Modul – 8
Assessment – SO c-2
Class discussion
Exercises
2
Sub Pokok Bahasan
Badan Jalan Rel Drainase
Fungsi Tanah Dasar Kegunaan & Jenis
Persyaratan Bahan Drainase Permukaan
Timbunan Drainase Bawah Permukaan
Galian & Kondisi Asli Drainase Lereng
Drainase di Emplasmen
Tanah Dasar (Subgrade)
Bagian struktur bawah sebagai pendukung penyebaran
dan penerusan beban dinamik kereta api
Perjalanan KA aman
4
Tanah Dasar (Subgrade)
Fungsi Subgrade:
mendukung beban yang diteruskan oleh balas
meneruskan beban lapisan dibawahnya (badan jalan, rel)
memberikan landasan yang rata pada kedudukan/
ketinggian/elevasi di tempat balas akan diletakkan
Persyaratan Bahan Tanah Dasar
6
Tekanan Vertikal pada Tanah Dasar
Clarke, 1957 (dalam Bureau of Transport Economic, 1980), dengan asumsi
bahwa beban didistribusikan dengan kemiringan 1:1 tekanan vertikal
ditentukan dengan persamaan pendekatan :
B L
z 2 Pa
( B 2.z )( L 2.z )
dengan :
z = tekanan vertikal pada kedalaman z (kPa)
Pa = tekanan kontak rerata antara bantalan dengan bala (kPa)
z = kedalaman tanah dasar (dalam hal ini sama dengan tebal lapisan balas, diukur
dari bidang kontak antara bantalan dengan balas (m)
B = lebar bantalan (m)
L = panjang bantalan di bawah rel (m)
Tekanan Vertikal pada
Permukaan Atas Tanah Dasar
Schramm (1961), tekanan vertikal ditentukan oleh : tekanan rerata di bawah
dudukan rel (rail seat), panjang bantalan, lebar rel, jarak antara bantalan,
tebal lapisan balas, dan sudut gesek internal bahan balas, yang diwujudkan
dalam persamaan :
1,5(l g ) B
z Pr
3(l g ) Bz tg
dengan :
z = tekanan vertikal pada kedalaman z (kPa)
Pr = tekanan rerata dibawah dudukan rel (rail seat) (kPa)
l = panjang bantalan (m)
g = jarak bantalan (m)
B = lebar bantalan (m)
Z = tebal lapisan balas (m)
θ = sudut gesek internal bahan balas (0)
8
Sudut Gesek Internal
Schramm (1966) sudut gesek internal pada bahan berbutir kasar,
permukaan kasar dan kering adalah sekitar 400, dan bahan balas yang
berbutir halus, berpermukaan halus dan basah adalah sekitar 30°.
AREA (1997) tekanan yang terjadi pada tanah dasar dihitung dengan
persamaan :
pc 16,8 pa / h1, 25
dengan :
pc = tekanan yang terjadi pada tanah dasar (psi)
pa = tekanan yang didistribusikan oleh bantalan kepada balas (psi)
h = tebal lapisan balas (inch)
Perancangan Tanah dasar
Perancangan harus dikaitkan dengan perancangan balas
Salem dan Hay (1966) untuk mendapatkan distribusi
tekanan yang lebih seragam, dibutuhkan lapisan balas
yang lebih tebal untuk mencegah terjadinya penurunan
diferensial (differential settlement) yang berlebih dan
mencegah terjadinya cekungan pada tanah dasar dibawah
bantalan.
Ketentuan PT. Kereta Api (persero) kuat dukung tanah
dasar (nilai CBR) minimum 8%, dengan tanah dasar
setebal minimum 30 cm.
Tanah dasar harus mempunyai kemiringan ke arah luar
sebesar 5%, dan harus mencapai kepadatan 100%
kepadatan kering maksimum.
