Anda di halaman 1dari 40

P a g e | 24

BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Pekerjaan Pondasi
Pondasi adalah suatu kontruksi pada bagian dasar struktur atau bangunan (sub
struktur) yang berfungsi meneruskan beban dari bagian atas struktur / bangunan (upper
structur) kelapisan tanah dibawahnya tanpa mengakibatkan, keruntuhan geser tanah dan
penurunan (setlemen) tanah / pondasi yang berlebihan (sumber:
http://muchtar.dosen.narotama.ac.id/files/2011/05/M1-Rekayasa- pondasi-2011.pdf).
Beton prategang adalah jenis beton dimana tulangan bajanya ditarik/ditegangkan
terhadap betonnya. Penarikan ini menghasilkan sistem kesetimbangan pada tegangan dalam
yang akan meningkatkan kemampuan beton menahan beban dari luar (Collins & Mitchell,
1991).
Tiang pancang jenis ini terbuat dari beton seperti biasanya. Tiang pancang ini dapat
dibagi dalam 3 macam berdasarkan cara pembuatannya (Bowles, 1991), yaitu:
a. Precast Reinforced Concrete Pile
Precast Reinforced Concrete Pile adalah tiang pancang beton bertulang yang
dicetak dan dicor dalam acuan beton (bekisting) yang setelah cukup keras kemudian diangkat
dan dipancangkan. Karena tegangan tarik beton kecil dan praktis dianggap sama dengan nol,
sedangkan berat sendiri beton besar, maka tiang pancang ini harus diberikan penulangan yang
cukup kuat untuk menahan momen lentur yang akan timbul pada waktu pengangkatan dan
pemancangan. Tiang pancang ini dapat memikul beban yang lebih besar dari 50 ton untuk
setiap tiang, hal ini tergantung pada jenis beton dan dimensinya. Precast Reinforced Concrete
Pile penampangnya dapat berupa lingkaran, segi empat, segi delapan dapat dilihat pada
(Gambar 3.1).

Gambar 3.1 Tiang pancang beton precast concrete pile (Bowles, 1991)
P a g e | 25

b. Precast Prestressed Concrete Pile


Tiang pancang Precast Prestressed Concrete Pile adalah tiang pancang beton yang
dalam pelaksanaan pencetakannya sama seperti pembuatan beton prestess, yaitu dengan
menarik besi tulangannya ketika dicor dan dilepaskan setelah beton mengeras seperti dalam
(Gambar3.2). Untuk tiang pancang jenis ini biasanya dibuat oleh pabrik yang khusus
membuat tiang pancang, untuk ukuran dan panjangnya dapat dipesan langsung sesuai dengan
yang diperlukan.

Gambar 3.2 Tiang pancang Precast Prestressed Concrete Pile (Bowles, 1991)

c. Cast in Place
Cast in Place merupakan tiang pancang yang dicor ditempat dengan cara membuat
lubang ditanah terlebih dahulu dengan cara melakukan pengeboran. Pada Cast in Place ini
dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu :
1. Dengan pipa baja yang dipancangkan ke dalam tanah, kemudian diisi dengan beton dan
ditumbuk sambil pipa baja tersebut ditarik keatas.
2. Dengan pipa baja yang dipancang ke dalam tanah, kemudian diisi dengan beton sedangkan pipa
baja tersebut tetap tinggal di dalam tanah.
P a g e | 26

Tiang pancang Cast in place pile


(Sardjono, 1991)

Pemasangan tiang pancang menggunakan beton pracetak dan prategang ini


ditujukan agar mampu menahan beban konstruksi di atasnya dengan maksimal. Karena telah
diketahui bahwa daerah lokasi pembangunan proyek merupakan bekas tempat pembuangan
akhir dan memiliki daya dukung atanah yang buruk. Jika pondasi tidak mampu menahan
beban, maka bangunan akan mengalami penurunan/settlement.
Pekerjaan peancangan pada Rumah Susun Sewa Kab. Sidoarjo terdapat beberapa
tahap yaitu :
1. Pekerjaan persiapan
2. Penentuan titik
3. Proses pemancangan
Adapun tahapan pekerjaan pemancangan pada Rumah Susun Sewa Kab. Sidoarjo
akan diuraikan sebagai berikut :
3.1.1 Pekerjaan Persiapan Pemancangan
3.1.1.1 Lingkup Pekerjaan
Persiapan pemancangan dilakukan dengan melakukan penyelidikan tanah (soil
investigation) yang bertujuan untuk mengetahui daya dukung tanah yang akan di tempati
bangunan. Uji tes tanah yang dilakukan menggunakan 3 metode pengujian yaitu (a)uji tes
sondir, (b) Pemboran inti (core drilling) dan (c) Uji Penetrasi Standard.
Tujuan dari ketiga uji tanah tersebut adalah untuk mengetahui kekuatan dan kondisi
lapisan-lapisan tanah bawah lokasi, dan sebagai informasi untuk perencana struktur pondasi
pada bangunan rumah susun sewa 5lantai. Pengujian sondir dilakukan di dua titik dengan
P a g e | 27

