Anda di halaman 1dari 19

4.

2 URAIAN MATERI II : PEMBEBANAN, BAHAN PERKERASAN KAKU


( RIGID PAVEMENT) JALAN
Pembebanan adalah berat suatu benda atau konstruksi yang bersifat tetap atau
bergerak pada benda permukaan bidang dari material yang memiliki elastisitas bahan,
regangan bahan, tegangan bahan, dan kemampuan adpatif terhadap pengaruh lingkungan
lainnya cuaca angin, gempa yang terus menerus memberikan aksi pada material sesuai
umur layan material.

4.2.1 Macam Posisi Pembebanan Pada Perkerasan Beton


Pada bidang perkerasan jalan beton terdapat 3 (tiga) posisi pembebanan yang akan
terjadi pada bidang konstruksi perkerasan beton atau beton kaku yang mengakibatkan
tegangan, regangan dan lendutan pada konstruksi perkerasan beton, posisi pembebanan
tersebut adalah :
1. Pembebanan Posisi di Tepi Konstruksi Perkerasan.
Beban yang berada ditepi bentang terpendek plat beton sebagai perkerasan kaku,
tegangan dan besarnya defleksi dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut
(Huang. YH. 1993)

Dimana :
0,803 𝑃 𝑙 𝑙
Tegangan 𝜎𝑒 = [4 log ( ) + 0,666 ( ) − 0,034]
ℎ2 𝑎 𝑎
0,431 𝑃 𝑎
Defleksi ∆𝑐 = [1 − 0,349 ( )]
𝑘𝑙2 𝑙
Dimana:
σc = Tegangan tekan yang terjadi akibat beban sumbu kendaraan (Psi)
P = Beban sumbu ( lb.)
h = Tebal plat beton ( inc )
l = Panjang bidang kontak ( inc )
Δc = Defleksi ( inc)
k = Modulus reaksi tanah dasar (psi)
a = Radius bidang kontak ( inc)
2. Pembebanan Posisi di Tengah Konstruksi Perkerasan.
Posisi beban yang berada ditengah plat beton sebagai perkerasan kaku, tegangan
dan besarnya defleksi dapat diproleh dengan menggunakan rumus berikut Sumber :
Huang, YH. (1993)

0,316 𝑃 𝑙
Tegangan 𝜎𝑖 = [4 log ( ) + 1,069]
ℎ2 𝑏
𝑃 1 𝑎 𝑎
Defleksi ∆𝑖 = 8𝑘𝑙2 [1 + 2 [ln (2𝑙) − 0,673 ( 𝑙 )2 ]]

Dimana :
σi = Tegangan tekan yang terjadi akibat beban sumbu kendaraan (Psi)
P = Beban sumbu ( lb.)
h = Tebal plat beton ( inc )
l = Panjang bidang kontak ( inc )
b = Lebar bidang kontak (inc)
Δi = Defleksi (inc)
k = Modulus reaksi tanah dasar (pci)
a = Radius bidang kontak (inc)

3. Pembebanan Posisi di Sudut Tepi Konstruksi Perkerasan.


Beban yang berada disudut tepi perkerasan plat beton kaku, tegangan dan besarnya
defleksi dapat diperoleh dengan menggunakan rumus berikut Sumber : Huang, YH.
(1993)

3𝑃 𝑙
Tegangan 𝜎𝑐 = [1 − (𝑏)0,72]
ℎ2
𝑃 𝑐
Defleksi ∆𝑐 = 7𝑘𝑙2 [1,025 − 0,69( 𝑙 )]

Dimana :
σc = Tegangan tekan yang terjadi akibat beban sumbu kendaraan (Psi)
P = Beban sumbu ( lb.)
h = tebal plat beton ( inc )
l = Panjang bidang kontak ( inc )
a = jari-jari bidang kontak ( inc )
Δc = Defleksi ( inc)
K = Modulus reaksi tanah dasar (pci)
Radius of relative stiffeners jari jari kekakuan relatif
𝐸ℎ3 0,25
𝑙=( )
12(1 − 𝜎𝑐 )𝑘
c= poison ratio untuk beton ( 0,15 -0,20)
a = Radius bidang kontak ( inc)
E = Modulus elastisitas beton (Psi)

4.2.2.Komponen Susunan Konstruksi Perkerasan Beton


Konstruksi perkerasan beton semen, sebagai konstruksi utama harus memiliki
kemampuan amtara lain berupa satu lapis beton semen mutu tinggi. Sedangkan lapis
pondasi bawah (subbase) berupa material cement treated subbase maupun dari bahan
(granular subbbase) berfungsi sebagai konstruksi pendukung atau penopang. Prosedur
perencanaan perkerasan beton semen didasarkan atas dua model kerusakan, yaitu
(1)kerusakan akibat retak fatik (lelah) tarik lentur pada pelat. (2 kerusakan terjadi erosi
pada pondasi bawah atau tanah dasar yang diakibatkan oleh lendutan berulang terutama
pada sambungan atara lapisan dan tempat retak.
Kondisi menangani kerusakan ini dengan mempertimbangkan pemasangan dowel
atau ruji pada sambungan atau antara bahu perkerasan beton. Pada perkerasan beton
semen memanjang dan menerus dengan tulangan, diperlukan alat sambung pada
perkerasan yang dipasang tulangan dowel atau ruji.
Rancangan kekuatan didasarkan pada Data lalu lintas yang diiperlukan adalah jenis
angkutan angkut barang kendaraan truk atau jenis niaga dengan lebih dari 2 as sumbu
dan perlakuan distribusi beban serta jumlah repetisi masing-masing jenis sumb tunggal
atau gandar dan kombinasi beban yang diperkirakan selama umur rencana laayanan
jalan dapat memberikan nilai kekuatan dan dimensi ketebalan perkerasan jalan dari bahan
beton. Berikut ilustrasi gambar potongan melintang perkerasan beto atau disebut
perkerasan kaku pada gambar

