Anda di halaman 1dari 42

PERBANDINGAN KAPASITAS LENTUR

BALOK BETON BERTULANG YANG


MENGGUNAKAN SEMEN PCC DENGAN
YANG MENGGUNAKAN SEMEN OPC+FLY
ASH

Oleh :
Lina Puspa Meliana
(0815011071)
I. PENDAHULUAN

II. TINJAUAN PUSTAKA

III. METODE PENELITIAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. SIMPULAN DAN SARAN

POKOK BAHASAN
I. PENDAHULUAN Kebutuhan
material
semakin
banyak
Pemberian
Limbah fly
tulangan
ash yang
lentur pada
semakin
daerah
menumpuk
tarik balok

Adanya masalah
lentur yang selalu Pemanfaatan
terjadi pada Fly ash
daerah tarik balok sebagai
yaitu lemahnya pengganti
balok beton
terhadap tarik
sejumlah
semen

Semen Semen PCC


tanpa
OPC + Fly penambah
Ash
Latar Belakang an fly ash
B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah untuk


mengetahui bagaimana pengaruh penambahan fly ash
pada adukan balok beton bertulang dengan semen
OPC Baturaja terhadap kuat lenturnya dibandingkan
dengan balok beton bertulang dari semen PCC
Baturaja yang tidak ditambah dengan fly ash.
I. PENDAHULUAN
C. Batasan Masalah
1. Dimensi benda uji berupa balok beton berukuran 120x250x1650
mm³ sebanyak 4 benda uji
2. Dimensi benda uji silinder memiliki diameter 150 mm dan tinggi
300 mm sebanyak 12 benda uji
3. Mutu beton yang direncanakan adalah fc’ = 24 MPa
4. Jenis semen yang digunakan adalah merek Baturaja untuk PCC dan
OPC
5. Fly ash yang digunakan berasal dari PLTU Tarahan Lampung
sebagai pengganti sebagian semen sebanyak 10%
6. Umur pengujian adalah 56 hari untuk uji kuat lentur balok dan kuat
tekan silinder
I. PENDAHULUAN
D. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui
pengaruh dari penambahan fly ash sebanyak 10% yang
ditambahkan ke dalam OPC dibandingkan dengan PCC
terhadap kuat lentur balok beton bertulang yang dihasilkan.

E. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui perilaku lentur balok beton bertulang akibat
penambahan dan tanpa penambahan fly ash, memanfaatkan
fly ash untuk meningkatkan kualitas beton, serta bahan
pertimbangan bagi perencana dan pelaksana bidang
konstruksi tentang peggunaan fly ash sebagai mineral
addmixture.
II. TINJAUAN PUSTAKA
 Beton Bertulang
 Analisis Lentur Balok Beton Bertulang
 Kuat Lentur Aktual Balok
 Ragam Keruntuhan Balok
 Kuat Tekan
 Ketahanan Lentur (Flexural Toughness)
 Momen Retak Balok
 Lebar Retak Balok
 Kuat Lentur Balok Beton Bertulang
 BETON BERTULANG

SNI 03-2847-2002 memberikan definisi, beton bertulang adalah beton yang


ditulangi dengan luas dan jumlah tulangan yang tidak kurang dari nilai minimum
yang disyaratkan dengan atau tanpa prategang, dan direncanakan berdasarkan
asumsi bahwa kedua material bekerja bersama-sama dalam menahan gaya yang
bekerja.

 ANALISIS LENTUR BALOK BETON BERTULANG


Tegangan lentur pada balok diakibatkan regangan yang timbul karena beban luar.
Apabila beban bertambah maka akan terjadi deformasi dan regangan tambahan
yang mengakibatkan retak lentur disepanjang bentang balok. Bila beban semakin
bertambah, maka terjadi keruntuhan elemen struktur. Taraf pembebanan yang
demikian disebut keadaan limit dari keruntuhan pada lentur.
Apabila kekuatan tarik beton terlampaui, maka beton mengalami retak rambut
dan beton tidak dapat meneruskan gaya tarik pada daerah retak, sehingga seluruh
gaya tarik yang timbul ditahan baja tulangan. Pada kondisi tersebut, distribusi
Definisi
• masih
tegangan beton tekan dan sebanding
dianggap analisis lentur
denganbalok beton bertulang
nilai regangannya.
 KUAT LENTUR AKTUAL BALOK

