Anda di halaman 1dari 22

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanah

Tanah didefinisikan sebagai material yang terdirir dari agregat (butiran)


mineral-mineral padat yang tidak tersementasi (terikat secara kimia) satu sama
lain dan dari bahan-bahan organik yang telah melapuk (yang berpartikel padat)
disertai dengan zat cair dan gas yang mengisi ruang-ruang kosong di antara
partikel-partikel padat tersebut (Das, 1995)

2.2 Penyelidikan Tanah

Penyelidikan tanah disini yang di maksud adalah penyelidikan tanah yang


dilakukan di lapangan (in situ test). Data penyelidikan tanah merupakan data
sekunder dimana peneliti tidak langsung terjun ke lapangan sehingga data
tersebut merupakan data yang diperoleh dari instansi yang terkait. Penelitian
tanah dimaksudkan untuk mendapatkan data keadaan tanah pada titik yang telah
ditentukan sebagai gambaran dasar keadaan tanah pada perencanaan gedung
bertingkat.

2.2.1 Pengujian Pengeboran Inti (core drilling) atau Bor Dalam


mengunakan Bor Mesin

Pengujian boring dimaksudkan untuk mendapatkan informasi keadaan


tanah di bawah permukaan yang berupa deskripsi visual dan mengetahui tinggi
muka air tanah (Ground Water Level). Penyelidikan mengunakan bor mesin
dapat dilakukan di semua jenis tanah. Bor mesin dapat menembus lapisan tanah
keras atau lapisan batuan sampai kedalaman lebih dari 50 m.
Pengunaan bor mesin dapat digunakan pada lapisan tanah keras, batu,
tanah lempung bahkan tanah pasir. Untuk memperoleh contoh inti secara
menerus digunakan matabor khusus yang dapat berupa single, double ataupun
triple core barrell. Contoh hasil pengeboran di letakkan kedalam core box

4
untuk dilakukan deskripsi secara visual. Pada lapisan tanah, pengambilan
sampel tidak terganggu (undisturbed sample) sangat di butuhkan untuk
penyelidikan di laboratorium. gambar bor mesin di lapangan dapat kita lihat
pada gambar 2.1 berikut.

Hammer, berat 63,5 kg

Stang Bor Alat Bor Mesin

Gambar 2.1 : Pengujian bor mesin di lapangan


Sumber : www.google.com

Menurut SNI 4153:2008 Pengujian Standard Penetration Test (SPT)


dilaksanakan bersamaan dengan pengujian pengeboran mengunakan bor mesin.
SPT test menggunakan palu pemukul dengan berat 63,5 kg dan tinggi jatuh 76
cm, sedangkan pada ujung stang bor dilengkapi dengan tabung belah berdiameter
luar 51 mm setinggi 60 cm. Pengujian SPT ini dilakukan untuk setiap interval
kedalaman 2 meter dan dibagi menjadi tiga tahap yaitu berturut-turut setebal 150
mm untuk masing-masing tahap. Tahap pertama dianggap sebagai dudukan,
sementara pukulan pada tahap ke-dua dan ke-tiga di jumlahkan untuk memperoleh
nilai pukulan N atau perlawan SPT. Seperti yang terlihat pada persamaan 2.1
berikut

N-SPT = N2+N3.................................................................................................2.1
Dimana:
N-SPT = Nilai N-SPT

5
N1 = Pukulan Pada tahap ke-dua
N3 = Pukulan Pada tahap ke-tiga

Secara umum gambaran detail alat pengujian SPT dapat dilihat pada gambar 2.2
berikut.

Gambar 2.2 : Detail alat pengujian SPT


Sumber : SNI 1453:2008

Kolerasi antara nilai N-SPT dengan kepadatan relatif (relatif density)


tanah pasir dan tanah lempung pertama kali diperkenalkan oleh Terzaghi dan
Peck (1948). Kemudian Gibbs dan Holtz (1957) menambahkan nilai Dr untuk
difinisi kepadatan yang di kemukakan oleh Terzhagi dan Peck tersebut. Akhir
dari korelasi yang diberikan mereka adalah seperti yang di perlihatkan pada tabel
2.1 untuk pasir (non kohesif) dan tabel 2.2 tanah lempung (kohesif) berikut.

