PENGEMBANGAN TANAH MEKANIK (PTM)
&
ALATALAT BERAT
BAGIAN II
ALAT – ALAT GUSUR
OLEH
FILIYANTI TETA ATETA BANGUN, ST., M.Eng.
NIP. 19690626 199503 2 002
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
OKTOBER 2009
Filiyanti Teta Ateta Bangun : Pengembangan Tanah Mekanik (PTM) & Alat-Alat Berat : Alat-Alat Gusur, 2009
KATA PENGANTAR
Pengembangan Tanah Mekanik dan Alat‐Alat Berat (PTM & AB) merupakan mata kuliah
pada Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara (USU) Medan.
Mengingat buku mengenai PTM & AB memang sangat jarang, dan yang ada hingga saat ini hanya
satu yakni dalam edisi Bahasa Inggris, dan selebihnya, mahasiswa serta dosen mencari bahan‐
bahan pendukung materi kuliah melalui Internet, sehingga untuk itu penulis sebagai dosen mata
kuliah PTM & AB mencoba menulis diktat ini.
Diktat PTM & AB ini dibuat berseri yakni Bagian I s/d Bagian VII, sementara Bagian IV
dan V digabungkan karena cakupan materinya tidak luas. Adapun ke‐7 bagian diktat PTM & AB
yang disusun penulis adalah sbb.: Pengenalan Umum (Bagian I), Alat‐Alat Gusur (Bagian II), Alat‐
Alat Gali (Bagian III), Grader dan Compactor (Bagian IV dan V), Truk (Bagian VI), Biaya Alat‐Alat
Berat (Bagian VII). Diktat PTM & AB Bagian I s/d VII ini ditulis sesuai dengan kurikulum dan
silabus yang ditetapkan pada Departemen Teknik Sipil, oleh karena itu diharapkan diktat PTM &
AB Bagian I s/d Bagian VII ini diharapkan dapat membantu mahasiswa dalam mengikuti
perkuliahan dan menyelesaikan masalah‐masalah yang dihadapi dalam perkuliahan terkait.
Dalam penulisan ke‐7 bagian diktat PTM & AB ini, setiap modul (bagian) dilengkapi
dengan contoh‐contoh soal yang telah diselesaikan penulis maupun soal‐soal latihan yang
dikerjakan mahasiswa, dengan maksud agar mahasiswa dapat langsung mengaplikasikan teori
yang mereka peroleh di kelas.
Semoga ke‐2 seri diktat PTM & AB ini dapat bermanfaat bagi para pembaca khususnya
mahasiswa. Penulis akan dengan senang hati menerima masukan yang bersifat membangun
untuk penyempurnaan isi dari ke‐7 seri diktat PTM & AB ini. Terimakasih.
Medan, Oktober 2009
Penulis,
Filiyanti Teta Ateta Bangun, S.T., M.Eng.
Filiyanti Teta Ateta Bangun : Pengembangan Tanah Mekanik (PTM) & Alat-Alat Berat : Alat-Alat Gusur, 2009
DAFTAR ISI
Kata Pengantar……………………………………………………………………………………………………………..…i
Daftar Isi …………………………………………………………………………….………………………………………….ii
II. Alat – Alat Gusur ........................................................................................................................................1
II.1. Pengenalan Traktor..................................................................................................................................1
II.1.1. Traktor Roda Rantai (Crawler Tractor).........................................................................................1
II.1.2. Traktor Roda Karet (Wheel Tractor)…………………………………………..………………………….2
II.2. Buldozer……………………………………………………………………………..……........................................2
II.2.1. Alat Gerak………………………………………………………..………………………………………………..….3
II.2.2. Alat Kendali…………………………………………………………………………………………………….........3
II.2.3. Tipe Pisau (Blade)…………………………………………………………………………………………………3
II.2.4. Jenis‐Jenis Pisau Dozer…………........................................................................................................4
II.2.5. Operasi Dengan Dozer……………………………………………………………...…………………………..4
II.2.6. Produksi Bulldozer…………………………………................................................................................4
II.2.7. Penggunaan Bulldozer………………………………………………….……………………………………….7
II.2.8. Mengerjakan Bukit Dengan Bulldozer…………………………………….……………………………...7
II.2.9. Meratakan Timbunan Tanah (Spreading)……………………………………………………………….7
II.2.10. Menggali Tanah Keras…………………………………………………………………...............................8
II.2.11. Clearing……………………………………………………………………………………………………………...9
II.3. Scraper…………………………………………………………………………………..............................................9
II.3.1. Macam‐Macam Scraper………………………………………………………………….................................9
II.3.2. Fungsi Scraper……………………………………………………………………………………………………10
II.3.3. Produksi Scraper………………………………………………………………………………………………...10
II.3.4. Scraper Dengan Pushdozer………………………………………………………………………………….12
II.4. Daftar Pustaka……………………………………………………………………………....................................13
Filiyanti Teta Ateta Bangun : Pengembangan Tanah Mekanik (PTM) & Alat-Alat Berat : Alat-Alat Gusur, 2009
DIKTAT KULIAH
PENGEMBANGAN TANAH MEKANIK (PTM)
&
ALATALAT BERAT
BAGIAN II
ALAT – ALAT GUSUR
OLEH
FILIYANTI TETA ATETA BANGUN, S.T., M.Eng.
NIP. 19690626 199503 2 002
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
OKTOBER 2009
Filiyanti Teta Ateta Bangun : Pengembangan Tanah Mekanik (PTM) & Alat-Alat Berat : Alat-Alat Gusur, 2009
II. ALATALAT GUSUR
II.1. PENGENALAN TRAKTOR
Traktor adalah alat yang mengubah tenaga mesin menjadi tenaga gerak/mekanik. Penggunaan
traktor adalah sebagai alat penggerak (prime mover) bagialat berat, misalnya untuk menarik, mendorong,
serta sebagai tempat dudukan alat lain dan sebaginya, namun dapat juga digunakan untuk keperluan
yang lain.
