Anda di halaman 1dari 160

Desain Mine Haul Road

Dr. Ir. Didiek Djarwadi, M.Eng

Kuliah ke 3, Mata Kuliah Pilihan,


Pilihan, Aplikasi Geoteknik pada Tambang Terbuka
S2 Geoteknik Sekolah Pasca Sarjana Institute Teknologi Bandung
Apa Tuntutan suatu Hauling Road

1. Nyaman dilalui
2. Mempunyai tingkat keselamatan dan keamanan yang tinggi
- Perencanaan geometri jalan sesuai standard
- Lebar mencukupi alat hauling yang lewat
- Profil hauling road memenuhi standard
- Grade Jalan memenuhi standard
- Mempunyai daya dukung sesuai beban dan
intensitas hauler yang lewat
- Memiliki bundwall yang cukup
3. Mempunyai sistim drainasi yang baik
4. Memiliki Sistim Pemeliharaan yang handal
Latar Belakang

Sumber:Thompson, R. J., Mining Roads


Latar Belakang
Struktur biaya mining activity cost di jobsite Pama

Source : Engineering
data base 2013
KONSEP MAIN HAUL ROAD

KONSEP DESAIN HAULING ROAD


Indonesia terletak pada daerah tropis yang didominasi musim
hujan dan kemarau.
Jalan tambang sangat dinamis, yaitu sering berubah mengikuti
sekwen penambangan
Terdapat jalan tambang yang digunakan secara permanen dan
temporary
Diperlukan jalan tambang yang handal pada kedua musim
tersebut
Sangat jarang jalan tambang yang mempunyai lapis perkerasan
Diperlukan jalan tambang yang mempunyai daya dukung sesuai
dengan alat tambang yang lewat (heavy dumptruck), yang dapat
mendukung

JALAN TAMBANG DI DAERAH TROPIS LEBIH SESUAI DI


DESAIN BERDASARKAN DAYA DUKUNG SUB-GRADE
Desain Hauling Road
1 GEOMETRIC DESIGN : - Alinyemen horisontal
- Alinyemen vertikal
- Lebar jalan
- Kecepatan rencana
- Safety berm
2. STRUCTURAL DESIGN : - Daya dukung
- Material pembentuk jalan
- Beban kendaraan
- Umur rencana
- Drainasi jalan
3. FUNCTIONAL DESIGN : - Lapis perkerasan
- Bahan perkerasan
- Tebal perkerasan
- Rambu
4 MAINTENANCE DESIGN : - Frekwensi inspeksi
- Frekwensi uji
- Skedul pemeliharaan
- Prioritas pemeliharaan
Design Mine Haul Road
Design (Perencanaan)

DID WE DESIGN OR JUST BUILT A MINE HAUL ROAD?????


Geometric Design
Desain Hauling Road

GEOMETRIC DESIGN : - Alinyemen horisontal


- Alinyemen vertikal
- Lebar jalan
- Kecepatan rencana
- Safety berm
Geometric Design
Design Tampang Melintang Hauling Road
Geometric Design
Design Lebar Hauling Road
Geometric Design
Design Alignment Vertikal
Geometric Design
Design Alignment Horizontal
Geometric Design
Design Super-elevasi pada tikungan
Geometric Design
Contoh design perubahan hauling road
Geometric Design
Design Persimpangan Hauling Road
Structural Design
Desain Hauling Road

STRUCTURAL DESIGN : - Material pembentuk jalan


- Daya dukung
- Beban kendaraan
- Umur rencana
- Drainasi jalan
Structural Design
Tanah sebagai bahan timbunan subgrade
Structural Design
Bahan alam scorea yang dapat dimanfaatkan sebagai subgrade
dan/atau base coarse
Structural Design
Bahan alam scorea yang dapat dimanfaatkan sebagai subgrade
dan/atau base coarse
Structural Design
Material. Penggunaan clay shale baik dalam bentuk batuan hasil blasting
maupun sub-soil harus dihindarkan
Structural Design
Penggunaan batuan clay shale sebagai bahan subgrade

Layakkah batuan ini untuk bahan sub-grade


Structural Design
Batuan clay shale yang digunakan sebagai subgrade, pada
musim hujan dapat bermasalah karena tingkat pelapukan oleh
cuaca yang tinggi

Contoh hauling road yang mengalami kerusakan pada musim hujan


Structural Design
Contoh hasil uji tanah dari laboratorium PT Pamapersada Nusantara
Structural Design
Pelaksanaan, Pembuatan Subgrade Hauling Road
Structural Design

Trial Compaction
Trial compaction diperlukan
untuk mengetahui nilai daya
dukung maksimum yang dapat
dicapai oleh suatu tanah dengan
variasi energi pemadatan suatu
compactor.
Pertambahan nilai daya dukung
oleh jumlah lintasan harus
dicermati agar dapat diperoleh
daya dukung yang maksimum
dar tanah yang digunakan untuk
subgrade.
Structural Design
Structural Design
Dynamic Cone Penetration Test (DCPT)

Mata cone sekali pakai

mata cone multi pakai dgn kalibrasi


Structural Design
Hubungan nilai CBR dengan Dynamic Cone Penetration Test (DCPT)
Structural Design

Pelaksanaan uji DCPT di lapangan


Structural Design
Tanah yang tidak sesuai untuk bahan subgrade

Apabila tanah tidak sesuai untuk subgrade, maka perlu dilakukan pelapisan
base coarse untuk meningkatkan daya dukung hauling road
Structural Design
Tanah yang hanya dalam kondisi kering nilai CBR memenuhi syarat
subgrade