Tabel 2.1. Standar penetrasi tanah pasir (Non-Kohesif)

Tingkat Kepadatan Dr N Ф

6
Sangat lepas < 0,2 <4 < 30
Lepas 0,2 – 0,4 4 – 10 30 – 35
Sedang 0,4 – 0,6 10 – 30 35 – 40
Padat 0,6 – 0,8 30 – 50 40 – 45
Sangat padat 0,8 – 1,0 > 50 45
Sumber:Terzaghi dan Peck, 1948

Tabel 2.2 Standar Penetrasi Tanah lempung (Kohesif)

Penetrasi Standar (N) Deskripsi


0–2 Sangat lunak
2–4 Lunak
4–8 Sedang
8 – 15 Kenyal
15 – 30 Sangat kenyal
>30 Keras

Sumber: Terzaghi dan Peck, 1948

2.2.2 Cara Pelaporan Hasil Uji Sondir

Cara pelaporan hasil uji sondir biasanya dilakukan dengan menggambarkan


variasi tahanan ujung ( qc ) dengan gesekan selimut ( fs ) terhadap kedalamannya.
Bila hasil sondir diperlukan untuk mendapatkan daya dukung tiang, maka
diperlukan harga komulatif gesekan (jumlah hambatan lekat), yaitu dengan
menjumlahkan harga gesekan selimut terhadapkedalaman, sehingga pada
kedalaman yang ditinjau dapat diperoleh gesekan total yang dapat digunakan
untuk menghitung gesekan pada kulit tiang.Besaran gesekan komulatif ( total
friction ) diadaptasikan dengan sebutan jumlah hambatan lekat (JHL). Bila hasil
sondir digunakan untuk klasifikasi tanah, maka cara pelaporan hasil sondir ang
diperlukan adalah menggambarkan tahanan ujung ( qc ), gesekan selimut ( fs ),
dan ratio gesekan ( FR ) terhadap kedalaman tanah. Data sondir tersebut
digunakan untuk mengidentifikasi dari

7
profil tanah terhadap kedalaman.

2.3 Pondasi Bore Pile

Pondasi bored pile terkadang harus menahan beban lateral


(horizontal) seperti beban angin, beban gempa dan tekanan tanah lateral. Beban-
beban tersebut akan bekerja pada ujung atas kepala tiang. Hal ini menyebabkan
kepala tiang terdeformasi lateral. Hal ini menimbulkan gaya geser pada tiang dan
tiang akan melentur. Gaya lateral yang paling mempengaruhi daya dukung lateral
pada pondasi adalah gaya akibat tekanan tanah. Jika gaya lateral yang harus
didukung tiang sangat besar, maka dapat digunakan tiang miring.
Dalam analisis gaya lateral, tiang-tiang perlu dibedakan menurut model
ikatannya dengan pelat penutup tiang. Model ikatan tersebut sangat
mempengaruhi kelakuan tiang dalam mendukung beban lateral. Tiang-tiang
dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:
a) Tiang ujung jepit (fixed end pile) Definisi tiang ujung jepit (fixed end pile)
menurut McNulty adalah tiang yang ujung atasnya terjepit (tertanam)
dalam pelat penutup kepala tiang paling sedikit sedalam 60 cm (24 inch)
b) Tiang ujung bebas (free end pile) Tiang ujung bebas adalah tiang yang
bagian atasnya tidak terjepit atau terjepit kedalam pelat penutup kepala
tiang tetapi kurang dari 60 cm.

2.3.1 Tiang Pancang Beton Pracetak

Hardiyatmo (2010:63) Tiang beton pracetak umumnya berbentuk prisma


atau bulat. Tiang-tiang dicetak di lokasi tertentu, kemudian diangkut ke lokasi
pembangunan. Ukuran diameter yang biasanya dipakai untuk tiang yang tidak
berlubang diantara 20 sampai 60 cm. Untuk tiang yang berlubang diameternya
dapat mencapai 1 40 cm. Panjang tiang beton pracetak biasanya berkisar diantara
20 sampai 40 m. Untuk tiang beton berlubang bisa sampai 60 m. Beban
maksimum untuk tiang ukuran kecil dapat berkisar di antara 3 00 sampai 800 kN.
Dapat di lihat pada gambar 2.4 berikut

8
Gambar 2.4 : Pondasi Beton pracetak
Sumber : Hardiyatmo (2010;63)

Keuntungan pemakaian tiang pancang pracetak, antara lain :