Traktor dibedakan dalam dua tipe pokok, yaitu traktor dengan roda rantai (crawler tractor), dan
traktor dengan roda karet/ban (wheel tractor). Masingmasing tipe memiliki kemampuan dan
kegunaan yang berbeda, sehingga dalam memilih alat yang cocok untuk keperluan pekerjaan perlu
diperhatikan hal‐hal sebagai berikut.
1. Ukuran traktor yang memungkinkan digunakan dalamtempat pekerjaan sehingga dapat efektif.
2. Traksi yang tersedia pada kondisi medan yang diinginkan.
3. Kekerasan permukaan medan/tanah.
4. Landai maksimal yang akan dilalui.
5. Panjang jalan angkut (haul distance) dan kecepatan gerak yang dibutuhkan.
6. Pekerjaan lanjutan yang masih harus dilakukan setelah pekerjaan pokok selesai dilaksanakan.
7. Usaha‐usaha pengangkutan alat ke lokasi proyek.
8. Lain‐lain pertimbangan yang perlu.
II.1.1. Traktor Roda Rantai (Crawler Tractor)
Dalam dunia konstruksi, khususnya pada pekerjaan pemindahan tanah, dapat dikatakan bahwa
crawler tractor ini mempunyai kegunaan yang sangat besar sebagai alat pokok serbaguna. Penggunaan
crawler tractor ini antara lain :
1. Sebagai tenaga penggerak untuk mendorong, misalnya bulldozer, loader, dan untuk menarik scraper,
sheepsfoot roller dan sebagainya,
2. Sebagai tenag penggerak alat angkut, misalnya truk,
3. Sebagai tempat dudukan (mounting) alat lain, misalnya crane.
Pemasarannya, traktor dibedakan dari ukuran tenaganya, di samping juga atas dasar beratnya
secara keseluruhan. Karena seperti diketahui pada bab terdahulu, DBP maksimal kecuali ditentukan
oleh HP mesin, juga oleh berat traktor dan koefisien traksinya. Tenaga gerak (fly wheel) traktor
yang ada berkisar antara 65 HP, 75 HP, 105 HP sampai dengan 700 HP, dan hal ini penting untuk
dipertimbangkan pemilihannya di lapangan, disebabkan karena pengaruhnya besar sekali terhadap
produktifitas alat yang bersangkutan.
Cara mengemudikan crawler tractor dilakukan dengan menambah beban salah satu roda rantai
(track) dengan mengerem (brake) track tersebut secukupnya, atau dengan mengurangi traksi pada track
itu dengan melepaskan clutch yang menghubungkan antara roda gerak track dengan mesin, sebagaian
atau seluruhnya tergantung dari belokan yang akan ditempuh. Bila belokan cukup tajam, maka steering
dengan brake maupun dengan clutch dilakukan bersamaan. Sistem pengemudian demikian ini dapat
dilakukan karena kecepatan gerak traktor tidak terlalu besar, maksimal hanya 6 mph.
Crawler traktor ini dibutuhkan bila gesekan antara roda dan permukaan tanah besar, dan juga
untuk mendapatkan tenaga yang maksimal (tidak selip) pada waktu kerja.
Pada umumnya biaya perbaikan alat untuk crawler tractor ini sebagian besar adalah untuk
perbaikan bagian bawah (undercarriage), dan kerusakan‐kerusakan ini disebabkan oleh antara lain :
1. Benturan‐benturan waktu berjalan antara trackshoe dengan batu,
2. Terlalu sering berjalan pada tempat yang miring, atau sering berputar membalik pada satu arah,
3. Terlalu sering selip antara tracshoe dengan tanah,
4. Setelan tracshoe terlalu kendor,
5. Setelan tracshoe terlalu kencang/tegang.
Filiyanti Teta Ateta Bangun : Pengembangan Tanah Mekanik (PTM) & Alat-Alat Berat : Alat-Alat Gusur, 2009
II.1.2. Traktor Roda Karet (Wheel Tractor)
Traktor jenis ini digunakan untuk kecepatan yang cukup tinggi dengan jarak angkut besar,
sehingga memerlukan jalan angkut yang terpelihara dengan baik. Karena traktor jenis ini tenaga
tariknya dipengaruhi oleh keras lembeknya permukaan tanah.
Jika dibandingkan dengan crawler tractor, yang mempunyai daya floating yang baik, maka tekanan
persatuan luas permukaan pada roda/ban adalah besar, sehinga jika tanahnya lembek roda/ban sebagian
masuk ke dalam tanah, dan akan menambah rolling resistance traktor, hal ini akan mengurangi tenaga
efektif untuk menarik.
Oleh karena bermacam‐macam pertimbangan maka dibuat wheel tractor dengan dua roda dan wheel
tractor dengan empat roda.
1. Wheel Tractor Dua Roda
a. Kemungkinan gerak/manuver lebih besar, gigi lebih besar.
b. Traksi lebih besar, karena seluruh berat kendaraan ditambah sebagian muatan dilimpahkan pada
roda gerak.
c. Rolling resistance lebih kecil, karena jumlah roda lebih sedikit.
d. Biaya pemeliharaan ban lebih sedikit.
2. Traktor Roda Empat
a. Lebih mudah mengemudikannya, terutama karena lebih stabil dan memberikan kemantapan
pada pengemudi.
b. Lebih sedikit goncangannya pada jalan yang tidak rata.
c. Memungkinkan dijalankan dengan lebih cepat.
d. Dapat dijalankan sendiri jika dilepas trailnya.
