Anda di halaman 1dari 9

ISSN : 2598–3814 (Online), ISSN : 1410–4520 (Cetak)

ANALISA PENGAKU (STIFFENER) PADA BALOK BAJA IWF


AKIBAT TORSIONAL BUCKLING

Dina Sartika Siregar1), Subur Panjaitan2), Ronal HT Simbolon3)


1)
Alumni Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik UISU
2,3)
Dosen Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik UISU
dinasiregar96@gmail.com

Abstrak
Tekuk (buckling) adalah masalah yang paling rentan terjadi pada konstruksi baja yang menggunakan profil IWF
yang bentuk geometrisnya cukup tipis. Sehingga suatu struktur yang menggunakan profil IWF harus benar-benar
diperhitungkan bahaya tekuk, baik tekuk lokal (flens dan web) maupun tekuk torsi lateral (lateral torsional
buckling) . Selain faktor keamanan, perencanaan struktur di bidang teknik sipil juga harus ekonomis dalam
pelaksanaannya. Pada tulisan ini akan menganalisa dua profil balok IWF terhadap tekuk dengan panjang bentang
dan pembebanan yang sama dengan metode LRFD dan berdasarkan SNI 03-1729-2002. Profil yang digunakan
yaitu IWF 400×400×13×21 dan IWF 350×350×12×19. Dari hasil analisa kedua profil memenuhi kriteria
sebagai balok dengan pengaku (Stiffener). Profil IWF 400.400.13.21 dapat digunakan sebagai balok crane dengan
pengaku (𝑏𝑠 = 130 𝑚𝑚; 𝑡𝑠 = 11 𝑚𝑚) Sedangkan profil IWF 350.350.12.19 dapat digunakan sebagai balok
crane dengan pengaku (𝑏𝑠 = 120 𝑚𝑚; 𝑡𝑠 = 10 𝑚𝑚), dan dapat disimpulkan bahwa profil IWF 350 × 350 × 12
× 19 lebih efisien dan tidak boros.

Kata-Kata Kunci : Profil IWF, Tekuk, Torsi lateral, Stiffener

I. Pendahuluan II. Tinjauan Pustaka

Pada zaman modern ini material baja sebagai 2.1 Umum


bahan konstruksi sudah mulai banyak digunakan Dalam perencanaan struktur baja metode LRFD
dalam suatu bangunan. Baja dapat berfungsi sebagai (Load and Resitance Factor Design) atau disebut juga
komponen tekan, tarik, lentur atau kombinasinya. perencanaan kondisi batas, menggunakan konsep
Bentuk penampang baja lebih mudah dibentuk untuk probabilitas yang jauh lebih rasional. Metode LRFD
memenuhi setiap keperluan. Disamping itu baja untuk perencanaan struktur baja diatur dalam SNI 03-
memiliki sifat daktilitas, yaitu sifat dari baja yang 1729-2002.
dapat mengalami deformasi yang besar di bawah Suatu struktur dikatakan stabil jika tidak mudah
pengaruh tegangan tarik yang tinggi tanpa mengalami terguling, miring, atau tergeser selama umur rencana
leleh atau putus, adanya sifat ini membuat struktur bangunan. Resiko terhadap kegagalan struktur dan
baja mampu mencegah terjadinya proses robohnya hilangnya kemampuan layanan selama umur rencana
bangunan secara tiba-tiba. bangunan juga harus diminimalisir dalam batas-batas
Profil yang umum digunakan pada balok adalah yang masih bisa diterima.
plat yang tersusun sehingga membentuk penampang
I. Profil ini memiliki ketebalan badan (web) yang 2.2 Balok Baja
tidak terlalu tebal. Apabila sebuah batang lurus Balok merupakan elemen struktur yang memikul
(profil) mendapatkan gaya tekan aksial, semakin beban yang bekerja tegak lurus dengan sumbu
lama semakin besar gaya tekan aksialnya, maka longitudinalnya. Hal ini yang menyebabkan balok
batang tersebut akan mengalami deformasi terlentur. Dalam proses desain balok, pada awalnya
(perubahan bentuk) terhadap sumbu vertikal dan yang ditinjau adalah masalah momen lentur balok dan
horizontal. Perubahan bentuk terhadap sumbu efek-efek lainya seperti geser atau defleksi.
horizontal dari keadaan sumbu batang lurus menjadi (Spiegel,1998)
sumbu batang melengkung, hal ini dinamakan tekuk
(buckling). Sehingga suatu struktur yang
menggunakan profil IWF harus benar-benar
diperhitungkan bahaya tekuk lokal (flens dan web)
serta tekuk torsi lateralnya.
Pada umumnya batang akan mengalami tekuk
kearah sumbu lemah penampang. Untuk menghindari
terjadinya tekuk, Hal ini yang menyebabkan
dipasangnya pengaku (stiffener) pada balok yang
bertujuan untuk membuat balok menjadi lebih kaku
(rigid).
Gambar 1. Perilaku balok akibat pembebanan

121 Buletin Utama Teknik Vol. 15, No. 2, Januari 2020


ISSN : 2598–3814 (Online), ISSN : 1410–4520 (Cetak)