Kuat lentur (momen lentur) aktual maksimum yang dapat ditahan oleh balok
akibat beban luar didapat melalui pengujian lentur, yaitu balok diberi beban
terpusat ½p pada jarak ⅓ bentang.
Besar momen lentur maksimum yang terjadi pada balok dapat dicari dengan
menggunakan rumus :

Mmaks = Mc = Md = ½P . ⅓L = 1/6PL

dengan M = momen lentur (Nmm)


P = beban (N)
L = panjang bentang balok (mm)

TINJAUAN PUSTAKA • Kuat lentur aktual balok


 RAGAM KERUNTUHAN BALOK
Wang dan Salmon (1993) menjelaskan ragam keruntuhan balok ada 2 macam :

1. Keruntuhan Daktail (Perencanaan Under-Reinforced)


Keruntuhan ini terjadi bila tulangan yang dipakai kurang dari jumlah atau
luas tulangan yang disyaratkan dalam keadaan berimbang (As<Asb). Dalam
hal ini dengan tulangan yang telah meleleh balok akan memperlihatkan
lendutan yang dapat terlihat sebelum beton mencapai regangan runtuh
sebesar 0,003.

2. Keruntuhan Getas (Perencanaan Over-Reinforced/Keruntuhan Brittle)


Keruntuhan ini terjadi bila luas tulangan yang dipakai lebih besar dari jumlah
atau luas tulangan yang disyaratkan dalam keadaan berimbang (As>Asb).
Keruntuhan dari balok ini akan terjadi dengan tiba-tiba pada saat regangan
beton mencapai 0,003 sekalipun balok mengalami deformasi (lendutan)
yang masih kecil (tulangan belum meleleh) di dalam memberi aba-aba yang
cukup untuk memberi peringatan terlebih dahulu sebelum keruntuhan balok
terjadi.

TINJAUAN PUSTAKA • Ragam keruntuhan balok


Gambar Kondisi Regangan Berimbang

TINJAUAN PUSTAKA • Ragam keruntuhan balok


 Kuat tekan

Kuat tekan beton dihitung dengan menggunakan rumus :

f’c =

di mana : f’c = Kuat tekan beton (MPa)


P = Beban tekan maksimum (N)
A = Luas penampang tertekan = ¼ . π . d2 (mm2)
d = Diameter silinder beton (mm)

TINJAUAN PUSTAKA • Kuat tekan


 Ketahanan lentur (flexural toughness)

Toughness adalah jumah energi total yang diserap terlebih dahulu untuk
memecahkan benda uji.

Untuk menghitung luas daerah di bawah kurva digunakan rumus :

dengan : y = Persamaan kurva beban-lendutan


a = Batas bawah
b = Batas atas

Index Toughness dapat dihitung dengan menggunakan rumus :

I=

TINJAUAN PUSTAKA • Ketahanan lentur (flexural toughness)


Gambar Kurva Beban-Lendutan Balok

TINJAUAN PUSTAKA Ketahanan lentur (flexural toughness)


 Momen retak balok

Dipohusodo (1996) menjelaskan bahwa berdasarkan SK SNI T-15-1991-03 pasal


3.2.5 ayat 2.3, kuat lentur balok pada saat balok mengalami retak pertama disebut
momen retak,yang dihitung dengan rumus berikut :

Mcr =

dengan : Mcr = Momen retak (Nmm)


fr = Kuat lentur beton (modulus rupture beton) = 0,7. (MPa)
yt = Jarak serat tarik terluar ke pusat berat penampang = h/2 (mm)
dengan h adalah tinggi balok (tulangan baja diabaikan)
Ig = (1/12) . b. h3 (mm4) = Momen inersia penampang utuh (seluruh baja
tulangan diabaikan) terhadap sumbu berat penampang

TINJAUAN PUSTAKA • Momen retak balok


 Lebar retak balok
Wang dan Salmon (1993) menjelaskan bahwa untuk meramalkan lebar retak
maksimum dari retak yang terjadi pada permukaan tarik suatu balok didasarkan
atas rumus lebar retak dari Gergely-Lutz, yaitu :

ω = 11 . 10-6 . βh . fs .

dengan : ω = Lebar retak pada sisi tarik balok (mm)


