Anda di halaman 1dari 10

Prodi D4 MPK - JTS PNA

MSB - 01
BAJA SEBAGAI BAHAN BANGUNAN
I. Pendahuluan
Baja adalah suatu jenis bahan bangunan berdasarkan pertimbangan ekonomi, sifat, dan
kekuatannya sering dipakai sebagai bahan struktur. Material baja unggul jika ditinjau dari segi
kekuatan, kekakuan dan daktilitasnya. Penggunaan baja sering digunakan untuk rangka
bangunan bertingkat, jembatan, penahan tanah, fondasi tiang pancang, bangunan pelabuhan,
bangunan instalasi minyak dan gas, struktur lepas pantai, menara antenna, rangka kuda-kuda
dan bangunan sipil lainnya.
Selanjutnya diberikan contoh penggunaan baja untuk banguan gedung seperti pada Gambar 1,
untuk banguan jembatan seperti pada Gambar 2, untuk banguan menara seperti pada
Gambar 3, untuk banguan pelabuhan dan kilangan seperti pada Gambar 4, dan untuk
konstruksi penahan tanah seperti pada Gambar 5.

Gambar 1. Bangunan Gedung

Gambar 2. Bangunan Jembatan

Gambar 3. Bangunan Menara

oncopiet@gamil.com Pengantar BSBB 1 dari 10


Prodi D4 MPK - JTS PNA

Gambar 4. Bangunan Pelabuhan dan Kilangan

Gambar 5. Konstruksi Penahan Tanah

II. Kelebihan Dan Kekurangan Baja


Kelebihan baja sebagai material struktur
a. Kekuatan tinggi : Kekuatan yang tinggi dari baja per satuan berat mempunyai konsekuensi
bahwa beban mati akan kecil.
b. Keseragaman : Sifat baja tidak berubah banyak terhadap waktu, tidak seperti halnya pada
struktur beton bertulang.
c. Elastisitas :Baja berperilaku mendekati asumsi perancang teknik dibandingkan dengan
material lain karena baja mengikuti hukum Hooke (Robert Hooke, 1676) hingga
mencapai tegangan yang cukup tinggi. Momen inersia untuk penampang baja dapat
ditentukan dengan pasti dibandingkan dengan penampang beton bertulang.
d. Permanen : Portal baja yang mendapat perawatan baik akan berumur sangat panjang,
bahkan hasil penelitian menunjukkan bahwa pada kondisi tertentu baja tidak memerlukan
perawatan pengecatan sama sekali.

e. Daktilitas : SNI 03-1729-2002 mendefinisikan daktilitas sebagai kemampuan struktur atau


komponennya untuk melakukan deformasi inelastis bolak-balik berulang (siklis) di luar
batas titik leleh pertama, sambil mempertahankan sejumlah besar kemampuan daya
dukung bebannya.
f. Liat (Toughness ) : Baja strukur merupakan material yang liat artinya memiliki kekuatan
dan daktilitas. Kemampuan material untuk menyerap energi dalam jumlah yang cukup
besar disebut toughness .

g. Kelebihan lain dari materia baja :


1) Kemudahan penyambungan baik dengan baut, paku keling maupun las,

oncopiet@gamil.com Pengantar BSBB 2 dari 10


Prodi D4 MPK - JTS PNA

2) Cepat dalam pemasangan,


3) Dapat dibentuk menjadi profil yang diinginkan,
4) Kekuatan terhadap fatik,
5) Kemungkinan untuk penggunaan kembali setelah pembongkaran,
6) Masih bernilai meskipun tidak digunakan kembali sebagai elemen struktur,
Kelemahan baja sebagai material struktur
a. Biaya pemeliharaan : Umumnya material baja sangat rentan terhadap korosi sehingga
perlu dicat secara periodik.
b. Biaya perlindungan terhadap kebakaran : Meskipun baja tidak mudah terbakar tetapi
kekuatannya menurun drastis jika terjadi kebakaran. Ketahanan material baja terhadap api
dipersyaratkan dalam SNI 03-1729-2002.

c. Rentan terhadap buckling : Semakin langsung suatu elemen tekan, semakin besar pula
bahaya terhadap buckling (tekuk).
d. Fatik : Kekuatan baja akan menurun jika mendapat beban siklis. Dalam perancangan perlu
dilakukan pengurangan kekuatan jika pada elemen struktur akan terjadi beban siklis.
e. Keruntuhan getas : Pada kondisi tertentu baja akan kehilangan daktilitasnya dan
keruntuhan getas dapat terjadi pada tempat dengan konsentrasi tegangan tinggi. Jenis
beban fatik dan temperatur yang sangat rendah akan memperbesar kemungkinan
keruntuhan getas.

