Anda di halaman 1dari 27

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 BETON BERTULANG

2.1.1 Pengertian

Sifat utama dari beton, yaitu sangat kuat terhadap beban tekan, tetapi juga

bersifat mudah patah (lemah) terhadap beban tarik. oleh karna itu, dalam

perhitungan struktur, biasanya kuat tarik beton dianggap nol. Sifat utama dari baja

tulangan yaitu sangat kuat terhadap beban tarik maupun beban tekan karena baja

tulangan harganya mahal, maka sedapat mungkin dihindari penggunaan baja

tulangan untuk memikul beban tekan.

Dari sifat utama tersebut, maka jika kedua bahan (beton dan baja tulangan)

dipadukan menjadi satu kesatuan secara komposit, akan diperoleh bahan baru

yang disebut beton bertulang.

Beton bertulang ini mempunyai sifat mempunyai sifat sama seperti sifat

bahan penyusunnya, yaitu sangat kuat terhadap beban tekan dan beban tarik.

Beban tarik ditahan oleh baja tulangan, sedangkan beban tekan ditahan oleh beton.

Dari uraian diatas, dapat kita tahu bahwa fungsi utama dari beton pada

beton bertulang yaitu untuk menahan beban gaya tekan dan menutupi baja

tulangan agar tidak berkarat. Sedangkan fungsi baja pada beton bertulang yaitu

menahan gaya tarik (meskipun juga kuat terhadap gaya tekan) dan mencegah retak

beton agar tidak melebar.

7
8

2.1.2 Faktor Keamanan.

1. Faktor Beban (factor keamanan yang berkaitan dengan beban luar.

Menurut pasal 11.2 SNI 03-2847-2002, agar struktur dan komponen

struktur memenuhi syarat kekuatan dan layak pakai, maka harus dipenuhi

ketentuan dari kombinasi beban terfaktor sebagai berikut:

U = 1.4 D (struktur hanya menahan beban mati saja)

U = 1.2D+1.6L+0.5 A (kombinasi beban mati dan beban hidup)

U = 1.2D+1L+1.6W+0.5A (untuk kombinasi beban mati, hidup dan angin)

U = 1.2 D+1L+1E (jika beban gempa diperhitungkan)

2. Faktor reduksi kekuatan

Ketidakpastian kekuatan bahan terhadap pembebanan pada komponen

struktur dianggap sebagai factor reduksi kekuatan, yang nilainya ditentukan

menurut pasal 11.3 SNI 03-2847-2002 sebagai berikut

˝Ø = 0.8 (struktur lentur tanpa beban aksial)

˝Ø= 0.8 (aksial tarik dan aksial tarik dengan lentur)

˝Ø= 0.7 (komponen struktur dengan tulangan spiral atau sengkang ikat)

˝Ø = 0.65 (untuk komponen struktur dengan tulangan sengkang biasa)

˝Ø= 0.75 (untuk geser dan torsi)

˝Ø = 0.65 (untuk tumpuan pada beton)


9

2.1.3 Jenis Kekuatan Beton Bertulang

Menurut SNI 03-2847-2002, pada perhitungan struktur beton bertulang,

ada beberapa istilah untuk menyatakan kekuatan suatu penampang sebagai berikut

1 Kuat Nominal (pasal 3.28)

Diartikan sebagai kekuatan suatu komponen struktur atau penampang yang

dihitung berdasarkan ketentuan dan asumsi metode perencanaan sebelum

dikalikan dengan nilai factor reduksi kekuatan yang sesuai. Pada penampang

beton bertulang, nilai kuat nominal bergantung pada dimensi penampang, jumlah,

dan letak tulangan serta mutu beton dan mutu baja tulangan.

Jadi pada dasarnya kuat nominal ini adalah hasil hitungan kekuatan

sebenarnya dari keadaan struktur beton bertulang dari keadaan normal. Kuat

nominal ini biasanya ditulis Rn, Mn, Tn, dan Pn.

