15
dipergunakan adalah nilai CBR lapis teratas tanah dasar. Apabila semakin kuat
tanah dasar semakin meningkat maka persamaan di atas tidak berlaku. Nilai CBR
efektif tanah dasar hendaknya tidak kurang dari 6% dan menyesuaikan dengan
ketentuan CBR rencana stabilisasi tanah dasar MDP 2017.
1.9.2. Tanah Lunak
Perkerasan kaku sebaiknya tidak digunakan di atas tanah lunak, kecuali jika
dibangun dengan fondasi micropile. Apabila harus dibangun di atas tanah lunak,
maka fondasi perkerasan tanah lunak harus terdiri atas penggalian dan penggantian
seluruh tanah lunak atau lapis penopang dengan nilai CBR yang tidak lebih dari
Gambar 1.2. Selain itu, bila tanah lunak tidak diganti seluruhnya, timbunan harus
tidak lebih tinggi dari Gambar 1.3. dan batasan perbedaan penurunan Tabel 1.2.
16
Gambar 1.2. CBR maksimum tanah dasar untuk perkerasan kaku di atas tanah
lunak
Gambar 1.3. Tinggi minimum permukaan akhir dari permukaan tanah lunak untuk
membatasi terjadinya deformasi plastis di bawah sampungan pelat
Catatan:
a. Ketinggian timbunan yang ditentukan Gambar 1.2 dan Gambar 1.3.
adalah ketinggian minimum.
17
b. Untuk penyesuaian kemiringan atau super elevasi permukaan dan variasi
pelaksanaan, level permukaan perkerasan harus dinaikkan relatif
terhadap nilai yang diperoleh dari Gambar 1.2 dan Gambar 1.3.
c. Persyaratan deformasi plastis yang berlaku untuk pelat beton dengan
sambungan dan tidak berlaku untuk: (i) pelat beton menerus dengan
tulangan; (ii) pelat beton jenis post tensioned; (iii) pelat beton dengan
sambungan dengan fondasi micro piling atau cakar ayam.
1.9.3. Deformasi Plastis di Bawah Beban Dinamis
Deformasi plastis pada tanah dasar di bawah sambungan perkerasan kaku
(JPCP atau JRCP) dapat menimbulkan rongga yang pada masa pelayanan
perkerasan harus ditutup (dengan undersealing atau mud jacking). Dengan kata lain,
perkerasan kaku cenderung rentan rusak dini, sehingga program pemeliharaan
berkala mencakup penutupan rongga. Hal ini diakibatkan oleh perbedaan distribusi
Deformasi plastis pada tanah dasar di bawah sambungan perkerasan kaku (JPCP
atau JRCP) dapat menimbulkan rongga yang pada masa pelayanan perkerasan harus
ditutup (dengan undersealing atau mud jacking). Dengan demikian, perkerasan
kaku pada timbunan di atas tanah lunak rentan mengalami kerusakan dini sehingga
program pemeliharaan berkala harus mencakup undersealing dan lapis tambah.
18
1.10. Contoh Desain Timbunan
Jalan raya di atas tanah lunak jenuh, pada permukaan tanah asli, kumulatif
beban lalu lintas 40 tahun= 200 juta ESA, muka air tanah efektif pada level
permukaan (tipikal daerah persawahan), muka air banjir rencana 10 tahunan = 500
mm di atas muka tanah, super elevasi 5%, lebar perkerasan 7000 mm, jenis
perkerasan: beton.
Tetapkan tinggi minimum timbunan (mm)
Penyelesaian:
19
c) Persyaratan tinggi minimum di atas muka air tanah yang : 800
dilengkapi dengan lapis drainase
Perkiraan penurunan setelah konstruksi : 100
Tebal lapis drainase : 150
Perbedaan tinggi super elevasi : 350
Total : 1400
20
2. Desain Perkerasan
21
2.2.1. Prosedur Desain
Tipikal sistem perkerasan lentur berdasarkan pendekatan mekanistik
ditunjukkan pada Gambar 2.1.
22
Gambar 2.2. Prosedur desain perkerasan lentur pendekatan mekanistik
Dengan,
N = jumlah repetisi izin beban
= regangan tarik akibat beban (microstrain)
Vb = volume aspal dalam campuran (%)
Smix = modulus campuran aspal (MPa)
RF = faktor reliabilitas (Gambar 2.1.)
23
b. Retak lelah lapis berpengikat semen
Hubungan antara regangan tarik dan jumlah repetisi beban untuk
campuran berpengikat semen dengan modulus antara 2.000 – 10.000
MPa (CTB pada kondisi pre-cracking) dinyatakan dengan persamaan
berikut.
Dengan,
N = jumlah repetisi izin beban
= regangan tarik akibat beban (microstrain)
E = modulus bahan berpengikat semen
RF = faktor reliabilitas (Gambar 2.2.)
c. Deformasi permanen
Regangan yang diakibatkan oleh beban lalu lintas tidak semua
bersifat elastik murni (recoverable). Dalam hal ini, besaran regangan
elastik berbanding langsung dengan besaran regangan plastik. Pada tanah
dasar, akumulasi regangan plastik akan menjadi deformasi permanen.
Di sisi lain, regangan elastik akan meningkat bila semakin dekat
dengan permukaan perkerasan. Sehingga, pengendalian regangan tekan
elastik dapat pula mengendalikan regangan plastik. Model pembatasan
regangan pada tanah dasar sebagai pengendali kinerja berdasarkan
kriteria deformasi permanen adalah persamaan berikut.
24