10
Badan Jalan Rel pada Tanah Asli
11
Badan Jalan Rel pada Timbunan
12
Badan Jalan Rel pada Tanah Galian
13
Sumber: Skysrcapercity.com
14
Proyek Double Track Cirebon-Kroya
Sumber: Skysrcapercity.com
15
Sumber: Skysrcapercity.com
16
Proyek Double Track Cirebon-Kroya
Sumber: Skysrcapercity.com
17
Sumber: Skysrcapercity.com
18
Proyek Double Track Cirebon-Kroya
Sumber: Skysrcapercity.com
19
Sumber: Skysrcapercity.com
20
Proyek Double Track Cirebon-Kroya
Sumber: Skysrcapercity.com
21
Sumber: Skysrcapercity.com
22
Proyek Double Track Cirebon-Kroya
Sumber: Skysrcapercity.com
23
Sumber: Skysrcapercity.com
24
Proyek Double Track Cirebon-Kroya
Sumber: Skysrcapercity.com
25
Sumber: Skysrcapercity.com
26
Proyek Double Track Cirebon-Kroya
Sumber: Skysrcapercity.com
27
Sumber: Skysrcapercity.com
28
Proyek Double Track Cirebon-Kroya
Sumber: Skysrcapercity.com
29
Sumber: Skysrcapercity.com
30
Hubungan tekanan pada tanah dasar
dengan balas cair, dan mud pamping
(Sumber : Japan Railway Technical Service)
31
Hubungan tegangan pada tanah dasar
dengan CBR, dan mud pamping
(Sumber : Japan Railway Technical Service)
32
Badan Jalan Rel
Badan jalan rel merupakan konstruksi geoteknik yang
memikul beban yang diberikan oleh tanah dasar
kepadanya. Badan jalan rel terbuat dari :
bahan dalam keadaan asli
bahan yang diperbaiki
bahan buatan
Berdasarkan letaknya secara umum dapat berada
didaerah dataran, perbukitan atau pegunungan.
Untuk mendapatkan elevasi yang diperlukan, badan jalan
rel dapat berupa timbunan, galian, atau kondisi asli.
33
Timbunan
Timbunan dibuat untuk menaikkan
permukaan tanah sehingga mencapai
ketinggian/eleveasi yang sesuai.
Timbunan terdiri atas :
timbunan
fondasi timbunan
Syarat timbunan :
mampu menopang beratnya sendiri
dan beban diatasnya dengan aman
penurunan yang terjadi masih
dalam batas yang dapat diterima
mampu mempertahankan bentuk
timbunan
mampu mempertahankan sifat‐
sifat tekniknya
34
Batasan Syarat Timbunan
Tebal bagian atas timbunan minimum 100 cm, terbuat
dari bahan yang lebih baik dari bahan bagian dibawahnya
Lebar permukaan atas mempunyai berm minimum
selebar 1,50 meter
Jika penurunan lebih dari 50 cm, maka perlu dilakukan
perbaikan (improvement) pada bahan timbunannya
Angka keamanan lereng terhadap longsor minimum 1,50
Kepadatan minimum timbunan : 95% dari kepadatan
kering maksimum
Permukaan atas timbunan terletak minimum 75 cm diatas
elevasi muka air tanah tertinggi
Jika tinggi timbunan lebih dari 6,0 meter setiap
ketinggian 6,0 meter harus dibuat berm minimum 1,5 m.
35
Batasan Syarat Timbunan
Jika tinggi timbunan lebih dari 5,0 meter lereng perlu
dibuat terpatah, semakin ke bawah semakin landai
(Subarkah, 1981). Besarnya kemiringan (sudut) lereng
timbunan tergantung pada jenis bahan timbunan yang
digunakan.
36
Analisis Perancangan Timbunan
Perancangan timbunan harus mengikut‐sertakan
analisis :
kuat dukung
fondasi timbunan
stabilitas terhadap
longsor
penurunan
37
Kuat Dukung Fondasi Timbunan
Standar perancangan PT. Kereta Api (persero) : tinggi timbunan yang
dirancang harus memenuhi persyaratan :
ht ≤ 1,67 qu/γt
dengan :
ht : tinggi timbunan
qu : kuat tekan bebas (unconfined),
γt : berat unit bahan timbunan
39
Pra‐Perancangan
Stabilitas terhadap longsor di hitung menggunakan
metode Taylor. Pada timbunan yang terbentuk dari
bahan yang homogen dan bentuk lerengnya
sederhana:
stabilitas terhadap longsor untuk tanah kohesif
(cohesive soil) dihitung menggunakan bantuan
diagram stabilitas lereng tanah kohesif
stabilitas terhadap longsor untuk tanah berpasir
(sandy soil) menggunakan diagram stabilitas lereng
tanah berpasir
40
Pra‐Perancangan
Tanah Kohesif
Tanah kohesif dapat dihitung menggunakan diagram
stabilitas lereng tanah kohesif. Pada cara ini
digunakan Faktor Kedalaman (nd) yang diperoleh
dari formula :
H D
nd
H
dengan:
nd : factor kedalaman
H : ketinggian timbunan (m)
D : kedalaman lapisan fondasi (m)
41
Pra‐Perancangan
Tanah Kohesif
Kohesi yang diperlukan untuk stabilitas lereng (Cd)
diperoleh dari :
b H
Cd
Ns
dengan:
Cd : kohesi yang diperlukan untuk stabilitas timbunan (t/m2)
γb : berat unit (t/m3),
Ns : faktor stabilitas (stability factor)
42
Pra‐Perancangan
Tanah Kohesif Diagram stabilitas lereng tanah
kohesif memberikan hubungan
Diagram stabilisasi lereng: antara ketinggian timbunan,
kemiringan lereng (β), dan kohesi
yang diperlukan untuk stabilitas
lereng (Cd) pada faktor kedalaman
(nd) yang ada.
