Anda di halaman 1dari 34

PENGARUH VARIASI KEKANGAN PADA JALUR TEKAN TERHADAP KAPASITAS

LENTUR DAN POLA RETAK BALOK BETON BERTULANG


SELF COMPACTING CONCRETE (SCC)

Proposal Skripsi

Oleh :
Wahyu Hidayat
(150523601168)

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK SIPIL


2019
Latar Belakang
• Balok merupakan elemen horizontal • Beton self compacting concrete adalah be-
ataupun miring yang panjang dengan uku- ton yang mampu memadat sendiri dengan
ran lebar serta tinggi yang terbatas (Agus slump yang cukup tinggi.
Setiawan). • Beton self compacting concrete mempunyai
• Balok memegang peranan yang cukup be- keunggulan flowability yang tinggi sehingga
sar dalam memikul beban lentur di sepan- mampu mengalir, memenuhi bekisting dan
jang bentangnya. mencapai kepadatan tertingginya sendiri
(EFNARC 2005).

• Balok beton betulang umumnya diberi tu- • Kekangan (confinement) zona tekan meru-
langan longitudinal untuk menahan mo- pakan tulangan transversal yang dipasang
men lentur dan tulangan transversal untuk pada daerah tekan balok beton bertulang.
menahan gaya geser.
• Dalam merancang suatu struktur harus
memperhitungkan aspek kekuatan dan
kekakuan.
Rumusan Masalah
1
Berapakah kapasitas lentur balok tanpa kekangan BSCC-1 dengan
balok yang menggunakan variasi kekangan BSCC-2 dan BSCC-3?

Berapakah lendutan maksimum yang terjadi pada uji lentur balok tanpa
2 kekangan BSCC-1 dengan balok yang menggunakan variasi kekangan
BSCC-2 dan BSCC-3?

Bagaimana pola retak balok tanpa kekangan BSCC-1 dengan balok


3 yang menggunakan variasi kekangan BSCC-2 dan balok BSCC-3?
Hipotesis Penelitian

Ha : Ada perbedaan kapasitas lentur balok yang signifikan antara


1 balok tanpa kekangan BSCC-1 dengan balok yang menggunakan vari-
asi kekangan BSCC-2 dan BSCC-3.

Ha : Ada perbedaan lendutan maksimum yang signifikan antara balok


2
2
tanpa kekangan BSCC-1 dengan balok yang menggunakan variasi
kekangan BSCC-2 dan BSCC-3.
3
Beton Self Compacting Concrete (SCC)
 Beton self compacting concrete (SCC) adalah beton yang mampu memadat (compacting) sendiri dengan
nilai slump yang cukup tinggi.
 Karakteristik beton self compacting concrete (SCC) adalah memiliki nilai slump berkisar 65 – 75 cm dan
waktu (T50) berkisar 3 – 15 detik (Japan Society of Civil Engineers Guidelines for Concrete, 2007).
 Kriteria workability dari campuran beton self compacting concrete (SCC) adalah mampu memenuhi kriteria
berikut (EFNARC 2002):
 Fillingability, kemampuan campuran beton untuk mengisi ruangan.
 Passingability, kemampuan campuran beton untuk melewati struktur ruangan yang rapat.
 Segregasi restance, ketahanan campuran beton segar terhadap efek segregasi.
 Konsep dasar yang diterapkan dalam proses perencanaan produksi beton self compacting concrete (SCC)
ditunjukan seperti pada gambar berikut :
Bahan Penyusun Beton Self Compacting Concrete (SCC)

Agregat Kasar Agregat Halus


Batas maksimal 10 mm Batas gradasi zona II
dengan lolos ayakan (pasir agak kasar)
no. .

