TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi Pasir dan Batu
2.1.1. Pasir
Pasir merupakan agregat alam yang berasal dari gunung berapi, sungai,
dalam tanah, dan pantai oleh karena itu pasir dapat digolongkan dalam 3 macam
yaitu pasir galian, pasir laut, dan pasir sungai.
pasir untuk konstruksi di bedakan menjadi 2, yaitu :
1. Pasir beton.
Pasir beton adalah butiran butiran mineral keras dan tajam berukuran
antara 0,075 5 mm. Pasir beton sering digunakan untuk pekerjaan cor coran
struktur seperti kolom, balok dan pelat lantai.
2. Pasir pasang.
Berdasarkan tempat penambangan, maka pasir pasang dibedakan dalam
2 jenis, yaitu :
1. Pasir gunung.
Pasir gunung adalah pasir yang diperoleh dari hasil galian,
butirannya kasar dan tidak terlalu keras. biasanya pasir jenis ini
mengandung pozolan (jika dicampur dengan kapur padam dan air setelah
beberapa waktu dapat mengeras sehingga membentuk suatu massa padat
dan sukar dalam air).
2. Pasir sungai.
Pasir sungai adalah pasir yang diperoleh dari sungai yang merupakan
hasil kikisan batu batuan yang keras dan tajam pasir jenis ini butirannya
cukup baik antara 0,063 mm 5 mm, sehingga merupakan adukan yang
baik untuk pekerjaan pasangan.
2.1.2
Batu
Batu adalah sejenis bahan yang terdiri daripada mineral dan dikelaskan
penampang struktur dalam kedudukan paling sentral dalam suatu badan jalan.
(Hamirwan Saodang, 2005)
Konstrukisi perkerasan lentur terdiri dari lapisan lapisan yang diletakan
diatas tanah dasar yang dipadatkan. Lapisan lapisan tersebut berfungsi untuk
menerima beban lalu lintas dan menyebarkannya kelapisan dibawahnya. (Silvia
Sukirman, 1999)
dasar.
Effisiensi penggunaan material.
Mengurangi tebal lapisan di atasnya yang lebih mahal.
Lapis peresapan, agar air tanah tidak berkumpul di pondasi.
Lapisan pertama, agar pekerjaan dapat berjalan lancar.
Lapisan untuk mencegah partikel partikel halus dari tanah dasar naik ke
lapisan pondasi atas.
Gambar 2.3 Jenis tanah dasar ditinjau dari muka tanah asli
Sebelum diletakan lapisan-lapisan lainnya, tanah dasar dipadatkan terlebih
dahulu sehingga tercapai kestabilan yang tinggi terhadap perubahan volume .
10
2.3.
atas agregat atau batu atau granular material. Agregat adalah material berbutir
yang keras dan kompak dan yang dimaksud agregat mencakup antara lain batu
bulat, batu pecah, abu batu, dan pasir.
Disamping untuk lapis pondasi agregat mempunyai peranan yang sangat
penting dalam prasarana transportasi, khususnya dalam hal ini pada perkerasan
jalan. Daya dukung perkerasan jalan ditentukan sebagian besar oleh karakteristik
agregat yang di gunakan.
Pemilihan agregat yang tepat dan memenuhi persyaratan akan sangat
Menentukan Dalam Keberhasilan Pembangunaan Atau Pemeliharaan Jalan.
Lapis Pondasi Agregat terdiri dari 3 (tiga) kelas yang berbeda yaitu Kelas
A, Kelas B dan Kelas S. Lapis Pondasi terdiri atas Agregat Kelas A atau Kelas B,
sedangkan Lapis Pondasi Bawah terdiri atas Agregat Kelas S.
Adapun syarat untuk mengetahui gradasi lapis pondasi agregat dan sifat
sifat lapis pondasi agregat lihat pada tabel di bawah ini :
Kelas A
0 40 %
Kelas B
0 40 %
Kelas S
0 40 %
11
4 - 15
0 - 35
05%
Min. 50 %
Standar Acuan
03-1744-1989, Pengujian CBR Laboratorium.
