1. Teori Dasar
Menurut Dipohusodo (1999), perencanaan komponen struktur beton dilakukan
sedemikian sehingga tidak timbul retak yang berlebihan pada penampang sewaktu
mendukung beban kerja, dan masih mempunyai cukup keamanan serta cadangan kekuatan
untuk menahan beban dan tegangan lebih lanjut tanpa mengalami runtuh. Bahan beton
bersifat tidak serba sama (nonhomogeneus) dan tidak sepenuhnya elastik. Tetapi selama kurun
waktu yang cukup lama, perencanaan serta analisis didasarkan pada metode elastik, dimana
bahan beton dianggap bersifat serba sama dan elastis, serta distribusi regangan dan tegangan
dianggap linier. Metode tersebut juga disebut sebagai metode tegangan kerja (Working Stress
Design Method). Pada metode ini, beban yang diperhitungkan adalah beban kerja (service
loads), sedangkan penampang komponen struktur direncana atau dianalisis berdasarkan pada
nilai tegangan tekan lentur ijin yang umumnya ditentukan bernilai 0,45f, dimana pola
distribusi tegangan tekan linier dengan jarak terhadap garis netral.
Selain metode tegangan kerja diatas, dikenal metode pendekatan lain yang lebih
realistik, yaitu metode perencanaan kekuatan atau metode perencanaan kuat ultimit (Ultimate
Strength Design Method). Pada metode ini, hubungan sebanding antara tegangan dan
regangan dalam beton yang tertekan hanya berlaku sampai pada suatu batas keadaan
pembebanan tertentu, yaitu pada tingkat beban sedang. Selain itu, beban kerja (service loads)
diperbesar atau dikalikan dengan suatu faktor beban, dengan tujuan untuk memperhitungkan
terjadinya beban pada saat menjelang keruntuhan. Selanjutnya dengan mempergunakan beban
kerja yang sudah diperbesar (beban terfaktor) tersebut, struktur kemudian direncanakan
sedemikian sehingga diperoleh nilai guna pada saat runtuh yang besarnya kira-kira lebih kecil
sedikit dari kuat batas runtuh yang sesungguhnya. Kekuatan pada saat runtuh tersebut
dinamakan kuat ultimit dan beban yang bekerja pada atau dekat dengan saat runtuh
dinamakan beban ultimit (Dipohusodo, 1999).
Kuat rencana penampang komponen struktur didapatkan melalui perkalian kuat teoritis
atau kuat nominal dengan faktor kapasitas yang dimaksudkan untuk memperhitungkan
kemungkinan buruk yang berkaitan dengan faktor-faktor bahan, tenaga kerja, ukuran-ukuran,
dan pengendalian mutu pekerjaan pada umumnya. Kuat nominal ini diperoleh berdasarkan
pada keseimbangan statis dan kesesuaian regangan-tegangan yang tidak linier di dalam
penampang komponen.
Gambar 1 sampai dengan 3 berikut menunjukkan bagaimana perilaku balok beton
bertulang pada bentangan sederhana yang memikul beban yang secara bertahap meningkat
dari yang kecil sampai pada tingkat pembebanan yang menyebabkan hancurnya struktur. Pada
saat awal (beban kecil), dimana retak belum terjadi, nilai regangan yang terjadi akibat momen
yang bekerja masih sangat kecil, sehingga distribusi tegangan yang terjadi pada dasarnya
masih linier. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1
Perilaku lentur balok pada beban kecil (Dipohusodo, 1999)
Apabila beban yang bekerja terus meningkat, maka pada tepi bawah penampang ang
mengalami momen maksimum akan terjadi retak. Hal ini terjadi karena tegangan tarik beton
pada tepi bawah telah mencapai kekuatan tarik beton. Karena beton tidak dapat meneruskan
gaya tarik melintasi daerah retak, karena terputus-putus, aka gaya tarik tersebut akan
ditransfer ke tulangan baja. Dalam hal ini kekakuan balok berkurang, tetapi distribusi
tegangan masih mendekati kondisi linier. Distribusi tegangan untuk penampang pada bagian
yang retak diperkirakan akan terjadi pada nilai tegangan beton sampai dengan 0,5f
(Dipohusodo, 1999). Hal ini dapat dilihat pada Gambar 2.
Kemudian bila beban terus ditingkatkan, maka pada akhirnya tulangan baja akan leleh.
Pada beban yang lebih besar lagi, nilai regangan serta tegangan tekan akan meningkat, dimana
tegangan beton tekan akan membentuk kurva nonlinier.Selanjutnya apabila kapasitas batas
kekuatan beton terlampaui dan tulangan baja telah leleh, maka balok telah mengalami
kehancuran. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 2
Perilaku lentur balok pada beban sedang (Dipohusodo, 1999)
Gambar 3
Perilaku lentur balok dekat beban ultimit (Dipohusodo, 1999)
b. Tidak terjadi slip antara beton dan tulangan baja, atau pada level yang sama regangan
pada beton adalah sama dengan regangan pada baja.
c. Tegangan pada beton dan tulangan dapat dihitung dari regangan dengan menggunakan
hubungan tegangan-regangan beton dan baja.
d. Untuk perhitungan kekuatan lentur penampang, kuat tarik beton diabaikan.
e. Beton diasumsikan runtuh pada saat regangan tekannya mencapai regangan batas tekan.
f. Hubungan tegangan-regangan beton dapat diasumsikan persegi, trapesium, parabola
atau lainnya.
