BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Pekerjaan Pondasi
Pondasi adalah suatu kontruksi pada bagian dasar struktur atau bangunan (sub
struktur) yang berfungsi meneruskan beban dari bagian atas struktur / bangunan (upper
structur) kelapisan tanah dibawahnya tanpa mengakibatkan, keruntuhan geser tanah dan
penurunan (setlemen) tanah / pondasi yang berlebihan (sumber:
http://muchtar.dosen.narotama.ac.id/files/2011/05/M1-Rekayasa- pondasi-2011.pdf).
Beton prategang adalah jenis beton dimana tulangan bajanya ditarik/ditegangkan
terhadap betonnya. Penarikan ini menghasilkan sistem kesetimbangan pada tegangan dalam
yang akan meningkatkan kemampuan beton menahan beban dari luar (Collins & Mitchell,
1991).
Tiang pancang jenis ini terbuat dari beton seperti biasanya. Tiang pancang ini dapat
dibagi dalam 3 macam berdasarkan cara pembuatannya (Bowles, 1991), yaitu:
a. Precast Reinforced Concrete Pile
Precast Reinforced Concrete Pile adalah tiang pancang beton bertulang yang
dicetak dan dicor dalam acuan beton (bekisting) yang setelah cukup keras kemudian diangkat
dan dipancangkan. Karena tegangan tarik beton kecil dan praktis dianggap sama dengan nol,
sedangkan berat sendiri beton besar, maka tiang pancang ini harus diberikan penulangan yang
cukup kuat untuk menahan momen lentur yang akan timbul pada waktu pengangkatan dan
pemancangan. Tiang pancang ini dapat memikul beban yang lebih besar dari 50 ton untuk
setiap tiang, hal ini tergantung pada jenis beton dan dimensinya. Precast Reinforced Concrete
Pile penampangnya dapat berupa lingkaran, segi empat, segi delapan dapat dilihat pada
(Gambar 3.1).
Gambar 3.1 Tiang pancang beton precast concrete pile (Bowles, 1991)
P a g e | 25
Gambar 3.2 Tiang pancang Precast Prestressed Concrete Pile (Bowles, 1991)
c. Cast in Place
Cast in Place merupakan tiang pancang yang dicor ditempat dengan cara membuat
lubang ditanah terlebih dahulu dengan cara melakukan pengeboran. Pada Cast in Place ini
dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu :
1. Dengan pipa baja yang dipancangkan ke dalam tanah, kemudian diisi dengan beton dan
ditumbuk sambil pipa baja tersebut ditarik keatas.
2. Dengan pipa baja yang dipancang ke dalam tanah, kemudian diisi dengan beton sedangkan pipa
baja tersebut tetap tinggal di dalam tanah.
P a g e | 26
sondir mekanis kapasitas 2,5 ton. Pengeboran int dilakukan disatu titik hingga kedalaman 35,5
meter. Pengujian Penetrasi standard mengunakan tiap interval 2 m.
(a) Uji Tes Sondir
Uji tes sondir merupakan alah satu tes yag berfungsi untuk mengetahui letak kedalaman
tanah keras, yang nantinya dapat diperkirakan seberapa kuat tanah tersebut dalam menahan
beban yang di dirikan diatasnya. Data yang di dapatkan dari tes ini berupa besaran gaya
perlawanan dari tanah terhadap konus, serta hambatan pelekat. Hambatan pelekat adalah
perlawanan geser tanah yang bekerja pada selubung bikonus alat sondir dalam gaya per
satuan panjang.
Pada Uji sondir terdapat dua jenis alat dan prinsip kerja yaitu sondir mekanis dan sondir
elektrik. Sedangkan pada pada pengujian pada proyek rumah susun sewa Kab. Sidoarjo
menggunakan prinsip kerja sondir mekanis. Pengujian dilakukan sesuai ASTM D-3441,
dimana pengujian sondir dilakukan higga batas maksimal alat sondir ringan kapasitas 2,5 ton
atau maksimal kedalaman 30 m. Konus yang digunakan dengan luasan penampang 10 cm2
dan luasan selimut 150 cm2. Hasil pengujian sondir berupa kompilasi data bacaan manometer
di lapangan tersaji dalam grafk-grafik sondir yang memperlihatkan pola perlawanan lapisan-
lapisan tanah bawah terhadap penetras bikonus: tahanan ujung (qc), jumlah hambatan pelekat
(TFC), gesekan lokal (fs), dan rasio gesekan (FR), kesemuanya vs kedalaman.
