1. Nyaman dilalui
2. Mempunyai tingkat keselamatan dan keamanan yang tinggi
- Perencanaan geometri jalan sesuai standard
- Lebar mencukupi alat hauling yang lewat
- Profil hauling road memenuhi standard
- Grade Jalan memenuhi standard
- Mempunyai daya dukung sesuai beban dan
intensitas hauler yang lewat
- Memiliki bundwall yang cukup
3. Mempunyai sistim drainasi yang baik
4. Memiliki Sistim Pemeliharaan yang handal
Latar Belakang
Source : Engineering
data base 2013
KONSEP MAIN HAUL ROAD
Trial Compaction
Trial compaction diperlukan
untuk mengetahui nilai daya
dukung maksimum yang dapat
dicapai oleh suatu tanah dengan
variasi energi pemadatan suatu
compactor.
Pertambahan nilai daya dukung
oleh jumlah lintasan harus
dicermati agar dapat diperoleh
daya dukung yang maksimum
dar tanah yang digunakan untuk
subgrade.
Structural Design
Structural Design
Dynamic Cone Penetration Test (DCPT)
Apabila tanah tidak sesuai untuk subgrade, maka perlu dilakukan pelapisan
base coarse untuk meningkatkan daya dukung hauling road
Structural Design
Tanah yang hanya dalam kondisi kering nilai CBR memenuhi syarat
subgrade
Hubungan antara beban roda (P) dengan tekanan ban (p) dapat
disampaikan dalam persamaan:
P p. A (1)
Dalam desain tebal lapisan base coarse dengan cara yang disampaikan
oleh Giroud dan Han (2004a, 2004b), bidang kontak antara ban ken-
daraan dengan base coarse di idealisasikan sebagai lingkaran dengan
radius (jari-jari) adalah r, sehingga luas bidang kontak adalah:
(2)
A .r 2
Structural Design
Daya Dukung yang diperlukan Hauling Road
dengan menghubungkan persamaan (1) dengan (2), maka nilai radius bidang
kontak dapat dituliskan kembali dalam persamaan:
P (3)
r
.p
Apabila tebal base coarse adalah nol, maka daya dukung sub grade dapat
disampaikan dalam persamaan:
s 2 (6)
Ph 0 .r .N c .cu
fs
cu C .CBRsg (7)
Apabila format persamaan diubah, maka pada tebal base coarse adalah
nol, nilai Ph=0 dapat disampaikan dalam persamaan:
s (8)
Ph 0 .r 2 .N c . f C CBRsg
fs
Structural Design
s
Ph 0 .r 2 .N c . f C CBRsg
fs
Ada 3 komponen yang dapat menjadi pedoman dalam hitungan yaitu:
P 332,75 r = 0,373 m
r r
.p 3,14 x760
s
Ph 0 .r 2 .N c . f C CBRsg
fs
P 529,33 r = 0,5011 m
r r
.p 3,14 x760
b) gaya yang dapat didukung subgrade adalah:
835,80 r = 0,592 m
r
P r
.p 3,14 x760
s
Ph 0 .r 2 .N c . f C CBRsg
fs
Base coarse yang well graded akan mempunyai perilaku yang jauh lebih
baik dibandingkan dengan open graded mapupn excess fine
Base coarse dapat diperoleh dari produk crusher dengan screen untuk
menghasilkan beberapa gradasi
Functional Design
ASTM (American Society for Testing Materials) menerbitkan standard ASTM D
D 1241-00 Standard Specification for Materials for Subbase, Base and Surface
Coarse, yang menyampaikan 6 buah model gradasi yang terbagi dalam dua (2)
tipe gradasi yaitu: Gradasi tipe I terdiri dari gradasi A, B, C dan D, sedangkan
gradasi tipe II terdiri dari gradasi E dan F untuk bahan sub-grade, base coarse
maupun surface layer
100
90
80
70
Persen lolos (%)
60
50
40
30
20
10
0
0,010 0,100 1,000 10,000 100,000
Diameter (%)
Functional Design
Contoh gradasi base coarse yang memenuhi syarat
100% - 50 % = 50%
70% - 50 % = 20%
100%-50%-20% = 30%
Kemudian dari 3 produk tersebut dicampur dengan perbandingan berat yaitu; produk
saringan pertama sebesar 50%, produk saringan kedua sebasar (70%-50%) = 20%,
sedangkan produk ketiga yang < 2 mm sebesar 30%
Functional Design
PERKEMBANGAN DESAIN TEBAL BASE COARSE
Barenberg et al, (1975) membuat grafik hubungan antara tebal base
coarse berdasarkan kuat geser tanah subgrade
Functional Design
PERKEMBANGAN DESAIN TEBAL BASE COARSE
Giroud dan Noiray (1981) mengembangkan persamaan empiris untuk
desain tebal lapisan base coarse untuk unpaved road berdasarkan data
uji lapangan yang dilakukan oleh Hammit (1970).