Gambar 4
Kondisi-kondisi jika kekuatan lentur nominal Mn tercapai
(Wang dan Salmon, 1985)
Tegangan maksimum pada bagian beton yang tertekan adalah lebih kecil dari ,
katakanlah . Tegangan rata-rata dari suatu balok dengan lebar tetap adalah , dan
letak titik berat dari penyebaran tegangan (yang mendekati bentuk parabola) adalah
diukur dari permukaan tekan, dimana x (atau sering dinotasikan dengan c) adalah jarak dari
sumbu netral. Dengan demikian gaya tekan C adalah penjumlahan dari pada tegangan-
tegangan tekan yang bekerja pada daerah tekan, yang dirmuskan sebagai (Wang dan Salmon,
1985):
C = k k f b (1)
dan untuk keadaan keruntuhan yang daktail, gaya tarik T adalah :
T = A f (2)
Keseimbangan mengharuskan bahwa C = T, sehingga harga x (atau c) adalah:
x = (3)
Menurut Wang dan Salmon (1985) harga
yang terdapat pada Pers.(5) tersebut berkisar di
antara 0,55 dan 0,63. Regangan hancur beton (εcu ) maksimum yang terdapat pada Gambar 4
oleh Peraturan ACI (ACI-10.2.3) ditetapkan sebesar 0,003, dan angka ini diperoleh
berdasarkan hasil penelitian yang pernah dilakukan. Harga εcu ini juga digunakan dalam
standar perencanaan yang berlaku di Indonesia. Sementara itu, umumnya kuat tekan
maksimum tercapai pada saat nilai satuan regangan tekan ε mencapai ± 0,002.
Pada perhitungan Mn, umumnya perencana cenderung untuk menggunakan suatu
metode sederhanayang menggunakan kesetimbangan statis dasar, seperti yang akan dijelaskan
berikut ini. Pada sekitar tahun 1930-an, Whitney (dalam Wang dan Salmon, 1985)
menyarankan penggunaan dari suatu distribusi tegangan tekan pengganti yang berbentuk
persegi seperti diperlihatkan pada Gambar 5. Tegangan rata-rata ditetapkan sebesar 0,85f
dan tinggi a β x. Adapun β merupakan konstanta yang merupakan fungsi dari kelas kuat
beton, dimana harga β menurut SNI 2847-2002 Pasal 12.2.7.3 adalah :
β = 0,85 untuk f’c ≤ 30 MPa (6a)
,
β = 0,85
untuk f’c > 30 MPa (6b)
dan nilai β1 untuk f’c > 30 MPa tidak boleh kurang dari 0,65.
Gambar 5
Distribusi tegangan dan regangan pada penampang balok;
(a) penampang melintang balok; (b) regangan; (c) blok tegangan ekuivalen
berbentuk persegi yang diusulkan
a = (9)
Mn = (10)
Mn = A f d 0,59 (11)
Dengan memperhatikan kembali Pers.(5), maka dapat diketahui bahwa angka 0,59 mewakili
besaran . Peraturan ACI (American Concrete Institute) dan SNI (Standar Nasional
Indonesia) secara eksplisit memakai bentuk persegi dari Whitney dalam perencanaan maupun
analisis balok beton bertulang.
Gambar 6
Distribusi regangan dan variasi garis netral
pada setiap jenis keruntuhan lentur (Dipohusodo, 1999)
Dari perbandingan segitiga dari diagram regangan pada Gambar 7, maka letak garis netral
pada keadaan seimbang dapat ditentukan, yaitu :
Gambar 7
Keadaan seimbang regangan (Dipohusodo, 1999)
(15)
cb = (16)
cb = (17)
cb = (18)
cb = (19)
cb = (20)
ρb = (21)
6. Persyaratan Kekuatan
Struktur harus dirancang sedemikian rupa sehingga kuat rencana minimum struktur
sama dengan kekuatan yang diperlukan dalam menahan gaya-gaya yang bekerja pada sruktur,
sehingga dapat dinyatakan sebagai :
Kuat rencana ≥ Kuat perlu
!" ≥ U
Adapun kuat rencana struktur dihitung sesuai dengan sifat penampang dengan
memperhitungkan suatu faktor reduksi kekuatan (Φ). Sementara itu, kuat perlu diperoleh
dengan cara mengalikan gaya-gaya dalam yang bekerja akibat beban dengan suatu faktor
beban. Ketentuan lebih rinci mengenai faktor beban dan faktor reduksi kekuatan (Φ) dapat
dilihat pada SNI 03-2847-2002 Pasal 11.2 dan Pasal 11.3. Sesuai dengan pernyataan tersebut,
maka pada perencanaan balok terhadap lentur harus selalu dipernuhi :
ΦMn ≥ Mu (22)
dimana :
Mn = kuat lentur rencana
Mu = momen ultimit perlu atau kuat perlu
Mn = Momen nominal
= Faktor reduksi kekuatan, untuk lentur tanpa beban aksial Φ = 0,8 (Pasal 11.3.2.1).