Hasil Penyelidkan Sondir Mekanis
Hasil pengujian menunjukkan adanya perlawanan ujung konus sondir (qc, kg/cm2) dan
rasio gesekan (FR, %) terhadap kedalaman (m) beserta system klasifikasi tanah yang
disampaikan oleh Schmertman (1978) dalam gambar di bawah ini.
P a g e | 28
Berdasarkan hubungan antara tahanan ujung sondir (qc, kg/cm2) dan rasio gesekan
(FR, %), Ketebalan lapisan lempung lunak yang diungkapkan oleh hasil pengujian sondir
mekanis tidak seragam, namun demikian kekuatan lapisan tanah masih menunjukkan trend
yang cukup tipikal. Dalam arti dapat dibedakan suatu lapisan permukaan yang lunak dan
lapisan bawah yang lebih stabil. Batas kedua lapisan ini berbeda antara kedalaman 9 s/d 11m
seperti yang diperlihatkan oleh profile tahanan ujung sondir (qc, kg/cm2). Kondisi lapisan
P a g e | 29
tanah selanjutnya hingga akhir kedalaman pengujian sondir diperkirakan tersusun oleh
lempung teguh (stiff).
Pengujian sondir yang terhenti sebelum mencapai kapasitas alat ataupun belum mencapai
kedalaman 30m, kondisi ini disebabkan oleh kegagalan sistem pengakuran lapisan tanah
permukaan yang disertai dengan rangkaian pipa-pipa sondir pada lapisan tanah amat lunak
dekat permukaan tertekuk, sehingga timbulnya gesekan antara dinding2 dalam pipa-pipa
sondir dengan torak, yang bersama-sama dengan tekanan perlawanan tanah terakumulasi
sebagai perlawanan penetrasi yang besar yang tercatat di dalam pembacaan terakhir
manometer. Untuk mengungkapkan kondisi lapisan dan kekuatan tanah diakhir kedalaman
pengujian sondir, dilakukan pemboran yang disertai dengan uji penetrasi standard.
6. - - >30 Keras
Tabel 1. Hubungan antara NSPT dengan tingkat kepadatan atau konsistensi tanah
(Sumber: Testana Engineering, INC.)
Hasil Uji penetrasi standard (SPT) disampaikan dalam boring log pada lampiran dan
di sederhanakan pada gambar di bawah ini.
lainnya, mengingat dengan penampang yang cukup besar lagi panjang (lebih mampu
menembus lapisan tanah berpasir bahkan lapisan tanah yang tersementasi) maupun diameter
yang dapat divariasikan sesuai dengan kebutuhan pembebanan, dengan demikian tiang bor
dapat dijadikan sebagai pilihan lainnya didalam implementasi pondasi tiang.
Qu = Qp + Qs
dimana :
Qu = kapasitas dukung ultimit tiang, Qp = kapasitas dukung ultimit ujung tiang,
Qs = kapasitas dukung ultimit selimut tiang.
Kontribusi dari masing-masing terhadap kapasitas total tiang dipengaruhi oleh kepadatan,
kuat geser tanah dan karakteristik tiang.
Kapasitas dukung ultimate ujung tiang pracetak merupakan hasil perkalian antara nilai
N-SPT (bpf), luas penampang (Ap) dan jenis tanah (kp), dinyatakan dalam bentuk persamaan
berikut ini.
