Proposal Skripsi
Oleh :
Wahyu Hidayat
(150523601168)
• Balok beton betulang umumnya diberi tu- • Kekangan (confinement) zona tekan meru-
langan longitudinal untuk menahan mo- pakan tulangan transversal yang dipasang
men lentur dan tulangan transversal untuk pada daerah tekan balok beton bertulang.
menahan gaya geser.
• Dalam merancang suatu struktur harus
memperhitungkan aspek kekuatan dan
kekakuan.
Rumusan Masalah
1
Berapakah kapasitas lentur balok tanpa kekangan BSCC-1 dengan
balok yang menggunakan variasi kekangan BSCC-2 dan BSCC-3?
Berapakah lendutan maksimum yang terjadi pada uji lentur balok tanpa
2 kekangan BSCC-1 dengan balok yang menggunakan variasi kekangan
BSCC-2 dan BSCC-3?
Semen
Portland Composite Cement (PCC)
Air Superplasticizer
Air tanah yang berasal Sica Viscocrete-3115N
dari gedung D9 dengan kadar 1.5% dari
berat semen
Pengekang (confinement)
Confinement atau dapat diartikan kurungan.
Confinement pada elemen beton bertulang akan meningkatkan daktilitas dan kuat tekan beton dengan cara
mencegah ekpansion lateral yang terjadi akibat efek poisson selama pembebanan berlangsung (Imran
2010)
Mekanisme pengekangan yang menurut Mander et al. (1998), bahwa tegangan tekan baru mencapai nilai
rendah apabila tulangan tranversal ikut tertekan, meskipun intensitas tekanan tersebut masih rendah se -
hingga belum mempengaruhi beton. Namun saat tegangan ultimit tercapai dan terjadi penjalaran retak,
maka beton akan mengembang dan menekan tulangan transversal.
Pada balok beton bertulang confinement dibedakan kedalam internal confinement dan eksternal confine-
ment.
Internal confinement menitik beratkan pemberian pengekangan di dalam tubuh balok beton bertulang di
bawah selimut beton.
Internal confinement dapat dilakukan dengan memberikan tulangan berbentuk spiral ataupun tulangan
persegi (hoops).
Eksternal confinement berupa pengekangan yang berada diluar tubuh balok beton bertulang di luar selimut
beton, misalnya pemberian lapisan Fiber Reinforced Polymer (FRP)
Pola Keruntuhan Dalam Perencanaan Balok
Point Bending
Baja L = 20 cm
Pola Retak
Pada dasarnya terdapat tiga jenis pola keretakan pada balok yaitu sebagai beikut:
Gambar
Diagram Alir
11 cm 22 cm
Benda Uji Balok Konvensional Tanpa Kekangan (BSCC-1)
Benda Uji Balok Dengan Variasi Kekangan (BSCC-2)
Benda Uji Balok Dengan Variasi Kekangan (BSCC-3)
Perhitungan Mix Design
Tabel Kebutuhan Bahan Total
RATA-RATA
P ML KUAT LENTUR
BALOK KUAT LENTUR
(N) (Nmm) (MPa)
(MPa)
BALOK BSCC-1
A 27.004,45 3.600.592,73 9,60
B 27.654,45 3.687.259,40 9,83 9,68
C 27.004,45 3.600.592,73 9,60
BALOK BSCC-2
A 28.354,45 3.780.592,73 10,08
B 26.254,45 3.500.592,73 9,33 9,55
C 26.004,45 3.467.259,40 9,25
BALOK BSCC-3
A 24.304,45 3.240,592,73 8,64
B 27.154,45 3.620.592,73 9,65 9,16
C 25.804,45 3.440.592,73 9,17
Kuat Lentur Balok Beton Bertulang
Hasil pengujian kuat lentur balok beton bertulang menunjukkan kemampuan masing-masing balok yang
berbeda dalam menerima suatu beban.
Berdasarkan pengujian tersebut kuat lentur balok saat beban maksimum (P maks) sebagai berikut:
a. balok tanpa kekangan BSCC-1 memiliki kuat lentur rata-rata sebesar 9,68 MPa,
b. balok dengan jarak kekangan 4,5 cm (BSCC-2) memiliki kuat lentur rata-rata sebesar 9,55 MPa,
c. balok dengan jarak kekangan 3 cm (BSCC-3) memiliki kuat lentur rata-rata sebesar 9,16 MPa.
Perhitungan kuat lentur rencana adalah 8,07 MPa.
Kuat lentur yang terjadi saat beban maksimum (P maks) pada benda uji lebih besar dibandingkan dengan
kuat lentur balok rencana.
Dalam penelitian ini menunjukkan penurunan pada balok yang menggunakan kekangan dengan jarak
3 cm (BSCC-2) dan balok dengan jarak kekangan 4,5 cm (BSCC-3).
Semakin rapat penggunaan kekangan pada jalur tekan didapatkan hasil kuat lentur balok semakin menurun.
Lendutan Balok Beton Bertulang
Tabel 4.3. Rekapitulasi Hasil Uji Lendutan pada Balok
RATA-RATA
BEBAN BEBAN LENDUTAN
BALOK LENDUTAN
(kN) (N) (mm)
(mm)
BALOK BSCC-1
A 79,7 66.900 12,48
B 81 68.200 15,94 15,43
C 79,7 66.900 17,88
BALOK BSCC-2
A 82,2 69.400 15,84
B 78 65.200 16,45 15,86
C 77,5 64.700 15,29
BALOK BSCC-3
A 74,1 61.300 18
B 79,8 67.000 12,48 16,16
C 77,1 63.300 17,99
Lendutan Balok Beton Bertulang
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dengan menggunakan dial gauge, lendutan rata-rata
yang dihasilkan balok saat menerima beban maksimum adalah sebegai berikut:
a. lendutan rata-rata balok tanpa kekangan (BSCC-1) adalah 15,43 mm,
b. lendutan rata-rata pada balok dengan jarak kekangan 4,5 cm (BSCC-2) adalah 15,86 mm,
c. lendutan rata-rata pada balok dengan jarak kekangan 3 cm (BSCC-3) adalah 16,16 mm.