1. Bahan tiang dapat diperiksa sebelum pemancangan.
2. Prosedur pelaksanaan tidak dipengaruhi oleh air tanah.
3. Tiang dapat dipancang sampai kedalaman yang dalam.
4. Pemacangan tiang dapat menambah kepadatan tanah granuler.
Kerugian:
1. Penggembungan permukaan tanah dan gangguan tanah akibat
pemancangan dapat menimbulkan masalah.
2. Tiang kadang-kadang rusak akibat pemancangan .
3. Pemancangan sulit, bila diameter tiang terlalu besar.
4. Pamancangan menimbulkan gangguan suara, getaran dan deformasi tanah
yang dapat menimbulkan kerusakan bangunan di sekitamya.
5. Penulangan dipengaruhi oleh tegangan yang terjadi pada waktu
pengangkutan dan pemancangan tiang.

2.3.2 Tiang Pancang Baja

Kebanyakan tiang pancang ini berbantuk baja profil, dengan bahan yang
terbuat dari baja profil. Tiang ini mudah dalam penangannya dan dapat

9
mendukung pukulan yang besar waktu di pancang ke lapisan tanah keras. Tiang
pancang baja bisa berbentuk profil H, persegi, spiral, segi enam, dan lain-lainnya
(Hardiyatmo, 2010:26).
Tingkat karat pada tiang pancang baja sangat berbeda-beda terhadap
texture tanah, panjang tiang yang berada dalam tanah dan keadaan kelembaban
tanah.
a. Pada tanah yang memiliki texture tanah yang kasar/kesap, maka karat
yang terjadi karena adanya sirkulasi air dalam tanah tersebut hampir
mendekati keadaan karat yang terjadi pada udara terbuka.
b. Pada tanah liat (clay) yang mana kurang mengandung oxygen maka akan
menghasilkan tingkat karat yang mendekati keadaan karat yang terjadi
karena terendam air. 
c. Pada lapisan pasir yang dalam letaknya dan terletak dibawah lapisan tanah
yang padat akan sedikit sekali mengandung oksigen maka lapisan pasir
tersebut juga akan akan menghasilkan karat yang kecil sekali pada tiang
pancang baja.

Karat/korosi terjadi karena udara (atmosphere corrosion) pada bagian tiang


yang terletak di atas tanah dapat dicegah dengan pengecatan seperti pada
konstruksi baja biasa.
1. Keuntungan pemakaian Tiang Pancang Baja.
- Tiang pancang ini mudah dalam dalam hal penyambungannya.
- Tiang pancang ini memiliki kapasitas daya dukung yang tinggi.
- Dalam hal pengangkatan dan pemancangan tidak menimbulkan bahaya
patah.
2. Kerugian pemakaian tiang pancang baja.
- Tiang pancang ini mudah mengalami korosi
- Bagian H pile dapat rusak atau di bengkokan oleh rintangan besar.

2.4 Bentuk Penampang Bore Pile

10
Bentuk penampang tiang pancang ada berbagai bentuk antara nya
persegi, segi enam, prifil H, spiral dan lainnya. Untuk menghitung
penampang dapat di lihat pada persamaan berikut :

D1

Ap = D1 x D2................................................2.2
D2 P = 2(D1 +D2).............................................2.3
Dimana:
Ap = luas penampang (m2)
P = keliling tiang (m)

1 2
Ap = π d ....................................................2.4
4

P = π d ......................................................2.5
Dimana:
Ap = luas penampang (m2)
P = keliling tiang (m)

2.5 Daya Dukung Tiang Ujung dan Tiang Gesek


Ditinjau dari cara mendukung beban, tiang dapat dibagi menjadi 2
macam, yaitu:
1. Tiang dukung ujung (end bearing pile)
2. Tiang gesek (friction pile).

Tiang dukung ujung adalah tiang yang kapasitas dukungnya ditentukan


oleh tahanan ujung tiang. Umumnya tiang dukung ujung berada dalam zone tanah
yang lunak yang berada di atas tanah keras. Tiang-tiang dipancang sampai
mencapai batuan dasar atau lapisan keras lain yang dapat mendukung beban yang
diperkirakan tidak mengakibatkan penurunan berlebihan. Kapasitas tiang

11
sepenuhnya ditentukan dari tahanan dukung lapisan keras yang berada di bawah
ujung tiang (Gambar 2.5a).