βh = h2/h1, perbandingan dari jarak serat tarik maksimum dengan garis
netral terhadap jarak dari titik berat tulangan tarik utama terhadap
garis netral yang sama. Untuk penyederhanaan nilai βh = 1,2
fs = tegangan kerja dalam tulangan (MPa), diambil sebesar 60% dari
tegangan leleh baja = (0,6 . fy)
dc = tebal dari penutup beton yang diukur dari serat tarik maksimum ke
titik pusat tulangan yang paling dekat (mm)
A = Ae/m = luas efektif beton yang tertarik dibagi jumlah tulangan (mm2)
m = jumlah tulangan tarik

TINJAUAN PUSTAKA • Lebar retak balok


 Kuat lentur balok beton bertulang

Kuat lentur balok atau disebut juga momen tahanan nominal (Mn)
diperoleh dengan menghitung momen kopel yang ditimbulkan oleh
resultan gaya tekan (C) atau resultan gaya tarik (T) yang terjadi di dalam
balok.

Mn = C(d-a/2) atau Mn = T(d-a/2)

dengan : Mn = Momen tahanan nominal (Nmm)


C = Resultan gaya tekan (N)
T = Resultan gaya tarik (N)
d = Tinggi efektif (mm)
a = Tinggi distribusi tegangan persegi dari sisi tekan penampang
(mm)

TINJAUAN PUSTAKA • Diagram Gaya aksial


III. METODE PENELITIAN

BAHAN
PERALATAN
TAHAPAN PENELITIAN
ANALISIS PENELITIAN
DIAGRAM ALIR PENELITIAN

METODE
PENELITIAN
 B AHA N

1. Semen
2. Agregat Halus
3. Agregat Kasar
4. Air
5. Baja Tulangan
6. Fly Ash (Abu Terbang)

METODE
PENELITIAN
 P ERALATA N
1. Satu Set Saringan
2. Kerucut Abrams
3. Cetakan Benda Uji
4. Oven
5. Timbangan
6. Mesin Pengaduk Beton (concrete mixer)
7. Compression Testing Machine (CTM)
8. Loading Frame dan Hydraulic Jack
9. Microcrack Tester
10. Dial Gauge/Maghnet
11. Piknometer
12. Mesin Getar Dalam (Internal Vibrator)
METODE
PENELITIAN
 T AHAPA N P ENELITIA N
1. Pemeriksaan Bahan/Material Dasar

2. Perencanaan Campuran

3. Persiapan Bahan Pencampur Beton dan Cetakan


Benda Uji

4. Pembuatan Benda Uji

5. Pelaksanaan Pengujian Beton

METODE
PENELITIAN
 T AHAPA N P ENELITIA N
1. Pemeriksaan Bahan/Material Dasar
Sebelum material penyusun beton digunakan, terlebih dahulu
dilakukan pemeriksaan material agar dihasilkan beton dengan mutu
sesuai perencanaan. Material tersebut antara lain agregat kasar,
agregat halus, dan semen.

2. Perencanaan Campuran
Pada penelitian ini rencana komposisi campuran beton (mix design)
mengacu pada peraturan ACI 318-89. Mix design ini dilakukan setelah
mendapatkan data-data material beton melalui uji material beton
dimana kuat tekan beton yang direncanakan adalah f’c 24 MPa
dengan slump rencana 75 - 100 mm, serta ukuran agregat maksimum
19 mm. METODE
PENELITIAN
 T AHAPA N P ENELITIA N
3. Persiapan Bahan Pencampur Beton dan Cetakan Benda Uji

METODE
PENELITIAN
 T AHAPA N P ENELITIA N
4. Pembuatan Benda Uji

METODE
PENELITIAN
 T AHAPA N P ENELITIA N
5. Pelaksanaan Pengujian Beton

Pengujian Slump

Pengujian Kuat Tekan Beton METODE


PENELITIAN
 T AHAPA N P ENELITIA N
5. Pelaksanaan Pengujian Beton

Pengujian Kuat Lentur Balok Beton Bertulang METODE


PENELITIAN
 A NALISI S P ENELITIA N

 Mencatat data hasil pengujian material, pengujian slump, dan pengujian


kuat tekan (berupa beban maksimum) kemudian menganalisisnya.
 Data lendutan ditabelkan dan disajikan dalam bentuk grafik hubungan
beban-lendutan lalu dihitung ketahanan lenturnya.
 Pola retak pada balok digambarkan lalu dianalisa.
 Mencatat hasil pengukuran lebar retak untuk tiap tahap pembebanan dan
lebar retak maksimumnya, lalu menghitung lebar retak maksimum
teoritisnya.
 Mencatat beban penyebab retak pertama balok lalu menghitung momen
retak balok aktual, kuat lentur beton, dan momen retak balok teoritis.
 Mencatat data beban maksimum yang bekerja pada balok, lalu
menghitung kuat lentur aktual ultimit balok dan membandingkannya
dengan kuat lentur nominal/momen tahanan nominal balok.