sondir mekanis kapasitas 2,5 ton. Pengeboran int dilakukan disatu titik hingga kedalaman 35,5
meter. Pengujian Penetrasi standard mengunakan tiap interval 2 m.
(a) Uji Tes Sondir
Uji tes sondir merupakan alah satu tes yag berfungsi untuk mengetahui letak kedalaman
tanah keras, yang nantinya dapat diperkirakan seberapa kuat tanah tersebut dalam menahan
beban yang di dirikan diatasnya. Data yang di dapatkan dari tes ini berupa besaran gaya
perlawanan dari tanah terhadap konus, serta hambatan pelekat. Hambatan pelekat adalah
perlawanan geser tanah yang bekerja pada selubung bikonus alat sondir dalam gaya per
satuan panjang.
Pada Uji sondir terdapat dua jenis alat dan prinsip kerja yaitu sondir mekanis dan sondir
elektrik. Sedangkan pada pada pengujian pada proyek rumah susun sewa Kab. Sidoarjo
menggunakan prinsip kerja sondir mekanis. Pengujian dilakukan sesuai ASTM D-3441,
dimana pengujian sondir dilakukan higga batas maksimal alat sondir ringan kapasitas 2,5 ton
atau maksimal kedalaman 30 m. Konus yang digunakan dengan luasan penampang 10 cm2
dan luasan selimut 150 cm2. Hasil pengujian sondir berupa kompilasi data bacaan manometer
di lapangan tersaji dalam grafk-grafik sondir yang memperlihatkan pola perlawanan lapisan-
lapisan tanah bawah terhadap penetras bikonus: tahanan ujung (qc), jumlah hambatan pelekat
(TFC), gesekan lokal (fs), dan rasio gesekan (FR), kesemuanya vs kedalaman.
Hasil Penyelidkan Sondir Mekanis
Hasil pengujian menunjukkan adanya perlawanan ujung konus sondir (qc, kg/cm2) dan
rasio gesekan (FR, %) terhadap kedalaman (m) beserta system klasifikasi tanah yang
disampaikan oleh Schmertman (1978) dalam gambar di bawah ini.
P a g e | 28

Berdasarkan hubungan antara tahanan ujung sondir (qc, kg/cm2) dan rasio gesekan
(FR, %), Ketebalan lapisan lempung lunak yang diungkapkan oleh hasil pengujian sondir
mekanis tidak seragam, namun demikian kekuatan lapisan tanah masih menunjukkan trend
yang cukup tipikal. Dalam arti dapat dibedakan suatu lapisan permukaan yang lunak dan
lapisan bawah yang lebih stabil. Batas kedua lapisan ini berbeda antara kedalaman 9 s/d 11m
seperti yang diperlihatkan oleh profile tahanan ujung sondir (qc, kg/cm2). Kondisi lapisan
P a g e | 29

tanah selanjutnya hingga akhir kedalaman pengujian sondir diperkirakan tersusun oleh
lempung teguh (stiff).
Pengujian sondir yang terhenti sebelum mencapai kapasitas alat ataupun belum mencapai
kedalaman 30m, kondisi ini disebabkan oleh kegagalan sistem pengakuran lapisan tanah
permukaan yang disertai dengan rangkaian pipa-pipa sondir pada lapisan tanah amat lunak
dekat permukaan tertekuk, sehingga timbulnya gesekan antara dinding2 dalam pipa-pipa
sondir dengan torak, yang bersama-sama dengan tekanan perlawanan tanah terakumulasi
sebagai perlawanan penetrasi yang besar yang tercatat di dalam pembacaan terakhir
manometer. Untuk mengungkapkan kondisi lapisan dan kekuatan tanah diakhir kedalaman
pengujian sondir, dilakukan pemboran yang disertai dengan uji penetrasi standard.

(b) Uji Penetrasi Stadard


Uji penetrasi standard merupakan ujii unuk memperoleh informasi jenis dan kekuatan
tanah dari suatu lapisan bawah permukaan tanah. Tujuan dari uji ini adala untuk menentukan
kepadatan relatif lapisan dari tanah dengan pengambilan contoh tanah dengan tabung,
sehingga jenis tanah dan ketebalan setiap lapisan tanah dapat diketahui.
Uji penetrasi standard (SPT) dilakukan setiap 2 meter pada lubang pemboran untuk
memperoleh N-Value dari tanah-tanah terganggu yang representatif dikedalaman yang telah
ditentukan. Uji penetrasi standard dihentikan jika bcaan N1 atau N2 atau jumlah pukulan SPT,
N2 + N3 telah mencapai nilai 50. Kepadatan atau konsistensi tanah yang dinyatakan nilai N
hasil pengujian penetrasi standard (SPT) dapat mengunakan hubungan yang di sampaikan
oleh Terzaghi dan Peck (1948).
Tanah berbutir kasar Tanah berbutir halus
No
N-SPT (Bpf) Kepadatan N-SPT (Bpf) Konsistensi
1. <4 Amat lepas <2 Sangat lunak

2. 4 ~10 Lepas 2 4 Lunak

3. 10 ~ 30 Agak padat 4 8 Sedang (medium)

4. 30 ~ 50 Padat 8 15 Teguh (stiff)

5. >50 Amat padat 15 30 Amat teguh

6. - - >30 Keras

Tabel 1. Hubungan antara NSPT dengan tingkat kepadatan atau konsistensi tanah
(Sumber: Testana Engineering, INC.)

Hasil Penyelidikan Tanah


P a g e | 30

Hasil Uji penetrasi standard (SPT) disampaikan dalam boring log pada lampiran dan
di sederhanakan pada gambar di bawah ini.

(Sumber: Testana Engineering, INC.)


Spesifikasi lapisan tanah yang di ungkapkan dari hasil pemboran ini memperlihatkan
keseragaman hasil dengan sondir, dimana kondisi lapisan tanah pada kedalaman akhir
pengujian sondir tersusun oleh lempung berkonsistensi teguh.
Pemilihan Jenis Pondasi
Dengan mempertimbangkan kondisi pembebanan struktur bangunan bertingkat 5
lantai yang diperkirakan cukup berat serta melihat pelapisan tanah didekat permukaan lebih
didominasi oleh lempung berlanau dengan konsistensi tanah yang cenderung lunak dan
memiliki kekuatan yang amat terbatas, dikaji penggunaan pondasi pracetak dan tiang bor.
Untuk mengantisipasi potensi masalah getaran yang dapat merusakkan bangunan
tetangga yang berdekatan (bilamana ada), maka dalam pelaksanaan dipertimbangkan dengan
sistem jacking. Pondasi tiang bor dapat juga digunakan sebagai alternatif pondasi tiang
P a g e | 31

lainnya, mengingat dengan penampang yang cukup besar lagi panjang (lebih mampu
menembus lapisan tanah berpasir bahkan lapisan tanah yang tersementasi) maupun diameter
yang dapat divariasikan sesuai dengan kebutuhan pembebanan, dengan demikian tiang bor
dapat dijadikan sebagai pilihan lainnya didalam implementasi pondasi tiang.