Gambar 4. 1 Tipical Susunan Perkerasan Beton


Susunan Komponen Konstruksi Perkerasan Beton Semen, atau perkerasan kaku
( Rigid Pavement ) terdiri dari susunan lapisan sebagai berikut :
1. Tanah Dasar ( Subgrade )
Tanah dasar adalah bagian dari permukaan badan jalan yang sdh dikonsidikan
sevcara teknis dipersiapkan untuk menerima konstruksi di atasnya yaitu lapisan susunan
konstruksi perkerasan. Tanah dasar ini berfungsi sebagai penyalurkan penerima beban
lalu lintas yang telah disalurkan / disebarkan pada lapisan diatasnya dari lapisan aus, base,
dan sub base konstruksi perkerasan. Persyaratan yang harus dipenuhi dalam penyiapan
tanah dasar (subgrade) adalah . kelandaian, kelerengan melintang, lebar daerah manfaat
jalan, material yang dipakai sebagai perataan keseragaman kepadatan.daya dukung .
Daya dukung atau kapasitas tanah dasar pada konstruksi perkerasan kaku yang
umum digunakan dalam nilai CBR dan modulus reaksi tanah dasar (k). Untuk daya
dukung tanah dapat dipakai nilai CBR sesuai dengan SNI 03-1731-1989 atau CBR
laboratorium sesuai dengan SNI 03-1744-1989, masing-masing untuk rancangan tebal
perkerasan lama dan perkerasan jalan baru. Apabila dalam hasil pengujian laboratorium
tanah dasar menunjukan memiliki nilai CBR dibawah 2%, maka perlu dipertimbangkan
dengan lapisan pondasi bawah ( sub base) dan lapisan pondasi atas ( Base) dari bahan
material cbr > 3 % atau dari betob jenis CTB yang terbuat dari beton kurus dengan tebal
> 15 cm , sehingga lapisan tanah memiliki kekuatan tambahan , dianggap memiliki CBR
>3%.
Lapisan pondasi bawah untuk bahan material menggunakan: bahan berbutir,
memiliki stabilisasi atau dengan mengunakan beton giling padat (Lean Rolled Concrete),
dan atau campuran beton kurus (Lean Mix Concrete). Dalam menentukan nilai kekuatan
daya dukung tanah dapat dipergunakan rancangan hubungan antara nilai hasil
laboratorium dari nila (K) dalam satuan kg/cm2 atau dalam satuan CBR, berikut rumusan
pendekatan untuk mencari nilai hubungan kekuatan dari hasil uji tanah dapat digunakan
hasil korelasi seperti pada gambar nomogram grafik

Gambar 4. 2 Korelasi Hubungan Antara CBR Dan Nilai ( K )


Sumber : DPU, Petunjuk Perencanaan Perkerasan Kaku (Beton Semen),1985
Pada konstruksi perkerasan kaku fungsi tanah dasar perlu diperhatikan karena
memiliki dan menentukan, dalam arti kata bahwa perubahan besarnya daya dukung tanah
dasar. Tetap akan berpengaruh pada nilai konstruksi (tebal) perkerasan kaku.

2. Pondasi Lapisan Bawah


Lapis pondasi ini terletak di antara tanah dasar dan pelat beton semen mutu tinggi.
Sebagai bahan subbase dapat digunakan unbound granular (sirtu) atau bound granural
(CTSB, cement treated subbase). Pada umumnya fungsi lapisan ini tidak terlalu
struktural, maksudnya keberadaan dari lapisan ini tidak untuk menyumbangkan nilai
struktur perkerasan beton semen.
Fungsi utama dari lapisan ini adalah sebagai lantai kerja yang rata dan uniform.
Apabila subbase tidak rata, maka pelat beton juga tidak rata Ketidakrataan ini dapat
berpotensi sebagai crack inducer.
Bahan lapisan pondasi bawah sub base atau base memiliki karakteristi material
setara antara lain, berupa:
a) Bahan bergradasi susunan butir bervariasi
b) Stabilisasi material atau nilai kekuatan dengan beton kurus giling padat
(Lean Rolled Concrete).
c) Bahan mengunakan Campuran beton kurus (lean Mix Concrete).
Pemasangan Lapis pondasi bawah perlu diperlebar sampai sejauh >60 cm diluar
tepi perkerasan perkerasan agar posisi perkerasn memiliki beban contra dari sisi samping
yang cukup dan perkerasan tidak mudah berangga akibat erosi material. Untuk jenis tanah
exspansif perlu dipertimbangan khusus perihal jenis tanah dan penentuan lebar samping
batas lapisan pondasi dengan memperhitungkan tegangan pengembangan yang mungkin
timbul. Pemasangan lapis pondasi dengan lebar sampai ke tepi luar lebar jalan merupakan
salah satu cara untuk mereduksi perilaku tanah ekspansif.
Dalam peraturan dan standart penentuan tebal lapisan pondasi minimum 10 cm
yang paling sedikit mempunyai mutu dan persyaratan teknis menurut SNI 03-63888-2000
dan AASHTO M-155 serta SNI 03-1743-1989.
Rancangan perkerasan beton semen yang diperkuata dan bersambung tanpa ruji
(dowel), maka lapisan pondasi bawah harus menggunakan campuran beton kurus (CBK).
ketebalan lapisan pondasi bawah minimum sesuaidan dipertimbangkan melalui
hubungan antara jumlah repitisi beban sumbu dengan nilai CBR tanah dasar hasil
pengujian pada pada gambar 4.16, dan hubungan antara CBR tanah dasar rencana
dengan CBR tanah dasar efektif dapat dilihat dari gambar 4.17