Semen
Portland Composite Cement (PCC)
Air Superplasticizer
Air tanah yang berasal Sica Viscocrete-3115N
dari gedung D9 dengan kadar 1.5% dari
berat semen
Pengekang (confinement)
 Confinement atau dapat diartikan kurungan.
 Confinement pada elemen beton bertulang akan meningkatkan daktilitas dan kuat tekan beton dengan cara
mencegah ekpansion lateral yang terjadi akibat efek poisson selama pembebanan berlangsung (Imran
2010)
 Mekanisme pengekangan yang menurut Mander et al. (1998), bahwa tegangan tekan baru mencapai nilai
rendah apabila tulangan tranversal ikut tertekan, meskipun intensitas tekanan tersebut masih rendah se -
hingga belum mempengaruhi beton. Namun saat tegangan ultimit tercapai dan terjadi penjalaran retak,
maka beton akan mengembang dan menekan tulangan transversal.
 Pada balok beton bertulang confinement dibedakan kedalam internal confinement dan eksternal confine-
ment.
 Internal confinement menitik beratkan pemberian pengekangan di dalam tubuh balok beton bertulang di
bawah selimut beton.
 Internal confinement dapat dilakukan dengan memberikan tulangan berbentuk spiral ataupun tulangan
persegi (hoops).
 Eksternal confinement berupa pengekangan yang berada diluar tubuh balok beton bertulang di luar selimut
beton, misalnya pemberian lapisan Fiber Reinforced Polymer (FRP)
Pola Keruntuhan Dalam Perencanaan Balok

Rumus : Kategori Keruntuhan :


a= 2d jika > 2 a. Jenis I : jika a/d < ½ maka balok tinggi, sehingga tegangan
a= av jika ≤ 2 geser lebih menentukan dari pada tegangan lentur.
b. Jenis II : jika 1 < a/d < 2 ½ maka balok pendek, sehingga
kekuatan gesernya melampui kapasitas keretakan miring.
Dimana: c. Jenis III : jika 2 ½ < a/d < 6 maka balok pendek, kekuatan
a = Jarak antara ujung balok dengan ujung jalur tekan gesernya sama dengan kapasitas keretakan miring, lentur
pada daerah lapangan balok mulai bersifat dominan.
av = Jarak antara ujung balok dengan perletakan d. Jenis IV : jika a/d > 6 maka balok panjang, sehingga
beban terpusat P keruntuhan yang terjadi adalah keruntuhan lentur.
d = Tinggi efektif balok
Pengujian Four Point Bending

Point Bending
Baja L = 20 cm
Pola Retak
Pada dasarnya terdapat tiga jenis pola keretakan pada balok yaitu sebagai beikut:

Retak lentur adalah retak vertikal yang


A memanjang dari sisi tarik balok dan men-
garah ke atas sampai daerah sumbu ne-
tralnya.

C Retak geser-lentur adalah salah jenis retak


geser miring yang paling umum terjadi
pada elemen balok, terutama pada balok
prategang dan non-prategang
B Retak geser-web adalah retak miring yang
diakibatkan karena geser yang terjadi pada
bagian web balok beton bertulang baik se-
bagai retak bebas ataupun perpanjangan
retak lentur
Prosedur Penelitian

Gambar
Diagram Alir

11 cm 22 cm
Benda Uji Balok Konvensional Tanpa Kekangan (BSCC-1)
Benda Uji Balok Dengan Variasi Kekangan (BSCC-2)
Benda Uji Balok Dengan Variasi Kekangan (BSCC-3)
Perhitungan Mix Design
Tabel Kebutuhan Bahan Total

Benda Uji Air Semen Agregat Kasar Pasir Superplasticizer


(Liter) (Kg) (Kg) (Kg) (Liter)
Silinder 5,47 13,17 14,74 18,78 0,16
Balok 39,24 95,47 105,74 134,77 1,13
Total 44,71 107,63 120,48 153,56 1,29
Kuat Lentur Balok Beton Bertulang
Tabel 4.1 Rekapitulasi Hasil Pengujian Kuat Lentur Maksimum

P Maks (UTM) P Maks (Koreksi Alat) BEBAN


BALOK
(kN) (kN) (N)
BEBAN P MAKSIMUM BSCC-1
A 79,7 66,9 53.900
B 81 68 55.200
C 79,7 66,9 53.900
BEBAN P MAKSIMUM BSCC-2
A 82,2 69,4 56.600
B 78 65,4 52.400
C 77,5 64,7 51.900
BEBAN P MAKSIMUM BSCC-3
A 74,1 61,3 48.500
B 79,8 67 54.200
C 77,1 64,3 51.500
Kuat Lentur Balok Beton Bertulang
Tabel 4.2. Rekapitulasi Perhitungan Kuat Lentur Balok.