Pada pra‐perancangan, jika tinggi
timbunan (H), kedalaman fondasi
(D), kemiringan lereng (β) baik
dalam derajat (˚) atau %, dapat
diperoleh faktor stabilitasnya (Ns)
pada faktor kedalaman yang
relevan.
Dengan diperolehnya faktor
stabilitas (Ns), apabila berat unit
tanah (γb) diketahui, maka kohesi
yang diperlukan untuk stabilitas
lereng timbunan (Cd) dapat
dihitung.
43
Pra‐Perancangan
Tanah Kohesif
Angka keamanan (factor of safety) timbunan
dihitung menggunakan formula dan ketentuan :
C
Fc 1,3
Cd
dengan :
Fc : angka keamanan
C : kohesi tanah (t/m2)
Cd : kohesi yang diperlukan untuk stabilitas lereng (t/m2)
44
Pra‐Perancangan
Tanah Berpasir Stabilitas timbunan yang terbuat
dari tanah berpasir (sand oil)
Diagram stabilisasi lereng: dapat dihitung dengan diagram
stabilitas lereng tanah berpasir.
Diagram tersebut memberikan
hubungan antara faktor stabilitas
(Ns), kemiringan lereng (β) baik
dalam derajat (˚) atau % pada
sudut gesek internal (Φ) yang ada.
Apabila tinggi timbunan (H),
kemiringan lereng (β) baik dalam
derajat (˚) atau % dapat diperoleh
faktor stabilitasnya (Ns) pada sudut
gesek internal yang relevan.
Dengan diperoleh faktor stabilitas
(Ns) dan diketahuinya berat unit
tanah (γb), maka kohesi yang
diperlukan untuk stabilitas lereng
timbunan (Cd) dapat dihitung.
45
Pra‐Perancangan
Tanah Berpasir
Angka keamanan (factor of safety) timbunan
berpasir dapat dihitung menggunakan formula
dan ketentuan :
C
Fc 1,3
Cd
dengan :
Fc : angka keamanan
C : kohesi tanah (t/m2)
Cd : kohesi yang diperlukan untuk stabilitas lereng (t/m2)
46
Analisis Stabilitas Lereng
Stabilitas lereng dapat dianalisis
menggunakan Metode Irisan
(Method of slices)
Analisis stabilitas menggunakan
metode irisan, digunakan asumsi
bahwa permukaan longsoran
berbentuk bagian dari lingkaran.
Pada bagian lereng yang longsor
diiris menjadi beberapa segmen,
yang masing‐masing mempunyai
berat sendiri‐sendiri.
47
Analisis Stabilitas Lereng
Formula yang digunakan untuk menghitung
stabilitas lereng :
48
Penurunan Timbunan
Jenis penurunan timbunan :
penurunan pada timbunan,
penurunan pada fondasi timbunan.