Tabel II1 Perbandingan Wheel Tractor dengan Crawler Tractor
Crawler Tractor Wheel Tractor
1. Tenaga tarik besar 1. Tenaga tarik lebih kecil
2. Kecepatan relatif kecil 2. Kecepatan besar
3. Ground contact (bidang singgung 3. Ground contact kecil
roda dengan tanah) besar
4. Dapat bekerja pada kondisi medan 4. Kondisi medan harus baik
yang buruk
5. Kemungkinan selip kecil 5. Mudah selip
6. Floating lebih baik 6. Beban roda terpusat
7. Mobilitas rendah 7. Mobilitas tinggi
8. Jarak angkut dekat 8. Jarak angkut jauh
II.2. BULLDOZER
Pada dasarnya bulldozer adalah alat yang menggunakan traktor sebagai tempat dudukan dan
penggerak utamanya, jadi berupa attachment. Tetapi sudah menjadi kebiasaan umum bahwa bila
menyebut bulldozer, maka yang tergambar adalah traktor yang dilengkapi dengan dozer attachment. Hal
ini perlu dikemukakan disini untuk memberikan pengertian bahwa ada kalanya bulldozer ini juga
dipasang pada prime mover lain, seperti truktruk berat atau garder, terutama bulldozer ukuran
kecil, untuk pertimbangan ekonomisnya.
Bulldozer sebenarnya bukan kumpulan nama jenis‐jenis dozer, karena bulldozer ini hanya salah
satu jenis dari dozer yang diberi kedudukan untuk mendorong lurus ke depan. Ada juga
angledozer yang kecuali mendorong lurus ke depan juga dapat mendorong ke samping terhadap
sumbu kendaraan. Sudut serong (angling) ini biasanya 250 terhadap kedudukan lurus kedepan. Macam
dan tipe bulldozer dibedakan menjadi beberapa jenis, tergantung dari alat geraknya, kendali alat
gerak dan macam pisaunya.
Filiyanti Teta Ateta Bangun : Pengembangan Tanah Mekanik (PTM) & Alat-Alat Berat : Alat-Alat Gusur, 2009
II.2.1. Alat Gerak
Menurut alat bergeraknya (mounted) bulldozer dibagi dalam dua tipe, ialah crawler Tractor Dozer
(dengan roda rantai), Wheel Tractor Dozer (dengan roda ban karet), dan Swamp Bulldozer (untuk
daerah rawa). Kelebihan dan kerugian antara Crawler Mounted dan Wheel Mounted adalah seperti
ditunjukkan pada tabel berikut.
Tabel II3 Perbandingan antara Crawler Mounted dan Wheel Mounted
Crawler Mounted Wheel Mounted
1. Daya dorong besar, terutama pada 1. Kecepatan lebih besar
tanah lunak
2. Dapat bekerja pada tanah berlumpur 2. Tidak perlu alat angkut ke lokasi
3. Dapat bekerja pada tanah berbatu 3. Menguntungkan untuk jarak angkut
yang tajam namun ban karet akan yang jauh
cepat rusak
4. Kecepatan rendah, jarak angkut 4. Kelelahan operator kecil
pendek
5. Daya apung (floating) besar 5. Tidak dapat bekerja pada medan
yang jelek, lembek, becek
6. Perlu alat pengangkut ke lokasi, 6. Jalan angkut perlu pemeliharaan
karena dapat merusak jalan yang
dilalui
II.2.2. Alat Kendali
Menurut alat kendali pisau dozer (blade) nya dibedakan dalam Cable Controlled (alat kendali
dengan kabel) dan Hydraulic Controlled (alat kendali hidrolis). Beberapa keuntungan dan kerugian
dari dua jenis kendali ini diberikan pada tabel berikut.
Tabel II4 Perbandingan Cable Controlled dan Hydraulic Controlled
Cable Controlled Hydraulic Controlled
1. Sederhana dalam pemasangan dan 1. Tekanan pisau lebih besar
pemakaian
2. Pemeliharaan mudah 2. Kedudukan pisau mudah di atur
3. Bahaya kerusakan alat kurang, 3. Pemeliharaan berat dan harus teliti
karena pisau dapat naik sendiri jika
menjumpai rintangan yang berat
4. Tidak cocok untuk tanah yang keras 4. Kadang‐kadang kesulitan menyediakan
minyak hidrolis jika lokasi jauh dari kota (di
pedalaman)
II.2.3. Tipe Pisau (Blade)
Dilihat dari tipe pisau (blade)nya, bulldozer dibedakan dalam straight dozer (mendorong lurus),
angel dozer (pisau serong dilihat dari pandangan atas), dan tilt dozer (pisau serong dilihat dari
depan).
Keterangan :
1. Mold board
2. Cutting edge
3. Push arm
4. Pitch arm
5. Hinge (engsel)
6. Hydraulic controlled
7. Hydraulic Motor
8. Cable Controlled
Filiyanti Teta Ateta Bangun : Pengembangan Tanah Mekanik (PTM) & Alat-Alat Berat : Alat-Alat Gusur, 2009
II.2.4. JenisJenis Pisau Dozer
Beberapa jenis pisau yang digunakanpada bulldozer dan/atau angle dozer ada beberapa jenis, antara
lain sebagai berikut.
1. Universal Blade (UBlade), ialah pisau yang berguna untuk efektifitas produksi. Hal ini
memungkinkan bulldozer dapat mendorong/membawa muatan lebih bayak karena kehilangan
muatan yang relatif kecil dalam jarak angkut yang cukup jauh.
2. Straight Blade (SBlade), ialah jenis pisau yang cocok untuk segala jenis medan, blade ini
merupakan modifikasi dari U‐Blade, manuver lebih mudah dan dapat membawa material lebih
mudah.
3. Angling Blade (ABlade), ialah pisau yang digunakan untuk posisi lurus dan menyudut.
4. Cushion Blade (CBlade), ialah blade yang dilengkapi dengan rubber cushion (bantalan karet) untuk
meredam tumbukan.
