Anda di halaman 1dari 4

BAB I.

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Agregat adalah sekumpulan butir-butir batu pecah, kerikil, pasir, atau mineral
lainnya baik berupa hasil alam maupun buatan (SNI No: 1737-1989-F). Agregat
kasar yang dihasilkan oleh perusahan batu pecah pada umumnya digunakan
sebagai bahan konstruksi, disamping itu juga dihasilkan agregat halus atau sering
disebut sebagai abu batu. Menurut Nevil (1997), agregat halus merupakan agregat
yang besarnya tidak lebih dari 5 mm, sehingga sehingga pasir dapat berupa pasir
alam atau berupa pasir buatan yang dihasilkan oleh pemecahan batuan. Agregat
halus merupakan material utama sebagai bahan pengisi campuran semen, tetapi
agregat halus yang lebih sering digunakan adalah pasir. Hal ini dikarenakan pasir
merupakan sumber daya alam yang banyak terdapat didaerah sungai besar, harga
pasir yang relatif murah, dan pasir tidak perlu proses pengolahan terlebih dahulu
sebelum digunakan (praktis).
Batu pecah merupakan material utama dari bahan konstruksi. Batu pecah berasal
dari batuan sungai yang kemudian diolah menggunakan jaw crusher untuk
menghasilkan produk dengan ukuran tertentu sesuai dengan peruntukannya.
Pengolahan batu pecah umumnya untuk menghasilkan agregat kasar; agregat
halus yang dihasilkan biasanya hanya sebagai produk sampingan dari batu pecah
disebut dengan abu batu. Abu batu merupakan hasil sampingan dalam produksi
batu pecah. Menurut Celik dan Marar (1996), agregat halus yang dihasilkan dari
lokasi stone crusher mengandung kurang lebih 17% sampai 25% fraksi abu batu,
sehingga abu batu memiliki volume produksi yang cukup potensial untuk
dimanfaatkan lebih lanjut penggunaannya. Agregat halus yang digunakan bahan
pengisi campuran semen memiliki kriteria atau syarat-syarat tertentu. Begitu pula
dengan abu batu apakah karateristiknya sudah sesuai dengan syarat agregat halus
yang dapat digunakan sebagai bahan campuran semen, apabila telah memenuhi
syarat maka abu batu dari perusahaan batu pecah dapat dipergunakan sebagai
agregat halus pengganti pasir.
1-1

Saat ini abu batu tidak begitu laku di jual karena pemakaian dalam industri
konstruksi sudah sangat sedikit mengingat konstruksi perkerasan jalan dengan
lapen (Lapisan penetrasi macadam) sudah banyak beralih ke lapisan aspal beton.
Sehubungan dengan abu batu yang tidak begitu laku dijual, maka akan dicoba
untuk meneliti distribusi ukuran butir abu batu untuk dapat digunakan sebagai
bahan pengisi semen.
1.2. Permasalahan
Pengoperasian jaw cruher pada perusahaan batu pecah pada umumnya untuk
menghasilkan agregat kasar yang digunakan untuk pondasi bangunan dan
pembuatan jalan raya, namun disamping itu juga diperoleh agregat halus yang
sering disebut abu batu. Pada beberapa perusahaan pengolahan batu pecah, abu
batu yang jumlahnya banyak saat ini tidak begitu laku untuk dijual dikarenakan
pemakaian dalam industri konstruksi perkerasan jalan dengan lapen sudah banyak
beralih ke lapisan aspal beton.
Sehubungan dengan hal tersebut dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah gradasi ukuran butir produk jaw crusher dari ukuran 2000
m (10 #) sampai dengan 74 m (< 200#).
2. Apakah abu batu hasil jaw crusher sesuai untuk bahan campuran semen
plester dan adukan.
1.3. Maksud dan Tujuan
Maksud dari penelitian ini adalah mengetahui distribusi ukuran butir abu batu
dari beberapa perusahaan pengolahan batu pecah.
Sedangkan tujuan dari penelitian adalah mengoptimalkan agregat abu batu agar
dapat dimanfaatkan sebagai bahan pengisi pada semen plesteran atau adukan
sesuai dengan Standar Nasional Indonesia

1-2

1.4. Batasan Masalah


Sampel abu batu yang diambil pada penelitian ini berasal dari sembilan
perusahaan batu pecah dengan tempat yang berbeda. Yakni berasal dari empat
perusahaan yang beroperasi di Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang,
sedangkan lima perusahaan beroperasi di Jalan Lingkar luar Kota Binjai.
1.5 Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif, yaitu dengan cara
melakukan analisis ayakan tiap-tiap abu batu dari beberapa perusahaan yang
kemudian diukur distribusi ukuran butirnya.
Langkah-langkah penelitian sebagai berikut :
a. Pengambilan conto
Pengambilan conto abu batu dari tiap-tiap perusahaan dilakukan dengan tiga
titik yang berbeda.
b. Preparasi conto
Conto yang akan diteliti dijemur selama 3 hari dengan tujuan
menghilangkan kadar air bebas tiap-tiap conto dari beberapa perusahaan.
c. Analisis ayakan
Analisis ayakan tiap-tiap conto dilakukan dengan waktu selama 20 menit.
d. Pengolahan data
Data yang diperoleh dalam bentuk tabel yang kemudian diubah dalam
bentuk grafik untuk dapat di analisa gradasi dari tiap-tiap conto.
e. Hasil penelitian.
hasil penelitian yang akan diketahui apakah abu batu yang diteliti sudah
sesuai syarat sebagai agregat halus bahan pengisi semen atau tidak.
Berikut ini dapat dilihat gambar 1.1 yang merupakan diagram alir penelitan.

Agregat hasil remuk memiliki variasi ukuran butir


Tinjauan pustaka
Desain Penelitian

1-3

Preparasi Conto

Analisa Ukuran Butir


Data :
Variasi Distribusi Ukuran Butir

Gradasi

Pencampuran

Penilaian Cu dan Cc
Sesuai untuk plesteran atau adukan
Tidak

Ya
Rekomendasi

Gambar 1.1 Diagram alir penelitian

1-4

Anda mungkin juga menyukai