METODE
PENELITIAN
Mulai
DIAGRAM ALIR PENELITIAN Persiapan Material

Pengujian Material
-(ASTM C-136)
-(ASTM C-128 & ASTM C-127)
-(ASTM C-566 & ASTM C-556)
-(ASTM C-29)
-(ASTM C-117)
-(ASTM C-40).

Tidak
Lulus Syarat ASTM

Ya

Mix Design

Pembuatan Benda Uji


12 Silinder dan 4 Balok Beton Bertulang

Perawatan (Curing)

GNDFN
Pengujian Tekan dan Lentur

Analisis dan Pembahasan (Grafik dan Tabel)

Selesai
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
 Pengujian Material
 Pengujian Kelecakan (Workability)
 Pengujian Kuat Tekan
 Pengujian Balok Beton Bertulang
P ENGUJIA N M ATERIA L
P ENGUJIA N K ELECAKA N (WORKABILITY)
P ENGUJIA N K UA T T EKA N
Hasil Pengujian Kuat Tekan Beton Tanpa Penambahan Fly Ash

Hasil Pengujian Kuat Tekan Beton dengan Penambahan Fly Ash


P ENGUJIAN B ALOK B ETON B ERTULANG

1. Beban Maksimum Pada Balok Beton


Bertulang

2. Kapasitas Balok Beton Bertulang


P ENGUJIAN B ALOK B ETON B ERTULANG
3. Ketahanan Lentur (Toughness)
7
y= -0,0246 + 0,0036x + 0,000067x² - 0,0000001x³
6 r = 0,998368
5
4
Beban (Ton)

Gambar Kurva
3
BL I
Beban-Lendutan BL I
2
1
0
0.00 100.00 200.00 300.00 400.00 500.00
δ Rata-rata (E-2 mm)

7
y= -0,1610 + 0,0101x + 0,00011x² - 2,42827(10⁻⁷)x³
6 r = 0,99326
5
4 Gambar Kurva
Beban (Ton)

3 Beban-Lendutan BL
2 BL II II
1
0
0.00 100.00 200.00 300.00 400.00
δ Rata-rata (E-2 mm)
P ENGUJIAN B ALOK B ETON B ERTULANG
3. Ketahanan Lentur (Toughness)
8
y= -0,5833 + 0,0334x - 4,75178(10⁻⁵)x² + 2,09721(10⁻⁸)x³
7 r = 0,992234
6
5
Beban (Ton)

4
Gambar Kurva
3
2
BLFA I Beban-Lendutan
1 BLFA I
0
0.00 200.00 400.00 600.00 800.00 1000.00 1200.00 1400.00
δ Rata-rata (E-2 mm)

8
y= -0,2236 + 0,0379x - 6,4964(10⁻⁵)x² + 3,31769(10⁻⁸)x³
7 r = 0,995508
6
5
Beban (Ton)

4
Gambar Kurva
3
BLFA II Beban-Lendutan
2
1
BLFA II
0
0.00 200.00 400.00 600.00 800.00 1000.00 1200.00
δ Rata-rata (E-2 mm)
P ENGUJIAN B ALOK B ETON B ERTULANG

3. Ketahanan Lentur (Toughness)

Tabel Flexural Toughness dan Toughness Index (I) Balok


P ENGUJIAN B ALOK B ETON B ERTULANG
4. Retak Pertama (First Crack)

Tabel Retak Pertama (First Crack)

5. Momen Retak Balok

Tabel Momen Retak Balok


P ENGUJIAN B ALOK B ETON B ERTULANG
6. Pola Retak Balok Beton Bertulang
Lebar retak maksimum hasil penelitian untuk balok beton
bertulang campuran semen PCC (BL I dan BL II) berkisar
antara 0,14-1,4 mm dan untuk balok beton bertulang
campuran semen OPC+10% fly ash (BLFA I dan BLFA II)
berkisar antara 0,14-2,4 mm. Sedangkan lebar retak
teoritis hasil perhitungan adalah sebesar 0,10100474 mm.