5. Bowldozer, ialah pisau yang dibuat untuk membawa/mendorong material dalam jumlah kehilangan
yang sesedikit mungkain. Hal ini dimungkinkan karena dinding‐dinding baja pada samping dan
bagian bawah.
6. Light Material U Blade (UBlade untuk material ringan), ialah pisau yang direncanakan untuk
pekerjaan yang noncohesive material, atau material lepas yang ringan, misal stock pile.
II.2.5. Operasi dengan Dozer
Untuk meningkatkan produksi ada beberapa caraopersi menggunakan bulldozer, antara lain :
1. Slot Dozing, ialah dengan melakukan beberapa lintasan dan membiarkan tanah yang berceceran
dikiri‐kanan dozer, hal ini akan merupakan penghalang terhadap tercecernya tanah pada lintasan‐
lintasan berikutnya. Cara ini akan menambah produksi 20%.
2. Side by Side Dozing atau Blade to Blade Dozing, ialah cara bekerja dengan dua dozer berdampingan,
sehingga ujung blade dozer yang satu dengan ujung blade dozer yang lain hampir bersentuhan dan
berjalan pada arah yang sama. Cara ini menaikkan produksi antara 15% 25%.
II.2.6. Produksi Bulldozer
Untuk menghitung produksi bulldozer, beberapa pabrik pembuat alat memperkirakan produksi
dozing dengan menggunakan universal blade dan straight blade untuk bulldozer tipe D7 sampai D10
Carterpillar. U adalah Universal Blade, S adalah Straight Blade, sedangkan produksi didasarkan atas
kondisi sebagai berikut :
1. Efisiensi kerja 100% (60 menit per jam)
2. Fixed time (waktu tetap untuk pindah gigi) 0,05 menit,
3. Berat volume tanah yangdigusur 1790 kg/m3 (BM), atau 1370 kg/m3 (LM),
4. Swell 30% atau Load Factor = 0,769
5. Koefisien traksi untuk : a. track = 0,5 atau lebih
b. wheel = 0,4
6. Blade dengan hydraulic controlled.
Beberapa faktor koreksi perlu diberikan jika kondisi kerja dan ada faktor‐faktor lain yang tidak
sesuai.
Filiyanti Teta Ateta Bangun : Pengembangan Tanah Mekanik (PTM) & Alat-Alat Berat : Alat-Alat Gusur, 2009
Tabel II5 Faktor Koreksi Kondisi Kerja
No. Uraian Crawler Wheel
1. Operator :
a. Baik sekali 1,0 1,0
b. Sedang 0,75 0,75
c. Buruk 0,60 0,60
2. Bahan :
a. Stock pile 1,20 1,20
b. Sulit dipotong/digusur
0,80 0,75
- Dengan tilt sililder
0,70
- Tanpa tilt silinder 0,60
- Dengan kabel kendali
c. Keras dipotong/digusur (kering noncohesive) 0,80 0,80
d. Batu hasil ledakan 0,600,80
3. Dengan metode slot dozing (celah) 1,20 1,20
Dengan metode berdampingan (side by side
4. 1,151,25 1,151,25
dozing)
5. Penglihatan waktu operasi berdebu, kabut, + 0,80 0,70
gelap, hujan
6. Efisiensi kerja :
a. 50 menit/jam 0,84 0,84
b. 40 menit/jam 0,87 0,67
7. Direct drive tans (fixed time 0,1 mnt) 0,80
8. Bulldozer :
a. A Blade 0,500,75
b. C Blade 0,500,75 0,500,75
c. D5 (sempit) 0,90
d. U Blade 1,20 1,20
e. Bowl Blade 1,30 1,30
Selain faktor‐faktor tersebut di atas, ada satu faktor lagi yang harus dihitung. Ialah faktor “grade
correction”, adalah koreksi akibat landai jalan yang ditempuh.
Keterangan : + = landai naik
− = landai turun
Contoh 21 : Sebuah Bulldozer D8 U dengan tilt silinder bekerja pada tanah lempung keras, jarak
gusur rata‐rata 60 m. Landai naik 10%, operasi dengan cara slot dozing. Berat volume
tanah 1600 kg/m3 (loose), operator sedang, efisiensi kerja 50 menit/jam. Berapa
produksi rata‐rata perjamnya?.
Hitungan : Faktor‐faktor koreksi :
1. Lempung keras, tilit silinder : 0,80
2. Koreksi landai 10% naik : 0,84
3. Slot dozing : 1,20
4. Operator sedang : 0,75
5. Efisiensi kerja : 0,84
6. Koreksi berat tanah : 1370 : 0,856
1600
Produksi ideal : 410 m3/jam (LM)
Jadi produksi nyata : 410 * 0,80 * 0,84 * 1,20 * 0,75 * 0,84 * 0,856 = 178,29 m3/jam (LM).
Filiyanti Teta Ateta Bangun : Pengembangan Tanah Mekanik (PTM) & Alat-Alat Berat : Alat-Alat Gusur, 2009
Apabila dari pabrik tidak ada grafik/tabel yang dapat membantu untuk estimasi produksi, produksi
dapat ditentukan secara teoritis, dengan menghitung kapasitas blade, kemudian produksi rata‐rata
dihitung dengan estimasi jumlah lintasan perjamnya.
Pada kedudukan A, Bulldozer mula‐mula atau dalam keadaan berhenti, pisau sedikit masuk ke
dalam tanah dengan tujuan untuk menggali/menggusur. Dalam kedudukan yang demikian ini traktor
mulai dijalankan maju, biasanya harus dalam keadaan gigi terendah.