III. Bentuk Baja Profil


Ada dua macam bentuk profil baja yang didasarkan cara pembuatannya, seperti
diperlihatkan pada Gambar 6 dan 7.

Gambar 6. Hot Rolled Shapes

Gambar 7. Cold Formed Shapes

oncopiet@gamil.com Pengantar BSBB 3 dari 10


Prodi D4 MPK - JTS PNA

a. Penjelasan pada Gambar 6, Hot rolled shapes : Di sini profil baja dibentuk dengan cara
balok-balok baja yang panas diproses melalui rol-rol dalam pabrik dengan tegangan residu
(residual stress ).

b. Penjelasan pada Gambar 7, Cold formed shapes : Profil semacam ini dibentuk dari pelat-
pelat yang sudah jadi, menjadi profil baja dalam temperatur atmosfir (dalam keadaan
dingin). Tebal plat yang dibentuk menjadi profil ringan atau Light gage cold form steel
dengan tebalnya < 3/16”.

IV. Sifat-Sifat Mekanis


Sifat-sifat mekanis baja diketahui dengan suatu percobaan laboratorium terhadap batang tarik
guna mengetahui besarnya tegangan tarik, seperti diperlihatkan pada Gambar 8.
Akan terjadi :
N.L
Perpanjangan : ∆L =
E.A
N
Tegangan : σ=
A
∆L
Regangan : ε=
L
Dimana :
N = Gaya aksial
L = Panjang semula
∆L = Perpanjangan batang
E = Modulus elastisitas baja struktural untuk maksud perencanaan oleh SNI 03-
1729-2002 = 200.000 MPa.

Untuk memahami sifat-sifat baja struktur kiranya perlu dipelajari diagram tegangan regangan
seperti diperlihatkan pada Gambar 9.
Dimana :
Keadaan I : Daerah linier/elastis
Keadaan II : Daerah leleh/plasatis sempurna
Keadaan III : Daerah perkuatan regangan/strain hardening
Keadaan IV : Daerah kontraksi luas/necking range

Gambar 8. Percobaan Batang Tarik

oncopiet@gamil.com Pengantar BSBB 4 dari 10


Prodi D4 MPK - JTS PNA

Gambar 9. Diagram Tegangan-Regangan

Gambar 9, dengan tambahan beban akan bertambah regangan akibatnya kurva akan memiliki
kemiringan (slope ) pada titik B dan mengalami perpanjangan yang besar sampai ke titik C.
Gejala ini dikenal sebagai tegangan leleh sy (yield stress ). Pada daerah B hingga C bahannya
menjadi plastis sempurna (perfectly plastic ). Setelah menglami regangan besar dalam daerah
BC baja mulai menguat regangan (strain harden). Selama perkuatan regangan baja
mengalami deformasi hingga membentuk kemiringan positif dari C hingga D, akhirnya
mencapai nilai maksimum dengan tegangan batas su (ultimate stress ). Penarikan bahan
selanjutnya disertai dengan pengurangan beban dan akhirnya putus (failure ) di titik E.

Dalam perencanaan struktur baja SNI 03-1729-2002 mengambil beberapa sifat-sifat mekanik
dari material baja yang sama yaitu :
Modulus Elastisitas, E = 200000 MPa
Modulus Geser, G = 80000 MPa
Angka Possion = 0,30
Koefisiwn muai panjgn, a = 12 x 10 -6 o
/ C
Sifat-sifat mekanis lainnya pada baja struktural untuk maksud perencanaan ditetapkan
berdasarkan SNI 03-1729-2002, seperti dalam Tabel 1.