Functional Design
PERKEMBANGAN DESAIN TEBAL BASE COARSE
Giroud dan Han (2004a, 2004b) menyampaikan desain tebal
perkerasan base coarse untuk jalan tidak dilapisi aspal (unpaved road)
yang telah mempertimbangkan beberapa aspek seperti:
- distribusi tegangan pada lapis perkerasan dan tanah,
- kekuatan bahan base coarse,
- interlocking antara aggregate base coarse dengan geosintetik,
- dan kekuatan (stiffness) geosintetik,
r
1,26 0,96 1,46 J log N
h h P
1 r
.r .m.N c .cu
2
fE
dengan h :
tebal base coarse (m),
r :
radius teoritis bidang kontak antara ban dan base coarse
J :
apperture stability modulus dari geogrid,
N :
jumlah lalu lintas harian,
fE :
faktor rasio modulus,
P :
beban roda (kN)
m :
koefisien mobilitas daya dukung (bearing capacity
mobilization modulus
Nc : faktor daya dukung (bearing capacity factor),
cu : undrained shear strength tanah dasar (kPa)
Functional Design
BASE COARSE
DESAIN TEBAL BASE COARSE (Giroud & Han, 20041, 2004b)
f E 1 0,204RE 1
E 3,48.CBRbc0,3
R E min bc ,5,00 min ,5,00
E CBR
sg sg
s r
n
m 1 . exp
f s h
Hal yang perlu diingat dalam desain tebal base coarse dengan
menggunakan metoda yang dikembangkan oleh Giroud dan Han (2004a,
2004b) adalah:
a. Persamaan hitungan tebal base coarse berlaku untuk desain hauling
road dengan dan tanpa perkuatan geosintetik yang dalam hal ini adalah
geogrid,
b. Apabila desain tanpa perkuatan geogrid, maka parameter J = 0, dan
faktor daya dukung (bearing capacity factor) Nc nilainya adalah 3,14
c. Apabila desain dengan perkuatan geogrid, maka parameter J
disesuaikan dengan modulus geogrid yang digunakan, dan faktor daya
dukung (bearing capacity factor) Nc nilainya adalah 5,71.
Functional Design
TREAD CHIPING
TREAD CHIPING
Maintenance Design
Dampak kerusakan jalan terhadap performa tyre.
BOULDER/SPILAGE
spoil
Maintenance Design
Monitoring kecukupan lebar hauling road
Maintenance Design
Monitoring surface hauling road (rutting)
Maintenance Design
Monitoring surface hauling road (corrugated)
Maintenance Design
Monitoring surface hauling road (potholes)
Maintenance Design
Monitoring sistim drainasi hauling road
Hauling road harus segera bebas dari air pada saat hujan agar
air tidak meresap kedalam badan jalan yang dapat menurunkan
daya dukung secara dratis. Kecepatan aliran permukaan jauh
lebih besar dari peresapan air kedalam tanah/subgrade
Maintenance Design
Monitoring sistim drainasi hauling road
Maintenance Design
Monitoring sistim drainasi hauling road
Maintenance Design
Apa ukuran kuantitatif tingkat kebaikan jalan ???
