BAB II
TUJUAN KEPUSTAKAAN
2.1 Umum
sebagai alat transportasi, jalan mulai dibuat rata. Jalan yang diperkeras
pertamakali ditemukan di Mesopotamia berkaitan dengan ditemukannya roda
sekitar 3500 tahun sebelum masehi.
Konstruksi perkerasan adalah konstruksi yang terletak antara tanah dan roda
kendaraan yang berfungsi untuk menggurangi tegangan pada tanah dasar
(subgrade) sampai batas yang diijinkan. Fungsi perkerasan adalah :
1. Untuk memikul beban lalu lintas secara aman dan nyaman dan selama umur
rencana tidak terjadi kerusakan yang berarti
2. Sebagai pelindung tanah dasar terhadap erosi akibat air
3. Sebagai pelapis perantara untuk menyebarkan beban lalu lintas ke tanah dasar.
Lapisan permukaan
Tanah dasar
Tulangan
Tanah dasar
2.2.1
2.2.2
2.4 Kekuatan Agregat Terhadap Tumbukan
Nilai agregat impact value (AIV) adalah persentase perbandingan antara agregat
yang hancur dengan jumlah sampel yang ada. Agregat yang hancur dinyatakan dengan
jumlah agregat yang lolos saringan 2,36 mm. menurut british standart agregat
yang mempunyai nilai AIV 30 % dikatakan tidak normal dan nilai AIV yang besar dari
ini menunjukkan jumlah agregat yang hancur cukup banyak, berarti sampel yang diuji
memiliki kekuatan yang rendah.
1 Basalt 11 10 – 13
2 Andesite 13 11 – 16
3 Daesite 12
8
4 Porphyry 13 12 – 14
4 Felsite 13 12 – 15
5 Dolarite 13 10 – 17
6 Tesehenite 22
7 Granite 19 17 – 21
8 Limestone 17 15 – 20
9 Grey Woeke 9
10 Marble 19 16 – 21
11 Pasalmatic 14 14 - 15
Pengembangan uji terhadap tumbukan untuk variasi diameter agregat lain adalah
pada tabel 2.4.b
Tertahan Saringan
No Lolos Saringan (mm)
Saringan (mm) Pemisah (mm)
4 6,3 1,4
5 5,0 4,18
6 3,35
7 3,36
Rumus yang digunakan untuk menghitung kekuatan agregat terhadap tumbukan adalah :
2.5 Titik Lembek Aspal (Softening Point with Ring and Ball Test)
Aspal adalah material termoplastis yang secara bertahap mencair sesuai dengan
pertambahan suhu dan berlaku sebaliknya pada pengurangan suhu. Namun perilaku
material aspal tersebut terhadap suhu atau prinsipnya membentuk suatu spektrum /
beragam. Tergantung dari komposisi unsur-unsur penyusunannya.
Percobaan ini di lakukan karena pelembekan bahan asapal dan ter, tidak terjado
secara lansung dan tiba tiba pada suhu tertentu, tetapi bahan gradual seiring penambahan
suhu.oleh sebab itu setiap prosedur yang di pergunakan diadopsi untuk menentukan titik
lembek aspal dan ter, hendaknya mengikuti sifat dasar tersebut artinya penambahan suhu
pada percobaan hendaknya berlansung secara gradual dalam jenjang yang halus.
Dalam percobaan ini titik lembek ditujukan dengan suhu pada bola baja edngan
berat tertentu mendesak turun suatu lapisan aspal atau ter yang tertahan dalam cincin
dengan ukuran tertentu sehingga plat tersebut menyentuh plat dasar yang terletak pada
tinggi tertentu sebagai kecepatan pemanasan.
Titik lembek menjadi suatu batasan dalam penggolongan aspal dan ter. Titik
lembek haruslah diperhatikan dalam membangun kontruksi jalan. Titik lembek
hendaknya lebih tinggi dari suhu permukaaan jalan . titik lembek aspal dan ter adalah 30 °
C - 200° C yang artinya masih ada nilai titik lembek yang hamper sama dengan suhu
permukaan jalan. Pada umumnya cara ini diatasi dengan menguakkan filler terhadap
campuran aspal.
Metoda ring and ball pada umumnya di terapkan pada aspal dan ter ini. Dapat
mengukur titik lembek bahan semi solit sampain solit. Titik lembek adalah besar besar
suhu dimana aspal mencapai derajat kelembekan (mulai leleh) dibawah kondisi spsic tes,
berdasarkan tesau sparatus yang ada bahwa pengujian titik lembek di pengaruhi banyak
faktor.Spesifikasi bina marga tentang titik lembek untuk aspal keras pen 40 (Ringg and
ball) adalah 51°C (minimum) dan 63 °C (maksimum), sedangkan pen 60 adalah min
48°C dan max 58°C
10
Titik lembek adalah besarnya suhu dimana aspal mencapai derajat kelembekan
(mulai meleleh) dibawah kondisi spesifikasi dari es :
Menurut SK SNI 06 – 2434 – 1991, titik lembek aspal dan ter berkisar antara 46º
- 54ºc. Dalam pengujian titik lembek ini diharapkan titik lembek hendaknya lebioh tinggi
dari suhu permikaan jalan sehingga tidak terjadi pelelehan aspal akibat temperatur
permukaan jalan, untuk itu dilakukan usaha untuk mempertinggi titik lembek antara lain
dengan menggunakan filler terhadap campuarn beraspal.