Gambar 4. 3 Tebal Pondasi Bawah Minimum Untuk Perkerasan Beton Semen.

Gambar 4. 4 CBR Tanah Dasar Efektif Dan Tebal Pondasi Bawah.

3. Persyaratan Gradasi lapisan tanah Dasar


a. Gradasi Lapisan pondasi
Pondasi Bawah Material Berbutir memiliki material berbutir tanpa pengikat harus
memenuhi persyaratan teknik diatur dalam SNI 03-6388-2000. Persyaratan dan gradasi
pondasi bawah harus sesuai dengan kelas B. Sebelum pekerjaan dimulai, bahan material
pondasi bawah harus diuji gradasinya dan harus memenuhi spesifikasi bahan untuk
lapisan pondasi bawah, dengan penyimpangan ijin CBR 3% - 5%. Ketebalan minimum
lapis pondasi bawah untuk tanah dasar dengan CBR minimum 5% adalah setebal 15 cm.
Derajat kepadatan lapis pondasi bawah minimum 100%, memenuhi persyaratan dalam
SNI 03-1743-1989.

b. Pondasi Bawah dengan Bahan Pengikat (Bound Sub-base)


Pondasi bawah dengan bahan pengikat (BP) dapat digunakan salah satu dari:
1) Stabilisasi material berbutir dengan kadar bahan pengikat yang sesuai
dengan hasil perencanaan, untuk menjamin kekuatan campuran dan
ketahanan terhadap erosi. jenis bahan pengikat dapat meliputi semen,
kapur, serta abu terbang dan/ atau slag yang dihaluskan.
2) Campuran beraspal bergradasi rapat (dense-graded asphalt).
3) Campuran beton kurus giling padat yang mempunyai kuat tekan
karakterristik pada umur 28 hari minimum 4,0 Mpa (40kg/cm²).
4) Pondasi Bawah dengan Campuran Beton Kurus (Lean-Mix Concrete)
Campuran beton kurus (CBK) JUNIOR=harus mempunai kuat tekan beton
karakteristik pada umur 28 hari minimum 5 Mpa (50 kg/cm²) tanpa menggunakan abu
terbang ( fly ash), atau 7 Mpa (70 kg/cm²) bila menggunakan abu terbang, dengan tebal
minimum 10 cm.
c. Lapis Pemecah Ikatan Pondasi bawah dan Pelat
Perencanaan ini berdasarkan bahwa antara pelat dengan pondasi bawah tidak ada
ikatan. Jenis pemecah ikatan dan koefisien geseknya dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4. 1 Hubungan Antara Lapis Pemecah Ikatan Dan Koefisien Gesekan (Μ)
No Lapis Pemecah Ikatan Koefisien Gesekan (µ)
1 Lapis resap ikat aspal di atas permukaan 1.0
pondasi bawah
2 Laburan paraffin tipis pemecah ikat 1.5
3 Karet kompon (A Cloribnated Rubber Curing 2.0
Compound)
Sumber : SII

4.2.3. Klasifikasi Agregat


Agregat kasar dan hals dapat t diklasifikasikan berdasarkan proses pengolahan dan
pembentukan material diataur dalam SNI standat material dan petunjuk teknik membuat
mortal atau campuran beton
Berdasarkan proses pengolahannya, dan karakteristik material agregat kasar dan
halus, cara penimbunan dan di ketahui dari sisi teknis ,antara lain :
1. Agregat Alam
Agregat yang menggunakan bahan baku dari batu alam atau proses penghancuran
menjadi butiran bervariasi, Jenis batuan yang bermutu baik digunakan untuk agregat
memiliki kekerasan tidak mudah aus /rapuh, kompak, kekal dan tidak pipih. Agregat dari
alam diproses menjadi :
(1) kerikil dan pasir alam, agregat yang berasal dari penghancuran secara proses
gesekan dan benturan dengan bantuan air antar batuan ditemukan di sekitar
sungai atau di daratan. Agregat alami berasal dari pelapukan atau disintegrasi
dari batuan besar, baik dari batuan beku, sedimen maupun metamorf.
Memiliki bentuk bulat tetapi masih tercampur dengan humus dan tanah liat.
Oleh karena itu jika digunakan untuk agregat harus dilakukan pencucian
terlebih dahulu.
(2) Agregat batu pecah, proses menjadi agregat yang terbuat dari batu alam yang
dipecah mengunakan mesin ( crusher stone)dengan ukuran tertentu.

