Dimana :
0,803 𝑃 𝑙 𝑙
Tegangan 𝜎𝑒 = [4 log ( ) + 0,666 ( ) − 0,034]
ℎ2 𝑎 𝑎
0,431 𝑃 𝑎
Defleksi ∆𝑐 = [1 − 0,349 ( )]
𝑘𝑙2 𝑙
Dimana:
σc = Tegangan tekan yang terjadi akibat beban sumbu kendaraan (Psi)
P = Beban sumbu ( lb.)
h = Tebal plat beton ( inc )
l = Panjang bidang kontak ( inc )
Δc = Defleksi ( inc)
k = Modulus reaksi tanah dasar (psi)
a = Radius bidang kontak ( inc)
2. Pembebanan Posisi di Tengah Konstruksi Perkerasan.
Posisi beban yang berada ditengah plat beton sebagai perkerasan kaku, tegangan
dan besarnya defleksi dapat diproleh dengan menggunakan rumus berikut Sumber :
Huang, YH. (1993)
0,316 𝑃 𝑙
Tegangan 𝜎𝑖 = [4 log ( ) + 1,069]
ℎ2 𝑏
𝑃 1 𝑎 𝑎
Defleksi ∆𝑖 = 8𝑘𝑙2 [1 + 2 [ln (2𝑙) − 0,673 ( 𝑙 )2 ]]
Dimana :
σi = Tegangan tekan yang terjadi akibat beban sumbu kendaraan (Psi)
P = Beban sumbu ( lb.)
h = Tebal plat beton ( inc )
l = Panjang bidang kontak ( inc )
b = Lebar bidang kontak (inc)
Δi = Defleksi (inc)
k = Modulus reaksi tanah dasar (pci)
a = Radius bidang kontak (inc)
3𝑃 𝑙
Tegangan 𝜎𝑐 = [1 − (𝑏)0,72]
ℎ2
𝑃 𝑐
Defleksi ∆𝑐 = 7𝑘𝑙2 [1,025 − 0,69( 𝑙 )]
Dimana :
σc = Tegangan tekan yang terjadi akibat beban sumbu kendaraan (Psi)
P = Beban sumbu ( lb.)
h = tebal plat beton ( inc )
l = Panjang bidang kontak ( inc )
a = jari-jari bidang kontak ( inc )
Δc = Defleksi ( inc)
K = Modulus reaksi tanah dasar (pci)
Radius of relative stiffeners jari jari kekakuan relatif
𝐸ℎ3 0,25
𝑙=( )
12(1 − 𝜎𝑐 )𝑘
c= poison ratio untuk beton ( 0,15 -0,20)
a = Radius bidang kontak ( inc)
E = Modulus elastisitas beton (Psi)
2. Agregat Buatan
Agregat yang dibuat dengan tujuan penggunaan khusus (tertentu) karena
keterbatasan hasil agregat alam. Biasanya agregat buatan adalah agregat ringan. Contoh
agregat buatan adalah : Klinker dan breeze, fly ash, yang berasal dari limbah pembangkit
tenaga uap, agregat yang berasal dari tanah liat yang dibakar (leca = Lightweight
Expanded Clay Agregate), cook breeze berasal dari limbah sisa pembakaran arang, hydite
berasal dari tanah liat (shale) yang dibakar pada tungku putar, lelite terbuat dari batu
metamorphore atau shale yang mengandung karbon, kemudian dipecah dan dibakar pada
tungku vertical pada suhu tinggi.
Tempat penimbunan
-lolos saringan 2,5 inci
-tak lolos saringan 2,5 inci
Peremukan
Lolos ketiga
saringan ¾ inci Tidak Lolos saringan ¾
Pengayakan
-lolos saringan 3/8 inci Tempat penimbunan Agregat
-tak lolos saringan 1/2 inci
engayakan (Ayakan Getar)
b. Kekuatan Agregat
Kekuatan agregat, kemampuan agregat untuk menahan beban dari tekanan roda.
kemampuan agregat meliputi : kekuatan tarik, tekan, lentur, geser dan elastisitas bahan.
paling dominan adalah kekuatan tekan dan elastisitas dari bahan. Kekuatan dan elastisitas
agregat dipengaruhi oleh : a) jenis batuannya ,b) susunan dalam mineral agregat,c)
struktur/kristal butiran, d) porositas, e) ikatan antar butiran
Pengujian kekuatan agregat meliputi :
a) Pengujian kuat tekan material
b) Pengujian kekerasan agregat dengan goresan melalui cara sederhana
mengunakan batang tembaga atau uji bejana Rudellof
c) Pengujian keausan dengan mesin aus LOS ANGELES, melalui 300
putaran.
h. Sifat Termal
Koefisien pengembangan linier panas, jenis dan daya hantar panas pada material,
sehingga:
1) Pengembangan linier pada agregat sebagai pertimbangan pada konstruksi
beton dengan kondisi suhu yang berubah-ubah. Sebaiknya koef.
pengembangan linier agregat sama dengan bahan aspal dan filler semen.
2) Jenis panas dan daya hantar panas sebagai pertimbangan pada lapisan
beton untuk isolasi panas.
2) Agregat Kasar (Kerikil), memiliki syarat teknis antara lain, sebagai berikut :
a) Butirannya tajam, kuat dan keras
b) Bersifat kekal, tidak pecah atau hancur karena pengaruh cuaca.
c) Sifat kekal, apabila diuji dengan larutan jenuh garam sulfat sebagai
berikut : a)Jika dipakai Natrium Sulfat, bagian yang hancur maksimum 12
%, b)jika dipakai Magnesium Sulfat, bagian yang hancur maksimum 10
% , c)Agregat kasar tidak boleh mengandung Lumpur ( bagian yang
dapat melewati ayakan 0,060 mm) lebih dari 1 %. Apabila lebih dari 1
% maka kerikil harus dicuci.
d) Tidak boleh mengandung zat organik dan bahan alkali yang dapat
merusak campuran aspal beton.
e) Harus mempunyai variasi besar butir (gradasi) yang baik, sehingga
rongganya sedikit. Mempunyai modulus kehalusan antara 6 – 7,10 dan
harus memenuhi syarat sebagai berikut :
sisa di atas ayakan 38 mm, harus 0 % dari berat
sisa di atas ayakan 4,8 mm, 90 % - 98 % dari berat
selisih antara sisa-sisa komulatif di atas dua ayakan yang berurutan,
mak 60 % dan min 10 % dari berat.
f) Tidak boleh mengandung garam.
3) Syarat mutu agregat halus, menurut SII 0052-80 pada, memiliki peryaratan
material antara lain sebagai berikut:
a) Susunan besar butir mempunyai modulus kehalusan antara 2,50 – 3,80.
b) Kadar Lumpur atau bagian butir lebih kecil dari 70 mikron, mak 5 %
c) Kadar zat organic ditentukan dengan larutan Na-Sulfat 3 %, jika
dibandingkan warna standar tidak lebih tua daripada warna standar.
d) Kekerasan butir jika dibandingkan dengan kekerasan butir pasir
pembanding yang berasal dari pasir kwarsa Bangka memberikan angka
hasil bagi tidak lebih dari 2,20.
e) Sifat kekal diuji dengan larutan jenuh Garam-Sulfat : a. Jika dipakai
Natrium Sulfat , bagian yg hancur mak 10 %. b. Jika dipakai Magnesium
Sulfat, bagian yang hancur mak 15 %.