Qp = (kp x NSPT) x Ap
dimana :
Qp = Kapasitas dukung ultimit ujung tiang (ton), kp = Faktor jenis tanah,
P a g e | 32
= 32 untuk jenis tanah pasir dan 16 untuk jenis tanah lempung lanau bercampur pasir,
= 7 untuk jenis tanah lempung plastis,
NSPT = Nilai SPT pada ujung tiang (bpf), Ap = Luas penampang (m2).
o Perlawanan Selimut (Qs).
Kapasitas dukung ultimit selimut pondasi tiang (Qs) pada tiang pracetak untuk metode tsb.
dapat dituliskan dalam persamaan dibawah ini.
Qs = fs x (L x p)
dimana :
Qs = Kapasitas dukung ultimit selimut tiang (ton), fs = Gesekan selimut tiang (t/m2),
= 0.10 N-SPT untuk batu gamping, pasir berkarang,
= 0.19 N-SPT untuk jenis tanah pasir bersih,
= 0.50 N-SPT untuk jenis tanah lempung plastis,
= 0.40 N-SPT untuk tanah lempung lanau bercampur
pasir dan
L = Panjang tiang (m),
p = Keliling penampang tiang (m).
Hasil Analisa
Ketebalan lapisan lempung cukup lunak yang diungkapkan oleh hasil
penyelidikan tanah tidak cukup seragam, namun demikian pola kekuatan tanah yang
dinyatakan oleh nilai tahanan ujung sondir (qc, kg/cm2) dan N-SPT (bpf) dapat dikatakan
cukup tipikal. Dapat dibedakan ketebalan lapisan lempung lunak dan lapisan tanah
dibawahnya yang lebih stabil, batas kedua lapisan ini berbeda antara kedalaman 9 s/d 11m.
Lebih lanjut stratifikasi lapisan tanah yang diungkapkan oleh penyelidikan tanah dapat
disampaikan sbb. :
o Lapisan 1, tersusun oleh tanah permukaan bercampur dengan tumpukan sampah rumah tangga
setidaknya dijumpai hingga kedalaman ±2.0m,
o Lapisan 2, lebih didominasi oleh lempung berlanau sedikit berpasir berkonsistensi lunak
hingga sedang, yang didapati hingga kedalaman ±9.5m.
o Stratum 3, masih tersusun oleh lempung berlanau dengan konsistensi amat teguh yang
dijumpai hingga kedalaman akhir penyelidikan tanah (±35.5m).
P a g e | 33
Distribusi gesekan selimut tiang (fs, kg/cm2) dan perlawanan ujung pondasi tiang (qp, kg/cm2)
diberikan selengkapnya dalam lampiran , dan diringkaskan berikut ini.
melakukan pengukuran jarak vertial dan horizontal dengan perhitungan secara bersamaan
koordinat proyek, (d) tata letak cepat dan efisien, dan lain sebagainya.
Alat, Bahan dan Pekerja
Alat yang digunakan dalam penentuan titik pengeboran ini diantara sebagai beri
kut.
1) Total Station
Total station merupakan alat pengukur jarak dan sudut (sudut vertikal dan sudut
horizontal) secara otomatis dan dilengkapi dengan chip memori sehingga data bisa
didownload dan diolah. Tujuan dari penggunaaan TS antara lain (a) upaya mengurangi
kesalahan (dari manusia), (b) aksesibilitas ke sistem berbasis komputer, (c) mempercepat
proses, (d) memberikan kemudahan. Namun, dalam penggunaan Total Station ini antara lain,
(a) adanya ketergantungan terhadap sumber tegangan, (b) ketergantungan akan kemampuan
sumber daya manusia, dan (c) biaya lebih mahal daripada alat konvensional lainnya.
Kegunaan dari alat ini sebagai tempat atau dudukan Total Station untuk menunjang
penentuan titik yang dilengkapi dengan 3 kaki dan nivo tabung dan lingkaran. Cara
penggunaannya ialah, membuka tali pengikat statif dan dipasang sedemikian rupa sehingga
ketiga kakinya terbuka (untuk berdiri dengan baik). Penyetingan atau penyetelan statif atau
tripod harus sesuai dengan tinggi orang yang membidik atau menembak.
P a g e | 35
Tripod dalam proyek ini digunakan seagai penyangga atau dudukan total
station.