Balok merupakan kombinasi antara elemen yang Gambar 2 merupakan hasil uji tarik dari suatu benda
tertekan dan elemen yang tertarik. Pada gambar 2.1 uji baja yang dilakukan hingga benda uji mengalami
diatas dapat dilihat bahwa balok yang dibebani P akan keruntuhan, sedangkan Gambar 2.3 menunjukkan
melentur dengan jari-jari R yang tidak konstan. gambaran yang lebih detail dari perilaku benda uji
Bagian atas pada garis netral (g.n) tertekan dan bagian hingga mencapai regangan sebesar ±2%.
bawah dari garis netral (g.n) tertarik, sehingga pada Sedangkan berdasarkan tegangan leleh dan
bagian atas garis netral (g.n) terjadi perpendekan dan tegangan putusnya, SNI 03-1729-2002
dibawah garis netral (g.n) terjadi perpanjangan. mengklasifikasikan mutu dari material baja yang
Bentuk profil IWF sangat efisien untuk memikul sama yaitu:
momen lentur karena sayapnya yang lebar dan tebal
badannya yang tipis. Sehingga perbandingan momen Tabel 2.1Sifat-sifat Mekanis Baja Struktural
inersia dan berat profilnya besar. Tegangan Tegangan
Regangan
Jenis Putus Leleh
Minimum
2.3 Sifat Material Baja Baja Minimum Minimum
(%)
Agar dapat memahami perilaku struktur baja, ƒu (Mpa) ƒy (Mpa)
perlu dilakukan pengujian. Model pengujian yang BJ 34 340 210 22
paling tepat untuk mendapatkan sifat-sifat mekanik BJ 37 370 240 20
material baja adalah dengan melakukan uji tarik BJ 41 410 250 18
terhadap sifat-sifat mekanik material baja, karena BJ 50 500 290 16
disebabkan beberapa hal antara lain adanya potensi BJ 55 550 410 13
tekuk (buckling) pada benda uji yang mengakibatkan
ketidak stabilan dari benda uji tersebut, selain itu 2.4 Beban
perhitungan tegangan yang terjadi pada benda uji Beban adalah gaya luar yang bekerja pada suatu
lebih mudah dilakukan untuk uji tarik dari pada uji struktur. Penentuan secara pasti besarnya beban yang
tekan. bekerja pada suatu struktur selama umur layannya
Gambar 2 dan Gambar 3 rnenunjukkan suatu hasil merupakan salah satu pekerjaan yang sulit, dan pada
uji tarik material baja yang dilakukan pada suhu umumnya penetuan besarnya beban hanya
kamar serta dengan memberikan laju regangan yang merupakan estimasi saja. Meskipun beban yang
normal. Tegangan nominal (ƒ) yang terjadi dalam bekerja pada suatu lokasi dari struktur dapat diketahui
benda uji diplot pada sumbu vertikal, sedangkan secara pasti, namun distribusi beban dari elemen ke
regangan (𝜀) yang merupakan perbandingan antara elemen dalam suatu struktur umumnya memerlukan
pertambahan panjang dengan panjang mula-mula asumsi dan pendekatan. Jika beban-beban yang
(∆L/L) diplot pada sumbu horizontal. bekerja pada suatu struktur telah diestimasi, maka
masalah berikutnya adalah menentukan kombinasi-
kombinasi beban yang paling dominan yang mungkin
bekerja pada suatu struktur. Besar baban yang bekerja
pada suatu struktur diatur oleh peraturan pembebanan
yang berlaku, sedangkan masalah dari kombinasi dari
beban-beban yang bekerja telah diatur dalam SNI 03-
1729-2002.

2.5 Stiffener (Pengaku)


Stiffener adalah bantalan pengaku (plat) yang
digunakan pada titik tumpuan suatu balok ketika
Gambar 2. Kurva hubungan Tegangan (ƒ) vs balok tidak memiliki kemampuan pada badan profil
regangan (𝜺) untuk mendukung reaksi akhir atau beban terpusat.
Batas untuk kondisi ini antara lain leleh lokal pada
badan profil (web local yielding), web crippling dan
web local buckling. Stiffener dibuat untuk membantu
badan balok menciptakan garis-garis nodal selama
tekuk pelat badan (web) dan untuk menerima gaya-
gaya tekan yang ditransmisikan dari badan balok.
Pada flens tekan, pengelasan pengaku memberikan
stabilitas kepada pengaku (Stiffener) dan menjaganya
agar tetap tegak lurus tehadap badan balok.

Gambar 3. Kurva tegangan (ƒ) - regangan (𝜺) Stiffener


yang diperbesar
Gambar 4. Ilustrasi stiffener profil IWF

Buletin Utama Teknik Vol. 15, No. 2, Januari 2020 122


ISSN : 2598–3814 (Online), ISSN : 1410–4520 (Cetak)

2.6 Tekuk Lokal Balok (Local Buckling) III. Metodologi


Tekuk (buckling) merupakan fenomena
instabilitas yang terjadi pada batang langsing, pelat 3.1 Umum
dan cangkang yang tipis. Konsekuensi tekuk pada Bagian ini membahas tentang metodologi
dasarnya adalah masalah geometrik dasar, dimana perhitungan perencanaan balok pada hoist crane
terjadi lendutan besar akan mengubah bentuk dengan menggunakan baja profil IWF
struktur. Pada fenomena tekuk, struktur secara
keseluruhan belum tentu gagal. Struktur dapat saja
kembali seperti semula. Hal ini dikarenakan proses
terjadinya buckling adalah pada daerah elastis. 24 m
Sehingga ketika beban tekan yang terjadi 6m
dihilangkan, struktrur akan kembali seperti semula.
(Agus Triono,2007)