Tabel 1. Sifat Mekanis Baja Struktural


Tegangan putus Tegangan leleh Peregangan
Jenis Baja minimum, f u minimum, f y minimum
(MPa) (MPa) (%)
BJ 34 340 210 22
BJ 37 370 240 20
BJ 41 410 250 18
BJ 50 500 290 16
BJ 55 550 410 13
Sumber : SNI 03-1729-2002

oncopiet@gamil.com Pengantar BSBB 5 dari 10


Prodi D4 MPK - JTS PNA

V. Standar Beban

Konsep perencanaan yang dianut oleh SNI 03-1729-2002 adalah berbasis kekuatan atau
dikenal dengan metode LRFD (Load and Resistance Factor Design ). Dengan persyaratan
dasar untuk beban adalah :

Beban secara umum diklasifikasikan menajdi dua jenis yaitu :


a. Beban Hidup :
Beban hidup umumnya bersifat sementara, dinamis dan dapat berubah. Contoh beban
hidup yaitu penghuni, furnitur dan beberapa objek lainnya. Beban hidup dapat
dikonsentrasikan atau didistribusikan, selain itu beban hidup dapat bertambah akibat
terjadinya getaran, benturan, dan percepatan. Secara teori, perhitungan beban hidup
dilakukan, seperti dalam Tabel 2.

Tabel 2. Beban Hidup Lantai Gedung


No. Beban Hidup Lantai Gedung Berat
1 Lantai ruang dansa. 500 kg/m2
2 Lantai ruang olah raga. 400 kg/m2
Lantai sekolah ruang kuliah, kantor, toserba,
3 250 kg/m2
restoran, hotel, asrama dan rumah sakit.

Lantai dan tangga rumah tinggal, kecuali yang


4 200 kg/m2
disebut pada butir. b
Lantai dan tangga rumah sederhana dan gudang-
5 gudang tidak penting yang bukan untuk toko, 125 kg/m2
pabrik atau bengkel.
Sumber : Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung, 1983

Tabel 3. Berat Sendiri Komponen Bangunan Gedung


Bahan Bangunan Berat
Baja 7850 kg/m3
Beton Bertulang 2400 kg/m3
Beton 2200 kg/m3
Pasir (kering udara) 1600 kg/m3
Kayu klas 1 1000 kg/m3
Komponen Gedung Berat
Dinding bata merah 1/2 batu 250 kg/m2
Penutup atap genteng 50 kg/m2
Penutup lantai ubin semen per cm tebal 24 kg/m2
Spesi dari semen per cm tebal 21 kg/m2
Sumber : Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung, 1983

oncopiet@gamil.com Pengantar BSBB 6 dari 10


Prodi D4 MPK - JTS PNA

b. Beban Mati :
Beban mati, seringkali dikenal dengan beban statis atau permanen, adalah beban dominan
yang berkaitan dengan berat dati struktur itu sendiri. Beban mati pada struktur dihitung
dengan menjumlahkan berat bahan struktur yang ditentukan dan volumenya. Secara teori,
perhitungan beban mati pada struktur dapat dilakukan dengan peraturan pembebanan yang
berlaku, seperti dalam Tabel 3.
c. Beban Angin
Beban angin adalah beban yang timbul akibat adanya tekanan dari gerakan angin.
Tekanan angin yang direncanakan diambil minimum sebesar :25 kg/m2
kecuali untuk :
1 Tekanan angin minimum sajauh 5 km dari pantai diambil 4: 0 kg/m2
2 Untuk di daerah lain yang tekanan angin kurang dari : 40 kg/m2 dihitung dengan :
V2
p=
16

dengan V adalah kecepatan angin (m/s)


3 Untuk cerobong dihitung :
42,50 + 0,6 h
dengan h adalah tinggi cerobong (m)

c. Beban Gempa
Beban gempa merupakan gaya horisontal yang signifikan dapat terjadi pada struktur
selama terjadi gempa bumi. Struktur bangunan yang berada pada area aktivitas seismik
perlu dianalisis dan dilakukan desan perancangan dengan hati-hati untuk memastikan
tidak terjadinya kegagalan struktur jika suatu saat terjadi gempa bumi. Secara teori dapat
dihitung :
V = Cs x W
dimana :
Cs = koefisien respons seismik
W = berat seismik

Kekuatan Perlu (U)

Struktur dan komponen struktur harus didesain agar mempunyai kekuatan desain di semua
penampang paling sedikit sama dengan Kekuatan Perlu (U) yang dihitung untuk beban dan
gaya terfaktor dalam kombinasi sedemikian rupa seperti ditetapkan dalam SNI. 2847:2013.