Tiang gesek adalah tiang yang kapasitas dukungnya Iebih ditentukan oleh
perlawanan gesek antara dinding tiang dan tanah di sekitamya (Gambar 2.5 b).
Tahanan gesek dan pengaruh konsolidasi lapisan tanah di bawahnya
diperhitungkan pada hitungan kapasitas tiang.

Gambar 2.5 : a. Tiang dukung ujung, b. Tiang gesek


Sumber : Hardiyatmo (2010:69)

2.6 Daya Dukung Kapasitas Tiang Dari Uji Sondir


Perhitungan daya dukung tiang dari hasil uji Sondir dapat dilakukan
dengan beberapa metode yang telah dilakukan oleh para ahli pondasi. antara nya
sebagai berikut.

2.6.1 Metode Meyerhof 1956


Kapasitas ultimit tiang dapat dihitung secara empiris dari nilai N hasil uji
SPT, perhitungan daya dukung tiang dapat di lakukan dengan mengunakan
persamaan 2.6 berikut
 Daya dukung pondasi tiang pancang
Qc x ap JHL x p
𝑄𝑖𝑗𝑖𝑛 = +
3 5
.........................................................................................2.6

12
Dengan:
𝑄𝑢𝑙𝑡 = daya dukung ultimate (kg),
𝑞𝑐 = tahanan ujung sondir (kg/𝑐𝑚2 ),
𝐴𝑝= luas tiang pancang (𝑐𝑚2 ),
JHL = jumlah perlawanan konus (kg/cm),
P = keliling tiang pancang (cm).

2.6.2 Metode Meyerhof 1976


Perhitungan daya dukung tiang pancang metode ini di maksudkan untuk
jenis tanah berlapis yaitu tanah kohesif dan tanah non kohesif. Perhitungan daya
dukung ultimit pondasi tiang dapat dilakukan menggunakan persamaan 2.7
berikut.

Qult = Σ Qp + Σ Qs.................................................................................2.7
Dimana :
Qult = Daya dukung ultimit tiang (ton)
Σ Qp = Total daya dukung ujung tiang (ton)
Σ Qs = Total daya dukung selimut tiang (ton)

Perhitungan daya dukung ujung ultimit tiang untuk tanah kohesif dapat di
lakukan dengan persamaan 2.8 dan tanah non kohesif dapat dilakukan dengan
persamaaan 2.9 berikut.

Qp = 9 x Cu x Ap.................................................................................2.8
L
Qp = 40 x N-SPT x x Ap................................................................2.9
D
Dimana:
Qp : Daya dukung ujung tiang (ton)
Cu : Kohesi undrained (kN/m2)
: N-SPT x 2/3 x 10
Ap : Luas penampang (m2)
L : Panjang lapisan tanah (m)
D : Diameter tiang pancang (m)

13
Perhitungan tahanan gesek ujung tiang tahah (Qs) untuk tanah kohesif
dapat di lakukan dengan persamaan 2.10 dan tanah non kohesif dapat dilakukan
dengan persamaan 2.11 berikut.
Qs = α x Cu x p x Li..........................................................................2.10
Qs = 2 x N-SPT x p x Li...................................................................2.11
Dimana :
α = Koefisien adhesi antara tanah dan tiang
Cu = Kohesi undrained (kN/m2)
p = Keliling tiang (m)
Li = panjang lapisan tanah (m)
N-SPT = Nilai N-SPT sekitar tiang

Untuk mendapatkan nilai koefisien adhesi antara tanah dan tiang dapat
dilihat pada grafik hubungan nilai kohesi undrained (Cu) dengan koefisien adhesi
tanah yang terlihat pada gambar 2.6 berikut.

Gambar 2.6 : Grafik faktor adhesi tanah lempung

14
2.6.3 Metode Aoki Dan De Alencer

Aoki dan Alencar mengusulkan untuk memperkirakan kapasitas dukung


ultimit dari data sondir. Kapasitas dukung ujung persatuan luas (qb) diperoleh
sebagai berikut (dalam jurnal Gunawan, 2014):

Qca(base)
Qb= .................................................................................2.1
Fb
2

Dengan :

Qca (base) = perlawanan konus rata-rata 1,5D diatas ujung tiang 1,5D
dibawah ujung tiang dan Fb adalah faktor empirik tahanan ujung tiang
tergantung pada tipe tiang.