Perhitungan Daya Dukung Aksial


Kapasitas dukung pondasi tiang dianalisa dengan menggunakan rumus umum
yang diperoleh dari penjumlahan tahanan ujung (Qp) dan tahanan selimut (Qs) tiang, dengan
formulanya disajikan pada persamaan sbb. :

Qu = Qp + Qs

dimana :
Qu = kapasitas dukung ultimit tiang, Qp = kapasitas dukung ultimit ujung tiang,
Qs = kapasitas dukung ultimit selimut tiang.
Kontribusi dari masing-masing terhadap kapasitas total tiang dipengaruhi oleh kepadatan,
kuat geser tanah dan karakteristik tiang.

Perhitungan Kapasitas Dukung Untuk Pondasi Tiang Pracetak


Perhitungan kapasitas dukung untuk pondasi tiang pracetak dianalisa berdasarkan
metode yang disampaikan oleh Schmertmann (1967), yakni dengan menggunakan data N-
SPT (bpf), diuraikan dibawah ini.

o Perlawanan Ujung (Qp).

Kapasitas dukung ultimate ujung tiang pracetak merupakan hasil perkalian antara nilai
N-SPT (bpf), luas penampang (Ap) dan jenis tanah (kp), dinyatakan dalam bentuk persamaan
berikut ini.

Qp = (kp x NSPT) x Ap

dimana :
Qp = Kapasitas dukung ultimit ujung tiang (ton), kp = Faktor jenis tanah,
P a g e | 32

= 32 untuk jenis tanah pasir dan 16 untuk jenis tanah lempung lanau bercampur pasir,
= 7 untuk jenis tanah lempung plastis,
NSPT = Nilai SPT pada ujung tiang (bpf), Ap = Luas penampang (m2).
o Perlawanan Selimut (Qs).

Kapasitas dukung ultimit selimut pondasi tiang (Qs) pada tiang pracetak untuk metode tsb.
dapat dituliskan dalam persamaan dibawah ini.

Qs = fs x (L x p)

dimana :
Qs = Kapasitas dukung ultimit selimut tiang (ton), fs = Gesekan selimut tiang (t/m2),
= 0.10 N-SPT untuk batu gamping, pasir berkarang,
= 0.19 N-SPT untuk jenis tanah pasir bersih,
= 0.50 N-SPT untuk jenis tanah lempung plastis,
= 0.40 N-SPT untuk tanah lempung lanau bercampur
pasir dan
L = Panjang tiang (m),
p = Keliling penampang tiang (m).
Hasil Analisa
Ketebalan lapisan lempung cukup lunak yang diungkapkan oleh hasil
penyelidikan tanah tidak cukup seragam, namun demikian pola kekuatan tanah yang
dinyatakan oleh nilai tahanan ujung sondir (qc, kg/cm2) dan N-SPT (bpf) dapat dikatakan
cukup tipikal. Dapat dibedakan ketebalan lapisan lempung lunak dan lapisan tanah
dibawahnya yang lebih stabil, batas kedua lapisan ini berbeda antara kedalaman 9 s/d 11m.
Lebih lanjut stratifikasi lapisan tanah yang diungkapkan oleh penyelidikan tanah dapat
disampaikan sbb. :

o Lapisan 1, tersusun oleh tanah permukaan bercampur dengan tumpukan sampah rumah tangga
setidaknya dijumpai hingga kedalaman ±2.0m,
o Lapisan 2, lebih didominasi oleh lempung berlanau sedikit berpasir berkonsistensi lunak
hingga sedang, yang didapati hingga kedalaman ±9.5m.
o Stratum 3, masih tersusun oleh lempung berlanau dengan konsistensi amat teguh yang
dijumpai hingga kedalaman akhir penyelidikan tanah (±35.5m).
P a g e | 33

Distribusi gesekan selimut tiang (fs, kg/cm2) dan perlawanan ujung pondasi tiang (qp, kg/cm2)
diberikan selengkapnya dalam lampiran , dan diringkaskan berikut ini.

Tabel 2. Daya dukung pondasi tiang (Sumber: Testana Engineering, INC.)


Catatan : kedalaman tiang usulan yang tersaji mulai dari permukaan tanah eksisting, pada
saat penyelidikan tanah berlangsung dan panjang tiang serta kapasitas dukungnya perlu
dikoreksi bilamana terdapat perubahan level muka tanah, misalnya oleh pekerjaan
penggalian/ penimbunan.
Karena pada saat penyelidikan dilapangan berlangsung elevasi tanah masih dalam
keadaan asli maka perlu adanya koreksi panjang dan kapasitas. Karena adanya proses
pengurukan tanah dengan ketebalan 30 cm dan perlunya pemotongan tiang sepanjang 50 cm
untuk pemasangan pile cap dengan itu ditetapkan tiang panjang dengan panjang 18 meter.
Pemilihan tiang pancang dengan kedalaman 18 m karena pada statum/ lapisan tanah
ketiga tersusun oleh lempung berlanau dengan konsistensi yang amat teguh. Jadi tidak
diragukan bila pemancangan dilakukan denga kedalaman sekian.

