Anda di halaman 1dari 2

REDUNDANCY DALAM BASIS DATA (DATABASE)

Bambang Wahyudi

Tidak sedikit orang yang salah dalam mengartikan redundancy (kerangkapan data dalam
database). Ada yang menyangka bahwa contoh redundancy adalah: memasukkan data
yang sama berulang-ulang dalam database, atau dalam sebuah file;

Contoh 1: kesalahan pengertian mereka di file KRS:

NPM Nama Mahasiswa Kode_MK Nama_MK


123 Ali IT-001 Logika dan Algoritma
123 Ali IT-002 Sistem Operasi

Dan seterusnya, sehingga si Ali mengambil 8 mata kuliah.

Katanya, penulisan nama ’Ali’ ditulis berulang-ulang, sehingga disebut dengan


redundancy, sehingga atribut Nama Mahasiswa harus dipisah di tabel lain.

Di pisah ke dalam tabel lain, itu jelas, karena antara MASTER FILE tidak boleh
bercampur dengan TRANSACTION FILE. Jadi, selain nama mahasiswa, nama mata
kuliah (nama_mk) juga tidak boleh ada di sana. Jadi, meskipun nama mata kuliah tidak
rangkap, tetap tidak boleh di sana.

Kini, NPM berulang juga, tetapi mereka bilang ’kalau NPM boleh rangkap, karena itu
kunci atribut’, lho, kok tidak konsisten ?, kalau satu atribut tidak boleh rangkap, ya
atribut lain juga tidak boleh rangkap dong, mau jenisnya apapun.

Nah, jadi pengertian rangkap (redundancy) itu salah di sana. Cara tersebut memang
kewajiban sebelum membentuk sebuah file, harus dipisahkan mana file master (contoh
file mahasiswa, dosen, mata kuliah, dan sebagainya) dan mana file transaksi (KRS, DNS,
Peminjaman Buku, Pengembalian Buku, Pembayaran Uang Kuliah, dsb.)

Hal itu senada dengan proses normalisasi data ke-3 di mana setiap atribut yang tidak
tergantung secara fungsional dengan kunci atributnya, maka harus dipisahkan ke dalam
file lain dan membentuk atribut kunci sendiri.

JADI, APA ITU REDUNDANCY ??

Redundancy atau kerangkapan data terjadi di jaman sebelum ada sistem basis data, yaitu
pada jaman sistem pemrosesan file atau sistem file tradisional. Di saat itu, setiap orang
bekerja sendiri-sendiri, meski dalam satu kantor.
Sehingga, pada saat itu diperlukan disket yang banyak untuk saling tukar-menukar data.
Si A mengcopy data untuk si B, si B mengcopy data untuk si A, dan seterusnya sebanyak
orang yang saling bertukar data.

Sehingga di kantor itu, ada banyak data pegawai. Si A punya data pengawai, si B punya
data pegawai, si C, si D, dan semua punya data pegawai. Tetapi isinya belum tentu sama,
bisa saja si X alamatnya di Jl. M di komputernya si A, tetapi alamatnya di Jl. J di
komputernya si B, dan seterusnya. (Baca di ”Catatan Manajemen Basis Data”)

Jadi, kerangkapan data adalah adanya data (file) rangkap di suatu kantor (yang saat itu
memang harus rangkap, kalau tidak rangkap mereka tidak bisa bekerja dengan baik). Nah
kerangkapan itulah yang dihilangkan dengan dimunculkannya sistem basis data dengan
cara dibuat jaringan (network), sehingga data yang sama (rangkap) cukup dibuat satu kali
saja di server, semua mengambil data dari sana. Salah satu keuntungannya, semua orang
yang bekerja di kantor itu akan menerima data yang sama (konsisten, dan valid).

Demikianlah, semoga bermanfaat.

Anda mungkin juga menyukai