U = 1,4 D
U = 0,9 D + 1,0 W
U = 0,9 D + 1,0 E
U = 1,2 D + 1,0 E + 1,0 L

oncopiet@gamil.com Pengantar BSBB 7 dari 10


Prodi D4 MPK - JTS PNA

U = 1,2 D + 1,6 L + 0,5 (Lr atau R)


U = 1,2 D + 1,0 W + 1,0 L + 0,5 (Lr atau R)
U = 1,2 D + 1,6 (Lr atau R) + 1,0 L atau 0,5 W
dimana :
D = Beban mati
E = Beban gempa
L = Beban hidup
Lr = Beban hidup lantai
R = Beban hujan
W = Beban angin

VI. Contoh Soal


Pada bagian ini akan diberikan contoh perhitungan untuk perpanjangan, tegangan dan
regangan batang baja.

CONTOH
TEGANGAN REGANGAN BAJA
1. Suatu batang baja BJ37 diameter 19 mm dengan panjang mula-mula L = 2 m dikenakan suatu
gaya tarik aksial N = 70 kN seperti pada gambar :

Diminta :
a. Berapa perpanjangan batang ∆ yang terjadi
b. Berapa tegangan dan regangan tarik dalam batang
c. Kontrol tegangan dan regangan tarik.
Perhitungan :
E = 200000 MPa
A = 1/4 x π x d2 = 0,785 x 19 2 = 283,53 mm
2

6
N.L 70 x 2 x 10
a. Perpanjangan : ∆L1 = ∆L2 = =
E.A 200000 x 283,53
= 2,47 mm
∆L1 + ∆L2 = 2,47 + 2,47 = 4,94 mm

oncopiet@gamil.com Pengantar BSBB 8 dari 10


Prodi D4 MPK - JTS PNA

3
N 70 x 10
b. Tegangan : σ= = = 246,89 MPa
A 283,53
∆L 4,94
Regangan : ε= = = 0,0025
L 2 x 10 3

c. Tabel 1, menunjukan untuk baja BJ37 diperoleh :


Tegangan leleh fy = 240 < 246,89 MPa ………… Baja Leleh
Tegangan putus fu = 370 > 246,89 MPa ………… Baja Belum Putus

2. Suatu struktur WF 300.200.9.14 jenis baja BJ37 dengan panjang mula-mula L = 2 m


dikenakan suatu gaya tarik aksial N = 70 kN :
Diminta :
a. Berapa perpanjangan batang ∆ yang terjadi
b. Berapa tegangan dan regangan tarik dalam batang
c. Kontrol tegangan dan regangan tarik.
Perhitungan :
Dari “Tabel Profil Konstruksi Baja ” diperoleh :
Sectional Area atau A = 83,36 cm2 = 8336 mm2
6
N.L 70 x 2 x 10
a. Perpanjangan : ∆L1 = ∆L2 = =
E.A 200000 x 8336
= 0,08 mm
∆L1 + ∆L2 = 0,08 + 0,08 = 0,17 mm
3
N 70 x 10
b. Tegangan : σ= = = 8,40 MPa
A 8336,00
∆L 0,17
Regangan : ε= = = 0,0001
L 2 x 10 3

c. Tabel 1, menunjukan untuk baja BJ37 diperoleh :


Tegangan leleh fy = 240 > 8,40 MPa ………… Baja Belum Leleh
Tegangan putus fu = 370 > 8,40 MPa ………… Baja Belum Putus

oncopiet@gamil.com Pengantar BSBB 9 dari 10


Prodi D4 MPK - JTS PNA

VII. Latihan Soal - TUGAS 1


1 Sebagai bahan diskusi, mahasiswa diminta mengidentifikasi kelemahan bangunan struktur
baja yang mengalami :
a. Rentan terhadap buckling
b. Keruntuhan getas
2 Sebuah struktur balok WF 350.250.9.14 jenis baja BJ41 mengalami kuat tarik N dengan L =
3,50 m seperti pada gambar :

Diminta :
a. Berapa besar gaya tarik N
b. Berapa perpanjangan batang ∆ yang terjadi
c. Berapa tegangan dan regangan tarik dalam batang
d. Kontrol tegangan dan regangan tarik.
3 Tugas ini dikumpul pada pertemuan berikutnya

oncopiet@gamil.com Pengantar BSBB 10 dari 10

Anda mungkin juga menyukai