DASAR TEORI
2.1 Beton
2.1.1 Pengertian Beton
Beton merupakan bahan campuran dari bahan bahan agregat halus
dan agregat kasar, yaitu pasir, batu pecah, dengan menambahkan semen
sebagai bahan perekat, air, dan bahan tambah ( additive ) jika diperlukan
dengan komposisi dan perbandingan tertentu.
Untuk keperluan konstruksi yang telah ditentukan spesifikasi dan
standar betonnya, suatu rancangan campuran beton ( mix design ) harus
ditentukan sedemikian rupa sehingga semua campuran bahan bahan pengisi
beton sesuai dengan analisa laboratorium dan hasil perhitungan, sehingga
didapatkan hasil beton yang sesuai dengan spesifikasi dan standarnya, serta
didapatkan beton segar yang mudah dikerjakan ( workability ) dan ekonomis.
f'c
(Mpa)
(kg/cm2)
15
15
150
20
20
200
25
25
250
30
30
300
35
35
350
Mutu Beton
fy
(Mpa)
(kg/cm2)
240
240
2400
400
400
4000
Mutu Baja
2.4 Pembebanan
2.4.1 Pengertian Pembebanan
No
(Komponen Gedung)
Berat
Satuan
Beton
2200
kg/m3
Beton bertulang
2400
kg/m3
21
kg/m2
250
kg/m2
11
kg/m2
kg/m2
24
kg/m2
1983, p.11
2. Beban hidup ( live loads ), adalah beban yang sifatnya tidak tetap dan dapat
bergerak, yang terjadi akibat kegiatan penghunian atau penggunaan suatu
struktur atau bangunan yang di dalamnya termasuk beban beban yang
disebabkan oleh barang barang yang dapat berpindah pindah atau dapat
bergerak.
3. Beban angin ( wind loads ), adalah beban yang bekerja pada suatu struktur
atau gedung yang diakibatkan oleh tekanan ataupun pergerakan udara atau
angin.
Dimana :
U
= Kuat perlu untuk menahan beban yang telah dikaitkan dengan faktor
beban atau momen dan gaya dalam yang berhubungan dengannya.
DL = Beban mati atau momen atau gaya dalam yang berhubungan dengan
beban tersebut.
LL
* 2002, P.87
= 0,8*
= 0,8*
Untuk gaya aksial tekan dan aksial tekan dengan lentur = 0,65*
Untuk gaya lintang dan torsi
= 0,75*
* 2002, P.91
2h
L
Gambar 2.1 Metode Amplop
1. Nilai qek untuk beban segitiga.
h
A
q ek = 2/3 h
2h
Mc =
Mc =
Mc =
Mc = Mmax
Mc =
10
h
A
L-2h
RA=RB =
= Lh h2
Misal L 2h = y
Mc
11
q ek =
Mc
Mc
Mc
Mc
Mc
Mc
= Mmax
= L-2h
=
Mc
24 hL2-32h3
= 24 x qeq x L2
12
qeq
Dari nilai qek dapat diketahui nilai beban terpusat (P) dan beban terbagi rata (q)
untuk plat lantai .
13
L
Gambar 2.4 Beban terbagi rata
14
Untuk beban terpusat tidak di tengah bentang dengan perletakan jepit jepit
P
L
b
15
Perhitungan nilai atau faktor distribusi pada tiap titik kumpul adalah
angka kekakuan pada masing masing batang dibagi dengan nilai pada satu
titik kumpul, dan apabila nilai tersebut dijumlahkan, maka hasilnya sama
dengan 0,5.
=K/
16
2.5.8 Pemberesan
momen
parsiil
(momen
rotasi
dan
momen
perpindahan)
Pemberesan momen parsiil dimulai dari pemberesan momen rotasi
dalam satu putaran, kemudian dilanjutkan dengan pemberesan momen
displacement (perpindahan). Pemberesan momen parsiil dilakukan dengan
cara menjumlahkan semua momen yang terjadi pada tiap-tiap titik kumpul,
sehingga didapatkan besarnya momen pada masing-masing batang tersebut.
