TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanah
4
untuk dilakukan deskripsi secara visual. Pada lapisan tanah, pengambilan
sampel tidak terganggu (undisturbed sample) sangat di butuhkan untuk
penyelidikan di laboratorium. gambar bor mesin di lapangan dapat kita lihat
pada gambar 2.1 berikut.
N-SPT = N2+N3.................................................................................................2.1
Dimana:
N-SPT = Nilai N-SPT
5
N1 = Pukulan Pada tahap ke-dua
N3 = Pukulan Pada tahap ke-tiga
Secara umum gambaran detail alat pengujian SPT dapat dilihat pada gambar 2.2
berikut.
Tingkat Kepadatan Dr N Ф
6
Sangat lepas < 0,2 <4 < 30
Lepas 0,2 – 0,4 4 – 10 30 – 35
Sedang 0,4 – 0,6 10 – 30 35 – 40
Padat 0,6 – 0,8 30 – 50 40 – 45
Sangat padat 0,8 – 1,0 > 50 45
Sumber:Terzaghi dan Peck, 1948
7
profil tanah terhadap kedalaman.
8
Gambar 2.4 : Pondasi Beton pracetak
Sumber : Hardiyatmo (2010;63)
Kebanyakan tiang pancang ini berbantuk baja profil, dengan bahan yang
terbuat dari baja profil. Tiang ini mudah dalam penangannya dan dapat
9
mendukung pukulan yang besar waktu di pancang ke lapisan tanah keras. Tiang
pancang baja bisa berbentuk profil H, persegi, spiral, segi enam, dan lain-lainnya
(Hardiyatmo, 2010:26).
Tingkat karat pada tiang pancang baja sangat berbeda-beda terhadap
texture tanah, panjang tiang yang berada dalam tanah dan keadaan kelembaban
tanah.
a. Pada tanah yang memiliki texture tanah yang kasar/kesap, maka karat
yang terjadi karena adanya sirkulasi air dalam tanah tersebut hampir
mendekati keadaan karat yang terjadi pada udara terbuka.
b. Pada tanah liat (clay) yang mana kurang mengandung oxygen maka akan
menghasilkan tingkat karat yang mendekati keadaan karat yang terjadi
karena terendam air.
c. Pada lapisan pasir yang dalam letaknya dan terletak dibawah lapisan tanah
yang padat akan sedikit sekali mengandung oksigen maka lapisan pasir
tersebut juga akan akan menghasilkan karat yang kecil sekali pada tiang
pancang baja.
10
Bentuk penampang tiang pancang ada berbagai bentuk antara nya
persegi, segi enam, prifil H, spiral dan lainnya. Untuk menghitung
penampang dapat di lihat pada persamaan berikut :
D1
Ap = D1 x D2................................................2.2
D2 P = 2(D1 +D2).............................................2.3
Dimana:
Ap = luas penampang (m2)
P = keliling tiang (m)
1 2
Ap = π d ....................................................2.4
4
❑
P = π d ......................................................2.5
Dimana:
Ap = luas penampang (m2)
P = keliling tiang (m)
11
sepenuhnya ditentukan dari tahanan dukung lapisan keras yang berada di bawah
ujung tiang (Gambar 2.5a).
Tiang gesek adalah tiang yang kapasitas dukungnya Iebih ditentukan oleh
perlawanan gesek antara dinding tiang dan tanah di sekitamya (Gambar 2.5 b).
Tahanan gesek dan pengaruh konsolidasi lapisan tanah di bawahnya
diperhitungkan pada hitungan kapasitas tiang.
12
Dengan:
𝑄𝑢𝑙𝑡 = daya dukung ultimate (kg),
𝑞𝑐 = tahanan ujung sondir (kg/𝑐𝑚2 ),
𝐴𝑝= luas tiang pancang (𝑐𝑚2 ),
JHL = jumlah perlawanan konus (kg/cm),
P = keliling tiang pancang (cm).
Qult = Σ Qp + Σ Qs.................................................................................2.7
Dimana :
Qult = Daya dukung ultimit tiang (ton)
Σ Qp = Total daya dukung ujung tiang (ton)
Σ Qs = Total daya dukung selimut tiang (ton)
Perhitungan daya dukung ujung ultimit tiang untuk tanah kohesif dapat di
lakukan dengan persamaan 2.8 dan tanah non kohesif dapat dilakukan dengan
persamaaan 2.9 berikut.
Qp = 9 x Cu x Ap.................................................................................2.8
L
Qp = 40 x N-SPT x x Ap................................................................2.9
D
Dimana:
Qp : Daya dukung ujung tiang (ton)
Cu : Kohesi undrained (kN/m2)
: N-SPT x 2/3 x 10
Ap : Luas penampang (m2)
L : Panjang lapisan tanah (m)
D : Diameter tiang pancang (m)
13
Perhitungan tahanan gesek ujung tiang tahah (Qs) untuk tanah kohesif
dapat di lakukan dengan persamaan 2.10 dan tanah non kohesif dapat dilakukan
dengan persamaan 2.11 berikut.
Qs = α x Cu x p x Li..........................................................................2.10
Qs = 2 x N-SPT x p x Li...................................................................2.11
Dimana :
α = Koefisien adhesi antara tanah dan tiang
Cu = Kohesi undrained (kN/m2)
p = Keliling tiang (m)
Li = panjang lapisan tanah (m)
N-SPT = Nilai N-SPT sekitar tiang
Untuk mendapatkan nilai koefisien adhesi antara tanah dan tiang dapat
dilihat pada grafik hubungan nilai kohesi undrained (Cu) dengan koefisien adhesi
tanah yang terlihat pada gambar 2.6 berikut.