3. 1.2 Pekerjaan Penentuan Titik

3.1.2.1 Lingkup Pekerjaan


Penentuan titik koordinat tiang pancang merupakan pekerjaa sangat penting agar
tidak terjadi kesalahan letak saat memancang. Alat yang digunakan dalam penentuan titik
koordinat tiang pancang ini adalah Total Station (TS). Alat ini digunakan dalam proyek ini
dikarenakan mempunyai beberapa keuntungan, diantaranya (a) pengumpulan informasi relatif
cepat, (b) beberapa survei dapat dilakukan pada satu lokasi set-up, (c) mudah untuk
P a g e | 34

melakukan pengukuran jarak vertial dan horizontal dengan perhitungan secara bersamaan
koordinat proyek, (d) tata letak cepat dan efisien, dan lain sebagainya.
Alat, Bahan dan Pekerja
Alat yang digunakan dalam penentuan titik pengeboran ini diantara sebagai beri

kut.
1) Total Station
Total station merupakan alat pengukur jarak dan sudut (sudut vertikal dan sudut
horizontal) secara otomatis dan dilengkapi dengan chip memori sehingga data bisa
didownload dan diolah. Tujuan dari penggunaaan TS antara lain (a) upaya mengurangi
kesalahan (dari manusia), (b) aksesibilitas ke sistem berbasis komputer, (c) mempercepat
proses, (d) memberikan kemudahan. Namun, dalam penggunaan Total Station ini antara lain,
(a) adanya ketergantungan terhadap sumber tegangan, (b) ketergantungan akan kemampuan
sumber daya manusia, dan (c) biaya lebih mahal daripada alat konvensional lainnya.

Gambar 3.4 Total Station


Total station dalam ini proyek digunakan sebagai penentu titik koordinat tiang
pancang. Karena mudah untuk melakukan pengukuran jarak vertial dan horizontal dengan
perhitungan secara bersamaan koordinat proyek.
2) Tripod atau statif

Kegunaan dari alat ini sebagai tempat atau dudukan Total Station untuk menunjang
penentuan titik yang dilengkapi dengan 3 kaki dan nivo tabung dan lingkaran. Cara
penggunaannya ialah, membuka tali pengikat statif dan dipasang sedemikian rupa sehingga
ketiga kakinya terbuka (untuk berdiri dengan baik). Penyetingan atau penyetelan statif atau
tripod harus sesuai dengan tinggi orang yang membidik atau menembak.
P a g e | 35

Gambar 3.5 Kaki Tiga atauTripod

Tripod dalam proyek ini digunakan seagai penyangga atau dudukan total
station.
3) Yalon atau rambu ukur

Yalon atau rambu ukur digunakan untuk membantu total station menentukan jarak
secara optis. Bentuk rambu ukur mirip dengan mistar kayu yang besar, dilengkapi dengan
skala pembacaan tiap sentimeter dan skala besarnya merupakan huruf E. Panjang rambu ukur
ialah tiga meter atau 30 Desimeter. Yang perlu diperhatikan saat penggunaan rambu ukur atau
yalon ini harus tegak lurus terhadap titik yang ditinjau.
P a g e | 36

Gambar 3.6. Yalon atau rambu ukur

Yalon adalah…..
4) Kompas

Kompas merupakan alat navigasi yang digunakan untuk mengetahui arah mata angin
berupa sebuah panah penunjuk magnetis yang bebas menyelaraskan dirinya dengan medan
magnet bumi secara akurat dan digunakan sebagai penunjuk arah yang digunakan untuk
patokan arah TS (Total Station).

5) Roll meter

Roll meter merupakan suatu alat yang digunakan untuk mengukur panjang suatu
lintasan, ketebalan suatu batuan, atau ketebalan suatu lapisan, serta titik kordinat ke detail pile
yang direncanakan. Dengan skala atau ukuran standartnya dengan ketelitian 0,1.

Gambar 3.8 Rol Meter


Dalam proyek ini roll meter digunakan sebagai…..
Bahan
Bahan yang digunakan dalam penentuan titik koordinat tiang pancang adalah sebagai
berikut.
1) Patok
Digunakan untuk menandai titik yang sudah ditembak menggunakan TS (Total
Station) untuk mempermudah tempat pengeboran pile. Patok yang digunakan di proyek ini
adalah paku.
2) Tali Rafia
P a g e | 37

Tali rafia digunakan untuk penanda titik yang akan dipancang. Bahan ini dikaitkan
pada paku supaya paku terlihat jelas.

Gambar 3.9 Tali Rafia


Tali raffia yang diikatkan pada paku yang di tancapkan pada tanah tersebut merupakan
sebagai penanda titik tiang pancang yang akan dipancang.
Pekerja

Pekerja yang digunakan pada penentuan titik koordinat ini ada dua pekerja yaitu, satu
surveyor yang bertugas mengarahkan pekerja menurut data pada total station dan pekerja
satunya bertugas untuk memegang prisma mengikuti arahan surveyor.

Prosedur Pelaksanaan

Pekerjaan penentuan titik pemancangan pada proyek pembangunan Rumah Susun


Sewa Wilayah Sidoarjo meliputi pekerjaan sebagai berikut.

a. Tahap penyesuaian di lapangan dan perencanaan


Dalam tahap ini terlebih dahulu menyesuaikan titik kordinat rencana pile yang
dibutuhkan bngunan dengan titik koordinat yang ada di lapngan, dengan menggunakan
bantuan software diantaranya autocad maupun yang lainnya. Data yang telah di convert atau
di overlay, setetlah data selesai diubah data dimasukkan ke total station sehingga
mempermudah dalam menembak atau menentukan titik pengeboran di lapangan.

b. Tahap penyetingan Total station


P a g e | 38

Tahap penembakan atau penentuan titik koordinat di lapangan untuk rencana


pengeboran dan pemancangan dengan cara mendirikan statif/ tripod disalah satu pojok area
lahan dengan menyesuaikan ketinggian elevasi tanah dan memasang total station di atas
statif/ tripod, kemudian putar ekrup pengunci pada statif/ tripod yang mengikat dengan total
station.
Atur keseimbangan statif dan total station yang terdapat pada alat, dengan mivo
tabung dan lingkaran. Mivo tabung menyesuaikan kaki statif/ tripod sehingga gelembung
udara ditabung tepat berada di tengah, yang berfungsi untuk menyeimbangkan alat statif/
tripod, sedangkan untuk mivo lingkaran menyesuaikan dengan memutar 3 eksrup A, B, C
secara searah dan bersamaan sepai gelembung udara mivo kotak tepat di tengah lingkaran,
yang berfungsi untuk menyeimbangkan total station. Hal tersebut dilakukan untuk
mengurangi kesalahan dalam melakukan penembakan titik dengan total station.