RATA-RATA
P ML KUAT LENTUR
BALOK KUAT LENTUR
(N) (Nmm) (MPa)
(MPa)
BALOK BSCC-1
A 27.004,45 3.600.592,73 9,60
B 27.654,45 3.687.259,40 9,83 9,68
C 27.004,45 3.600.592,73 9,60
BALOK BSCC-2
A 28.354,45 3.780.592,73 10,08
B 26.254,45 3.500.592,73 9,33 9,55
C 26.004,45 3.467.259,40 9,25
BALOK BSCC-3
A 24.304,45 3.240,592,73 8,64
B 27.154,45 3.620.592,73 9,65 9,16
C 25.804,45 3.440.592,73 9,17
Kuat Lentur Balok Beton Bertulang
 Hasil pengujian kuat lentur balok beton bertulang menunjukkan kemampuan masing-masing balok yang
berbeda dalam menerima suatu beban.
 Berdasarkan pengujian tersebut kuat lentur balok saat beban maksimum (P maks) sebagai berikut:
a. balok tanpa kekangan BSCC-1 memiliki kuat lentur rata-rata sebesar 9,68 MPa,
b. balok dengan jarak kekangan 4,5 cm (BSCC-2) memiliki kuat lentur rata-rata sebesar 9,55 MPa,
c. balok dengan jarak kekangan 3 cm (BSCC-3) memiliki kuat lentur rata-rata sebesar 9,16 MPa.
 Perhitungan kuat lentur rencana adalah 8,07 MPa.
 Kuat lentur yang terjadi saat beban maksimum (P maks) pada benda uji lebih besar dibandingkan dengan
kuat lentur balok rencana.
 Dalam penelitian ini menunjukkan penurunan pada balok yang menggunakan kekangan dengan jarak
3 cm (BSCC-2) dan balok dengan jarak kekangan 4,5 cm (BSCC-3).
 Semakin rapat penggunaan kekangan pada jalur tekan didapatkan hasil kuat lentur balok semakin menurun.
Lendutan Balok Beton Bertulang
Tabel 4.3. Rekapitulasi Hasil Uji Lendutan pada Balok

RATA-RATA
BEBAN BEBAN LENDUTAN
BALOK LENDUTAN
(kN) (N) (mm)
(mm)
BALOK BSCC-1
A 79,7 66.900 12,48
B 81 68.200 15,94 15,43
C 79,7 66.900 17,88
BALOK BSCC-2
A 82,2 69.400 15,84
B 78 65.200 16,45 15,86
C 77,5 64.700 15,29
BALOK BSCC-3
A 74,1 61.300 18
B 79,8 67.000 12,48 16,16
C 77,1 63.300 17,99
Lendutan Balok Beton Bertulang
 Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dengan menggunakan dial gauge, lendutan rata-rata
yang dihasilkan balok saat menerima beban maksimum adalah sebegai berikut:
a. lendutan rata-rata balok tanpa kekangan (BSCC-1) adalah 15,43 mm,
b. lendutan rata-rata pada balok dengan jarak kekangan 4,5 cm (BSCC-2) adalah 15,86 mm,
c. lendutan rata-rata pada balok dengan jarak kekangan 3 cm (BSCC-3) adalah 16,16 mm.
 Lendutan maksimum yang terjadi pada semua benda uji balok memenuhi syarat lendutan ijin yang
diisyaratkan SNI-2847:2013.
 Dalam penelitian ini, besarnya lendutan ijin yang diisyaratkan sebesar L/240 atau 3,33 mm.
 Pada penelitian sebelumnya menggunakan tambahan tulangan utama 4 pada tengah bentang untuk
pengaku kekangan, sedangkan pada penelitian ini menggunakan kawat untuk pengaku kekangan.
 Penggunaan tulangan utama4 dan kawat pada tengah bentang pengaruhnya sama terhadap lendutan
balok, yaitu penggunaan baja yang semakin rapat di daerah tekan menyebabkan peningkatan lendutan.
Grafik Hubungan Lendutan – Beban
Gambar 4.1. Grafik Hubungan Lendutan – Beban pada Balok BSCC-1