Elemen – elemen yang mengalami tekuk lokal


pelat profil IWF yaitu:
Gambar 6. Struktur hoist crane
1. Sayap atas (top flens)
2. Sayap bawah (bottom flens) Struktur akan direncanakan mengacu pada
3. Pelat badan (web). persyaratan-persyaratan komponen struktur lentur
sesuai dengan Tata Cara Perencanaan Struktur Baja
Untuk Bangunan Gedung SNI03-1729-2002.
Bentuk profil baja yang cenderung langsing/tipis
lebih mudah untuk mengalami kegagalan tekuk. Tahapan penelitian yang digunakan adalah
Local buckling biasanya terjadi pada: balok tinggi sebagai berikut :
(balok girder, biasanya padajembatan), balok yang a. Menentukan desain dan ukuran balok crane
tidak diberi stiffener plate,balok yang mengalami b. Membuat variasi permodelan dengan bentang
beban terpusat yang sangat besar, contohnya balok 23 m
crane, balok transfer, dll. c. Menggunakan pembebanan terpusat sebesar 27
ton
2.7 Tekuk Torsi Lateral Balok (Lateral Torsional d. Menghitung pembebanan yang terjadi pada
Buckling) balok crane dan menentukan reaksi pada roda-
Flens tekan dari balok dapat dianggap sebagai roda crane
kolom. Sayap yang diasumsikan sebagai kolom ini e. Menentukan dimensi profil balok crane yang
akan tertekuk dalam arah lemahnya akibat lentur sesuai dengan momen tahanan perlu (Zx )
terhadap suatu sumbu seperti 1-1. Namun karena web f. Memilih 2 profil balok yang akan dianalisa
balok memberikan sokongan untuk mencegah tekuk terhadap tekuk lokal (local buckling), tekuk
dalam arah ini, maka flens akan cenderung tertekuk torsi lateral (lateral torsional buckling), gaya
oleh lentur pada sumbu 2-2. Karena bagian tarik dari geser, kuat tumpu
balok berada dalam kondisi stabil, maka proses tekuk g. Dari kedua profil yang dianalisa, ditentukan
lentur dalam arah lateral tersebut tersebut akan satu profil sebagai balok crane yang lebih
dibarengi dengan proses torsi sehingga terjadilah efisien
tekuk torsi lateral (lateral torsional buckling)

Keterangan: 3.2 Desain Data


1-1 : sumbu kuat
penampag 3.2.1 Perencanaan umum
2-2 : sumbu lemah
penampang

Gambar 5. Sumbu lemah dan kuat IWF

Tekuk torsi lateral (lateral torsional buckling)


adalah kondisi batas yang menentukan kekuatan
sebuah balok. Sebuah balok mampu memikul momen
maksimum hingga mencapai momen plastis (𝑀𝑝 )
Gambar 7. Perencanaan dimensi balok

123 Buletin Utama Teknik Vol. 15, No. 2, Januari 2020


ISSN : 2598–3814 (Online), ISSN : 1410–4520 (Cetak)

a) Pengaruh local buckling pada flens


Dimensi balok yang direncanakan pada penelitian Mn = Mp →Penampang kompak
ini adalah : Mn = Mp − (Mp − Mr ) ×
a. Menggunakan desain sendi – rol dalam λf −λp
perencanaan →Penampang tidak kompak
λr −λp
b. Mutu profil baja BJ37 ( 𝑓𝑦 = 240 MPa; 𝑓𝑢 = 𝜆 2
Mn = Mr × ( 𝑟 ) →Penampang
370MPa) λf
c. Fungsi balok crane adalah untuk pemasangan langsing
hoist crane untuk gudang ataupun industri b) Pengaruh local buckling pada flens
d. Bangunan hanya ditinjau dalam dua Mn = Mp →Penampang kompak
dimensional. Apabila bangunan cukup kuat Mn = Mp − (Mp − Mr ) ×
setelah ditinjau dalam dua dimensi, maka λf −λp
→Penampang tidak kompak
secara teoritis dan literature yang sudah pernah λr −λp
ada sebelumnya, bangunan otomatis lebih kuat λr 2
Mn = Mr × ( ) →Penampang langsing
apabila ditinjau secara tiga dimensional λw
3.3.2 Kontrol momen nominal pengaruh lateral
3.2.2 Beban-beban yang bekerja torsional buckling
Beban adalah gaya luar yang bekerja pada suatu Lr −L
Mn = Cb ⋅ [Mr + (Mp − Mr ) ]
struktur. Gaya adalah sebuah vektor yang mempunyai Lr −Lp

besar dan arah. Pada umumnya penentuan besarnya


beban hanya merupakan perkiraan. Meskipun beban 3.3.3 Kontrol momen nominal plat berdinding
yang bekerja pada suatu lokasi dari struktur dapat penuh
diketahui secara pasti, namun distribusi beban dari Mn = K g ⋅ Sx ⋅ fcr
elemen ke elemen lainnya umumnya memerlukan
asumsi dan pendekatan pada beban yang bekerja 3.3.4 Tahanan momen lentur
secara maksimum. Mux ≤ ϕb ∙ Mn

3.2.3 Kombinasi pembebanan 3.3.5 Kontrol kuat geser


Dalam peraturan baja Indonesia, SNI 03-1729- Kuat geser plastis⟶ Vn = 0,60 ⋅ fy ⋅ Aw
2002 Pasal 6.2.2 mengenai kombinasi pembebanan Kuat geser elasto plastis⟶ Vn = 0,60 ⋅
(𝑢), dinyatakan bahwa dalam perencanaan suatu E
⋅[1,10⋅√Kn ⋅ ]
fy
struktur baja haruslah diperhatikan jenis-jenis fy ⋅ Aw h
kombinasi pembebanan berikut ini: tw
0,90⋅Aw ⋅Kn ⋅E
Kuat geser Elastis⟶ Vn = h 2
1) 1,4𝐷 (
tw
)