03-1966-1990, Pengujian Batas Pelastis Tanah.
03-1967-1990, Pengujian Batas Cair dengan Alat Casagrande
03-1968-1990, Pengujian Tentang Analisa Saringan Agregat Halus dan
Agregat Kasar.
SNI 03-1969-1990, Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan Air Agregat Kasar.
SNl 03-1970-1990, Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan Air Agregat Halus.
SNl 03-4141-1996, Pengujian Gumpalan Lempung dan Butir-Butir Mudah
Pecah Dalam Agregat.
SNl 1743 : 2008, Pengujian Kepadatan Berat Untuk Tanah.
SNl 2417 : 2008, Pengujian Keausan Agregat dengan Mesin Los Angeles.
2.5. Pengertian Umum Agregat
Agregat atau batuan secara umum didefinisikan sebagai deformasi kulit
bumi yang keras dan kenyal (Sivia Sukirman, 1999)
(ASTM, 1974) mendefinisikan batuan sebagai suatu bahan yang terdiri
dari mineral padat, berupa masa berukuran besar ataupun berupa fragmen
fragmen.
Agregat atau batuan merupakan komponen utama dari lapisan perkerasan
jalan dengan demikian daya dukung, keawetan dan mutu perkerasan jalan
ditentukan juga dari sifat agregat dan hasil campuran agregat dengan material lain.
2.5.1. Klasifikasi Agregat
Ditinjau dari asal kejadian agregat atau batuan dapat dibedakan atas batuan
beku (igneous rock), batuan sedimen dan batuan metamorf (batuan malihan).
(Sivia Sukirman, 1999)
A. Berdasarkan Asal Kejadiannya
Berdasarkan asal kejadiannya batuan dapat dibedakan atas batuan beku,
batuan sedimen dan batuan metamorf.
12
1. Batuan beku
Batuan beku berasal dari magma yang mendingin dan membeku. Batuan
inipun dibedakan atas 2 bagian yaitu batuan beku luar dan batuan beku dalam.
Batuan beku luar dibentuk dari material yang keluar dari permukaan bumi disaat
gunung merapi meletus akibat pengaruh cuaca mengalami pendinginan dan
membeku. Batuan jenis ini umumnya berbutir halus seperti batu apung, andesit,
basalt, opsidian dan lain lain. Sedangkan batuan betu dalam terbentuk dari
magma yang tak dapat keluar permukaan bumi dan mengalami pendinginan dan
membeku secara perlahan lahan. Batuan ini bertekstur kasar dan dapat ditemui
dipermukaan bumi akibat proses erosi dan pergerakan bumi. Adapun jenisnya
adalah garanit, gabro, diorite dan lain lain.
2. Batuan sedimen
Batuan sedimen dapat berasal dari campuran partikel material, sisa sisa
hewan dan tanaman. Pada umumnya merupakan lapisan pada lapisan kulit bumi,
hasil endapan di danau, dan sebagainya.
Berdasarkan cara pembentukannya batuan sedimen dapat dibedakan atas :
1. Batuan sedimen yang dibentuk secara mekanik seperti breksi, konglomerat,
batuan pasir, batuan lempung. Batuan ini banyak mengandung silioa.
2. Batuan sedimen yang dibentuk secara organik seperti batu gamping, batu
bara, dan aspal.
3. Batuan sedimen yang dibentuk secara kimiawi seperti batu gaping, garam,
gips dan flint.
3. Batuan metamorf
Batuan Metamorf berasal dari batuan sedimen ataupun batuan yang beku
yang mengalami perubahan bentuk akibat adanya tekanan dan temperatur dari
kulit bumi. Berdasarkan bentuknya dapat dibedakan atas batuan Metamorf yang
masih seperti marmer, warsit, dan batuan Metamorf yang berpoliasi / berlapis
seperti batu sabak, filit, dan sekis.