Untuk menjaga agar performance pada musim hujan tidak menurun,


diperlukan lapis penutup (surface layer) diatas permukaan subgrade
Structural Design
Tanah yang dalam kondisi kering dan basah memenuhi syarat CBR
subgrade

Apabila daya dukung subgrade pada tingkat kepadatan tertentu tidak


terpengaruh oleh hujan, maka subgrade harus dipadatkan dengan baik, dan
tidak perlu dilapisi dengan base coarse
Structural Design
Daya Dukung yang diperlukan Hauling Road

Hitungan daya dukung yang diperlukan, didasarkan pada hitungan tebal


base coarse untuk hauling road berdasarkan analisa desain yang
disampaikan oleh Giroud dan Han (2004a, 2004b) dilakukan dengan
tahapan sebagai berikut:

1. hitung gaya yang dapat didukung oleh subgrade (Ph=0),


2. bandingkan dengan beban desain roda,
3. apabila P > Ph=0, maka diperlukan lapisan base coarse dengan/tanpa
perkuatan geosintetik,
4. apabila P < Ph=0, maka secara teoritis subgrade telah kuat menahan
beban roda sehingga tidak perlu lapisan base coarse, tetapi perlu
ditinjau apakan subgrade yang mempunyai daya dukung > beban roda
karena over compaction, dan masih perlu lapisan base coarse dalam
lapisan yang minimum untuk melindungi lapisan SUB-GRADE dari
perubahan kadar air,
Structural Design
Daya Dukung yang diperlukan Hauling Road

Konsep hitungan tebal base coarse suatu hauling road di idealisasikan


seperti terlihat pada Gambar berikut. Beban roda (wheel load) seberat P
disalurkan oleh dua roda yang mempunyai tekanan ban sebesar p kepada
lapisan base coarse.

Idealisasi penyaluran beban roda ke lapisan base coarse.


Structural Design
Daya Dukung yang diperlukan Hauling Road

Hubungan antara beban roda (P) dengan tekanan ban (p) dapat
disampaikan dalam persamaan:

P p. A (1)

dengan P : beban roda (kN),


p : tekanan ban (kPa),
A : luas bidang kontak antara ban dengan base coarse (m2).

Dalam desain tebal lapisan base coarse dengan cara yang disampaikan
oleh Giroud dan Han (2004a, 2004b), bidang kontak antara ban ken-
daraan dengan base coarse di idealisasikan sebagai lingkaran dengan
radius (jari-jari) adalah r, sehingga luas bidang kontak adalah:

(2)
A .r 2
Structural Design
Daya Dukung yang diperlukan Hauling Road
dengan menghubungkan persamaan (1) dengan (2), maka nilai radius bidang
kontak dapat dituliskan kembali dalam persamaan:

P (3)
r
.p
Apabila tebal base coarse adalah nol, maka daya dukung sub grade dapat
disampaikan dalam persamaan:

Ph 0 .r 2 .m.N c .cu (4)

dengan nilai m adalah sebagai berikut:


s
m (5)
fs

dengan s : rutting yang disyaratkan,


fs : factor yang nilainya 75 mm.
m : bearing capacity mobilization coefficient
Structural Design
Daya Dukung yang diperlukan Hauling Road
dengan memasukkan nilai m dari persamaan (5) ke dalam persamaan (4),
diperoleh persamaan:

s 2 (6)
Ph 0 .r .N c .cu
fs

cu C .CBRsg (7)

dengan cu : kuat geser subgrade dalam kondisi tak terdrainasi (kPa),


C : faktor yang nilainya setara dengan 30,
CBRsg : nilai CBR subgrade.

Apabila format persamaan diubah, maka pada tebal base coarse adalah
nol, nilai Ph=0 dapat disampaikan dalam persamaan:
s (8)
Ph 0 .r 2 .N c . f C CBRsg
fs
Structural Design

Dari rumus hitungan daya dukung berikut ini:

s
Ph 0 .r 2 .N c . f C CBRsg
fs
Ada 3 komponen yang dapat menjadi pedoman dalam hitungan yaitu:

s : nilai rutting yang diijinkan. Semakin kecil nilai s akan


menyebabkan nilai CBR naik secara proporsional. Jadi apabila
kita memasukkan nilai s kecil, maka nilai CBR yang harus dicapai
menjadi besar, sehingga maintenance menjadi kecil.
CBR : apabiladari hasil uji CBR lapangan menunjukkan nilai yang kecil,
maka biaya maintenance akan naik, sehingga perlu dipahami
bahwa meningkatkan nilai CBR lapangan dengan pemadatan adalah
sangat diperlukan dalam rangka mengurangi biaya pemeliharaan.
Ph=0 : Perlu ditambahkan Faktor Aman (SF=1,5) untuk
mengakomodasikan ketidak homogin tanah sebagai subgrade
Structural Design

Contoh Daya Dukung yang diperlukan untuk HD 465 Komatsu


Structural Design

Contoh Daya Dukung yang diperlukan untuk HD 465 Komatsu

31,32 ton 66,55 ton

Hitungan daya dukung (CBR) yang diperlukan:


a) Untuk heavy dumptruck (HD) kelas Komatsu HD 465 dengan
muatan penuh dengan konfigurasi beban seperti disampaikan dalam
Handbook Komatsu dan disampaikan dalam Gambar diatas, maka
beban gander belakang adalah 66,55 ton, sehingga beban roda
maksimum adalah 33,275 ton/set roda belakang, sehingga data
tekanan disampaikan sebagai berikut:
b) beban roda = 33,275 ton/set roda (322,75 kN),
c) tekanan ban = 110 lb/in2 (psi) setara dengan 760 kPa
d) rutting yang diijinkan (fs) untuk batasan pemeliharaan hauling road
= 25mm.
Structural Design