3.3.6 Perencanaan stiffener


2) 1,2𝐷 + 1,6𝐿 + 0,5 (𝐿𝑎 atau 𝐻) Jika R u > 𝜙 ⋅ R b , maka harus dipasang
stiffener (pengaku) sehingga R u − 𝜙R b ≤ As ⋅ fy
3.2.4 Kombinasi pemebabanan pada crane
Pembebanan derek (crane) tidak bisa kita samakan 3.3.7 Kontrol stiffener
dengan kombinasi pembebanan diatas. Dikarenakan • Lebar stiffener(bs )
derek yang bergerak memiliki nilai beban terpusat b t
bs > f − w ⟶
yang cukup besar sehingga diperlukan parameter 3 2
tersendiri. • Tebal stiffener(t s )
Beban hidup derek adalah berdasarkan nilai t f 21
t s = 12 mm > = = 10,5 mm
kapasitas dari derek tetapi pada bagian beban rencana 2 2
untuk balok runway, termasuk sambungan dan bs E
tumpuan konsol pendek, dari derek jembatan yang ≤ 0,56√ →
ts fy
bergerak dan derek rel tunggal harus memasukan
fy
beban maksimum dari derek dan nilai dari gaya Syarat: R u ≤ 𝜙𝑐 ⋅ A′ ⋅ → Aman
𝜔
impak vertikal, lateral, dan longitudinal yang
diakibatkan oleh derek yang bergerak. IV. Data Perhitungan
Perencanaan struktur utama seperti Gambar 8
3.3 Perencanaan Balok IWF dengan Parameter dengan data-data perencanaan [SNI 03-1729-2002,
SNI 03-1729-20002 Tata Cara Perencanaan Strtuktur Baja untuk
Perencanaan untuk balok baja mengacu pada Bangunan Gedung, Badan Standar Nasional]sebagai
metode LRFD dan peraturan SNI 03-1729-20002. berikut:
Profil balok dipilih ≥ 𝑍𝑥 𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 balok, selanjutnya • Tipe konstruksi : Frame portal
dilakukan kontrol terhadap beberapa aspek, yaitu: • Jarak antar portal =6 m
• Lebar bangunan =24 m
3.3.1 Kontrol momen nominal pengaruh local
• Baja profil =BJ 37
buckling
Buletin Utama Teknik Vol. 15, No. 2, Januari 2020 124
ISSN : 2598–3814 (Online), ISSN : 1410–4520 (Cetak)

• Tegangan leleh (Fy) =240 Mpa


• Tegangan tarik (Fu) =370 Mpa • Momen nominal pengaruh local buckling
• Modulus Elastisitas =200.000 Mpa a) Pengaruh local buckling pada sayap (flens)
• Kapasitas crane =20 ton
Kelangsingan penampang sayap
• Berat sendiri crane =15 ton b 400
• Berat takel = 7 ton λf = = = 9,524
2tf 2∙21
• Berat sendiri rel = 30 kg/m Batas maks. penampang compact
• Jarak roda-roda = 3,8 m λp =
170
=
170
= 10,973
√240
• Data lainnya sesuai peraturan yang berlaku √ fy

Batas maks. penampang non-compact


Profil IWF 400.400.13.21 625 625
λr = = = 40,344
Dicoba Profil 400.400.13.21; dimana 𝑍𝑥 (= √fy √240

3.600.133 mm3 ) ≥ 2,1891 × 106 mm3 λf (= 9,524) < λp (= 10,973) < λr (= 40,344)
Sayap (flens) termasuk penampang ⟶kompak
Momen nominal dihitung sebagai berikut:
• Momen plastis Mp = Zx ⋅ fy

Mp = 3.600.133 ⋅ 240 = 864,032kN ⋅ m


• Momen batas tekuk

Gambar 8. Profil IWF Mr = Sx ∙ (fy − fr ) = 566,1 kN ∙ m


(Sumber: buku Perencanaan Struktur Baja - Agus Setiawan Momen nominal untuk penampang kompak
hal.85) yaitu: Mn = Mp = 864,032 kN ⋅ m
b) Pengaruh local buckling pada badan (web)
• Modulus Geser (G = 80.000 MPa)
• Gaya geser akibat beban terfaktor Kelangsingan penampang sayap
h 400−(2⋅21)
Vu = 378,674 kN λw = = = 27,538
tw 13
• Konstanta puntir lengkung(Iw ) Batas maks. penampang compact
1680 1680
λp = = = 108,444
h′ = d − t f = 400 − 21 = 379 mm √fy √240
1 2 1
Iw = ∙ Iy ∙ h′ = ∙ 22.400 × 104 ∙ 3792 Batas maks. penampang non-compact
4 4 2550 2550
= 8,044 × 1012 mm6 λr = = = 164,602
√fy √240
• Konstanta torsi (J)
λw < λp < λr
J = 2.731.775,333 mm4 web termasuk penampang ⟶ kompak
• Koefisien momen tekuk torsi lateral • Momen nominal dihitung sebagai berikut:
π EGJA Momen plastis Mp = Zx ⋅ fy
X1 = √
Sx 2 Mp = 3.600.133 ⋅ 240 = 864,032 kN ⋅ m
X1 = 20.625,187 MPa Momen nominal untuk penampang kompak
S 2 Iw
X2 = 4 ( x ) × yaitu: Mn = Mp = 864,032 kN ⋅ m
G∙J Iy
• Momen nominal pengaruh lateral torsional
X2 = 3,335 × 10−5 mm4 /N2
buckling
• Modulus penampang plastis (Zx)
790
1 LP = . ry = 5.150,42 mm
Zx = b ∙ t f (d − t f ) + ∙ t w (d − 2t f )2 √fy
4
Zx = 3.600.133 mm3
1 1 2
Zy = b2 ∙ t f + ∙ t w 2 (d − 2t f ) Lr = ry ∙ (
X1
) √1 + √1 + X2 (fy − fr )
2 4 fy − fr
Zy = 1.695.125,5mm3
Lr = 18.988,87 mm
Perhitungan kekuatan LP < 𝐿 < Lr ⟶ Bentang menengah
Ketebalan plat badan dengan pengaku vertikal
tanpa pengaku memanjang harus memenuhi: Momen nominal dihitung sebagai berikut:
• Mr = Sx ∙ (fy − fr ) = 566,1 kN ⋅ m
h
≤ 7,07 ⋅ √ E⁄fy • Mp = Zx ⋅ fy = 864,032 kN ⋅ m
tw
400−(2⋅21)
• Mn = 845,741 kN ⋅ m
≤ 7,07 ⋅ √ 2 × 105 ⁄240
13
Momen nominal balok kategori bentang
27,539 ≤ 204,093 ⟶tebal plat badan
menengah yaitu: Mn = 845,741 kN ⋅ m
125 Buletin Utama Teknik Vol. 15, No. 2, Januari 2020
ISSN : 2598–3814 (Online), ISSN : 1410–4520 (Cetak)