Maintenance Design
Nilai URCI (Referensi)
Maintenance Design
Nilai URCI (Unsurface Road Condition Index)
Maintenance Design
Nilai URCIdiperoleh dengan menetapkan nilai pengurang (DeductValue)
Nilai Deduct value ditetapkan dengan menggunakan grafik hubungan density, Severity level dan
deductvalueuntuk masingmasing kerusakan.
Maintenance Design
Nilai URCI (Unsurface Road Condition Index)
90
1. Impropercrosssection
2. Inadequateroadsidedrainage
3. Corrugation
4. Dust
5. Potholes
6. Rutting
7. Looseagregate (exspoil,boulder)
Defectscore<<
HaulRoadDefectscore TotalDeductValue(TDV)
Maintenance Design
Ilustrasi Pencapaian URCI 90% apabila hanya road surface mengalami defect
100 m
140 m
1000 m
ImproperCrosssection(LOW)
Maintenance Design
Ilustrasi Pencapaian URCI 90% apabila hanya drainasi mengalami defect
100 m
1000 m
260 m
Inadequatedrainage(HIGH)
Aplikasi Geosintetik pada Main Haul Road
Desain Hauling Road
Pada region 1, tanah sub-grade yang mempunyai nilai CBR kurang dari
1%, kondisi tanah sangat lunak dan hanya mempunyai kuat geser pada
kondisi tak-terdrainasi (undrained shear strength) kurang dari 10 kPa
(0,10 kg/cm2), maka geotextile yang berfungsi sebagai separator
juga harus dapat berfungsi sebagai perkuatan (reinforcement),
sehingga pemilihan geotextile sebagai separator harus dilakukan
dengan cara geotextile sebagai reinforcement. Desain Badan Jalan di
atas Tanah Lunak dengan Perkuatan Geotextile). Geotextile harus
mempunyai kekuatan (strength) dan nilai kekakuan (stiffness) yang
cukup agar tidak terjadi longsor lokal (local slide). Jenis geotextile
yang memenuhi kriteria ini adalah jenis woven (anyaman) atau struktur
komposit geogrid yang dikombinasikan dengan geotextile jenis non
woven (nir-anyam) seperti berikut.
Desain Hauling Road
Faktor Internal
a) Jenis geotextile (anyam dan nir-anyam)
b) Sifat hubungan regangan-tegangan (stress-strain relation)
c) Creep characteristics (karakteristik rayapan)
d) Time to fracture
e) Kondisi lingkungan (biological and environment resistant)
f) Bahan timbunan
Faktor External
a) Mechanical damage
Desain Hauling Road
Region 1, Geotextile sebagai perkuatan diatas tanah lunak
FAKTOR INTERNAL
Geotextile anyam
Geotextile nir-anyam
Desain Hauling Road
Region 1, Geotextile sebagai perkuatan diatas tanah lunak
FAKTOR INTERNAL
b) Stress-strain characteristic of fabric (Risseuw, 1984)
Desain Hauling Road
Region 1, Geotextile sebagai perkuatan diatas tanah lunak
FAKTOR INTERNAL
C) Creep Characteristics (Enka, 1985)
1 1 1 1
Pall Pc . . .