Lendutan maksimum yang terjadi pada semua benda uji balok memenuhi syarat lendutan ijin yang
diisyaratkan SNI-2847:2013.
Dalam penelitian ini, besarnya lendutan ijin yang diisyaratkan sebesar L/240 atau 3,33 mm.
Pada penelitian sebelumnya menggunakan tambahan tulangan utama 4 pada tengah bentang untuk
pengaku kekangan, sedangkan pada penelitian ini menggunakan kawat untuk pengaku kekangan.
Penggunaan tulangan utama4 dan kawat pada tengah bentang pengaruhnya sama terhadap lendutan
balok, yaitu penggunaan baja yang semakin rapat di daerah tekan menyebabkan peningkatan lendutan.
Grafik Hubungan Lendutan – Beban
Gambar 4.1. Grafik Hubungan Lendutan – Beban pada Balok BSCC-1
B
A
C
Grafik Hubungan Lendutan – Beban
Gambar 4.2. Grafik Hubungan Lendutan – Beban pada Balok BSCC-2
B
C A
Grafik Hubungan Lendutan – Beban
Gambar 4.1. Grafik Hubungan Lendutan – Beban pada Balok BSCC-3
C B
A
Pola Retak
Gambar 4.5. Pola Retak Balok BSCC-1,A Gambar 4.6. Permodelan Pola Retak Balok BSCC-1,A
(sisi depan) (sisi depan)
Gambar 4.7. Pola Retak Balok BSCC-1,A Gambar 4.8. Permodelan Pola Retak Balok BSCC-1,A
(sisi belakang) (sisi belakang)
Gambar 4.9. Pola Retak Balok BSCC-1,B Gambar 4.10. Permodelan Pola Retak Balok BSCC-1,B
(sisi depan) (sisi depan)
Pola Retak
Gambar 4.11. Pola Retak Balok BSCC-1,B Gambar 4.12. Permodelan Pola Retak Balok BSCC-1,B
(sisi belakang) (sisi belakang)
Gambar 4.13. Pola Retak Balok BSCC-1,C Gambar 4.14. Permodelan Pola Retak Balok BSCC-1,C
(sisi depan) (sisi depan)
Gambar 4.15. Pola Retak Balok BSCC-1,C Gambar 4.16. Permodelan Pola Retak Balok BSCC-1,C
(sisi belakang) (sisi belakang)
Pola Retak
Gambar 4.17. Pola Retak Balok BSCC-2,A Gambar 4.18. Permodelan Pola Retak Balok BSCC-2,A
(sisi depan) (sisi depan)
Gambar 4.19. Pola Retak Balok BSCC-2,A Gambar 4.20. Permodelan Pola Retak Balok BSCC-2,A
(sisi belakang) (sisi belakang)
Gambar 4.21. Pola Retak Balok BSCC-2,B Gambar 4.22. Permodelan Pola Retak Balok BSCC-2,B
(sisi depan) (sisi depan)
Pola Retak
Gambar 4.23. Pola Retak Balok BSCC-2,B Gambar 4.24. Permodelan Pola Retak Balok BSCC-2,B
Gambar 4.25. Pola Retak Balok BSCC-2,C Gambar 4.26. Permodelan Pola Retak Balok BSCC-2,C
Gambar 4.27. Pola Retak Balok BSCC-2,C Gambar 4.28. Permodelan Pola Retak Balok BSCC-2,C
Gambar 4.29. Pola Retak Balok BSCC-3,A Gambar 4.30. Permodelan Pola Retak Balok BSCC-3,A
(sisi depan) (sisi depan)
Gambar 4.31. Pola Retak Balok BSCC-3,A Gambar 4.32. Permodelan Pola Retak Balok BSCC-3,A
Gambar 4.33. Pola Retak Balok BSCC-3,B Gambar 4.34. Permodelan Pola Retak Balok BSCC-3,B
(sisi depan) (sisi depan)
Pola Retak
Gambar 4.35. Pola Retak Balok BSCC-3,B Gambar 4.36. Permodelan Pola Retak Balok BSCC-3,B
(sisi belakang) (sisi belakang)
Gambar 4.37. Pola Retak Balok BSCC-3,C ( Gambar 4.38. Permodelan Pola Retak Balok BSCC-3,C
sisi depan) (sisi depan)
Gambar 4.39. Pola Retak Balok BSCC-3,C Gambar 4.40. Permodelan Pola Retak Balok BSCC-3,C
(sisi belakang) (sisi belakang)
Pola Retak
BALOK Sisi Bagian Balok Jenis Pola Retak BALOK Sisi Bagian Balok Jenis Pola Retak
BSCC-1 BSCC-2
A Depan Retak Lentur A Depan Retak Lentur
A Belakang Retak Lentur A Belakang Retak Lentur
B Depan Retak Lentur B Depan Retak Lentur
B Belakang Retak Lentur B Belakang Retak Lentur
C Depan Retak Lentur C Depan Retak Lentur
C Belakang Retak Lentur C Belakang Retak Lentur