B
A  
 
C
 
 
Grafik Hubungan Lendutan – Beban
Gambar 4.2. Grafik Hubungan Lendutan – Beban pada Balok BSCC-2

B
C A
 
   
Grafik Hubungan Lendutan – Beban
Gambar 4.1. Grafik Hubungan Lendutan – Beban pada Balok BSCC-3

C B

  A 

 
Pola Retak

Gambar 4.5. Pola Retak Balok BSCC-1,A Gambar 4.6. Permodelan Pola Retak Balok BSCC-1,A
(sisi depan) (sisi depan)

Gambar 4.7. Pola Retak Balok BSCC-1,A Gambar 4.8. Permodelan Pola Retak Balok BSCC-1,A
(sisi belakang) (sisi belakang)

Gambar 4.9. Pola Retak Balok BSCC-1,B Gambar 4.10. Permodelan Pola Retak Balok BSCC-1,B
(sisi depan) (sisi depan)
Pola Retak

Gambar 4.11. Pola Retak Balok BSCC-1,B Gambar 4.12. Permodelan Pola Retak Balok BSCC-1,B
(sisi belakang) (sisi belakang)

Gambar 4.13. Pola Retak Balok BSCC-1,C Gambar 4.14. Permodelan Pola Retak Balok BSCC-1,C
(sisi depan) (sisi depan)

Gambar 4.15. Pola Retak Balok BSCC-1,C Gambar 4.16. Permodelan Pola Retak Balok BSCC-1,C
(sisi belakang) (sisi belakang)
Pola Retak

Balok Tanpa Kekangan (BSCC-1)


 Retak pertama / first crack pada balok tanpa kekangan (BSCC-1) ditandai dengan retak vertikal pada bagian
tarik pada balok (pada gambar 4.6, 4.12, 4,14).
 Retak pertama terjadi saat benda uji dibebani beban sebesar 10.500 N, sedangkan lendutan rata-rata yang
terjadi sebesar 0,44 mm.
 Setelah itu terjadi retakan-retakan kecil pada daerah tekan balok.
 Keruntuhan balok ditandai dengan melebarnya retak pada daerah tarik dan pembacaan beban P pada mesin
UTM berhenti atau telah mencapai puncaknya, beban puncak rata-rata balok BSCC-1 yaitu sebesar
67.333,33 N dengan lendutan yang terjadi sebesar 15,43 mm.
 Pembebanan dihentikan ketika pembacaan mesin UTM mengalami penurunan. Pada balok tanpa kekangan
(BSCC-1) terjadi pola retak yaitu retak lentur / flexural crack.
Pola Retak

Gambar 4.17. Pola Retak Balok BSCC-2,A Gambar 4.18. Permodelan Pola Retak Balok BSCC-2,A
(sisi depan) (sisi depan)

Gambar 4.19. Pola Retak Balok BSCC-2,A Gambar 4.20. Permodelan Pola Retak Balok BSCC-2,A
(sisi belakang) (sisi belakang)

Gambar 4.21. Pola Retak Balok BSCC-2,B Gambar 4.22. Permodelan Pola Retak Balok BSCC-2,B
(sisi depan) (sisi depan)
Pola Retak

Gambar 4.23. Pola Retak Balok BSCC-2,B Gambar 4.24. Permodelan Pola Retak Balok BSCC-2,B

(sisi belakang) (sisi belakang)

Gambar 4.25. Pola Retak Balok BSCC-2,C Gambar 4.26. Permodelan Pola Retak Balok BSCC-2,C

(sisi depan) (sisi depan)

Gambar 4.27. Pola Retak Balok BSCC-2,C Gambar 4.28. Permodelan Pola Retak Balok BSCC-2,C

(sisi belakang) (sisi belakang)


Pola Retak

Balok Tanpa Kekangan (BSCC-2)


