Abstrak
Tekuk (buckling) adalah masalah yang paling rentan terjadi pada konstruksi baja yang menggunakan profil IWF
yang bentuk geometrisnya cukup tipis. Sehingga suatu struktur yang menggunakan profil IWF harus benar-benar
diperhitungkan bahaya tekuk, baik tekuk lokal (flens dan web) maupun tekuk torsi lateral (lateral torsional
buckling) . Selain faktor keamanan, perencanaan struktur di bidang teknik sipil juga harus ekonomis dalam
pelaksanaannya. Pada tulisan ini akan menganalisa dua profil balok IWF terhadap tekuk dengan panjang bentang
dan pembebanan yang sama dengan metode LRFD dan berdasarkan SNI 03-1729-2002. Profil yang digunakan
yaitu IWF 400×400×13×21 dan IWF 350×350×12×19. Dari hasil analisa kedua profil memenuhi kriteria
sebagai balok dengan pengaku (Stiffener). Profil IWF 400.400.13.21 dapat digunakan sebagai balok crane dengan
pengaku (𝑏𝑠 = 130 𝑚𝑚; 𝑡𝑠 = 11 𝑚𝑚) Sedangkan profil IWF 350.350.12.19 dapat digunakan sebagai balok
crane dengan pengaku (𝑏𝑠 = 120 𝑚𝑚; 𝑡𝑠 = 10 𝑚𝑚), dan dapat disimpulkan bahwa profil IWF 350 × 350 × 12
× 19 lebih efisien dan tidak boros.
Balok merupakan kombinasi antara elemen yang Gambar 2 merupakan hasil uji tarik dari suatu benda
tertekan dan elemen yang tertarik. Pada gambar 2.1 uji baja yang dilakukan hingga benda uji mengalami
diatas dapat dilihat bahwa balok yang dibebani P akan keruntuhan, sedangkan Gambar 2.3 menunjukkan
melentur dengan jari-jari R yang tidak konstan. gambaran yang lebih detail dari perilaku benda uji
Bagian atas pada garis netral (g.n) tertekan dan bagian hingga mencapai regangan sebesar ±2%.
bawah dari garis netral (g.n) tertarik, sehingga pada Sedangkan berdasarkan tegangan leleh dan
bagian atas garis netral (g.n) terjadi perpendekan dan tegangan putusnya, SNI 03-1729-2002
dibawah garis netral (g.n) terjadi perpanjangan. mengklasifikasikan mutu dari material baja yang
Bentuk profil IWF sangat efisien untuk memikul sama yaitu:
momen lentur karena sayapnya yang lebar dan tebal
badannya yang tipis. Sehingga perbandingan momen Tabel 2.1Sifat-sifat Mekanis Baja Struktural
inersia dan berat profilnya besar. Tegangan Tegangan
Regangan
Jenis Putus Leleh
Minimum
2.3 Sifat Material Baja Baja Minimum Minimum
(%)
Agar dapat memahami perilaku struktur baja, ƒu (Mpa) ƒy (Mpa)
perlu dilakukan pengujian. Model pengujian yang BJ 34 340 210 22
paling tepat untuk mendapatkan sifat-sifat mekanik BJ 37 370 240 20
material baja adalah dengan melakukan uji tarik BJ 41 410 250 18
terhadap sifat-sifat mekanik material baja, karena BJ 50 500 290 16