2. kuat rencana (pasal 3.30)

Kuat rencana diartikan sebagai kekuatan suatu komponen struktur atau

penampang yang diperoleh dari hasil perkalian antara kuat nominal dan factor

reduksi kekuatan. biasanya disimbolkan dengan Rr, Mr, Vr, dan Pr

3. Kuat Perlu

Diartikan sebagai kekuatan suatu komponen struktur atau penampang yang

diperlukan untuk menahan beban terfaktor atau momen dan gaya dalam yang

berkaitan dengan bebaan tersebut dalam suatu kembinasi beban U. kuat perlu

biasa disimbolkan dengan Mu, Vu, Tu,


10

2.2 Balok Beton Bertulang

Balok merupakan elemen struktur yang menerima beban – beban dari slab

menuju kolom penyangga yang vertikal. Balok dikenal sebagai elemen lentur,

karena balok merupakan elemen struktur yang memikul gaya dalam berupa

momen lentur dan momen gaya

2.2.1 Analisa Kuat Lentur Balok Beton Bertulang

Lenturan murni adalah lenturan yang terjadi pada balok dengan

mengkondisikan gaya lintang sama dengan nol, yaitu dengan meletakan balok

beton pada tumpuan sederhana yang dibebani secara simetri sejauh a dari

tumpuan.

Lentur pada balok merupakan akibat dari adanya renggang yang timbul

akibat beban luar. Apabila bebannya bertambah, maka pada balok akan terjadi

deformasi dan regangan tambahan yang mengakibatkan timbulnya atau bertambah

retak lentur disepanjang bentang balok (Edward. G. Nawy, 1998). Apabila beban

bertambah maka akan terjadai deformasi dan regangan tambahan pada balok yang

mengakibatkan retak lentur disepanjang balok yang mengalami tarik. Bila beban

semakin bertambah, pada akhirnya terjadi keruntuhan elemen struktur. Taraf

pembebanan yang demikian disebut keadaan limit keruntuhan dalam lentur.

Dalam SNI 03-2847-2002 pasal 12.2 dengan intensitas tegangan rata – rata

0,85fc’ dan tinggi balok tegangan a = β1.c.

1. Untuk fc’ ≤ 28 Mpa,

β1= 0.85 (2.1)


11

2. Untuk 28 Mpa > fc’ ≤ 56 Mpa,

β1= 0.85 – 0,05 (2.2)

3. Untuk fc’ ≥ 56 Mpa

β1= 0,65 (2.3)

Nilai di atas sesuai dengan pasal 12.2 ayat 7 butir 3 SNI 03- 2847 – 2002.

Bedasarkan tegangan persegi ekivalen maka nilai kuat lentur nominal Mn dapat

dihitung. Pengembangan dan pendekatan metoda perencanaan kekuatan

didasarkan atas anggapan:

1. Bidang penampang rata sebelum terjadi lentur, tetap rata setelah lentur,

dan tetap tegak lurus sumbu bujur balok (prinsip bernouli).

Karena itu nilai regangan terdistribusi linier atau sebanding lurus dengan

jaraknya terhadap garis netral (prinsip navier)

Tegangan sebanding dengan regangan hanya sampai kira- kira beban sedang

yaitu, saat tegangan beton telah melampaui ± fc’. Bila beban meningkat sampai

beban batas, tegangan yang timbul tidak lagi sebanding lagi dengan regangan,

sehingga blok tegangan tekan berupa garis lurus.

Dalam menghitung kapasitas momen, beton tarik diabaikan. Seluruh gaya tarik

ditahan batang baja tulangan.

Kesebandigan antara tegangan dan regangan terjadi pada balok beton hanya

berlaku pada batas elastis, yakni pada tingkat baban sedang yang dilihat pada

Gambar 2.1
12

Gambar 2.1 Perilaku Lentur Pada Kondisi Elastis;

a) penampang melintang, b) regangan, c) tegangan

Sumber : Beton Bertulang. Edward G. Nawy. 1998

Apabila kekuatan tarik beton tercapai, maka beton mengalami retak

rambut. Oleh karena itu beton tidak dapat meneruskan gaya tarik pada daerah

retak, sehingga seluruh gaya tarik yang timbul ditahan oleh baja tulangan. Pada

kondisi tersebut, tegangan akibat tekan beton masih dianggap sebanding dengan

nilai regangan.