Gambar 3.10 Tahap penyetelan alat Total Station


Penyetelan alat total station dilakukan sebelum tahap…
c. Tahap penembakan di lapangan

Untuk tahap pelaksanaan di lapangan atur total station dengan mengarah ke utara atau
ke titik koordinat utama yang sebagai patokan. Buka data yang ada dalam total station yang
sebelumnya telah diconvert.
Cocok titik koordinat di dalam total station dengan gambar rencana pondasi sehingga
mempermudah penembakan titik pile. Yalon/ rambu ukur ditempatkan tegak lurus dan
jaraknya dengan total station di sekitar area yang akan di tempak, seseorang pekerja yang
bertugas memegang yalon/ rambu ukur menyesuaikan arahan oleh surveyor total station
sehingga titik korordinat didapatkan sesuai total station. Titik yang sudah ditentukan diberi
P a g e | 39

tanda paku yang sudah diikat benang rafia, agar pada saat proses pemancangan paku dapat
terlihat.

Gambar 3.11 Tahap penembakan titik koordinat tiang pancang

Tahap penembakan titik koordinat tiang pancang sangat berperan dalam


pembangunan proyek rumah susun sewa, maka dari itu harus dilakukan oleh orang yang
berkompeten di bidangnya.
3.1.3 Pekerjaan Pemancangan
3.1.3.1 Lingkup Pekerjaan

Pekerjaan pemancangan pada proyek ini ada 290 titik pancang. Tiang pancang yang
digunakan merupakan hasil pabrikan yang dipesan dari PT. ABIPRAYA BETON.
Karakteristik tiang pancang yang dipakai berbentuk segi emapat (Square Pile). Tiang
pancang yang digunakan mempunyai ukuran luasan 30x30 cm, panjang total 18 m, panjang
perbagian 9 m dan 9 m. Pendistribusin tiang pancang ini dilakukan menggunakan traler,
waktunya sekitar pukul 15.00 – 22.00 WIB.
Pekerjaan pemancangan ini menggunakan jack –in pile, karena melihat dari lokasinya
pekerjaan menggunakan alat ini memiliki banyak keuntungan, seperti bebas dari kebisingan,
getaran, dan polusi. Alat pancang ini cocok digunakan di daerah perkotaan atau daerah padat
penduduk, sehingga aman untuk penduduk di sekitar proyek.
Adapun hambatan yang ditemukan dalam proses pelaksanaan pekerjaan pemancangan
ini adalah sebagai berikut.
- Lokasi sempit sedangkan alat pancang besar membuat perpindahan alat lambat.
- Presure atau tekanan dilakukan secara bertahap karena jika dilakukan secara langsung dapat
menyebabkan kerusakan pada bangunan sekitar.
P a g e | 40

Alat, Bahan, dan Pekerja

Alat

Alat yang digunakan dalam pekerjaan pemancangan pada proyek pembangunan


Rumah susun wilayah kabupaten Sidoarjo meliputi sebagai berikut.
1) Hidraulyc Injection
Jack in pile adalah suatu sistem pemancangan pondasi tiang yang pelaksanaannya
ditekan masuk ke dalam tanah dengan menggunakan dongkrak hidraulis yang diberi beban
counterweight sehingga tidak menimbulkan getaran dan gaya tekan dongkrak langsung dapat
dibaca melalui manometer sehingga gaya tekan tiang setiap mencapai kedalaman tertentu
dapat diketahui. Sebelum melakukan jack-in, maka diadakan tes sondir dan boring. Dari hasil
tes sondir tersebut, rata-rata kedalaman tanah kerasnya akan diketahui yang kemudian
dibandingkan dengan perencanaan panjang dan kedalaman tiang.
Pengerjaan dengan menggunakan Jack-in Pile ini memiliki keuntungan-keuntungan
antara lain, bebas darikebisingan/getaran dan polusi serta pondasi tipe ini cocok digunakan
pada daerahperkotaan atau daerah padat penduduk. Mampu memancang pondasi dengan
berbagai ukuran mulai dari 200x200 mm sampai 500x500 mm atau juga dapat untuk spun
pile dengan diameter 300 sampai dengan 600 mm. Pada Jack-in Pile tidak mungkin terjadi
keretakan pada kepala tiang seperti padasistem pemancangan dan juga tidak mungkin terjadi
necking seperti pada system bore-pile.
Alat pancang yang digunakan pada proyek ini adalah Jack-in Pile type Hydraulic
Static Pile Driver Sunwad ZYJ320. Dengan beban ultimate yang mencapai 320 ton. Alat
penekan tiang pancang yang terletak pada bagian tengah mesin dikelilingi beban
counterweight bergerak menggunakan rel yang dapat berpindah pindah dengan bantuan mesin
hidrolis pada bagian bawah mesin.
Jack-in Pile ini memiliki 4 buah kaki, yang mana terdiri dari 2 kaki pada bagian luar
(rel besi berisi air) dan 2 kaki pada bagian dalam yang semuanya digerakkan secara hidrolis.
Kaki-kaki ini disebut sebagai support sleeper yang digunakan untuk bergerak menuju ke titik-
titik yang sudah ditentukan sebelumnya dan diberi tanda. Jack-in Pile type Hydraulic Static
Pile Driver memiliki kemampuan mobilisasi dan mampu untuk memancang tiang pancang
berdiameter besar.
P a g e | 41