2. Agregat Buatan
Agregat yang dibuat dengan tujuan penggunaan khusus (tertentu) karena
keterbatasan hasil agregat alam. Biasanya agregat buatan adalah agregat ringan. Contoh
agregat buatan adalah : Klinker dan breeze, fly ash, yang berasal dari limbah pembangkit
tenaga uap, agregat yang berasal dari tanah liat yang dibakar (leca = Lightweight
Expanded Clay Agregate), cook breeze berasal dari limbah sisa pembakaran arang, hydite
berasal dari tanah liat (shale) yang dibakar pada tungku putar, lelite terbuat dari batu
metamorphore atau shale yang mengandung karbon, kemudian dipecah dan dibakar pada
tungku vertical pada suhu tinggi.

3. Berat jenis Material


Berdasarkan berat jenisnya agregat bahan lapisan jalan digolongkan menjadi:
a. Agregat berat : jenis agregat mempunyai berat jenis lebih dari 2,80 g/cm,
digunakan untuk beton yang terkena sinar radiasi sinar X. Contoh agregat
berat : Magnetit, butiran besi
b. Agregat Normal : jenis agregat mempunyai berat jenis 2,50 – 2,70. dengan
agregat normal akan memiliki berat jenis sekitar 2,3 dengan kuat tekan 15 MPa
– 40 MPa. Agregat normal terdiri dari : kerikil, pasir, batu pecah (berasal dari
alam), klingker, terak dapur tinggi (agregat buatan).
c. Agregat ringan : jenis agregat mempunyai berat jenis kurang dari 2,0.
digunakan untuk membuat beton ringan. Terdiri dari : batu apung, asbes,
berbagai serat alam (alam), terak dapur tinggi dengan gelembung udara, perlit
yang dikembangkan dengan pembakaran, lempung bekah, dan agregat buatan.
Berdasarkan ukuran butirannya agregat dapat dikelompokan menjadi :
Agregat jenis Batu → agregat mempunyai diameter besar butiran > 40 mm
Agregat kerikil → agregat yang mempunyai besar butiran 4,8 mm – 40 mm
Agregat Pasir → agregat yang mempunyai besar butiran 0,15 mm – 4,8 mm
Debu (silt) → agregat yang mempunyai besar butiran < 0,15 mm
Fungsi agregat di dalam campuran aspal adalah untuk : a) Menghemat
penggunaan kadar aspal berlebuhan. b) Menghasilkan kekuatan stabilitas dan
nilai Void in Material rendah . c) Mengurangi penyusutan pada campuran aspal.
d) Menghasilkan campuran perkerasan yang padat bila gradasinya baik

4. Produksi Agregat Dari Batu Pecah


Agregat batu pecah diproduksi dari bongkahan-bongkahan batuan hasil peledakan
(biasanya batuan andesit dan basalt), kemudian dipecah lagi dengan palu mekanis atau
alat mekanis (breaker/crusher) untuk mejadi butiran sesuai ukurannya dengan kebutuhan
konsumen. Secara umum, kegiatan pembuatan agregat batu pecah terdiri dari proses
peremukan, pengayakan dan pengangkutan. Hasil dari pengolahan ini berupa batu pecah
dengan ukuran ≤ 10 mm, 10 – 20 mm, 20 – 30 mm, 30 – 50 mm, 50 – 75 mm.
Proses pembuatan garadasi bahan pengisi pada pemuatan asphalt beton dapat
dilakukan dengan tahapan proses sebagai berikut:
Peremukan Pertama ( 7 inci) dengan mesn crusher
stone

Pengayakan (Ayakan Getar)

Tempat penimbunan
-lolos saringan 2,5 inci
-tak lolos saringan 2,5 inci

Pengayakan (Ayakan Getar)

Peremukan
Lolos ketiga
saringan ¾ inci Tidak Lolos saringan ¾

Tempat penimbunan Peremukan tahap ketiga

Split (peremuk Barmac)

Pengayakan
-lolos saringan 3/8 inci Tempat penimbunan Agregat
-tak lolos saringan 1/2 inci
engayakan (Ayakan Getar)