disebabkan beberapa hal antara lain adanya potensi BJ 55 550 410 13
tekuk (buckling) pada benda uji yang mengakibatkan
ketidak stabilan dari benda uji tersebut, selain itu 2.4 Beban
perhitungan tegangan yang terjadi pada benda uji Beban adalah gaya luar yang bekerja pada suatu
lebih mudah dilakukan untuk uji tarik dari pada uji struktur. Penentuan secara pasti besarnya beban yang
tekan. bekerja pada suatu struktur selama umur layannya
Gambar 2 dan Gambar 3 rnenunjukkan suatu hasil merupakan salah satu pekerjaan yang sulit, dan pada
uji tarik material baja yang dilakukan pada suhu umumnya penetuan besarnya beban hanya
kamar serta dengan memberikan laju regangan yang merupakan estimasi saja. Meskipun beban yang
normal. Tegangan nominal (ƒ) yang terjadi dalam bekerja pada suatu lokasi dari struktur dapat diketahui
benda uji diplot pada sumbu vertikal, sedangkan secara pasti, namun distribusi beban dari elemen ke
regangan (𝜀) yang merupakan perbandingan antara elemen dalam suatu struktur umumnya memerlukan
pertambahan panjang dengan panjang mula-mula asumsi dan pendekatan. Jika beban-beban yang
(∆L/L) diplot pada sumbu horizontal. bekerja pada suatu struktur telah diestimasi, maka
masalah berikutnya adalah menentukan kombinasi-
kombinasi beban yang paling dominan yang mungkin
bekerja pada suatu struktur. Besar baban yang bekerja
pada suatu struktur diatur oleh peraturan pembebanan
yang berlaku, sedangkan masalah dari kombinasi dari
beban-beban yang bekerja telah diatur dalam SNI 03-
1729-2002.
3.600.133 mm3 ) ≥ 2,1891 × 106 mm3 λf (= 9,524) < λp (= 10,973) < λr (= 40,344)
Sayap (flens) termasuk penampang ⟶kompak
Momen nominal dihitung sebagai berikut:
• Momen plastis Mp = Zx ⋅ fy
𝑁 60
Momen nominal balok plat berdinding penuh = = 0,15 ≤ 0,2 maka:
𝑑 400
Untuk kelangsingan λG ≤ λp ⟶ fcr = fy ar = 1,5
N t E⋅fy ⋅tf
𝐴𝑤
=
ℎ⋅𝑡𝑤
=
379⋅19
= 0,857 R b = 0,39 ⋅ t w 2 ⋅ [1 + 3 ( ) ⋅ ( w ) ] √
𝐴𝑓 𝑏⋅𝑡𝑓 400⋅21 d tf tw
h 400−(2⋅21)
= = 27,538
tw 13 R b = 707,583 kN
ar h 2550 • Kuat tekuk lateral pelat badan
Kg = 1 − [ ][ − ] = 0,919 a) Untuk pelat sayap yang dikekang
1200 + 300 ⋅ a r t w √fcr
Mn = K g ⋅ Sx ⋅ fcr = 734,465 kN ⋅ m terhadap rotasi dihitung bila:
• Tahanan momen lentur (
ℎ
) (
358
)
tw 13
a) Mn pengaruh local buckling pada flens 𝐿
≤ 2,3 → 6000 = 1,836 ≤ 2,3
( ) ( )
400
Mn = 864,032 kN ⋅ m 𝑏𝑓
ℎ 3
Mn terkecil yang menentukan, sehingga tahanan 𝐶𝑟 ⋅𝐸⋅tw 3 ⋅𝑡𝑓 (
tw
)
momen lentur yaitu: Rb = [0,4 3 ] = 152,498 kN
ℎ2 𝐿
𝜙𝑏 ∙ 𝑀𝑛 = 0,9 = 0,9 ⋅ 573,869 = 516,482 kN ⋅ m ( )
𝑏𝑓
Syarat yang harus dipenuhi: 𝐌𝐮𝐱 ≤ 𝛟𝐛 ∙ 𝐌𝐧 • Kuat tekuk lentur pelat badan