Keunggulan teknologi hidrolik sistem ini yang ditinjau dari beberapa segi, antara lain
adalah :
1. Bebas getaran
Bila suatu proyek yang akan dikerjakan berdampingan dengan bangunan, pabrik atau instansi
yang sarat akan peralatan instrumentasi yang sedang bekerja, maka teknologi hydraulic
jacking system ini akan menyelesaikan masalah wajib bebas getaran terhadap instalasi yang
ada tersebut.
2. Bebas pengotoran lokasi kerja dan udara serta bebas dari kebisingan
Teknologi pemancangannya bersih dari asap dan partikel debu (jika menggunakan drop
hammer) serta bebas dari unsur berlumpur (jika menggunakan bore piles).
Karena sistem ini juga tidak bising akibat suara pukulan pancang (seperti pada drop
hammer), maka untuk lokasi yang membutuhkan ketenangan seperti rumah sakit, sekolah dan
bangunan di tengah kota, teknologi ini tidak akan membuat lingkungan sekitarnya terganggu.
hydraulic jacking system ini juga disebut dengan teknologi berwawasan lingkungan
(environment friendly).
3. Daya dukung aktual pertiang diketahui
Seperti kita ketahui bahwa kondisi tanah asli di bawah pondasi yang akan dibangun
umumnya terdiri dari lapisan – lapisan yang berbeda ketebalannya, jenis tanah maupun daya
dukungnya. Dengan hydraulic jacking system, daya dukung setiap tiang dapat diketahui dan
dimonitor langsung dari manometer yang dipasang pada peralatan hydraulic jacking system
sepanjang proses pemancangan berlangsung.
4. Harga yang ekonomis
Teknologi hydraulic jacking ini tidak memerlukan pemasangan tulangan ekstra penahan
impack pada kepala tiang seperti pada tiang pancang umumnya. Disamping itu, dengan sistem
pemancangan yang simpel dan cepat menyebabkan biaya operasional yang lebih hemat.
5. Lokasi kerja yang terbatas
Dengan tinggi alat yang relatif rendah, hydraulic jacking system ini dapat digunakan pada
basement, ground floor atau lokasi kerja yang terbatas, Alat hydraulic jacking system ini
dapat dipisahkan menjadi beberapa komponen sehingga memudahkan untuk dapat dibawa
masuk atau keluar lokasi kerja.
Kekurangan dari teknologi, hydraulic jacking system antara lain adalah :
1. Apabila terdapat batu atau lapisan tanah keras yang tipis pada ujung tiang yang ditekan, maka
hal tersebut akan mengakibatkan kesalahan pada saat pemancangan.
P a g e | 42

2. Sulitnya mobilisasi alat pada daerah lunak ataupun pada daerah berlumpur (biasanya pada areal
tanah timbunan).
3. Karena hydraulic jacking ini mempunyai berat sekitar 360 ton dan saat permukaan tanah yang
tidak sama daya dukungnya, maka hal tersebut akan dapat mengakibatkan posisi alat pancang
menjadi miring bahkan tumbang. Kondisi ini akan sangat berbahaya terhadap keselamatan
pekerja.
4. Pergerakan alat hydraulic jacking ini sedikit lambat, proses pemindahannya relatif lama untuk
pemancangan titik yang berjauhan.
Spesifikasi dari alat ini sebagai berikut.
Model : ZYJ320

Rated power : 104 KW

Max pilling force : 3200 kN

Dimensi (L. W . H) : 12000. 530. 2978 mm

Max lifting weight : 12 T

Round Pile : 300 – 500 mm

Square Pile : 250 – 500 mm

Gambar 3.12 Hydraulyc Injection Silent Pile


Pada proyek rusunawa sendiri menggunakan mein hydraulic injectin silent pile agar
bebas getaran dan kebisingan, karena disamping lokasi proyek terdapat bangunan rusunawa
yang padat penghuni.

2) Kawat Seling
P a g e | 43

Kawat seling digunakan untuk mengikat tiang pancang yang beban biasanya mencapai
ratuasan atau bahkan ribuan kiloggram.

Gambar 3.13 Kawat Seling


Kawat seling dgunakan pada saat proses pengangkatan tiang pancang, perletakan kawat
pada sisi atas dan bawah pile.
3) Mobile Crane
Alat jenis ini digunakan untuk membantu pengangkatan tiang pancang pada hidraulyc
injection silent pile.

Gambar 3.14 Mobil Crane


Dalam proyek rusunawa pada saat proses pemancangan menggunakan dua mbile crane
untuk mempermudah mobilitas dilapangan. Satu mobil digunakan untuk proses pengangkatan
pile, dan mobil satunya digunakan untuk memindahkan pile agar dekat dengan mesin hydraulic
injection silent pile.
4) Shackle Omega
Alat yang berbentuk seperti tapal kuda atau lebih mendekati simbol omega ini
digunakan untuk pengikat kawat seling saat pengangkatan tiang pancang.
P a g e | 44

Gambar 3.15 Shackle Omega


Dalam proses pengangkatan tiang pancang membutuhkan dua shackle omega,
diletakkan pada sisi atas dan bawah pile.
5) Mesin Generator
Mesin generator ini digunakan sebagai penghidup alat hidrauly injection silent pile.

Gambar 3.16 Mesin Generator


Mesin generator dalam proyek rusunawa menggunakan satu buah mesin, bahan
bakar mesin generator sendiri menggunakan solar.
6) Dolly
Dolly merupakan alat bantu pada pemancangan yang digunakan untuk penekanan saat
tiang pancang hampir masuk ke tanah keseluruhan.

Gambar 3.17 Dolly


P a g e | 45

Dalam proyek pembangunan rusunawa pada saat proses pemancangan hanya


menggunakan satu dolly dengan bobot dolly mencapai 28 ton.
Bahan
1) Tiang Pancang
Tipe pancang yang digunakan adalah tipe square pile dengan mutu beton K700.
Sistem pembuatan tiang pancang sendiri mengunakan system precast prestressed concrete
pile atau serig disebut dengan beton prategang.
Kedalaman rencana 18 meter, tiang ini direncanakan menggunakan 1 sambungan.
Panjang upper dan lower masing masing sepanjang 9 meter. Tiang pancang bagian bawah
pada ujungnya berbentuk conus (kerucut). Tiang pancang yang digunakan merupakan hasil
pabrikan yang dipesan dari PT. ABIPRAYA BETON.
Data- data:
Tiang pancang segi empat, panjang sisi : 30 cm
Mutu beton : K-700
Ukuran dan jumlah tulangan : 4 D 16 mm
Tulangan spiral : ϕ 10 mm
Luas penampang tiang : 900 cm2