5. Penimbunan dan Penyimpanan


Proses timbunan dan perawatan agregat dilapangan agar tidak rusak akibat cuaca ,
air genangan, sebelum digunakan sebagai bahan perkerasan jalan
a. Penimbunan agregat di lapangan, harus diberi alas agar tidak bercampur
dengan tanah dan lumpur. Di bagian atas ditutup dengan terpal agar terhindar
dari air hujan, karena agregat yang terlalu basah akan sulit untuk melekatnya
dengan kadar bahan aspal terpaki pada waktu membuat sampuran..
b. Penimbunan pasir harus aman i dari permukaan tanah agar terhindar dari aliran
air ketika hujan dan genangan air membawa lumpur.
c. Penumpukan material filer harus terhidar dari kelembaban.
d. Bahan aspal dalam drum harus terhindar dari masuknya air kedalam drum.
6. Sifat Fisik dan Pengujian Agregat
Karakteristik dari Sifat-sifat agregat dapat mempengaruhi mutu campuran, meliputi
antara lain :
a. Bentuk Butiran dan Permukaan Bahan
Butiran agregat berbentuk bulat dapat dikelompokan jenis agregat yg berasal dari
sungai/pantai, tidak beraturan, bersudut tajam dengan permukaan kasar, berbentuk pipih
dan lonjong. Bentuk butiran berpengaruh pada : a) luas permukaan agregat b) Jumlah
kadar aspal pada agregat saat pengaduk campuran dari ukuran berat jenis , c)
Kestabilan/ketahanan (durabilitas) pada campuran d) Kelecakan (workability), e)
Kekuatan lapisan pada permukaan agregat berpengaruh pada daya ikat antara agregat
dengan bahan aspal. permukaan kasar memiliki ikatannya gesek kuat, dan perermukaan
licin memiliki ikatan geser antar material kecenderungan lemah.

b. Kekuatan Agregat
Kekuatan agregat, kemampuan agregat untuk menahan beban dari tekanan roda.
kemampuan agregat meliputi : kekuatan tarik, tekan, lentur, geser dan elastisitas bahan.
paling dominan adalah kekuatan tekan dan elastisitas dari bahan. Kekuatan dan elastisitas
agregat dipengaruhi oleh : a) jenis batuannya ,b) susunan dalam mineral agregat,c)
struktur/kristal butiran, d) porositas, e) ikatan antar butiran
Pengujian kekuatan agregat meliputi :
a) Pengujian kuat tekan material
b) Pengujian kekerasan agregat dengan goresan melalui cara sederhana
mengunakan batang tembaga atau uji bejana Rudellof
c) Pengujian keausan dengan mesin aus LOS ANGELES, melalui 300
putaran.

c. Berat jenis agregat


Berat jenis, perbandingan berat suatu bahan dengan berat air murni pada volume
yang sama pada suhu tertentu. Berat jenis agregat tergantung dari : jenis batuan, susunan
mineral agregat, struktur butiran dan porositas batuan. Berat jenis agregat digolongkan
dalam uji ada 3, yaitu : (1) berat jenis SSD, yaitu berat jenis agregat dalam kondisi jenuh
kering permukaan, (2) Berat jenis semu, berat jenis agregat yang memperhitungkan berat
agregat dalam keadaan kering dan volume agregat dalam keadaan kering, (3) Berat Jenis
Bulk, berat jenis agregat yang memperhitungkan berat agregat dalam keadaan kering dan
seluruh volume agregat dalam keadaan kering.

d. Bobot Isi (Bulk Density)


Bobot isi adalah perbandingan antara berat suatu benda dengan volume benda
tersebut. Bobot isi ada 2(dua) macam : bobot isi padat dan gembur. Bobot isi agregat
pada campuran berguna untuk klasifikasi perhitungan perencanaan campuran beton.

e. Porositas, Kadar air dan Daya serap air


Jumlah kadar pori-pori yang ada pada agregat, baik pori-pori yang dapat tembus air
maupun tidak yang dinyatakan dengan % terhadap volume agregat. a)Porositas agregat
hubungannya dengan : BJ agregat, daya serap air, sifat kedap air dan modulus elastisitas.
b)Kadar air agregat, banyaknya air yang terkandung dalam agregat. Ada 4 jenis kadar
air dalam agregat, yaitu : (1) kadar air kering tungku, yaitu agregat yang benar-benar
kering tanpa air. (2) Kadar air kering udara, yaitu kondisi agregat yang permukaannya
kering tetapi mengandung sedikit air dalam porinya sehingga masih dapat menyerap air.
(3) kadar air jenuh, kering permukaan (saturated surface-dry = SSD), dimana agregat
yang pada permukaannya tidak terdapat air tetapi di dalam butirannya sudah jenuh air.
Pada kondisi ini air yang terdapat dalam agregat tidak menambah atau mengurangi
jumlah air yang terdapat dalam adukan campuran. (4) Kondisi basah, yaitu kondisi
dimana di dalam butiran maupun permukaan agregat banyak mengandung air sehingga
akan menyebabkan penambahan jumlah air pada adukan campuran. 5)Daya serap air
adalah kemampuan agregat dalam menyerap air sampai dalam keadaan jenuh. Daya serap
air agregat merupakan jumlah air yang terdapat dalam agregat dihitung dari keadaan
kering oven sampai dengan keadaan jenuh dan dinyatakan dalam %. 6).Daya serap air
berhubungan dengan pengontrolan kualitas campuran dan jumlah air yang dibutuhkan
pada saat campuran aspal dilakukan.