Tahanan kulit persatuan luas (f) di prediksi sebagai berikut :

ocs
F= qc (side)
Fs
...........................................................................2.13

Dengan:
Qc (side) = Perlawanan konus rata-rata pada masing lapisan
sepanjang tiang,

Fs =Faktor empirik tahanan kulit yang tergantung pada tipe tiang,

Fb =Faktor empirik tahanan ujung tiang yang tergantung pada tipe tiang.

Untuk perhitungan kapasitas daya dukung ultimit tiang di tentukan dengan


persamaan sebagai berikut :

Persamaan sebagai berikut:

Qu=Qb+Qs=qb.Ab+F.As........................................................................2.14

15
Dengan:

Qu = kapasitas daya dukung aksial ultimit tiang pancang,

Qb= kapasitas tahanan di ujung tiang,

Qs= kapsitas tahanan kulit,

qb = kapasijas daya dukung di ujung tiang persatuan luas,

Ab = luas di ujung tiang,

f = satuan tahanan kulit persatuan luas,

As = luas kulit tiang pancang.

2.7 Faktor Keamanan


Hardiyatmo (2010:118), untuk memperoleh kapasitas ijin tiang, maka
diperlukan untuk membagi kapasitas ultimit tiang dengan faktor aman
tertentu. Faktor aman ini perlu diberikan dengan maksud:
1. Untuk memberikan keamanan terhadap ketidakpastian metode
hitungan yang digunakan
2. Untuk membeikan keamanan terhadap variasi kuat geser dan
kopresibilitas tanah.
3. Untuk meyakinkan bahwa bahan tiang cukup aman dalam
mendukung beban yang bekerja.
4. Untuk meyakinkan bahwa penurunan total yang terjadi pada tiang
tunggal atau kelompok tiang masih dalam batas-batas toleransi.
5. Untuk meyakinkan bahwa penurunan tidak seragam antara tiang-
tiang masih dalam batas toleransi.

Reese dan O’Neill (1989) menyarankan pemilihan faktor aman (F) seperti
yang terlihat pada Tabel 2.4. Untuk pemancangan pondasi tiang yang harus di
pertimbangkan faktor-faktor sebagai berikut:
a. Tipr dan kepentingan dari struktu
b. Variabelitas tanah (tanah tidak uniform)
c. Ketelitian penyelidikan tanah

16
d. Tipe dan jumlah uji tanah yang dilakukan
e. Ketersediaan data di tempat
f. Pengawasan dan kotrol kualitas lapangan
g. Kemungkinan beban desain aktual yang terjadi selama beban layana
truktur.

Tabel 2.3 Faktor aman yang disarankan (Reese dan O’Naill,1989)

Faktor aman (F)


Klasifikasi
struktur Kontrol Kontrol Kontrol Kotrol
baik normal jelek sangat jelek
Manumental 2,3 3 3,5 4
Permanen 2 2,5 2,8 3,4
Sementara 1,4 2,0 2,3 2,3
(Sumber : Hardiyatmo, 2010:119)
Menurut bromham dan style (1971) untuk menghitung angka keamanan
menggunakan persamaan:
Qu
Qap = ...........................................................................................2.15
sf
Dimana:
Qap = Daya dukung aman tiang
Qu = Daya dukung ultimit tiang
Sf = Safety Factor

2.8 Pembebanan Pada Pondasi


2.8.1 Beban Mati (Dead Load)
Beban mati merupakan beban yang bekerja akibat gravitasi yang bekerja
tetap pada posisinya secara terus menerus dengan arah ke bumi tempat struktur
didirikan. Yang termasuk beban mati adalah berat struktur sendiri dan juga semua
benda yang tetap posisinya selama struktur berdiri.

17
2.8.2 Beban Hidup (Live Load)
Beban hidup merupakan beban yang terjadi akibat penghunian atau
penggunaan suatu konstruksi dan barang-barang yang dapat berpindah, mesin dan
peralatan lain yang dapat digantikan selama masa pakai.

2.8.3 Beban Angin (Wind Load)


Beban angin adalah semua beban yang bekerja pada gedung atau bagian
gedung yang disebabkan oleh selisih dalam tekanan udara. Beban angin ditunjukan
dengan menganggap adanya tekanan pofitip dan tekanan negatif (isapan), yang
bekerja tegak lurus pada bidang – bidang yang ditinjau. Besarnya tekanan positif
dan tekanan negatif ini dinyatakan dalam kg/m2.