kedua penurunan tersebut, dapat dihitung dengan persamaan :
Cc.H po p
S log
1 eo po
dengan:
S : Penurunan
Cc : indeks pemampatan (compression index)
H : panjang pengaliran ;
H = D untuk pengaliran satu arah
H = ½ D untuk pengaliran 2 arah
D : tebal lapisan yang ditinjau
eo : angka pori mula‐mula
po : tekanan mula‐mula akibat beban timbunan diatasnya (overburden)
Δp : pertambahan tekanan vertikal
49
Penurunan Timbunan
Apabila bahan timbunan/fondasi timbunan merupakan bahan
geoteknik yang berlapis penurunannya di hitung lapis demi lapis
kemudian dijumlahkan, dihitung dengan persamaan :
Cc.H po p
St log
1 eo po
dengan:
St : penurunan total (penjumlahan dari penurunan masing‐masing lapisan
yang ditinjau)
50
Galian dan Kondisi Asli
Syarat fondasi pendukung tanah dasar :
mampu mendukung beban diatasnya
penurunan yang terjadi masih dapat diterima
mampu mempertahankan sifat‐sifat tekniknya
Perbaikan Tanah
Perbaikan bahan geoteknik pada tanah dasar atau
badan jalan rel digunakan untuk memperbaiki
sifat‐sifat fisik dan geotekniknya dengan cara
menambahkan bahan tambah (additive) maupun
menggunakan geotextile.
Perbaikan menambahkan bahan Perbaikan menggunakan bahan
aditif (semen) geotextile 52
Cara Perbaikan Tanah
Cara Perbaikan Diskripsi Kegunaan Penggunaan
53
DRAINASE JALAN REL
54
Drainase Jalan Rel
Sistem pengaliran/pembuangan air di suatu
daerah jalan rel, baik secara gravitasi maupun
dengan menggunakan pompa, agar tidak terjadi
genangan air.
55
Kegunaan dan Jenis Drainase
Drainase dibuat dengan maksud :
Tidak terjadi genangan air, sehingga tidak terjadi
pengembangan tanah dan menghindari terjadinya
pemompaan butir‐butir halus (pumping effect)
Mencegah atau mengurangi air terhadap konsistensi
tanah, sehingga badan jalan rel tetap kokoh
Lalu lintas kereta api tidak terganggu
56
56
Kategori Drainase Jalan Rel
Drainasi Memanjang
(side-ditch)
Drainasi Permukaan
(surface drainage)
Drainasi Melintang
(cross-drainage)
Selokan Punggung
Selokan Tengah
Drainasi Lereng
(slope drainage) Selokan Penangkap
Drainasi Kombinasi
57
Drainase Permukaan
58
Data yang Diperlukan untuk
Perencanaan dan Perancangan
Untuk membuat perencanaan sistem dan
perancangan drainase permukaan, diperlukan data :
Curah hujan
Topografi
Tata guna lahan setempat
Sifat/karakteristik tanah setempat
59
Bentuk Drainase
Drainase memanjang : berupa saluran terbuka atau
saluran tertutup. Bentuk potongan melintangnya
berbentuk :
Trapesium
Kotak atau persegi
Segitiga
Busur lingkaran
61
Bahan untuk Drainase
Saluran drainase harus tahan terhadap :
karakteristik/kondisi setempat yang dapat merusak
saluran
gaya‐gaya yang akan bekerja pada saluran
topografi dan sifat/karakteristik tanah setempat
63
Bahan & Kecepatan Perancangan
Kecepatan perancangan
Bahan
(m/detik)
Beton 0,6 – 3,0
Aspal 0,6 – 1,5
Pasangan batu/bata 0,6 – 1,8
Kerikil, atau lempung yang
0,6 – 1,0
sangat kompak
Pasir kasar, atau tanah
0,3 – 0,6
berkerikil atau berpasir
Lempung dengan sedikit pasir 0,2 – 0,3
Tanah berpasir halus, atau
0,1 – 0,2
berlanau
64
Perancangan Saluran Terbuka
Syarat perancangan terbuka :
dimensi penampang/potongan melintang harus cukup
besar untuk membuang air yang ada dipermukaan.
apabila dari perhitungan yang dilakukan telah diperoleh
tinggi air perancangan tinggi saluran masih harus
ditambah dengan ambang bebas (free board) yang
penentuannnya berdasarkan pada loncatan air
hidraulik ditambah dengan ambang tambahan
minimum 15 cm.
koefisien kekasaran saluran ditentukan berdasarkan
atas jenis permukaan salurannya.