Mux (= 472,845) ≤ 𝜙𝑏 ∙ 𝑀𝑛 (= 516,482 )
𝑀𝑢𝑥 24,08⋅𝑡 3
𝑤
= 0,915 < 1,0 ⟶ OK Rb = √E ⋅ fy = 923,988 kN
𝜙𝑏 ∙𝑀𝑛 ℎ
Dari ke-6 nilai R b diatas diambil nilai R b yang
iv.Kontrol tahanan geser terkecil yaitu :R b = 152,498 kN
𝜙 ⋅ R b = 0,9 ⋅ 152,498 kN = 137,248 kN
Tahanan geser nominal plat badan dengan pengaku Kuat tumpu perlu (R u ) pada pelat badan
dihitung sebagai berikut: harus memenuhi :
• Aw = tw ⋅ h = 3.744 mm2 𝐑𝐮 ≤ 𝝓 ⋅ 𝐑𝐛
5 5
• Kn = 5 + a 2 = 5 + 1500 2 = 5,216 𝐑𝐮 (= 378,674 kN) > 𝜙 ⋅ 𝐑𝐛 (= 137,248 kN)
( ) ( ) tidak memenuhi syarat, maka harus
h 312
h 312
• = = 26 dipasang pengaku, sehingga
tw 12
R u − 𝜙R b ≤ As ⋅ fy
E
• 1,10 ⋅ √Kn ⋅ = 72,522 As ≥
Ru −𝜙Rb
→ As ≥ 1.005,942 mm2
fy
fy
E Dicoba stiffener lebar 120 mm dan tebal 10 mm
• 1,37 ⋅ √Kn ⋅ = 90,323
fy dikedua sisi
• Kontrol lebar pengaku (stiffener)
⟶Tahanan geser plastis
Tahanan geser nominal dihitung sebagai berikut: bs = 120 mm >
bf
−
tw
= 110,6 mm
Vn = 0,60 ⋅ fy ⋅ Aw = 0539,136 kN 3 2
Dari perencaanan balok hoist crane dengan [1] Anonim, 1983, Peraturan Pembebanan
metode LRFD berdasarkan SNI 03-1729-2002 pada Indonesia Untuk Gedung, Departemen
bab 4, maka penulis mengambil kesimpulan seebagai Pekerjaan Umum Manual Kapasitas Jalan
berikut: Indonesia (MKJI), Februari 1997
1) Dari perhitungan analisis diperoleh momen [2] Badan Standar Nasional Indonesia, 2002, Tata
maksimum akibat beban terfaktor sebesar 𝑀𝑢 = Cara Perencanaan Struktur Baja Untuk
472,845 kN dan gaya geser akibat beban Bangunan Gedung, Departemen Pekerjaan
terfaktor Vu = 378,674 kN Umum.
2) Berdasarkan nilai modulus penampang plastis [3] Gunawan, Rudy, 1988, Tabel Profil Konstruksi
(𝑍𝑥 𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 = 2,1891 × 106 𝑚𝑚) di desain balok Baja. Yogyakarta: Kanisius
dengan IWF 400.400.13.21 dan IWF [4] Setiawan, Agus, 2013, Perencanaan Struktur
350.350.12.19 Baja denan Metode LRFD (Edisi Kedua),
3) Kuat tumpu perlu lebih besar dari pada kuat Jakarta:Erlangga
tumpu rencana (𝑅𝑈 > 𝜙 ⋅ 𝑅𝑏 ) sehingga perlu [5] Talenta Siregar, Cinto, 2008, Analisis Tekuk
dipasang pengaku (stiffener) Flens dan Web Profil IWF Pada Strukur Gable
4) Profil IWF 400.400.13.21 dapat digunakan Frame dengan Metode Plastis, Medan:
sebagai balok crane dengan pengaku (𝑏𝑠 = Universitas Sumatera Utara
130 𝑚𝑚; 𝑡𝑠 = 11 𝑚𝑚) dengan massa =
1.036,018729 kg. Sedangkan profil IWF
350.350.12.19 dapat digunakan sebagai balok
crane dengan pengaku (𝑏𝑠 = 120 𝑚𝑚; 𝑡𝑠 =
10 𝑚𝑚) dengan massa = 818,93904 kg
5) Profil IWF 350.350.12.19 dipilih sebagai balok
crane yang memenuhi kriteria keamanaan dan
lebih ekonomis