Kedudukan B adalah keadaan menggusur/mengangkut tanah dengan kecepatan tetap, jika
dipandang perlu traktor dapat menambah kecepatan dengan pindah gigi, dan hal ini akan memerlukan
waktu tetap yang disebut dengan fixed time.
Kedudukan C adalah posisi membuang muatan pada akhir jalan angkut, pisau diangkat naik sehingga
tanah dapat lewat di bawah pisau. Apabila tanah di depan pisau sudah habis tertinggal traktor dihentikan,
kemudian dalam posisi pisau masih terangkat traktor dijalankan mundur menuju ke kedudukan A.
Jarak L adalah jarak angkut dozer, sedang waktu yang dibutuhkan untuk menjalani jarak L pulang
balik disebut waktu pulang balik atau cycle time (roundtrip time). Waktu yang diperlukan untuk
menjalani satu roundtrip dirinci sebagai berikut :
1. Waktu tetap (fixed time), adalah waktu yang diperlukan untuk melakukan tindakan‐tindakan yang
selalu harus dijalankan, misalnya memasukkan gigi, menambah kecepatan, dan memindah gigi.
2. Waktu yang tidak tetap (variable time), ialah waktu untu bergerak maju mendorong muatan dan
watu kembali mengambil muatan, waktu ini besarnya tergantung jarak dan kecepatan gerak dari
traktor.
Untuk estimasi produksi dapat digunakan rumus berikut :
60 m3/jam (BM)
Produksi = × BC × JE × LF
T
Keterangan : T = cycle time, menit
BC = kapasitas blade (pisau), m3
JE = efisiensi kerja
LF = load faktor
Contoh 22 : Estimasikan produksi rata‐rata bulldozer jika ditentukan tanah lempung berpasir, berat
volume 2.700 lbs/cu‐yd (BM), swell 25%, jarak gusur 100 ft.
Traktor 72 HP, ukuran blade panjang 9,5 ft, tinggi 3 ft, kecepatan maju/gusur 1,5 mph,
mundur 3,5 mph, efsiensi kerja 50 menit/jam.
Hitungan : Kapasitas blade dihitung dengan pendekatan sebagai berikut
Lereng tanah ditentukan 2 : 1
1
Kapasitas blade : × H × 2 H × L
2
1
2.(3) 2 .9,5 = 85,5Cu − ft
2
85,5
= = 3,167Cu − yd ( BM )
(3) 3
3,176
Kapasitas blade dalam BM = = 2,5336Cu − yd ( BM )
1,25
Filiyanti Teta Ateta Bangun : Pengembangan Tanah Mekanik (PTM) & Alat-Alat Berat : Alat-Alat Gusur, 2009
Round trip time :
100
- Dorong/maju : × 60 = 0,758menit
1,5 × 5.280
100
- Kembali : × 60 = 0,324menit
3,5 × 5.280
- Fixed time = 0,30 menit
T = 1,382 menit
60 50
Produksi = × × 2,5336
1,3382 60
= 91,664 Cu‐yd/jam (BM)
II.2.7. Penggunaan Bulldozer
Untuk pelaksanaan pekerjaan konstruksi, terutama jalan raya, landasan pesawat terbang dan
sebagainya, bulldozer bersifat serbaguna dan dapat melakukan tugastugas antara lain seperti
berikut ini :
1. Pembersihan lapangan pekerjaan dari pepohonan, kayu‐kayu dan bonggol‐bonggolnya, puing‐puing
bekas bangunan dan sebagainya, pekerjaan ini sering disebut clearning.
2. Pembukaan jalan‐jalan kerja darurat menuju ke tempat lokasi pekerjaan.
3. Pembukaan atau penggusuran tanah dalam jarak dekat (100 meter).
4. Mendorong scraper pada waktu memuat (push).
5. Meratakan timbunan tanah pada daerah fill, mengisi kembali galian atau parit, spreading dan
sebagainya.
6. Memelihara jalan kerja, jalan angkut.
7. Menyiapkan bahan‐bahan dari quarry atau tempat pengambilan material.
8. Mengupas tanah bagian atas yang jelek atau stripping.
9. Meratakan permukaan atau menghaluskan permukaan bidang rat (finishing).
II.2.8. Mengerjakan Bukit Dengan Bulldozer
Pekerjaan pada bukit yang tanahnya terdiri dari butir yang lepas akan sulit didaki sampai ke puncak
oleh traktor, karena tanah akan longsor. Untuk merintis jalan menuju puncak ialah dengan
menghadapkan dozer ke tebing yang akan didaki dengan blade diangkat setinggi mungkin. Dengan
kedudukan blade ini traktor digerakkan maju sedemikian rupa sehingga blade masuk ke tebing,
kemudian traktor digerakkan mundur agar tidak tertimpa longsoran tebing akibat gerakan mundur
tersebut. Bahan longsoran yang terkumpul pada kaki tebing itu kemudian diratakan dengan cara back
blading, ialah dengan meletakkan blade di belakang onggokan bekas longsoran dan menarik mundur
traktor yang akan menghailkan suatu bidang rata dan mempunyai ketinggian lebih dari kedudukan
semula. Kemudian pekerjaan dimulai dengan mengangkat blade tinggi‐tinggi dan maju ke depan
kemudian mundur lagi.
Apabila bukit terdiri dari tanah keras dan berbatu, maka biasanya tiada jalan lain kecuali
membuat jalan melingkar (side hil cut), ke lintasan pertama digunakan tilt dozing, kemudian dengan
angle dozing agar tanah hasil gusuran dapat dibuang ke jurang atau bagian tebing yang rendah.
Seandainya harus terpaksa menggali melalui bukit, misalnya untuk membuat jalan tembus, maka harus
diperhatikan adanya pola penggalian.