Terdapat 3 bilangan yang belum diketahui dengan 2 persamaan, sehingga tentunya ada
banyak jawaban yang mungkin. Selanjutnya apabila rasio tulangan ρ ditentukan dahulu, dari
Pers.(23a) diperoleh:
0,85f b a ρ b d f
a = ρ ,
d (24)
Gambar 8
Diagram regangan dan tegangan pada penampang balok
dengan penulangan tarik saja
,
Apabila m = dan kemudian suatu koefisien yang disebut coefficient of resistance, atau
Dalam berbagai kasus, harga b dan d dapat ditentukan terlebih dahulu, yang juga berarti
menentukan harga Rn terlebih dahulu. Untuk itu, harga ρ dapat ditetapkan dengan sebagai
berikut:
ρ =
+1 ,1 - (27)
Batasan Penulangan
Menurut SNI 03-2847-2002 Pasal 12.5.1, tulangan minimum pada komponen struktur
lentur, dimana berdasarkan analisis diperlukan adanya tulangan tarik, maka luas As yang ada
tidak boleh kurang dari :
As min = b d (28)
Prosedur Perencanaan
Prosedur yang digunakan dalam perencanaan kekuatan dari penampang persegi dengan
tulangan tarik saja adalah sebagai berikut (Wang dan Salmon, 1985):
1) Ambil suatu harga ρ yang sama atau lebih kecil dari 0,75ρb, tetapi lebih besar dari ρmin.
Harga ρb yang dimaksud dapat diperoleh melalui Pers.(21), sedangkan harga β1
ditentukan melalui Pers.(6).
2) Tentukan harga bd2 yang diperlukan, melalui persamaan :
bd
!" =
dimana :
= ρf 1 ρm
Rn
,
m =
3) Pilih satu pasang harga-harga b dan d yang sesuai sehingga bd2 yang ada kurang lebih
sama dengan bd2 yang disyaratkan. Perlu diperhatikan bahwa sebenarnya bukan harga d
yang dipilih, tetapi tinggi balok h. Adapun nilai d dihitung dari h dengan menyediakan
selimut beton minimum yang diperlukan.
4) Tentukan harga ρ yang baru setelah menghitung Rn =
untuk penampang yang
3) Melalui persamaan keseimbangan gaya Cc = Ts, dan menganggap bahwa tulangan tarik
sudah leleh, maka didapat:
,
a = (31)
4) Harga a yang diperoleh kemudian dibandingkan dengan harga ab, bila a < ab maka
tulangan terpasang akan menghasilkan penulangn daktail, tetapi apabila sebaliknya
maka akan menghasilkan tulangan getas.
5) Kemampuan nominal balok kemudian dihitung melalui persamaan:
= 0,85f ba d a
Mn (32)
Mu = M#
6) Apabila diperoleh bahwa harga a > ab, maka langkah (3) dan (4) di atas salah, sehingga
hitungan perhitungan harga a diulang lagi dengan menganggap bahwa tulangan tarik
tidak leleh, sehingga regangan baja pada tulangan tarik adalah:
εs = 0,003
. (33)
7) Selanjutnya melalui persamaan keseimbangan gaya Cc = Ts, diperoleh kembali harga a,
yaitu:
,
a =
,
=
,
=
, ()
Periksa apakah ε 4 ε *
8)
Contoh Soal 1
Diketahui suatu balok dengan perletakan sederhana dan pembebanan seperti terlihat pada
gambar berikut.
Anggap beban q sudah termasuk berat sendiri balok dan merupakan beban terfaktor. Mutu
beton (f’c) = 30 MPa. Mutu baja (fy) = 400 MPa dengan Es = 200000 MPa.
Maka rencanakanlah dimensi dan penulangan dari balok tersebut.
Penyelesaian
Menghitung momen maksimum:
Mmaks = Mu = qL 80 7 5 250 kN. m
$
312,5 kN. m 312500000 N. mm
,
Mn perlu =
bd2perlu =
84780249,6 mm
,%%
coba b = 300 mm, maka diperoleh : d = 531,6 mm (dibulatkan menjadi d = 550 mm)
Maka tinggi balok h = d+selimut beton = 550 + 50 = 600 mm
,,%.,,
ρ =
+1 ,1 - ,% =1 ,1
> 0,0172
Kontrol regangan :
εy
= *
0,002
,
εs =
ε ,
7 0,003 0,006 ? ε 0,002
= 557,004 kN.m
Contoh Soal 2
Suatu balok memikul momen positif terfaktor sebesar 250 kN.m (termasuk berat sendiri
balok). Mutu beton (f’c) 40 MPa, fy = 400 MPa, Es = 200000 MPa. Ukuran balok b = 200
mm, h = 450 mm. Luas tulangan terpasang As = 6000 mm2. Periksa apakah balok mampu
memikul momen tersebut !!.
Penyelesaian
Menghitung β1, yaitu:
, , ( )
β1 = 0,85 0,85 0,778
ab =
Ccb = Tsb
0,85f a b A f
,
Asb =
dimana :
− Jika Mu ≤ M# maka cukup balok dengan tulangan tunggal
− Jika Mu > M# maka diperlukan balok dengan tulangan rangkap
2) Menghitung selisih momen nominal penampang yang akan ditahan oleh tulangan tekan,
yaitu :
Mn2 = $
M# (38)
Gambar 9
Diagram regangan dan tegangan pada penampang balok
dengan penulangan rangkap
dimana :
− Jika ε / ε , maka tulangan tekan leleh, sehingga f f
− Jika ε 4 ε , maka tulangan tekan belum leleh, sehingga f ε 7 ε
5) Menghitung luas tulangan tarik tambahan, yaitu :
As2 = (42)
b. Kondisi regangan tulangan tarik dan tekan (leleh atau tidaknya), yaitu bila dianggap
regangan itu leleh maka gaya tarik atau tekan yang digunakan didapat dari perkalian
luasan dan tegangan leleh (A. fy), tetapi bila tidak leleh maka gaya tarik atau tekan
didapatkan dari perkalian antara tegangan kerja (yaitu regangan dikalikan modulus
elastisitas beton) dan luasan, atau dinyatakan sebagai : A.ε.E.