Faktor – faktor yang mempengaruhi pengujian titik lembek antara lain adalah :
Aspal addalah material termoplastis yang mencair apabila di panaskan dan akan
membeku/mengental apabila didinginkan, namun demikian prinsip material tersebut
terhadap suhu prinsipnya membentuk sautu sprektum/beragam tergantung komposisi
unsur unsur penyusunnya.
Dari sudut pandang rekayasa, ragam dari komposisi unsur aspal biasanya tidak
ditnjau lebih lanjut, untuk menggambarkan karakteristik ragam respon aspal tersebut
diperkenalkan beberapa parameter, salah satunya adalah Pen (penetrasi). Nilai ini
menggambarkan kekerasan asapl pada suhu standar yaitu 25° C , yang diambila dari
11
pengukur kedalaman penetrasi jarum standar (5 gr/100 gr) dalam rentang waktu standar
(5 detik)
Nilai penetrasi dinyatakan sebagai rata rata sekurang kurangnya dari 3 pembacaan
Berdasarkan SNI 06 – 2456 – 1991 nilai penetrasi dinyatakan sebagai rata-rata sekurang-
kurangnya dari tiga pembacaan dengan ketentuan bahwa hasil pembacaan tidak
melampaui ketentuan dibawah ini :
1 Nilai toleransi 2 4 6 8
Nilai penetrasi diukur dinyatakan dalam nilai yang merupakan kelipatan 0,1
mm nilai penetrasi menentukan kekerasan aspal maikin tinggi nilai penetrasi makin
lunak aspal tersebut begitu sebaliknya.
Pengujian dengan alat Dynamic Cone Penetrometer (DCP) ini pada dasarnya
sama dengan cone penetrometer (CP) yaitu sama-sama mencari nilai CBR dari suatu
lapisan tanah langsung di lapangan. Hanya saja pada alat Cone Penetrometer dilengakapi
dengan poving ring dan arloji pembacaan, sedangkan pada alat Dynamic Cone
Penetrometer adalah melalui ukuran(satuan) dengan menggunakan mistar. Percobaan
dengan alat cone penetrometer digunakan untuk mengetahui CBR tanah asli.
Sedangkan percobaan alat dengan DCP ini hanya untuk mendapat kekuatan tanah
timbunan pada pembuatan badan jalan, alat ini dipakai pada pekerjaan tanah karena
mudah dipindahkan ke semua titik yang diperlukan tetapi letak lapisan yang diperiksa
tidak sedalam pemeriksaan tanah dengan alat sondir.Hasil yang diperoleh pada
percobaan ini dapat dihubungkan dengan nilai CBR (perbandingan antara beban
penetrasi suatu lapisan tanah atau perkerasan terhadap beban standart dengan kedalaman
dan kecepatan penetrasi yang sama)
Pengujian cara dinamis ini dikembangkan oleh TRL (Transport and Road
Research Laboratory), Crowthorne, Inggris dan mulai diperkenalkan di Indonesia sejak
tahun 1985 / 1986. Pengujian ini dimaksudkan untuk menentukan nilai CBR (California
Bearing Ratio) tanah dasar, timbunan, dan atau suatu sistem perkerasan. Pengujian ini
akan memberikan data kekuatan tanah sampai kedalaman kurang lebih 1 m di bawah
permukaan lapisan tanah yang ada atau permukaan tanah dasar. Pengujian ini dilakukan
13
dengan mencatat data masuknya konus yang tertentu dimensi dan sudutnya, ke dalam
tanah untuk setiap pukulan dari palu/hammer yang berat dan tinggi jatuh tertentu pula.
Pengujian dilaksanakan dengan mencatat jumlah pukulan (blow) dan penetrasi dari
konus (kerucut logam) yang tertanam pada tanah/lapisan pondasi karena pengaruh
penumbuk kemudian dengan menggunakan grafik dan rumus, pembacaan penetrometer
diubah menjadi pembacaan yang setara dengan nilai CBR
mencapai keadaan yang paling padat disebut kadat air optimum. Untuk
menentukan kadar air optimum ini biasanya dibuat grafik hubungan antara kadar
air dan berat isi kering. Berat isi kering ini digunakan untuk menentukan kadar air
optimium dimana mencapai keadaan paling padat, dapat dilakukan percobaan
pemadatan di lapanga dan percobaan pemadatan di laboratorium.Dengan nilai
kadar air yang optimum yang didapat dari percobaan ini, maka kita dapat
memadatkan tanah sehingga tanah tersebut akan mempunyai:
a) Kekuatan yang lebih besar
b) Kompresibilitas dan daya rembesan yang lebih kecil
c) Ketahanan yang relatif lebih besar terhadap pengaruh air
Dalam pengujian sand cone ini, diperlukan hubungan antara Kadar air dan
kepadatan dari suatu contoh tanah yang diperiksa. Kadar air tanah adalah
konsentrasi air dalam tanah yang biasanya dinyatakan dengan berat kering. Kadar
air dinyatakan dalam persen, dimana terjadi transisi dari keadaan padat ke dalam
keadaan semi padat didefinisikan sebagai batas susut. Kadar air dimana transisi
dari keadaan semi padat ke dalam keadaan plastis terjadi dinamakan batas plastis,
dan dari keadaan plastis ke keadaan cair dinamakan batas cair. Batas- batas ini
dikenal juga sebagai batas-batas atterberg.