Hal ini untuk menghindari agar dozer tidak terjepit di antara dua tebing hasil galian, karena pisau
dozer tidak jauh lebih besar daripada lebar antara letak dua track traktor, sehingga jika tidak hati‐hati
dalam memilih urutan lintasan bukan tidak mungkin dozer akan terjebak dan sulit untuk keluar.
II.2.9. Meratakan Timbunan Tanah (Spreading)
Timbunan tanah yang dimaksud adalah bekas dumping dari truk untuk pengisian jarak jauh, atau
stock pile dari hasil timbunan yang lain. Pekerjaan dimulai dengan memberikan kedudukan dozer blade
cukup tinggi di atas tanah asal agar tidak terambil muatan terlalu banyak sekaligus. Jika di depan blade
sudah tidak cukupbanyak muatan maka traktor dihentikan dan dijalankan mundur untuk mengambil
muatan baru, sisa muatan dari pass yang lalu didorong dengan pass berikutnya. Hal ini dilakukan dengan
memelihara produktifitas dozer yang hanya dicapai dengan mendorong muatan yang maksimal. Dalam
Filiyanti Teta Ateta Bangun : Pengembangan Tanah Mekanik (PTM) & Alat-Alat Berat : Alat-Alat Gusur, 2009
melaksanakan ini tiap kali harus pindah jalur pada waktu menjalankan masing‐masing pass yang
berurutan, sehingga tanggul‐tanggul yang terjadi pada lintas‐lintas sebelumnya tidak terlalu berat untuk
diratakan kemudian. Naik turunnya blade pada kebanyakan dozer adalah hal yang sukar dikendalikan,
terutama bagi operator yang belum cukup berpengalaman. Maka sebaiknya jika terjadi puntuk‐puntuk di
atas permukaan tanah, lebih baik dozer dihentikan dan mundur mengulangi pass yang sedang dijalani.
II.2.10. Menggali Tanah Keras
Jika menjumpai tanah keras, misalnya tanah keras kering, maka penggalian dapat dilakukan
dengan pisau dozer khusus yang disebut ripper (pembajak). Alat ini pada dasarnya tidak lain seperti
bajak yang gigi‐giginya terbuat dari baja sedemikian rupa sehingga dapat diberikan tekanan cukup besar
untuk dapat masuk dalam tanah keras. Ripper ini ada yang merupakan alat tersendiri yang ditarik
(towed) oleh traktor, ada juga yang merupakan alat pelengkap (attachment) yang dipasang pada traktor
sebagai alat penggeraknya.
Macammacam ripper antara lain sebagai berikut.
1. Ripper yang merupakan alat sendiri.
2. Ripper yang ditarik traktor,
a. dengan cable controlled (kendali kabel),
b. dengan hydraulic controlled (kendali hidrolis).
3. Ripper yang merupakan attachment yang dipasang pada traktor sebagai tenaga penggeraknya.
a. Adjustable parallelogram, giginya sjajar dan dapat diatur/dilepas, macamnya :
1). Single shank (gigi tunggal)
2). Multi shank (gigi banyak)
b. Parallelogram gigi sejajar dan kaku,
1). Single shank,
2). Multi shank.
c. Hinge, berbentuk piringan dengan ukuran tertentu.
Gigi‐gigi ripper ini jika aus dapat diganti, hanya harus dijaga agar keausannya jangan sampai pada inti
giginya, karena penggantiannya akan lebih mahal.
Beberapa jenis tanah tertentu tidak dapat dibajak dengan ripper ini, misalnya clay dengan
kecepatan rambat antara 3000 – 5000 ft/detik dapat dibajak, sedang clay dengan kecepatan rambat suara
antara 5000 ‐ 6000 ft/detik merupakan batas kemampuan ripper yang bersangkutan. Kecepatan rambat
suara ini dihitung berdasarkan penyelidikan di lapangan pada jenis material yang akan dikerjakan. Hal ini
tidak mutlak memberikan kepastian dapat tidaknya material dibajak, karena material dapat dibajak
tanpa memperhatikan kecepatan rambat suara, terutama untuk material yang homogen. Sebaliknya
kecepatan rambat suara yang rendah belum tentu menjamin dapat dibajak, karena joint fracture yang
ada tidak memungkinkan untuk penetrasi gigi ripper. Untuk batuan konglomerat dan beberapa jenis
batuan yang lain kadang‐kadang diperlukan bantuan dengan peledakan.
Produksi dapat diestimasikan sebagai berikut.
Contoh 23 : Sebuah ripper dengan single shank yang ditarik traktor,
Jarak ripping : 0,915 m
Dalam ripping : 0,610 m
Panjang ripping : 91 m
Kecepatan ripping : 1,6 km/jam atau 26,6 m/menit
Waktu kembali : 0,25 menit
Efisiensi kerja : 50 menit/jam
Cycle time :
91
‐ Waktu membajak : = 3,42menit
26,6
‐ Waktu kembali = 0,25 menit
T = 3,67 menit
60 50
‐ Produksi : × 0,915 × 0,610 × × 0,8 = 6,08 m3/jam
3,67 60
Apabila ada faktor koreksi yang lain seperti kondisi medan, alat dan operator dapat juga
diperhitungkan.
Filiyanti Teta Ateta Bangun : Pengembangan Tanah Mekanik (PTM) & Alat-Alat Berat : Alat-Alat Gusur, 2009
II.2.11. Clearing
Bulldoder adalah alat yang baik sekali untuk digunakan dalam pekerjaan‐pekerjaan pembersihan
permukaan tanah dari tumbuh‐tumbuhan, pohon‐pohonan, sisa pohon, batu‐batuan dan puing‐puing
bekas bangunan. Apabila pohon tidak terlalu besar, pisau dimasukkan sedikit di bawah permukaan tanah
dan digusur maju, sehingga pohon tumbang, hal ini juga dilakukan untuk semak‐semak belukar. Untuk
menumbangkan pohon yang agak besar, blade diangkat sampai kedudukan kira‐kira setengah dari
maksimal, sehingga cutting edge blade menyentuh batang pohon yang akan ditumbangkan. Setelah blade
menyentuh batang pohon, dozer digerakkan maju pada gigi rendah sambil mengangkat blade ke atas
mencapai kedudukan tertinggi. Dengan demikian pohon kecuali terdorong juga terjebol dari
kedudukannya.