f. Sifat Kekal Agregat


Kemampuan agregat untuk menahan terjadinya perubahan volume yang berlebihan
akibat adanya perubahan kondisi fisik.
1) Penyebab perubahan fisik : adanya perubahan cuaca dari panas-dingin,
beku-cair, basah-kering.
2) Akibat fisik yang ditimbulkan pada lapisan adalah : kerutan-kerutan
stempat, retak-retak pada permukaan campuran, pecah pada lapisan
perkerasan yang dapat membahayakan stabilitas lapisan secara keseluruhan.
3) Sifat tidak kekal pada agregat ditimbulkan oleh : adanya sifat porous pada
agregat dan adanya lempung/tanah liat.

g. Kandungan Reaksi Alkali Agregat


Reaksi antara alkali (Na2O, K2O) yang terdapat pada material campuran dengan
silika aktif yang terkandung dalam agregat, sehingga:.
1) Reaksi alkali hidroksida dengan silika aktif pada agregat akan membentuk
alkali-silika gelembung di permukaan agregat. Gelembung bersifat
mengikat air yg selanjutnya volume gelembung akan mengembang, pada
lapisan akan timbul retak-retak.
2) Pada konstruksi lapisan aspal beton yang selalu berhubungan dengan air
(basah) perlu diperhatikan reaksi alkali agregat yang aktif.

h. Sifat Termal
Koefisien pengembangan linier panas, jenis dan daya hantar panas pada material,
sehingga:
1) Pengembangan linier pada agregat sebagai pertimbangan pada konstruksi
beton dengan kondisi suhu yang berubah-ubah. Sebaiknya koef.
pengembangan linier agregat sama dengan bahan aspal dan filler semen.
2) Jenis panas dan daya hantar panas sebagai pertimbangan pada lapisan
beton untuk isolasi panas.

i. Persyaratan Gradasi Agregat


Campuran beton asphal, gradasi agregat berhubungan dengan kelecakan aspal
beton , biaya yang ekonomis dan kekuatan campuran beton asphal. Syarat agregat
menurut SII 0052-80 , ASTM C33-1986 , dan SNI 04-89 , memiliki syarat mutu agregat
sebagai berikut
1) Agregat halus memiliki Syarat Mutu menurut SK SNI S – 04 – 1989 :
a). Butirannya tajam, kuat dan keras.
b). Bersifat kekal, tidak pecah atau hancur karena pengaruh cuaca.
c). Sifat kekal, apabila diuji dengan larutan jenuh garam sulfat
d). Jika dipakai Natrium Sulfat, bagian yang hancur maksimum 12 %
e). Jika dipakai Magnesium Sulfat, bagian yang hancur maksimum 10 %
f). Agregat halus tidak boleh mengandung Lumpur ( bagian yang dapat
melewati ayakan 0,060 mm) lebih dari 5 %. Apabila lebih dari 5 % maka
pasir harus dicuci.
g). Tidak boleh mengandung zat organik, karena akan mempengaruhi mutu
beton. Bila direndam dalam larutan 3 % NaOH, cairan di atas endapan
tidak boleh lebih gelap dari warna larutan pembanding.
h). Harus mempunyai variasi besar butir (gradasi) yang baik, sehingga
rongganya sedikit. Mempunyai modulus kehalusan antara 1,5-3,8. Apabila
diayak dengan susunan ayakan yang ditentukan, harus masuk salah satu
daerah susunan butir menurut zone 1, 2, 3 atau 4 dan harus memenuhi
syarat sebagai berikut : sisa di atas ayakan 4,8 mm, mak 2 % dari berat,sisa
di atas ayakan 1,2 mm, mak 10 % dari berat,sisa di atas ayakan 0,30 mm,
mak 15 % dari berat, Tidak boleh mengandung garam.

2) Agregat Kasar (Kerikil), memiliki syarat teknis antara lain, sebagai berikut :
a) Butirannya tajam, kuat dan keras
b) Bersifat kekal, tidak pecah atau hancur karena pengaruh cuaca.
c) Sifat kekal, apabila diuji dengan larutan jenuh garam sulfat sebagai
berikut : a)Jika dipakai Natrium Sulfat, bagian yang hancur maksimum 12
%, b)jika dipakai Magnesium Sulfat, bagian yang hancur maksimum 10
% , c)Agregat kasar tidak boleh mengandung Lumpur ( bagian yang
dapat melewati ayakan 0,060 mm) lebih dari 1 %. Apabila lebih dari 1
% maka kerikil harus dicuci.
d) Tidak boleh mengandung zat organik dan bahan alkali yang dapat
merusak campuran aspal beton.
e) Harus mempunyai variasi besar butir (gradasi) yang baik, sehingga
rongganya sedikit. Mempunyai modulus kehalusan antara 6 – 7,10 dan
harus memenuhi syarat sebagai berikut :
 sisa di atas ayakan 38 mm, harus 0 % dari berat
 sisa di atas ayakan 4,8 mm, 90 % - 98 % dari berat
 selisih antara sisa-sisa komulatif di atas dua ayakan yang berurutan,
mak 60 % dan min 10 % dari berat.
f) Tidak boleh mengandung garam.