𝑁 60
Momen nominal balok plat berdinding penuh = = 0,15 ≤ 0,2 maka:
𝑑 400
Untuk kelangsingan λG ≤ λp ⟶ fcr = fy ar = 1,5
N t E⋅fy ⋅tf
𝐴𝑤
=
ℎ⋅𝑡𝑤
=
379⋅19
= 0,857 R b = 0,39 ⋅ t w 2 ⋅ [1 + 3 ( ) ⋅ ( w ) ] √
𝐴𝑓 𝑏⋅𝑡𝑓 400⋅21 d tf tw
h 400−(2⋅21)
= = 27,538
tw 13 R b = 707,583 kN
ar h 2550 • Kuat tekuk lateral pelat badan
Kg = 1 − [ ][ − ] = 0,919 a) Untuk pelat sayap yang dikekang
1200 + 300 ⋅ a r t w √fcr
Mn = K g ⋅ Sx ⋅ fcr = 734,465 kN ⋅ m terhadap rotasi dihitung bila:
• Tahanan momen lentur (

) (
358
)
tw 13
a) Mn pengaruh local buckling pada flens 𝐿
≤ 2,3 → 6000 = 1,836 ≤ 2,3
( ) ( )
400
Mn = 864,032 kN ⋅ m 𝑏𝑓

b) Mn pengaruh local buckling pada web ℎ 3


𝐶𝑟 ⋅𝐸⋅tw 3 ⋅𝑡𝑓 ( )
Mn = 864,032 kN ⋅ m Rb = [1 + 0,4 tw
]
3
c) Mn balok plat berdinding penuh ℎ2 𝐿
( )
𝑏𝑓
Mn = 734,465 kN ⋅ m
d) Mn pengaruh lateral torsional buckling R b = 405,311 kN
Mn = 845,741 kN ⋅ m b) Untuk pelat sayap yang dikekang
terhadap rotasi dihitung bila:
Mn terkecil yang menentukan, sehingga tahanan
ℎ 358
momen lentur yaitu: ( ) ( )
tw 13
≤ 1,7 → 6000 = 1,836 ≤ 1,7
𝜙𝑏 ∙ 𝑀𝑛 = 0,9 ⋅ 734,465 = 661,0185 kN ⋅ m 𝐿
( ) (
400
)
𝑏𝑓
Syarat yang harus dipenuhi: 𝐌𝐮𝐱 ≤ 𝛟𝐛 ∙ 𝐌𝐧
Mux (= 472,845 ) ≤ 𝜙𝑏 ∙ Mn (= 661,0185 ) (
ℎ 3
)
𝐶𝑟 ⋅𝐸⋅tw 3 ⋅𝑡𝑓
𝑀𝑢𝑥 Rb = [0,4 tw
3 ] = 288,677 kN
= 0,715 < 1,0 ⟶ OK ℎ2 𝐿
𝜙𝑏 ∙ 𝑀𝑛 ( )
𝑏𝑓
• Kontrol tahanan geser • Kuat tekuk lentur pelat badan
Tahanan geser nominal plat badan dengan pengaku 24,08⋅𝑡 3
𝑤
dihitung sebagai berikut: Rb = √E ⋅ fy = 1.023,821 kN

• Aw = t w ⋅ h == 4.654 mm2 Dari ke-6 nilai R b diatas diambil nilai R b yang
5 5 terkecil yaitu :R b = 288,677 kN
• K n = 5 + a 2 = 5 + 1500 2 = 5,285
( )
h
(
358
) 𝜙 ⋅ R b = 0,9 ⋅ 288,677 kN = 259,803 kN