Untuk pekerjaan clearing ini dapat dikatakan suatu pekerjaan yang tidak eksak, karena jumlahnya
produksi tidak dapat dipastikan dari pekerjaan yang satu dengan pekerjaan yang lainnya. Sebagai
gambaran diberikan tabel berikut.
Tabel II7 Produksi Clearnimg dengan bulldozer
Ukuran traktor
B a h a n
< 115 DBHP > 115 DBHP
1. Pohonpohon kecil, semak (0<6 inci) 1.000 sq‐yd/jam 1.200 sqyd/jam
2. Pohonpohon sedang (0 712 inci) 3 ‐ 9 mnt/pohon 2 6 mnt/pohon
3. Pohon besar (0 1230 inci) 5 ‐ 20 mnt/pohon 5 20 mnt/pohon
II.3. SCRAPER
Dalam pekerjaan penggususran tanah, scraper selain digunakan untuk menggali juga dapat untuk
mengangkut. Pada kenyataan scraper ada yang mempunyai mesin sendiri dan ada yang ditarik traktor,
tetapi secara keseluruhan scraper dan traktor disebut sebgagai scraper saja.
II.3.1. Macammacam Scraper
Beberapa macam dan tipe scraper dibedakan sebagai berikut :
1. Mesin penggerak, ada scraper bermesin tunggal yang power unitnya terletak di bagian depan
berfungsi sebagai penarik bowldari scraper, kemudian ada yang bermesin ganda yang power unit
keduanya ditempatkan pada bagian belakang bowl scraper berfungsi untuk mendorong seluruh unit
scraper, sedang powel unit yang pertama ada di bagian depan sebagai penarik dan keduanya harus
terpadu bekerjanya.
Filiyanti Teta Ateta Bangun : Pengembangan Tanah Mekanik (PTM) & Alat-Alat Berat : Alat-Alat Gusur, 2009
2. Tipe scraper dibedakan dalam dua macam, ialah semi trailler (dengan dua as), dan tipe full trailler
(satu as).
3. Alat kendali dibedakan dalam dua macam, alat kendali hidrolis (hydraullic controlled), dan alat
kendali kabel (cable controlled).
4. Roda traktor yang digunakan dapat berupa :
a. Roda rantai (crawler tractor populled),
b. Roda karet (wheel tractor pulled) yang macamnya ada :
1. Single engine (mesin tunggal),
2. Twin engine (mesin ganda),
3. Two bowl tandem (dengan dua bowl bersama‐sama),
4. Multi bowl multi engine,
5. Elevating scraper.
Prinsip kerja scraper ialah dalam keadaan berjalan bowl diturunkan samapai “cutting edge” nya
masuk ke dalam tanah yang akan digali/digusur. Apron ditarik ke atas dan ditahan pada kedudukan
tertentu supaya tanah dapat masuk ke dalam bowl, jika bowl belum penuh tetapi tanah tidak dapat
masuk, hal ini biasanya karena kecepatan gerak scraper kurang untuk mendorong tanah yang terkumpul
menutupi lubang dasar bowl dan apron. Untuk hal semacam ini kadang‐kadang perlu dibantu dengan
pushdozer (bulldozer pendorong). Apabila bowl sudah penuh, apron ditutup kemudian diangkut dan
dibuang pada tempat yang diinginkan.
Membuang muatan dari scraper biasanya dengan membuat lapisan urugan yan rata tebalnya,
untuk ini bowl diturunkan dari kedudukannya sampai ketinggian yang dikehendaki di atas permukaan
tanah, kemudian apron dibuka secukupnya, sehingga muatan keluar oleh berat sendiri dari bowl dan juga
oleh bantuan dorongan ejector yang digerakkan maju.
II.3.2. Fungsi Scraper
Dalam pekerjaan tanah scraper berfungsi antara lain:
1. Striping top soil, ialah pengupasan tanah permukaan yang jelek.
2. Meratakan contour sekeliling bangunan.
3. Menggali saluran.
4. Menggali dan mengurug, misalnya badan jalan.
Pada pekerjaan cut & fill oleh scraper melibatkan pekerjaan material dari suatu tempat ke tempat
lain. Scraper dapat bekerja dengan baik asal ukurannya sesuai dengan kondisi medan, biasanya
jarak angkut 100 meter sampai dengan 1.000 meter adalah jarak ekonomis untuk bekerja dengan
scraper. Tetapi hal tersebut tidak mutlak, karena berdasarkan asumsi dan pengalaman, pada jarak
angkut 100 meter penggunaan scraper belum tentu lebih baik dibandingkan dnegan bulldozer.
II.3.3. Produksi Scraper
Kapasitas scraper ditentukan volume material yang dapat dimuat dalam bowl, dan ukuran
kapasitas ini dinyatakan dalam m3 atau cuyd. Ukuran dibedakan dalam keadaan peres (struck) dan
munjung (heaped), dan perlu diketahui bahwa ukuran tanah yang digali dalam keadaan bank measure,
sedang tanah yang termuat dalam bowl dalam keadaan loose (lepas).
Seperti halnya dengan produksi yang dapat dihitung untuk dozer, maka untuk scraper dapat
dilakukan hitungan‐hitungan serupa dengan banyak mendasarkan pada pengalaman di lapangan. Oleh
pabrik pembuatnya, biasa diberikan dua angka untuk kapasitas scraper, ialah kapasitas struck dan
kapasitas heaped, sedang angka rataratanya terletak diantara kedua angka tersebut, karena
biasanya scraper dapat diisi lebih dari kapasitas struck, tetapi jarang mencapai kapasitas heaped.