5) Anggapan pada langkah (4) di atas akan menghasilkan kedalaman garis netral c atau
kedalaman blok beton a, dari persamaan Cs+Cc= Ts, yang kemudian digunakan untuk
memeriksa ulang anggapan melalui regangan pada tulangan tekan dan tarik :
a) Tulangan tekan :
ε 0,003 d penutup beton tulangan tekan
(43a)
b) Tulangan tarik :
ε
0,003 d kedalaman efektif tulangan tarik h d (43b)
6) Bila dari langkah (5) bersesuaian dengan langkah (4) maka langkah (7) dapat
dilanjutkan, tetapi bila ada salah satu anggapan tidak dipenuhi maka anggapan pada
langkah (4) dan pemeriksaan regangan pada langkah (5) diulang.
7) Harga a yang diperoleh kemudian dibandingkan dengan ab, bila a < ab maka tulangan
terpasang akan menghasilkan penulangan liat dan sebaliknya akan menghasilkan
penulangan getas.
8) kemampuan nominal balok dapat dihitung terhadap sumbu tulangan tarik seperti
berikut:
Mn = 0,85 f ; b a d a 1 A f d d (44)
dimana:
− fs = fy bila regangan leleh tulangan tekan yang terjadi ε’ > εy, dan
− fs = ε.Es bila regangan leleh yang terjadi ε’ < εy
Kemudian periksa apakah Mu = Mn
Contoh Soal 3
Hitung kapasitas momen nominal (Mn) untuk penampang balok beton bertulang seperti
tergambar berikut ini. Material yang digunakan : f’c = 32 MPa (NIM Ganjil); fy = 400 MPa;
Es = 200000 MPa. Selimut beton sebesar 50 mm dan tulangan geser (begel): 12 mm (NIM
Ganjil).
2D25
550 mm
5D25
300 mm
Penyelesaian
, ( )
Untuk f’c=32 Mpa : β 0,85 0,835
Nilai c ini berada diantara tulangan tarik dan tekan, berarti anggapan (a) diatas benar.
Pemeriksaan regangan pada tulangan tekan :
%,,
ε’ 7 0,003 7 0,003
%,
=
Ts = A' 7 f 981747,704 N
Cc = 0,85f′ a b 0,85 f′ β c b
= 0,85 7 32 7 0,835 c 7 300 6813,6 c
Persamaan keseimbangan gaya: Cc + Cs = Ts
,
6813,6 c 1 589048,2 7
981747,704
Contoh Soal 4
Balok diatas tumpuan sederhana dengan bentang L = 7m dibebani oleh beban mati 10 kN/m
(diluar berat sendiri balok). Beban hidup 15 kN/m dan beban hidup terpusat 60 kN di tengah
bentang. Mutu bahan : f’c = 35 MPa, fy = 400 MPa, E = 200000 MPa. Maka tentukan ukuran
balok agar didapat tulangan rangkap menggunakan diameter tulangan sebesar 25 mm.
Penyelesaian
Menghitung momen ultimit:
Mu = 1,2 M1 1 1,6 M2
= 1,2 7 10 7 7 1 1,6 ' 7 15 7 7 1 7 15 7 7( 262,5 kN. m
, ( )
Untuk f’c = 35 MPa : β1 = 0,85 0,814 ? 0,65 … (Ok)
% %
cb = % &
% &
0,6d
%,,
8,9015bd 328,125 7 10%
,
Maka :
= 0,85f ba d a → a = 0,75a 0,3663d 0,3663 7 400
M1
= 146,52 mm
%,
c = +
,
180 mm
= 0,85 7 35 7 200 7 146,52 400 7 146,52
M1
Selisih momen:
M 347,97 284,85 63,12 kN. m
$
M2 =
karena ε’ > εy, berarti baja tekan telah leleh, sehingga diambil fs’=fy.
%,,
450,857 mm
( ) ( )
A2 = As’ =
Selanjutnya dianalisis ulang kekuatan penampang balok rencana. Dari perhitungan dengan
program Response 2000 diperoleh bahwa momen nominal dari rencana balok adalah :
Mn = 368,9 kN.m > $
347,97 kN. m …… (Ok !)
Contoh Soal 5
Diketahui suatu balok dengan perletakan sederhana dan pembebanan seperti tergambar
berikut. Beban merata yang bekerja : qD = 10 kN/m (tidak termasuk berat sendiri); qL = 10
kN/m. Material yang digunakan : f’c = 30 MPa; fy = 400 MPa; Es = 200000 MPa. Tulangan
menggunakan : Ast = 5D25 (2454 mm2) dan As’= 2 D25 (982 mm2). Selimut beton sebesar 50
mm. Periksa apakah balok tersebut aman atau tidak dalam memikul beban yang bekerja!.