2.8.4 Beban Gempa (Earthquake Load)


Beban gempa adalah beban yang bekerja pada suatu struktur akibat dari
pergerakan tanah yang di sebabkan karena adanya gempa bumi baik gempa
tektonik maupun gempa vulkanik yang mempengaruhi struktur tersebut. Zona
gempa indonesia dapat dilihat pada gambar 2.7

Gambar 2.7 : Grafik faktor adhesi tanah lempung

18
2.9 Perhitungan Jumlah Pondasi Akibat Beban
Dalam perhitungan jumlah pondasi pertama kali yang harus di perhitungkan
adalah besarnya beban lateral dan aksial yang bekerja pada pondasi.

2.9.1 Perhitungan Jumlah Pondasi Akibat Beban Aksial


Beban aksial adalah beban yang bekerja pada sumbu aksis dari elemen
struktur, seperti beban mati. Perhitungan jumlah podasi dari beban aksial dapat
dilakukan dengan mengunakan persamaan 2.16 berikut.
P aksial
N= .............................................................................................2.16
Qall
Dimana :
N = Jumlah pondasi (buah)
Qall = Daya dukung ijin tiang (ton)
P aksial = Beban aksial (ton)

2.9.2 Perhitungan Jumlah Pondasi Akibat Beban Lateral


Beban lateral maksimum bekerja pada masing-masing kolom didapat dari
hasil output yang perhitungan nya mengunakan bantuan program SAP 2000. Kriteria
tiang pendek dan tiang panjang ditentukan dari nilai R dan nilai T yang di tunjuk kan
dalam tabel 2.4 dibawah ini.

Tabel 2.4 Kriteria jenis tiang


Jenis Tiang Modulus Tanah
Tiang pendek L ൑ 2 T L ൑ 2 R
Tiang panjang L ൒ 4 T L ൒ 0,35 R

Menghitung kriteria tiang mengunakan persamaan 2.17

T =

5 EI
μh
............................................................................................ 2.17

E = Modulus elastisitas tiang (kg/cm2)


Untuk nilai modulus elastisitas dilihat dari tabel 2.5 berikut (Bowles,1977)

19
Jenis bahan Modulus Elastis (kg/cm2)

Kayu 80.000-100.000
Beton 200.000 – 300.000 (tergantung kualitas beton (fc’)
Baja 2.150.000

I = Momen inersia tiang = 1/12 d4 (tang persegi) (cm4)


μh = modulus variasi
Perhitungan beban lateral metode Brown (1964) pada tiang panjang dan
tiang pendek terdiri dari dua tipe tiang yaitu tiang ujung terjepit dan tiang ujung
bebas. Untuk tiang pendek di lihat pada gambar kurva 2.8 dan tiang panjang
dilihat pada kurva 2.9 berikut.

Gambar : 2.8 Tiang pendek


Sumber : Brown (1964)

20
Gambar : 2.9 Tiang panjang
Sumber : Brown (1964)

Menghitung kapasitas lateral ultimit untuk tiang panjang pada tanah


kohesif yaitu menggunakan persamaan 2.18 berikut.
Hu = (Hu/Cu.D2) x Cu x D2 ............................................................................2.18
Menghitung kapasitas lateral ultimit ijin untuk tiang panjang pada tanah
kohesif yaitu menggunakan persamaan 2.19 berikut.
Hijin = Hu/F......................................................................................................2.19
Dimana :
Hijin = kapasitas lateral ultimit ijin (kg)
Hu = kapasitas lateral ultimit (kg)
F = Faktor aman
Untuk menghitung jumlah pondasi dari beban lateral di hitung mengunakan
persamaan 2.20 berikut.
P lateral
Jumlah Pondasi = .......................................................................2.20
Hijin

Dimana : Plateral = Beban lateral yang bekerja pada pondasi (ton)


Hijin = kapasitas lateral ultimit ijin (ton)

2.10 Tiang Kelompok (Pile Group)


2.10.1 Kapasitas Kelompok Tiang

21
Kapasitas kelompok tiang tidak selalu sama dengan jumlah kapasitas
tiang tunggal yang berada dalam kelompoknya. Stabilitas kelompok tiang
tergantung dari 2 (dua) hal, yaitu:
a. Kemampuan tanah di sekitar dan di bawah kelompok tiang
untuk mendukung beban total struktur.
b. Pengaruh konsolidasi tanah yang terletak di bawah kelompok tiang.