Daya Dukung yang diperlukan Hauling Road

Keseimbangan beban dan daya dukung disampaikan sebagai berikut:


a) radius ekivalen bidang kontak ban dengan lapisan base coarse:

P 332,75 r = 0,373 m
r r
.p 3,14 x760

b) gaya yang dapat didukung subgrade adalah:

P = 1,5 X 332,75 = 499,125 kN

s
Ph 0 .r 2 .N c . f C CBRsg
fs

Nilai CBR yang disyaratkan = 36,75%


Structural Design
Contoh Daya Dukung yang diperlukan untuk HD 785 Komatsu
Structural Design

Contoh Daya Dukung yang diperlukan untuk HD 785 Komatsu

52,14 ton 105,865 ton

Hitungan daya dukung (CBR) yang diperlukan:


a) Untuk heavy dumptruck (HD) kelas Komatsu HD 785 dengan
muatan penuh dengan konfigurasi beban seperti disampaikan dalam
Handbook Komatsu dan disampaikan dalam Gambar diatas, maka
beban gandar belakang adalah 105,865 ton, sehingga beban roda
maksimum adalah 52,933 ton/set roda belakang, sehingga data
tekanan disampaikan sebagai berikut:
b) beban roda = 52,933 ton/set roda (529,33 kN),
c) tekanan ban = 110 lb/in2 (psi) setara dengan 760 kPa
d) rutting yang diijinkan (fs) untuk batasan pemeliharaan hauling road
= 25 mm.
Structural Design

Daya Dukung yang diperlukan Hauling Road

Keseimbangan beban dan daya dukung disampaikan sebagai berikut:


a) radius ekivalen bidang kontak ban dengan lapisan base coarse:

P 529,33 r = 0,5011 m
r r
.p 3,14 x760
b) gaya yang dapat didukung subgrade adalah:

P = 1,5 X 529,33 = 791,49kN


s
Ph 0 .r 2 .N c . f C CBRsg
fs

Nilai CBR yang disyaratkan = 32,30%


Structural Design
Heavy Dumptruck (HD 1500)
Structural Design

Heavy Dumptruck (HD 1500)

82,33 ton 167,15 ton

Hitungan daya dukung (CBR) yang diperlukan:


a) Untuk heavy dumptruck (HD) kelas Komatsu HD 1500 dengan muatan
penuh dengan konfigurasi beban seperti disampaikan dalam Handbook
Komatsu dan disampaikan dalam Gambar diatas, maka beban gander
belakang adalah 167,15 ton, sehingga beban roda maksimum adalah
83,58 ton/set roda belakang, sehingga data tekanan disampaikan
sebagai berikut:
b) beban roda = 83,58 ton/set roda (835,80 kN),
c) tekanan ban = 110 lb/in2 (psi) setara dengan 760 kPa
d) rutting yang diijinkan (fs) untuk batasan pemeliharaan hauling road =
25 mm.
Structural Design
Keseimbangan beban dan daya dukung disampaikan sebagai berikut:
a) radius ekivalen bidang kontak ban dengan lapisan base coarse:

835,80 r = 0,592 m
r
P r
.p 3,14 x760

b) gaya yang dapat didukung subgrade adalah:

P = 1,50 x 835,80 = 1243,63 kN

s
Ph 0 .r 2 .N c . f C CBRsg
fs

Nilai CBR yang diperlukan = 36,35%


Functional Design
Desain Hauling Road

FUNCTIONAL DESIGN : - Lapis perkerasan


- Bahan perkerasan
- Tebal perkerasan
Functional Design
Bahan base coarse sebaiknya dari bahan batuan yang keras,
mempunyai gradasi yang baik (well graded) agar dapat
menaikkan, kuat geser, daya dukung dan modulus.

Aggregate produk crusher


Functional Design
Konsep gradasi base coarse

well graded open graded excess fine

Base coarse yang well graded akan mempunyai perilaku yang jauh lebih
baik dibandingkan dengan open graded mapupn excess fine

Well graded = gradasi bagus


Open graded = kekurangan fraksi butiran halus
Excess fine = kelebihan fraksi butiran halus
Functional Design

Base coarse dapat diperoleh dari produk crusher dengan screen untuk
menghasilkan beberapa gradasi
Functional Design
ASTM (American Society for Testing Materials) menerbitkan standard ASTM D
D 1241-00 Standard Specification for Materials for Subbase, Base and Surface
Coarse, yang menyampaikan 6 buah model gradasi yang terbagi dalam dua (2)
tipe gradasi yaitu: Gradasi tipe I terdiri dari gradasi A, B, C dan D, sedangkan
gradasi tipe II terdiri dari gradasi E dan F untuk bahan sub-grade, base coarse
maupun surface layer

Persen berat yang lolos saringan


Nomor saringan Tipe I Tipe II
(diameter butiran)
Gradasi A Gradasi B Gradasi C Gradasi D Gradasi E Gradasi F

2 (50 mm) 100 100 --- --- --- ---


1 (25 mm) --- 75 95 100 100 100 100
3/8 (9,7 mm) 30 65 40 75 50 85 60 100 --- ---
No.4 (4,75 mm) 25 55 30 60 35 65 50 85 55 100 70 100
No.10 (2,00 mm) 15 40 20 45 25 50 40 70 40 100 55 100
No.40 (425m) 8 20 15 30 15 30 25 45 20 50 30 70
No.200 (75m) 2 - 8 5 - 15 5 - 15 8 - 15 6 - 15 8 15
Functional Design
Aggregate Class A

100

90
80

70
Persen lolos (%)

60

50
40

30
20

10
0
0,010 0,100 1,000 10,000 100,000
Diameter (%)
Functional Design
Contoh gradasi base coarse yang memenuhi syarat