Gambar 3.18 Tiang Pancang


Tiang pacang diletakkan disamping titik pemancangan agar mempermudah proses
pengangkatan pile dan perletakkan pile di mesin hydraulic.
2) Solar
Solar merupakan bahan yang digunakan untuk bahan bakar mesin generator sebagai
penghidup mesin hidraulyc Injection silent pile.
P a g e | 46

Gambar 3.19 Solar

Pekerja

Pekerja dalam pekerjaan ini dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok hidraulyc
injection silent pile dan mobil crane . Pekerja yang dibutuhkan dalam kelompok hidraulyc
injection silent pile adalah satu pekerja dibagian operator,
dua pengawas alat sisi kanan dan kiri, dua pekerja bagian pelaksanaan penempatan tiang
pancang pada mesin. Kelopok mobil crane membutuhkan tiga pekerja, satu untuk operator
dan dua untuk pemasang tiang pancang di crane tersebut.
Prosedur Pelaksanaan Pekerjaan

Pekerjaan pemancangan terdapat beberapa tahapan yang dikerjakan, diantaranya


adalah pengaturan tiang pancang, pengangkatan dan pemancangan tiang pancang.
a. Pekerjaan pengaturan tiang pancang
Tiang pancang diatur untuk berada di dekat titik pemancangan dengan menggunakan mobil
crane agar mempermudah kegiatan pemancangan.

Gambar 3.20 Penempatan tiang pancang dekat pada lokasi titik pemancangan

b. Pekerjaan pengangkatan dan pemancangan


P a g e | 47

Pengangkatan tiang pancang menggunakan mobil crane dengan melilitkan kawat seling pada
tiang pancang. Lalu tiang pancang akan diarahkan pada mesin hydraulic untuk dimulai
pemancangan pada titik yang sudak ditentukan.

Gambar 3.21 Pengangkatan tiang pancang


c. Proses pemancangan
 Posisi mesin hidraulyc diatur supaya pas di titik yang akan dipancang
 Waterpass di atur agar posisi benar-benar lurus
 Tiang pancang (lower) diangkat dan dimasukkan perlahan ke dalam lubang pengikat tiang yang
disebut grip, kemudian sistem jack-in akan naik dan mengikat atau memegangi tiang tersebut.
Ketika tiang sudah dipegang erat oleh grip, maka tiang mulai ditekan.
 Pada saat mencapai kedalaman 1-1,5 meter kelurusan tiang pancang (lower) di cek kembali
agar tiang pancang benar-benar lurus, setelah tiang pancang (lower) sudah lurus di lanjutkan
proses penekanan.
 Jika grip hanya mampu menekan tiang pancang sampai bagian pangkal lubang mesin saja,
maka penekanan dihentikan dan grip bergerak naik ke atas untuk mengambil tiang pancang
sambungan yang telah disiapkan.
 Tiang pancang sambungan (upper) kemudian diangkat dan dimasukkan ke dalam grip.
Setelah itu sistem jack-in akan naik dan mengikat atau memegangi tiang tersebut dan di
lakukan pelurusan tiang pancang (upper). Ketika tiang sudah dipegang erat oleh grip, maka
tiang mulai ditekan mendekati tiang pancang 1 (lower). Penekanan dihentikan sejenak saat ke
dua tiang sudah bersentuhan.
P a g e | 48

Gambar 3.22 Proses penempatan tiang pancang

Gambar 3.23 Penekanan tiang pancang


e. Membaca pressure/ tekanan

Untuk metode jack in pile ini tidak diperlukan lagi loading test, karena presure pada
alat pancang langsung dapat memperhatikan daya dukung static axial setelah tiang pancang
terpancang. Pembacaan dari presure/ tekanan pada hidraulyc ini seberapa pancang yang
masuk ke dalam tanah. Jika penekanan sudah mengalami maksimal biasanya ditandai dengan
terangkatnya dongkrak kedua sisi dari mesin ini.

Gambar 3.24 Pembacaan Tekanan


P a g e | 49

3.1.4 Pekerjaan Penyambungan Tiang Pancang

3.1.4.1 Lingkup pekerjaan

Pekerjaan pemancangan pada proyek pembangunan Rumah Susun Sewa Ngelom


Sidoarjo ini berkangsung selama 23 hari. Jumlah titik pancang total 290. Karena kedalaman
pemancangan adalah 18 m, maka perlu dilakukan penyambungan tiang pancang karena tiang
pancang hanya memiliki panjang 9 m.
Alat, Bahan , dan Pekerja

Alat yang digunakan dalam pekerjaan penyambungan diantara sebagai berikut.


a. Alat las
Alat ini digunakan untuk proses penyambungan tiang pancang.

Gambar 3.25 Alat Las

b. Bahan yang digunakan meliputi sebagai berikut.


1) Tiang pancang
Tipe pancang yang digunakan adalah tipe square pile dengan ukuran diameter 30 cm x 30 cm.
Dengan masing- masing bagian panjang pancang bawah 8 m dan atas 9 m.Tiang pancang
bagian bawah pada ujungnya berbentuk kerucut. Tiang pancang yang digunakan merupakan
hasil pabrikan yang dipesan dari PT. ABIPRAYA BETON.
Data- data:
Tiang pancang segi empat, panjang sisi : 30 cm
Mutu beton : K-700
Ukuran dan jumlah tulangan : 4 D 16 mm
Tulangan spiral : ϕ 10 mm
Luas penampang tiang : 900 cm2
P a g e | 50

Gambar 3.26 Tiang Pancang


2) Kawat Las

Kawat las yang digunakan ialah merk ESAB 013. Dengn jumlah kawat satu packnya
96 batang. Proses penyambungan satu pancang membutuhkan sekitar 20 kawat las.
c. Pekerja

Pada pekerjaan penyambungan tiang pancang, melibatkan tiga pekerja antara lain dua
pekerja yang bertugas sebagai tukang las, da satu pekerja yang bertugas suntuk mengawasi

Pelaksanaan pekerjaan

Sebelum melakukan penyambungan tiang pancang alat dan bahan dipersiapkan dan
diperiksa kembali dalam kondisi baik atau tidak. Secara garis besar prose palaksanaan
penyambungan sebagai berikut.
a. Penyambungan dilakukan ketika pemancangan mendekati 8 m masih masuk ke dalam
tanah.