3) Yalon atau rambu ukur
Yalon atau rambu ukur digunakan untuk membantu total station menentukan jarak
secara optis. Bentuk rambu ukur mirip dengan mistar kayu yang besar, dilengkapi dengan
skala pembacaan tiap sentimeter dan skala besarnya merupakan huruf E. Panjang rambu ukur
ialah tiga meter atau 30 Desimeter. Yang perlu diperhatikan saat penggunaan rambu ukur atau
yalon ini harus tegak lurus terhadap titik yang ditinjau.
P a g e | 36
Yalon adalah…..
4) Kompas
Kompas merupakan alat navigasi yang digunakan untuk mengetahui arah mata angin
berupa sebuah panah penunjuk magnetis yang bebas menyelaraskan dirinya dengan medan
magnet bumi secara akurat dan digunakan sebagai penunjuk arah yang digunakan untuk
patokan arah TS (Total Station).
5) Roll meter
Roll meter merupakan suatu alat yang digunakan untuk mengukur panjang suatu
lintasan, ketebalan suatu batuan, atau ketebalan suatu lapisan, serta titik kordinat ke detail pile
yang direncanakan. Dengan skala atau ukuran standartnya dengan ketelitian 0,1.
Tali rafia digunakan untuk penanda titik yang akan dipancang. Bahan ini dikaitkan
pada paku supaya paku terlihat jelas.
Pekerja yang digunakan pada penentuan titik koordinat ini ada dua pekerja yaitu, satu
surveyor yang bertugas mengarahkan pekerja menurut data pada total station dan pekerja
satunya bertugas untuk memegang prisma mengikuti arahan surveyor.
Prosedur Pelaksanaan
Untuk tahap pelaksanaan di lapangan atur total station dengan mengarah ke utara atau
ke titik koordinat utama yang sebagai patokan. Buka data yang ada dalam total station yang
sebelumnya telah diconvert.
Cocok titik koordinat di dalam total station dengan gambar rencana pondasi sehingga
mempermudah penembakan titik pile. Yalon/ rambu ukur ditempatkan tegak lurus dan
jaraknya dengan total station di sekitar area yang akan di tempak, seseorang pekerja yang
bertugas memegang yalon/ rambu ukur menyesuaikan arahan oleh surveyor total station
sehingga titik korordinat didapatkan sesuai total station. Titik yang sudah ditentukan diberi
P a g e | 39
tanda paku yang sudah diikat benang rafia, agar pada saat proses pemancangan paku dapat
terlihat.
Pekerjaan pemancangan pada proyek ini ada 290 titik pancang. Tiang pancang yang
digunakan merupakan hasil pabrikan yang dipesan dari PT. ABIPRAYA BETON.
Karakteristik tiang pancang yang dipakai berbentuk segi emapat (Square Pile). Tiang
pancang yang digunakan mempunyai ukuran luasan 30x30 cm, panjang total 18 m, panjang
perbagian 9 m dan 9 m. Pendistribusin tiang pancang ini dilakukan menggunakan traler,
waktunya sekitar pukul 15.00 – 22.00 WIB.
Pekerjaan pemancangan ini menggunakan jack –in pile, karena melihat dari lokasinya
pekerjaan menggunakan alat ini memiliki banyak keuntungan, seperti bebas dari kebisingan,
getaran, dan polusi. Alat pancang ini cocok digunakan di daerah perkotaan atau daerah padat
penduduk, sehingga aman untuk penduduk di sekitar proyek.
Adapun hambatan yang ditemukan dalam proses pelaksanaan pekerjaan pemancangan
ini adalah sebagai berikut.
- Lokasi sempit sedangkan alat pancang besar membuat perpindahan alat lambat.
- Presure atau tekanan dilakukan secara bertahap karena jika dilakukan secara langsung dapat
menyebabkan kerusakan pada bangunan sekitar.
