MSB - 01
BAJA SEBAGAI BAHAN BANGUNAN
I. Pendahuluan
Baja adalah suatu jenis bahan bangunan berdasarkan pertimbangan ekonomi, sifat, dan
kekuatannya sering dipakai sebagai bahan struktur. Material baja unggul jika ditinjau dari segi
kekuatan, kekakuan dan daktilitasnya. Penggunaan baja sering digunakan untuk rangka
bangunan bertingkat, jembatan, penahan tanah, fondasi tiang pancang, bangunan pelabuhan,
bangunan instalasi minyak dan gas, struktur lepas pantai, menara antenna, rangka kuda-kuda
dan bangunan sipil lainnya.
Selanjutnya diberikan contoh penggunaan baja untuk banguan gedung seperti pada Gambar 1,
untuk banguan jembatan seperti pada Gambar 2, untuk banguan menara seperti pada
Gambar 3, untuk banguan pelabuhan dan kilangan seperti pada Gambar 4, dan untuk
konstruksi penahan tanah seperti pada Gambar 5.
c. Rentan terhadap buckling : Semakin langsung suatu elemen tekan, semakin besar pula
bahaya terhadap buckling (tekuk).
d. Fatik : Kekuatan baja akan menurun jika mendapat beban siklis. Dalam perancangan perlu
dilakukan pengurangan kekuatan jika pada elemen struktur akan terjadi beban siklis.
e. Keruntuhan getas : Pada kondisi tertentu baja akan kehilangan daktilitasnya dan
keruntuhan getas dapat terjadi pada tempat dengan konsentrasi tegangan tinggi. Jenis
beban fatik dan temperatur yang sangat rendah akan memperbesar kemungkinan
keruntuhan getas.
a. Penjelasan pada Gambar 6, Hot rolled shapes : Di sini profil baja dibentuk dengan cara
balok-balok baja yang panas diproses melalui rol-rol dalam pabrik dengan tegangan residu
(residual stress ).
b. Penjelasan pada Gambar 7, Cold formed shapes : Profil semacam ini dibentuk dari pelat-
pelat yang sudah jadi, menjadi profil baja dalam temperatur atmosfir (dalam keadaan
dingin). Tebal plat yang dibentuk menjadi profil ringan atau Light gage cold form steel
dengan tebalnya < 3/16”.
Untuk memahami sifat-sifat baja struktur kiranya perlu dipelajari diagram tegangan regangan
seperti diperlihatkan pada Gambar 9.
Dimana :
Keadaan I : Daerah linier/elastis
Keadaan II : Daerah leleh/plasatis sempurna
Keadaan III : Daerah perkuatan regangan/strain hardening
Keadaan IV : Daerah kontraksi luas/necking range
Gambar 9, dengan tambahan beban akan bertambah regangan akibatnya kurva akan memiliki
kemiringan (slope ) pada titik B dan mengalami perpanjangan yang besar sampai ke titik C.
Gejala ini dikenal sebagai tegangan leleh sy (yield stress ). Pada daerah B hingga C bahannya
menjadi plastis sempurna (perfectly plastic ). Setelah menglami regangan besar dalam daerah
BC baja mulai menguat regangan (strain harden). Selama perkuatan regangan baja
mengalami deformasi hingga membentuk kemiringan positif dari C hingga D, akhirnya
mencapai nilai maksimum dengan tegangan batas su (ultimate stress ). Penarikan bahan
selanjutnya disertai dengan pengurangan beban dan akhirnya putus (failure ) di titik E.
Dalam perencanaan struktur baja SNI 03-1729-2002 mengambil beberapa sifat-sifat mekanik
dari material baja yang sama yaitu :
Modulus Elastisitas, E = 200000 MPa
Modulus Geser, G = 80000 MPa
Angka Possion = 0,30
Koefisiwn muai panjgn, a = 12 x 10 -6 o
/ C
Sifat-sifat mekanis lainnya pada baja struktural untuk maksud perencanaan ditetapkan
berdasarkan SNI 03-1729-2002, seperti dalam Tabel 1.
V. Standar Beban
Konsep perencanaan yang dianut oleh SNI 03-1729-2002 adalah berbasis kekuatan atau
dikenal dengan metode LRFD (Load and Resistance Factor Design ). Dengan persyaratan
dasar untuk beban adalah :
b. Beban Mati :
Beban mati, seringkali dikenal dengan beban statis atau permanen, adalah beban dominan
yang berkaitan dengan berat dati struktur itu sendiri. Beban mati pada struktur dihitung
dengan menjumlahkan berat bahan struktur yang ditentukan dan volumenya. Secara teori,
perhitungan beban mati pada struktur dapat dilakukan dengan peraturan pembebanan yang
berlaku, seperti dalam Tabel 3.
c. Beban Angin
Beban angin adalah beban yang timbul akibat adanya tekanan dari gerakan angin.
Tekanan angin yang direncanakan diambil minimum sebesar :25 kg/m2
kecuali untuk :
1 Tekanan angin minimum sajauh 5 km dari pantai diambil 4: 0 kg/m2
2 Untuk di daerah lain yang tekanan angin kurang dari : 40 kg/m2 dihitung dengan :
V2
p=
16
c. Beban Gempa
Beban gempa merupakan gaya horisontal yang signifikan dapat terjadi pada struktur
selama terjadi gempa bumi. Struktur bangunan yang berada pada area aktivitas seismik
perlu dianalisis dan dilakukan desan perancangan dengan hati-hati untuk memastikan
tidak terjadinya kegagalan struktur jika suatu saat terjadi gempa bumi. Secara teori dapat
dihitung :
V = Cs x W
dimana :
Cs = koefisien respons seismik
W = berat seismik
Struktur dan komponen struktur harus didesain agar mempunyai kekuatan desain di semua
penampang paling sedikit sama dengan Kekuatan Perlu (U) yang dihitung untuk beban dan
gaya terfaktor dalam kombinasi sedemikian rupa seperti ditetapkan dalam SNI. 2847:2013.
U = 1,4 D
U = 0,9 D + 1,0 W
U = 0,9 D + 1,0 E
U = 1,2 D + 1,0 E + 1,0 L
CONTOH
TEGANGAN REGANGAN BAJA
1. Suatu batang baja BJ37 diameter 19 mm dengan panjang mula-mula L = 2 m dikenakan suatu
gaya tarik aksial N = 70 kN seperti pada gambar :
Diminta :
a. Berapa perpanjangan batang ∆ yang terjadi
b. Berapa tegangan dan regangan tarik dalam batang
c. Kontrol tegangan dan regangan tarik.
Perhitungan :
E = 200000 MPa
A = 1/4 x π x d2 = 0,785 x 19 2 = 283,53 mm
2
6
N.L 70 x 2 x 10
a. Perpanjangan : ∆L1 = ∆L2 = =
E.A 200000 x 283,53
= 2,47 mm
∆L1 + ∆L2 = 2,47 + 2,47 = 4,94 mm
3
N 70 x 10
b. Tegangan : σ= = = 246,89 MPa
A 283,53
∆L 4,94
Regangan : ε= = = 0,0025
L 2 x 10 3
Diminta :
a. Berapa besar gaya tarik N
b. Berapa perpanjangan batang ∆ yang terjadi
c. Berapa tegangan dan regangan tarik dalam batang
d. Kontrol tegangan dan regangan tarik.
3 Tugas ini dikumpul pada pertemuan berikutnya