Gambar 3.27 Persiapan penyambungan


b. Material las (kawat las) sebaiknya sama untuk setiap penyambungan tiang pancang, agar
kualitas pengelasan akan sama tiap tiang pancang.
c. Pengelasan harus keliling di tiap sisi tiang pancang.
d. Setelah selsai pengelasan karbon harus di bersihkan secara cermat.
P a g e | 51

e. Untuk mempercepat proses pengelasan dalam proyek rusunawa menggunakan 2 alat las dan 2
tenaga las.
f. Pengelasan dilakukan membutuhkan waktu kurang lebih 2-3 menit.

Gambar 3.28 Proses Pengelasan

3.1.5 Hasil Pelaksanaan


a. Pekerjaan penentuan titik koordinat tiang pancang dapat berlangsung dengan baik. Sesuai
pemantauan selama praktik industri, pekerja juga produktif dalam bekerja dan tanggap saat
praktikan bertanya mengenai hal yang terkait tentang penentuan titik koordinat tiang pancang.
Namun ada beberapa kekurangan yaitu patok yang digunakan sebagai penanda pengeboran
kurang terlihat jelas sehingga membuat pekerja pengeboran sulit mencari patok dan Setelah
pekerjaan pemancangan selesai tidak langsung di cek elevasinya sehingga sulit untuk mencari
titiknya karena tertimbun tanah.

b.
P a g e | 52

Tabel 3. Tabel pengamatan pelaksanaan pemancangan


Pekerjaan pemancangan membutuhkan waktu cukup lama mulai dari pengangkatan tiang
pancang sampai pembacaan pressure/tekanan. Dari proses pengangkatan sampai
pemancangan tiap satu titik membutuhkan waktu sekitar 30-60 menit. Hasil pengamatan
pressure/tekanan dari tiap tiang pancang berbeda-beda, denganan tekanan terkecil mencapai
60 kg/cm2 dan tekenan terbesar mencapai 80 kg/cm2 . Kedalaman pemancangan adalah 18 m
sehingga harus dilakukan penyambungan tiang pancang, karena panjang tiap pile mencapai
9m. Proses penyambungan sendiri memakan waktu sekitar 1- 3 menit tiap 1 titik
pemancangan.
c.
350
Pelaksanaan pemancangan
300

250
Jumlah titik pancang

200

150

100

50

0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
kalender kerja

di lapangan schedule

Grafik 1. Perbandingan time schedule rencana dan Pelaksanaan di lapangan.


Proses pekerjaan pemancangan pile lebih cepat satu hari dengan time schedule pemancangan
yang telah di rencanakan. Time schedule yang telah di rencanakan yaitu selama 23 hari kerja,
sedangkan pengerjaan di lapangan hanya berlangsung selama 22 hari kerja. Hal ini
dikarenakan diberlakukannya sistem kerja lembur. Proses kerja lembur diperlalukan mulai
pukul 18.00-22.00 wib, dengan menghasilkan 5-9 titik pemancangan.
d. Pada pekerjaan penyambungan, hal yang perlu diamati adalah saat penempatan tiang pancang
bagian atas yang akan disambung. Pekerjaan ini juga harus dilakukan secara cepat karena
dapat memengaruhi daya ikat pada tanah, yang mengakibatkan pancang sulit masuk ke dalam
tanah lagi. Pengelasan harus dilakukan secara rapi, rapat, dan tidak ada rongga supaya tiang
P a g e | 53

pancang terhindar dari korosi. Proseses penyambungan/ pengelasan berlangsung selama 2-4
menit.

3.1.6 Ulasan
Ulasan dilakukan dengan membandingkan antara pekerjaan pemancangan yang telah
dikerjakan dilapangan, dengan SNI 2847: 2013.
a. Menurut SNI Pasal 21.12.4.1. “Ketentuan- ketentuan dari 21.12.4 berlaku untuk tiang
fondasi, pier, dan cission beton yang menumpu struktur yang didesain untuk ketahanan
gempa.” Menurut perencanaan tiang pancang telah didesain sedemikan rupa sesuai dengan
dengan SNI.
b. Menurut SNI Pasal 21.12.4.2 “Tiang fondasi, pier, dan caisson yang menahan beban tarik
harus memiliki tulangan longitudinal menerus sepanjang panjang yang menahan gaya tarik
desain. Tulangan longitudinal harus didetail untuk menyalurkan gaya tarik dalam per ke
komponen struktur yang ditumpu.” Menurut perencanaan tiang pancang telah didesain
sedemikan rupa sesuai dengan dengan SNI
c. Menurut SNI Pasal 21.12.4.4. “Tiang fondasi, pier, atau caissons harus memiliki tulangan
transversal sesuai dengan 21.6.4.4 di lokasi-lokasi (a) dan (b): (a) Pada sisi atas komponen
struktur untuk paling sedikit 5 kali dimensi penampang komponen struktur, tetapi tidak
kurang dari 1,8 dibawah sisi bawah poer, (b) Untuk bagian iang fondasi dalam tanah yang
tidak mampu menyediakan tumpuan lateral, atau dalam udara dan air, sepanjang panjang tak
tertumpu keseuruhan ditambah panjang yang disyaratkan dalam 2.12.4.4(a).” Menurut
perencanaan tiang pancang telah didesain sedemikan rupa sesuai dengan dengan SNI
P a g e | 54
P a g e | 55
P a g e | 56
P a g e | 57
P a g e | 58
P a g e | 59
P a g e | 60
P a g e | 61
P a g e | 62
P a g e | 63

Anda mungkin juga menyukai