P a g e | 40
Alat
Keunggulan teknologi hidrolik sistem ini yang ditinjau dari beberapa segi, antara lain
adalah :
1. Bebas getaran
Bila suatu proyek yang akan dikerjakan berdampingan dengan bangunan, pabrik atau instansi
yang sarat akan peralatan instrumentasi yang sedang bekerja, maka teknologi hydraulic
jacking system ini akan menyelesaikan masalah wajib bebas getaran terhadap instalasi yang
ada tersebut.
2. Bebas pengotoran lokasi kerja dan udara serta bebas dari kebisingan
Teknologi pemancangannya bersih dari asap dan partikel debu (jika menggunakan drop
hammer) serta bebas dari unsur berlumpur (jika menggunakan bore piles).
Karena sistem ini juga tidak bising akibat suara pukulan pancang (seperti pada drop
hammer), maka untuk lokasi yang membutuhkan ketenangan seperti rumah sakit, sekolah dan
bangunan di tengah kota, teknologi ini tidak akan membuat lingkungan sekitarnya terganggu.
hydraulic jacking system ini juga disebut dengan teknologi berwawasan lingkungan
(environment friendly).
3. Daya dukung aktual pertiang diketahui
Seperti kita ketahui bahwa kondisi tanah asli di bawah pondasi yang akan dibangun
umumnya terdiri dari lapisan – lapisan yang berbeda ketebalannya, jenis tanah maupun daya
dukungnya. Dengan hydraulic jacking system, daya dukung setiap tiang dapat diketahui dan
dimonitor langsung dari manometer yang dipasang pada peralatan hydraulic jacking system
sepanjang proses pemancangan berlangsung.
4. Harga yang ekonomis
Teknologi hydraulic jacking ini tidak memerlukan pemasangan tulangan ekstra penahan
impack pada kepala tiang seperti pada tiang pancang umumnya. Disamping itu, dengan sistem
pemancangan yang simpel dan cepat menyebabkan biaya operasional yang lebih hemat.
5. Lokasi kerja yang terbatas
Dengan tinggi alat yang relatif rendah, hydraulic jacking system ini dapat digunakan pada
basement, ground floor atau lokasi kerja yang terbatas, Alat hydraulic jacking system ini
dapat dipisahkan menjadi beberapa komponen sehingga memudahkan untuk dapat dibawa
masuk atau keluar lokasi kerja.
Kekurangan dari teknologi, hydraulic jacking system antara lain adalah :
1. Apabila terdapat batu atau lapisan tanah keras yang tipis pada ujung tiang yang ditekan, maka
hal tersebut akan mengakibatkan kesalahan pada saat pemancangan.
P a g e | 42
2. Sulitnya mobilisasi alat pada daerah lunak ataupun pada daerah berlumpur (biasanya pada areal
tanah timbunan).
3. Karena hydraulic jacking ini mempunyai berat sekitar 360 ton dan saat permukaan tanah yang
tidak sama daya dukungnya, maka hal tersebut akan dapat mengakibatkan posisi alat pancang
menjadi miring bahkan tumbang. Kondisi ini akan sangat berbahaya terhadap keselamatan
pekerja.
4. Pergerakan alat hydraulic jacking ini sedikit lambat, proses pemindahannya relatif lama untuk
pemancangan titik yang berjauhan.
Spesifikasi dari alat ini sebagai berikut.
Model : ZYJ320
2) Kawat Seling
P a g e | 43
Kawat seling digunakan untuk mengikat tiang pancang yang beban biasanya mencapai
ratuasan atau bahkan ribuan kiloggram.
Pekerja
Pekerja dalam pekerjaan ini dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok hidraulyc
injection silent pile dan mobil crane . Pekerja yang dibutuhkan dalam kelompok hidraulyc
injection silent pile adalah satu pekerja dibagian operator,
dua pengawas alat sisi kanan dan kiri, dua pekerja bagian pelaksanaan penempatan tiang
pancang pada mesin. Kelopok mobil crane membutuhkan tiga pekerja, satu untuk operator
dan dua untuk pemasang tiang pancang di crane tersebut.