h
=
358
= 27,538 Kuat tumpu perlu (R u ) pada pelat badan
tw 13 harus memenuhi :
E
• 1,10 ⋅ √K n ⋅ = 73,000 𝐑𝐮 ≤ 𝝓 ⋅ 𝐑𝐛
fy
𝐑𝐮 (= 378,674 kN) > 𝜙 ⋅ 𝐑𝐛 (= 259,803 kN)
E tidak memenuhi syarat, maka harus
• 1,37 ⋅ √K n ⋅ = 90,919
fy dipasang pengaku, sehingga
R u − 𝜙R b ≤ As ⋅ fy
h E h E
< 1,10 ⋅ √K n ⋅ dan < 1,37 ⋅ √K n ⋅ ⟶ Ru −𝜙Rb
tw fy tw fy As ≥ → As ≥ 495,296 mm2
fy
Tahanan geser plastis Ambil stiffener lebar 130 mm dan tebal 11 mm
Kuat geser nominal dihitung sebagai berikut: dikedua sisi
Vn = 0,60 ⋅ fy ⋅ A w = 670,176 kN • Kontrol lebar pengaku (stiffener)
Vn ⋅ ϕ = 670,176 ⋅ 0,9 = 603,158 kN
bf tw
Syarat: 𝐕𝐮 ≤ 𝐕𝐧 ⋅ 𝛟 bs = 130 mm > − = 126,83 mm
3 2
𝟑𝟕𝟖, 𝟔𝟕𝟒 𝐤𝐍 ≤ • Kontrol tebal pengaku (stiffener)
𝟔𝟎𝟑, 𝟏𝟓𝟖 𝐤𝐍 ⟶OK
tf 21
t s = 11 mm > = = 10,5 mm
2 2
bs E
= 11,82 ≤ 0,56√ = 16,17
ts fy
• Perencanaan stiffener (pengaku)
Stiffener penumpu beban 𝑅𝑏 ditentukan oleh:
• Lentur pelat sayap Momen nominal dihitung sebagai berikut:
Mp = Zx ⋅ fy = 598,364 kN ⋅ m
R b = 6,25 ⋅ t f 2 ⋅ fy = 661,5 kN Momen nominal untuk penampang kompak yaitu:
• Kuat leleh pelat badan Mn = Mp = 598,364 kN ⋅ m
i. Momen nominal pengaruh lateral torsional
R b = (2,5k + N) ⋅ fy ⋅ t w k = 43mm
buckling
R b = 482,4 kN
• Kuat tekuk dukung pelat badan
Buletin Utama Teknik Vol. 15, No. 2, Januari 2020 126
ISSN : 2598–3814 (Online), ISSN : 1410–4520 (Cetak)

790 Perencanaan stiffener (pengaku)


LP = . ry = 4.507,89 mm
√fy Stiffener penumpu beban 𝑅𝑏 ditentukan oleh:
• Lenturpelat sayap
X1 2
Lr = ry ∙ ( ) √1 + √1 + X2 (fy − fr )
fy − fr Rb = 6,25 ⋅ tf 2 ⋅ fy = 541,5 kN
Lr = 17.139,58 mm • Kuat leleh pelat badan
LP < 𝐿 < Lr ⟶ Bentang menengah
Momen nominal dihitung sebagai berikut: R b = (2,5k + N) ⋅ fy ⋅ t w → k = 39mm
• Mr = Sx ∙ (fy − fr ) = 391 kN ⋅ m Rb = 453,6 kN
• Mp = Zx ⋅ fy = 598,364 kN ⋅ m • Kuat tekuk dukung pelat badan
Lr −L 𝑁 60
• Mn = Cb ⋅ [Mr + (Mp − Mr ) ] = = 0,171 ≤ 0,2 maka:
Lr −Lp 𝑑 350
N t 1,5 E⋅fy ⋅tf
Mn = 573,869kN ⋅ m R b = 0,39 ⋅ t w 2 ⋅ [1 + 3 ( ) ⋅ ( w ) ] √
d tf tw
Momen nominal balok kategori bentang Rb = 615,972 kN
menengah yaitu: Mn = 573,869kN ⋅ m • Kuat tekuk lateral pelat badanUntuk pelat
ii. Momen nominal balok plat berdinding penuh sayap yang dikekang terhadap rotasi
dihitung bila:
Untuk kelangsingan λG ≤ λp ⟶ fcr = fy
𝐴𝑤 ℎ⋅𝑡𝑤 379⋅19
a) Untuk pelat sayap yang dikekang
ar = = = = 0,563 terhadap rotasi dihitung bila:
𝐴𝑓 𝑏⋅𝑡𝑓 400⋅21
h 350−(2⋅19)
= = 26 (

) (
358
)
tw 12 tw
≤ 2,3 → 13
6000 = 1,517 ≤ 2,3
ar h 2550 𝐿 ( )
Kg = 1 − [ ][ − ] = 1,05 ( )
𝑏𝑓
400
1200+300⋅ar tw √fcr
Mn = Kg ⋅ Sx ⋅ fcr = 579,6 kN ⋅ m ℎ 3
𝐶𝑟 ⋅𝐸⋅tw 3 ⋅𝑡𝑓 ( )
tw
iii. Tahanan momen lentur Rb = [1 + 0,4 3 ]
ℎ2
a) Mn pengaruh local buckling pada flens 𝐿
( )
𝑏𝑓
Mn = 598,364 kN ⋅ m
R b = 261,776 kN
b) Mn pengaruh local buckling pada web
b) Untuk pelat sayap yang dikekang
Mn = 598,364 kN ⋅ m
terhadap rotasi dihitung bila:
c) Mn balok plat berdinding penuh
Mn = 579,6 kN ⋅ m (

) (
358
)
tw
d) Mn pengaruh lateral torsional buckling 𝐿
≤ 1,7 → 13
6000 = 1,517 ≤ 1,7
( ) ( )
Mn = 573,869kN ⋅ m 𝑏𝑓
400