100% - 50 % = 50%

70% - 50 % = 20%

100%-50%-20% = 30%

Kemudian dari 3 produk tersebut dicampur dengan perbandingan berat yaitu; produk
saringan pertama sebesar 50%, produk saringan kedua sebasar (70%-50%) = 20%,
sedangkan produk ketiga yang < 2 mm sebesar 30%
Functional Design
PERKEMBANGAN DESAIN TEBAL BASE COARSE
Barenberg et al, (1975) membuat grafik hubungan antara tebal base
coarse berdasarkan kuat geser tanah subgrade
Functional Design
PERKEMBANGAN DESAIN TEBAL BASE COARSE
Giroud dan Noiray (1981) mengembangkan persamaan empiris untuk
desain tebal lapisan base coarse untuk unpaved road berdasarkan data
uji lapangan yang dilakukan oleh Hammit (1970).
Functional Design
PERKEMBANGAN DESAIN TEBAL BASE COARSE
Giroud dan Han (2004a, 2004b) menyampaikan desain tebal
perkerasan base coarse untuk jalan tidak dilapisi aspal (unpaved road)
yang telah mempertimbangkan beberapa aspek seperti:
- distribusi tegangan pada lapis perkerasan dan tanah,
- kekuatan bahan base coarse,
- interlocking antara aggregate base coarse dengan geosintetik,
- dan kekuatan (stiffness) geosintetik,

sebagai tambahan terhadap parameter yang telah dipertimbangkan


dalam desain terdahulu oleh peneliti lainnya seperti:
- volume lalu lintas harian,
- beban gandar,
- tekanan ban,
- kekuatan base coarse,
- kedalaman rutting
- dan lain-lainnya.
Functional Design
PERKEMBANGAN DESAIN TEBAL BASE COARSE
Dalam desain hauling road digunakan beberapa asumsi karena terdapat data
dengan variasi yang sangat besar seperti, daya dukung kondisi hauling road
saat uji CBR lapangan, dan data data lainnya. Asumsi yang akan digunakan
adalah:
1) tebal base coarse diasumsikan sama pada suatu panjang hauling road yang
mempunyai kondisi subgrade sama.
2) tebal minimum base coarse di asumsikan 10 cm. Hal ini untuk menjaga agar
metoda pelaksanaan dan pemadatan dapat dilakukan dengan baik, permukaan
hauling road dianggap sebagai subgrade.
3) daya dukung subgrade (permukaan hauling road) dianggap sama, dengan
nilai rerata dari seluruh hasil uji CBR lapangan.
4) geosintetik sebagai perkuatan hanya akan digunakan pada titik titik dimana
kondisi subgrade dalam kondisi lunak pada ketebalan lebih dari 1,50 meter
hasil uji sondir (CPT) di lapangan.
5) geosintetik sebagai separator untuk memisahkan lapisan subgrade dan
base coarse untuk mencegah pengaruh bercampurnya bahan subgrade
dengan base coarse oleh proses pumping akan dipertimbangkan terhadap
umur rencana hauling road, dan kajian ekonomis.
Functional Design
DESAIN TEBAL BASE COARSE
Desain tebal base coarse dilakukan bedasarkan (Giroud & Han, 2004a,
2004b)
1, 5


r
1,26 0,96 1,46 J log N

h h P
1 r

.r .m.N c .cu
2
fE

dengan h :
tebal base coarse (m),
r :
radius teoritis bidang kontak antara ban dan base coarse
J :
apperture stability modulus dari geogrid,
N :
jumlah lalu lintas harian,
fE :
faktor rasio modulus,
P :
beban roda (kN)
m :
koefisien mobilitas daya dukung (bearing capacity
mobilization modulus
Nc : faktor daya dukung (bearing capacity factor),
cu : undrained shear strength tanah dasar (kPa)
Functional Design
BASE COARSE
DESAIN TEBAL BASE COARSE (Giroud & Han, 20041, 2004b)

f E 1 0,204RE 1
E 3,48.CBRbc0,3
R E min bc ,5,00 min ,5,00
E CBR
sg sg

s r
n

m 1 . exp
f s h

dengan: fE : faktor rasio modulus,


RE : batas rasio modulus,
CBR : nilai/satuan daya dkung (bearing capacity),
m : koefisien mobilitas daya dukung (bearing capacity mobilization
modulus
s : rutting yang diijinkan,
fs : konstanta yang nilainya 75 mm,
: konstanta yang nilainya 1,00
: konstanta yang nilainya 0,90
n : konstanta yang nilainya 1,50
Functional Design
BASE COARSE

Hal yang perlu diingat dalam desain tebal base coarse dengan
menggunakan metoda yang dikembangkan oleh Giroud dan Han (2004a,
2004b) adalah:
a. Persamaan hitungan tebal base coarse berlaku untuk desain hauling
road dengan dan tanpa perkuatan geosintetik yang dalam hal ini adalah
geogrid,
b. Apabila desain tanpa perkuatan geogrid, maka parameter J = 0, dan
faktor daya dukung (bearing capacity factor) Nc nilainya adalah 3,14
c. Apabila desain dengan perkuatan geogrid, maka parameter J
disesuaikan dengan modulus geogrid yang digunakan, dan faktor daya
dukung (bearing capacity factor) Nc nilainya adalah 5,71.
Functional Design

Contoh base coarse gradasi A dari hasil pencampuran untuk


lapisan base coarse hauling road di Grasberg, Freeport
Functional Design
Pelaksanaan, Pemasangan Base Coarse
Functional Design
Pelaksanna, gradasi base coarse yang homogin
Functional Design
Pelaksanaan,
Pencampuran base coarse dengan tanah