P = 40 kN
As’
500 mm
L=8m Ast
250 mm
Penyelesaian
Perhitungan momen ultimit :
Mu = 1,2 MD + 1,6 ML
= 1,2 10 8 ! 0,25 0,5 24 8 $ ! 1,6 & 10 8 ! 40 8'$
= 380,8 kN.m
Nilai c ini berada diantara tulangan tarik dan tekan, maka anggapan (a) diatas benar.
Pemeriksaan regangan pada tulangan tekan :
,%
ε’ =
7 0,003 ,%
7 0,003
diperoleh : c = 118,352 mm (berada diantara tulangan tarik dan tekan, anggapan benar)
Gambar 10
Bentuk tipikal kerusakan geser
Apabila kekuatan geser terlampaui maka akan terjadi pembesaran retak di ujung yang
menuju ke arah beban luarnya. Kerusakan geser selalu diawali dari sisi tarik balok, karena di
tempat ini kemampuan balok menahan geser diperlemah oleh adanya tarik akibat lentur
(Priyosulistyo, UGM). Kerusakan geser dapat dibedakan kedalam 3 jenis, yaitu :
1. Geser lentur (flexural shear)
2. Geser belah diagonal (diagonal spliting shear)
3. Rusak tumpuan (bearing failure).
dengan Sf < 8,3 Mpa (SNI-03-2847 Pasal 13.1.2). Apabila ada gaya tekan selain geser
maka kemampuan balok menahan geser dapat dihitung melalui persamaan berikut (lihat SNI-
03-2847 Pasal 13.3.1.2) :
3
Vc = +1 1 - % Sf b d (46)
3
dimana dalam MPa. Nu bertanda positif (+) bila gaya aksial tekan dan sebaliknya bertanda
Diameter sengkang umumnya dibatasi ≤ 12 mm, kecuali pada dinding geser yang
diameternya bisa bervariasi sesuai kebutuhan. Tegangan leleh tulangan sengkang juga dibatasi
≤ 400 MPa. Dalam segala hal gaya geser yang harus dipikul oleh sengkang adalah :
4
V ? 4V , maka ukuran balok diubah (lihat SNI-03-2847 Pasal 13.5.6.9)
$
a) bila Vs =
b) bila Vs ≤ 4Vc, tetapi > 2 Vc, maka tulangan sengkang harus dihitung dan jarak sengkang
(s) memenuhi syarat ≤ 300mm dan ≤ d/4 (lihat SNI-03-2847 Pasal 13.5.4.3)
4
c) bila $
U 2V tetapi > Vc, maka tulangan sengkang harus dihitung dan jarak sengkang (s)
memenuhi syarat ≤ 600m dan ≤ d/2 (lihat SNI-03-2847 pasal 13.5.4.1 Pasal 13.5.6.1)
4
U V tetapi ≥ 0,5. Vc, maka hanya diperlukan luas tulangan sengkang minimum
$
d) bila
(lihat SNI-03-1847 Pasal 13.5.5.1) kecuali pada pelat dan fondasi telapak atau plat rusuk,
balok dengan tinggi < 250mm atau < 2,5.t atau < 2,5.bw.
4
4 0,5V, maka tidak perlu diberi tulangan sengkang
$
e) bila
Secara grafik syarat tulangan geser itu dapat dilihat di dalam Gambar 11 berikut.
Gambar 11
Diagram gaya geser balok
Adapun luas tulangan minimum sengkang dapat dihitung menggunakan rumus berikut :
= ൬ ൰
( ) ,
*+
Av (47)
smin = ൬ ൰
*+
( )
tetapi smin ≤ 3 (48)
dengan luas tulangan sengkang: As = A5
Selanjutnya luas tulangan sengkang yang harus dihitung dapat dilakukan menggunakan
persamaan berikut :
,
Vs = (49)
dengan luas tulangan sengkang: As = A5
Apabila tulangan sengkang yang digunakan adalah tulangan serong/miring, maka luas
tulangan tersebut dapat dihitung dengan rumus berikut :
,./01,0
,
Vs = (51)
3). Menggambarkan diagram kemampuan balok beton Vc ke dalam diagram gaya geser
rencana (lihat langkah 1). Pertimbangkan hasil superimposed diagram yang dilakukan
dan akan menghasilkan kategori-1 atau 2 atau 3.
4). Tetapkan diameter tulangan sengkang (umumnya diantara 8mm, 10mm atau 12mm) dan
hitung luasan tulangan sengkang (As), dimana Av = 2 As.
5). Bila dikehendaki tulangan serong/ miring, tetapkan diameter dan luasannya (Am),
dimana Av = Am.
6). Hitung jarak sengkang (s) sesuai dengan rumusan di atas dan periksa terhadap jarak
maksimum yang ditetapkan.
aturan yang berlaku dapat menimbulkan kerusakan getas karena kemampuan geser balok yang
lebih rendah dari pada gaya yang terjadi pada saat momen mencapai ultimit. Menurut
Priyosulistyo, perbaikan terhadap kondisi ini dapat dilakukan dengan menambah tulangan
sengkang geser di luar tulangan yang ada atau menggunakan tambahan bahan khusus seperti
CFRP (carbon fibre reinforced polymer) atau CWRP (Carbon Wrap Reinforced Polymer).