3) Syarat mutu agregat halus, menurut SII 0052-80 pada, memiliki peryaratan
material antara lain sebagai berikut:
a) Susunan besar butir mempunyai modulus kehalusan antara 2,50 – 3,80.
b) Kadar Lumpur atau bagian butir lebih kecil dari 70 mikron, mak 5 %
c) Kadar zat organic ditentukan dengan larutan Na-Sulfat 3 %, jika
dibandingkan warna standar tidak lebih tua daripada warna standar.
d) Kekerasan butir jika dibandingkan dengan kekerasan butir pasir
pembanding yang berasal dari pasir kwarsa Bangka memberikan angka
hasil bagi tidak lebih dari 2,20.
e) Sifat kekal diuji dengan larutan jenuh Garam-Sulfat : a. Jika dipakai
Natrium Sulfat , bagian yg hancur mak 10 %. b. Jika dipakai Magnesium
Sulfat, bagian yang hancur mak 15 %.

4) Agregat Kasar menurut SII 0052-80 pada, memiliki persyaratan material


sebagai berikut:
a). Susunan besar butir mempunyai modulus kehalusan antara 6,0 – 7,10.
b). Kadar Lumpur atau bagian butir lebih kecil dari 70 mikron, mak 1 %.
c). Kadar bagian yang lemah diuji dengan goresan batang tembaga, mak 5 %.
d). Sifat kekal diuji dengan larutan jenuh Garam-Sulfat : a. Jika dipakai
Natrium Sulfat, bagian yg hancur mak 12 %. b. Jika dipakai Magnesium
Sulfat, bagian yang hancur mak 18 %.
e). Tidak bersifat reaktif alkali, jika di dalam beton dengan agregat ini
menggunakan semen yang kadar alkali sebagi Na2O lebih besar dari 0,6
%.
f). Tidak boleh mengandung butiran panjang dan pipih lebih dari 20 % berat.
g). Kekerasan butir ditentukan dengan bejana Rudellof dan dengan bejana
Los Angeles.

5) Syarat Mutu halus menurut ASTM C33-86. memiliki persyaratan material


sebagai berikut
a). Kadar Lumpur atau bagaian butir lebih kecil dari 75 mikron (ayakan no
200), dalam % berat, mak : - Untuk beton yg mengalami abrasi : 3,0 ,-
Untuk jenis beton lainnya : 5,0
b). Kadar gumpalan tanah liat dan partikel yang mudah direpihkan, mak 3,0
%.
c). Kandungan arang dan lignit :a.- Bila tampak, permukaan beton dipandang
penting kandungan mak 0,5 %. b Untuk beton jenis lainnya 1,0 %.
d). Agregat halus bebas dari pengotoran zat organic yang merugikan beton.
Bila diuji dengan larutan Natrium Sulfat dan dibandingkan dengan warna
standar, tidak lebih tua dari warna standar. Jika warna lebih tua maka
agregat halus itu harus ditolak, kecuali apabila : a. Warna lebih tua timbul
oleh adanya sedikit arang lignit atau yg sejenisnya. b. Diuji dengan cara
melakukan percobaan perbandingan kuat tekan mortar yg memakai
agregat tersebut terhadap kuat tekan mortar yg memakai pasir standar
silika, menunjukkan nilai kuat tekan mortar tidak kurang dari 95 % kuat
tekan mortar memakai pasir standar. Uji kuat tekan mortar harus dilakukan
sesuai dengan cara ASTM C87.
e). Agregat halus yg akan dipergunakan untuk membuat beton yg akan
mengalami basah dan lembab terus menerus atau yg berhubungan dg tanah
basah, tidak boleh mengandung bahan yg bersifat reaktif terhadap alkali
dalam semen, yg jumlahnya cukup dapat menimbulkan pemuaian yg
berlebihan di dalam mortar atau beton. Agregat yang reaktif terhadap
alkali boleh dipakai untuk membuat beton dengan semen yg kadar
alkalinya dihitung sebagai setara Natrium Oksida (Na2O + 0,658 K2O)
tidak lebih dari 0,60 % atau dengan penambahan yang dapat mencegah
terjadinya pemuaian yang membahayakan akibat reaksi alkali agregat
tersebut.
f). Sifat kekal diuji dengan larutan jenuh Garam-Sulfat : a. Jika dipakai
Natrium Sulfat , bagian yg hancur mak 10 %, b. Jika dipakai Magnesium
Sulfat, bagian yang hancur mak 15 %.

