Anda di halaman 1dari 12

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA


PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
LABORATORIUM STRUKTUR
JI.Terusan Ryacudu,Way Huwi,Kec.Jati Agung,Kabupaten Lampung Selatan,
ITERA Lampung 35365,Telepon(0721)8030188,Fax.(0721)8030189

TAHAP 1

ANALISIS DAN DESAIN

PENAMPANG LENTUR BALOK

1. Sebutkan sifat-sifat mekanik Beton,jelaskan dengan detail.


2. Sebutkan Sifat-sifat mekanik Baja,jelaskan dengan detail.
3. Jelaskan yang dimaksud dengan kuat rencana, kuat nominal, dan kuat perlu.
4. Tuliskan kombinasi dasar pembebanan sesuai dengan SNI 1727-2019.
5. Sebutkan jenis-jenis pembebanan yang terdapat pada SNI 1727-2019.
6. Apa yang dimaksud dengan “elemen struktur",jelaskan dan berikan contoh.
7. Sebutkan dan jelaskan kriteria desain struktur berdasarkan konsep LRFD (Load
Resistance Factor Design)!
8. Gambarkan dan jelaskan idealisasi blok tegangan pada beton bertulang
9. Jelaskan dan Gambarkan Persamaan rumus analisis penampang tulangan tunggal
terhadap 3 kondisi(Keruntuhan Tekan,Keruntuhan Tarik,dan keruntuhan
seimbang)!
JAWABAN:

1. Beton adalah campuran dari semen, air, pasir, kerikil dan bahan tambah dengan
perbandingan tertentu. Campuran antara semen dan air membentuk pasta, pasta
dan pasir secara bersama-sama membentuk mortar, dan mortar ditambah kerikil
akan membentuk beton. Dari campuran tersebut didapatkan sifat-sifat mekanik
beton. Sifat mekanik beton dapat diklasifikasikan seperti dibawah ini:

Sifat jangka pendek


a. Kuat tekan dihitung dari beban tekan maksimum yang dapat ditahan dibagi
dengan luas penampang benda uji.
fc = P/A (Mpa)
dimana :
      fc     :  kuat tekan, MPa
      P      :  Beban tekan maksimum yang dapat ditahan, Newton
      A      :  Luas penampang silinder diameter 15 cm, tinggi 30 cm, mm2
Untuk menurunkan persamaan analisis dan perencanaan, hubungan
tegangan – regangan beton perlu diketahui. Gambar 1. memperlihatkan
diagram tegangan – regangan tipikal yang diperoleh dari percobaan dengan
menggunakan benda uji silinder. Regangan beton pada saat hancur berkisar
antara 0,003 sampai 0,004, dan di dalam SNI 1991 ditetapkan 0,003 sebagai
dasar analisis tampang.

Grafik Tegangan Regangan Beton


b. Kuat geser beton ditentukan berdasarkan kuat tekan yaitu:
vc = 1/6 Öf’c Mpa
     dimana :    
     vc         :           Kuat geser, MPa
     f’c         :           Kuat tekan, MPa
c. Modulus elastisitas beton diambil berdasarkan kuat tekan beton yaitu :
Ec = 4700 Öf’c  MPa
     dimana :
     Ec         :           Modulus elastisitas, MPa
     f’c         :           Kuat tekan, Mpa
Modulus elastisitas ini merupakan kemiringan garis singgung dari diagram
tegangan-regangan. Biasanya modulus sekan pada 0,5 f’c diambil sebagai
modulus elastisitas.
Sifat jangka Panjang
a. Rangkak adalah penambahan regangan terhadap waktu akibat adanya
beban yang bekerja.
b. Susut adalah berkurangnya volume elemen beton dan ada dua macam yaitu
susut plastis (susut yang terjadi beberapa jam setelah beton di tempatkan
pada cetakan) dan susut pengeringan yang dikarenakan kehilangan uap air.

2. Baja yang akan digunakan dalam struktur dapat diklasifikasikan menjadi :


• Baja Carbon (Carbon Steel)

• Baja Paduan Rendah Mutu Tinggi (High Strength-Low Alloy Steel, HSLA)

• Baja Paduan (Alloy Steel)

Sifat – sifat mekanik dari baja tersebut seperti tegangan leleh dan tegangan
putusnya diatur dalam ASTM A6/A6M. Ada beberapa sifat mekanis baja dan hal
penting lain untuk diketahu. Beberapa diantaranya berhubungan dengan analisis
dan desain struktur. Beberapa diantaranya yaitu:

1. Kuat leleh (fy) dan kuat putus (fu)

Mutu baja dinyatakan dengan sifat mekanis baja ini, yaitu kuat lelehnya (fy).
Secara umum, mutu baja yang tersedia di pasaran saat ini yaitu sebagai
berikut:
- Baja tulangan polos (Bj. TP) memiliki kuat leleh minimal 240 MPa (Bj-
24)
- Baja tulangan ulir atau deform (Bj. TD) memiliki kuat leleh minimal 400
MPa
2. Modulus elastisitas (Es)

Sifat mekanis baja lain yang harus diketahui ialah modulus elastisitas.
Berdasarkan SNI 2847-2019, modulus elastisitas didefinisikan sebagai rasio
tegangan normal terhadap regangan terkait untuk tegangan Tarik atau tekan di
bawah batas proporsional material. Modulus elastisitas baja juga bisa
didefinisikan sebagai tangensial dari sudut α (alpha) pada kurva tengangan-
regangan pada baja. Nilai elastisitas baja (Es) non prategang yaitu 200.000
MPa, baik baja tulangan polos (Bj-TP) maupun baja tulangan ulir atau deform
(Bj-TD). Untuk baja prategang, nilai modulus elastisitasnya harus ditentukan
berdasarkan tes atau sesuai dengan yang diberikan oleh produsen.

3. Poisson Ratio(μ)

Ketika baja diberikan gaya tarik, maka terjadi regangan positif (terjadi
pertambahan panjang) pada arah gayanya, dan regangan negatif (terjadi
pengurangan diameter) pada arah tegak lurus gaya. Sumbu yang sejajar dengan
arah gaya disebut arah aksial,dan sumbu tegak lurus gaya disebut arah
lateral.Poisson Ratio didefinisikan sebagai perbandingan antara regangan
lateral dan aksial pada nilai mutlak.Besaran nilai poisson ratio (μ) baja yaitu
0,3.

4. Modulus Geser Baja (G)

Modulus Geser(G) didefinisikan sebagai rasio tegangan geser terhadap


regangan geser.Nilai modulus geser baja struktural yaitu sebesar 80.000 MPa.

5. Diameter dan Jarak Tulangan

Meski sama-sama menyatakan diameter tulangan,simbol yang digunakan untuk


kedua jenis tulangan berbeda.Tulangan polos (Bj.TP) disimbolkan dengan Ødan
untuk tulangan ulir atau deform (Bj.TD) disimbolkan dengan D. Secara umum,
beberapa diameter tulangan ulir yang mudah ditemukan di pasaran yaitu seperti
yang terlihat pada Tabel 1,sedangkan diameter tulangan polos dapat dilihat pada
Tabel 2.