13
14
15
mempengaruhi besarnya rongga antar butir yang akan menentukan stabilitas dan
kemudahan dalam proses pelaksanaan.
Gradasi agregat diproses dari hasil analisa saringan dengan menggunakan
1 set saringan dimana saringan yang paling kasar diletakkan diatas dan saringan
yang paling halus terletak paling bawa. Analisa saringan dapat dilkukan dengan
menggunakan analisa kering atau analisa basah. Analisa kering mengikuti
AASHTO T-27-74 sedangkan analisa basah mengikuti AASHTO T-11-74. Analisa
basah umumnya dilakukan jika agregat yang akan disaring mengandung butirbutir halus sehingga fraksi butir-butir dapat terdeteksi dengan baik. Jika agregat
kasar itu berisi sedikit sekali mengandung butir halus dapat menggunakan analisa
kering. Gradasi agregat dapat dibedakan atas 3 yaitu :
1. Gradasi seragam (Uniform Graded), adalah agregat yang memiliki ukuran yang
hampir sama / sejenis atau mengandung agregat halus yang sedikit jumlahnya
sehingga tidak dapat mengisi rongga antar agregat. Gradasi seragam disebut
pula gradasi terbuka. Agregat yang memiliki gradasi seragam akan
menghasilkan lapisan perkerasan dengan sifat permeabilitas tinggi, stabilitas
kurang dan berat volume kecil.
2. Garadasi rapat (Danse Graded) merupakan campuran agregat kasar dan halus
dalam porsi yang seimbang, sehingga dinamakan juga agregat bergradasi baik.
Agregat dengan gradasi rapat akan menghasilkan lapisan perkerasan dengan
stablitas tinggi, kurang kedap air, sifat drainase jelek dan berat volume besar.
3. Gradasi buruk / jelek (Poorly Graded) merupakan campuran agregat yang tidak
memenuhi 2 kategori diatas. Agregat yang bergradasi buruk umumnya
digunakan untuk lapisan perkerasan lentur yaitu gradasi celah (gap graded)
yaitu merupakan campuran agregat dengan 1 fraksi hilang atau 1 fraksi sedikit
sekali. Sering juga disebut gradasi yang akan menghasilkan lapisan perkerasan
yang mutunya terletak antara kedua jenis diatas. Sifat sifat yang dimiliki
ketiga agregat dapat dilihat pada tabel dibaawah ini mengenai sifat gradasi
agregat.
Tabel 2.3. Sifat Gradasi Agregat
16
Gradasi Seragam
Gradasi Baik
Gradasi Jelek
baik
baik
jelek
Kepadatan bervariasi
Seragam dan
Seragam tetapi
tergantung dari
kepadatan tinggi
kepadatan jelek
Stabilitas tinggi
Stabilitas sedang
Kuat menahan
Stabilitas sangat
deformasi
rendah pada
Stabilitas dalam
keadaan terbatasi
tinggi
Stabilitas dalam
keadaan lepas rendah
keadaan basah
Sukar untuk
dipadatkan
Sukar sampai
Mudah dipadatkan
sedang dipadatkan
Tingkat
Tingkat
permeabilitas
permeabilitas
cukup dan
pengaruh variasi
dipengaruhi oleh
17
Batasan ukuran maksimum yang digunakan dibatasi oleh tebal lapisan yang
diharapkan. Penggunaan partikel agregat dengan ukuran menguntungkan karena
usaha dari pemecahan partikel lebih sedikit sehingga biayanya lebih murah dan
luas permukaan yang harus diselimuti aspal lebih sedikit sehingga kebutuhan akan
aspal akan kurang.
Terdapat dua cara untuk menyatakan ukuran partikel agregat yaitu dengan cara :
1. Ukuran maksimum merupakan ukuran ayakan atau saringan terkecil dimana
agregat tersebut lolos 100%.