Pencampuran base coarse dengan tanah tidak boleh dilakukan, karena


base coarse perlu filler dari batuan yang sama dengan gradasi halus,
sedangkan tanah dengan kohesinya akan berfungsi sebagai binder,
tetapi mempunyai kuat geser yang kecil
Functional Design
Pelaksanaan,
Kerusakan base coarse yang dicampur dengan tanah, daya dukungnya
turun karena kuat geser pada komponen tanah yang lebih lemah dari
kuat geser base coarse
Functional Design
Pelaksanaan
Gradasi base coarse yang tidak sesuai dengan standard
Functional Design
Pelaksanaan
Kondisi base coarse yang gradasinya tidak memenuhi standard,
setelah digunakan, material yang halus masuk dan mengisi rongga
diantara gradasi yang besar, maka fragmen batuan yang besar akan
muncul di permukaan.
Functional Design
Pelaksanaan
Kondisi base coarse yang memenuhi standard baik gradasi maupun
tebal sesuai dengan hitungan untuk memperoleh daya dukung yang
diinginkan
Maintenance Design
Desain Hauling Road

MAINTENANCE DESIGN : - Frekwensi inspeksi


- Frekwensi uji
- Skedul pemeliharaan
- Prioritas pemeliharaan
Maintenance Design
Monitoring pada tikungan

Pada tikungan akan selalu terjadi gaya sentri-petal yang berpotensi


membuat gaya geser pada permukaan hauling road oleh hauler, dan
jatuhan bahan galian yang dibawa hauler.
Inspeksi ini penting untuk melakukan evaluasi, kecepatan, bentuk dan
radius, serta super-elevasi tikungan
Maintenance Design
Monitoring terhadap boulder
Maintenance Design
Monitoring terhadap boulder
Maintenance Design
Dampak kerusakan jalan terhadap performa tyre.

TREAD CHIPING

PERMUKAAN JALAN TAJAM

TREAD CHIPING
Maintenance Design
Dampak kerusakan jalan terhadap performa tyre.

ROCK BETWEEN DUALS ROCK BETWEEN DUALS

BOULDER/SPILAGE

FOREIGN OBJECT IMPACT


UNDULATING
Maintenance Design
Hauling road yang bagus dapat memperpanjang umur dan pola aus pada ban

GOOD ROAD CONDITION SCRAP SMOOTH


Maintenance Design
Monitoring kecukupan lebar hauling road
Maintenance Design
Monitoring kecukupan lebar hauling road

spoil
Maintenance Design
Monitoring kecukupan lebar hauling road
Maintenance Design
Monitoring surface hauling road (rutting)
Maintenance Design
Monitoring surface hauling road (corrugated)
Maintenance Design
Monitoring surface hauling road (potholes)
Maintenance Design
Monitoring sistim drainasi hauling road

Hauling road harus segera bebas dari air pada saat hujan agar
air tidak meresap kedalam badan jalan yang dapat menurunkan
daya dukung secara dratis. Kecepatan aliran permukaan jauh
lebih besar dari peresapan air kedalam tanah/subgrade
Maintenance Design
Monitoring sistim drainasi hauling road
Maintenance Design
Monitoring sistim drainasi hauling road
Maintenance Design
Apa ukuran kuantitatif tingkat kebaikan jalan ???
Maintenance Design
Nilai URCI (Referensi)
Maintenance Design
Nilai URCI (Unsurface Road Condition Index)
Maintenance Design
Nilai URCIdiperoleh dengan menetapkan nilai pengurang (DeductValue)
Nilai Deduct value ditetapkan dengan menggunakan grafik hubungan density, Severity level dan
deductvalueuntuk masingmasing kerusakan.
Maintenance Design
Nilai URCI (Unsurface Road Condition Index)

90
1. Impropercrosssection
2. Inadequateroadsidedrainage
3. Corrugation
4. Dust
5. Potholes
6. Rutting
7. Looseagregate (exspoil,boulder)

Defectscore<<

HaulRoadDefectscore TotalDeductValue(TDV)
Maintenance Design
Ilustrasi Pencapaian URCI 90% apabila hanya road surface mengalami defect

100 m
140 m
1000 m

ImproperCrosssection(LOW)
Maintenance Design
Ilustrasi Pencapaian URCI 90% apabila hanya drainasi mengalami defect
100 m

1000 m

260 m

Inadequatedrainage(HIGH)
Aplikasi Geosintetik pada Main Haul Road
Desain Hauling Road

Aplikasi Geosintetik pada Main Haul Road


: - Sebagai Perkuatan Subgrade
- Sebagai Separator
- Sebagai Perkuatan Base Coarse
Desain Hauling Road
Penggunaan Geosintetik pada hauling road di tanah lunak
Desain Hauling Road

Pada region 1, tanah sub-grade yang mempunyai nilai CBR kurang dari
1%, kondisi tanah sangat lunak dan hanya mempunyai kuat geser pada
kondisi tak-terdrainasi (undrained shear strength) kurang dari 10 kPa
(0,10 kg/cm2), maka geotextile yang berfungsi sebagai separator
juga harus dapat berfungsi sebagai perkuatan (reinforcement),
sehingga pemilihan geotextile sebagai separator harus dilakukan
dengan cara geotextile sebagai reinforcement. Desain Badan Jalan di
atas Tanah Lunak dengan Perkuatan Geotextile). Geotextile harus
mempunyai kekuatan (strength) dan nilai kekakuan (stiffness) yang
cukup agar tidak terjadi longsor lokal (local slide). Jenis geotextile
yang memenuhi kriteria ini adalah jenis woven (anyaman) atau struktur
komposit geogrid yang dikombinasikan dengan geotextile jenis non
woven (nir-anyam) seperti berikut.
Desain Hauling Road