Tabel 1. Diameter tulangan ulir

Table 2. Diameter tulangan polos


3. Berdasarkan SNI 03-2847-2002, faktor-faktor yang mempengaruhi kekuatan
struktur beton bertulang yaitu kuat rencana, kuat nominal dan kuat perlu. Di
bawah ini penjelasannya:
a. Kuat Rencana
Pengertian kuat rencana yaitu kekuatan suatu komponen struktur atau
penampang yang diperoleh dari hasil perkalian antara kuat nominal (Rn)
dan faktor reduksi kekuatan. Penulisan kuat rencana (Rr) juga disimbolkan
dengan Mr, Vr, Tr, dan Pr di mana r adalah rencana. Gaya aksial yang
berlaku pada kuat rencana diperoleh dari beban rencana yang boleh bekerja
pada suatu struktur atau komponen struktur.
b. Kuat Nominal
Pengertian kuat nominal adalah kekuatan suatu komponen struktur
penampang yang dihitung berdasarkan kektentuan dan asumsi metode
perencanaan sebelum dikalikan dengan nilai faktor reduksi yang sesuai.
Aspek-aspek yang mempengaruhi nilai kuat nominal (Rn) antara lain
dimensi penampang, jumlah tulangan, letak tulangan, dan kualitas
beton/tulangan baja. Kesimpulannya kuat nominal merupakan hasil
perhitungan yang sebenarnya dari beton bertulang dalam keadaan normal.
Kuat nominal dapat disimbolkan dengan Mn (momen), Vn (gaya geser), Tn
(torsi), dan Pn (gaya aksial) di mana n ialah nominal. Gaya aksial yang
berlaku diperoleh dari beban nominal suatu struktur atau komponen
struktur.
c. Kuat Perlu
Kuat perlu merupakan kekutan suatu komponen struktur komponen atau
penampang yang dibutuhkan untuk menahan beban terfaktor atau momen
dan gaya dalam yang berkaitan dengan beban tersebut dalam kombinasi
beban U. Kuat perlu (Ru) pun dapat dituliskan dalam simbol-simbol seperti
Mu, Vu, Tu, dan Pu di mana u adalah perlu.
4. Kombinasi Dasar Pembebanan
Kombinasi dasar pembebanan sesuai dengan SNI 1727-2020. Struktur, Komponen
dan pondasi harus didesain sedemikian rupa sehingga kekuatan desainnya sama
atau melebihi efek beban-beban terfaktor dalam kombinasi berikut:
a. 1,4 D
b. 1,2 D + 1,6L +0,5 (L, atau S atau R)
c. 1,2 D + 1,6 (Lr atau S atau R) + (l atau 0,5 W)
d. 1,2 D + 1,0W + L + 0,5 (Lr atau S atau R)
e. 0,9 D + 1,0 W
5. Jenis-jenis pembebanan pada SNI 1727-2020
Ak = Beban atau efek beban yang timbul dari kejadian luar biasa
D = Beban mati
Di = Berat es
E = Beban gempa
F = Beban akibat fluida dengan tekanan yang ditentukan dengan jelas dengan
tinggi maksimum
Fa = Beban banjir
H = Beban akibat tekanan tanah lateral, tekanan air tanah atau tekanan dari
material dalam jumlah besar
L = Beban hidup
Lr = Beban hidup tanah
N = Beban Nosional untuk integritas struktural
R = Beban hujan
S = Beban salju
W = Beban angin
Wi = Angin pada es yang ditentukan
6. Struktur atas adalah seluruh komponen yang berada di atas tanah. Fungsi adanya
struktur atas adalah sebagai penopang bangunan dengan bentuk memanjang ke
atas seperti rangka, kuda-kuda, dan balok. Sementara struktur bawah adalah
komponen yang bersentuhan langsung dengan permukaan tanah. Adanya
komponen ini berfungsi untuk menjaga keseimbangan dan memikul beban di
atasnya. Di bagian ini harus terdapat pondasi dan struktur basement. Berikut
komponennya dimulai dari struktur atas lalu struktur bawah:
a. Kolom
Kolom dapat diibaratkan sebagai kerangka manusia. Jika terdapat bagian yang
rusak, maka akan mempengaruhi seluruh ketahanan tubuh. Fungsi kolom sangat
krusial sebagai penerus beban langsung ke pondasi. Kolom mempertahankan
rumah dari tiupan angin kencang, beban dalam bangunan seperti manusia dan
barang-barang, serta pengokoh bangunan agar tak mudah roboh. Struktur kolom
yang kuat tersebut menggunakan bahan besi dan beton, dimana gabungan kedua
material tersebut tahan akan tarikan dan dorongan.
b. Balok
Jika kolom digunakan dengan posisi vertikal ke atas, maka balok diletakkan
dengan posisi tidur. Balok merupakan penguat horizontal yang berfungsi sebagai
dudukan lantai dan pengikat kolom lantai atas.
c. Atap
Bagian paling atas bangunan ini tentu wajib ada sebagai pelindung penghuninya.
Pembuatan atap biasanya menyesuaikan dengan daerah tempat tinggal.
Pembuatan atap harus merencanakan beberapa hal seperti luas area yang harus
diberi atap, bentuk dan konstruksi yang diinginkan, serta lapisan penutupnya.
Sementara di area atap terdapat rangka atap dan penopang rangka atap. Rangka
ini berfungsi sebagai penahan beban dari bahan penutup (atap). Sementara
bagian yang digunakan untuk penopang rangka atap ialah balok kayu atau baja.
d. Plat Lantai
Plat lantai biasa disebut dengan lantai tingkat yang letaknya tidak berada di atas
tanah langsung. Plat lantai biasanya disusun dari balok-balok yang bertumpu
pada kolom struktur bangunan. Bahan plat lantai pun bermacam-macam mulai
dari kayu, beton, dan kayu semen. Sementara sistem plat lantai ada dua yakni
plat satu sistem dan plat dua arah.
e. Tangga
Tangga merupakan penghubung antara lantai satu dengan lainnya. Tangga
biasanya terdiri dari komponen berupa plat, borders, dan anak tangga. Tangga
juga memiliki beberapa tipe yakni tangga membentang horizontal, tangga spiral,
tangga melayang, dan tangga terjepit sebelah yang bertumpuk pada balok
tengah.  
f. Pondasi
Pondasi hampir diketahui oleh masyarakat umum. Bagian yang langsung
bertumpu dengan tanah ini jadi penyangga struktur bangunan di atasnya.
Pondasi memang dibuat untuk menahan dari gempa, tekanan angin, dan kegiatan
metafisik lain yang mampu menyebabkan kerusakan pada bangunan. Pondasi
sendiri terbagi menjadi tiga jenis yakni pondasi dalam, pondasi dangkal, dan
sumuran.
g. Galian Tanah
Galian tanah nantinya akan terhubung langsung dengan bagian-bagian yang
penting di tanah seperti adanya bekas pondasi bangunan lama dan akar-akar
pohon. Jika pada galian terdapat saluran air, pipa pembuangan, kabel listrik,
telepon, maka secepatnya dilaporkan pada pihak yang berwenang. Pengerjaan
bagian ini biasanya diserahkan ke bagian kontraktor karena segala kerusakan
yang terjadi pada pengerjaan galian tanah sepenuhnya menjadi tanggung jawab
kontraktor.
h. Struktur Basement
Komponen ini biasanya digunakan pada lahan yang terbatas. Sangat penting
untuk merencanakan beban dan metode galian untuk menghindari masalah yang
timbul saat pelaksanaan pembuatan seperti penurunan permukaan tanah.
7. LRFD (Load And Resistance Factor Deisgn) adalah spesifikasi yang dikeluarkan
oleh AISC (America Instate Of Steel Construction) untuk desain konstruksi baja,
berdasarkan ketahanan metode kekuatan ultimit (Metode Plastis). LRFD
memberikan perbandingan yang lebih spesifik antara beban Q dan resistensi Rn,
seperti persamaan untuk persyaratan mendapatkan keamanan sebagai berikut:
ϕRn ≥ ∑ γi Qi
Dimana :
∑ = Penjumlahan i = menunjukan berbagai kondisi
Qi = pengaruh beban nominal
Yi = faktor beban terkait beban Qi yang ditinjau
Yi Qi = kuat perlu, dari kondisi batas yang paling ekstrim
Rn = kuat nominal, kekuatan elemen yang dihasilkan
ϕ = faktor tahanan sesuai jenis struktur yang di tinjau
ϕRn = kuat rencana, kekuatan struktur yang direncanakan
8. Blok Tegangan Ekuivalen Beton
Menurut Whitney (1942), bentuk blok tegangan tekan ekivalen pada penampang
beton bertulang adalah kurva parabolic, namun menghitung luasan parabolic
tersebut adalah susah sehingga perlu dilakukan penyederhanaan dengan cara
mengalikan dengan nilai ekivalensi sehingga luasan dapat dihitung dengan cara
mengalikan nilai persegi yang sangat mudah dan tanpa mengurangi ketelitian
dalam perhitungan yang sudah ditetapkan.