Pada gambar 2.3 menunjukan distribusi regangan dan tegangan pada saat

beton dan tulangan baja mencapai titik leleh. Tahap kapasitas ultimit atau

terlampauinya kapasitas batas kuat beton merupakan proses yang tidak dapat

terulang. Untuk memperhitungkan terjadinya keadaan ultimit digunakan faktor

reduksi. Hal ini serupa dengan sistem pembebanan, yakni beban krja (service

load) diperbesar disebut beban terfaktor (factor load). Dari analisa keseimbangan

statis dan kesesuaian tegangan ekivalen pada suatu penampang elemen struktur

didapat suatu kuat teoritis atau kuat nominal (nominal strength). Faktor reduksi Ф

yang dikaitkan dengan nilai kuat nominal tersebut akan menghasilkan kuat
13

rencana (design strength). Untuk perencanaan kuat lentur, besarnya harus diambil

sebesar 0,8 sesuai dengan pasal 11.3 ayat 2 butir 1 SNI 03 – 2847 – 2002.

Gambar 2.2 Perilaku Lentur Pada Kondisi Ultimit atau Leleh

Bedasarkan penjelasan diatas maka dilakukan perhitungan regangan,

tegagan maupun gaya- gaya yang timbul pada penampang balok dalam menahan

momen batas, yakni akibat beban luar yang timbul tepat pada saat balok hancur.

Momen ini menggambarkan kekuatan lazim disebut kuat lentur ultimit

balok. Kuat lentur nominal adalah nilai maksimum yang diperoleh dari gaya-gaya

dalam C (reultante gaya tekan dalam) dan T (resultante gaya tarik dalam). Yang

membentuk suatu kopel momen tahanan dengan jarak Z = d – a/2, dengan d

adalah tinggi efektif balok seperti pada gamba 2. analisa perhitungan kuat lentur

nominal balok dengan rumus:

Cc = 0,85 fc’. ab (2.4)

Ts = As. fy (2.5)

Dimana

Cc = Gaya Tekan Pada Beton (N)

Ts = Gaya Tarik pada Baja (N)


14

fc’ = Kuat Tekan Beton (MPa)

a = Tinggi Blok Tegangan (mm)

b = Lebar Balok (mm)

fy = Tegangan Leleh Baja (MPa)

As = LuasTarik Baja (mm2)

2.2.2 Analisa Kuat Geser Beton Bertulang

Kegagalan struktur balok bertulang akibat pembebanan tidak hanya

ditentukan oleh kuat lentur tetapi juga oleh kuat geser. Kegagalan yang terjadi

akibat geser pada balok disebut sebagai kegagalan geser. Geser pada balok beton

bertulang merupakan kerusakan yang terjadi didaerah sekitar tumpuan. Retak

miring akibat geser dibadan balok bertulang dapat terjadi tanpa disertai retak

akibat lentur disekitarnya, atau dapat juga sebagai kelanjutan proses retak lentur

yang telah mendahuluinya. Retak balok yang sebelumnya tidak mengalami retak

lentur dinamakan retak geser badan. Retak geser badan juga dapat terjadi disekitar

titk balik lendutan atau pada tempat terjadi penghentian tulangan balok struktur

bentangan lurus (Dipohusudo,1996).

Perilaku balok beton bertulang pada keadaan runtuh geser sangat berbeda

dengan keruntuhan karena lentur. Balok tersebut akan hancur tanpa adanya

peringatan dahulu, juga retak diagonalnya lebih lebar dibandingkan retak lentur

(Edward G. Nawy,1990). Tarik diagonal merupakan penyebab utama dari retak

miring dengan demikian keruntuhan didalam balok yang lazimnya disebut

keruntuhan geser (shear failure) sebenarnya yaitu keruntuhan tarik di arah retak
15

miring. Faktor – faktor yang mempengaruhi keruntuhan geser dan pembentukan

retak miring begitu banyak dan rumit sehingga suatu kesimpulan yang pasti

mengenai mekanis yang benar dan retak miring akibat geser yang tinggi dan sukar

untuk ditentukan (Chu Kia Wang, dkk. 1990).

Perilaku balok beton bertulang pada keadaan runtuh karena geser sangat

berbeda dengan keruntuhan karena lentur. Balok dengan kerutuhan geser

umumnya tanpa adanya peringatan awal. Untuk perilaku kegagalan getas (brittle)

ini, penampang hrus dirancang cukup kuat untuk memikul beban geser luar

rencana. Gaya geser secara bersama ditahan oleh sengkang atau tulangan geser

dan beton. Terdapat dua jenis sengkang yang digunakan:

1. Sengkang Vertikal.

2. Sengkang Miring atau Tulangan Miring.

Diameter sengkang yang umum digunakan :8 – 10 – 12 mm (A. Nasution, 2009)

Perencanaan beton bertulang terhadap geser ternyata memiliki kesamaan

dalam menganalisis terhadap kuat lentur murni yang menentukan adalah perilaku

struktur saat mengalami keruntuhan. Transfer dari geser di dalam unsur – unsur

beton bertulang terjadi bedasarkan kombinasi dari beberapa mekanisme sebagai

berikut:

1. Perlawanan dari geser beton yang belum retak Vcz

2. Gaya ikat antara aggregat (transfer geser antar permukaan) Va dalam arah

transgensial sepanjang retak.

