Anda di halaman 1dari 30

KEBIJAKAN NASIONAL TRANSPORTASI PERKOTAAN

CAKUPAN MATERI

1. PENDAHULUAN.
 Latar Belakang, Maksud dan Tujuan, dan Ruang Lingkup;

2. GAMBARAN UMUM TRANSPORTASI PERKOTAAN.


 Batasan dan pengertian karakteristik transportasi perkotaan;
 Karakteristik perkotaan;
 Peran Transportasi;
 Kondisi Transportasi Perkotaan di Indonesia.

3. ISSUE DAN PERMASALAHAN.

4. ARAH KEBIJAKAN NASIONAL TRANSPORTASI PERKOTAAN


 Visi dan Misi;
 Sasaran;
 Area Kebijakan;
 Strategi.

5. PENUTUP.
LATAR BELAKANG

 Pentingnya peranan perkotaan dalam


perekonomian nasional;
 Untuk menjalankan peran tsb, kota
membutuhkan sistem transportasi perkotaan;
 Perkembangan kawasan perkotaan, jarak
perjalanan semakin jauh, waktu yang semakin
panjang;
 Ketidakkonsistenan dalam pembangunan
kota;
 Otonomi daerah.
MAKSUD

 menjadi pedoman dalam menyelenggarakan


transportasi perkotaan yang efisien dan
berkualitas.
TUJUAN

 memberikan pedoman kepada institusi


Pemerintah/regulator, operator maupun
pengguna jasa dalam penyelenggaraan
transportasi perkotaan;

 memberikan pedoman kepada Pemerintah (Pusat


maupun Daerah) dalam menyusun kebijakan
transportasi perkotaan di masing-masing
kawasan perkotaan;

 meningkatkan kualitas pelayanan transportasi


perkotaan.
RUANG LINGKUP

 Kebijakan dan strategi dari masing-


masing area kebijakan yang bersifat
nasional dalam penyelenggaraan
transportasi perkotaan.
GAMBARAN UMUM
TRANSPORTASI PERKOTAAN
Batasan Dan Pengertian
Karakteristik Transportasi Perkotaan.

 Transportasi antar kota:


 transportasi yang melayani perpindahan orang dan atau
barang dari satu kota ke kota lainnya.
 pergerakan jarak jauh dan bukan perjalanan harian;
maksud perjalanan umumnya hanya satu, moda yang
digunakan umumnya berbasis jalan, jalan rel, air dan
udara.

 Transportasi perkotaan:
 transportasi yang melayani perpindahan orang dan/atau
barang di dalam kawasan perkotaan.
 merupakan pergerakan jarak pendek yang sifatnya harian
untuk memenuhi aktivitas sehari-hari; maksud perjalanan
dapat lebih dari satu, moda yang digunakan umumnya
berbasis jalan dan jalan rel.
Karakteristik Perkotaan.

 Definisi kawasan perkotaan;


 Pengelompokan kawasan perkotaan
menurut status;
 Pengelompokan kawasan perkotaan
berdasarkan besaran jumlah penduduk.
Definisi Kawasan Perkotaan

Kawasan yang mempunyai kegiatan utama bukan


pertanian dengan susunan fungsi kawasan
sebagai tempat permukiman perkotaan,
pemusatan dan distribusi pelayanan jasa
pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan
ekonomi.
Pengelompokan kawasan perkotaan berdasarkan
besaran jumlah penduduk.

 Kawasan Perkotaan Kecil, yaitu Kawasan Perkotaan dengan


jumlah penduduk yang dilayani sebesar 20.000 hingga
100.000 jiwa;
 Kawasan Perkotaan Sedang, yaitu Kawasan Perkotaan
dengan jumlah penduduk yang dilayani sebesar 100.001
hingga 500.000 jiwa;
 Kawasan Perkotaan Besar, yaitu Kawasan Perkotaan
dengan jumlah penduduk yang dilayani lebih besar dari
500.000 hingga 1 juta jiwa;
 Kawasan Perkotaan Metropolitan, yaitu Kawasan Perkotaan
dengan jumlah penduduk yang dilayani lebih besar dari 1juta
hingga 10 juta jiwa.
 Kawasan Perkotaan Megapolitan, yaitu Kawasan Perkotaan
dengan jumlah penduduk yang dilayani lebih besar dari 10
juta jiwa.
Pengelompokan Kawasan Perkotaan
Menurut Status
 Kawasan perkotaan yang berstatus daerah otonom kota
(Daerah Kota);
 Kawasan perkotaan yang merupakan bagian dari Daerah
Kabupaten (kota di dalam wilayah Daerah Kabupaten)
 Kawasan perkotaan baru yang merupakan hasil
pembangunan yang mengubah kawasan perdesaan
menjadi kawasan perkotaan (kota di dalam wilayah
Daerah Kabupaten)
 Kawasan perkotaan yang merupakan bagian dari dua atau
lebih daerah yang berbatasan sebagai kesatuan sosial,
ekonomi, dan fisik perkotaan:
• Kawasan perkotaan yang merupakan bagian dari dua atau lebih
Daerah Kota/Kabupaten di dalam wilayah administrasi Propinsi;
• Kawasan perkotaan yang merupakan bagian dari dua atau lebih
Daerah Kota/Kabupaten yang melebihi wilayah administrasi
Propinsi.
Peran Transportasi.