Langkah-langkah yang dilakukan dalam menganalisis geser pada balok adalah sebagai
berikut:
1) Mengitung luasan tulangan sengkang, yaitu : As = 0,25.π.d2, sehingga: Av = 2. As
2) Menghitung kemampuan geser tulangan sengkang (Vs) dengan persamaan:
,
Vs =
Contoh Soal 6
Diketahui suatu balok dengan perletakan sederhana bentang L = 7 m memikul beban hidup qL
18 kN/m dan beban mati qD 15 kN/m. Mutu beton f’c = 32 MPa, mutu tulangan fy = 240
MPa. Diameter tulangan yang digunakan D 25 mm untuk tulangan longitudinal dan ∅10 mm
untuk tulangan geser.
As’
480 mm
L=7 Ast
230 mm
Penyelesaian
Menghitung gaya lintang maks (Vu) yang dipikul balok :
Qu = qD + qL = 15 + 18 = 33 kN/m.
maka :
Vu = 0,5 7 Q " 7 L 0,5 7 33 7 7 115,5 kN
Menghitung gaya lintang maks terfaktor :
File: Tobok SM Aritonang. doc 31
Perencanaan dan Analisis
Balok Beton Bertulang Teknik Sipil Uncen
4 ,
$
154 kN.
,
=
V
3 154 kN
V
V 3 8 V
Daerah x pada gambar diatas merupakan
V 3 93,24 kN
I
daerah dengan penulangan minimum
0,5Vc=46,62 kN II
x
0,5 L = 3500 mm
maka Daerah I (dari x = 3000 mm ke x = 2120 mm) perlu dihitung dengan tulangan sengkang,
sedang Daerah II (sepanjang x = 2120/2 = 1060 mm) cukup diberi tulangan minimum.
As =
7 π 7 10 78,5 mm
Av = 2 A 157 mm
Perhitungan penulangan minimum untuk Daerah II :
√
7
Av =
diperoleh : s = 464 mm
,,
tetapi : s ≤ 492 mm (memenuhi)
bandingkan dengan syarat s, maka dipilih nilai yang terkecil dari : s = 267 mm; s = 600 mm;
atau s = 115 mm, dan yang menentukan adalah s = 115 mm.
Gambar rencana penulangan geser :
∅10-115 mm ∅10-250 mm
Contoh Soal 7
Diketahui suatu balok dengan ukuran penampang: tinggi 650 mm dan lebar 350 mm. Ukuran
tulangan yang digunakan adalah : Tulangan tekan 3 D22, tulangan tarik 5 D22 dan tulangan
tengah/torsi 2∅12. Selimut beton (ds) 40 mm.
Mutu beton f’c = 35 MPa, mutu tulangan fy = 448 MPa untuk tulangan D22, dan fy = 420
MPa untuk tulangan polos ∅12. Modulus elastisitas baja (Es) 200000 MPa. Tulangan
geser/sengkang menggunakan ∅10-200. Maka tentukan berapa kekuatan nominal dari balok
tersebut. Gambar penampang melintang balok :
Penyelesaian
Analisis kekuatan lentur balok
Untuk f’c=35 Mpa : β 0,814
Tinggi efektif (d) = 589 mm
File: Tobok SM Aritonang. doc 33
Perencanaan dan Analisis
Balok Beton Bertulang Teknik Sipil Uncen
Contoh Soal 8
Diketahui suatu balok diatas tumpuan sederhana dengan bentang 5,5 m. Balok tersebut
memikul beban mati tambahan (superimposed) sebesar 15 kN/m (diluar berat sendiri balok),
beban hidup 15 kN/m dan beban hidup terpusat 55 kN di tengah bentang. Maka
rencanakanlah dimensi dan penulangan lentur dan geser dari balok tersebut, bila mutu beton
f’c = 32 MPa, fy tulangan lentur = 400 MPa, fy tulangan geser = 240 MPa dan E = 200000
MPa !!.
55 kN
qL
qD
5,5 m
Penyelesaian
Perhitungan momen ultimit :
Mu = 1,2M1 1 1,2M2 1,2 q1 L 1 1,6 N q2 L 1 PLO
= 1,2 7 15 7 5,5 1 1,6 N 7 15 7 5,5 1 7 55 7 5,5O
% %
0,6d
% & % &
cb =
.,,
8,2993 bd ,
349,765 7 10%
′ √
ρmin =
,
0,00353
Kontrol regangan :
εy
0,002
*
=
,.
εs =
ε ,.
7 0,003 0,0048 ? ε 0,002 (tulangan leleh)
4 %.,.%
$
226,394 kN.
,
=
V
3 226,39 kN
V
V 3 8 V
Daerah x pada gambar diatas merupakan
V 3 106,066 kN
1
daerah dengan penulangan minimum
2
0,5Vc = 53,033 kN
x
0,5 L = 2750 mm
Daerah-1 (dari x = 2750 mm ke x = 1288 mm) perlu dihitung dengan tulangan sengkang,
sedang Daerah-2 (sepanjang x = 1288/2 = 644 mm) cukup diberi tulangan minimum.
As =
7 π 7 12 113,097 mm
Av = 2 A 226,194 mm
Perhitungan penulangan minimum untuk Daerah-2 :
′
Av =
7
√ ,
7
226,194 =
diperoleh : s = 614,182 mm
,%,.,
tetapi : s ≤ 651,438 mm (memenuhi)
diambil s = 300 mm, sehingga tulangan geser untuk Daerah-2 adalah ∅12-300 mm.
bandingkan dengan syarat s, maka dipilih nilai yang terkecil dari : s = 225 mm; s = 600 mm;
maka yang menentukan adalah s = 203,02 mm (dibulatkan jadi 200 mm).