3. Aksi pasak (double action) Vd sebagai perlawanan dari penulangan

longitudinal terhadap gaya transversal.


16

4. Perlawanan tulang geser dari Vsdari sengkang vertikal atau miring.

Untuk lebih jelas perlawanan terhadap geser dapat dilihat di Gambar 2. 1

Gambar 2.3 Perlawanan Terhadap Geser

Kekuatan geser beton bertulang merupakan sumbangan dari beton dan baja

tulangan yang digunakan. Adapun besarnya kekuatan geser nominal dapat

dighitung sebagai berikut;

Vn = Vc + Vs (2.6)

Dimana:

Vn = Kuat Geser Nominal Beton Bertulang (N)

Vc = Kuat Geser Nominal Sumbangan Beton (N)

Vs = Kuat Geser Nominal Sumbangan Baja tulangan (N)

Apabila tulangan geser tidak memiliki lekatan yang tidak sempurna, maka

sambungan kekuatan tulangan dalam menahan gaya geser pada balok berkurang

atau mungkin tidak ada, sehingga gaya geser ditanggung sepenuhnya oleh beton

dan sedikit tulangan baja. Balok beton dengan Vs kecil atau tidak dapat

mengalami keruntuhan secara tiba - tiba oleh geser. Untuk menghitung kekuatan

geser dari beton bertulang dapat digunakan rumus:


17

Vc = (fc’ + 120 pw ) (2.7)

Dimana:

Pw = ; As = luas tulangan utama

fc’ = Mutu Beton yang direncanakan (Mpa)

b = Lebar penampang (mm)

d = Tinggi Efektif Penampang (mm)

mengingat harga-harga Vu, Mu dan ρw bervariasi sepanjang bentang sehingga

akan menyulitkan untuk menghitungnya, maka persamaan di atas disederhanakan

dengan persamaan sebagai berikut :

Vc = 1/6. √fc’b .d

Dimana

fc’ = Mutu Beton yang direncanakan(Mpa)

b = Lebar penampang (mm)

d = Tinggi Efektif Penampang (mm)

Sedangkan untuk kekuatan geser dari tulangan geser dapat dicari dengan

menggunakan rumus :

Vs = (2.8)

Dimana :

Av = Luas Tulangan Geser Sengkang (mm2)


18

fy = Mutu baja Tulangan (Mpa)

d = Tinggi penempang efektif (mm)

s = Jarak antar sengkang (mm)

2.3 Balok Beton Bertulang Dengan Perkuatan CFRP

Bedasarkan penelitian yang pernah dilakukan, penggunaan material CFRP

untuk memperbaiki struktur balok beton bertulang pada daerah tarik dan

menambah kekuatan lentur dari struktur. Selain itu, penggunaan material ini untuk

perkuat geser juga dapat meningkatkan kapasitas geser dari struktur sehingga

meminimalisasi terjadinya keruntuhan geser struktur. Hal ini dapat dijelaskan

melalui analisa kuat lentur dan geser penampang struktur beton bertulang yang

diberi perkuatan CFRP.

2.3.1 Analisa Kuat Lentur Dengan CFRP

Penambahan CFRP pada daerah tarik dari struktur balok beton bertulang dapat

meningkatkan kuat lentur dari struktur karena adanya penambahan kekuatan tarik

material CFRP. Penambahan kekuatan tarik ini dapat dianalisis dengan

mengembangkan metode analisis kuat lentur balok beton bertulang tanpa

perkuatan CFRP. Dengan penambahan CFRP pada daerah tarik balok, didapat

penambahan gaya tarik Tfseperti dilihatkan pada Gambar 2. 8


19

3.

4.

5.