14
2.6.3 Metode Aoki Dan De Alencer
Qca(base)
Qb= .................................................................................2.1
Fb
2
Dengan :
Qca (base) = perlawanan konus rata-rata 1,5D diatas ujung tiang 1,5D
dibawah ujung tiang dan Fb adalah faktor empirik tahanan ujung tiang
tergantung pada tipe tiang.
ocs
F= qc (side)
Fs
...........................................................................2.13
Dengan:
Qc (side) = Perlawanan konus rata-rata pada masing lapisan
sepanjang tiang,
Fb =Faktor empirik tahanan ujung tiang yang tergantung pada tipe tiang.
Qu=Qb+Qs=qb.Ab+F.As........................................................................2.14
15
Dengan:
Reese dan O’Neill (1989) menyarankan pemilihan faktor aman (F) seperti
yang terlihat pada Tabel 2.4. Untuk pemancangan pondasi tiang yang harus di
pertimbangkan faktor-faktor sebagai berikut:
a. Tipr dan kepentingan dari struktu
b. Variabelitas tanah (tanah tidak uniform)
c. Ketelitian penyelidikan tanah
16
d. Tipe dan jumlah uji tanah yang dilakukan
e. Ketersediaan data di tempat
f. Pengawasan dan kotrol kualitas lapangan
g. Kemungkinan beban desain aktual yang terjadi selama beban layana
truktur.
17
2.8.2 Beban Hidup (Live Load)
Beban hidup merupakan beban yang terjadi akibat penghunian atau
penggunaan suatu konstruksi dan barang-barang yang dapat berpindah, mesin dan
peralatan lain yang dapat digantikan selama masa pakai.
18
2.9 Perhitungan Jumlah Pondasi Akibat Beban
Dalam perhitungan jumlah pondasi pertama kali yang harus di perhitungkan
adalah besarnya beban lateral dan aksial yang bekerja pada pondasi.
T =
√
5 EI
μh
............................................................................................ 2.17
19
Jenis bahan Modulus Elastis (kg/cm2)
Kayu 80.000-100.000
Beton 200.000 – 300.000 (tergantung kualitas beton (fc’)
Baja 2.150.000
20
Gambar : 2.9 Tiang panjang
Sumber : Brown (1964)
21
Kapasitas kelompok tiang tidak selalu sama dengan jumlah kapasitas
tiang tunggal yang berada dalam kelompoknya. Stabilitas kelompok tiang
tergantung dari 2 (dua) hal, yaitu:
a. Kemampuan tanah di sekitar dan di bawah kelompok tiang
untuk mendukung beban total struktur.
b. Pengaruh konsolidasi tanah yang terletak di bawah kelompok tiang.
Pada tiang tunggal, interaksi yang terjadi hanyalah tiang dengan tanah,
sedangkan pada kelompok tiang akan ada interaksi antara tiang dengan
tanah dan tiang dengan tiang yang lainnya. Interaksi ini akan lebih besar jika
jarak tiang semakin dekat. Jika pada salah satu tiang pada kelompok tiang
didesak sehingga terjadi penurunan, maka tiang disekitarnya akan ikut turun
akibat tertarik oleh tanah disekitar tiang yang dibebani. Berdasarkan kondisi
tersebut, maka akan terjadi penurunan tiang akibat beban yang didukung tiang
didekatnya walaupun tiang tersebut tidak terbebani. Hal ini akan mengakibatkan
kapasitas dukung tiang menjadi berkurang jika dibandingkan dengan kondisi
tiang tunggal. Seperti yang terlihat pada gambar 2.10 dibawah
22
2.10.2 Efisiensi Tiang Pancang
Persamaan dari efisiensi tiang pancang menurut Converse-Labarre
Formula. (Hardiyatmo, 2010:143).
( n−1 ) m+ ( m−1 ) n
Eff = 1 - θ ..................................................................2.21
90 mn
Dimana :
d = diameter tiang
s = jarak pusat ke pusat tiang
23
2.11.1 Stabilitas Tiang Pancang Terhadap Geser
Akibat gaya-gaya lateral seperti tekanan tanah aktif Pa yang bekerja, maka
pondasi tiang pada tanah dapat bergeser. Koefisien gesek (tan δ ) antara dasar
pondasi dan tanah dasar dapat di lihat pada tabel 2.6 berikut
Tabel 2.6 Koefisien gesek (tan δ ) antara dasar pondasi dan tanah dasar
No Jenis tanah pada dasar pondsi tan δ
Σ V x tan δ+Ca x B
SFgeser = ....................................................................2.22
ΣH
Dimana :
ΣV = Gaya yang bekerja pada arah vertikal
ΣH = Gaya yang bekerja pada arah horizontal (ton)
tan δ = Koefisien gesek (tan δ ) antara dasar pondasi dan tanah dasar
Ca = adhesi antara tanah dan tiang = 0
B = Lebar pondasi (m)
24
MV
Sfguling = > 1,5................................................................................2.23
MH
Dimana :
MV = Gaya yang bekerja pada arah vertikal (beban aksial)
MH = Gaya yang bekerja pada arah horizontal (beban latera)
D Q.L
S = + ..............................................................2.24
100 Ap. Ep
Dimana :
S = Penurunan total kepala tiang (inchi)
D = Diameter tiang (inchi)
Q = Beban yang bekerja pada pondasi (lbs)
L = Panjang pondasi (inchi)
Ap = Luas penampang (inchi2)
Ep = Modulus elastisitas bahan tiang
25