Gambar rencana penulangan geser :
∅12-200 mm ∅12-300 mm
B A
As
A′s
B A
L
(a)
As
be
A′s N.A. d
d N.A.
d′
bw bw
(b) (c)
Gambar 12
Tampak dan potongan balok menerus monolit : (a) tampak balok; (b) penampang
pada perletakan B-B ; (c) penampang pada lapangan A-A (balok T)
(Nawi, 1998)
Selain itu, umumnya lebar sayap pada balok yang boleh diperhitungkan sebagai bagian
dari balok tampang-T/L dibatasi dengan ketentuan berikut (Priyosulistyo, UGM):
a. Plat sayap balok tampang-T/L terhubung dan terangkai dengan balok tampang-T/L
lainnya sehingga terdapat balok tampang-T/L sisi tengah (interior) dan sisi tepi (eksterior),
seperti terlihat pada Gambar 13(a) berikut.
bf bf bf
L0 bw L1 bw L2 bw
Gambar 13 (a)
Balok tampang T/L terhubung
b. Plat sayap balok tampang-T/L tidak terhubung dan terangkai dengan balok tampang-T/L
lainnya, seperti terlihat pada Gambar 12(b).
bf
bw
Gambar 13 (b)
Balok tampang T/L tidak terhubung
sayap. Perhitungan gaya-gaya internal dan momen pada sayap (Mf) dapat dilihat pada Gambar
14 berikut.
bf
t Cf = 0,85.fc’. bf. t
d Mf = Cf.z = Cf. (d - t/2)
d-t/2
Ts = As. fy
bw
Gambar 14
Perhitungan gaya-gaya internal dan momen flens pada balok
dengan blok tekan berada dalam sayap
Posisi atau tinggi blok tertekan dalam sayap (a) dapat dicari dengan membandingkan
harga Mn dengan C d , dimana C 0,85 f . b . a . Selanjutnya tinggi blok tekan beton
tersebut akan didapatkan dari persamaan keseimbangan momen. Dengan demikian luasan
tulangan tarik dapat dihitung dengan menyamakan gaya tekan C 0,85 f . b . a dan gaya
tarik baja T A 7 f , seperti terlihat pada Gambar 15 berikut.
bf
a t Cf = 0,85.fc’. bf. a
d d-a/2 Mf = Cf.z = Cf. (d - a/2)
Ts = As. fy
bw
Gambar 15
Perhitungan gaya-gaya internal dan momen flens pada balok
dengan tinggi blok tekan (a) yang diketahui
3. Membandingkan kemampuan momen nominal sayap (Mf) dan momen rancang eksternal
(Mr = Mu /Ø).
4. Bila Mf > Mr maka letak blok tekan beton (a) di dalam sayap, bila tidak lompat ke butir 7
File: Tobok SM Aritonang. doc 43
Perencanaan dan Analisis
Balok Beton Bertulang Teknik Sipil Uncen
5. Bila blok tekan beton di dalam sayap maka dilakukan letak yang sebenarnya melalui
persamaan keseimbangan momen:
Mr = 0,85 f b a d
7. Bila Mf < Mr maka letak blok beton berada di dalam badan (web)
bf
Cf = 0,85.fc’. bf. t
a t
Cw = 0,85.fc’. bw.(a-t)
d-(t/2)
d-0,5(a+t)
Ts = As. fy
bw
Gambar 16
Perhitungan gaya-gaya internal dan momen flens pada balok
dengan blok tekan pada sayap dan badan
3. Membandingkan kemampuan tekan bagian sayap (Cf) dan kemampuan tarik ultimit
tulangan terpasang (Ts)
Cf = 0,85 f b t
Ts = A f
4. Jika Cf > Ts maka tinggi blok tekan beton (a) terdapat dalam sayap, dan bila sebaliknya
maka perhitungan diteruskan ke butir 8.
5. Menghitung ab sebagai pembanding, yaitu:
%
% &
ab =
6. Bila Cf > Ts, dilakukan perhitungan letak blok beton tekan (a) sesungguhnya melalui
persamaan keseimbangan gaya Cc = Ts, dengan :
Cc = 0,85 f b a
Ts = A f
Dari persamaan keseimbangan akan didapat tinggi blok beton tekan (a), dimana
haruslah: a < t, dan umumnya: a < ab (penulangan daktail atau under reinforced)
7. Momen nominal yang dapat dipikul dihitung dengan persamaan:
Mn = C d 0,85 f b a d
8. Tetapi apabila : Cf < Ts, maka tinggi blok beton tekan a berada pada badan (web)
bf
Cf
a t
d
Cw
d-(t/2)
d-0,5(a+t)
Ts = As. fy
bw
9. Dengan menganggap bahwa tulangan tarik leleh, letak blok beton tekan dapat dihitung
sebagai berikut :
Cw = T C
dimana:
Cw = 0,85 f b x
Cf = 0,85 f b t
selanjutnya nilai x dapat dihitung, diperoleh :
a = x + t , dan : c = a/β
10. Kontrol terhadap anggapan (butir 9) bahwa tulangan tarik sudah leleh :
, ()
εs =
εy
*
=
apabila εs > εy, maka anggapan tadi benar dan proses dapat dilanjutkan.
