan/atau material lepas yang dapat masuk ke jalan
Kemiringan Melintang (Cross fall)

Sepanjang permukaan badan jalan tambang/produksi dibentuk kemiringan melintang (cross fall)
paling kurang 2% (dua persen)

Kemiringan Jalan (Grade)

Kemiringan (grade) jalan tambang/produksi dibuat tidak boleh lebih 12% (dua belas persen) dengan
memperhitungkan:

 spesifikasi kemampuan alat angkut;


 jenis material jalan; dan
 fuel ratio penggunaan bahan bakar

Dalam hal kemiringan jalan tambang/ produksi lebih dari 12% (dua belas persen) dilakukan kajian
teknis yang paling kurang mencakup:

 Kajian risiko;
 Spesifikasi teknis alat; dan
 Spesifikasi teknis jalan

Pemisah Jalur (Separator atau Median)

Pada setiap tikungan dan persimpangan jalan tambang/produksi dipasang pemisah jalur (separator)
dengan tinggi paling kurang setengah diameter roda kendaraan terbesar dan lebar bagian atas paling
kurang sama dengan lebar roda kendaraan terbesar.

Sudut Belokan Pertigaan

Sudut belokan pada pertigaan jalan tidak boleh kurang dari 70⁰ (tujuh puluh derajat)

Selain ketentuan di atas, masih ada beberapa ketentuan yang diatur terkait dengan jalan
pertambangan diantaranya:

 Dalam hal jalan tambang/produksi menggunakan tipe boxcut, tanggul dapat tersedia;
 Dalam hal kondisi jalan tambang/produksi menggunakan tipe boxcut dan berpotensi material
lepas, dilakukan penguatan lereng;
 Di sepanjang jalan tambang/produksi memiliki sistem penyaliran yang mampu mengalirkan debit
air larian tertinggi dan dipelihara dengan baik
 Lebar, radius tikungan, dan super elevasi pada setiap jalan pertambangan yang menikung mampu
menahan gaya dari setiap jenis kendaraan yang melintas dengan batasan kecepatan yang telah
ditentukan;
 Jjalan pertambangan dilakukan pemeliharaan dan perawatan sehingga tidak menghambat
kegiatan pengangkutan;
 Daya dukung jalan pertambangan lebih kuat dari kapasitas terbesar beban kendaraan dan
muatan yang melintas pada beban statis dalam kurun waktu tertentu berdasarkan kajian teknis.

Itulah beberapa ketentuan jalan pertambangan yang diatur dalam KepMen ESDM no 1827
K/30/MEM/2018 tentang Pedoman Pelaksanaan Kaidah Teknik Pertambangan Yang Baik.
Perencanaan dan Prosese Pembuatan Jalan Tambang
PERENCANAAN JALAN TAMBANG
Proses perencanaan badan jalan, agar mendapatkan desain yang kompeten sehingga dapat
mengakomodir kebutuhan operasional penambangan.

Perencanaan jalan meliputi :


a. Perencanaan geometri

Meliputi :
Alinyemen Vertikal, Alinyemen Horisontal, Safety Berm dan Drainage System

b. Perencanaan struktural

VERTIKAL ALINYEMEN

1. Stopping Distance (jarak pengereman)

2. Vertical Sight Distance


3. Vertical Curve Length

HORISONTAL ALINYEMEN

1. Lebar Jalan

2. Superelevasi Jalan

3. Horisontal Sight Distance

DESAIN JALAN PADA TIKUNGAN


DAMPAK KETIDAKSESUAIAN KONDISI JALAN

Grade jalan terlalu tinggi :


1. Keausan ban meningkat
2. Kendaraan sulit dikontrol saat kondisi basah
3. Erosi karena air meningkat
4. Fuel consumption meningkat
5. Kecepatan turun, Produktivitas turun

Kondisi jalan tambang terlalu sempit :


2. Ban tertembus batuan akibat benturan
3. Biaya road maintenance meningkat

Arah superelevasi terbalik :


1. Ban rusak karena ada material yang tumpah di jalan
2. Meningkatkan beban ban (kerusakan karena panas)
3. Keausan ban tinggi (umur ban turun)
4. Kontaminasi pada surface course (kekuatan berkurang)
5. Ban terluar melewati gundukan tanah hasil buangan grader
6. Kendaraan sulit dikendalikan
7. Kecepatan turun, produktivitas turun
Crossfall terlalu miring :
1. Erosi, batu tertinggal dipermukaan
2. Pembebanan yang berlebihan pada ban luar
3. Permukaan jalan kasar, ban cepat aus

Crossfall terlalu datar (potensi air menggenang) :


1. Permukaan menjadi kasar, batu muncul ke permukaan
2. Kerusakan ban dan chasis meningkat
3. Daya dukung perkerasan berkurang
4. Biaya road maintenance meningkat
5. Mengurangi jarak pandang unit kecil (sarana, dll)
6. Mengurangi traksi, stabilitas turun

Radius jalan terlalu kecil :


1. Ban luar melewati gundukan tanah buangan grader
2. Permukaan bergelombang (pengereman dan percepatan)
3. Material tumpah, biaya road maintenance meningkat
4. Kecepatan turun, produktivitas turun
5. Surface course mudah tererosi

Anda mungkin juga menyukai