 Peranan transportasi perkotaan terhadap


aktivitas perkotaan;
 Peranan transportasi perkotaan terhadap
pola konsumsi masyarakat perkotaan
(pola pengeluaran untuk konsumsi
transportasi).
Prosentasi Biaya Transportasi
Terhadap Pengeluaran Rumah Tangga di Indonesia

Kelompok
Biaya Biaya
Pengeluaran Total
angkutan umum kendaraan
(Rp/kapita/bulan)

< 59.999 0.53 % 0.00 % 0.53 %

60.000 – 79.999 1.14 % 0.17 % 1.31 %

80.000 - 99.999 1.27 % 0.23 % 1.50 %

100.000 - 149.999 1.95 % 0.68 % 2.63 %

150.000 - 199.999 2.32 % 1.37 % 3.69 %

200.000 - 299.999 3.11 % 2.13 % 5.24 %

300.000 - 499.999 3.37 % 2.94 % 6.31 %

≥ 500.000 2.67 % 4.39 % 7.05 %


Prosentasi Biaya Transportasi terhadap
Pengeluaran Rumah Tangga di Jabodetabek

Biaya
Kelompok Biaya
angkutan Total
Pengeluaran kendaraan
umum

Rendah 14.2% 3.1% 17.3%

Menengah 13.7% 6.5% 20.1%

Tinggi 10.9% 8.1% 19.1%


Kondisi Transportasi Perkotaan.

 Kondisi kota-kota di Indonesia:


 1990 : 6 kota metropolitan, 5 kota besar, 31 kota
sedang ;
 2000 : 10 kota metropolitan, 8 kota besar, 39 kota
sedang.

 Kondisi jaringan transportasi perkotaan:


 Hanya 2 kota yang panjang jalannya di atas 1 meter
perkapita.

 Jumlah armada angkutan umum:


 dari 10 kota metropolitan, hanya 6 Kota yang
menggunakan kendaraan dengan kapasitas besar
ISSUE DAN PERMASALAHAN

 Belum adanya landasan hukum yg


mengatur secara khusus tentang
penyelenggaraan transportasi perkotaan.

 Kemacetan lalu lintas;


 Meningkatnya permintaan perjalanan;
 Rendahnya disiplin berlalu lintas;
 Dominannya penggunaan angkutan pribadi;
 Ketidakkonsistenan pengembangan tata guna
lahan;
 Pemanfaatan jalan dan fasilitas LLAJ diluar
kepentingan lalu lintas.
 Pelayanan Angkutan Umum Kurang
Memadai:

 Tingkat aksesibilitas rendah;


 Tingkat pelayanan rendah (waktu
tunggu tinggi, lamanya waktu
perjalanan, ketidaknyamanan dan
keamanan di dalam angkutan
umum);
 Biaya.
 Polusi Akibat Kendaraan
Bermotor:

 penggunaan bahan bakar yg tidak


ramah lingkungan,
 Kurangnya perawatan kendaraan
bermotor,
 penyimpangan terhadap standar
spesifikasi teknis kendaraan
bermotor)
 Usia kendaraan yang rata-rata ‘tua’
 Jumlah Kejadian Kecelakaan
Semakin Meningkat.

 Rendahnya disiplin berlalu lintas;


 Kurangnya fasilitas pendukung dan
perlengkapan jalan;
 Kurang tegasnya penegakan hukum;
ARAH KEBIJAKAN
VISI
“ TRANSPORTASI PERKOTAAN UNTUK SEMUA “

• Semua lapisan masyarakat;


• Semua kepentingan masyarakat;
• Semua pelosok kawasan perkotaan.
MISI
“ MENYELENGGARAKAN
TRANSPORTASI PERKOTAAN
YANG EFFISIEN DAN BERKUALITAS “

• Efisien dari segi biaya dan waktu;


• Berkualitas dari aspek kemudahan akses,
keselamatan, keterjangkauan,
kenyamanan, kelancaran, keandalan dan
keberlanjutan.
SASARAN
 Terwujudnya landasan hukum Transportasi
Perkotaan;
 Terwujudnya manajemen dan rekayasa lalu
lintas yang terpadu dan ramah lingkungan;
 Tersedianya angkutan massal di kota
metropolitan dan kota besar (jalan dan
jalan rel);
 Meningkatnya tertib lalin dan keselamatan
angkutan perkotaan.
 Terwujudnya kota-kota percontohan;
Area 1 : REGULASI DAN INSTITUSI

Pembenahan Regulasi Dan


Pemantapan Kapasitas Institusi:
 Menyempurnakan peraturan perundang-
undangan yg mengatur Transportasi Perkotaan;

 Memberdayakan peran dan fungsi institusi di


bidang penyelenggaraan Transportasi Perkotaan.
Area 2: KEBIJAKAN PRASARANA

Pemantapan rencana dan


pembangunan prasarana transportasi.

 Memadukan perencanaan transportasi


dengan perencanaan tata guna lahan.
Area 3: KEBIJAKAN LALU
LINTAS

Peningkatan kelancaran lalu lintas.

 Mengembalikan (reutilisasi) fungsi


jaringan jalan;
 Mengoptimalkan pemanfaatan jaringan
jalan.
Area 4: ANGKUTAN UMUM

Keberpihakan pada pengembangan


angkutan umum.

 Mengembangkan angkutan umum yg mampu


menjangkau seluruh kawasan perkotaan dan
mampu melayani seluruh lapisan masyarakat
yg andal dan berkelanjutan.
 Menjamin kepastian dan keberlangsungan
pelayanan angkutan umum.
Area 5 : KESELAMATAN
Peningkatan disiplin berlalu
lintas.

 Menggugah kesadaran masyarakat


tentang pentingnya etika berlalu lintas;
 Meningkatkan penegakan hukum.
Area 6: KEBIJAKAN LINGKUNGAN

Mengurangi dampak negatif


transportasi.

 Mendayagunakan penggunaan bahan bakar


alternatif;
 Meningkatkan kelaikan sarana kendaraan
bermotor.

Anda mungkin juga menyukai