GGambar 2.4 Perilaku Lentur pada Kondisi Ultimit atau

Leleh Dengan Perkuatan FRP

Berdasarkan gambar 2.8 diatas maka dapat dilakukan analisa perhitungan kuat

lentur nominal balok beton bertulang yang diperkuat CFRP yaitu:

Tf = Af . fy (2.9)

Dengan persamaan keseimbangan gaya dalam, didapat

Cc = T s + T f (2.10)

Bedasarkan Cc, Tsdan Tfpada persamaan 2.4, 2.5dan 2.15 Yang disubtitusi ke

persamaan didapat

0,85 fc’. a. b = As . fy + Af. fy (2.11)

Dimana :

Cc = Gaya Tekan Pada Beton (N)

Ts = Gaya Tarik Pada Baja (N)

fc’ = Kuat Tekan Beton (Mpa)

a = Tinggi BlokTegangan (mm)

b = Lebar Balok (mm)

fy’ = Tegangan Leleh Baja (Mpa)

ff = Tegangan Leleh Material CFRP (Mpa)


20

As = Luas Baja Tarik (mm2)

As’ = Luas Baja Tekan (mm2)

Af = Luas Material CFRP (mm2)

Sehingga, dari persamaan 2.17 didapat :

a = β1 . C = (2.12)

Bedasarkan persamaan 2.5 untuk Ts. 2.15 untuk Tfpenggunaan tulangan tarik, dan

asumsi bahwa baja tulangan serta material CFRP telah mencapai leleh (fs= fy dan

ff=fyf), maka kuat lentur nominal balok beton bertulang dengan perkuatan CFRP

dapat dirumuskan sebagai berikut:

Mn = Ts (d - ) + Tf (h - ) (2.13)

Dimana :

d = jarak bagian atas balok dengan tulangan tarik baja

h = jarak bagian atas balok dengan material CFRP (Tinggi Balok)

Menurut ACI Committee 440, kontribusi CFRP masih perlu dikaitkan dengan

faktor reduksi ᴪ = 0.85, sehingga momen nominal total (Mn) dapat dicari dengan

persamaan berikut:

Mn = Ts (d - ) + ᴪfTf (h - ) (2.14)

Karena pertimbangan kompabilitas regangan, FRP sebaiknya hanya digunakan

untuk menahan gaya tarik (ACI Committee 440, 2002). Bedasarkan analisa diatas,

maka perhitungan kuat lentur balok yang diberikan perkuatan berupa lembaran

CFRP pada daerah tumpuan adalah sebagai berikut:


21

Gambar 2.5 Perilaku Geser pada Kondisi Ultimit atau Leleh Dengan

Perkuatan FRP

Bedasarkan diatas, maka dapat dilakukan analisa perhitungan kuat lentur

nominal balok beton bertulang dengan tulangan rangkap yang diperkuat lembaran

CFRP yaitu:

Tc = As’ . fy (2.15)

Dengan persamaan keseimbangan gaya dalam didapat:

Cc+ Tc = Ts + Tf, (2.16)

Bedasarkan Cc, Ts, Tf, dan Tc pada persamaan 2.17 yang didistribusikan ke

persamaan 2.22 didapat:

0,85 fc’. a. b + As’ . fy = As. fy + Af + ff (2.17)

Dimana:

Cc = Gaya Tekan Pada Beton (N)

Ts = Gaya Tarik Pada Baja (N)

fc’ = Kuat Tekan Beton (Mpa)

a = Tinggi Balok Tegangan (mm)

b = Lebar Balok (mm)


22

fy’ = Tegangan Leleh Baja (Mpa)

ff = Tegangan Leleh Material CFRP (Mpa)

As = Luas Baja Tarik (mm2)

As’ = Luas Baja Tekan (mm2)

Af = Luas Material CFRP (mm2)

Sehingga dari persamaan 2.18 didapat:

a = β1 .C = (2.18)

Bedasarkan persamaan 2.9 untuk Ts dan 2.15 untuk Tf penggunaan tulangan tarik,

tekan dan asumsi bahwa baja tulangan serta material CFRP mencapai leleh (fs = fy

dan ff= fxf), maka kuat lentur nominal balok beton bertulang dengan perkuatan

CFRP dapat dirumuskan :

Mn = Ts (d - ) + ᴪfTf (h - ) - Tc (d’ - ) (2.19)

Dimana:

D = jarak bagian atas balok dengan tulangan tarik baja

h = jarak bagian atas balok dengan material CFRP (Tinggi Balok)

d’ = jarak bagian bawah balok dengan tulangan tekan baja

ᴪf = faktor reduksi kuat lentur CFRP = 0.85

2.3.2 Perkuatan Gaya Geser Pada Balok Dengan Cfrp

Perkuatan struktur pada umumnya bertujuan untuk mengembalikan atau

meningkatkan kekuatan elemen struktur agar mempu menahan beban sesuai

rencana. Perkuatan struktur dapat dilakukan dalam beberapa metode. Metode


23

perkuatan struktur bisa dilakukan dengan cara concrete jacketing, steel jacketing,

menambah dimensi, dan penyelubungan dengan material komposit (CFRP).

Penggunaan material CFRP untuk perkuatan struktur beton bertulang tidak

hanya dapat dilakukan untuk menambah kekuatan lentur saja tetapi juga dapat

menambah kekuatan geser dari struktur. Penambahan kekuatan geser ini dapat

dianalisis dengan mengembangkan metode analisis kuat geser balok beton

bertulang tanpa perkuatan CFRP. Berdasarkan ACI Committee 440, kuat geser

nominal (Vn) merupakan gabungan konstribusi kuat geser beton (Vc), tulan

geser (Vs), dan FRP (Vf) dimana ketahanan geser masih harus dikalikan dengan

faktor reduksi kekuatan. Dari persamaan 2.2 untuk (Vc) dan 2.3 untuk (Vs), geser

nominal (Vn) dapat dirumuskan sebagai berikut:

Vn = (Vc + Vs + Ψ Vf) …………………….………...(2.20)

Dimana :

ψ = faktor reduksi tambahan untuk FRP dengan;

ψ = 0,95 untuk komponen yang ditutup lembaran kelling penampang

atau keempat sisinya

ψ = 0,85 untuk U-wrap tiga sisi atau bentuk pelat


24

Gambar 2.6 Ilustrasi Variable Dimensi Yang Digunakan Dalam

Perhitungan Geser Perkuatan FRP

kontribusi dari system FRP untuk geser kekuatan anggota didasarkan pada

orientasi serat dan pola retak diasumsikan (Khalifa et al. 1998). kekuatan geser

yang disediakan oleh penguatan FRP dapat ditentukan dengan menghitung

kekuatan yang dihasilkan dari tegangan tarik di FRP di celah diasumsikan.

Kontribusi geser tulangan FRP geser kemudian diberikan oleh Persamaan :

Vf = (𝐴𝑓𝑣 x 𝑓𝑦𝑓 x 𝑑fv)/sf …………………………………….....(2.21)

dimana :

Afv = luas CFRP (mm2)

𝑓fe = tegangan CFRP (MPa)

𝑑fv = tinggi efektif penampang (mm)


25

sf = jarak antar strip (mm)

untuk menghitung luas CFRP, kita gunakan rumus :

Afy = 2n tf wf……………………………………….......………...................................…..(2.22)

Dimana

N = jumlah lapisan penguatan cfrp

tf = ketebalan 1 lapisan dari cfrp (mm)

wf = lebar frp(mm)

Tegangan tarik di tulangan FRP geser pada kekuatan nominal berbanding lurus

dengan tingkat ketegangan yang dapat dikembangkan di geser penguatan FRP

dengan kekuatan nominal

untuk menghitung tegangan CFRP, kita gunakan rumus :

ffe = ɛfe Ef…………………................……………………….....(2.23)

Dimana :

ɛfe = tingkat regangan efektif dicapai pada kegagalan (mm)- 2800 =0.004

Ef = modulus tarik elastisitis FRP (mpa)

Regangan efektif dalam FRP laminates- Strain efektif adalah strain

maksimum yang dapat dicapai dalam sistem FRP pada kekuatan nominal dan

diatur oleh modus kegagalan sistem FRP dan dari anggota beton bertulang
26

menguat. profesional desain berlisensi harus mempertimbangkan semua mode

kegagalan yang mungkin dan menggunakan perwakilan ketegangan efektif modus

kegagalan kritis. Subbagian berikut memberikan panduan dalam menentukan

regangan efektif untuk konfigurasi yang berbeda dari laminasi FRP digunakan

untuk penguatan geser dari anggota beton bertulang. yang tidak menyertakan

seluruh bagian (dua dan membungkus tiga sisi) telah diamati untuk delaminate

dari beton sebelum hilangnya interlock agregat bagian. Untuk alasan ini, tekanan

obligasi telah dianalisis untuk menentukan kegunaan dari sistem ini dan tingkat

ketegangan yang efektif yang dapat dicapai (Triantafillou 1998). Strain efektif

dihitung dengan menggunakan koefisien obligasi pengurangan κ v berlaku untuk

geserκ v berlaku untuk geserκ v berlaku untuk geser dan dinyatakan dengan

persamaan :