Pemberesan momen rotasi dimulai dari titik kumpul (1) ke titik
kumpul (2) dan seterusnya. Setelah itu dilanjutkan pemberesan momen
perpindahan untuk tingkat paling atas bangunan ke bawah, begitu seterusnya
hingga mendapatkan hasil yang konvergen (hasil yang tepat).
17
18
q = t/m
MAB
P = ton
MBA
B
a
b
L
.q.L
.q.L
(P.b)/L
(P.a)/L
MAB/L
MAB/L
+ MBA/L
MBA/L +
RA
RB
\
Gambar 2.8 Diagram Free Body
1
MA1
MA1/L
M1A/L
RA
L
MA1/L
M1A/L
M1A
19
R1
d
tul.utama
sengkang
gambar 2.7.b
h
Untuk arah x
h = d + 1/2 tul utama + tul utama arah x + p
Dimana :
d
= tinggi efektif ( jarak dari serat tekan ke titik berat tulangan tekan ).
sengkang
penutup beton
21
Dimana :
balance = Persentase tulangan seimbang
fc = Mutu beton
fy = Mutu baja tulangan
= 0,85
b. Persentase tulangan minimum (min)
Persentase tulangan minimum ini dapat dilihat dalam bentuk
persamaan seperti di bawah ini :
22
23
5. Menghitung nilai tinggi efektif plat (d) dengan persamaan di bawah ini :
Tinggi efektif arah x (dx) = h p - x tul.utama
Tinggi efektif arah y (dy) = h p - tul.utama - x tul.utama
Dimana : h
p
ly
.
lx
24
Apabila :
min < < max
> max
< min
25
26
cu
0,85 fc
a
c
h
Ccc
Mn
27
d-a/2
As
Ts
b
fy
: Lebar balok
Cc : Compression Concrete
Cc =Ts
Cc = 0,85 x fc x a x b
Ts = fy x As
As = x b x d
Jadi, Cc = Ts
0,85 x fc x a x b = fy x x b x d
Untuk fc 30 MPa
0,85 x fc x 0,85 x c = fy x x d
28
0,7225 x fc x c = fy x x d
Dari gambar 2.10 didapat hasil sebagai berikut :
c
' cu
d s y
c
0,003
0,003
fy
Es
0,003
0,003
fy
2.10 5
600
d
600 fy
fy
0,7225 x f ' c x
0,7
f 'c
fr 0,7
Mr = fr x w
f 'c
w = 1/6bh2
x 1/6bh2
h = d / 0,9
29
Jadi,
Mr 0,7
d
f ' c x 1 / 6b
0
,9
Mr 0,7 x 0,2 x
Momen ultimate
f 'c x b x d 2
Mu = As x fy x 0,9d
As = x b x d
Mu = x b x d2 x fy x 0,9
Dengan menyamakan Mu = Mr, maka :
0,9 x fy x x b x d2
0,9 x x fy
= 0,14 x b x d2 x
= 0,14 x
f 'c
f 'c
Sedangkan untuk membuat deformasi penuh pada struktur harus dibatasi nilai
rasio tulangan maksimum (max) adalah sebesar 75% dari rasio tulangan
kondisi seimbang.
0,75 % x b
30
Dimana : h
p
31
Apabila :
min < < max
> max
< min
32
33
0,85 fc
a
Csc
Ccc
M
As
`
Ts
b
34
d-a/2
fy
a = 0,85.c
= 0,85 x fc x 0,85 x c x b
= 0,7225 x fc x c x b
Cs = As x fy
Ts = As x fy
Dari keseimbangan gaya gaya dalam H= 0
Pu = (Cc + Cs Ts)
= (0,7225 x fc x c x b + As x fy As x fy)
Karena merupakan penulangan rangkap, maka Cs = Ts
As = As
Pu = Cc
= x 07225 x fc x c x b
Dari persamaan tersebut, akan diperoleh nilai bidang tekan (c)
c
Pu
x 0,7225 x f ' c x b
Dimana :
Cc = 0,7225.fc.c.b
Cs = As.fy
35
Ts = As.fy
a
= .c
d = h d
36
37