11. Momen nominal yang dapat dipikul balok dapat dihitung sebagai berikut:
'
= C d 1 C d t 0,5x
Mn
'
= 0,85 f b t d 1 0,85 f x b d t 0,5x
12. Selanjutnya jika diperoleh: εs < εy , berarti tulangan tarik belum leleh, maka anggapan
pada butir 9 salah, sehingga persamaan keseimbangan harus diubah sebagai berikut :
Cc = Ts
Cc = C 1 C 0,85 f b t 1 0,85 f b β c t
, ()
Ts = A E ε A E
Perhitungan selanjutnya akan mendapatkan nilai (c) dalam persamaan kuadrat, dan
tinggi blok tekan beton (a) adalah :
a = β.c , sehingga diperoleh : x = a t
13. Kontrol terhadap anggapan bahwa tulangan tarik belum leleh :
, ()
εs =
jika : εs < εy , maka anggapan sudah benar dan proses dapat dilanjutkan.
14. Momen nominal yang dapat dipikul dapat dihitung sebagai berikut :
'
Mn = C d 1 C d t 0,5x
'
= 0,85 f b t d 1 0,85 f x b d t 0,5x
Contoh Soal 9
Suatu balok interior terangkai memikul momen positif terfaktor oleh beban gravitasi sebesar
250 kN.m (termasuk berat sendiri balok dan pelat). Mutu beton f’c=35 MPa dan mutu baja fy
= 400 MPa. Ukuran balok : 250×500 mm2. Tebal sayap 120 mm. Panjang balok 6 m, dan
jarak melintang antar balok 3,5 m. Maka rencanakan penulangan pada balok tersebut !.
File: Tobok SM Aritonang. doc 46
Perencanaan dan Analisis
Balok Beton Bertulang Teknik Sipil Uncen
t=120 mm
h=500 mm
50 mm
250 mm
Penyelesaian
Menentukan lebar efektif sayap balok interior :
%
≤ 1500 mm
bef
= 2088450000 N.mm
diperoleh : Mf > Mr, berarti letak blok tekan ada di dalam sayap.
Menghitung kedalaman blok tekan (a) di dalam sayap:
Mr = 0,85 f a b d
312500000 = 0,85 7 35 7 a 7 1500 7 450
Contoh Soal 10
Balok interior terangkai memikul momen positif terfaktor sebesar 1200 kN.m (termasuk berat
sendiri balok dan pelat). Mutu beton f’c=20 MPa dan mutu baja fy = 400 MPa. Ukuran balok
400×600 mm2, tebal sayap 120 mm, selimut beton = 50 mm. Panjang balok 6 m, dan jarak
bersih antar balok 2,0 m. Maka rencanakan penulangan pada balok tersebut !.
t=120 mm
h=600 mm
50 mm
400 mm
Penyelesaian
Menentukan lebar efektif sayap balok interior :
%
bef ≤
1500 mm
= 1499400000 N.mm
diperoleh : Mr > Mf , berarti letak blok tekan ada di badan.
Menghitung kedalaman blok tekan seimbang (ab) di dalam sayap:
% % ,
% 330 mm
% & &
ab =
bef = 1500 mm
t Cf
a
x Cw d- 0,5t
d- 0,5(a+t)
50 mm
T
400 mm
Cw = 0,85 f b x
maka :
Mn = C d t 0,5x
600000 = 0,85 7 20 7 400 7 x 7 550 120 0,5x
3400 x 2924000 x 1 600000 0
diperoleh : x = 0,2 mm, maka : a = t 1 x 120,2 mm
Periksa syarat : a 4 0,75 a
0,75 a 0,75 7 330 247,5 mm
diperoleh : a = 120,2 mm < 247,5 mm (OK, underreinforced)
Luas tulangan yang diperlukan dihitung sebagai berikut:
9 &9
As =
Bila digunakan tulangan D25 mm (As1 = 491 mm2 ), maka jumlah tulangan yang diperlukan :
%,
Y 16 tulangan (disusun 3 lapis : 2@6 tulangan+1@4 tulangan)
.
n =
120 mm
600 mm
16 D25
50 mm
50 mm
50 mm
400 mm
Periksa jarak bebas antar tulangan (s), anggap #:#: = 12 mm, maka :
s = (%)
55 mm ? 25 ZZ [\]^]_ Z`a`ZbZ … OK.
,
selanjutnya dari a = 120,2 mm, diperoleh : c =
,
141,176 mm
εy
0,002
*
=
diperoleh : εs > εy … OK !!
Daftar Pustaka
Badan Sertifikasi Nasional, 2002, Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan
Gedung, SNI 03-2847-2002, Bandung.
Dipohusodo, I., 1999, Struktur Beton Bertulang, Berdasarkan SNI T-15-1999-03, Gramedia,
Jakarta.
Nawi, E.G., 1998, Beton Bertulang, Suatu Pendekatan Dasar, terjemahan oleh Suryoatmono,
B., Refika Aditama, Bandung.
Priyosulistyo, H., 2010, Perancangan dan Analisis Struktur Beton Bertulang I, Biro Penerbit
Teknik Sipil dan Lingkungan UGM, Yogyakarta.
Wang, C.K., and Salmon, C.G., 1985, Reinforced Concrete Design, 4th Ed.,Harper & Row
Publisher, Inc. New York.