Lebar retak yang terjadi lebih besar untuk balok beton


bertulang campuran semen OPC+10% fly ash (BLFA I dan
BLFA II) dibandingkan campuran semen PCC (BL I dan BL
II).
Secara umum pola retak yang terjadi diawali pada daerah
tengah bentang dan disekitar bawah beban terpusat,
kemudian retak menjalar ke atas mendekati 2 titik
pembebanan.
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
1. Kuat tekan untuk campuran semen OPC+10% fly ash adalah 7,55 MPa atau
24,4812% lebih besar dari campuran semen PCC, melebihi 20% dari
perkiraan awal.
2. Kapasitas ultimit balok beton bertulang campuran semen PCC lebih besar
dari kapasitas ultimit rencana (14,0625.106 / 26,4159% lebih besar).
Kapasitas ultimit balok beton bertulang campuran semen OPC+10% fly ash
lebih besar dari kapasitas ultimit rencana (16,3125.106 / 46,6424% lebih
besar).
Kapasitas ultimit balok beton bertulang campuran semen OPC+10% fly ash
lebih besar dibandingkan campuran semen PCC (16,3125.106 / 16% lebih
besar).
Sehingga terlihat bahwa fly ash sebagai bahan additive baik digunakan
pada campuran balok beton bertulang karena terbukti meningkatkan
kapasitas ultimitnya.
3. Besarnya energi yang dapat diserap (flexural toughness) balok beton
bertulang campuran semen OPC+10% fly ash (648,5908 KNmm) lebih
besar dibandingkan campuran semen PCC (127,4713 KNmm). Ini berarti,
balok beton bertulang campuran semen OPC+10% fly ash memiliki
kemampuan menahan beban yang lebih besar dibanding campuran semen
PCC.
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
4. Balok beton bertulang campuran semen OPC+10% fly ash memiliki lebar
retak maksimum lebih besar dibandingkan campuran semen PCC. Lebar
retak maksimum yang terjadi pada balok BLFA I dan BLFA II sebesar 2,4
mm dan 1,2 mm, serta pada balok BL I dan BL II sebesar 0,38 mm dan 1,4
mm.
5. Beban maksimum yang dapat ditahan balok beton bertulang dengan
campuran semen OPC+10% fly ash lebih besar dibandingkan dengan
campuran semen PCC.
Nilai beban maksimum untuk kedua campuran pun lebih besar daripada nilai
beban maksimum rencana.
6. I10, dan I30 untuk balok BL I dan BL II (campuran semen PCC) pada
penelitian ini tidak dapat dihitung karena pengujian dihentikan setelah
balok mencapai lendutan yang sangat besar dan mengalami keruntuhan
sehingga data lendutan setelah balok runtuh dan kelanjutan dari kurva
beban-lendutan tidak dapat diperoleh, begitu pula dengan I30 untuk balok
BLFA I (campuran semen OPC+10% fly ash).
7. Penggunaan fly ash pada campuran beton juga membuat beton menjadi
ramah lingkungan serta mampu mengurangi panas hidrasi dalam beton
massa karena dapat mengurangi penggunaan semen.
V. SIMPULAN DAN SARAN
B. Saran
1. Kesiapan laboratorium perlu ditingkatkan lebih baik lagi dalam mendukung
penelitian yang dilakukan mahasiswa.
2. Perlu dilakukan kontrol yang sangat ketat terhadap kondisi SSD agregat
halus yang akan dipakai, sehingga nilai slump dapat terkontrol dengan baik
dan masuk standar perencanaan.
3. Hasil persentase peningkatan kuat tekan dengan campuran fly ash yang
melebihi hipotesis awal membuktikan bahwa fly ash dapat di sarankan
untuk digunakan dalam campuran mix design pembuatan beton di lapangan.
4. Pada penelitian ini telah dilakukan uji kuat tekan dan kuat lentur, maka
dapat disarankan pada penelitian selanjutnya dilakukan uji kuat geser
untuk mengetahui kelengkapan sifat mekanis beton.
5. Pada penelitian selanjutnya disarankan penggunaan accelerator untuk
menutupi kekurangan fly ash dalam hal lamanya waktu pengerasan/ lamanya
peningkatan kuat tekan beton di umur awal (di bawah umur 28 hari).
T E R I M A
K A S I H

Anda mungkin juga menyukai