j. Bentuk dan Tekstur Agregat


Bentuk dan tekstur agregat mempengaruhi stabilitas dari lapisan perkerasan yang
dibentuk oleh agregat tersebut.Agregat yang paling baik untuk digunakan sebagai bahan
perkerasan jalan adalah berbentuk kubus, tetapi jika tidak ada, maka agregat yang
memiliki minimal satu bidang pecahan
Partikel agregat dapat berbentuk antara lain, sebagai berikut :
1) Bulat (rounded)
Agregat yang dijumpai di sungai pada umumnya telah mengalami pengikisan
oleh air sehingga umumnya berbentuk bulat.Partikel agregat saling
bersentuhan dengan luas bidang kontak kecil sehingga menghasilkan daya
interlocking yang lebih kecil dan lebih mudah tergelincir.
2) Lonjong (elongated)
Partikel agregat berbentuk lonjong dapat ditemui di sungai-sungai atau bekas
endapan sungai. Agregat dikatakan lonjong jika ukuran terpanjangnya lebih
panjang dari 1,8 kali diameter rata-rata. Sifat interlocking-nya hampir
samadengan yang berbentuk bulat.
3) Kubus (cubical)
Partikel berbentuk kubus merupakan bentuk agregat hasil dari mesin pemecah
batu (stone crusher) yang mempunyai bidang kontak yang lebih luas sehingga
memberikan interlocking/saling mengunci yang lebih besar.Dengan demikian
kestabilan yang diperoleh lebih besar dan lebih tahan terhadap deformasi yang
timbul.Agregat berbentuk kubus ini paling baik digunakan sebagai bahan
konstruksi perkerasan jalan.
4) Pipih (flaky)
Partikel agregat berbentuk pipih dapat merupakan hasil dari mesin pemecah
batu ataupun memang merupakan sifat dari agregat tersebut yang jika
dipecahkan cenderung berbentuk pipih. Agregat pipih yaitu agregat yang lebih
tipis dari 0,6 kali diameter rata-rata. Agregat berbentuk pipih mudah pecah
pada waktu pencampuran, pemadatan ataupun akibat beban lalu lintas.
5) Tak beraturan (irregular)
Partikel agregat tak beraturan, tidak mengikuti salah satu yang disebutkan di
atas.Tekstur permukaan berpengaruh pada ikatan antara batu dengan aspal.
Tekstur permukaan agregat terdiri atas :1) Kasar sekali (very rough),2) Kasar
(rough),3). Halus,4). Halus dan licin (polished)
Permukaan agregat yang halus memang mudah dibungkus dengan aspal, tetapi sulit
untuk mempertahankan agar film aspal itu tetap melekat, karena makin kasar bentuk
permukaan maka makin tinggi sifat stabilitas dan keawetan suatu campuran aspal dan
agregat.
Campuran aspal beton (AC) dapat dibuat bergradasi halus (mendekati batas titik-
titik kontrol atas), tetapi akan sulit memperoleh rongga dalam agregat (VMA) yang
disyaratkan. Lebih baik digunakan aspal beton bergradasi kasar (mendekati batas titik-
titik kontrol bawah).

k. Jenis Komposisi Gradasi Agregat


Gradasi atau distribusi partikel-partikel berdasarkan ukuran agregat dalam
vcampuran. Ini merupakan hal yang penting dalam menentukan stabilitas perkerasan.
Gradasi agregat mempengaruhi besarnya rongga antar butir yang akan menentukan
stabilitas dan kemudahan dalam proses pelaksanaan.
Gradasi agregat merupakan campuran dari berbagai diameter butiran agregat akan
membentuk susunan campuran rapat atau berongga. Gradasi agregat ini diperoleh dari
hasil analisa saringan dengan menggunakan 1 set saringan (dengan ukuran saringan 19,1
mm; 12,7 mm; 9,52 mm; 4,76 mm; 2,38 mm; 1,18 mm; 0,59 mm; 0,149 mm; 0,074 mm),
dimana saringan yang paling kasar diletakkan diatas dan yang paling halus terletak paling
bawah. Satu saringan dimulai dari pan dan diakhiri dengan tutup (Silvia Sukirman, 1999).
1) Jenis Gradasi Agregat
Gradasi agregat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu gradasi rapat, gradasi
seragam dan gradasi timpang.
a). Gradasi Rapat (Dense Graded/ Well Graded)
Gradasi rapat merupakan campuran agregat kasar dan dalam porsi yang
berimbang, sehingga dinamakan juga agregat bergradasi baik (well graded).
Agregat dinamakan bergradasi baik bila persen yang lolos setiap lapis dari
sebuah gradasi memenuhi :
P = 100 (d/D)0,45
Dimana :
P = persen lolos saringan dengan ukuran bukaan d mm.
d = ukuran agregat yang sedang diperhitungkan
D = ukuran maksimum partikel dalam gradasi tersebut.
Agregat dengan gradasi rapat akan menghasilkan lapis perkerasan dengan
stabilitas tinggi, kurang kedap air, sifat drainase jelek dan berat volume besar.

b). Gradasi Seragam (Uniform Graded)


Gradasi seragam adalah agregat dengan ukuran yang hampir sama/
sejenisatau mengandung agregat halus yang sedikit jumlahnya sehingga tidak
dapatmengisi rongga antar agregat. Gradasi seragam disebut juga gradasi
terbuka.Agregat dengan gradasi seragam akan menghasilkan lapisan
perkerasandengan sifat permeabilitas tinggi, stabilitas kurang dan berat volume
kecil.

c). Gradasi Timpang/Senjang (Poorly Graded/ Gap Graded)


Gradasi timpang merupakan campuran agregat yang tidak memenuhi
duakategori di atas.Agregat bergradasi timpang umumnya digunakan
untuklapisan perkerasan lentur yaitu gradasi senjang, merupakan campuran
agregatdengan 1 fraksi hilang dan 1 fraksi sedikit sekali. Agregat dengan
gradasitimpang akan menghasilkan lapis perkerasan yang mutunya terletak
diantara kedua jenis di atas.

Gambar 4. 5 Ilustrasi Macam Gradasi Agregat

Anda mungkin juga menyukai