ɛfe = kv ɛfu ≤ 0,004....................................................................(2.24)

Koefisien bond-reduksi adalah fungsi dari kekuatan beton, jenis skema

pembungkus yang digunakan, dan kekakuan dari laminasi. Koefisien ikatan-

reduksi dapat dihitung dari Persamaan :

Kv = ....................................................................(2.25)

Dimana:

Le = panjang sebagian besar obligasi stress dipertahankan.

Le dihitung denggan menggunakan persamaan :


27

Le = ....................................................................(2.26)

Dimana:

nf = rasio modular elastisitas antara FRP dan beton

Nf = Ef/Ec

Tf = nominal ketebalan FRP, mm

Ef = modulus tarik elastisitas FRP, mpa

Ec = modulus elastisitas beton, mpa

Untuk k1 dan k2 dihitung menggunakan persamaan:

K1 = ( ) 2/3

Fc’ : mutu beton, mpa

K2 = ( )

dfv : tinggi efektif, mm


28

2.4 CARBON FIBER REINFORCED POLYMER

2.4.2 Sejarah perkembangan CFRP

Pada tahun sebelim masehi, sudah banyak jenis material yang digunakan

oleh bangsa primitif pada zaman itu. Material yang sering digunakan adalah

poliner, keramik, maupun komposit. Pertama kali munculnya material komposit

adalah batu bata yang terdiri dari tanah liat dan jerami yang berasal dari Tiongkok

dan Mesir Kuno.

Seiring dengan perkembangan zaman, perkembangan dan penggunaan

material komposit pun terus meningkat. Material komposit adalah penggabungan

dua jenis material atau lebih untuk memperoleh sifat optimum dari setiap material

penyusunnya. Dari campuran tersebut, akan dihasilkan material komposit yang

mempunyai sifat mekanik dan karakteristik yang berbeda dari material

sebelumnya. Penggunaan komposit sering diaplikasikan produk – produk

sederhana (rumahan), alat olahraga, pesawat terbang, jembatan hingga produk –

produk untuk transportasi atau alat – alat militer yang membutuhkan ketangguhan

dan kekuatan yang baik.

Banyak jenis dari material komposit ini yaitu MMC (Metal Matrix

Composite) yaitu komposit dengan material dasar dan material penguatnya

berbahan dasar logam, CMC (Ceramic Matrix Composite) yaitu komposit dengan

material dasar dan material penguatnya berbahan dasar keramik, PMC (Polimer

Matrix Composite) yaitu komposit dengan material dasar dan material penguatnya

polimer.
29

PMC adalah satu jenis komposit yang paling populer saat ini. Penelitian

dan penggunaan terhadap PMC terus dikembangkan untuk menggantikan

penggunaan logam seperti baja yang sangat berat. Polimer yang dapat digunakan

dalam pembuatan komposit ini yaitu thermoset dan thermosetplastic. Secara garis

besar, jenis polimer thermoset yaitu jenis polimer yang tidak dapat didaur ulang.

Sedangkan thermosetplastic yaitu jenis polimer yang dapat didaur ulang.

Jenis PMC yang saat ini sering digunakan adalah FRP (Fiber Reinforced Polimer)

yaitu material polimer yang diperkuat dengan menggunakan serat. Penggunaan

serat ini dimaksudkan agar berat material komposit menjadi lebih ringan

dibandingkan dengan penggunaan logam yang relatif berat. Keuntungan

penggunaan polimer dibandingkan dengan logam adalah polimer tidak akan karat

(korosi) dan pembuatannya tidak membutuhkan suhu proses yang sangat tinggi.

Bahan serat uyang umumnya digunakan pada FRP ada 3 (tiga) jenis serat (fiber)

yaitu carbon, armaid (kevlar) dan glass yang masing – masing disebut CFRP

(Carbon Fiber Reinforced Polimer), AFRP (Armaid Fiber Reinforced Polimer)

dan GFRP (Glass Fiber Reinforced Polimer) (Sudarsana dan Widiarsa, 2008).