2. Ukuran nominal maksimum merupakan ukuran ayakan atau saringan terbesar
dimana agregat tertahan ayakan atau saringan tidak lebih 10%.
B. Berat Jenis Agregat
Berat jenis agregat adalah perbandingan antara berat volume agregat dan
berat volume air. Besarnya serat jenis agregat penting dalam perencanaan
campuran agregat dengan aspal karena pada umumnya direncanakan berdasarkan
perbandingan berat dan juga untuk menentukan banyak pori agregat. Agregat
dengan berat jenis yang kecil mempunyai volume yang besar sehingga dengan
berat yang sama membutuhkan jumlah aspal yang lebih banyak. (Silvia
Sukirman,1999, hal 58)
Ada tiga jenis pemeriksaan berat jenis yang dapat ditentukan berdasarkan
manual PB 0202 76 atau AASHTO 85 74 yaitu :
1. Berat jenis curah (bulk specific gravity) adalah perbandingan antara berat
agregat kering dan berat air suling yang isinya sama dengan isi agregat dalam
keadaan jenuh pada suhu tertentu.
2. Berat jenis kering permukaan jenuh (Saturated Ssurfacedry Specific Grafity)
adalah perbandingan antara berat kering permukaan jenuh dan berat air suling
yang isinya sama dengan isi agregat dalam keadaan jenuh pada suhu tertentu.
18
3. Berat jenis semu (Apparent specific gravity) adalah perbandingan antara berat
agregat kering dan berat air suling yang isinya sama dengan isi agregat dalam
keadaan kering suhu tertentu.
C. Kadar Lempung
Dalam melakukan pemeriksaan untuk menentukan kadar lempung yang
dikandung oleh campuran agregat itu dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu : (Silvia
Sukirman, 1999)
1. Atterberg Limit
Dilakukan untuk campuran agregat yang agak halus. Atterberg limit
yang umum digunakan adalah batas cair mengikuti prosedur pemeriksaan PB
0109 76 atau AASHTO T89 81, dan indeks plastis mengikuti prosedur PB
0110 76 atau AASHTO T89 81 dilakukan untuk contoh tanah lolos
saringan No. 40. Alat yang digunakan untuk pemeriksaan batas cair terlihat
seperti pada gambar 2.5.
19
2. Sand Equivalent
Dilakukan untuk partikel agregat yang lolos saringan No. 4 sesuai
prosedur AASHTO T 179 73.
degradasi
(pemecahan)
yang
mungkin
timbul
selama
proses
20
21
3. Kubus
Partikel berbentuk kubus merupakan bentuk agregat hasil dari pemecah
batu.
4. Pipih (Flaky)
Partikel agregat berbentuk pipih dapat merupakan hasil dari pemecah
batu ataupun memegang merupakan sifat agregat pipih. Agregat pipih adalah
agregat yang lebih tipis 0,6 kali diameter rata rata. Indeks kepipihanadalah
berat total agregat yang pipih terukur nominal tertentu.
Agregat berbentuk pipih mudah pecah pada waktu pencampuran,
pemadatan ataupun akibat beban lalu lintas. Oleh karena itu banyak agregat
pipih ini dibatasi dengan menggunakan nilai indeks kepipihan diisyaratkan.
1. Tak Beraturan (Irreguler)
Partikel agregat tak beraturan, tidak mengikuti salah satu yang
disebutkan diatas. Gesekan yang timbul antara partikel menentukan juga
stabilitas dan daya dukung dari lapisan perkerasan. Besarnya gesekan
dipengaruhi oleh jenis permukaan agregat yang dapat dibedakan atas :
1. Agregat yang permukaannya halus
2. Agregat yang permukaannya kasar
3. Agregat yang permukaannya licin dan mengkilat (gissy)
4. Agregat yang permukaannya berpori (porous) mempunyai satu bidang pecah