Prosedur Pelaksanaan Pekerjaan
Gambar 3.20 Penempatan tiang pancang dekat pada lokasi titik pemancangan
Pengangkatan tiang pancang menggunakan mobil crane dengan melilitkan kawat seling pada
tiang pancang. Lalu tiang pancang akan diarahkan pada mesin hydraulic untuk dimulai
pemancangan pada titik yang sudak ditentukan.
Untuk metode jack in pile ini tidak diperlukan lagi loading test, karena presure pada
alat pancang langsung dapat memperhatikan daya dukung static axial setelah tiang pancang
terpancang. Pembacaan dari presure/ tekanan pada hidraulyc ini seberapa pancang yang
masuk ke dalam tanah. Jika penekanan sudah mengalami maksimal biasanya ditandai dengan
terangkatnya dongkrak kedua sisi dari mesin ini.
Kawat las yang digunakan ialah merk ESAB 013. Dengn jumlah kawat satu packnya
96 batang. Proses penyambungan satu pancang membutuhkan sekitar 20 kawat las.
c. Pekerja
Pada pekerjaan penyambungan tiang pancang, melibatkan tiga pekerja antara lain dua
pekerja yang bertugas sebagai tukang las, da satu pekerja yang bertugas suntuk mengawasi
Pelaksanaan pekerjaan
Sebelum melakukan penyambungan tiang pancang alat dan bahan dipersiapkan dan
diperiksa kembali dalam kondisi baik atau tidak. Secara garis besar prose palaksanaan
penyambungan sebagai berikut.
a. Penyambungan dilakukan ketika pemancangan mendekati 8 m masih masuk ke dalam
tanah.
e. Untuk mempercepat proses pengelasan dalam proyek rusunawa menggunakan 2 alat las dan 2
tenaga las.
f. Pengelasan dilakukan membutuhkan waktu kurang lebih 2-3 menit.
b.
P a g e | 52
250
Jumlah titik pancang
200
150
100
50
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
kalender kerja
di lapangan schedule
pancang terhindar dari korosi. Proseses penyambungan/ pengelasan berlangsung selama 2-4
menit.
3.1.6 Ulasan
Ulasan dilakukan dengan membandingkan antara pekerjaan pemancangan yang telah
dikerjakan dilapangan, dengan SNI 2847: 2013.
a. Menurut SNI Pasal 21.12.4.1. “Ketentuan- ketentuan dari 21.12.4 berlaku untuk tiang
fondasi, pier, dan cission beton yang menumpu struktur yang didesain untuk ketahanan
gempa.” Menurut perencanaan tiang pancang telah didesain sedemikan rupa sesuai dengan
dengan SNI.
b. Menurut SNI Pasal 21.12.4.2 “Tiang fondasi, pier, dan caisson yang menahan beban tarik
harus memiliki tulangan longitudinal menerus sepanjang panjang yang menahan gaya tarik
desain. Tulangan longitudinal harus didetail untuk menyalurkan gaya tarik dalam per ke
komponen struktur yang ditumpu.” Menurut perencanaan tiang pancang telah didesain
sedemikan rupa sesuai dengan dengan SNI
c. Menurut SNI Pasal 21.12.4.4. “Tiang fondasi, pier, atau caissons harus memiliki tulangan
transversal sesuai dengan 21.6.4.4 di lokasi-lokasi (a) dan (b): (a) Pada sisi atas komponen
struktur untuk paling sedikit 5 kali dimensi penampang komponen struktur, tetapi tidak
kurang dari 1,8 dibawah sisi bawah poer, (b) Untuk bagian iang fondasi dalam tanah yang
tidak mampu menyediakan tumpuan lateral, atau dalam udara dan air, sepanjang panjang tak
tertumpu keseuruhan ditambah panjang yang disyaratkan dalam 2.12.4.4(a).” Menurut
perencanaan tiang pancang telah didesain sedemikan rupa sesuai dengan dengan SNI
P a g e | 54
P a g e | 55
P a g e | 56
P a g e | 57
P a g e | 58
P a g e | 59
P a g e | 60
P a g e | 61
P a g e | 62
P a g e | 63