Saat ini telah berkembang metode perkuatan struktur menggunakan

material FRP. Perkuatan FRP ini dilekatkan pada bagian luar permukaan struktur

dengan menggunakan perekat epoksi. Material FRP yang menggunakan serat ka

rbon (CFRP) adalah material yang digunakan untuk sistem perkuatan ini karena

memiliki kuat tarik yang sangat tinggi mencapai 4900 Mpa, ringan, tidak mudah

korosi sehingga memilii durabilitas (keawetan) yang sangat tinggi, mudah dalam

pemasangannya sehingga menghemat waktu, serta bahannya mudah dibentuk


30

(fleksibel). Struktur yang diperkuat biasanya berupa struktur beton yang

mengalami retak lentur akibat pembebanan baik pada balok, kolom, maupun slab

beton. Perkuatan dengan material ini dapat menambah kapasitas kuat lentur

maupun geser dari struktur.

Perkuatan CFRP ini dilakukan dengan melekatkan material menggunakan

perekat pada struktur yang hendak diperkuat, maka jenis perekat yang digunakan

perlu diperhatikan untuk mencegah kegagalan pekuatan struktur akibat lepasnya

ikatan antara material CFRP dengan beton sehingga perkuatan yang dilakukan

menjadi efektif. Perekatan yang biasa digunakan untuk melekatkan materila

CFRP dengan struktur beton adalah zat epoksi dimana bentuk CFRP yang biasa

digunakan adalah bentuk pelat (plate) dan lembaran (warp).

2.4.3 Pengertian CFRP

Fiber Reinforced Polimer (FRP) merupakan material komposit yang

digunakan sebagai perkuatan dalam konstruksi sipil. Bahan ini mengandung

polimer resin, fiber, dan filler. Resin yang digunakan adalah polyester, vinylester

dan filler. Sedangkan fiber terdiri dari beberapa jenis glass, carbon, dan aramid.

FRP yang fibernya terbuat dari karbon disebut CFRP (Carbon Fiber Reinforced

Polimer).
31

. Gambar 2.7 Contoh Perkuatan Geser

a. contoh perkuatan geser menggunakan CFRP pada balok

b. contoh perkuatan CFRP pada plat lantai

2.4.4 Keunggulan CFRP

 Kuat tarik yang lebih tinggi dari baja, yaitu 2800 mpa

 Kekakuan yang tinggi, dengan modulus elastisitas 165000 mpa

 Tidak korosi

 Material CFRP lebih tipis dan lebih ringan daripada menggunakan

perkuatan dari baja.

 Teknik yang digunakan dalam pemasangan tidak mengganggu penggunaan

struktur oleh pihak lain.

 Teknik pemasangan yang digunakn relative cepatsehingga meminimalkan

waktu kerja.

 Tidak memerlukan area kerja yang luas dalam pengerjaannya.


32

2.4.5 Kelemahan CFRP

 Kurang tahan terhadap suhu tinggi, dengan suhu 70 C, bahan perekat akan

berubah dari kondisi keras menjadi lunak

 Tidak tahan terhadap sinar ultra violet, untuk itu, perlu dilakukan

perlindungan seperti dilapisi dengan mortar.

 Biaya yang diperlukan untuk mendapatkan CFRP sangat besar, karna

CFRP masih jarang diproduksi di Indonesia.

2.5 Pemasangan CFRP pada bangunan

Gambar 2.8 Contoh pelaksanaan perkuatan CFRP

Sebelum dipasangakn ke bangunan, CRFP ini terlebih dahulu dipotong

dengan menggunakan alat pemotong. Alat pemotong material ini cukup

sederhana, hanya dengan menggunakan gunting pemotong fiber atau dalam skala

besar dengan menggunakan mesin pemotong fiber.


33

Setelah dilakukan pemotongan pada fiber untuk mendapatkan ukuran yang

tepat, material tersebut kemudian dipasangkan ke kolom/balok dengan metode

konvensional atau dengan mesin untuk daerah yang lebih besar dan luas.

Agar bahan tersebut terekat dengan erat antara FRP dengan permukaan

beton, maka dipakai epoxy.

Anda mungkin juga menyukai