Contoh jalan dilaksanakan pada tanah region 1


Desain Hauling Road
Pada region 2, tanah sub-grade yang mempunyai nilai CBR kurang dari
2% tetapi lebiih dari 1%, kondisi tanah masih juga lunak dan mempunyai
kuat geser pada kondisi tak-terdrainasi (undrained shear strength) ku-
rang dari 20 kPa (0,20 kg/cm2), maka geotextile yang berfungsi sebagai
separator juga harus dapat berfungsi sebagai perkuatan (reinforcement),
meskipun tidak sekuat yang diperlukan pada region 1. Geotextile yang di-
perlukan pada sub-grade pada region 2 harus mempunyai kekuatan
(strength) dan survivability (tahan terhadap lingkungan) yang cukup.
Jenis geotextile yang memenuhi kriteria ini adalah jenis woven (anyaman)
atau struktur komposit geogrid yang dikombinasikan dengan geotextile je
nis non woven (nir-anyam). Desain kriteria dalam hal ini didasarkan pada
peningkatan daya dukung sub-grade dan pengurangan tebal base coarse
Desain Hauling Road
Pada region 3, tanah sub-grade yang mempunyai nilai CBR kurang dari
3% tetapi lebih dari 2%, kondisi tanah masih juga lunak dan mempunyai
kuat geser pada kondisi tak-terdrainasi (undrained shear strength) lebih
dari 20 kPa (0,20 kg/cm2), maka geotextile yang berfungsi sebagai
separator hanya berfungsi sebagai media pemisah. Geotextile yang
diperlukan pada sub-grade pada region 3 harus mechanical survivability
(tahan terhadap lingkungan dan cara pelaksanaan) yang cukup. Jenis
geotextile yang memenuhi kriteria ini adalah jenis non woven (nir-anyam).
Pemilihan geotextile dalam hal ini hanya didasarkan pada ketahanan
terhadap lingkungan dan tahan terhadap tumbukan bahan timbunan
diatasnya yang biasanya dijatuhkan langsung dari dumptruck.
Region 1,
GEOTEXTILE SEBAGAI PERKUATAN DIATAS
TANAH LUNAK
Desain Hauling Road
Region 1, Geotextile sebagai perkuatan diatas tanah lunak
Konsep Perkuatan dengan menggunakan geotextile
Desain Hauling Road
Region 1, Geotextile sebagai perkuatan diatas tanah lunak
Faktor yang mempengaruhi pemilihan geotextile

Faktor Internal
a) Jenis geotextile (anyam dan nir-anyam)
b) Sifat hubungan regangan-tegangan (stress-strain relation)
c) Creep characteristics (karakteristik rayapan)
d) Time to fracture
e) Kondisi lingkungan (biological and environment resistant)
f) Bahan timbunan

Faktor External
a) Mechanical damage
Desain Hauling Road
Region 1, Geotextile sebagai perkuatan diatas tanah lunak

FAKTOR INTERNAL

a) Jenis geotextile (anyam dan nir-anyam)

Geotextile anyam

Geotextile nir-anyam
Desain Hauling Road
Region 1, Geotextile sebagai perkuatan diatas tanah lunak
FAKTOR INTERNAL
b) Stress-strain characteristic of fabric (Risseuw, 1984)
Desain Hauling Road
Region 1, Geotextile sebagai perkuatan diatas tanah lunak
FAKTOR INTERNAL
C) Creep Characteristics (Enka, 1985)

Creep pada 20% pembebanan


Creep pada 60% pembebanan
Desain Hauling Road
Region 1, Geotextile sebagai perkuatan diatas tanah lunak
FAKTOR INTERNAL
d) Time to fracture (Van Zanten, 1986)
Desain Hauling Road
Region 1, Geotextile sebagai perkuatan diatas tanah lunak
FAKTOR INTERNAL
e) Environment attack (Risseuw, 1984)
Desain Hauling Road
Region 1, Geotextile sebagai perkuatan diatas tanah lunak
FAKTOR INTERNAL
e) Bacterial attack (Troost, 1982)

Polyester Polyethylene Polypropylene


(100% residual strength) (90% residual strength) (75% residual strength)
Desain Hauling Road
Region 1, Geotextile sebagai perkuatan diatas tanah lunak
FAKTOR INTERNAL
Bahan Timbunan
Mechanical damage on Mechanical damage on
Polypropylene polymer grid (Netlon 1984) polyester fabric (Enka 1988)
Desain Hauling Road
Region 1, Geotextile sebagai perkuatan diatas tanah lunak
FAKTOR INTERNAL

Voskamp (1990) Greenwood and Jewell (1990)


ilustrasi grafis penetapan tegangan ijin geotextile

1 1 1 1
Pall Pc . . .
f d fenv f m fc
Pall : allowable design strength
Pc : ultimate breaking strength with
respect to time and extension
fd : reduction factor for mechanical
damage
fenv : reduction factor for environment
and bacterial attack
fm : factor for extrapolation deviation
fc : factor of safety
Desain Hauling Road
Region 1, Geotextile sebagai perkuatan diatas tanah lunak
Apabila tanpa perkuatan geotextile
Desain Hauling Road
Region 1, Geotextile sebagai perkuatan diatas tanah lunak
SOLUSI: Timbunan jalan diatas landasan kayu (corduroy)
Desain Hauling Road
Region 1, Geotextile sebagai perkuatan diatas tanah lunak
SOLUSI: Perkuatan dengan geotextile
Desain Hauling Road
Region 1, Geotextile sebagai perkuatan diatas tanah lunak