65
Tinggi Air & Ambang Bebas
66
Saluran Terbuka
Saluran terbuka di Stasiun Padang
Saluran dengan penutup beton
Saluran terbuka dan penggerak wesel,
tidak diperbolehkan
67
Saluran Terbuka
Saluran terbuka di Stasiun Lempuyangan
Drainase bentuk trapesium Drainase bentuk trapesium dengan
dengan dinding beton dinding pasangan batu
68
Koefisien Kekasaran Saluran
Bahan saluran Permukaan saluran Koefisien kekasaran
Debit Air
Besarnya debit air yang harus dibuang
dengan sistem drainase permukaan
bergantung pada :
luas daerah yang aliran airnya akan
menuju jalan rel
intensitas hujan daerah setempat
koefisien pengaliran daerah setempat
70
Perancangan Saluran Melintang
yang harus diperhatikan :
tinggi timbunan
bentuk timbunan
bentuk saluran
ketinggian air
debit aliran
Pemeliharaan
71
Perancangan Saluran Melintang
Syarat perancangan saluran melintang dan gorong‐gorong :
Jika saluran melintang bertemu dengan saluran memanjang,
pada pertemuan tersebut harus dipasang bak penampung
tanah (sand trap).
Tanah di sekeliling bidang saluran melintang harus
dipadatkan dengan baik dan benar.
Untuk kemudahan dalam pemeliharaan, minimum ukuran
diameter saluran adalah 60 cm.
Tidak boleh terjadi kebocoran atau rembesan air, baik
karena bahan atau sambungan.
72
Saluran Melintang
Gorong‐gorong di area Stasiun Lempuyangan
73
Saluran Melintang
Gorong‐gorong di area Stasiun Jember
Drainase Melintang
di bawah wesel
74
Drainase Bawah Permukaan
Drainase bawah permukaan jalan rel
dimaksudkan untuk menjaga elevasi muka air
tanah tidak mendekati permukaan tanah tempat
badan jalan rel berada.
75
Perancangan Drainase Bawah Permukaan
Ketebalan bagian badan jalan rel dengan tebal
minimum 75 cm dari dasar balas harus selalu
dalam keadaaan kering.
Drainase bawah permukaan untuk menurunkan
permukaan air tanah 76
Drainase Bawah Permukaan
Drainase bawah permukaan di Stasiun Padang
Drainase bawah permukaan
berpotongan dengan
gorong‐gorong
77
Konstruksi Drainase Bawah Permukaan
78
Diameter Penentuan Partikel Bahan Filter
79
Konstruksi Drainase Bawah Permukaan
80
Drainase Lereng
81
Jenis Drainase Lereng
selokan punggung : berupa saluarn terbuka
yang memanjang dipunggung lereng
selokan tengah : berupa saluran terbuka yang
memanjang di tengah lereng
selokan penangkap : berupa saluran terbuka
yang memanjang di kaki lereng
Drainase kombinasi : kombinasi antara
drainase tegak lurus dan drainase miring
Penggunaan jenis‐jenis dan letak drainase
lereng tergantung pada kondisi setempat
82
Drainase Lereng
Potongan Melintang
83
Drainase Lereng
Tampak Atas
84
Drainase Lereng
Terowongan saksaat, Jawa Barat
Drainase diantara
dua lereng terjal
85
Bahan & Kemiringan Drainase Lereng
Bahan yang untuk drainase lereng sama seperti
yang digunakan pada drainase permukaan.
Kemiringan :
kemiringan saluran harus sedemikian sehingga
kecepatan aliran tidak merusak saluran
penetapan kemiringan saluran harus
memperhatikan bahan yang digunakan dan
kecepatan aliran yang diijinkan.
86
Drainase di Emplasmen
87
Drainase di Emplasmen
89
Drainase di Emplasmen
Drainase di Emplasmen Stasiun Lempuyangan (Yogyakarta)
90
Drainase di Emplasmen
Drainase di Emplasmen Stasiun Kertapati (Palembang)
Saluran terbuka diantara 2 track
91
Drainase di Emplasmen
Drainase di Emplasmen Stasiun Jember
Pipa Drainase diantara 2 track
92
Drainase di Konstruksi Underpass
Drainase di Konstruksi Underpass
Drainase di Konstruksi Underpass
Aliran Air dari
Dinding Penahan Tanah
Kondisi Tahun 2016
98
Awal Turunan Underpass
dan Saluran Inlet
Kondisi Tahun 2016
99
103
Drainase di Konstruksi Underpass
1. Class discussion
2. Specific exam problems
105
Terima Kasih
106