f d fenv f m fc
Pall : allowable design strength
Pc : ultimate breaking strength with
respect to time and extension
fd : reduction factor for mechanical
damage
fenv : reduction factor for environment
and bacterial attack
fm : factor for extrapolation deviation
fc : factor of safety
Desain Hauling Road
Region 1, Geotextile sebagai perkuatan diatas tanah lunak
Apabila tanpa perkuatan geotextile
Desain Hauling Road
Region 1, Geotextile sebagai perkuatan diatas tanah lunak
SOLUSI: Timbunan jalan diatas landasan kayu (corduroy)
Desain Hauling Road
Region 1, Geotextile sebagai perkuatan diatas tanah lunak
SOLUSI: Perkuatan dengan geotextile
Desain Hauling Road
Region 1, Geotextile sebagai perkuatan diatas tanah lunak
Limit Equilibrium
Broms (1977), Fowler (1982), Jewell (1982), Houlsby and Jewell (1988),
Hird and Jewell (1990)
Finite Element
Bell et al (1977), Brown and Poulos (1980), Rowe (1982), Rowe and
Soderman (1987)
Desain Hauling Road
Region 1, Geotextile sebagai perkuatan diatas tanah lunak
Metoda Keseimbangan Batas (limit Equilibrium)
Desain Hauling Road
Region 1, Geotextile sebagai perkuatan diatas tanah lunak
Idealisasi Kuat geser Tanah (Su)
req.intstab Pfill
Desain Hauling Road
Region 1, Geotextile sebagai perkuatan diatas tanah lunak
STABILITAS INTERNAL
c u .N c
h m ax
.F S
Daya dukung tanah lunak dihitung dengan Tabel Pilot (1976) chart, dan tinggi
maksimum timbunan tanpa perkuatan dapat dihitung dengan persamaan
Desain Hauling Road
Region 1, Geotextile sebagai perkuatan diatas tanah lunak
STABILITAS PONDASI
req. fdtn
W.c S a b.FS
a
req. fdtn Pa Pp S
Pa 12 . s .D2 2.Su0.D.h.D
Pp 12 . s .D 2 2.S u 0 .D
S Su o .n.h
Desain Hauling Road
Region 1, Geotextile sebagai perkuatan diatas tanah lunak
STABILITAS KESELURUHAN
Pola keruntuhan rotasi
FSPfill a h 3 W.c Sa b
req.ovrstab
a
Desain Hauling Road
Region 1, Geotextile sebagai perkuatan diatas tanah lunak
STABILITAS KESELURUHAN
Pola keruntuhan translasi
req.ovrstab Pfill Pa Pp S
Desain Hauling Road
Region 1, Geotextile sebagai perkuatan diatas tanah lunak
Contoh Kasus
Desain Hauling Road
Region 1, Geotextile sebagai perkuatan diatas tanah lunak
Contoh Kasus
Karakteristik penurunan dari evaluasi uji konsolidasi
Consolidation pressure (kPa)
-10
-20
first layer
second layer fill pressure
-30 third layer
Desain Hauling Road
Region 1, Geotextile sebagai perkuatan diatas tanah lunak
Contoh Kasus
req. fdtn
W .c S a b.FS
a
req.fdtn = 198.85 kN/m
Desain Hauling Road
Region 1, Geotextile sebagai perkuatan diatas tanah lunak
Contoh Kasus
FSPfill a h 3 W .c S a b
req.ovrstab
a
Dari hasil analisis tersebut diatas, tegangan tarik geotextile yang diper-
lukan untuk stabilitas konstruksi timbunan diatas tanah lunak di pulau
Setoko dan Nipah adalah 272.80 kN/m.
Desain Hauling Road
Region 1, Geotextile sebagai perkuatan diatas tanah lunak
Contoh Kasus
5
extra embankment
Em bankm ent (m )
4
3
final elevation
2
1
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
-1
S (m )
-2
Working day remaining settlement
Desain Hauling Road
Region 1, Geotextile sebagai perkuatan diatas tanah lunak
Contoh Kasus
Desain Hauling Road
Region 1, Geotextile sebagai perkuatan diatas tanah lunak
Contoh Kasus
Desain Hauling Road
Region 1, Geotextile sebagai perkuatan diatas tanah lunak
Contoh Kasus
Region 2,
GEOTEXTILE SEBAGAI PERKUATAN DIATAS
TANAH LUNAK
Desain Hauling Road
Region 2, Geotextile sebagai perkuatan diatas tanah
lunak
Terima Kasih
Slide Title
Add your text here