Metoda hitungan Perkuatan dengan Geotextile

Limit Equilibrium
Broms (1977), Fowler (1982), Jewell (1982), Houlsby and Jewell (1988),
Hird and Jewell (1990)

Finite Element
Bell et al (1977), Brown and Poulos (1980), Rowe (1982), Rowe and
Soderman (1987)
Desain Hauling Road
Region 1, Geotextile sebagai perkuatan diatas tanah lunak
Metoda Keseimbangan Batas (limit Equilibrium)
Desain Hauling Road
Region 1, Geotextile sebagai perkuatan diatas tanah lunak
Idealisasi Kuat geser Tanah (Su)

Kuat geser bertambah sebagai Kuat geser konstan


sebagai fungsi kedalaman
Desain Hauling Road
Region 1, Geotextile sebagai perkuatan diatas tanah lunak
STABILITAS INTERNAL

req.intstab Pfill
Desain Hauling Road
Region 1, Geotextile sebagai perkuatan diatas tanah lunak
STABILITAS INTERNAL

Tanpa perkuatan Dengan perkuatan


Jewell (1988) menyatakan bahwa perkuatan mempunyai 2 fungsi;
Melawan gaya lateral timbunan
Melawan gaya geser pada pondasi req.int stab Pfill Pfdtn
Dengan: req tegangan perkuatan yang diperlukan, Pfill gaya lateral
timbunan, dan Pfdtn gaya geser pada pondasi.
Desain Hauling Road
Region 1, Geotextile sebagai perkuatan diatas tanah lunak
Daya dukung tanah lunak

c u .N c
h m ax
.F S

Daya dukung tanah lunak dihitung dengan Tabel Pilot (1976) chart, dan tinggi
maksimum timbunan tanpa perkuatan dapat dihitung dengan persamaan
Desain Hauling Road
Region 1, Geotextile sebagai perkuatan diatas tanah lunak
STABILITAS PONDASI

Pola keruntuhan rotasi

req. fdtn
W.c S a b.FS
a

Pola keruntuhan translasi

req. fdtn Pa Pp S
Pa 12 . s .D2 2.Su0.D.h.D
Pp 12 . s .D 2 2.S u 0 .D
S Su o .n.h
Desain Hauling Road
Region 1, Geotextile sebagai perkuatan diatas tanah lunak
STABILITAS KESELURUHAN
Pola keruntuhan rotasi

FSPfill a h 3 W.c Sa b
req.ovrstab
a
Desain Hauling Road
Region 1, Geotextile sebagai perkuatan diatas tanah lunak
STABILITAS KESELURUHAN
Pola keruntuhan translasi

req.ovrstab Pfill Pa Pp S
Desain Hauling Road
Region 1, Geotextile sebagai perkuatan diatas tanah lunak
Contoh Kasus
Desain Hauling Road
Region 1, Geotextile sebagai perkuatan diatas tanah lunak
Contoh Kasus
Karakteristik penurunan dari evaluasi uji konsolidasi
Consolidation pressure (kPa)

0 20 40 60 80 100 120 140 160


0
Vertical Deformation (%)

-10

-20
first layer
second layer fill pressure
-30 third layer
Desain Hauling Road
Region 1, Geotextile sebagai perkuatan diatas tanah lunak
Contoh Kasus

req Pfill Pfdtn P fdtn


. S u 0 .n . h
FS
Pfill = 0.5*Ka*h2* ( Ka = 0.5088, h = 3.5 m, = 18.5 kN/m3)
Pfill = 57.65 kN/m
( = 1, Su0 = 5 kN/m2, n = 2, h = 3.50 m, and FS = 1.2)
Pfdtn = 29.17 kN/m
req = 57.65 kN/m + 29.17 kN/m
req = 86.82 kN/m
Desain Hauling Road
Region 1, Geotextile sebagai perkuatan diatas tanah lunak
Contoh Kasus

req. fdtn
W .c S a b.FS
a
req.fdtn = 198.85 kN/m
Desain Hauling Road
Region 1, Geotextile sebagai perkuatan diatas tanah lunak
Contoh Kasus

FSPfill a h 3 W .c S a b
req.ovrstab
a

req.fdtn = 272.80 kN/m.


Desain Hauling Road
Region 1, Geotextile sebagai perkuatan diatas tanah lunak
Contoh Kasus

Hasil hitungan kuat tarik geotextile yang diperlukan:

Keseimbangan batas stabilitas internal req = 86.82 kN/m,


Keseimbangan batas stabilitas fondasi req.fdtn = 198.85 kN/m,
Keseimbangan batas stabilitas keseluruhan req.ovrstab = 272.80 kN/m.

Dari hasil analisis tersebut diatas, tegangan tarik geotextile yang diper-
lukan untuk stabilitas konstruksi timbunan diatas tanah lunak di pulau
Setoko dan Nipah adalah 272.80 kN/m.
Desain Hauling Road
Region 1, Geotextile sebagai perkuatan diatas tanah lunak
Contoh Kasus

Struktur geotextile : anyaman (woven),


Bahan pembuat geotextile : polyester,
Bahan timbunan; residual soil : Fd = 1.10,
Bacteriological attack : Fenv = 1.00,
Environmental attack (air laut) : Fenv = 1.05
Extrapolasi data kuat tarik geotextile : Fm = 1,00
Faktor aman konstruksi : Fc = 1,10
Prediksi umur perkuatan 2 tahun : d = 75% ult.
75%. ult
all
1,10x1,00x1,05x1,00x1.10
all 60%. ult
ult = 454.67 kN/m.
Desain Hauling Road
Region 1, Geotextile sebagai perkuatan diatas tanah lunak
Contoh Kasus
Timbunan ekstra