ℎ 3
Mn terkecil yang menentukan, sehingga tahanan 𝐶𝑟 ⋅𝐸⋅tw 3 ⋅𝑡𝑓 (
tw
)
momen lentur yaitu: Rb = [0,4 3 ] = 152,498 kN
ℎ2 𝐿
𝜙𝑏 ∙ 𝑀𝑛 = 0,9 = 0,9 ⋅ 573,869 = 516,482 kN ⋅ m ( )
𝑏𝑓
Syarat yang harus dipenuhi: 𝐌𝐮𝐱 ≤ 𝛟𝐛 ∙ 𝐌𝐧 • Kuat tekuk lentur pelat badan
Mux (= 472,845) ≤ 𝜙𝑏 ∙ 𝑀𝑛 (= 516,482 )
𝑀𝑢𝑥 24,08⋅𝑡 3
𝑤
= 0,915 < 1,0 ⟶ OK Rb = √E ⋅ fy = 923,988 kN
𝜙𝑏 ∙𝑀𝑛 ℎ
Dari ke-6 nilai R b diatas diambil nilai R b yang
iv.Kontrol tahanan geser terkecil yaitu :R b = 152,498 kN
𝜙 ⋅ R b = 0,9 ⋅ 152,498 kN = 137,248 kN
Tahanan geser nominal plat badan dengan pengaku Kuat tumpu perlu (R u ) pada pelat badan
dihitung sebagai berikut: harus memenuhi :
• Aw = tw ⋅ h = 3.744 mm2 𝐑𝐮 ≤ 𝝓 ⋅ 𝐑𝐛
5 5
• Kn = 5 + a 2 = 5 + 1500 2 = 5,216 𝐑𝐮 (= 378,674 kN) > 𝜙 ⋅ 𝐑𝐛 (= 137,248 kN)
( ) ( ) tidak memenuhi syarat, maka harus
h 312
h 312
• = = 26 dipasang pengaku, sehingga
tw 12
R u − 𝜙R b ≤ As ⋅ fy
E
• 1,10 ⋅ √Kn ⋅ = 72,522 As ≥
Ru −𝜙Rb
→ As ≥ 1.005,942 mm2
fy
fy
E Dicoba stiffener lebar 120 mm dan tebal 10 mm
• 1,37 ⋅ √Kn ⋅ = 90,323
fy dikedua sisi
• Kontrol lebar pengaku (stiffener)
⟶Tahanan geser plastis
Tahanan geser nominal dihitung sebagai berikut: bs = 120 mm >
bf

tw
= 110,6 mm
Vn = 0,60 ⋅ fy ⋅ Aw = 0539,136 kN 3 2

Vn ⋅ ϕ = 539,36 ⋅ 0,9 = 485,222 kN

127 Buletin Utama Teknik Vol. 15, No. 2, Januari 2020


ISSN : 2598–3814 (Online), ISSN : 1410–4520 (Cetak)

• Kontrol tebal pengaku (stiffener) d) Untuk pelat sayap yang dikekang


terhadap rotasi dihitung bila:
t 19
ts = 10 mm > f = = 9,5 mm
2 2 ℎ 358
( ) ( )
tw
bs
=
120
= 12 ≤ 0,56√ = 16,17
E
𝐿
≤ 1,7 → 13
6000 = 1,517 ≤ 1,7
ts 10 fy ( ) ( )
400
𝑏𝑓
Jadi diambil stiffener lebar 120 mm dan tebal 10 mm
ℎ 3
dikedua sisi 𝐶𝑟 ⋅𝐸⋅tw 3 ⋅𝑡𝑓 (
tw
)
• Kontrol pengaku (stiffener)sebagai kolom Rb = [0,4 3 ] = 152,498 kN
ℎ2 𝐿
( )
𝑏𝑓
A′ = t w ⋅ 12t w + 2A𝑆𝑡𝑖𝑓𝑓 = 4.128mm2 • Kuat tekuk lentur pelat badan
1
𝐼𝑥𝑥 = ⋅ t s ⋅ (2bs + t w )3 = 13.335.840 mm4
12 𝑤24,08⋅𝑡 3
𝐼𝑥𝑥 13.335.840 mm4
Rb = √E ⋅ fy = 923,988 kN

𝑟𝑥 = √ =√ = 56,838 mm
A′ 4.128mm2 Dari ke-6 nilai R b diatas diambil nilai R b yang
𝑘⋅𝐿 fy terkecil yaitu :R b = 152,498 kN
λc = × √ = 0,873 𝜙 ⋅ R b = 0,9 ⋅ 152,498 kN = 137,248 kN
𝑟𝑥 ⋅𝜋 E
Untuk 0,25 < λc < 1,2 maka 𝜔 =
1,43 Kuat tumpu perlu (R u ) pada pelat badan
1,6−0,6λc harus memenuhi :
1,43
𝜔= = 1,269 𝐑𝐮 ≤ 𝝓 ⋅ 𝐑𝐛
1,6−0,6⋅0,873
fy 𝐑𝐮 (= 378,674 kN) > 𝜙 ⋅ 𝐑𝐛 (= 137,248 kN)
Syarat: R u ≤ 𝜙𝑐 ⋅ A′ ⋅
𝜔 tidak memenuhi syarat, maka harus
′ fy
R u = 378,674 kN ≤ 𝜙𝑐 ⋅ A ⋅ = 633,643 kN dipasang pengaku, sehingga
𝜔
fy R u − 𝜙R b ≤ As ⋅ fy
𝜙𝑐 ⋅A′ ⋅ 633,643 kN
𝜔
= = 1,67 ⟶ 𝐸𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛 Ru −𝜙Rb
Ru 378,674 As ≥ → As ≥ 1.005,942 mm2
fy
Dicoba stiffener lebar 120 mm dan tebal 10 mm
Berdasarkan dua profil yang telah dianalisa, maka dikedua sisi
dapat dipilih profil IWF 350.350.12.19 dengan • Kontrol lebar pengaku (stiffener)
stiffener (bs= 12 mm; ts= 10 mm) Sebagai balok hoist
crane yang lebih efisien dan aman. bf tw
bs = 120 mm > − = 110,6 mm
3 2
• Kontrol tebal pengaku (stiffener)
Perencanaan stiffener (pengaku) t 19
Stiffener penumpu beban 𝑅𝑏 ditentukan oleh: ts = 10 mm > f = = 9,5 mm
2 2
• Lenturpelat sayap bs
=
120
= 12 ≤ 0,56√ = 16,17
E
ts 10 fy
Rb = 6,25 ⋅ tf 2 ⋅ fy = 541,5 kN
• Kuat leleh pelat badan Jadi diambil stiffener lebar 120 mm dan tebal 10 mm
dikedua sisi
R b = (2,5k + N) ⋅ fy ⋅ t w → k = 39mm
• Kontrol pengaku (stiffener)sebagai kolom
Rb = 453,6 kN
• Kuat tekuk dukung pelat badan A′ = t w ⋅ 12t w + 2A𝑆𝑡𝑖𝑓𝑓 = 4.128mm2
1
𝑁 60 𝐼𝑥𝑥 = ⋅ t s ⋅ (2bs + t w )3 = 13.335.840 mm4
= = 0,171 ≤ 0,2 maka: 12
𝑑 350
𝐼 13.335.840 mm4
2 N tw 1,5 E⋅fy ⋅tf 𝑟𝑥 = √ 𝑥𝑥′ = √ = 56,838 mm
R b = 0,39 ⋅ t w ⋅ [1 + 3 ( ) ⋅ ( ) ] √ A 4.128mm2
d tf tw
𝑘⋅𝐿 fy
Rb = 615,972 kN λc = × √ = 0,873
𝑟𝑥 ⋅𝜋 E
• Kuat tekuk lateral pelat badanUntuk pelat 1,43
sayap yang dikekang terhadap rotasi Untuk 0,25 < λc < 1,2 maka 𝜔 =
1,6−0,6λc
dihitung bila: 1,43
𝜔= = 1,269
c) Untuk pelat sayap yang dikekang 1,6−0,6⋅0,873
fy
terhadap rotasi dihitung bila: Syarat: R u ≤ 𝜙𝑐 ⋅ A′ ⋅
𝜔
fy