Pada tiang tunggal, interaksi yang terjadi hanyalah tiang dengan tanah,
sedangkan pada kelompok tiang akan ada interaksi antara tiang dengan
tanah dan tiang dengan tiang yang lainnya. Interaksi ini akan lebih besar jika
jarak tiang semakin dekat. Jika pada salah satu tiang pada kelompok tiang
didesak sehingga terjadi penurunan, maka tiang disekitarnya akan ikut turun
akibat tertarik oleh tanah disekitar tiang yang dibebani. Berdasarkan kondisi
tersebut, maka akan terjadi penurunan tiang akibat beban yang didukung tiang
didekatnya walaupun tiang tersebut tidak terbebani. Hal ini akan mengakibatkan
kapasitas dukung tiang menjadi berkurang jika dibandingkan dengan kondisi
tiang tunggal. Seperti yang terlihat pada gambar 2.10 dibawah

Gambar 2.10 : Perbandingan zone tertekan pada tiang tunggal dan


kelompok tiang: (a) Tiang tunggal, (b) kelompok tiang
Sumber : Hardiyamo (2010)

22
2.10.2 Efisiensi Tiang Pancang
Persamaan dari efisiensi tiang pancang menurut Converse-Labarre
Formula. (Hardiyatmo, 2010:143).

( n−1 ) m+ ( m−1 ) n
Eff = 1 - θ ..................................................................2.21
90 mn
Dimana :

Eff = Efisiensi kelompok tiang


n = jumlah tiang dalam satu baris
m = jumlah baris tiang
θ = arc tan θ (d/s), dalam derjat

d = diameter tiang
s = jarak pusat ke pusat tiang

Gambar 2.11 : Effisiensi kelompok tiang

2.11 Stabilitas Tiang

23
2.11.1 Stabilitas Tiang Pancang Terhadap Geser
Akibat gaya-gaya lateral seperti tekanan tanah aktif Pa yang bekerja, maka
pondasi tiang pada tanah dapat bergeser. Koefisien gesek (tan δ ) antara dasar
pondasi dan tanah dasar dapat di lihat pada tabel 2.6 berikut

Tabel 2.6 Koefisien gesek (tan δ ) antara dasar pondasi dan tanah dasar
No Jenis tanah pada dasar pondsi tan δ

1 Tanah granular kasar tak mengandung lanau atau lempun 0,55


2 Tanah granular kasar mengandung lanau 0,45
3 Tanah lanau tak berkohesi 0,35
4 Batu keras permukaan kasar 0,60
(Sumber :Hardiyatmo,2014)

Perhitungan kestabilan pondasi terhadap momen geser di tinjau dari semua


gaya yang berkerja dari arah horizontal atau sumbu x dan semua gaya yang
bekerja dari arah vertikal atau sumbu y. Perhitungan kestabilan geser dapat di lihat
pada persamaan 2.22 berikut.

Σ V x tan δ+Ca x B
SFgeser = ....................................................................2.22
ΣH
Dimana :
ΣV = Gaya yang bekerja pada arah vertikal
ΣH = Gaya yang bekerja pada arah horizontal (ton)

tan δ = Koefisien gesek (tan δ ) antara dasar pondasi dan tanah dasar
Ca = adhesi antara tanah dan tiang = 0
B = Lebar pondasi (m)

2.11.2 Stabilitas Tiang Pancang Terhadap Guling


Perhitungan kestabilan pondasi terhadap momen guling di tinjau dari
momen yang berkerja dari arah vertikal atau sumbu y di bagi dengan momen yang
bekerja pada arah horizontal. Perhitungan kestabilan guling dapat di lihat pada
persamaan 2.23 berikut.

24
MV
Sfguling = > 1,5................................................................................2.23
MH
Dimana :
MV = Gaya yang bekerja pada arah vertikal (beban aksial)
MH = Gaya yang bekerja pada arah horizontal (beban latera)

2.12 Perhitungan Penurunan Pondasi Tiang Tunggal


Perhitungan penurunan tiang pancang tunggal di hitung menggunakan
metode empiris (vesic, 1977) perhitungan dilakukan menggunakan persaan 2.24
berikut.

D Q.L
S = + ..............................................................2.24
100 Ap. Ep

Dimana :
S = Penurunan total kepala tiang (inchi)
D = Diameter tiang (inchi)
Q = Beban yang bekerja pada pondasi (lbs)
L = Panjang pondasi (inchi)
Ap = Luas penampang (inchi2)
Ep = Modulus elastisitas bahan tiang

25

Anda mungkin juga menyukai