Produksi scraper dinyatakan dalam jumlah tanah yang dapat dipindahkan tiap jamnya, dan untuk
menghitung “cycle time”nya ada dua hal pokok yang harus dihitung ialah sebagai berikut.
1. Waktu tetap, ialah waktu yang diperlukan untuk muat, mempercepat muat, pindah gigi, membuang
muatan, memutar balik, menyiapkan diri untuk kembali mengambil muatan.
2. Waktu tidak tetap, ialah waktu yang diprtlukan untuk berjalan menuju tempat membuang dan
kembali mengambil muatan.
Untuk menentukan waktu tetap (fixed time) sebagai gambaran dapat diambil pada tabel II‐8, khusus
untuk scraper roda karet.
Filiyanti Teta Ateta Bangun : Pengembangan Tanah Mekanik (PTM) & Alat-Alat Berat : Alat-Alat Gusur, 2009
Tabel II8 WaktuTetap untuk Wheel Scraper (menit)
Kegiatan Kecepatan Angkut (mph)
5 8 8 15 15 30
(1) (2) (3) (1) (2) (3) (1) (2) (3)
Tabel II9 Rincian DBP Traktor
Kapasitas bowl 9,6 m3, berat kosong 10 ton, panjang pisau 2,5 meter. Jenis tanah
kepasiran, berat 1.300 kg/m3 (BM), swell = 20%. Kondisi medan datar, jalan angkut rata,
RR untuk crawler 50 kg/ton. Jarak angkut 300 meter, urugan tebal tiap lapis 20 cm,
galian tebal tiap kali muat 10 cm. Jika efisiensi kerja 50 menit/jam berapa produksi
scraper?
9,6
Hitungan : Volume scraper 9,6 m3 (LM) = = 8m 3 ( BM )
1,20
8
Jarak muat : = 32 meter
0,10 × 2,5
9,60
Jarak buang : = 19,20 meter
0,20 × 2,5
Berat scraper : = 10 ton
Berat muatan : 8 x 1.300 = 10,40 ton
T o t a l = 20,40 ton
DBP yang dibutuhkan untuk menarik scraper + muatan = 20,4 x 70 = 1.428 kg, sedang
DBP untuk traktor sudah diperhitungkan.
Dari tabel II.9 terlihat bahwa traktor dapat berjalan pada gigi ke 5, dengan kecepatan 10
km/jam.
1. Waktu tetap :
32
‐ muat gigi ke 1 : × 60 = 0,81 menit
2.360
19,20
‐ buang gigi ke 1 : × 60 = 0,49menit
2.360
‐ putar 2 kali : 2 x 0,40 = 0,80 menit
‐ pindah gigi, percepatan dll = 1,00 menit
Filiyanti Teta Ateta Bangun : Pengembangan Tanah Mekanik (PTM) & Alat-Alat Berat : Alat-Alat Gusur, 2009
T1 = 3,10 menit
2. Waktu tidak tetap :
300
‐ waktu angkut : × 60 = 1,80menit
10.000
300
‐ waktu kembali : × 60 = 1,80menit
10.000
T2 = 3,60 menit
Cycle time : 3,10 + 3,60 = 6,70 menit
60 50
Produksi scraper : × 8× = 59,70 m 3 / jam
6,70 60
II.3.4. Scraper dengan Pushdozer
Untuk traktor dengan roda karet, dalam memperoleh kapaitas angkut yang maksimal, pada waktu
menggali diperlukan bantuan pushdozer yang mendorong dari belakang. Dalam menghitung produksi
dan menghitung jumlah sraper yang harus dilayani oleh pushdozer sangat tergantung pada masing‐
masing cycle time yang diperlukan. Waktu yang diperlukan tersebut antara lain untuk mendorong,
angkut, buang, putar dan waktu kontak. Beberapa cycle time untuk pushdozer tergantung dari macam
operasinya seperti terlihat pada tabel II.10.
Contoh 25 : Sebuah pushdozer bekerja dengan cara back track loading, kondisi pemuatan sedang.
Scraper yang dilayani mempunyai cycle‐time 8 menit.
Berapakah scraper yang dapat dilayani oleh pushdozer?
Hitungan : Dari tabel II.10 diperoleh T untuk pushdozer 2,5 menit.
8
Jumlah scraper = = 3,2 unit
2,5
a. Bila digunakan 3 buah scraper, maka waktu untuk mendorong : 3 x 2,5 = 7,5 scraper
belum datang, sehingga pushdozer harus menunggu.
b. Bila digunakan 4 buah scraper, maka waktu untuk mendorong = 4 x 2,5 = 10 menit,
scraper sudah datant tetapi pushdozer belum selesai mendorong scraper ke 4.
Tabel II10 CycleTime untuk Pushdozer
Cara Operasi Kondisi Muatan CycleTime
Baik 1,7
Back Track Loading Sedang 2,5
Kurang 3,0
Baik 1,2
Chain Loading Sedang 1,6
Kurang 2,0
Baik 1,2
Shuttle Loading Sedang 1,6
Kurang 2,0
II.4. DAFTAR PUSTAKA
1. Handbook of Caterpillar (the Internet downloaded, 2009);
2. Handbook of Komatsu (the Internet downloaded, 2009);
3. Peurifoy, P.E., Ledbetter, W.B., Schexnayder, C.J., Construction Planning, Equipment, And
Methods,The McGraw‐Hill Companies, Inc., NY, 2007.
Filiyanti Teta Ateta Bangun : Pengembangan Tanah Mekanik (PTM) & Alat-Alat Berat : Alat-Alat Gusur, 2009