 Retak pertama / first crack pada balok tanpa kekangan (BSCC-2) ditandai dengan retak vertikal pada bagian
tarik pada balok (pada gambar 4.20, 4.22, 4,28).
 Retak pertama terjadi saat benda uji dibebani beban sebesar 10.500 N, sedangkan lendutan rata-rata yang
terjadi sebesar 0,73 mm.
 Setelah itu terjadi retakan-retakan kecil pada daerah tekan balok.
 Keruntuhan balok ditandai dengan melebarnya retak pada daerah tarik dan pembacaan beban P pada mesin
UTM berhenti atau telah mencapai puncaknya, beban puncak rata-rata balok BSCC-2 yaitu sebesar
67.766,67 N dengan lendutan yang terjadi sebesar 15,86 mm.
 Pembebanan dihentikan ketika pembacaan mesin UTM mengalami penurunan. Pada balok tanpa kekangan
(BSCC-2) terjadi pola retak yaitu retak lentur / flexural crack.
Pola Retak

Gambar 4.29. Pola Retak Balok BSCC-3,A Gambar 4.30. Permodelan Pola Retak Balok BSCC-3,A
(sisi depan) (sisi depan)

Gambar 4.31. Pola Retak Balok BSCC-3,A Gambar 4.32. Permodelan Pola Retak Balok BSCC-3,A

(sisi belakang) (sisi belakang)

Gambar 4.33. Pola Retak Balok BSCC-3,B Gambar 4.34. Permodelan Pola Retak Balok BSCC-3,B
(sisi depan) (sisi depan)
Pola Retak

Gambar 4.35. Pola Retak Balok BSCC-3,B Gambar 4.36. Permodelan Pola Retak Balok BSCC-3,B
(sisi belakang) (sisi belakang)

Gambar 4.37. Pola Retak Balok BSCC-3,C ( Gambar 4.38. Permodelan Pola Retak Balok BSCC-3,C
sisi depan) (sisi depan)

Gambar 4.39. Pola Retak Balok BSCC-3,C Gambar 4.40. Permodelan Pola Retak Balok BSCC-3,C
(sisi belakang) (sisi belakang)
Pola Retak

Balok Tanpa Kekangan (BSCC-3)


 Retak pertama / first crack pada balok tanpa kekangan (BSCC-3) ditandai dengan retak vertikal pada bagian
tarik pada balok (pada gambar 4.30, 4.34, 4,38).
 Retak pertama terjadi saat benda uji dibebani beban sebesar 9.500 N, sedangkan lendutan rata-rata yang
terjadi sebesar 0,67 mm.
 Setelah itu terjadi retakan-retakan kecil pada daerah tekan balok.
 Keruntuhan balok ditandai dengan melebarnya retak pada daerah tarik dan pembacaan beban P pada mesin
UTM berhenti atau telah mencapai puncaknya, beban puncak rata-rata balok BSCC-2 yaitu sebesar
63.866,67 N dengan lendutan yang terjadi sebesar 16,16 mm.
 Pembebanan dihentikan ketika pembacaan mesin UTM mengalami penurunan. Pada balok tanpa kekangan
(BSCC-3) terjadi pola retak yaitu retak lentur / flexural crack.
Pola Retak
Tabel 4.4. Rekapitulasi Pola Retak Balok Beton Bertulang Self Compacting Concrete

BALOK Sisi Bagian Balok Jenis Pola Retak BALOK Sisi Bagian Balok Jenis Pola Retak
BSCC-1 BSCC-2
A Depan Retak Lentur A Depan Retak Lentur
A Belakang Retak Lentur A Belakang Retak Lentur
B Depan Retak Lentur B Depan Retak Lentur
B Belakang Retak Lentur B Belakang Retak Lentur
C Depan Retak Lentur C Depan Retak Lentur
C Belakang Retak Lentur C Belakang Retak Lentur

BALOK Sisi Bagian Balok Jenis Pola Retak


BSCC-3
A Depan Retak Lentur
A Belakang Retak Lentur
B Depan Retak Lentur
B Belakang Retak Lentur
C Depan Retak Lentur
C Belakang Retak Lentur
Thank You
for
Your Attention

Anda mungkin juga menyukai