( ) (
358
) R u = 378,674 kN ≤ 𝜙𝑐 ⋅ A′ ⋅ = 633,643 kN
tw 𝜔
≤ 2,3 → 13
6000 = 1,517 ≤ 2,3 fy
𝐿
( ) (
400
) 𝜙𝑐 ⋅A′ ⋅ 633,643 kN
𝜔
𝑏𝑓 = = 1,67 ⟶ 𝐸𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛
Ru 378,674
ℎ 3
𝐶𝑟 ⋅𝐸⋅tw 3 ⋅𝑡𝑓 ( )
tw
Rb = [1 + 0,4 3 ] Berdasarkan dua profil yang telah dianalisa,
ℎ2 𝐿
( )
𝑏𝑓
maka dapat dipilih profil IWF 350.350.12.19 dengan
stiffener (bs= 12 mm; ts= 10 mm) Sebagai balok hoist
R b = 261,776 kN
crane yang lebih efisien dan aman.

Buletin Utama Teknik Vol. 15, No. 2, Januari 2020 128


ISSN : 2598–3814 (Online), ISSN : 1410–4520 (Cetak)

V. Kesimpulan Daftar Pustaka

Dari perencaanan balok hoist crane dengan [1] Anonim, 1983, Peraturan Pembebanan
metode LRFD berdasarkan SNI 03-1729-2002 pada Indonesia Untuk Gedung, Departemen
bab 4, maka penulis mengambil kesimpulan seebagai Pekerjaan Umum Manual Kapasitas Jalan
berikut: Indonesia (MKJI), Februari 1997
1) Dari perhitungan analisis diperoleh momen [2] Badan Standar Nasional Indonesia, 2002, Tata
maksimum akibat beban terfaktor sebesar 𝑀𝑢 = Cara Perencanaan Struktur Baja Untuk
472,845 kN dan gaya geser akibat beban Bangunan Gedung, Departemen Pekerjaan
terfaktor Vu = 378,674 kN Umum.
2) Berdasarkan nilai modulus penampang plastis [3] Gunawan, Rudy, 1988, Tabel Profil Konstruksi
(𝑍𝑥 𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 = 2,1891 × 106 𝑚𝑚) di desain balok Baja. Yogyakarta: Kanisius
dengan IWF 400.400.13.21 dan IWF [4] Setiawan, Agus, 2013, Perencanaan Struktur
350.350.12.19 Baja denan Metode LRFD (Edisi Kedua),
3) Kuat tumpu perlu lebih besar dari pada kuat Jakarta:Erlangga
tumpu rencana (𝑅𝑈 > 𝜙 ⋅ 𝑅𝑏 ) sehingga perlu [5] Talenta Siregar, Cinto, 2008, Analisis Tekuk
dipasang pengaku (stiffener) Flens dan Web Profil IWF Pada Strukur Gable
4) Profil IWF 400.400.13.21 dapat digunakan Frame dengan Metode Plastis, Medan:
sebagai balok crane dengan pengaku (𝑏𝑠 = Universitas Sumatera Utara
130 𝑚𝑚; 𝑡𝑠 = 11 𝑚𝑚) dengan massa =
1.036,018729 kg. Sedangkan profil IWF
350.350.12.19 dapat digunakan sebagai balok
crane dengan pengaku (𝑏𝑠 = 120 𝑚𝑚; 𝑡𝑠 =
10 𝑚𝑚) dengan massa = 818,93904 kg
5) Profil IWF 350.350.12.19 dipilih sebagai balok
crane yang memenuhi kriteria keamanaan dan
lebih ekonomis

129 Buletin Utama Teknik Vol. 15, No. 2, Januari 2020

Anda mungkin juga menyukai