k3 = Nilai rasio tegangan maksimum pada balok dan kuat tekan beton silinder
(fc’) dalam umur 28 hari k2 = Rasio jarak antara serat tekan maksimum dan
resultan kuat tekan ke garis netral k1 = Rasio antara luasan kurva dan juga
persegi.

Jenis Keruntuhan Lentur Dengan data-data penampang, mutu beton dan tulangan yang
digunakan, ada 3 kemungkinan jenis keruntuhan yang mungkin terjadi,
a. Keruntuhan Tarik (UnderReinforced)
Keruntuhan Tarik terjadi bila jumlah tulangan baja tarik sedikit sehingga
tulangan tersebut akan leleh terlebih dahulu sebelum betonnya pecah, yaitu
apabila regangan baja (εs) lebih besar dari regangan beton (εy). Penampang
seperti itu disebut penampang under-reinforced, perilakunya sama seperti yang
diperlihatkan pada balok uji yaitu daktail (terjadinya deformasi yang besar
sebelum runtuh). Semua balok yang direncanakan sesuai peraturan diharapkan
berperilaku seperti itu. Pada perencanaan tulangan lentur balok beton bertulang,
keruntuhan tarik terjadi apabila :

b. Keruntuhan Tekan(Over-reinforced)
Keruntuhan Tekan terjadi bila jumlah tulangan vertical banyak maka keruntuhan
dimulai dari beton sedangkan tulangan bajanya masih elastis, yaitu apabila
regangan baja (εs) lebih kecil dari regangan beton (εy). Penampang seperti itu
disebut penampang over-reinvorced, sifat keruntuhannya adalah getas (non-
daktail). Suatu kondisi yang berbahaya karena penggunaan bangunan tidak
melihat adanya deformasi yang besar yang dapat dijadikan pertanda bilamana
struktur tersebut mau runtuh, sehingga tidak ada kesempatan untuk
menghindarinya terlebih dahulu. Pada perencanaan tulangan lentur balok beton
bertulang, keruntuhan tekan terjadi apabila :

c. Keruntuhan Balance
Keruntuhan Balance terjadi jika baja dan beton tepat mencapai kuat batasnya,
yaitu apabila regangan baja (εs) sama besar denga regangan beton (εy). Jumlah
penulangan yang menyebabkan keruntuhan balance dapat dijadikan acuan untuk
menentukan apakah tulangan tarik sedikit atau tidak, sehingga sifat keruntuhan
daktail atau sebaliknya. Pada perencanaan tulangan lentur balok beton bertulang,
keruntuhan balance terjadi apabila:

Anda mungkin juga menyukai