5
extra embankment
Em bankm ent (m )

4
3
final elevation
2
1
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
-1
S (m )

-2
Working day remaining settlement
Desain Hauling Road
Region 1, Geotextile sebagai perkuatan diatas tanah lunak
Contoh Kasus
Desain Hauling Road
Region 1, Geotextile sebagai perkuatan diatas tanah lunak
Contoh Kasus
Desain Hauling Road
Region 1, Geotextile sebagai perkuatan diatas tanah lunak
Contoh Kasus
Region 2,
GEOTEXTILE SEBAGAI PERKUATAN DIATAS
TANAH LUNAK
Desain Hauling Road
Region 2, Geotextile sebagai perkuatan diatas tanah
lunak

Hitungan perkuatan timbunan diatas tanah lunak dengan


geotextile pada region 2 dengan daya dukung tanah lunak
sebesar 2% (nilai CBR) dapat dilakukan sama dengan cara
hitungan untuk region 1, tetapi karena daya dukung tanah
adalah 2 kali daya dukung pada region 1, maka kekuatan
geotextile yang diperlukan akan lebih kecil dibandingkan
yang diperlukan pada region 1
Desain Hauling Road

Penggunaan geotextile pada region 2 di hauling road Asmin


Desain Hauling Road

Penggunaan geotextile pada region 2 di hauling road Asmin


Desain Hauling Road

Penggunaan geotextile pada region 2 di hauling road Asmin


Desain Hauling Road

Penggunaan geotextile pada region 2 di hauling road Asmin


Region 3,
GEOTEXTILE SEBAGAI SEPARATOR DIATAS
TANAH LUNAK
Desain Hauling Road
Region 3, Geotextile sebagai SEPARATOR diatas subgrade
Konsep geotextile sebagai Separator
Tanpa geotextile dua jenis tanah (bahan timbunan jalan) yang tidak
dipisahkan oleh geotextile akan dapat tercampur. Oleh karena beban
roda dapat menimbulkan proses pumping apabila sub-grade adalah
tanah lunak, bahan timbunan lapis sub-grade yang bergradasi kecil
akan melakukan intrusi ke dalam lapisan di atasnya, sedangkan lapisan
base coarse yang bergradasi lebih besar melakukan penetrasi ke
dalam lapisan sub-grade, sehingga akan terjadi percampuran pada
batas lapisan sub-grade dan base coarse
Desain Hauling Road
Region 3, Geotextile sebagai SEPARATOR diatas subgrade
Proses pumping
Desain Hauling Road
Region 3, Geotextile sebagai SEPARATOR diatas subgrade
Syarat geotextile sebagai separator
Perilaku jangka
Kondisi Syarat mekanikal Syarat hidrolis
panjang
-Tahan terhadap
-diameter lubang -tahan terhadap
tumbukan (impact
Selama pemasangan (apparent opening sinar ultra violet
resistant)
geotextile size) -tahan terhadap
-Perpanjangan saat
-tebal geotextile pengaruh zat kimia
putus
-diameter lubang -tahan terhadap
- Tahan terhadap
Selama pelaksanaan (apparent opening sinar ultra violet
benturan (puncture
penimbunan size) -tahan terhadap
resistant)
- tebal geotextile pengaruh zat kimia
-Tahan terhadap
benturan (puncture
resistant) -diameter lubang -tahan terhadap
Setelah selesai
-Tahan sobek (tear (apparent opening jamur
pelaksanaan
resistant) size) -tahan terhadap
penimbunan
-Perpanjangan saat - tebal geotextile pengaruh zat kimia
putus (elongation at
break)
Desain Hauling Road
Region 3, Geotextile sebagai SEPARATOR diatas subgrade
Contoh penggunaan geotextile sebagai separator
Penggunaan GEOGRID sebagai
Perkuatan Base Coarse
Desain Hauling Road

Sebagai perkuatan (reinforcement)

1. Reinforcement pada base coarse


Desain Hauling Road
Sebagai perkuatan (reinforcement)

1. Reinforcement pada base coarse

Mekanisme bekerjanya geosintetik sebagai perkuatan pada base coarse.


Desain Hauling Road
Sebagai perkuatan (reinforcement)

1. Reinforcement pada base coarse

a. Terjadi kekangan oleh geosintetik oleh beban kendaraan, yaitu


kekangan sub-base atau base coarse dibawah beban kendaraan dan
kekangan sub-grade diluar beban kendaraan, yang menyebabkan
kedua bahan tersebut tidak tercampur.
b. Terjadi peningkatan daya dukung sub-grade, karena beban aksial
kendaraan menjadi beban lateral pada geosintetik. Hal ini yang
disebut membrane effect yang dapat mengurangi tebal base coarse
dan menghindarkan terjadinya rutting pada permukaan base coarse.
c. Perkuatan local terhadap perpindahan butiran base coarse secara
individu kedalam sub-grade. Pada geosintetik dengan modulus yang
cukup, deformasi yang terjadi akan kecil, karena tegangan dapat
didistribusikan ke dalam geosintetik, sehingga deformasi yang terjadi
menjadi kecil.
Desain Hauling Road
Geogrid sebagai perkuatan (reinforcement) pada base coarse
Desain Hauling Road

Penggunaan geogrid pada hauling road Arutmin


Desain Hauling Road

Penggunaan geogrid pada hauling road Arutmin


Desain Hauling Road

Penggunaan geogrid pada hauling road Arutmin


Desain Hauling Road

Penggunaan geogrid pada hauling road Arutmin


Desain Hauling Road

Penggunaan geogrid pada hauling road Arutmin


Slide Title

Add your text here

Terima Kasih
Slide Title
Add your text here

Anda mungkin juga menyukai